21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijabarkan kajian pustaka yang digunakan pada penelitian ini. Dimulai dari pembangunan perumahan di Indonesia, kemudian konsep pembangunan berkelanjutan dalam perumahan, serta konsep ecological housing dalam perumahan, dan diakhiri dengan sintesa variabel yang digunakan pada penelitian ini.
2.1 Pembangunan Perumahan di Indonesia
Tempat tinggal merupakan hal yang sangat penting dalam melangsungkan kehidupan. Namun, tempat tinggal bukan hanya tempat untuk bernaung tetapi juga tempat untuk berlindung dari kondisi alam yang belum tentu selalu baik.
Perumahan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kumpulan dari beberapa rumah yang merupakan tempat untuk tinggal. Rumah juga dapat diartikan sebagai tempat untuk kembali, tempat makhluk hidup untuk tinggal dan memperbanyak keturunan dan melangsungkan kehidupannya. Namun, Abrams dalam Kuswartojo (2005) menyatakan bahwa perumahan bukan hanya sekedar wadah fisik namun juga bagian dari komunitas dan lingkungan sosial. Ia juga menyatakan bahwa perumahan sangat erat kaitannya dengan aktivitas ekonomi, pembangunan, dan industrialisasi.
Dalam penyediaan perumahan, banyak yang perlu menjadi perhatian dan
ditangani secara professional baik oleh masyarakat sebagai pelaku yang akan
menempati perumahan tersebut maupun bagi lembaga terkait, baik dari pemerintah
maupun swasta. Tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia termasuk tinggi jika
dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Sehingga kebutuhan akan rumah
juga terus meningkat. Hal ini menyebabkan pembangunan perumahan terkadang
hanya melihat dari segi kuantitas saja untuk memenuhi kebutuhan yang ada
daripada melihat dari segi kualitas.
22
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kualitas adalah tingkat baik buruknya atau derajat dari sesuatu. Sedangkan menurut Crosby dalam Yazid (2013), kualitas merupakan hal yang sesuai dengan standar atau yang disyaratkan sehingga suatu hal dapat dikatakan memiliki kualitas apabila dapat memenuhi standar yang telah ditentukan. Sehingga dapat diartikan bahwa kualitas perumahan adalah tingkat baik atau buruknya suatu perumahan yang dilihat dari pemenuhan standar yang telah ditentukan.
Pemerintah mendirikan perumnas yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk perusahaan umum (perum) sebagai solusi dalam memenuhi kebutuhan akan rumah yang layak bagi masyarakat menengah ke bawah.
Perumnas adalah perusahan umum pembangunan perumahan nasional yang merupakan badan usaha yang dibangun oleh pemerintah untuk membangun rumah sederhana yang juga menyediakan prasarana lingkungan, penguasaan, pembiayaan, pematangan, dan pengelolaan (Kuswartojo, 2005). Perusahaan umum yang dibangun pada tahun 1974 ini hanya memfokuskan untuk membangun rumah sederhana saja yang rumahnya tidak lebih besar dari 70m
2. Perumnas merupakan pengembang rumah sederhana terbesar di Indonesia, yang memiliki tujuh cabang di Seluruh Indonesia, dan Bandar Lampung termasuk kedalam cabang Perumnas Regional II.
2.2 Konsep Pembangunan Berkelanjutan Dalam Perumahan
Dalam sub-bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian pembangunan berkelanjutan, pilar pembangunan berkelanjutan, dan pembangunan berkelanjutan dalam perumahan.
2.2.1 Pengertian Pembangunan Berkelanjutan
Menurut Brundtland (1987) dalam bukunya yang berjudul “Our Common Future: Report of the World Commission on Environment and Development”,
pembangunan berkelanjutan atau sustainable development adalah pembangunan
yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan
generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam buku ini juga
23
dijelaskan bahwa pembangunan berkelanjutan mengandung 2 (dua) konsep utama.
Konsep pertama yaitu tentang konsep dari kebutuhan atau needs yang lebih mengkhususkan pada kebutuhan esensial masyarakat miskin yang ada dunia dan perlu untuk diberikan prioritas utama. Konsep yang kedua yaitu konsep pembatas atau limitation yang diberlakukan oleh suatu negara agar kemampuan lingkungan dapat terus memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
Sebelum adanya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau yang biasa disebut sebagai Sustainable Development Goals (SDGs), telah dilaksanakan Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDGs) selama periode 2000-2015 yang dipercaya telah mendapatkan hasil yang signifikan dan membawa kemajuan di Indonesia. Sebanyak 70% dari tujuan yang ingin dicapai MDGs telah berhasil, namun masih meninggalkan beberapa hal yang perlu diperhatikan pada periode SDGs (BPS,2016).
2.2.2 Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Menurut United Nations Environment Programme (UNEP) atau Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam Murniningtyas (2014), pembangunan berkelanjutan memiliki 3 (tiga) pilar utama yaitu pilar sosial, pilar ekonomi, dan pilar lingkungan. Berikut hubungan ketiga pilar dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
Sumber: Chang, 2015
GAMBAR II.1
TIGA PILAR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Pertama, pilar sosial dalam pembangunan berkelanjutan adalah dimana
kesetaraan dalam penyediaan infrastruktur seperti pelayanan publik untuk
24
pendidikan, kesehatan, keamanan dan perumahan serta pemerataan akses terhadap sumber daya yang ada (Murniningtyas, 2014). Berdasarkan Laporan MDGs dalam Murniningtyas (2014), dilihat dari pencapaian target MDG, Indonesia telah menerapkan pilar sosial dengan baik dan berhasil secara sistematis. Namun, BPS (2016) mengatakan bahwa tingkat kematian ibu dan bayi, gizi buruk, dan penyakit HIV/AIDS belum mencapai target sehingga perlu lebih diperhatikan dalam penerapan SDGs kedepannya.
Kedua, untuk pilar ekonomi dalam pembangunan berkelanjutan adalah dimana pertumbuhan ekonomi negara terus meningkat dengan mengurangi dampak terhadap lingkungan sekitarnya (Murniningtyas, 2014). Berdasarkan laporan MDGs dalam Murniningtyas (2014), pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat dan berhasil mengurangi tingkat pengangguran yang ada, namun hal ini menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan yang berakibat turunnya kualitas lingkungan dan perubahan dari desa menjadi kota yang berakibat ruang terbuka hijau berkurang. Sedangkan dalam BPS (2016) mengatakan bahwa target MDGs dalam tingkat kemiskinan nasional belum mencapai target sehingga perlu lebih diperhatikan dalam penerapan SDGs kedepannya.
Ketiga, pilar lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan adalah hal yang harus diperhatikan secara khusus dibandingkan pilar sosial dan ekonomi karena pilar ini masih memiliki kekurangan yang dimana pilar ini memperhatikan konservasi lingkungan dan pemakaian sumber daya (Murniningtyas, 2014).
Berdasarkan laporan MDGs dalam Murniningtyas (2014), kelemahan yang pertama
yaitu pelaksanaan dari peraturan terhadap pencemaran lingkungan belum dilakukan
dengan baik. Kedua, peraturan atau standar saja belum dirasa cukup untuk membuat
pelaku ekonomi memperhatikan kondisi lingkungan dalam kegiatannya. Ketiga,
pembangunan infrastruktur yang belum memperhatikan dampak lingkungan
sekitarnya. Maka penerapan SDGs perlu lebih ditekankan dalam segi lingkungan,
sesuai dengan yang dicantumkan oleh BPS (2016) pilar lingkungan mendapatkan
prioritas nasional paling banyak dari yang lainnya yaitu 56 target global dari total
169 target global
25
2.2.3 Pembangunan Berkelanjutan dalam Perumahan
Menurut Tosics (2004), perumahan berkelanjutan atau sustainable housing adalah salah satu kebijakan yang sangat penting dan berpengaruh dalam
pembangunan kota yang berkelanjutan sehingga sektor perumahan memberikan kontribusi yang besar dalam keberlanjutan suatu kota. Perumahan yang berkelanjutan atau sustainable housing adalah perumahan yang menerapkan konsep sustainability (berkelanjutan), yaitu perumahan yang mempertimbangkan dari segi
aspek lingkungan, aspek sosial, dan aspek ekonomi. Sehingga, perumahan berkelanjutan adalah perumahan dengan lingkungan yang sehat, interaksi masyarakat yang baik, serta menunjang perekonomian masyarakat didalamnya.
Pembangunan baiknya mempertimbangkan keseimbangan, dalam Undang Undang Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 dikatakan bahwa dalam pembangunan harus memperhatikan keseimbangan antara lingkungan alam dan buatan dengan mempertimbangkan masyarakat didalamnya agar meminimalisir dampak negatif terdapat lingkungan yang disebabkan oleh pemanfaatan ruang. Namun, pada kenyataannya perumahan di Indonesia lebih mengacu pada pola grid dimana tidak memanfaatkan potensi lingkungan sekitarnya. Menurut Branch dalam Sabaruddin (2016), pendekatan perencanaan perumahan dengan pola grid dinyatakan gagal karena belum menciptakan perumahan yang ramah lingkungan. Oleh karena itu, perencana harus mempertimbangkan aspek lingkungan agar dapat memanfaatkan sekaligus menjaga lingkungan sehingga sumber daya yang ada tetap dapat memenuhi kebutuhan generasi yang akan datang
Ada beberapa indikator utama dalam perumahan berkelanjutan yang tidak terlepas dari 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan, yaitu indikator lingkungan, indikator sosial, dan indikator ekonomi. Berikut beberapa indikator ataupun variabel dari beberapa penelitian terdahulu.
a) Sudarwanto (2014) dalam menentukan indikator perumahan berkelanjutan
membaginya menjadi 4 (empat) indikator, yaitu: indikator keberlanjutan
lingkungan; indikator keberlanjutan sosial; indikator keberlanjutan ekonomi,
dan indikator lain yang berpengaruh positif seperti kebijakan dan tahapan
pembangunan. Dalam indikator lingkungan perumahan berkelanjutan
ditekankan efisiensi dan optimasi sumberdaya serta inovasi dalam pemanfaatan
26
sumber daya dengan prinsip 3R yaitu reduce, reuse, recycle. Ketersediaan ruang terbuka hijau yang optimum juga merupakan indikator untuk mencapai keseimbangan lingkungan. Kemudian untuk indikator keberlanjutan sosial mempunyai peran penting karena keberlanjutan lingkungan ataupun ekonomi digerakkan oleh struktur sosial masyarakat. Lalu, untuk indikator keberlanjutan ekonomi dinilai sebagai penggerak awal kegiatan perubahan sosial ataupun ekonomi. Terakhir untuk variabel lain yang berpengaruh positif dinilai penting karena kebijiakan yang ada serta tahapan pembangunannya akan mempengaruhi keberlanjutan. Berikut Tabel indikator perumahan berkelanjutan menurut Sudarwanto (2014).
TABEL II.1
TABEL INDIKATOR PERUMAHAN BERKELANJUTAN (1)
No. Sub Indikator Tolak Ukur Ket/Ref.
Indikator Keberlanjutan Lingkungan 1. Pengendalian
sumberdaya
Efisiensi energi, Penggunaan energi di lingkungan perumahan diukur atas produksi dan konsumsi energi yang dihasilkan harus efektif dan efisien,
Prinsip (3R) Reduce, reuse, recycle,
Implementasi 3R dalam tahapan pengembangan dan pembangunan diukur atas kualitas lingkungan perumahan,
Low Carbon, Produksi carbon dari kegiatan lingkungan perumahan adalah rendah,
Dampak negatif, Minimalkan dampak negative terutama terkait dengan thermal lingkungan,
Krisis Lingkungan Hindari kegiatan pembangunan menyebabkan kerusakan lingkungan
2. Kualitas perumahan dan lingkungannya
Kualitas indoor, Kenyamanan dan keamanan atas fungsi sebagai hunian,
Kualitas lingkungan outdoor,
Kenyamanan lingkungan pada ambang batas yang sehat bagi kegiatan,
Infrastruktur, Kelengkapan utilitas lingkungan harus efisien terhadap
penggunaan energi,
27
No. Sub Indikator Tolak Ukur Ket/Ref.
3. Kesehatan lingkungan
Polusi, limbah, ruang terbuka dan hijau
Minimalkan limbah yang menghasilkan polusi dan memperluas ruang hijau dan ruang terbuka hijau,
Limbah, Pengolahan limbah lingkungan sejalan dengan ketersediaan infrastruktur yang berkualitas Ruang terbuka dan tata
hijau
Memperluas lingkungan hijau untuk menyeimbangkan thermal dan unsur carbon.
Indikator Keberlanjutan Sosial
1. Kapasitas sosial Demografi, Pola penyebaran penduduk atas lingkungan perumahan yang seimbang,
Kohesi sosial, Kekuatan kelompok yang menggerakkan proses perubahan lingkungan perumahan,
Partisipasi, Tingkat kontribusi penghuni terhadap kesadaran bersosialisasi (interaksi sosial)
2. Kelembagaan Kelompok sosial, Munculnya kesadaran lingkungan yang berkelompok untuk
membangun lingkungan berkualitas
Pranata sosial, Adanya kesepakatan Bersama dalam mewujudkan
keseimbangan lingkungan secara kolektif.
3. Kultur/budaya masyarakat
Kebiasaan berkegiatan, Struktur kegiatan yang sering dikerjakan secara rutin dalam mengembangkan kualitas lingkungan,
Karakter sosial, Profil struktur sosial lingkungan perumahan
Indikator Keberlanjutan Ekonomi 1. Ekonomi lokal Nilai tambah
lingkungan,
Lingkungan berkualitas dan sehat memberikan nilai tambah ekonomi,
Kesejahteraan penghuni,
Peningkatan kuallitas hidup penghuni yang signifikan, 2. Keterjangkauan Daya beli, Kemampuan eknomi penghuni
untuk membelanjakan terkait dalam upaya meningkatkan kualitas hunian,
Biaya perawatan hunian,
Harga yang harus dibayar/dikeluarkan
Harga rumah, Nilai ekonomi atas hunian yang sehat dan berkualitas
28
No. Sub Indikator Tolak Ukur Ket/Ref.
3. Pembiayaan Subsidi pemerintah, Peran pemerintah mendorong terwujudnya pembangunan perumahan berkelanjutan, Sistem perbankan, Nilai peran sistem keuangan
dalam mengembangkan perumahan berkelanjutan, Swadaya, Swadaya masyarakat untuk
membiayai secara mandiri, Indikator lain yang berpengaruh positif
1. Aspek kebijakan Komitmen, Peran stakeholder dalam mewujudkan lingkungan ramah lingkungan,
Keberpihakan, Peran pemerintah dan developer bagi MBR
SNI dan regulasi, Ketersediaan aturan dan perangkat hukum dalam pengembangan lingkungan perumahan
Keterkaitan program, Program-program yang
diselenggarakan oleh pemerintah 2. Tahap Perencanaan Lokasi Aksesibilitas dan dekat dengan
fasilitas umum, Bentuk dan disain
lingkungan,
Konfigurasi tata letak lingkungan perumahan,
Kepadatan, Sedang dan mix use merupakan nilai optimal,
Guna lahan, Mix-use dan sesuai dengan tata ruang sebagai hunian,
Tatanan lingkungan, Tata hubungan antara hunian, jalan, dan infrastruktur,
Infrastruktur, Kelengkapan utilitas lingkungan 3. Tahap pelaksanaan Cara dan Teknik
membangun,
Dikerjakan dengan metoda yang berkelanjutan,
Rancangan perumahan, Telah mempertimbangkan konteks keberlanjutan (implementasi 3R)
Material konstruksi, Tidak menimbulkan dampak negatif,
Ketersediaan di pasar, Mudah diperoleh/ditemukan oleh konsumen MBR,
4. Tahap Penghunian Perubahan fisik hunian, Perubahan tata ruang dan kualitas bangunan
Perubahan fisik lingkungan,
Perubahan utilitas lingkungan yang mendorong peningkatan kualitas lingkungan,
Kesehatan lingkungan, Kualitas udara, kualitas
penerangan, kualitas kebisingan, tingkat polusi,
29
No. Sub Indikator Tolak Ukur Ket/Ref.
Kemudahan, Penghuni memperoleh kemudahan dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehari-hari, Perilaku penghuni, Positif berperilaku terhadap
lingkungannya, baik sosial dan terhadap lingkungan alamnya, Sumber: Sudarwanto, 2014
b) Widodo (2013) dalam menilai keberlanjutan suatu perumahan menggunakan 4 (empat) analisis meliputi: analisis kualitas rumah; analisis kondisi serta pemanfaatan sarana dan prasarana lingkungan; analisis kualitas sosial masyarakat; dan analisis kualitas ekonomi masyarakat. Dalam analisis kualitas rumah yang dinilai yaitu kualitas fisik rumah, jarak lokasi hunian terhadap tempat bekerja, kepadatan bangunan, status kepemilikan hunian, serta RTH hunian. Dalam analisis ini, Widodo (2013) menilai ada beberapa factor penghambat untuk mencapai titik keberlanjutan yaitu kepedulian masyarakat terhadap ruang terbuka sehingga minimnya ruang terbuka hijau dan tingginya kepadatan bangunan. Selanjutnya dalam analisis kondisi serta pemanfaatan sarana dan prasarana lingkungan yang dinilai yaitu kondisi, ketersediaan, dan pemanfaatan sarana prasarana permukiman, serta keterjangkauan sarana oleh masyarakat. Kemudian, untuk analisis kualitas sosial masyarakat yang dinilai yaitu: interaksi masyarakat; kepedulian masyarakat terhadap lingkungan; serta kenyamanan dan keamanan masyarakat. Terakhir, untuk analisis kualitas ekonomi masyarakat yang dinilai yaitu: rata-rata pendapatan masyarakat;
kepemilikan tabungan; penyerapan tenaga kerja oleh kegiatan industri.
Untuk menilai suatu perumahan yang berkelanjutan terdapat beberapa konsep yang ditawarkan dari turunan prinsip perumahan berkelanjutan itu sendiri.
Namun perumahan berkelanjutan atau sustainable housing sendiri hanya mempunyai 3 (tiga) indikator utama yang sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu lingkungan, ekonomi, dan sosial. Beberapa organisasi internasional membuat beberapa indikator terkait perumahan berkelanjutan yang menjadi tolak ukur penilaian keberlanjutan seperti EU, UNCSD, dan OECD.
Namun indikator-indikator itu masih terbatas dan tidak dapat diaplikasikan di
seluruh negara, hanya beberapa negara saja. Maka dari itu, dengan konsep
30
perumahan berkelanjutan sebagai dasar, penerapannya dapat lebih dikembangkan dengan mempertimbangkan prinsip keberlanjutan.
2.3 Konsep Ecological Housing dalam Perumahan
Konsep Ecological Housing atau perumahan ekologis adalah suatu konsep yang diterapkan berdasarkan sustainable housing (perumahan berkelanjutan).
Widja (2004) mengatakan bahwa ecological housing adalah suatu terapan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah dengan fungsi dan kenyamanan rumah serta menekankan pada rumah yang memperhatikan potensi lingkungan di sekitarnya.
Konsep ini tidak memfokuskan hanya pada kuantitas perumahannya saja ataupun kondisi dan desain fisik bangunannya. Tetapi, konsep ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan perumahan yang aman dan nyaman tanpa melupakan kondisi lingkungan sekitarnya, sehingga kemungkinan kerusakan lingkungan dapat diminimalisir. Konsep ini merupakan konsep yang sederhana namun juga kompleks, sehingga konsep ini dapat disampaikan secara multidimensi dan multi- interpretasi. Menurut Heal dalam (Fauzi, 2004) konsep ini setidaknya mengandung 2 dimensi yaitu dimensi waktu yang dapat melihat keberlanjutan dimasa yang akan datang serta dimensi interaksi antara masyarakat dengan lingkungan.
Konsep Ecological Housing merupakan improvivasi dalam penerapan prinsip-prinsip sustainable housing itu sendiri. Karena, menurut Sarkar dalam (Razan, 2014) konsep ini sudah mengandung 3 unsur dari sustainable housing yaitu lingkungan, ekonomi, dan sosial. Lebih lanjut, Konsep ini berpengaruh kepada 3 aspek tersebut, konsep ini menurut Sarkar dalam (Razan, 2014) memiliki 5 (lima) aspek yang ditinjau sebagai prinsip dalam menerapkan ecological housing atau perumahan yang ekologis. Berikut tabel prinsip perumahan ekologis.
TABEL II.2 PRINSIP-PRINSIP PERUMAHAN EKOLOGIS
Aspek Keterangan
Fisik Bangunan
hunian
Hemat energi, dilihat dari bahan bangunan dari hunian adalah bahan yang tidak berbahaya.
Sehat, dilihat dari cukup penghawaan dan luas ruang yang memadai.
31
Aspek Keterangan
Selaras dengan iklim, dilihat dari pencahayaan alami serta aman dari panas dan debu.
Kokoh, dilihat dari konstrikusi bangunan Sarana dan
prasarana
Dilihat dari sarana prasarana yang memadai seperti penerangan, air bersih, dan pengelolaan air limbah serta akses yang baik terhadap fasilitas kota
Lingkungan Memperhatikan dampak pencemaran yang ditimbulkan dengan pengelolaan limbah yang baik serta ruang terbuka hijau sebagai penyedia udara yang bersih dan resapan air hujan
Ekonomi Memiliki lingkungan yang sehat sehingga dapat meningkatkan produktivitas penghuni
Sosial hubungan antar masyarakatnya yang memiliki sifat kekeluargaan dan kesetiakawanan dalam menjaga lingkungan Sumber: Sarkar dalam Razan, 2014
Razan (2014) sendiri dalam menerapkan konsep ini menggunakan 7 (tujuh) variabel yaitu: fisik hunian; KDB Kawasan; lingkungan perumahan; moda transportasi; sarana perumahan; prasarana perumahan; dan perilaku masyarakat.
Dalam variabel fisik hunian, Razan (2014) menjabarkan 5 (lima) analisis data,
yaitu: 1) Ketersediaan vegetasi dan kebersihan hunian; 2) Fungsi hunian; 3) Status
Kepemilikan Hunian; 4) Ketersediaan dan kondisi fisik sanitasi; dan 5)
Pemanfaatan bahan bangunan terhadap hunian. Kemudian, untuk variabel KDB
Kawasan dilihat dari komposisi ruang terbuka dengan lahan terbangun. Untuk
variabel lingkungan perumahan dijabarkan dengan 3 (tiga) analisis data yaitu: 1)
Vegetasi koridor; 2) Keamanan lingkungan; dan 3) Persepsi penghuni terhadap
kondisi lingkungan. Untuk variabel moda transportasi dijabarkan dengan 3 (tiga)
analisis data yaitu: 1) Kenyamanan Angkunan Umum Penumpang; 2) Jangkauan
trayek AUP di lingkungan perumnas; dan 3) Preferensi penghuni terhadap
pemilihan moda transportasi dalam kegiatannya. Untuk variabel sarana perumahan
dilihat dari kondisi fisik dan ketersediaan sarana umum kemudian dijabarkan
dengan 4 (empat) analisis data yaitu: 1) Jaringan jalan; 2) Jaringan drainase; 3)
Jaringan air bersih; dan 4) Jaringan persampahan. Untuk variabel prasarana
perumahan dijabarkan dengan 4 (empat) analisis data yaitu: 1) Jaringan jalan; 2)
Jaringan drainase; 3) Jaringan air bersih; dan 4) Jaringan persampahan.
32 2.4 Sintesa Variabel
Pada sub-bab ini akan menjabarkan tentang variabel-variabel yang digunakan pada penelitian terdahulu yang mempunyai kesamaan topik dengan penelitian ini. Hal ini digunakan untuk melihat variabel apa yang akan digunakan pada penelitian ini sehingga penelitian ini lebih terarah dengan baik.
TABEL II.3
IDENTIFIKASI VARIABEL
No. Nama Peneliti Tahun Variabel Turunan Variabel 1. Budi Sudarwanto,
Edward E Pandelaki,
Soegiono Soetomo
2014 Pengendalian sumberdaya 1. Efisiensi Energi;
2. prinsip (3R) Reduce, reuse, recycle;
3. Low carbon;
4. Dampak negatif;
5. krisis lingkungan Kualitas perumahan dan
lingkungannya
1. Kualitas Indoor;
2. kualitas lingkungan outdoor;
3. infrasturktur Kesehatan Lingkungan 1. Polusi,
2. limbah,
3. ruang terbuka dan hijau;
2. Shidqi Shafirin Razan, Nany
Yuliastuti
2014 Fisik bangunan hunian 1. Ketersediaan vegetasi dan kebersihan hunian 2. Fungsi hunian 3. Status kepemilikan
hunian
4. Ketersediaan dan kondisi fisik sanitasi 5. Pemanfaatan bahan
bangunan terhadap hunian
Komposisi ruang terbuka dengan lahan terbangun
Lingkungan perumahan 1. Vegetasi koridor 2. Keamanan lingkungan 3. Persepsi penghuni
terhadap kondisi lingkungan
Sarana 1. Sarana pendidikan
2. Sarana peribadatan 3. Sarana kesehatan 4. Sarana perniagaan dan
perbelanjaan
33
No. Nama Peneliti Tahun Variabel Turunan Variabel Prasarana 1. Jaringan jalan
2. Jaringan drainase 3. Jaringan air bersih 4. Jaringan persampahan Moda transportasi 1. Kenyamanan Angkunan
Umum Penumpang 2. Jangkauan trayek AUP
di lingkungan perumnas 3. Preferensi penghuni
terhadap pemilihan moda transportasi dalam kegiatannya
Perilaku masyarakat 3. Intan Puspita
Widodo, Nany Yuliastuti
2013 Kualitas rumah 1. Kualitas fisik rumah 2. Jarak lokasi hunian
terhadap tempat bekerja 3. Kepadatan bangunan 4. Status kepemilikan
hunian 5. RTH hunian Kondisi dan pemanfaatan
sarana dan prasarana lingkungan
2 Kondisi 3 Ketersediaan 4 Pemanfaatan 5 Keterjangkauan oleh
masyarakat
Kualitas sosal masyarakat 1. Interaksi masyarakat 2. Kepedulian masyarakat
terhadap lingkungan 3. Kenyamanan dan
keamanan masyarakat Kualitas ekonomi
masyarakat
1. Rata-rata pendapatan masyarakat
2. Kepemilikan tabungan 3. Penyerapan tenaga kerja
oleh kegiatan industry 4. Dwinita Larasati,
TU DELFT
2006 Komunitas 1. hubungan lingkungan 2. Keterlibatan penduduk 3. gotong royong
(Aktivitas komunal produktif)
4. kegiatan lingungan 5. pemrakarsa 6. spill over effect 7. akses air minum 8. akses fasum fasos Di luar rumah 1. public space
2. halaman dan taman 3. perluasan rumah
34
No. Nama Peneliti Tahun Variabel Turunan Variabel Di dalam rumah 1. ruang
2. cahaya 3. pendingin
4. polusi udara dan suara 5. fasilitas air dan listrik Komponen bangunan 1. himpunan
2. ukuran 3. daya tahan dan
perawatan 4. prefabrikasi
Material 1. pondasi
2. dinding
3. kerangka bangunan 4. atap
5. sumber material
Sumber 1. sumber energi
2. sumber air 3. air minum
Limbah 1. limbah air
2. limbah rumah tangga 3. pembuangan sampah 4. agen pembersih Money Matters 1. pembiayaan gedung
2. sertifikasi 3. biaya energi 4. rumah sebagai unit
produksi Sumber: Penulis, 2019
35
TABEL II.4 JUSTIFIKASI DAN VERIFIKASI VARIABEL
Turunan Variabel A B C D Keterangan Justifikasi Verifikasi
Fisik Bangunan Hunian
Efisiensi Energi v Diambil
Penggunaan energi secara efisien dapat memengaruhi keberlanjutan lingkungan dimana dalam mengatasi masalah lingkungan seperti emisi gas rumah kaca, efisiensi energi merupakan salah satu solusinya. Sehingga variabel disesuaikan sebagai turunan variabel
‘hemat energi’
Diambil sebagai variabel ‘Fisik Bangunan Hunian’ dengan turunan
variabel ‘hemat energi’
Sumber energi v Diambil
Sumber energi yang digunakan karena memengaruhi keberlanjutan lingkungan agar dapat terus memenuhi kebutuhan energi yang ada. Variabel ini disesuaikan sebagai turunan variabel ‘hemat energi’
Diambil sebagai variabel ‘Fisik Bangunan Hunian’ dengan turunan
variabel ‘hemat energi’
public space
v
Diambil Multifungsi public space untuk memenuhi kebutuhan penghuni
Diambil sebagai variabel
‘lingkungan’ dengan turunan variabel ‘Public Space’
Low carbon; v Tidak Diambil
Produksi carbon dari kegiatan lingkungan yang rendah berkaitan dengan polusi udara dimana mengurangi dampak pencemaran lingkungan namun variabel ini kurang relevan dengan penelitian yang dilakukan karena produksi carbon yang rendah tidak termasuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota
Variabel kurang relevan dengan penelitian
36
Turunan Variabel A B C D Keterangan Justifikasi Verifikasi
Pencahayaan alami
v
Diambil Pencahayaan secara alami dapat membantu menjaga lingkungan perumahan agar tetap sehat
Diambil sebagai variabel Fisik Bangunan hunian dengan turunan
variabel ‘Pencahayaan’
Dampak negatif; v Diambil
Mengurangi dampak negatif terkait dengan thermal lingkungan penting untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan, hal ini dapat dilihat dari keberadaan RTH privat dan publik.
Sehingga variabel ini dapat diwakilkan menjadi turunan variabel ‘sehat’ dan ‘public space’
Diambil sebagai variabel ‘fisik bangunan hunian’ dengan turunan
variabel ‘RTH & taman’ dan didukung oleh variabel ‘lingkungan’
dengan turunan variabel ‘public space’
krisis lingkungan v Diambil
Mengurangi kegiatan pembangunan yang menyebabkan kerusakan lingkungan penting untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan, hal ini dapat dilihat dari variabel
‘kepedulian masyarakat terhadap lingkungan’
Diambil sebagai variabel ‘sosial’
dengan turunan variabel ‘kepedulian masyarakat’
polusi (polusi udara dan suara) v v Tidak Diambil
Meminimalkan polusi lingkungan untuk mengurangi pencemaran lingkungan, namun variabel ini kurang relevan dengan penelitian yang dilakukan karena polusi tidak termasuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota
Variabel kurang relevan dengan penelitian
limbah rumah tangga v v Diambil
Pengolahan limbah yang baik berpengaruh untuk mengurangi pencemaran lingkungan, disesuaikan menjadi variabel jaringan persampahan
Diambil sebagai variabel ‘prasarana’
dengan turunan variabel ‘Jaringan Persampahan’
Ruang terbuka hijau v v Diambil RTH berpengaruh terhadap penyediaan udara yang bersih dan resapan air hujan
Diambil sebagai variabel ‘fisik bangunan hunian’ dengan turunan
variabel ‘RTH dan taman’
37
Turunan Variabel A B C D Keterangan Justifikasi Verifikasi
Pembuangan sampah v v Diambil
Cara pembuangan sampah yang dilakukan seperti implementasi 3R penting dalam pengelolaan sampah agar mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Variabel ini disesuaikan dengan variabel ‘Jaringan Persampahan’
Diambil sebagai variabel ‘prasarana’
dengan turunan variabel ‘Jaringan Persampahan’
Agen pembersih v Tidak Diambil
Penggunaan bahan kimia dalam kegiatan rumah tangga mempengaruhi keberlangsungan lingkungan disekitarnya, namun variabel ini kurang relevan dengan penelitian yang dilakukan karena penggunaan bahan kimia pada perumahan tidak termasuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota
Variabel kurang relevan dengan penelitian
Kualitas Perumahan dan Lingkungannya
Kualitas indoor v Tidak Diambil
Komponen ini tidak diambil karena kurang relevan dengan penelitian yang dilakukan karena kualitas indoor perumahan tidak termasuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota
Variabel kurang relevan dengan penelitian
Keamanan v Tidak Diambil
Komponen ini tidak diambil karena lebih sesuai untuk variabel social housing bukan Ecological Housing
Variabel kurang relevan dengan penelitian
Vegetasi Koridor v v Diambil
Vegetasi koridor berperan sebagai penyedia udara bersih yang sesuai dengan prinsip ecological housing sehingga dapat disesuaikan dengan turunan variabel ‘public space’
Diambil sebagai variabel
‘lingkungan’ dengan turunan variabel ‘Public Space’
Persepsi Penghuni terhadap
kondisi lingkungan v diambil
Persepsi Penghuni terhadap kondisi lingkungan berpengaruh terhadap kepedulian penghuni terhadap lingkungannya maka variabel ini
Diambil sebagai variabel ‘sosial’
dengan turunan variabel ‘kepedulian masyarakat’
38
Turunan Variabel A B C D Keterangan Justifikasi Verifikasi
disesuaikan dengan variabel ‘kepedulian masyarakat’
‘Kualitas Perumahan Ketersediaan dan kondisi fisik
sanitasi v Diambil
Ketersediaan dan kondisi fisik sanitasi berpengaruh terhadap kesehatan dan pengelolaan limbah
Diambil sebagai variabel ‘prasarana’
dengan turunan variabel
‘ketersediaan sanitasi’
Komposisi ruang terbuka dengan
lahan terbangun v Diambil
KDB dan KDH berpengaruh terhadap kepadatan perumahan dimana dalam prinsip ecological housing hunian harus bersifat sehat (cukup penghawaan dan luas ruang yang memadai), variabel ini dapat disesuaikan menjadi variabel
‘sehat’
Diambil sebagai variabel ‘fisik bangunan hunian’ dengan turunan
variabel ‘RTH & taman’
rumah sebagai unit produksi v Diambil
Untuk melihat apakah rumah yang digunakan berfungsi hanya sebagai tempat tinggal saja atau juga digunakan sebagai unit produksi disesuaikan menjadi turunan variabel
‘produktivitas’
Diambil sebagai variabel ‘ekonomi’
dengan turunan variabel
‘produktivitas’
Sarana
Sarana pendidikan v v v Diambil
Kelengkapan sarana pendidikan untuk memenuhi kebutuhan penghuni akan sarana dasar
Diambil sebagai variabel sarana dengan turunan variabel ‘Sarana
pendidikan’
Sarana peribadatan v v v Diambil
Kelengkapan sarana peribadatan untuk memenuhi kebutuhan penghuni akan sarana dasar
Diambil sebagai variabel sarana dengan turunan variabel ‘Sarana
peribadatan’
Sarana kesehatan v v v Diambil Kelengkapan sarana kesehatan untuk memenuhi kebutuhan penghuni akan sarana dasar
Diambil sebagai variabel sarana dengan turunan variabel ‘Sarana
kesehatan’
39
Turunan Variabel A B C D Keterangan Justifikasi Verifikasi
Sarana perniagaan dan
perbelanjaan v v v Diambil
Kelengkapan sarana perniagaan dan perbelanjaan untuk memenuhi kebutuhan penghuni akan sarana dasar
Diambil sebagai variabel sarana dengan turunan variabel ‘Sarana perniagaan dan perbelanjaan’
Prasarana
Jaringan jalan v Tidak Diambil Jaringan jalan berpengaruh terhadap aksesibilitas penghuni
Diambil sebagai variabel prasarana dengan turunan variabel ‘Jaringan
jalan’
Jaringan drainase v v Diambil
Jaringan drainase berpengaruh untuk menampung kelebihan air agar tidak terjadi genangan/banjir
Diambil sebagai variabel prasarana dengan turunan variabel ‘Jaringan
drainase’
Jaringan air bersih v v Diambil Jaringan air bersih merupakan kebutuhan dasar dari penghuni
Diambil sebagai variabel prasarana dengan turunan variabel ‘Jaringan air
bersih’
Jaringan persampahan v Diambil Jaringan persampahan berguna agar sampah di perumahan terkelola dengan benar
Diambil sebagai variabel prasarana dengan turunan variabel ‘Jaringan
persampahan’
Akses air bersih v Diambil Akses terhadap air mempengaruhi kebutuhan dasar dari penghuni
Diambil sebagai variabel prasarana dengan turunan variabel ‘akses air
bersih’
akses fasum fasos v Diambil
Akses terhadap fasum fasos mempengaruhi kebutuhan dasar dari penghuni namun dapat disesuaikan dengan variabel sarana
Diambil sebagai variabel sarana
sumber air minum v Diambil
Sumber air minum dan kualitas air tanah menentukan apakah kebutuhan penghuni terpenuhi secara sehat dan disesuaikan sebagai jaringan air bersih
Diambil sebagai variabel prasarana dengan turunan variabel ‘jaringan air
bersih’
40
Turunan Variabel A B C D Keterangan Justifikasi Verifikasi
Penerangan Jalan v Diambil
Penerangan yang cukup merupakan hal penting untuk membantu penduduk perumahan pada malam hari tetap cukup pencahayaan
Diambil sebagai variabel prasarana dengan turunan variabel ‘penerangan
jalan’
Akses terhadap fasilitas kota Kenyamanan transportasi publik v Tidak Diambil
Komponen ini tidak diambil karena lebih sesuai untuk variabel social housing bukan Ecological Housing
Variabel kurang relevan dengan penelitian
Jangkauan transportasi publik v Diambil
Jangkauan transportasi publik berpengaruh terhadap preferensi penghuni namun dapat disesuaikan sebagai variabel ‘Keberadaan transportasi publik’
Diambil sebagai variabel aksesibilitas dengan turunan variabel
‘Keberadaan transportasi publik’
Preferensi penghuni (transportasi
publik/pribadi) v Diambil
Variabel ini disesuaikan dengan kesediaan masyarakat dalam menggunakan transportasi publik
Diambil sebagai variabel aksesibilitas dengan turunan variabel
‘Kesediaan Masyarakat untuk menggunakan transportasi publik’
Keberadaan transportasi publik v Diambil kebedaraan transportasi publik berguna agar aksesibilitas penghuni terpenuhi
Diambil sebagai variabel aksesibilitas dengan turunan variabel
‘Keberadaan transportasi publik’
Kualitas Sosial
hubungan lingkungan v v v Diambil
Untuk mengetahui apakah interaksi antar penduduk terjalin dengan baik sehingga dapat tercipta lingkungan perumahan yang baik pula
Diambil sebagai variabel sosial dengan turunan variabel ‘interaksi
masyarakat’
gotong royong (Aktivitas
komunal produktif) v Diambil
Untuk melihat apakah terjadi aktivitas gotong royong diantara penduduk untuk menjaga lingkungan sekitarnya
Diambil sebagai variabel sosial dengan turunan variabel
‘kekeluargaan masyarakat’
kegiatan lingkungan v v v Diambil Untuk melihat kegiatan yang dilakukan dalam mengembangkan kualitas lingkungan
Diambil sebagai variabel sosial dengan turunan variabel
‘kekeluargaan masyarakat’
41
Turunan Variabel A B C D Keterangan Justifikasi Verifikasi
pemrakarsa v Diambil
Komponen ini tidak diambil karena lebih sesuai untuk variabel social housing bukan Ecological Housing
Variabel kurang relevan dengan penelitian
Keterlibatan penduduk v v Diambil Untuk melihat seberapa jauh usaha masyarakat dalam menjaga lingkungan
Diambil sebagai variabel sosial dengan turunan variabel
‘kekeluargaan masyarakat’
Spill over effect v Diambil
Komponen ini tidak diambil karena lebih sesuai untuk variabel social housing bukan Ecological Housing
Variabel kurang relevan dengan penelitian
Konstruksi Hunian
himpunan v Tidak diambil
Komponen ini tidak diambil karena kurang relevan dengan penelitian yang dilakukan karena himpunan tidak termasuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota
Variabel kurang relevan dengan penelitian
Ukuran v Tidak diambil
Komponen ini tidak diambil karena kurang relevan dengan penelitian yang dilakukan karena ukuran tidak termasuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota
Variabel kurang relevan dengan penelitian
daya tahan & perawatan v Diambil
Untuk melihat perawatan yang dilakukan dalam menjaga kualitas rumah yang dimiliki, variabel ini disesuaikan menjadi variabel ‘kokoh’
Diambil sebagai variabel fisik bangunan hunian dengan turunan
variabel ‘kokoh’
prefabrikasi v Tidak diambil
Komponen ini tidak diambil karena kurang relevan dengan penelitian yang dilakukan karena prefabrikasi tidak termasuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota
Variabel kurang relevan dengan penelitian
Atap v Diambil Untuk melihat apakah atap rumah yang
digunakan dapat tahan lama untuk menunjang
Diambil sebagai variabel fisik bangunan hunian dengan turunan
variabel ‘kokoh’
42
Turunan Variabel A B C D Keterangan Justifikasi Verifikasi
keberlanjutan perumahan, variabel ini disesuaikan menjadi variabel ‘kokoh’
Pondasi v Tidak Diambil
Komponen ini tidak diambil karena kurang relevan dengan penelitian yang dilakukan karena pondasi tidak termasuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota
Variabel kurang relevan dengan penelitian
Dinding v Diambil
Untuk melihat apakah dinding rumah yang digunakan dapat tahan lama untuk menunjang keberlanjutan perumahan, variabel ini disesuaikan menjadi variabel ‘kokoh’
Diambil sebagai variabel fisik bangunan hunian dengan turunan
variabel ‘kokoh’
kerangka bangunan v Tidak diambil
Komponen ini tidak diambil karena kurang relevan dengan penelitian yang dilakukan karena kerangka bangunan tidak termasuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota
Variabel kurang relevan dengan penelitian
Sumber: Penulis, 2019
Keterangan:
A : Budi Sudarwanto, Edward E Pandelaki, Soegiono Soetomo B : Shidqi Shafirin Razan, Nany Yuliastuti
C : Intan Puspita Widodo, Nany Yuliastuti
D : Dwinita Larasati, TU DELFT
43
TABEL II.5 VARIABEL TERPILIH
Variabel Komponen Keterangan Tolak Ukur Indikator Sumber Tolak Ukur Indikator
Fisik Bangunan Hunian
Hemat energi
Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua
Persentase rumah yang meenggunakan teknologi hemat energi
Masyarakat
RTH & taman
Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua
Persentase rumah yang memiliki taman pada suatu perumahan
Masyarakat
Pencahayaan alami
Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua
Persentase rumah yang memiliki jendela pada suatu perumahan
Masyarakat
Kokoh
Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua penghuni
Persentase rumah yang memiliki bangunan yang kokoh pada suatu perumahan
Masyarakat
Sarana
Sarana Kesehatan
Skor 1 = tidak ada > 1 km
Skor 2 = jarak 500 meter dari perumahan Skor 3 = jarak 200 meter dari perumahan Skor 4 = perumahan dekat sarana
Akses perumahan terhadap sarana kesehatan dilihat dari jarak tempuh dari perumahan ke sarana Kesehatan terdekat
Masyarakat
Sarana Pendidikan Dasar
Skor 1 = tidak ada > 1 km
Skor 2 = jarak 500 meter dari perumahan Skor 3 = jarak 200 meter dari perumahan Skor 4 = perumahan dekat sarana
Akses perumahan terhadap sarana pendidikan dilihat dari jarak tempuh dari perumahan ke sarana pendidikan terdekat
Masyarakat
Sarana Peribadatan Skor 1 = tidak ada > 1 km
Skor 2 = jarak 500 meter dari perumahan
Akses perumahan terhadap sarana perbidatan dilihat dari
Masyarakat
44
Variabel Komponen Keterangan Tolak Ukur Indikator Sumber Tolak Ukur Indikator
Skor 3 = jarak 200 meter dari perumahan Skor 4 = perumahan dekat sarana
jarak tempuh dari perumahan ke sarana perbidatan terdekat
Sarana perniagaan dan perbelanjaan
Skor 1 = tidak ada > 1 km
Skor 2 = jarak 500 meter dari perumahan Skor 3 = jarak 200 meter dari perumahan Skor 4 = perumahan dekat sarana
Akses perumahan terhadap pasar dilihat dari jarak tempuh dari perumahan ke pasar terdekat
Masyarakat
Prasarana
Penerangan jalan
Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua
Persentase rumah yang terlayani penerangan jalan pada suatu perumahan
Masyarakat
Akses air bersih
Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua
Persentase rumah yang mempunyai akses air berish pada suatu perumahan
Masyarakat
Jaringan air bersih
Skor 1 = Berbau, berwarna, berasa Skor 2 = Tidak memenuhi 2 kriteria Skor 3 = Tidak memenuhi 1 kriteria
Skor 4 = tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa
Persentase rumah yang memiliki kualitas air yang baik (tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa) pada suatu perumahan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/2010 mengenai persyaratan kualitas air minum
Sanitasi
Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua penghuni
Persentase rumah yang memiliki sanitasi pada suatu perumahan
UN(2015): Sustainable Development Goals (SDGs)
Jaringan persampahan
Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua
Persentase rumah yang terlayani pengangkutan sampah pada suatu perumahan
Masyarakat
45
Variabel Komponen Keterangan Tolak Ukur Indikator Sumber Tolak Ukur Indikator
Jaringan drainase
Skor 1 = semua Skor 2 = kebanyakan Skor 3 = beberapa Skor 4 = tidak ada
Persentase rumah yang terjadi genangan/banjir untuk melihat apakah drainase telah berfungsi dengan baik pada suatu perumahan
Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (2006)
Pengelolaan limbah
Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua
Persentase rumah yang memiliki septictank pada suatu perumahan
Masyarakat
Jaringan listrik
Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua
Persentase rumah yang teraliri listrik pada suatu perumahan
Masyarakat
Akses terhadap fasilitas kota
Keberadaan transportasi publik
Skor 1 = tidak ada > 1 km
Skor 2 = jarak 500 meter dari perumahan Skor 3 = jarak 200 meter dari perumahan Skor 4 = perumahan dilewati transportasi
publik
Akses perumahan dalam menemukan transportasi publik dilihat dari jarak tempuh dari perumahan ke transportasi publik terdekat
Masyarakat
Kesediaan masyarakat untuk
menggunakan transportasi publik
Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua
Persentase penghuni perumahan yang bersedia menggunakan transportasi publik
Masyarakat
Lingkungan Public space
Skor 1 = Kurang Skor 2 = Minim Skor 3 = Cukup Skor 4 = Multifungsi
Keberadaan public space di suatu perumahan
Masyarakat
Ekonomi Produktivitas penghuni
Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa
Produktivitas penghuni berdasarkan bekerja di sekitar
Masyarakat
46
Variabel Komponen Keterangan Tolak Ukur Indikator Sumber Tolak Ukur Indikator
Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua
Skor 1 = hanya sebagai tempat tinggal Skor 2 = ada yang memanfaatkan Skor 3 = beberapa memanfaatkan Skor 4 = sebagian memanfaatkan
atau tidak dan pemanfaataan fungsi rumah
Sosial
Kekeluargaan masyarakat
Skor 1 = tidak ada
Skor 2 = hanya pada keadaan darurat Skor 3 = sesekali
Skor 4 = rutin
Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua
Adanya kegiatan gotong royong disuatu perumahan dan persentase kesediaan masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong
Masyarakat
Interaksi Masyarakat
Skor 1 = tidak ada Skor 2 = beberapa Skor 3 = kebanyakan Skor 4 = semua
Persentase masyarakat yang saling berinteraksi pada suatu perumahan
Anisa, 2016
Sumber: Penulis, 2019