PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI KOTORAN AYAM
DENGAN AKTIVATOR RAGI TAPE DAN AKTIVATOR Effective Microorganisms 4 (EM
4)
Oleh :
MIA WARDHANITA NIM.120500072
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA
2015
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI KOTORAN AYAM
DENGAN AKTIVATOR RAGI TAPE DAN AKTIVATOR Effective Microorganisms 4 (EM
4)
Oleh :
MIA WARDHANITA NIM.120500072
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah : Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Ayam Dengan Aktivator Ragi Tape dan Aktivator Effective Microorganisms 4 (EM4)
Nama : Mia Wardhanita
NIM : 120500072
Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan : Manajemen Perkebunan
Lulus ujian pada Tanggal : 15 Agustus 2015
Penguji I,
Nur Hidayat, SP, M.Sc NIP. 197210252001121001
Penguji II,
Rossy Mirasari, SP, MP NIP. 197806242005012002 Pembimbing,
Nurlaila, SP, MP NIP. 197110302001122001
Menyetujui,
Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
Nur Hidayat, SP, M.Sc NIP. 197210252001121001
Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen
Pertanian
Ir. M.Masrudy, MP NIP.196008051988031003
ABSTRAK
MIA WARDHANITA. Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Kotoran Ayam
Dengan Aktivator Ragi Tape dan Aktivator Effective Microorganisms 4 (EM4)
(di bawah bimbingan NURLAILA).
Kotoran ayam mempunyai nilai hara yang tertinggi dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya karena bagian cair tercampur dengan bagian padat.
Pupuk kandang kotoran ayam mengandung Nitrogen (N) tiga kali Iebih banyak dari pupuk kandang lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kandungan unsur hara pupuk organik cair dari kotoran ayam dengan aktivator ragi tape dan EM4 serta
membandingkannya dengan standar mutu pupuk cair No.70/Permentan/SR.140/10/2011. Penelitian dilakukan di Jl. Samratulangi Gang
Elyaroski RT. 34 Perlakuan terdiri dari pupuk organik cair dengan aktivator ragi (P1) 34 hari dan pupuk organik cair dengan aktivator EM4 (P2) selama 54 hari.
Penelitian ini untuk menguji sifat kimia kompos (N total, P total, K total, Fe, Cu, Zn dan pH) yang di uji di Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa pupuk organik cair kotoran ayam dengan aktivator ragi (P1) Nitrogen (N) sebesar 0,0976 %, Fosfor (P) sebesar 0,0334%, Kalium (K) sebesar 9,651%, Cuprum (Cu) sebesar 3,387 ppm, Ferum (Fe) sebesar 83,665 ppm, dan Zincum (Zn) sebesar 9,044 ppm dan nilai pH sebesar 7,17, pupuk organik cair dari kotoran ayam dengan aktivator EM4
(P2) Nitrogen (N) 0,0970%, Fosfor (P) 0,03746%, Kalium (K) sebesar 17,857 ppm, Cuprum (Cu) sebesar 3,7624 ppm, Ferrum (Fe) sebesar 21,287 ppm dan Zincum (Zn) sebesar 7,7426, dan nilai pH sebesar 7,49.
Kata Kunci : Pupuk Organik Cair, Kotoran Ayam, Ragi Tape, Effective Microorganisms 4 (EM4)
RIWAYAT HIDUP
Mia Wardhanita lahir pada tanggal 25 Januari 1993 di Desa Lempake Kecamatan Samarinda Utara Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Merupakan putri pertama dari empat
bersaudara dari pasangan Bapak Wartomo dan Ibu Trismiati.
Tahun 1999 memulai Pendidikan Sekolah Dasar SD Negeri 002 Desa Lempake Kecamatan Samarinda Utara Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur lulus pada tahun 2005, melanjutkan Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMPN 013 Desa Gunung Kapur Kecamatan Samarinda Utara lulus tahun 2008 dan melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan SPP- SPMA Samarinda dengan Program Perkebunan Sempaja Samarinda Kalimantan Timur lulus tahun 2011.
Tahun 2012 memulai Pendidikan Tinggi di Perguruan Tinggi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Selama dalam pendidikan pernah mengikuti program Praktik Kerja Lapang yang dilaksanakan selama 2 (dua) bulan terhitung dari tanggal 2 Maret sampai dengan 2 Mei 2015 di PT. Niagamas Gemilang di Desa Jonggon Jaya Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimatan Timur.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah. Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan Karya Ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Nurlaila, SP, MP selaku dosen pembimbing.
2. Bapak Nur Hidayat, SP, M.Sc selaku dosen penguji I dan selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
3. Ibu Rossy Mirasari, SP, MP selaku dosen penguji II.
4. Bapak Ir. M. Masrudy, MP Selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
5. Para staff pengajar, administrasi dan teknisi di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberi dukungan dan doa kepada penulis selama ini baik materi dan moril.
7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Ilmiah ini masih terdapat kekurangan, namun semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis,
Kampus Sei Keledang...2015
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN v
I. PENDAHULUAN 1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Pupuk Organik 4
B. Tinjauan Umum Pupuk Organik Cair 9
C. Tinjauan Umum Kotoran Ayam 9
D. Tinjauan Umum Ragi 10
E. Tinjauan Umum Effective Microorganisms 4 11
F. Tinjauan Umum Unsur Hara 13
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 18
B. Alat dan Bahan 18
C. Prosedur Penelitian 18
D. Pengamatan dan Pengambilan Data 20
E. Analisa Data 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 22
B. Pembahasan 23
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 26
B. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 29
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kadar N, P dan K Yang Terdapat Dalam Pupuk Kandang…………. 1 2. Hasil Analisa Kimia Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Cair
(POC) dengan aktivator ragi dan EM4 ………... 22
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Komposisi Bahan Pupuk Organik Cair kotoran Ayam Dengan
Aktivator Ragi ... 20
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Standar Mutu Pupuk Cair No.70/Permentan/SR.140/10/2011………. 30 2. Hasil Pengamatan Pupuk Organik Cair Kotoran ayam dengan
Aktivator Ragi Tape ……… 31 3. Hasil Pengamatan Pupuk Organik Cair Kotoran Ayam dengan
Aktivator Effective Microorganisms (EM4)……….. 32 4. Dokumentasi Penelitian ……….… 33
I. PENDAHULUAN
Menurut Hardjowigeno (1995), kotoran ayam merupakan salah satu hasil sampingan dari peternakan ayam yang terkadang masih dikesampingkan, jika dicermati bahwa sektor peternakan merupakan mata rantai dari program integrited farming. Maka pemanfaatan limbah peternakan seharusnya menjadi
sorotan bagi para peternak untuk mewujudkan integrited farming secara luas, selain itu pengolahan kotoran ayam untuk menjadi pupuk kandangpun memiliki nilai ekonomis yang tidak dapat dipandang sebelah mata melihat kebutuhan dari para petani akan pupuk. Apabila dibandingkan antara berbagai macam pupuk kandang, kotoran ayam mempunyai nilai hara yang tertinggi karena bagian cair tercampur dengan bagian padat. Pupuk kandang kotoran ayam mengandung N tiga kali Iebih banyak dari pupuk kandang lainnya.
Tabel 1. Kadar N, P dan K yang terdapat dalam pupuk kandang Unsur (%) Kotoran
ayam
Kotoran Sapi
Kotoran Kuda
Kotoran Babi
Kotoran Domba Nitrogen (N) 1,70 0,29 0,44 0.60 0,55 Fospor (P2O5) 1,90 0,17 0,17 0,41 0,31 Kalium (K2O) 1,50 0,35 0,35 0,13 0,15 Sumber : Hardjowigeno (1995)
Dari Tabel diatas dapat terlihat bahwa pupuk kotoran ayam memiliki sumber kalium terbesar dibandingkan dengan pupuk kandang yang lain yaitu sebesar 1,50 %.
Selain itu pupuk kandang ayam broiler mempunyai kadar P yang relatif lebih tinggi daripada pupuk kandang lainnya. Kadar hara ini sangat dipengaruhi oleh jenis konsentrat yang diberikan. Selain itu pula dalam kotoran ayam tersebut tercampur sisa-sisa makanan ayam serta sekam sebagai alas kandang yang dapat menyumbangkan tambahan hara ke dalam pupuk kandang terhadap sayuran. Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk kotoran ayam selalu
memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini terjadi karena kotoran ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup pula dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan kotoran hewan yang lainnya (Hartatik, 2004).
Pembuatan pupuk cair organik menurut Hadisuwito (2012), memiliki kelebihan yaitu mampu memberi hara sesuai kebutuhan tanaman. Selain itu, pemberiannya dapat merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai kebutuhan tanaman.
Penggunaan kotoran ayam pada pembuatan pupuk organik cair yaitu karena kotoran ayam memiliki kandungan nitrogen yang lebih tinggi dari kotoran ternak lainnya sesuai pendapat Lingga (1986), yaitu kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara nitrogen (N) 1%, fosfor (P) 0,80%, kalium (K) 0,40% dan kadar air 55%.
Penggunaan ragi tape pada pembuatan pupuk organik cair yaitu sebagai aktivator untuk membantu meningkatkan proses degradasi bahan organik menjadi senyawa sederhana yang siap diserap oleh tanaman (Eulis, 2009).
Penggunaan EM
4menurut Djuarnani dkk (2009), cara kerja EM
4telah dibuktikan secara ilmiah dan menyatakan EM
4dapat berperan
mempercepat fermentasi limbah dan sampah organik, meningkatkan
ketersediaan unsur hara dan senyawa organik pada tanaman,
meningkatkan aktivitas mikroorganisme indogenus yang menguntungkan
seperti Mycorrhiza sp, Rhizobium sp dan bakteri pelarut fosfat dan
meningkatkan nitrogen.
Penelitian pembuatan pupuk organik cair dari kotoran ayam dengan aktivator ragi tape dan aktivator Effective Microorganisms 4 (EM
4)
bertujuan untuk menganalisa kandungan unsur hara pupuk organik cair
dari kotoran ayam dengan aktivator ragi tape dan EM
4serta
dibandingkannya dengan standar mutu pupuk cair
No.70/Permentan/SR.140/10/2011. Dengan hasil yang diharapkan, yaitu
memberikan informasi kepada pemerhati lingkungan dan pemerhati dunia
pertanian mengenai cara pembuatan pupuk organik cair.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Pupuk Organik
Menurut Hadisuwito (2012), Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau makhluk hidup yang telah mati. Bahan organik ini akan mengalami pembusukan oleh mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari semula. Pupuk organik termasuk pupuk majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur dan mengandung unsur mikro.
Berdasarkan cara pembuatannya, pupuk organik terbagi menjadi dua kelompok yaitu: pupuk organik alami adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang di olah melalui proses pembusukkan oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk organik buatan dibuat untuk memenuhi kebutuhan pupuk tanaman yang bersifat alami atau nonkimia, berkualitas baik, dengan bentuk, ukuran dan kemasan yang praktis, mudah didapat, didistribusikan dan diaplikasikan, serta dengan kandungan unsur hara yang lengkap dan terukur. Berdasarkan bentuknya ada dua jenis pupuk organik buatan yaitu: padat dan cair (Marsono dan Paulus, 2001).
Menurut Litauditomo (2007), jenis sampah organik yang bisa diolah menjadi pupuk organik adalah sampah sayur baru, sisa sayur basi tetapi harus dicuci dulu, peras lalu buang airnya, sisa nasi, sisa ayam, kulit telur, sampah buah (anggur, kulit jeruk, apel dan lain-lain).
Sampah organik yang tidak bisa diolah:
1. Protein seperti daging, ikan, udang, lemak, santan, susu karena mengundang lalat sehingga tumbuh belatung.
2. Biji-biji yang utuh atau keras seperti biji salak, asam, lengkeng, alpukat dan sejenisnya. Buah utuh yang tidak dimakan karena busuk dan berair seperti pepaya, melon, jeruk, anggur.
3. Sisa sayur yang berkuah harus dibuang airnya, kalau bersantan harus dibilas air dan ditiriskan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan pupuk organik cair menurut Yuwono (2009), adalah :
a. Ukuran Bahan
Semakin kecil ukuran bahan, proses pengomposan akan lebih cepat dan lebih baik karena mikroorganisme lebih mudah beraktivitas pada bahan yang lembut daripada bahan dengan ukuran yang lebih besar. Ukuran bahan yang dianjurkan pada pengomposan aerobik antara 1,7-5 cm. Sedangkan pada pengomposan anaerobik, sangat dianjurkan untuk menghancurkan bahan selumat-lumatnya sehingga menyerupai bubur atau lumpur. Hal ini untuk mempercepat proses penguraian oleh bakteri dan mempermudah pencampuran bahan.
b. Komposisi Bahan
Pengomposan dari beberapa macam bahan akan lebih baik dan lebih cepat. Pengomposan bahan organik dari tanaman akan lebih cepat bila ditambah dengan kotoran hewan.
c. Jumlah Mikroorganisme
Semakin banyak jumlah mikroorganisme maka proses pengomposan diharapkan akan semakin cepat.
d. Kelembaban
Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh
pada suplai udara. Mikroorganisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut dalam air. Apabila kelembaban di bawah 40% aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara akan berkurang, akibatnya mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap (Isroi, 2008).
Timbunan kompos harus selalu lembab, dengan kandungan lengas 50-60%, agar mikroba tetap beraktivitas. Kelembaban air akan mengakibatkan volume udara jadi berkurang, sebaliknya bila terlalu kering proses dekomposisi akan berhenti. Semakin basah timbunan tersebut, harus makin sering diaduk atau dibalik untuk menjaga dan mencegah pembiakan bakteri anaerobik. Pada kondisi anaerob, penguraian bahan akan menimbulkan bau busuk (Setyorini dkk, 2011).
e. Suhu
Menurut Isroi (2008), faktor suhu sangat berpengaruh terhadap proses pengomposan karena berhubungan dengan jenis mikroorganisme yang terlibat. Suhu optimum bagi pengomposan adalah 40o-60oC. Bila suhu terlalu tinggi mikroorganisme akan mati. Bila suhu relatif rendah mikroorganisme belum dapat bekerja atau dalam keadaan dorman.
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen memiliki hubungan perbandingan yang lurus. Semakin tinggi suhu, maka akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses penguraian. Tingginya oksigen yang dikonsumsi akan menghasilkan CO2 dari hasil metabolisme mikroba sehingga bahan organik semakin cepat
terurai. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Suhu yang berkisar antara 300-600C menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Sedangkan, suhu yang lebih tinggi dari 600C akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba termofilik saja yang tetap bertahan hidup. Suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal pengomposan. Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 500C, berarti proses pengomposan masih berlangsung aktif dan kompos belum cukup matang
f. Keasaman Pangkat Hidrogen (pH)
Menurut Djuarnani dkk (2009), Kisaran pH kompos yang paling optimal adalah 6,0-8,0. Derajat keasaman bahan pada permulaan pengomposan umumnya asam sampai dengan netral (pH 6,0-7,0).
Derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organik menjadi asam organik. Pada proses selanjutnya, mikroorganisme dari jenis yang lain akan mengonversi asam organik yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang tinggi dan mendekati netral.
Seperti faktor lainnya, derajat keasaman perlu dikontrol selama proses pengomposan berlangsung. Jika derajat keasaman terlalu tinggi atau terlalu rendah, konsumsi oksigen akan naik dan akan memberikan hasil yang buruk bagi lingkungan. Derajat keasaman yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan unsur nitrogen dalam bahan kompos berubah menjadi ammonia. Sebaliknya, dalam keadaan asam rendah akan menyebabkan sebagian mikroorganisme mati. Derajat keasaman yang
terlalu tinggi dapat diturunkan dengan menambahkan kotoran hewan, urea atau pupuk nitrogen. Jika derajat keasaman terlalu rendah bisa ditingkatkan dengan menambahkan kapur dan abu dapur ke dalam bahan kompos
Kondisi asam pada proses pengomposan biasanya diatasi dengan pemberian kapur. Namun dengan pemantauan suhu bahan kompos secara tepat waktu dan benar sudah dapat mempertahankan kondisi pH tetap pada titik netral tanpa pemberian kapur (Yuwono, 2009) g. Waktu pembuatan
Pembuatan pupuk cair organik sebaiknya dilakukan pada waktu sore hari atau pagi hari dimana intensitas cahaya matahari relatif rendah dan kelembaban tidak terlalu tinggi. Misalnya dilakukan pada siang hari diusahakan tempat pembuatan pupuk dilakukan pada tempat yang terhalang intensitas cahaya matahari secara langsung. Kontaminansi dengan bakteri patogenik pada awal pembuatan akan sangat berbahaya, bakteri patogenik cenderung dapat berkembang biak dari suhu yang relatif tinggi. Bakteri patogenik juga dapat menyebar dari penggunaan bahan yang busuk. Proses pembuatan pupuk cair bahan yang digunakan sebaiknya tidak busuk, hal ini dikarenakan pada bahan yang busuk kemungkinan terjadinya kontaminasi dari mikroba lain (mikroba merugikan) sangat besar, hal ini dikarenakan pada bahan yang telah busuk sudah dapat dipastikan ada penyebabnya, hal ini tidak boleh terjadi, karena berdampak pada tingkat keberhasilan dalam proses pembuatan pupuk cair yang akan dibuat. Pada intinya di dalam bahan yang sudah mengalami pembusukan akan menghambat proses
fermentasi yang dilakukan mikoorganisme yang menjadi starter yang telah di siapkan, sehingga proses fermentasi akan terhambat dan akhirnya tingkat keberhasilan bisa dapat dipastikan akan kecil.
B. Tinjauan Umum Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Jika dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman meskipun sudah digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk itu juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman (Hadisuwito, 2012).
Klasifikasi pupuk organik cair : pupuk kandang cair dan pupuk kandang padat. Pupuk kandang cair adalah pupuk yang dibuat dengan mencampur kotoran hewan dengan air lalu diaduk, sedangkan pupuk kandang padat adalah pupuk yang dibuat dari kotoran hewan dan campuran bahan lainnya yang dicampur menjadi satu dalam keadaan lembab atau sedikit berair.
C. Tinjauan Umum Kotoran Ayam
Kotoran ayam adalah bahan makanan yang tidak tercerna yang dikeluarkan dari usus ke kloaka dan dikeluarkan dari tubuh. Kotoran ayam terdiri dari sisa bahan yang tidak dicerna, mikroorganisme usus (bakteri, virus, parasit, jamur, getah pencernaan, jaringan usus yang aus dan zat-zat mineral yang berasal dari tubuh (Fidi, 2011).
Menurut Syira (2012), Menambahkan bahan kotoran ayam atau bahan organik merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, serta berperan
cukup besar dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah serta lingkungan. Di dalam tanah, pupuk organik akan dirombak oleh organisme menjadi humus. Bahan organik berfungsi sebagai “pengikat” butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat yang mantap.
Kotoran ayam merupakan bahan buangan yang mengandung bahan obat-obatan, mikroba atau parasit dan bahan makanan yang bercampur dengan mikroba dan parasit lain (Nangimam, 2014).
D. Tinjauan Umum Ragi Tape
Ragi merupakan populasi campuran mikroba yang terdapat beberapa jenis yaitu genus Aspergillus, genus Saccharomyces , genus Candida, genus Hansula. Sedangkan bakterinya adalah Acetobacter. Aspergillus dapat
menyederhanakan amilum, sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansnula dapat menurunkan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat
lainnya. Acetobacter mengubah alkohol menjadi cuka. Secara fisiologis, ragi mempunyai persamaan menghasilkan fermen atau enzim-enzim yang dapat mengubah substrat menjadi bahan lain dengan mendapat keuntungan berupa energi dan adapun substrat yang diubah berbeda-beda.
Ragi tape sebenarnya adalah berupa mikroba Saccharomyces cerevisiae yang dapat mengubah karbohidrat. Sedang jamur yang ada dalam
ragi tape adalah jenis Aspergillus. Ragi tape merupakan inokulam yang mengandung kapang aminolitik dan khamir yang mampu menghidrolisis pati.
Kapang tersebut adalah Amilomyces rouxii, sedangkan khamir tersebut adalah Saccharomyces. Adapun mikroflora yang berperan pada ragi tape adalah jenis Candida, Endomycopsis, Hansnula, Amilomyces rouxii dan Aspergillus Orizae. Ragi menghasilkan enzim pitase yang dapat melepaskan
ikatan fosfor dalam phitin, sehingga dengan ditambahkan ragi tape dalam ransum akan menambah ketersediaan mineral. Ragi bersifat katabolik atau memecah komponen yang kompleks menjadi zat yang lebih sederhana sehingga lebih terurai (Anonim, 2010).
E. Tinjauan Umum Effective Microorganisms 4 (EM4)
Larutan EM4 ditemukan pertama kali Prof. Dr. Teuro Higa dari Universitas Ryukyus, Jepang. Larutan EM4 ini berisi mikroorganisme fermentasi. Jumlah mikroorganisme fermentasi EM4 sangat banyak, sekitar 80 genus. Dari sekian banyak mikroorganisme, ada empat golongan utama yang terkandung di dalam EM4, yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomyces sp, ragi (yeast). Selain mempercepat pengomposan, EM4 dapat diberikan secara langsung untuk menambah unsur hara tanah dengan cara disiramkan ke tanah, tanaman atau disemprotkan ke daun tanaman (Indriani, 2012).
Biasanya, untuk mempercepat proses pengomposan harus dilakukan dalam kondisi aerob karena tidak menimbulkan bau. Namun, proses mempercepat pengomposan dengan bantuan EM4 berlangsung secara anaerob (sebenarnya semi anaerob karena masih ada sedikit udara dan cahaya). Dengan metode ini, bau yang dihasilkan ternyata dapat hilang bila proses berlangsung dengan baik (Indriani, 2012).
Menurut Indriani (2012), Jumlah mikroorganisme EM4 sangat banyak sekitar 80 jenis, mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan baik dalam menguraikan bahan organik dan sekian banyak mikroorganisme ada 4 golongan pokok yaitu :
1. Bakteri Laktat adalah bakteri gram positif, tidak membentuk spora dan berfungsi menguraikan bahan organik dengan cara fermentasi membentuk asam laktat dan glukosa. Asam laktat akan bertindak sebagai sterilizer atau menekan mikroorganisme yang merugikan serta meeningkatkan perombakan bahan-bahan organik dengan cepat.
2. Ragi (yeast) berfungsi mengurai bahan organik dan membentuk zat anti bakteri, dapat pula membentuk zat aktif (substansi bioaktif) dan enzim yang berguna untuk pertumbuhan sel dan pembelahan akar. Ragi ini juga berperan dalam perkembangan mikroorganisme lain yang menguntungkan seperti Actynomicetes dan Lactobacillus sp.
3. Actynomicetes merupakan bentuk peralihan antara bakteri dan jamur, mempunyai filament, berfungsi mendekomposisikan bahan organik kedalam bentuk sederhana. Simbiosis antara Actynomicetes dengan bakteri fotosintesis akan menjadi bakteri anti mikroba sehingga dapat menekan pertumbuhan jamur dan bakteri yang merugikan dengan cara menghancurkan khitin yaitu zat esensial untuk pertumbuhannya.
4. Bakteri fotosintesis terdiri dari bakteri hijau dan ungu, bakteri hijau memiliki pigmen hijau (bakteri viridian dan bakteri klorofil), sedangkan bakteri ungu mempunyai pigmen ungu, merah dan kuning (bakteri purpurin). Bakteri fotosintesis merupakan bakteri bebas yang mensintesis senyawa nitrogen, gula dan substansi bioaktif lainnya. Hasil metabolik yang diproduksi diserap langsung oleh tanaman yang tersedia sebagai substrat untuk perkembangan mikroorganisme yang menguntungkan.
Menurut Djuarnani dkk (2009), cara kerja EM4 telah dibuktikan secara ilmiah dan menyatakan EM4 dapat berperan sebagai berikut:
a. Menekan pertumbuhan patogen tanah.
b. Mempercepat fermentasi limbah dan sampah organik.
c. Meningkatkan ketersediaan unsur hara dan senyawa organik pada tanaman.
d. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme indogenus yang menguntungkan seperti Mycorrhiza sp, Rhizobium sp dan bakteri pelarut fosfat.
e. Meningkatkan nitrogen.
f. Mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia.
EM4 dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen yang selalu menjadi masalah pada budidaya monokultur dan budidaya sejenis secara terus-menerus. EM4 merupakan larutan yang berisi beberapa mikroorganisme yang sangat bermanfaat untuk menghilangkan bau pada limbah dan mempercepat pengolahan limbah menjadi kompos.
F. Tinjauan Umum Unsur Hara
Menurut Pranata (2004), unsur hara yang dibutuhkan tanaman beraneka ragam. Sedikitnya ada 60 jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dari sekian banyak unsur hara tersebut, sebanyak 16 unsur atau senyawa diantaranya merupakan unsur hara esensial yang mutlak dibutuhkan tanaman untuk mendukung pertumbuhannya.
1. Unsur Hara Makro a. Karbon (C)
Karbon yang digunakan oleh tumbuhan berasal dari karbondioksida (CO2 ) yang ada di udara. Karbondioksida merupakan hasil respirasi (pernapasan manusia) atau pembakaran sempurna
zat-zat organik. Karbon berfungsi untuk membentuk karbohidrat, lemak dan protein yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
Selain itu, berfungsi membentuk selulosa yang merupakan dinding sel dan memperkuat bagian tanaman.
b. Hidrogen (H)
Hidrogen diperoleh tanaman dengan memecah air (H). air dapat diperoleh tanaman dari udara dan tanah, hidrogen berguna dalam proses pembuatan gula (glukosa) menjadi karbohidrat dan sebaliknya, serta proses pembentukan lemak dan protein. Proses untuk menghasilkan glukosa dikenal dengan proses asimilasi karbondioksida atau fotosintesis.
c. Oksigen (O)
Oksigen diperoleh tanaman dari air dan udara. Sekitar 21%
volume udara adalah oksigen, oksigen diisap tanaman dari udara melalui respirasi. Oksigen dibutuhkan tanaman untuk membentuk bahan organis tanaman. Seluruh tanaman, baik akar, batang, daun, bunga dan buah memerlukan oksigen. Oksigen dibutuhkan dalam sel tanaman untuk mengubah karbohidrat menjadi energi.
d. Nitrogen (N)
Tumbuhan memerlukan nitrogen untuk pertumbuhan terutama pada fase vegetatif yaitu pertumbuhan cabang, daun dan batang.
Nitrogen juga bermanfaat dalam proses pembentukan hijau daun atau klorofil. Klorofil sangat berguna untuk membantu proses fotosintesis. Selain itu, nitrogen bermanfaat dalam pembentukan
protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Perlu diketahui, sekitar 78% volume udara terdiri dari nitrogen.
e. Fosfor (P)
Bagi tanaman fosfor berguna untuk membentuk akar sebagai bahan dasar protein, mempercepat penuaan buah, memperkuat batang tanaman, meningkatkan hasil biji-bijian dan umbi-umbian, selain itu fosfor juga berfungsi untuk membantu proses asimilasi dan respirasi.
f. Kalsium (Ca)
Kalsium berfungsi sebagai pengatur pengisapan air dari dalam tanah. Kalsium juga berguna untuk menghilangkan (penawar) racun dalam tanaman. Selain itu, kalsium berguna untuk mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang.
Kalsium bisa digunakan untuk menetralkan konsidi tanah.
g. Sulfur (S)
Sulfur atau belerang sangat membantu tanaman dalam membentuk bintil akar. Pertumbuhan lainnya yang didukung adalah sulfur adalah pertumbuhan tunas dan pembentukan hijau daun (klorofil) berbagai asam amino.
h. Magnesium (Mg)
Magnesium berfungsi membantu proses pembentukan hijau daun atau klorofil. Selain itu, berfungsi untuk membentuk karbohidrat, lemak dan minyak. Magnesium juga berfungsi membantu proses transportasi fosfat dalam tanaman.
i. Kalium (K)
Kalium berfungsi untuk membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Selain itu, kalium berfungsi untuk memperkuat jaringan tanaman dan berperan dalam pembentukan antibodi tanaman yang bisa melawan penyakit dan kekeringan.
2. Unsur Hara Mikro a. Klor (Cl)
Klor bermanfaat untuk membantu meningkatkan atau memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi tanaman. Khususnya untuk tanaman tembakau, kentang, kapas, kol, sawi dan tanaman sayuran lainnya. Kekurangan klor akan menyebabkan produktifitas menurun.
b. Besi (Fe)
Zat besi berperan dalam proses fisiologi tanaman seperti proses pernapasan dan pembentukan zat hijau daun (klorofil).
c. Mangan (Mn)
Mangan bermanfaat dalam proses asimilasi dan berfungsi sebagai komponen utama dalam pembentukan enzim dalam tanaman.
d. Tembaga (Cu)
Tembaga bermanfaat bagi tanaman dalam proses pembentukan klorofil dan sebagai komponen utama dalam pembentukan enzim tanaman.
e. Boron (Bo)
Boron merupakan zat yang banyak manfaatnya, boron membawa karbohidrat ke seluruh jaringan tanaman. Boron juga bermanfaat dalam proses mempercepat penyerapan kalium dan berperan pada pertumbuhan tanaman khususnya pada bagian yang masih aktif. Selain itu, berfungsi juga dalam meningkatkan kualitas produksi sayuran dan buah-buahan.
f. Molibdenum (Mo)
Molibdenum berfungsi untuk mengikat oksigen bebas dari udara. Selain itu, berfungsi sebagai komponen pembuatan enzim pada bakteri akar tanaman leguminosae.
g. Zincum (Zn)
Seng mempunyai fungsi dalam pembentukan hormon tanaman yang berguna untuk pertumbuhan.
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Samratulangi Gang Elyaroski RT.34 selama ± 6 (enam) bulan dimulai pada Oktober 2014 sampai Maret 2015 sejak penyusunan proposal, penelitian hingga penyusunan laporan akhir setelah ujian Karya Ilmiah.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari timbangan analitik, gelas ukur 100 ml, gelas beaker 1 l, ember plastik, plastik transparan, tali rafia, pengaduk kaca, pengaduk kayu, pipet tetes, kamera dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotoran ayam, ragi tape, larutan EM4, gula putih (untuk P1), gula merah (untuk P2) dan air.
C. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Bahan
a. Persiapan Kotoran Ayam
Bahan kotoran ayam diambil dari peternak ayam broiler di jalan Soekarno Hatta Km 3 Loa Janan Kecamatan Samarinda Seberang.
b. Persiapan Larutan EM4
Pembuatan larutan EM4 dengan cara mencampurkan EM4
sebanyak 40 ml, 40 g gula merah dan 2000 ml air. Semua bahan dimasukkan ke dalam ember plastik, aduk rata lalu tutup dengan plastik transparan dan ikat dengan tali rafia. Kemudian campuran bahan tersebut difermentasikan selama 7 (tujuh) hari.
2. Perlakuan
Perlakuan penelitian ini adalah penggunaan aktivator yang berbeda pada pembuatan pupuk organik cair dari kotoran ayam, yaitu:
P1 : pembuatan pupuk organik cair dengan aktivator ragi P2 : pembuatan pupuk organik cair dengan aktivator EM4 3. Pembuatan Pupuk Organik Cair
a. Pembuatan Pupuk Organik Cair dengan Aktivator Ragi Tape (P1) Kotoran ayam sebanyak 1/3 volume tabung atau dengan berat ± 800 g dimasukkan ke dalam ember lalu tambahkan ragi yang sudah dihancurkan sebanyak 2,35 g serta gula pasir ± 8 g kemudian tambahkan air sebanyak 2/3 volume tabung atau 4,2 l aduk sampai rata, setelah tercampur tutup dengan plastik transparan lalu ikat dengan tali rafia (Gambar 1).
Pengadukan dilakukan setiap hari disertai dengan pengamatan suhu pada waktu yang sama untuk mengetahui perubahan kondisi pupuk organik cair. Proses fermentasi di hentikan apabila sudah tidak mengalami perubahan warna, bau dan suhu (Lampiran 2).
Ragi
1/3 Kotoran Ayam
2/3 Air
Gambar 1. Komposisi Bahan Pupuk Organik Cair Kotoran Ayam Aktivator Ragi Tape
b. Pembuatan Pupuk Organik Cair dengan Aktivator EM4 (P2)
Kotoran ayam sebanyak ± 800 g dicampurkan dengan larutan EM4 yang telah difermentasikan sebanyak 2040 ml diaduk hingga rata lalu tutup dengan plastik transparan dan ikat dengan tali rafia.
Lakukan pengadukan dan pengecekan suhu setiap hari pada waktu yang sama.
D. Pengamatan dan Pengambilan Data
Pengamatan fisik secara visual dilakukan setiap hari pada pukul 07.00 Wita terhadap warna, bau dan suhu. Pengamatan fisik hanya digunakan sebagai penentu bahwa pupuk organik cair sudah jadi yang ditandai dengan tidak adanya perubahan warna, bau dan suhu hingga 3 (hari) pengamatan secara berturut-turut. Setelah pupuk organik cair jadi, dilakukan analisa kandungan unsur hara di laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
E. Analisis Data
Hasil analisa kandungan unsur hara dari laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda kemudian dibandingkan dengan standar mutu pupuk SNI berdasarkan No.70/Permentan/SR.140/10/2011 yang disajikan secara deskriptif.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil analisa kandungan unsur hara terhadap pupuk organik (POC) di Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini :
Tabel 2. Hasil Analisa Kimia Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Cair (POC) Dengan Aktivator Ragi Tape Dan Effective Microorganisms (EM4)
No. Kode Unsur
POC Kotoran Ayam + Ragi
(P1)
POC Kotoran Ayam + EM4
(P2)
Standar Mutu Pupuk Organik No.
70/Permentan/
SR.140/10/2011 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
N Total ( % ) P Total ( % ) K Total ( % ) Fe ( ppm ) Cu ( ppm ) Zn ( ppm ) pH ( H2O)
0,0976 0,0334 9,651 83,665
3,387 9,044 7,17
0,0970 0.03746 17,857 21,287 3,7624 7,7426 7,49
3 – 6 3 – 6 3 – 6 90 – 900 250 – 5000 250 - 5000
4 – 9
Sumber : Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (2015) dan Standar Mutu Pupuk Organik no.70/Permentan/SR.140/10/2011.
Berdasarkan hasil analisa laboratorium, pupuk organik cair kotoran ayam dengan aktivator ragi (P1) dengan kandungan unsur hara yaitu
Nitrogen (N) sebesar 0,0976%, Fospor (P) sebesar 0,0334%, Kalium (K) sebesar 9,651%, Ferrum (Fe) sebesar 83,665 ppm, Cuprum (Cu) sebesar 3,387 ppm, Zincum (Zn) sebesar 9,044 ppm dan nilai
pH adalah 7,17.
Dan pada pupuk organik cair kotoran ayam dengan aktivator EM4 (P2) dengan kandungan unsur hara yaitu Nitrogen (N) sebesar 0,0970%, Fospor (P) sebesar 0,03746%, Kalium (K) sebesar 17,857%, Ferrum (Fe) sebesar 21,287 ppm, Cuprum (Cu) sebesar 3,7624 ppm, Zincum (Zn) sebesar 7,7426 ppm dan dengan nilai pH adalah 7,49.
B. Pembahasan
Kandungan Nitrogen (N) pupuk organik cair dari kotoran ayam dengan aktivator ragi (P1) 0,0976% dan kandungan nitrogen (N) pupuk organik cair dari aktivator EM4 (P2) 0,0970% belum memenuhi standar mutu pupuk organik cair No.70/Permentan/SR.140/10/2011 yaitu 3-6 %. Kandungan (N) pada pupuk organik cair dari kotoran ayam dengan menggunakan ragi (P1) lebih besar dibanding dengan pupuk organik cair dari kotoran ayam dengan aktivator EM4 (P2). Hal ini diduga karena unsur hara yang telah dirombak digunakan kembali untuk metabolisme hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Notohadiprawiro (1999) yang menyatakan bahwa mikroorganisme selain merombak nitrogen tersebut juga menggunakannya untuk aktivitas metabolisme hidupnya.
Mikroorganisme yang terdapat pada aktivator berperan merombak unsur N meskipun masih belum memenuhi standar mutu pupuk berdasarkan No.70/Permentan/SR.140/10/2011 Karena menurut Fitria (2008), bakteri fotosintentik merupakan bakteri yang dapat mensintesa senyawa nitrogen dan gula, jamur fermentatik berfungsi untuk menfermentasi bahan organik menjadi senyawa-senyawa organik dalam bentuk alkohol, gula dan asam amino yang siap diserap oleh perakaran tanaman.
Kandungan Fosfor (P) pada pupuk organik cair dari kotoran ayam dengan aktivator ragi (P1) senilai 0,0334% dan pupuk organik cair dari kotoran ayam dengan aktivator EM4 (P2) senilai 0,03746% masih belum memenuhi standar mutu pupuk organik cair No.70/Permentan/
SR.140/10/2011 yaitu 3-6 %.
Kandungan fosfor (P) pada pupuk organik cair dari kotoran ayam
dengan menggunakan EM4 (P2) lebih besar dibanding dengan pupuk organik cair dari kotoran ayam dengan aktivator ragi (P1). Menurut Amanillah (2011), peningkatan kadar fospor ini diduga merupakan dampak dari aktivitas Lactobacillus yang mengubah EM4 menjadi asam laktat, sehingga lingkungan menjadi asam yang menyebabkan fosfat yang terikat dalam rantai panjang akan larut dalam asam organik yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut.
Hal ini diduga karena jumlah mikroorganisme EM4 lebih untuk mengurai unsur hara fospor (P).
Kandungan kalium (K) pada pupuk organik cair dari kotoran ayam dengan aktivator ragi (P1) senilai 9,651% dan pupuk organik cair dari kotoran ayam dengan aktivator EM4 (P2) senilai 17,857% sudah melebihi standar mutu pupuk organik No.70/Permentan/SR.140/10/2011 yaitu 3-6%.
Kandungan kalium (K) pada pupuk organik cair dari kotoran ayam dengan aktivator EM4 (P2) senilai 17,857% lebih besar daripada kalium (K) pada pupuk organik cair dari kotoran ayam dengan aktivator ragi (P1) sesuai dengan pernyataan Amanillah (2011), yang mengatakan kalium merupakan senyawa yang dihasilkan juga oleh metabolisme bakteri dimana bakteri menggunakan ion-ion K+ bebas yang ada pada bahan pembuat pupuk untuk keperluan metabolisme, sehingga pada hasil fermentasi kalium akan meningkat seiring dengan semakin berkembangnya jumlah bakteri yang ada dalam bahan penyusun pupuk organik cair. Oleh Novizan (2012), yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan beberapa unsur hara oleh jasad renik terutama kalium. Unsur hara tersebut dapat kembali melalui pelapukan sisa makhluk hidup bila mikroorganisme tersebut mati.
Kandungan ferrum (fe), cuprum (C), Zincum (Zn) pada pupuk organik
cair kotoran ayam dengan aktivator ragi (P1) dan pupuk organik cair kotoran ayam dengan aktivator EM4 (P2) masih belum memenuhi standar mutu pupuk organik No.70/Permentan/SR.140/10/2011.
Kandungan pH pada pupuk organik cair kotoran ayam dengan aktivator ragi (P1) dan pupuk organik cair kotoran ayam dengan menggunakan aktivator EM4 (P2) sudah memenuhi standar mutu pupuk organik No.70/Permentan/SR.140/10/2011 yaitu 4-9.
Kandungan pH pada pupuk organik cair kotoran ayam dengan aktivator EM4 (P2) lebih tinggi daripada pupuk organik cair kotoran ayam dengan aktivator ragi (P1) diduga pada (P2), EM4 memiliki sifat panas sehingga dapat menaikkan pH pada proses pengomposan karena selain menggandung ragi, EM4 juga memiliki banyak mikroorganisme yang dapat menaikkan pH. Nilai pH perlakuan (P2) 7,49 yaitu dalam kondisi netral yang stabil, karena bahan sudah terdekomposisi serta adanya penurunan aktivitas mikroorganisme sesuai pendapat Darwati (2013), nilai pH menunjukkan netral dan stabil menunjukkan bahwa bahan organik telah selesai diuraikan dan terjadi reduksi aktivitas mikroorganisme sehingga pH menjadi stabil.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Unsur Kalium (K) pada pupuk organik cair dari kotoran ayam dengan aktivator ragi (P1) dan pada pupuk organik cair dari kotoran ayam dengan aktivator EM4 (P2) melebihi Standar mutu Pupuk Organik berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/
SR.140/10/2011.
2. Nilai pH pada pupuk organik cair dari kotoran ayam dengan aktivator ragi (P1) dan pada pupuk organik cair dari kotoran ayam dengan aktivator EM4 (P2) sudah memenuhi Standar mutu Pupuk Organik berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/
SR.140/10/2011.
3. Unsur Nitrogen (N), Fospor (P), Cuprum (Cu), Ferrum (Fe) dan Seng (Zn) pada pupuk organik cair kotoran ayam dengan aktivator ragi (P1) dan pupuk organik cair kotoran ayam dengan aktivator EM4 (P2) masih belum memenuhi Standar Mutu Pupuk Organik berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/SR.140/10/2011.
B. Saran
Perlu diteliti terhadap penggunaan jenis gula dan volume air yang sama dalam mengaktifkan aktivator ragi dan EM4 pada pembuatan pupuk organik cair dari kotoran ayam.
DAFTAR PUSTAKA
Amanillah, Zi. 2011. Pengaruh Konsentrasi Em4 Pada Fermentasi Urin sapi Terhadap Konsentrasi N,P,K. Skripsi Fakultas MIPA. Universitas Brawijaya. Malang.
Anonim. 2013. Pupuk Kandang dan macamnya.
Http://rumushitung.com/2013/06/16/pupukkandangdanmacamnya.
Diakses pada tanggal 5 September 2014
Anonim. 2010. Mengenal ragi dan fungsinya
http://dapurpunyaku.com/2010/03/mengenal-ragi-dan-fungsinya.html.
Diakses pada tanggal 5 September 2014
Damanhuri dan Padmi. 2007. Pengomposan Composting.
http://tsabitah.wordpress.com. Diakses pada tanggal 11 September 2014
Darwati. 2013. Kandungan Kalium Rasio C/N pH pada Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Berbagai Ternak Menggunakan Starter Starbio.Skripsi. FMIPA IKIP PGRI. Semarang
Djuarnani, N., Kristian, B.S., Setiawan. 2009. Cara Tepat Membuat Kompos.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Eulis, M.T. 2009. Biokonversi Limbah Industri. Perternakaan. UNPAD PRESS.
Bandung.
Fidi. 2011. Manfaat Kotoran Ayam Sebagai Bahan
http://fidi.com/2011/01/manfaat-kotoran-ayam-sebagai-bahan.html.
Diakses pada tanggal 11 September 2014
Fitria, Y. 2008. Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Limbah Cair Industri Perikanan Menggunakan Asam Asetat Dan Effective Microorganisms 4.
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Institut Pertanian. Bogor.
Skripsi 72 Hal.
Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Kompos Cair.PT. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1995. llmu Tanah. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Hartatik, W. 2004. Pupuk Kandang. Balittanah Deptan.
http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk 4.pdf. Diakses pada tanggal 15 September 2014.
Indriani, Y.H. 2012. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Isroi.2008. Kompos. http://isroi.files.wordpress.com.2008/02/kompos.pdf.
Diakses pada tanggal 19 September 2014.
Lingga, P. 1986. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Litauditomo. 2007. Mengolah Sampah Rumah Tangga.
http://www.lintauditomo.muliply.com/. Diakses pada tanggal 23 September 2014.
Marsono dan Paulus. 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Murbandono, L. 2004. Pupuk Organik Padat, Pembuatan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nangimam. 2014. Manfaat kotoran Ayam Sebagai pupuk http://nangimam.com/2014/02/manfaat-kotoran-ayam-sebagai-
pupuk.html. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2014.
Notohadiprawiro, T. 1999. Tanah dan lingkungan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Jakarta.
Novizan. 2012. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Edisi Revisi. AgroMedia Pustaka.
Nugroho P. 2010. Panduan membuat pupuk kompos cair. Pustaka baru prees.
Yogyakarta.
Pranata, A.S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Syira, R. 2012. Pupuk Kandang Kotoran Ayam http://rahmasyira.com/2012/11/pupuk-kandang-kotoran-ayam-
tehadap.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014
Setyorini dan Suriadikarta, 2005. Baku Mutu Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Yuwono, D. 2009. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Standar Mutu Pupuk CairNo.70/Permentan/SR.140/10/2011
No. PARAMETER STANDAR MUTU
1. C – Organik Min 6 %
2. Bahan Ikutan :
(Plastik, Kaca, kerikil)
Maks 2 % 3. Logam berat :
- As - Hg - Pb - Cd
Maks 2,5 ppm Maks 0,25 ppm Maks 12,5 ppm Maks 0,5 ppm
4. pH 4 – 9
5. Hara Makro : - N
- P2O5
- K2O
3 – 6 % 3 – 6 % 3 – 6 % 6. Mikroba Kontaminan:
- E.coli
- Salmonella sp
Maks 102 MPN/ml Maks 102 MPN/ml 7. Hara Mikro :
- Fe total atau - Fe tersedia - Mn
- Cu - Zn - B - Co - Mo
90 – 900 ppm 5 – 50 ppm 250 – 5000 ppm 250 – 5000 ppm 250 – 5000 ppm 125 – 2500 ppm
5 – 20 ppm 2 – 10 ppm 8. Unsur Lain:
- La - Ce
0 0
Lampiran 2. Hasil Pengamatan Pupuk Organik Cair Kotoran Ayam dengan Aktivator Ragi Tape
Hari Ke-
Suhu Bau Warna
1 28 Berbau Cokelat Kehitaman
2 27 Sedikit Berbau Cokelat Kehitaman 3 27 Sedikit Berbau Cokelat Kehitaman 4 27 Sedikit Berbau Cokelat Kehitaman
5 28 Berbau Cokelat Kehitaman
6 28 Berbau Cokelat Kehitaman
7 28 Berbau Cokelat Kehitaman
8 27 Berbau Cokelat Kehitaman 9 27 Sangat Berbau Cokelat Kehitaman
10 27 Berbau Cokelat Pekat
11 27 Sangat Berbau Cokelat Pekat
12 27 Berbau Cokelat Pekat
13 27 Berbau Cokelat Pekat
14 27 Sangat Berbau Cokelat Pekat 15 27 Sangat Berbau Cokelat Pekat
16 27 Berbau Cokelat Pekat
17 27 Berbau Cokelat Pekat
18 27 Berbau Cokelat Pekat
19 27 Berbau Cokelat Pekat
20 27 Berbau Cokelat Susu
21 27 Berbau Cokelat Susu
22 27 Berbau Cokelat Susu
23 27 Berbau Cokelat Susu
24 27 Sedikit Berbau Cokelat Susu 25 26 Sedikit Berbau Cokelat Susu 26 27 Sedikit Berbau Cokelat Krem 27 27 Sedikit Berbau Cokelat Krem 28 27 Sedikit Berbau Cokelat Krem 29 26 Sedikit Berbau Cokelat Krem 30 27 Sedikit Berbau Cokelat Muda 31 27 Kurang Berbau Cokelat Muda 32 28 Kurang Berbau Cokelat Muda 33 28 Tidak Berbau Cokelat Muda 34 28 Tidak Berbau Cokelat Muda
26
Lampiran 3. Hasil Pengamatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Ayam dengan Aktivator EM4
38 28 Berbau Cokelat Susu
39 26 Berbau Cokelat Muda
40 27 Berbau Cokelat Muda
41 28 Berbau Cokelat Muda
42 28 Berbau Cokelat Muda
43 27 Berbau Cokelat Muda
44 26 Sedikit Berbau Cokelat Muda
45 26 Sedikit Berbau Cokelat Muda
46 27 Sedikit Berbau Cokelat Muda
47 27 Kurang Berbau Cokelat Muda
48 27 Kurang Berbau Cokelat Muda
49 28 Kurang Berbau Cokelat Muda
50 27 Kurang Berbau Cokelat Muda
51 27 Tidak Berbau Cokelat Muda
52 28 Tidak Berbau Cokelat Muda
53 28 Tidak Berbau Cokelat Muda
54 28 Tidak Berbau Cokelat Muda
Hari Ke-
Suhu Bau Warna
1 26 Sangat Menyengat Cokelat Kehitaman
2 26 Sangat Menyengat Cokelat Kehitaman
3 26 Sangat Menyengat Cokelat Kehitaman
4 26 Menyengat Cokelat Kehitaman
5 26 Menyengat Cokelat Kehitaman
6 26 Menyengat Cokelat Pekat
7 26 Menyengat Cokelat Pekat
8 26 Menyengat Cokelat Pekat
9 26 Menyengat Cokelat Pekat
10 26 Menyengat Cokelat Pekat
11 26 Kurang Menyengat Cokelat Tua
12 26 Kurang Menyengat Cokelat Tua
13 27 Sedikit Menyengat Cokelat
14 27 Sedikit Menyengat Cokelat
15 27 Sedikit Menyengat Cokelat
16 26 Sedikit Menyengat Cokelat
17 26 Sedikit Menyengat Cokelat
18 26 Sedikit Menyengat Cokelat
19 26 Berbau Cokelat
20 26 Berbau Cokelat
21 26 Berbau Cokelat
22 26 Berbau Cokelat Susu
23 26 Berbau Cokelat Susu
24 26 Berbau Cokelat Susu
25 27 Berbau Cokelat Susu
26 27 Berbau Cokelat Susu
27 26 Berbau Cokelat Susu
28 26 Berbau Cokelat Susu
29 27 Berbau Cokelat Susu
30 27 Berbau Cokelat Susu
31 26 Sedikit Berbau Cokelat Susu
32 27 Sedikit Berbau Cokelat Susu
33 27 Berbau Cokelat Susu
34 27 Berbau Cokelat Susu
35 27 Berbau Cokelat Susu
36 26 Berbau Cokelat Susu
37 28 Berbau Cokelat Susu
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Penimbangan Kotoran Ayam
Gambar 2. Penimbangan Gula Pasir
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian (Lanjutan)
Gambar 3. Penimbangan Ragi
Gambar 4. Alat – alat Penelitian
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian (Lanjutan)
Gambar 5.. Bahan Pembuatan Larutan EM4
Gambar 6. Proses Penuangan Larutan EM4
Gambar 7. Pencampuran Gula Pada Larutan EM4
Gambar 8. Penambahan Air Pada larutan EM4
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian (Lanjutan)
Gambar 9. Pengadukan Larutan EM4
Gambar 10. Larutan EM4 yang siap difermentasi
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian (Lanjutan)
Gambar 11. Larutan EM4 Yang Sudah difermentasi
Gambar 12. Perbedaan Larutan EM4
Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian (Lanjutan)
Gambar 13. Bahan Pembuatan Pupuk Organik Cair Dengan Aktivator Ragi
Gambar 14. Pengecekan Suhu Pupuk
Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian (Lanjutan)
Gambar 15. Pupuk organik Cair Kotoran Ayam dengan aktivator Ragi
Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian (Lanjutan)
Gambar 16. Pupuk Organik Cair Kotoran Ayam dengan Aktivator EM4