• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijabarkan kajian pustaka yang digunakan pada penelitian ini. Dimulai dari pembangunan perumahan di Indonesia, kemudian konsep pembangunan berkelanjutan dalam perumahan, serta konsep ecological housing dalam perumahan, dan diakhiri dengan sintesa variabel yang digunakan pada penelitian ini.

2.1 Pembangunan Perumahan di Indonesia

Tempat tinggal merupakan hal yang sangat penting dalam melangsungkan kehidupan. Namun, tempat tinggal bukan hanya tempat untuk bernaung tetapi juga tempat untuk berlindung dari kondisi alam yang belum tentu selalu baik.

Perumahan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kumpulan dari beberapa rumah yang merupakan tempat untuk tinggal. Rumah juga dapat diartikan sebagai tempat untuk kembali, tempat makhluk hidup untuk tinggal dan memperbanyak keturunan dan melangsungkan kehidupannya. Namun, Abrams dalam Kuswartojo (2005) menyatakan bahwa perumahan bukan hanya sekedar wadah fisik namun juga bagian dari komunitas dan lingkungan sosial. Ia juga menyatakan bahwa perumahan sangat erat kaitannya dengan aktivitas ekonomi, pembangunan, dan industrialisasi.

Dalam penyediaan perumahan, banyak yang perlu menjadi perhatian dan

ditangani secara professional baik oleh masyarakat sebagai pelaku yang akan

menempati perumahan tersebut maupun bagi lembaga terkait, baik dari pemerintah

maupun swasta. Tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia termasuk tinggi jika

dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Sehingga kebutuhan akan rumah

juga terus meningkat. Hal ini menyebabkan pembangunan perumahan terkadang

hanya melihat dari segi kuantitas saja untuk memenuhi kebutuhan yang ada

daripada melihat dari segi kualitas.

(2)

22

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kualitas adalah tingkat baik buruknya atau derajat dari sesuatu. Sedangkan menurut Crosby dalam Yazid (2013), kualitas merupakan hal yang sesuai dengan standar atau yang disyaratkan sehingga suatu hal dapat dikatakan memiliki kualitas apabila dapat memenuhi standar yang telah ditentukan. Sehingga dapat diartikan bahwa kualitas perumahan adalah tingkat baik atau buruknya suatu perumahan yang dilihat dari pemenuhan standar yang telah ditentukan.

Pemerintah mendirikan perumnas yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk perusahaan umum (perum) sebagai solusi dalam memenuhi kebutuhan akan rumah yang layak bagi masyarakat menengah ke bawah.

Perumnas adalah perusahan umum pembangunan perumahan nasional yang merupakan badan usaha yang dibangun oleh pemerintah untuk membangun rumah sederhana yang juga menyediakan prasarana lingkungan, penguasaan, pembiayaan, pematangan, dan pengelolaan (Kuswartojo, 2005). Perusahaan umum yang dibangun pada tahun 1974 ini hanya memfokuskan untuk membangun rumah sederhana saja yang rumahnya tidak lebih besar dari 70m

2

. Perumnas merupakan pengembang rumah sederhana terbesar di Indonesia, yang memiliki tujuh cabang di Seluruh Indonesia, dan Bandar Lampung termasuk kedalam cabang Perumnas Regional II.

2.2 Konsep Pembangunan Berkelanjutan Dalam Perumahan

Dalam sub-bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian pembangunan berkelanjutan, pilar pembangunan berkelanjutan, dan pembangunan berkelanjutan dalam perumahan.

2.2.1 Pengertian Pembangunan Berkelanjutan

Menurut Brundtland (1987) dalam bukunya yang berjudul “Our Common Future: Report of the World Commission on Environment and Development”,

pembangunan berkelanjutan atau sustainable development adalah pembangunan

yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan

generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam buku ini juga

(3)

23

dijelaskan bahwa pembangunan berkelanjutan mengandung 2 (dua) konsep utama.

Konsep pertama yaitu tentang konsep dari kebutuhan atau needs yang lebih mengkhususkan pada kebutuhan esensial masyarakat miskin yang ada dunia dan perlu untuk diberikan prioritas utama. Konsep yang kedua yaitu konsep pembatas atau limitation yang diberlakukan oleh suatu negara agar kemampuan lingkungan dapat terus memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan generasi yang akan datang.

Sebelum adanya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau yang biasa disebut sebagai Sustainable Development Goals (SDGs), telah dilaksanakan Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDGs) selama periode 2000-2015 yang dipercaya telah mendapatkan hasil yang signifikan dan membawa kemajuan di Indonesia. Sebanyak 70% dari tujuan yang ingin dicapai MDGs telah berhasil, namun masih meninggalkan beberapa hal yang perlu diperhatikan pada periode SDGs (BPS,2016).

2.2.2 Pilar Pembangunan Berkelanjutan

Menurut United Nations Environment Programme (UNEP) atau Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam Murniningtyas (2014), pembangunan berkelanjutan memiliki 3 (tiga) pilar utama yaitu pilar sosial, pilar ekonomi, dan pilar lingkungan. Berikut hubungan ketiga pilar dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan.

Sumber: Chang, 2015

GAMBAR II.1

TIGA PILAR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Pertama, pilar sosial dalam pembangunan berkelanjutan adalah dimana

kesetaraan dalam penyediaan infrastruktur seperti pelayanan publik untuk

(4)

24

pendidikan, kesehatan, keamanan dan perumahan serta pemerataan akses terhadap sumber daya yang ada (Murniningtyas, 2014). Berdasarkan Laporan MDGs dalam Murniningtyas (2014), dilihat dari pencapaian target MDG, Indonesia telah menerapkan pilar sosial dengan baik dan berhasil secara sistematis. Namun, BPS (2016) mengatakan bahwa tingkat kematian ibu dan bayi, gizi buruk, dan penyakit HIV/AIDS belum mencapai target sehingga perlu lebih diperhatikan dalam penerapan SDGs kedepannya.

Kedua, untuk pilar ekonomi dalam pembangunan berkelanjutan adalah dimana pertumbuhan ekonomi negara terus meningkat dengan mengurangi dampak terhadap lingkungan sekitarnya (Murniningtyas, 2014). Berdasarkan laporan MDGs dalam Murniningtyas (2014), pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat dan berhasil mengurangi tingkat pengangguran yang ada, namun hal ini menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan yang berakibat turunnya kualitas lingkungan dan perubahan dari desa menjadi kota yang berakibat ruang terbuka hijau berkurang. Sedangkan dalam BPS (2016) mengatakan bahwa target MDGs dalam tingkat kemiskinan nasional belum mencapai target sehingga perlu lebih diperhatikan dalam penerapan SDGs kedepannya.

Ketiga, pilar lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan adalah hal yang harus diperhatikan secara khusus dibandingkan pilar sosial dan ekonomi karena pilar ini masih memiliki kekurangan yang dimana pilar ini memperhatikan konservasi lingkungan dan pemakaian sumber daya (Murniningtyas, 2014).

Berdasarkan laporan MDGs dalam Murniningtyas (2014), kelemahan yang pertama

yaitu pelaksanaan dari peraturan terhadap pencemaran lingkungan belum dilakukan

dengan baik. Kedua, peraturan atau standar saja belum dirasa cukup untuk membuat

pelaku ekonomi memperhatikan kondisi lingkungan dalam kegiatannya. Ketiga,

pembangunan infrastruktur yang belum memperhatikan dampak lingkungan

sekitarnya. Maka penerapan SDGs perlu lebih ditekankan dalam segi lingkungan,

sesuai dengan yang dicantumkan oleh BPS (2016) pilar lingkungan mendapatkan

prioritas nasional paling banyak dari yang lainnya yaitu 56 target global dari total

169 target global

(5)

25

2.2.3 Pembangunan Berkelanjutan dalam Perumahan

Menurut Tosics (2004), perumahan berkelanjutan atau sustainable housing adalah salah satu kebijakan yang sangat penting dan berpengaruh dalam

pembangunan kota yang berkelanjutan sehingga sektor perumahan memberikan kontribusi yang besar dalam keberlanjutan suatu kota. Perumahan yang berkelanjutan atau sustainable housing adalah perumahan yang menerapkan konsep sustainability (berkelanjutan), yaitu perumahan yang mempertimbangkan dari segi

aspek lingkungan, aspek sosial, dan aspek ekonomi. Sehingga, perumahan berkelanjutan adalah perumahan dengan lingkungan yang sehat, interaksi masyarakat yang baik, serta menunjang perekonomian masyarakat didalamnya.

Pembangunan baiknya mempertimbangkan keseimbangan, dalam Undang Undang Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 dikatakan bahwa dalam pembangunan harus memperhatikan keseimbangan antara lingkungan alam dan buatan dengan mempertimbangkan masyarakat didalamnya agar meminimalisir dampak negatif terdapat lingkungan yang disebabkan oleh pemanfaatan ruang. Namun, pada kenyataannya perumahan di Indonesia lebih mengacu pada pola grid dimana tidak memanfaatkan potensi lingkungan sekitarnya. Menurut Branch dalam Sabaruddin (2016), pendekatan perencanaan perumahan dengan pola grid dinyatakan gagal karena belum menciptakan perumahan yang ramah lingkungan. Oleh karena itu, perencana harus mempertimbangkan aspek lingkungan agar dapat memanfaatkan sekaligus menjaga lingkungan sehingga sumber daya yang ada tetap dapat memenuhi kebutuhan generasi yang akan datang

Ada beberapa indikator utama dalam perumahan berkelanjutan yang tidak terlepas dari 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan, yaitu indikator lingkungan, indikator sosial, dan indikator ekonomi. Berikut beberapa indikator ataupun variabel dari beberapa penelitian terdahulu.

a) Sudarwanto (2014) dalam menentukan indikator perumahan berkelanjutan

membaginya menjadi 4 (empat) indikator, yaitu: indikator keberlanjutan

lingkungan; indikator keberlanjutan sosial; indikator keberlanjutan ekonomi,

dan indikator lain yang berpengaruh positif seperti kebijakan dan tahapan

pembangunan. Dalam indikator lingkungan perumahan berkelanjutan

ditekankan efisiensi dan optimasi sumberdaya serta inovasi dalam pemanfaatan

(6)

26

sumber daya dengan prinsip 3R yaitu reduce, reuse, recycle. Ketersediaan ruang terbuka hijau yang optimum juga merupakan indikator untuk mencapai keseimbangan lingkungan. Kemudian untuk indikator keberlanjutan sosial mempunyai peran penting karena keberlanjutan lingkungan ataupun ekonomi digerakkan oleh struktur sosial masyarakat. Lalu, untuk indikator keberlanjutan ekonomi dinilai sebagai penggerak awal kegiatan perubahan sosial ataupun ekonomi. Terakhir untuk variabel lain yang berpengaruh positif dinilai penting karena kebijiakan yang ada serta tahapan pembangunannya akan mempengaruhi keberlanjutan. Berikut Tabel indikator perumahan berkelanjutan menurut Sudarwanto (2014).

TABEL II.1

TABEL INDIKATOR PERUMAHAN BERKELANJUTAN (1)

No. Sub Indikator Tolak Ukur Ket/Ref.

Indikator Keberlanjutan Lingkungan 1. Pengendalian

sumberdaya

Efisiensi energi, Penggunaan energi di lingkungan perumahan diukur atas produksi dan konsumsi energi yang dihasilkan harus efektif dan efisien,

Prinsip (3R) Reduce, reuse, recycle,

Implementasi 3R dalam tahapan pengembangan dan pembangunan diukur atas kualitas lingkungan perumahan,

Low Carbon, Produksi carbon dari kegiatan lingkungan perumahan adalah rendah,

Dampak negatif, Minimalkan dampak negative terutama terkait dengan thermal lingkungan,

Krisis Lingkungan Hindari kegiatan pembangunan menyebabkan kerusakan lingkungan

2. Kualitas perumahan dan lingkungannya

Kualitas indoor, Kenyamanan dan keamanan atas fungsi sebagai hunian,

Kualitas lingkungan outdoor,

Kenyamanan lingkungan pada ambang batas yang sehat bagi kegiatan,

Infrastruktur, Kelengkapan utilitas lingkungan harus efisien terhadap

penggunaan energi,

(7)

27

No. Sub Indikator Tolak Ukur Ket/Ref.

3. Kesehatan lingkungan

Polusi, limbah, ruang terbuka dan hijau

Minimalkan limbah yang menghasilkan polusi dan memperluas ruang hijau dan ruang terbuka hijau,

Limbah, Pengolahan limbah lingkungan sejalan dengan ketersediaan infrastruktur yang berkualitas Ruang terbuka dan tata

hijau

Memperluas lingkungan hijau untuk menyeimbangkan thermal dan unsur carbon.

Indikator Keberlanjutan Sosial

1. Kapasitas sosial Demografi, Pola penyebaran penduduk atas lingkungan perumahan yang seimbang,

Kohesi sosial, Kekuatan kelompok yang menggerakkan proses perubahan lingkungan perumahan,

Partisipasi, Tingkat kontribusi penghuni terhadap kesadaran bersosialisasi (interaksi sosial)

2. Kelembagaan Kelompok sosial, Munculnya kesadaran lingkungan yang berkelompok untuk

membangun lingkungan berkualitas

Pranata sosial, Adanya kesepakatan Bersama dalam mewujudkan

keseimbangan lingkungan secara kolektif.

3. Kultur/budaya masyarakat

Kebiasaan berkegiatan, Struktur kegiatan yang sering dikerjakan secara rutin dalam mengembangkan kualitas lingkungan,

Karakter sosial, Profil struktur sosial lingkungan perumahan

Indikator Keberlanjutan Ekonomi 1. Ekonomi lokal Nilai tambah

lingkungan,

Lingkungan berkualitas dan sehat memberikan nilai tambah ekonomi,

Kesejahteraan penghuni,

Peningkatan kuallitas hidup penghuni yang signifikan, 2. Keterjangkauan Daya beli, Kemampuan eknomi penghuni

untuk membelanjakan terkait dalam upaya meningkatkan kualitas hunian,

Biaya perawatan hunian,

Harga yang harus dibayar/dikeluarkan

Harga rumah, Nilai ekonomi atas hunian yang sehat dan berkualitas

(8)

28

No. Sub Indikator Tolak Ukur Ket/Ref.

3. Pembiayaan Subsidi pemerintah, Peran pemerintah mendorong terwujudnya pembangunan perumahan berkelanjutan, Sistem perbankan, Nilai peran sistem keuangan

dalam mengembangkan perumahan berkelanjutan, Swadaya, Swadaya masyarakat untuk

membiayai secara mandiri, Indikator lain yang berpengaruh positif

1. Aspek kebijakan Komitmen, Peran stakeholder dalam mewujudkan lingkungan ramah lingkungan,

Keberpihakan, Peran pemerintah dan developer bagi MBR

SNI dan regulasi, Ketersediaan aturan dan perangkat hukum dalam pengembangan lingkungan perumahan

Keterkaitan program, Program-program yang

diselenggarakan oleh pemerintah 2. Tahap Perencanaan Lokasi Aksesibilitas dan dekat dengan

fasilitas umum, Bentuk dan disain

lingkungan,

Konfigurasi tata letak lingkungan perumahan,

Kepadatan, Sedang dan mix use merupakan nilai optimal,

Guna lahan, Mix-use dan sesuai dengan tata ruang sebagai hunian,

Tatanan lingkungan, Tata hubungan antara hunian, jalan, dan infrastruktur,

Infrastruktur, Kelengkapan utilitas lingkungan 3. Tahap pelaksanaan Cara dan Teknik

membangun,

Dikerjakan dengan metoda yang berkelanjutan,

Rancangan perumahan, Telah mempertimbangkan konteks keberlanjutan (implementasi 3R)

Material konstruksi, Tidak menimbulkan dampak negatif,

Ketersediaan di pasar, Mudah diperoleh/ditemukan oleh konsumen MBR,

4. Tahap Penghunian Perubahan fisik hunian, Perubahan tata ruang dan kualitas bangunan

Perubahan fisik lingkungan,

Perubahan utilitas lingkungan yang mendorong peningkatan kualitas lingkungan,

Kesehatan lingkungan, Kualitas udara, kualitas

penerangan, kualitas kebisingan, tingkat polusi,

(9)

29

No. Sub Indikator Tolak Ukur Ket/Ref.

Kemudahan, Penghuni memperoleh kemudahan dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehari-hari, Perilaku penghuni, Positif berperilaku terhadap

lingkungannya, baik sosial dan terhadap lingkungan alamnya, Sumber: Sudarwanto, 2014

b) Widodo (2013) dalam menilai keberlanjutan suatu perumahan menggunakan 4 (empat) analisis meliputi: analisis kualitas rumah; analisis kondisi serta pemanfaatan sarana dan prasarana lingkungan; analisis kualitas sosial masyarakat; dan analisis kualitas ekonomi masyarakat. Dalam analisis kualitas rumah yang dinilai yaitu kualitas fisik rumah, jarak lokasi hunian terhadap tempat bekerja, kepadatan bangunan, status kepemilikan hunian, serta RTH hunian. Dalam analisis ini, Widodo (2013) menilai ada beberapa factor penghambat untuk mencapai titik keberlanjutan yaitu kepedulian masyarakat terhadap ruang terbuka sehingga minimnya ruang terbuka hijau dan tingginya kepadatan bangunan. Selanjutnya dalam analisis kondisi serta pemanfaatan sarana dan prasarana lingkungan yang dinilai yaitu kondisi, ketersediaan, dan pemanfaatan sarana prasarana permukiman, serta keterjangkauan sarana oleh masyarakat. Kemudian, untuk analisis kualitas sosial masyarakat yang dinilai yaitu: interaksi masyarakat; kepedulian masyarakat terhadap lingkungan; serta kenyamanan dan keamanan masyarakat. Terakhir, untuk analisis kualitas ekonomi masyarakat yang dinilai yaitu: rata-rata pendapatan masyarakat;

kepemilikan tabungan; penyerapan tenaga kerja oleh kegiatan industri.

Untuk menilai suatu perumahan yang berkelanjutan terdapat beberapa konsep yang ditawarkan dari turunan prinsip perumahan berkelanjutan itu sendiri.

Namun perumahan berkelanjutan atau sustainable housing sendiri hanya mempunyai 3 (tiga) indikator utama yang sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu lingkungan, ekonomi, dan sosial. Beberapa organisasi internasional membuat beberapa indikator terkait perumahan berkelanjutan yang menjadi tolak ukur penilaian keberlanjutan seperti EU, UNCSD, dan OECD.

Namun indikator-indikator itu masih terbatas dan tidak dapat diaplikasikan di

seluruh negara, hanya beberapa negara saja. Maka dari itu, dengan konsep

(10)

30

perumahan berkelanjutan sebagai dasar, penerapannya dapat lebih dikembangkan dengan mempertimbangkan prinsip keberlanjutan.

2.3 Konsep Ecological Housing dalam Perumahan

Konsep Ecological Housing atau perumahan ekologis adalah suatu konsep yang diterapkan berdasarkan sustainable housing (perumahan berkelanjutan).

Widja (2004) mengatakan bahwa ecological housing adalah suatu terapan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah dengan fungsi dan kenyamanan rumah serta menekankan pada rumah yang memperhatikan potensi lingkungan di sekitarnya.

Konsep ini tidak memfokuskan hanya pada kuantitas perumahannya saja ataupun kondisi dan desain fisik bangunannya. Tetapi, konsep ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan perumahan yang aman dan nyaman tanpa melupakan kondisi lingkungan sekitarnya, sehingga kemungkinan kerusakan lingkungan dapat diminimalisir. Konsep ini merupakan konsep yang sederhana namun juga kompleks, sehingga konsep ini dapat disampaikan secara multidimensi dan multi- interpretasi. Menurut Heal dalam (Fauzi, 2004) konsep ini setidaknya mengandung 2 dimensi yaitu dimensi waktu yang dapat melihat keberlanjutan dimasa yang akan datang serta dimensi interaksi antara masyarakat dengan lingkungan.

Konsep Ecological Housing merupakan improvivasi dalam penerapan prinsip-prinsip sustainable housing itu sendiri. Karena, menurut Sarkar dalam (Razan, 2014) konsep ini sudah mengandung 3 unsur dari sustainable housing yaitu lingkungan, ekonomi, dan sosial. Lebih lanjut, Konsep ini berpengaruh kepada 3 aspek tersebut, konsep ini menurut Sarkar dalam (Razan, 2014) memiliki 5 (lima) aspek yang ditinjau sebagai prinsip dalam menerapkan ecological housing atau perumahan yang ekologis. Berikut tabel prinsip perumahan ekologis.

TABEL II.2 PRINSIP-PRINSIP PERUMAHAN EKOLOGIS

Aspek Keterangan

Fisik Bangunan

hunian

Hemat energi, dilihat dari bahan bangunan dari hunian adalah bahan yang tidak berbahaya.

Sehat, dilihat dari cukup penghawaan dan luas ruang yang memadai.

(11)

31

Aspek Keterangan

Selaras dengan iklim, dilihat dari pencahayaan alami serta aman dari panas dan debu.

Kokoh, dilihat dari konstrikusi bangunan Sarana dan

prasarana

Dilihat dari sarana prasarana yang memadai seperti penerangan, air bersih, dan pengelolaan air limbah serta akses yang baik terhadap fasilitas kota

Lingkungan Memperhatikan dampak pencemaran yang ditimbulkan dengan pengelolaan limbah yang baik serta ruang terbuka hijau sebagai penyedia udara yang bersih dan resapan air hujan

Ekonomi Memiliki lingkungan yang sehat sehingga dapat meningkatkan produktivitas penghuni

Sosial hubungan antar masyarakatnya yang memiliki sifat kekeluargaan dan kesetiakawanan dalam menjaga lingkungan Sumber: Sarkar dalam Razan, 2014

Razan (2014) sendiri dalam menerapkan konsep ini menggunakan 7 (tujuh) variabel yaitu: fisik hunian; KDB Kawasan; lingkungan perumahan; moda transportasi; sarana perumahan; prasarana perumahan; dan perilaku masyarakat.

Dalam variabel fisik hunian, Razan (2014) menjabarkan 5 (lima) analisis data,

yaitu: 1) Ketersediaan vegetasi dan kebersihan hunian; 2) Fungsi hunian; 3) Status

Kepemilikan Hunian; 4) Ketersediaan dan kondisi fisik sanitasi; dan 5)

Pemanfaatan bahan bangunan terhadap hunian. Kemudian, untuk variabel KDB

Kawasan dilihat dari komposisi ruang terbuka dengan lahan terbangun. Untuk

variabel lingkungan perumahan dijabarkan dengan 3 (tiga) analisis data yaitu: 1)

Vegetasi koridor; 2) Keamanan lingkungan; dan 3) Persepsi penghuni terhadap

kondisi lingkungan. Untuk variabel moda transportasi dijabarkan dengan 3 (tiga)

analisis data yaitu: 1) Kenyamanan Angkunan Umum Penumpang; 2) Jangkauan

trayek AUP di lingkungan perumnas; dan 3) Preferensi penghuni terhadap

pemilihan moda transportasi dalam kegiatannya. Untuk variabel sarana perumahan

dilihat dari kondisi fisik dan ketersediaan sarana umum kemudian dijabarkan

dengan 4 (empat) analisis data yaitu: 1) Jaringan jalan; 2) Jaringan drainase; 3)

Jaringan air bersih; dan 4) Jaringan persampahan. Untuk variabel prasarana

perumahan dijabarkan dengan 4 (empat) analisis data yaitu: 1) Jaringan jalan; 2)

Jaringan drainase; 3) Jaringan air bersih; dan 4) Jaringan persampahan.

(12)

32 2.4 Sintesa Variabel

Pada sub-bab ini akan menjabarkan tentang variabel-variabel yang digunakan pada penelitian terdahulu yang mempunyai kesamaan topik dengan penelitian ini. Hal ini digunakan untuk melihat variabel apa yang akan digunakan pada penelitian ini sehingga penelitian ini lebih terarah dengan baik.

TABEL II.3

IDENTIFIKASI VARIABEL

No. Nama Peneliti Tahun Variabel Turunan Variabel 1. Budi Sudarwanto,

Edward E Pandelaki,

Soegiono Soetomo

2014 Pengendalian sumberdaya 1. Efisiensi Energi;

2. prinsip (3R) Reduce, reuse, recycle;

3. Low carbon;

4. Dampak negatif;

5. krisis lingkungan Kualitas perumahan dan

lingkungannya

1. Kualitas Indoor;

2. kualitas lingkungan outdoor;

3. infrasturktur Kesehatan Lingkungan 1. Polusi,

2. limbah,

3. ruang terbuka dan hijau;

2. Shidqi Shafirin Razan, Nany

Yuliastuti

2014 Fisik bangunan hunian 1. Ketersediaan vegetasi dan kebersihan hunian 2. Fungsi hunian 3. Status kepemilikan

hunian

4. Ketersediaan dan kondisi fisik sanitasi 5. Pemanfaatan bahan

bangunan terhadap hunian

Komposisi ruang terbuka dengan lahan terbangun

Lingkungan perumahan 1. Vegetasi koridor 2. Keamanan lingkungan 3. Persepsi penghuni

terhadap kondisi lingkungan

Sarana 1. Sarana pendidikan

2. Sarana peribadatan 3. Sarana kesehatan 4. Sarana perniagaan dan

perbelanjaan

(13)

33

No. Nama Peneliti Tahun Variabel Turunan Variabel Prasarana 1. Jaringan jalan

2. Jaringan drainase 3. Jaringan air bersih 4. Jaringan persampahan Moda transportasi 1. Kenyamanan Angkunan

Umum Penumpang 2. Jangkauan trayek AUP

di lingkungan perumnas 3. Preferensi penghuni

terhadap pemilihan moda transportasi dalam kegiatannya

Perilaku masyarakat 3. Intan Puspita

Widodo, Nany Yuliastuti

2013 Kualitas rumah 1. Kualitas fisik rumah 2. Jarak lokasi hunian

terhadap tempat bekerja 3. Kepadatan bangunan 4. Status kepemilikan

hunian 5. RTH hunian Kondisi dan pemanfaatan

sarana dan prasarana lingkungan

2 Kondisi 3 Ketersediaan 4 Pemanfaatan 5 Keterjangkauan oleh

masyarakat

Kualitas sosal masyarakat 1. Interaksi masyarakat 2. Kepedulian masyarakat

terhadap lingkungan 3. Kenyamanan dan

keamanan masyarakat Kualitas ekonomi

masyarakat

1. Rata-rata pendapatan masyarakat

2. Kepemilikan tabungan 3. Penyerapan tenaga kerja

oleh kegiatan industry 4. Dwinita Larasati,

TU DELFT

2006 Komunitas 1. hubungan lingkungan 2. Keterlibatan penduduk 3. gotong royong

(Aktivitas komunal produktif)

4. kegiatan lingungan 5. pemrakarsa 6. spill over effect 7. akses air minum 8. akses fasum fasos Di luar rumah 1. public space

2. halaman dan taman 3. perluasan rumah

(14)

34

No. Nama Peneliti Tahun Variabel Turunan Variabel Di dalam rumah 1. ruang

2. cahaya 3. pendingin

4. polusi udara dan suara 5. fasilitas air dan listrik Komponen bangunan 1. himpunan

2. ukuran 3. daya tahan dan

perawatan 4. prefabrikasi

Material 1. pondasi

2. dinding

3. kerangka bangunan 4. atap

5. sumber material

Sumber 1. sumber energi

2. sumber air 3. air minum

Limbah 1. limbah air

2. limbah rumah tangga 3. pembuangan sampah 4. agen pembersih Money Matters 1. pembiayaan gedung

2. sertifikasi 3. biaya energi 4. rumah sebagai unit

produksi Sumber: Penulis, 2019

(15)

35

TABEL II.4 JUSTIFIKASI DAN VERIFIKASI VARIABEL

Turunan Variabel A B C D Keterangan Justifikasi Verifikasi

Fisik Bangunan Hunian

Efisiensi Energi v Diambil

Penggunaan energi secara efisien dapat memengaruhi keberlanjutan lingkungan dimana dalam mengatasi masalah lingkungan seperti emisi gas rumah kaca, efisiensi energi merupakan salah satu solusinya. Sehingga variabel disesuaikan sebagai turunan variabel

‘hemat energi’

Diambil sebagai variabel ‘Fisik Bangunan Hunian’ dengan turunan

variabel ‘hemat energi’

Sumber energi v Diambil

Sumber energi yang digunakan karena memengaruhi keberlanjutan lingkungan agar dapat terus memenuhi kebutuhan energi yang ada. Variabel ini disesuaikan sebagai turunan variabel ‘hemat energi’

Diambil sebagai variabel ‘Fisik Bangunan Hunian’ dengan turunan

variabel ‘hemat energi’

public space

v

Diambil Multifungsi public space untuk memenuhi kebutuhan penghuni

Diambil sebagai variabel

‘lingkungan’ dengan turunan variabel ‘Public Space’

Low carbon; v Tidak Diambil

Produksi carbon dari kegiatan lingkungan yang rendah berkaitan dengan polusi udara dimana mengurangi dampak pencemaran lingkungan namun variabel ini kurang relevan dengan penelitian yang dilakukan karena produksi carbon yang rendah tidak termasuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota

Variabel kurang relevan dengan penelitian

(16)

36

Turunan Variabel A B C D Keterangan Justifikasi Verifikasi

Pencahayaan alami

v

Diambil Pencahayaan secara alami dapat membantu menjaga lingkungan perumahan agar tetap sehat

Diambil sebagai variabel Fisik Bangunan hunian dengan turunan

variabel ‘Pencahayaan’

Dampak negatif; v Diambil

Mengurangi dampak negatif terkait dengan thermal lingkungan penting untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan, hal ini dapat dilihat dari keberadaan RTH privat dan publik.

Sehingga variabel ini dapat diwakilkan menjadi turunan variabel ‘sehat’ dan ‘public space’

Diambil sebagai variabel ‘fisik bangunan hunian’ dengan turunan

variabel ‘RTH & taman’ dan didukung oleh variabel ‘lingkungan’

dengan turunan variabel ‘public space’

krisis lingkungan v Diambil

Mengurangi kegiatan pembangunan yang menyebabkan kerusakan lingkungan penting untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan, hal ini dapat dilihat dari variabel

‘kepedulian masyarakat terhadap lingkungan’

Diambil sebagai variabel ‘sosial’

dengan turunan variabel ‘kepedulian masyarakat’

polusi (polusi udara dan suara) v v Tidak Diambil

Meminimalkan polusi lingkungan untuk mengurangi pencemaran lingkungan, namun variabel ini kurang relevan dengan penelitian yang dilakukan karena polusi tidak termasuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota

Variabel kurang relevan dengan penelitian

limbah rumah tangga v v Diambil

Pengolahan limbah yang baik berpengaruh untuk mengurangi pencemaran lingkungan, disesuaikan menjadi variabel jaringan persampahan

Diambil sebagai variabel ‘prasarana’

dengan turunan variabel ‘Jaringan Persampahan’

Ruang terbuka hijau v v Diambil RTH berpengaruh terhadap penyediaan udara yang bersih dan resapan air hujan

Diambil sebagai variabel ‘fisik bangunan hunian’ dengan turunan

variabel ‘RTH dan taman’

(17)

37

Turunan Variabel A B C D Keterangan Justifikasi Verifikasi

Pembuangan sampah v v Diambil

Cara pembuangan sampah yang dilakukan seperti implementasi 3R penting dalam pengelolaan sampah agar mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Variabel ini disesuaikan dengan variabel ‘Jaringan Persampahan’

Diambil sebagai variabel ‘prasarana’

dengan turunan variabel ‘Jaringan Persampahan’

Agen pembersih v Tidak Diambil

Penggunaan bahan kimia dalam kegiatan rumah tangga mempengaruhi keberlangsungan lingkungan disekitarnya, namun variabel ini kurang relevan dengan penelitian yang dilakukan karena penggunaan bahan kimia pada perumahan tidak termasuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota

Variabel kurang relevan dengan penelitian

Kualitas Perumahan dan Lingkungannya

Kualitas indoor v Tidak Diambil

Komponen ini tidak diambil karena kurang relevan dengan penelitian yang dilakukan karena kualitas indoor perumahan tidak termasuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota

Variabel kurang relevan dengan penelitian

Keamanan v Tidak Diambil

Komponen ini tidak diambil karena lebih sesuai untuk variabel social housing bukan Ecological Housing

Variabel kurang relevan dengan penelitian

Vegetasi Koridor v v Diambil

Vegetasi koridor berperan sebagai penyedia udara bersih yang sesuai dengan prinsip ecological housing sehingga dapat disesuaikan dengan turunan variabel ‘public space’

Diambil sebagai variabel

‘lingkungan’ dengan turunan variabel ‘Public Space’

Persepsi Penghuni terhadap

kondisi lingkungan v diambil

Persepsi Penghuni terhadap kondisi lingkungan berpengaruh terhadap kepedulian penghuni terhadap lingkungannya maka variabel ini

Diambil sebagai variabel ‘sosial’

dengan turunan variabel ‘kepedulian masyarakat’

(18)

38

Turunan Variabel A B C D Keterangan Justifikasi Verifikasi

disesuaikan dengan variabel ‘kepedulian masyarakat’

‘Kualitas Perumahan Ketersediaan dan kondisi fisik

sanitasi v Diambil

Ketersediaan dan kondisi fisik sanitasi berpengaruh terhadap kesehatan dan pengelolaan limbah

Diambil sebagai variabel ‘prasarana’

dengan turunan variabel

‘ketersediaan sanitasi’

Komposisi ruang terbuka dengan

lahan terbangun v Diambil

KDB dan KDH berpengaruh terhadap kepadatan perumahan dimana dalam prinsip ecological housing hunian harus bersifat sehat (cukup penghawaan dan luas ruang yang memadai), variabel ini dapat disesuaikan menjadi variabel

‘sehat’

Diambil sebagai variabel ‘fisik bangunan hunian’ dengan turunan

variabel ‘RTH & taman’

rumah sebagai unit produksi v Diambil

Untuk melihat apakah rumah yang digunakan berfungsi hanya sebagai tempat tinggal saja atau juga digunakan sebagai unit produksi disesuaikan menjadi turunan variabel

‘produktivitas’

Diambil sebagai variabel ‘ekonomi’

dengan turunan variabel

‘produktivitas’

Sarana

Sarana pendidikan v v v Diambil

Kelengkapan sarana pendidikan untuk memenuhi kebutuhan penghuni akan sarana dasar

Diambil sebagai variabel sarana dengan turunan variabel ‘Sarana

pendidikan’

Sarana peribadatan v v v Diambil

Kelengkapan sarana peribadatan untuk memenuhi kebutuhan penghuni akan sarana dasar

Diambil sebagai variabel sarana dengan turunan variabel ‘Sarana

peribadatan’

Sarana kesehatan v v v Diambil Kelengkapan sarana kesehatan untuk memenuhi kebutuhan penghuni akan sarana dasar

Diambil sebagai variabel sarana dengan turunan variabel ‘Sarana

kesehatan’

(19)

39

Turunan Variabel A B C D Keterangan Justifikasi Verifikasi

Sarana perniagaan dan

perbelanjaan v v v Diambil

Kelengkapan sarana perniagaan dan perbelanjaan untuk memenuhi kebutuhan penghuni akan sarana dasar

Diambil sebagai variabel sarana dengan turunan variabel ‘Sarana perniagaan dan perbelanjaan’

Prasarana

Jaringan jalan v Tidak Diambil Jaringan jalan berpengaruh terhadap aksesibilitas penghuni

Diambil sebagai variabel prasarana dengan turunan variabel ‘Jaringan

jalan’

Jaringan drainase v v Diambil

Jaringan drainase berpengaruh untuk menampung kelebihan air agar tidak terjadi genangan/banjir

Diambil sebagai variabel prasarana dengan turunan variabel ‘Jaringan

drainase’

Jaringan air bersih v v Diambil Jaringan air bersih merupakan kebutuhan dasar dari penghuni

Diambil sebagai variabel prasarana dengan turunan variabel ‘Jaringan air

bersih’

Jaringan persampahan v Diambil Jaringan persampahan berguna agar sampah di perumahan terkelola dengan benar

Diambil sebagai variabel prasarana dengan turunan variabel ‘Jaringan

persampahan’

Akses air bersih v Diambil Akses terhadap air mempengaruhi kebutuhan dasar dari penghuni

Diambil sebagai variabel prasarana dengan turunan variabel ‘akses air

bersih’

akses fasum fasos v Diambil

Akses terhadap fasum fasos mempengaruhi kebutuhan dasar dari penghuni namun dapat disesuaikan dengan variabel sarana

Diambil sebagai variabel sarana

sumber air minum v Diambil

Sumber air minum dan kualitas air tanah menentukan apakah kebutuhan penghuni terpenuhi secara sehat dan disesuaikan sebagai jaringan air bersih

Diambil sebagai variabel prasarana dengan turunan variabel ‘jaringan air

bersih’

(20)

40

Turunan Variabel A B C D Keterangan Justifikasi Verifikasi

Penerangan Jalan v Diambil

Penerangan yang cukup merupakan hal penting untuk membantu penduduk perumahan pada malam hari tetap cukup pencahayaan

Diambil sebagai variabel prasarana dengan turunan variabel ‘penerangan

jalan’

Akses terhadap fasilitas kota Kenyamanan transportasi publik v Tidak Diambil

Komponen ini tidak diambil karena lebih sesuai untuk variabel social housing bukan Ecological Housing

Variabel kurang relevan dengan penelitian

Jangkauan transportasi publik v Diambil

Jangkauan transportasi publik berpengaruh terhadap preferensi penghuni namun dapat disesuaikan sebagai variabel ‘Keberadaan transportasi publik’

Diambil sebagai variabel aksesibilitas dengan turunan variabel

‘Keberadaan transportasi publik’

Preferensi penghuni (transportasi

publik/pribadi) v Diambil

Variabel ini disesuaikan dengan kesediaan masyarakat dalam menggunakan transportasi publik

Diambil sebagai variabel aksesibilitas dengan turunan variabel

‘Kesediaan Masyarakat untuk menggunakan transportasi publik’

Keberadaan transportasi publik v Diambil kebedaraan transportasi publik berguna agar aksesibilitas penghuni terpenuhi

Diambil sebagai variabel aksesibilitas dengan turunan variabel

‘Keberadaan transportasi publik’

Kualitas Sosial

hubungan lingkungan v v v Diambil

Untuk mengetahui apakah interaksi antar penduduk terjalin dengan baik sehingga dapat tercipta lingkungan perumahan yang baik pula

Diambil sebagai variabel sosial dengan turunan variabel ‘interaksi

masyarakat’

gotong royong (Aktivitas

komunal produktif) v Diambil

Untuk melihat apakah terjadi aktivitas gotong royong diantara penduduk untuk menjaga lingkungan sekitarnya

Diambil sebagai variabel sosial dengan turunan variabel

‘kekeluargaan masyarakat’

kegiatan lingkungan v v v Diambil Untuk melihat kegiatan yang dilakukan dalam mengembangkan kualitas lingkungan

Diambil sebagai variabel sosial dengan turunan variabel

‘kekeluargaan masyarakat’

(21)

41

Turunan Variabel A B C D Keterangan Justifikasi Verifikasi

pemrakarsa v Diambil

Komponen ini tidak diambil karena lebih sesuai untuk variabel social housing bukan Ecological Housing

Variabel kurang relevan dengan penelitian

Keterlibatan penduduk v v Diambil Untuk melihat seberapa jauh usaha masyarakat dalam menjaga lingkungan

Diambil sebagai variabel sosial dengan turunan variabel

‘kekeluargaan masyarakat’

Spill over effect v Diambil

Komponen ini tidak diambil karena lebih sesuai untuk variabel social housing bukan Ecological Housing

Variabel kurang relevan dengan penelitian

Konstruksi Hunian

himpunan v Tidak diambil

Komponen ini tidak diambil karena kurang relevan dengan penelitian yang dilakukan karena himpunan tidak termasuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota

Variabel kurang relevan dengan penelitian

Ukuran v Tidak diambil

Komponen ini tidak diambil karena kurang relevan dengan penelitian yang dilakukan karena ukuran tidak termasuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota

Variabel kurang relevan dengan penelitian

daya tahan & perawatan v Diambil

Untuk melihat perawatan yang dilakukan dalam menjaga kualitas rumah yang dimiliki, variabel ini disesuaikan menjadi variabel ‘kokoh’

Diambil sebagai variabel fisik bangunan hunian dengan turunan

variabel ‘kokoh’

prefabrikasi v Tidak diambil

Komponen ini tidak diambil karena kurang relevan dengan penelitian yang dilakukan karena prefabrikasi tidak termasuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota

Variabel kurang relevan dengan penelitian

Atap v Diambil Untuk melihat apakah atap rumah yang

digunakan dapat tahan lama untuk menunjang

Diambil sebagai variabel fisik bangunan hunian dengan turunan

variabel ‘kokoh’

(22)

42

Turunan Variabel A B C D Keterangan Justifikasi Verifikasi

keberlanjutan perumahan, variabel ini disesuaikan menjadi variabel ‘kokoh’

Pondasi v Tidak Diambil

Komponen ini tidak diambil karena kurang relevan dengan penelitian yang dilakukan karena pondasi tidak termasuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota

Variabel kurang relevan dengan penelitian

Dinding v Diambil

Untuk melihat apakah dinding rumah yang digunakan dapat tahan lama untuk menunjang keberlanjutan perumahan, variabel ini disesuaikan menjadi variabel ‘kokoh’

Diambil sebagai variabel fisik bangunan hunian dengan turunan

variabel ‘kokoh’

kerangka bangunan v Tidak diambil

Komponen ini tidak diambil karena kurang relevan dengan penelitian yang dilakukan karena kerangka bangunan tidak termasuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota

Variabel kurang relevan dengan penelitian

Sumber: Penulis, 2019

Keterangan:

A : Budi Sudarwanto, Edward E Pandelaki, Soegiono Soetomo B : Shidqi Shafirin Razan, Nany Yuliastuti

C : Intan Puspita Widodo, Nany Yuliastuti

D : Dwinita Larasati, TU DELFT

(23)

43

TABEL II.5 VARIABEL TERPILIH

Variabel Komponen Keterangan Tolak Ukur Indikator Sumber Tolak Ukur Indikator

Fisik Bangunan Hunian

Hemat energi

Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua

Persentase rumah yang meenggunakan teknologi hemat energi

Masyarakat

RTH & taman

Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua

Persentase rumah yang memiliki taman pada suatu perumahan

Masyarakat

Pencahayaan alami

Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua

Persentase rumah yang memiliki jendela pada suatu perumahan

Masyarakat

Kokoh

Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua penghuni

Persentase rumah yang memiliki bangunan yang kokoh pada suatu perumahan

Masyarakat

Sarana

Sarana Kesehatan

Skor 1 = tidak ada > 1 km

Skor 2 = jarak 500 meter dari perumahan Skor 3 = jarak 200 meter dari perumahan Skor 4 = perumahan dekat sarana

Akses perumahan terhadap sarana kesehatan dilihat dari jarak tempuh dari perumahan ke sarana Kesehatan terdekat

Masyarakat

Sarana Pendidikan Dasar

Skor 1 = tidak ada > 1 km

Skor 2 = jarak 500 meter dari perumahan Skor 3 = jarak 200 meter dari perumahan Skor 4 = perumahan dekat sarana

Akses perumahan terhadap sarana pendidikan dilihat dari jarak tempuh dari perumahan ke sarana pendidikan terdekat

Masyarakat

Sarana Peribadatan Skor 1 = tidak ada > 1 km

Skor 2 = jarak 500 meter dari perumahan

Akses perumahan terhadap sarana perbidatan dilihat dari

Masyarakat

(24)

44

Variabel Komponen Keterangan Tolak Ukur Indikator Sumber Tolak Ukur Indikator

Skor 3 = jarak 200 meter dari perumahan Skor 4 = perumahan dekat sarana

jarak tempuh dari perumahan ke sarana perbidatan terdekat

Sarana perniagaan dan perbelanjaan

Skor 1 = tidak ada > 1 km

Skor 2 = jarak 500 meter dari perumahan Skor 3 = jarak 200 meter dari perumahan Skor 4 = perumahan dekat sarana

Akses perumahan terhadap pasar dilihat dari jarak tempuh dari perumahan ke pasar terdekat

Masyarakat

Prasarana

Penerangan jalan

Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua

Persentase rumah yang terlayani penerangan jalan pada suatu perumahan

Masyarakat

Akses air bersih

Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua

Persentase rumah yang mempunyai akses air berish pada suatu perumahan

Masyarakat

Jaringan air bersih

Skor 1 = Berbau, berwarna, berasa Skor 2 = Tidak memenuhi 2 kriteria Skor 3 = Tidak memenuhi 1 kriteria

Skor 4 = tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa

Persentase rumah yang memiliki kualitas air yang baik (tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa) pada suatu perumahan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/2010 mengenai persyaratan kualitas air minum

Sanitasi

Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua penghuni

Persentase rumah yang memiliki sanitasi pada suatu perumahan

UN(2015): Sustainable Development Goals (SDGs)

Jaringan persampahan

Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua

Persentase rumah yang terlayani pengangkutan sampah pada suatu perumahan

Masyarakat

(25)

45

Variabel Komponen Keterangan Tolak Ukur Indikator Sumber Tolak Ukur Indikator

Jaringan drainase

Skor 1 = semua Skor 2 = kebanyakan Skor 3 = beberapa Skor 4 = tidak ada

Persentase rumah yang terjadi genangan/banjir untuk melihat apakah drainase telah berfungsi dengan baik pada suatu perumahan

Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (2006)

Pengelolaan limbah

Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua

Persentase rumah yang memiliki septictank pada suatu perumahan

Masyarakat

Jaringan listrik

Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua

Persentase rumah yang teraliri listrik pada suatu perumahan

Masyarakat

Akses terhadap fasilitas kota

Keberadaan transportasi publik

Skor 1 = tidak ada > 1 km

Skor 2 = jarak 500 meter dari perumahan Skor 3 = jarak 200 meter dari perumahan Skor 4 = perumahan dilewati transportasi

publik

Akses perumahan dalam menemukan transportasi publik dilihat dari jarak tempuh dari perumahan ke transportasi publik terdekat

Masyarakat

Kesediaan masyarakat untuk

menggunakan transportasi publik

Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua

Persentase penghuni perumahan yang bersedia menggunakan transportasi publik

Masyarakat

Lingkungan Public space

Skor 1 = Kurang Skor 2 = Minim Skor 3 = Cukup Skor 4 = Multifungsi

Keberadaan public space di suatu perumahan

Masyarakat

Ekonomi Produktivitas penghuni

Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa

Produktivitas penghuni berdasarkan bekerja di sekitar

Masyarakat

(26)

46

Variabel Komponen Keterangan Tolak Ukur Indikator Sumber Tolak Ukur Indikator

Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua

Skor 1 = hanya sebagai tempat tinggal Skor 2 = ada yang memanfaatkan Skor 3 = beberapa memanfaatkan Skor 4 = sebagian memanfaatkan

atau tidak dan pemanfaataan fungsi rumah

Sosial

Kekeluargaan masyarakat

Skor 1 = tidak ada

Skor 2 = hanya pada keadaan darurat Skor 3 = sesekali

Skor 4 = rutin

Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua

Adanya kegiatan gotong royong disuatu perumahan dan persentase kesediaan masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong

Masyarakat

Interaksi Masyarakat

Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua

Persentase masyarakat yang saling berinteraksi pada suatu perumahan

Anisa, 2016

Sumber: Penulis, 2019

Gambar

GAMBAR II.1
TABEL II.1
TABEL II.2 PRINSIP-PRINSIP PERUMAHAN EKOLOGIS
TABEL II.3
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya teknologi QR code ini informasi mengenai satwa-satwa pada Kebun Binatang Ragunan dapat di akses oleh pengunjung yang ada.. Untuk penerapan aplikasi ini kita

CATATAN: Jika Anda telah mengeset sistem untuk minta kata sandi saat keluar dari mode Tidur, Anda harus memasukkan kata sandi Windows sebelum pekerjaan Anda kembali ditampilkan

Ekspor Produk Industri Kehutanan (Berita Negara.. Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2006) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri

Sirait (masing-masing dalam daftar pencarian orang), selanjutnya Terdakwa 3 tanpa seizin dari pemiliknya lalu memasukan selang tersebut kedalam tangki solar

Kementerian Pertanian sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

Pengalaman budidaya lebah madu yang masih terbatas, keterbatasan pakan lebah di bulan-bulan tertentu, tingginya permintaan madu dari masyarakat atau industri,

Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah menjalankan proses monitoring dan evaluasi evaluasi internal dalam rangka proses penjaminan mutu yang bertujuan untuk memenuhi atau

Setelah melakukan perbandingan antara kedua metode MADM yaitu SAW dan TOPSIS, kemudian mencari alternatif terbaik menggunakan metode terpilih hasil dari proses