• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURVEI TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN KOPI (Coffea L) DI KABUPATEN TORAJA UTARA, SULAWESI SELATAN TUGAS AKHIR. Oleh: WAHYUDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SURVEI TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN KOPI (Coffea L) DI KABUPATEN TORAJA UTARA, SULAWESI SELATAN TUGAS AKHIR. Oleh: WAHYUDI"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

i

SURVEI TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN KOPI (Coffea L) DI KABUPATEN TORAJA UTARA, SULAWESI SELATAN

TUGAS AKHIR

Oleh:

WAHYUDI 1722040059

PRODI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN BUDIDAYATANAMAN PERKEBUNAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2020

(2)

ii HALAMAN PENGESAHAN

SURVEI TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN KOPI (Coffea L) DI KABUPATEN TORAJA UTARA, SULAWESI SELATAN

TUGAS AKHIR

Oleh:

WAHYUDI 1722040059

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Di Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan

Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Muhammad Yusuf, SP., MP. Dr. Nurmiaty, SP., MP.

NIP.197006271998031006 NIP.197206171999032002

Mengetahui :

Direktur Ketua Jurusan

Dr. Ir. Darmawan, M.P Abdul Mutalib, SP., MP.

NIP. 19670202199803002 NIP.197003311997031002

Tanggal Lulus :

(3)

iii HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

Judul : Survei Teknik Pemeliharaan Tanaman kopi (Coffea L) di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan

Nama : Wahyudi

Nim : 1722040059

Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan

Menyetujui, Tim Penguji :

1. Muhammad Yusuf, SP., MP. (...)

2. Dr. Nurmiaty, SP., MP (...)

3. Junyah Leli Lisnaini, SP., MP (...)

4. Ir.Miss Rahma Yassin, M.Si (...)

Mengetahui, Ketua Program Studi,

Muhammad Yusuf, S.P., M.P.

NIP . 197006271998031006

(4)

iv PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah

ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep,04 Juli 2020 Yang menyatakan,

Wahyudi

(5)

v KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan, rahmat, hidayah, dan inayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul Survei Teknik Pemeliharaan Tanaman Kopi (Coffea L) Di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan.

Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, penulis menyadari banyaknya kesalahan didalamnya baik kesalahan penulisan maupun kesalahan pemilihan kata, oleh karena itu penulis mengharapkan banyak saran yang membangun demi menyempurnakan laporan ini. Ucapan terima kasih kepada orang tua serta segenap keluarga dan para dosen pengajar yang telah memberikan bantuan baik berupa material serta spiritual hingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan penelitian mahasiswa hingga dalam penyusunan laporan. Melalui kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Muhammad Yusuf, SP., MP. selaku dosen pembimbing I 2. Dr. Nurmiaty, SP., MP. selaku dosenpembimbing II 3. Junyah Leli Lisnaini, S.P., M.P. selakudosen penguji I 4. Ir. Miss Rahma Yassin, M.Si selaku dosen penguji II

5. Abdul Mutalib, SP., MP. selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan 6. Muhammad Yusuf, S.P., M.P. selaku Ketua Program Studi BudidayaTanaman

Perkebunan

7. Dr. Ir. Darmawan, M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep 8. Staf dose, administrasi, dan PLP Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan

Penyusunan laporan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu, penulis dengan rendah hati menerima saran dan kritikan dari pihak pembaca yang bersifat membangun menuju perbaikan laporan ini dengan baik. Akhir kata, besar harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

(6)

vi DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGSAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Tujuan dan Kegunaan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran umum daerah survei ... 4

2.2. Teknik pemeliharaan kopi ... 5

2.3. Rekomendasi pemeliharaan tanaman kopi ... 14

BAB III METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat ... 23

3.2. Alat dan Bahan ... 23

3.3. Metode Pelaksanaan ... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil ... 24

4.2. Pembahasan ... 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 30

(7)

vii

5.2. Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

LAMPIRAN ... 33

RIWAYAT HIUP ... 36

(8)

viii DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1.Rekomendasi Dosis Pupuk pada Umur Tanaman dan Musim Yang

Berbeda ... 15 Tabal 2.Perbandingan Teknik Pemeliharaan Tanaman Kopi di Desa Pondan 24 Tabel 3.Perbandingan Teknik Pemeliharaan Tanaman Kopi di Desa Bolokan 25 Tabel 4.Perbandingan Teknik Pemeliharaan Tanaman Kopi di Desa maroson 26

(9)

ix DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1. Kebun kopi petani Idol Fina ... 34

Lampiran 2. Kebun kopi petani Renaliu Rante ... 34

Lampiran 3. Kebun kopi petani Idris ... 34

Lampiran 4. Kebun kopi petani Matta ... 35

Lampiran 5. Kebun kopi petani Yahones Ike Kiwon ... 35

Lampiran 6. Kebun kopi petani Aris Saluputtu ... 35

RINGKASAN

(10)

x Wahyudi, 1722040059. Survey teknik pemeliharaan tanaman kopi (coffea L) di tiga desa di Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh Muhammad Yusuf dan Nurmiaty.

Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia. Permintaan kopi Indonesia dari waktu kewaktu terus meningkat karena seperti kopi Robusta mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat serta kopi Arabika mempunyai karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik dan excellent.

Pelaksanaan survey ini dilakukan pada bulan Februari 2020, di tiga Desa di Toraja Utara yaitu Desa Pondan Kecematan Bittuang, Desa Bolokan Kecematan Bittuang, dan Desa Maroson Kecematan Rembon, Kabupaten Tanah Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan.

Hasil survey menujunjukkan teknik pemeliharaan tanaman kopi di tiga desa terdiri dari 4 jenis teknik pemeliharaan yaitu pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama penyakit, dan pengendalian gulma.Saat ini peningkatan produksi kopi di Indonesia masih terhambat oleh rendahnya mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi pengembangan produksi akhir kopi. Hal ini disebabkan, karena penanganan pasca panen yang tidak tepat antara lain proses fermentasi, pencucian, sortasi, pengeringan dan penyangraian.

Kara kunci : survei, tanaman kopi, pemeliharaan.

(11)

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012). Permintaan kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat karena seperti kopi Robusta mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat serta kopi Arabika mempunyai karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik dan excellent (Hilmawan, 2013).

Saat ini peningkatan produksi kopi di Indonesia masih terhambat oleh rendahnya mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi pengembangan produksi akhir kopi. Hal ini disebabkan, karena penanganan pasca panen yang tidak tepat antara lain proses fermentasi, pencucian, sortasi, pengeringan dan penyangraian. Proses pengeringan merupakan salah satu tahapan yang penting dalam pemrosesan biji kopi untuk menghasilkan biji kopi yang berkualitas. Selain itu spesifikasi alat dan mesin yang digunakan juga dapat mempengaruhi setiap tahapan pengolahan biji kopi (Hermawan, 2013).

Dalam hal perkopian di Indonesia, kopi rakyat memegang peranan yang penting, mengingat sebagian besar (93 %) produksi kopi merupakan kopi rakyat. Namun

(12)

2 demikian kondisi pengelolaan usaha tani pada kopi rakyat relatif masih kurang baik dibanding kondisi perkebunan besar Negara (PBN). Ada dua permasalahan utama yang diidentifikasi pada perkebunan kopi rakyat, yaitu rendahnya produktivitas dan mutu hasil yang kurang memenuhi syarat untuk diekspor. Di Sulawesi Selatan berdasarkan data Statistik Dinas Perkebunan Prov. Sul Sel tahun 2008, luas areal pertanaman kopi Arabika sebesar 47.181,46 ha yang melibatkan 65.178 KK petani dengan total produksi hanya sebesar 19.384,69 ton, karena produktivitasnya yang masih sangat rendah yaitu hanya sebesar 636,24 kg/ha/tahun, sementara potensi produksinya dapat mencapai 1.500 kg/ha/tahun.

Demikian halnya dengan Kabupaten Enrekang yang merupakan salah satu daerah penghasil kopi Arabika di Sulawesi Selatan dari luas areal sebesar 11.384 ha dengan jumlah petani sebanyak 16.632 KK produksinya pada tahun 2008 hanya sebesar 5.350 ton karena produktivitas hanya mencapai 648,48 kg/ha/tahunnya (Hermawan, 2013).

Kabupaten Toraja Utara merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Sulawesi Selatan. Kopi arabika dan kopi robusta adalah hasil tanaman perkebunan yang dominan dan banyak diminati oleh masyarakat luar maupun masyarakat di Kabupaten Toraja Utara sendiri.Hal ini disebabkan oleh produksi kopi yang menjadi produk unggulan di Kabupaten Toraja Utara.Hasil produksi kopi mencapai 3.033,67 ton yang dipanen dari luas lahan 9.924,75 ha.

Salah satu yang mempengaruhi produksi kopi adalah penerapan teknik budidaya tanaman. Teknik budidaya tanaman kopi yang penting dilakukan adalah pembibitan, pembukaan dan persiapan lahan, penanaman penaung, persiapan

(13)

3 tanam dan penanaman kopi, pemeliharaan, serta penanganan panen dan pasca panen (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Kegiatan pemeliharaan tanaman kopi meliputi penyulaman, pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, serta pengendalian hama dan penyakit (Prastowo et al, 2010).

1.2. Tujuan dan kegunaan

Survei ini bertujuan untuk mengetahui teknik pemeliharaan tanaman kopi di tiga desa di Toraja Utara khususnya di Desa Pondan, Desa Maroson, dan Desa Bolokan. Adapun kegunaan survei ini adalah sebagai bahan informasi dalam usaha pengembangan budidaya tanaman kopi.

(14)

4 BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Di Indonesia, ada banyak jenis tanaman kopi yang mampu di budidayakan secara sempurna, baik dari pembibitan hingga tanaman kopi siap panen. Pada prinsipnya, bentuk-bentuk perawatan/pemeliharaan tanaman kopi tersebut meliputi pemberian pupuk, pembersihan gulma, pemangkasan tanaman, serta pengendalian hama penyakit (Febriana et al, 2016).

2.1.Gambaran umum daerah survei

Gambar 1.Pete Kecematan Bittuang Sumber: google maps

Desa Pondan Dan Desa Bolokan Berada diKecematan Bittuang. Kecematan bittuang memiliki luas wilayah163,27 km², ketinggian mencapai 1.425 mdpl.

Batas Kecematan Bittuang yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecematan Masanda, sebelah selatan berbatasan dengan Kecematan Saluputti, sebelah timur perbatasan dengan Kabupaten Mamasa, dan sebelah barat perbatasan dengan Kabupaten Toraja Utara. Kecematan Bittuang mempunyai luas wilayah perkebunan mencapai 2.198,5 ha, luas perkebunan kopi 1836 ha, kelapa 10 ha, lada 4,5 ha, kakao 226 ha, dan cengke 122 ha.jumlah penduduk yang terdapat di

(15)

5 kecematan bittuang 14.886 jiwa yang terdiri dari 7.556 jiwa penduduk laki-laki dan 6.951 jiwa penduduk perempuan.

Gambar 2. Pete Kecematan Rembon Sumber: google maps

Desa maroson berada di kecematan rembon. Kecematan Rembon memiliki luas wilayah 134,47 km², ketinggian mencapai 762 mdpl. Batas wilayah kecematan Rembon yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecematan Rantetayo, sebelah selatan berbatasan dengan Kecematan Makale Selatan, sebelah timur perbatasan dengan Kecematan Makale Utara, dan sebelah barat perbatasan dengan Kecematan Malimbong Ballepe Dan Kecematan Bonggakaradeng. Kecematan Rembon mempunyai luas wilayah perkebunan mencapai 1.143,5 ha, luas perkebunan kopi 669 ha, kelapa 17,5 ha, lada 6 ha, kakao 379 ha, dan cengke 72 ha. Jumlah penduduk yang terdapat di kecematan bittuang 18,114 jiwa yang terdiri dari 9,176 jiwa penduduk laki-laki dan 8,938 jiwa penduduk perempuan.

2.2. Teknik pemeliharaan kopi a. pemupukan

Kebutuhan pemupukan dalam tanaman kopi ini ditentukan oleh 2 faktor utama, yaitu: pengambilan hara oleh tanaman dari dalam tanah dan persediaan kandungan

(16)

6 hara dalam tanah.Tanaman kopi ini mengambil hara dari dalam tanah untuk pertumbuhan vegetatif dan juga untuk pertumbuhan buah. Pertumbuhan vegetatif ini sama pentingnya dengan pembuatan buah, karena buah kopi ini hanya terbentuk oleh cabang-cabang lateral yang merupakan produk pertumbuhan vegetatif. Pengambilan hara dari tanaman kopi ini sangat berbeda-beda dan menurut jenis kopi itu sendiri.

Pemupukan bermanfaat untuk perbaikan kondisi tanaman, peningkatan produksi pada mutu, dan stabilisasi produksi.Secara Umum pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk organik dan an organik.Pupuk organik berasal dari kotoran ternak dan sisa sisa tumbuhan, Pupuk an organik Pupuk itu dibagi menjadi 2 golongan, yaitu pupuk tunggal (single fertilizer) dan pupuk majemuk (compound fertilizer).Pupuk tunggal hanya mengandung satu jenis unsur hara, yaitu N,P, atau K, sedangkan pupuk majemuk mengandung lebih dari satu unsur hara dalam berbagai kombinasi. (PSP3-LPPM-IPBet al, 2018).

b. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dilaksanakan sebelum pemupukan dan panen.Pengendalian gulma sebelum pemupukan bertujuan untuk menghindari persaingan penyerapan hara antara tanaman kopi dengan gulma, sedangkan pengendalian gulma menjelang panen bertujuan untuk memudahkan dalam pemanenan dan mengurangi jumlah kehilangan buah yang jatuh ke tanah. Pengendalian gulma dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara manual dan kimia disesuaikan dengan kebutuhan kebun. Pengendalian gulma secara manual dilaksanakan dengan cara membabat gulma disekitar tanaman kopi seluas proyeksi tajuk tanaman dengan

(17)

7 menggunakan sabit atau cangkul. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida. Herbisida yang digunakan adalah herbisida sistemik dengan bahan aktif yaitu Gliphosate, Sulphosate, dengan sasaran selektif gulma berdaun sempit, 2.4 Damin dengan sasaran utama gulma berdaun lebar (Febriana et al, 2016).

c. Pemangkasan

Tujuan Pemangkasan adalah mempertahankan ketinggian tanaman dengan tinggi 160 cm untuk memudahkan perawatan atau pemeliharaan dan panen.

Pemangkasan batang tunggal (single stem) terdiri dari pangkas bentuk, pemeliharaan, dan peremajaan.Pemangkasan bentuk yaitu perlakuan kliping terutama untuk tanaman yang sulit menumbuhkan cabang reproduktif.

Pemangkasan pemeliharaan atau pemangkasan produksi terdiri atas pangkas lepas panen (PLP), pangkas seleksi (wiwil selektif) dan wiwil kasar. Cabang-cabang yang terdapat di tanaman kopi adalah cabang belum berbuah (B0), cabang yang telah berbuah satu kali (B1), cabang yang yang telah berbuah dua kali (B2), dan cabang yang telah berbuah tiga kali (B3). Cabang-cabang yang termasuk cabang produktif adalah cabang B1, B2, dan B3 (Febriana et al, 2016).

Pemangkasan seleksi bertujuan mempersiapkan cabang pemikul buah untuk persediaan tahun yang akan datang. Pada prinsipnya cabang–cabang yang berlebihan harus dipangkas agar cahaya matahari dapat masuk ke dalam tajuk dan sirkulasi udara berlangsung baik, sehingga proses pertumbuhan menjadi baik.

Pemangkasan seleksi dilaksanakan dua kali dalam setahun. Pemangkasan seleksi mulai dilakukan 23 bulan setelah PLP (Desember–Januari) dengan memilih

(18)

8 cabang–cabang yang akan dipelihara pada musim pembungaan yang akan datang.

Pemangkasan halus dilakukan untuk mengurangi kelembaban yang terjadi pada tanaman, sehingga dapat mengurangi gugur buah. Alat yang digunakan gergaji dan gunting pangkas (Febriana et al, 2016).

d. Pengendalian Hama dan Penyakit

Penanganan hama dan penyakit kopi merupakan bagian penting pemeliharaan tanaman kopi dalam rangka mempertahankan potensi produksi kopi sesuai kapasitas genetiknya. Hama tanaman kopi yang mudah ditemukan di pertanaman kopi di Indonesia adalah penggerek buah kopi, penggerek cabang kopi, kutu putih, dan penggerek batang/cabang. Sedangkan penyakit tanaman kopi mencakup karat daun kopi, bercak daun, busuk buah kopi, jamur upas, penyakit akar dan nematode. Di antara hama dan penyakit tersebut yang dilaporkan menimbulkan kerugian besar adalah penggerek buah kopi, karat daun dan nematode (PSP3- LPPM-IPBet al, 2018).

Pengendalian Hama Tanaman Kopi

a. Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei)

Hama PBKo menyerang semua jenis kopi (Arabika, Robusta, dan Liberika). Ada dua tipe kerusakan yang disebabkan oleh hama ini, yaitu gugur buah muda dan kehilangan hasil panen secara kuantitas maupun kualitas. Serangan pada buah kopi yang bijinya masih lunak mengakibatkan buah tidak berkembang, warnanya berubah menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur, sedangkan serangan pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu biji kopi karena biji berlubang. Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negatif terhadap

(19)

9 susunan senyawa kimianya, terutama pada kafein dan gula pereduksi yang akan mempengaruhi citarasa.

Pengendalian hama PBKo dapat dilakukan dengan cara:

 Pemupukan dilakukan secara berkala sesuai dosis anjuran, untuk memicu

waktu pembungaan yang relatif seragam sehingga dapat memutus siklus hidup PBKo.

 Pengendalian gulma setelah panen, agar memudahkan pengambilan sisa-

sisa buah kopi yang jatuh ke tanah.

 Pemangkasan tanaman kopi dan penaungnya dilakukan secara rutin untuk

mengurangi tingkat kelembapan dan suhu lingkungan sehingga menciptakan kondisi yang kurang cocok untuk perkembangan PBKo.

 Petik bubuk, yaitu memetik semua buah yang sudah terserang PBKo pada

saat 15-30 hari menjelang panen raya. Kemudian semua buah tersebut direndam dengan air panas atau dikubur untuk membunuh serangga yang ada di dalam buah.

 Rampasan/racutan, yaitu memetik semua buah kopi yang ada, baik yang

sudah matang maupun yang belum pada akhir masa panen raya.

 Pengendalian secara fisik dan mekanis dengan menggunakan alat dan

senyawa perangkap kumbang betina. Alat perangkap sederhana terbuat dari botol air mineral yang dicat merah dilubangi di bagian samping untuk masuk kumbang dan pada bagian dasar diisi air ditambah dengan deterjen sebagai tempat penampung hama. Senyawa penarik hama (atractant)

(20)

10 berupa cairan dengan bahan dasar etanol dalam plastik atau botol kecil yang digantungkan di dalam alat perangkap.

b. Penggerek Cabang dan Ranting (Xylosandruscompactus L.)

X. compactus ini dianggap sebagai hama yang sangat penting karena mudah beradaptasi dengan lingkungan, meskipun hidupnya terbatas di daerah panas dan tropis. Kumbang betina menggerek cabang dan ranting, kemudian meletakkan telur di dalam lubang gerekan. Larva dan kumbang dewasa aktif menggerek jaringan kayu dari cabang dan ranting kopi sehingga terputus aliran makanan ke bagian atas cabang yang mengakibatkan bagian tanaman tersebut mengering.

Lebih dari 224 spesies tanaman, dalam 62 famili, menjadi inang penggerek cabang ini.

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

 Pemeliharaan tanaman kopi sesuai dengan GAP untuk menjaga kesehatan

tanaman.

 Pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman telah terserang, kemudian

dibakar agar telur, larva dan imago yang masih ada di dalamnya mati.

 Pengendalian secara fisik dan mekanis dengan menggunakan alat dan

senyawa perangkap kumbang betina.

 Menggunakan insektisida nabati BIOTRIS yang berbahan aktif alpha-

eleostearic acid.

c. Kutu Hijau (Coccus viridis)

Kutu hijau menyerang tanaman kopi dengan cara mengisap cairan daun dan cabang yang masih hijau sehingga menyebabkan daun menguning dan mengering.

(21)

11 Kutu ini biasanya menggerombol dan tinggal di permukaan bawah daun, terutama pada tulang daun.Daun atau ranting-ranting muda yang terserang, terutama permukaan bawah daun ditumbuhi jamur embun jelaga (Capnodium sp.) yang berwarna hitam.

Pengendalian hama kutu hijau dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

 Pengendalian secara kultur teknis ditekankan pada pemangkasan dan

pengaturan tanaman penaung agar tidak terlalu rimbun.

 Aplikasi insektisida nabati yang paling mudah adalah dengan

menggunakan air rendaman tembakau (1 kg tembakau/ 2 liter air) yang diencerkan menjadi 10 kali .

 Pemanfaatan musuh alami berupa predator, prasitoid, dan patogen.

Predator yang dilaporkan efektif adalah kumbang Azya lutiepes dan Halmus chalybeus. Parasitoid yang banyak digunakan adalah Coccophagus rusti dan Encarsia sp. Selain predator dan parasitoid, pengendalian biologi untuk mengendalikan C. viridis adalah jamur patogen serangga, yaitu Lecanicillium lecanii. Jamur ini dapat menyebabkan kematian kutu hijau sampai 90% selama musim hujan dan akhir musim kemarau.

Pengendalian Penyakit Tanaman Kopi a. Penyakit Karat Daun (Hemileia vastatrix)

Gejala penyakit karat daun dapat dilihat pada permukaan atas dan bawah daun, ditandai dengan bercak kuning-jingga seperti serbuk (powder).Daun yang terinfeksi timbul bercak kuning, kemudian berubah menjadi cokelat. Jika diamati

(22)

12 pada bagian bawah daun tampak bercak yang awalnya berwarna kuning muda, selanjutnya berubah menjadi kuning tua, pada bagian tersebut akan terlihat jelas tepung yang berwarna oranye atau jingga. Tepung tersebut adalah uredospora jamur (H. vastatrix). Gejala lanjut pada daun tampak bercak cokelat saling bergabung, menjadi lebih besar, kemudian mengering, dan gugur. Pada serangan berat mengakibatkan hampir seluruh daun gugur sehingga tanaman akan kelihatan gundul. Pengendalian penyakit ini yaitu dapat dilakukan sebagai berikut:

 Penggunaan varietas tahan. Beberapa klon kopi yang tahan terhadap penyakit karat daun sudah ditemukan di antaranya S795 dan USDA762.

Kultur teknis meliputi: penyiangan, pemupukan, pemangkasan, dan pengelolaan naungan. Pengendalian dengan kultur teknis jika dilakukan dengan benar dapat menurunkan intensitas serangan karat daun.

 Fungisida nabati yang sudah dimanfaatkan untuk mengendalikan penyakit

karat daun adalah ekstrak biji mahoni dengan konsentrasi 0,1–0,2% efektif menekan penyakit karat daun.

 Fungisida kimia yang digunakan untuk pengendalian karat daun biasanya

berbahan aktif tembaga, seperti tembaga oksida, tembaga khlorida, tembaga hidroksida, atau tembaga sulfat yang dibuat bubur bordo

b. Penyakit bercak Daun (Cercospora coffeicola)

Gejala serangan pada daun terdapat bercak-bercak bulat, cokelat kemerahan, atau cokelat tua, berbatas jelas, dan konsentris. Pada bercak yang tua terdapat pusat

(23)

13 berwarna putih kelabu, sering tampak seperti tepung hitam yang merupakan konidium jamur. Pengendalian penyakit ii dapat dilakukan dengan cara:

 Pengendalian dengan fungisida kimia, misalnya fungisida mancozeb

seperti Dhitane dan Delsene.

 Kelembapandikurangi dengan mengurangi penyiraman,menjarangkan atap

penaung sehingga sinar matahari dapat langsung masuk.

 Sanitasi dengan menggunting daun yang sakit kemudian dibakar atau

dibenamkam di dalam tanah.

c. Penyakit Jamur Upas (Upasiasalmonicolor)

Gejala khas serangan jamur upas adalah cabang atau ranting yang terserang layu mendadak.Serangan dapat terjadi pada cabang yang di bawah, tengah, maupun di ujung pohon, bahkan dapat terjadi pada batang. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan

 Cabang yang sakit dipotong sampai batas sehat ditambah 30 cm.

 Kelembapan dikurangi dengan memangkas tanaman kopi dan pengaturan

pohon penaung.

 Ranting yang sakit diolesi dengan fungisida tembaga konsentrasi 10%

seperti Nordox, Cupravit, atau fungisida tridemorf (Calixin RM).

 Batang atau cabang yang besar yang terserang jamur upas dilumas dengan

fungisida.

 Buah-buah yang sakit dipetik, dikumpulkan, dan dibakar atau dipendam d. Jamur Akar (Rigidoporus lignosus, Phellinus noxiu s, dan Roselina

bunodes).

(24)

14 Gejala serangan jamur akar baik jamur akar putih, cokelat, dan hitam, biasanya sama yaitu daun-daun tanaman sakit menguning, layu, dan rontok. Pengendalian penyakit ini dapa dilakukan dengan cara:

 Sanitasi dengan membongkar tanaman yang sakit bersama akar-akarnya

sampai bersih, kemudian dibakar.

 Fungisida dioleskan pada pangkal batang/akar tanaman sakit atau sebagai

tindakan preventif dapat menggunakan agens hayati Trichodermasp.

 Membuat parit isolasi sedalam 60–90 cm, untuk mencegah penyebaran

pada tanaman disekitarnya.

 Pengendalian juga dapat menggunakan belerang atau kapur 300 g/pohon (Harni et al, 2015).

2.3. Rekomendasi pemeliharaantanaman kopi a. pemupukan

Pemupukan secara tepat dan efektif akan mendorong tanaman kopi untuk berbunga. Pemupukan sebaiknya dilakukan pada saat kondisi ideal yakni:

ketika musim penghujan tiba, tanah dalam kondisi lembab, serta suhu didaerah perkebunan mencapai 25 derajat.

 Jenis Pupuk

 Pupuk kandang: berupa limba dari kotoran ternak (sapi, kerbau, kuda,

ayam, babi,dll).

 Pupuk organik hayati: berasal dari tanaman- tanaman penaung.

(gliricidae, dadap, cassia, lamtoro).

(25)

15

 Pupuk kompos: berupa limba pertanian (sisa sisa tanaman) dan limba

industri pertanian.

 Cara Pemberian Pupuk

 Ditebar ± 50 cm disekitar pokok tanaman dibawah tajuk.

 Dimasukkan kedalam rorak, berukuran 100x40x40 cm pada jarak 75 cm dari pokok tanaman.

 Menerapkan pola tanaman diversifikasi dengan memanfaatkan pohon

penaung produktif bertajuk tinggi (petai, jengkol, durian), dan trnak ruminansia (2 ekor/ ha) dalam usaha tani terpadu.

 Waktu Pemupukan

Pemupukan kopi umumnya diberikan 2 kali dalam setahun, terkecuali kopi muda diberikan lebih dari 2-3 kali.

 Dosis pemupukan pada tanaman kopi

Menurut Pusat Penelitian Tanaman kopi dan Kakao (2006), umur tanaman dan musim sangat menentukan dosisi pupuk yang digunakan pada tanaman kopi. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 1. Rekomendasi Dosis Pupuk pada Umur Tanaman dan Musim Yang Berbeda

Umur tanaman

(tahun)

Awal musuim huja (gr/ph) Akhir musim hujan (gr/ph)

Urea SP3 6

KCI Kieserit Urea SP36 KCI kieserit

1 20 15 15 10 20 25 15 10

2 50 40 40 15 50 40 40 15

3 75 50 50 25 75 50 50 25

4 100 50 70 35 100 50 70 35

5-10 150 80 100 50 150 80 100 50

(26)

16

>10 200 100 125 70 200 100 125 70

Sumber: Pusat Penelitian Tanamankopi dan Kakao inIdonesia 2006.

b. Pemangkasan

Terdapat 2 sistem pemangkasan kopi yaitu pemangkasan berbatang tunggal dan pemangkasan berbatang ganda. Sistem pemangkasan yang umum dipraktekkan adalah sistem pemangkasan berbatang tunggal. Sistem ini mengarah pada pengaturan peremajaan tanaman dengan hanya menumbuhkan satu batang utama untuk membentuk cabang-cabang yang meliputi pemangkasanbentuk, pemangkasan produksi dan pemangkasan rejuvenasi (peremajaan).

1. Pemangkasan Bentuk.

Pemangkasan ini dapat dilakukan dengan cara:

a. Pemenggalan pucuk pohon

- Agar tanaman tidak terlalu tinggi

- Agar pertumbuhan cabang-cabang samping menjadi lebihkuat dan panjang.

- Kopi Arabika dipangkas setinggi 1,5-1,8 m, sedangkan kopiRobusta setinggi 1,8-2,5 m dari permukaan tanah.

- Pemangkasan dilakukan pada akhir musim kemarau, agar pertumbuhan cabang-cabang baik dan kuat.

b. Pemangkasan cabang primer

- Dilakukan agar tanaman tidak membentuk payung.

- Untuk mendorong pembentukan cabang sekunder.

(27)

17 - Pemangkasan dilakukan kira-kira 60-80 cm di atas tanah,pada jarak 2-

3 ruas dari batang, kemudian secara berturut-turut dilakukan pada cabang primer di atasnya.

2. Pemangkasan Produksi

Pemangkasan ini antara lain meliputi:

- Membuang tunas wiwilan (tunas air) yang tumbuh keatas.

- Memangkas cabang balik yang tidak menghasilkan buah.

- Memangkas cabang-cabang tua yang tidak produktif karenatelah berbuah 2-3 kali.

- Memangkas cabang-cabang yang terserang oleh hama danpenyakit.

- Memangkas cabang sekunder yang telah tua.

Gambar 3. Pemangkasan Produksi

3. Pemangkasan Rejuvinasi

Dilakukan terhadap tanaman tua, produksinya rendah, untuk mempermuda atau meremajakan dan memperbaiki mutu bahan tanaman. Dikerjakan setelah panen pada awal musim hujan dengan cara:

(28)

18 - Batang dipotong miring Utara-Selatan setinggi 30-50 cm.

- Bekas potongan diolesi dengan ter atau aspal untuk mencegah serangan hama dan penyakit.

- Tanah sekeliling tanaman dicangkul dan diberi pupuk.

- Dari beberapa tunas yang tumbuh pilih 1-2 tunas yang pertumbuhannya baik dan dipelihara sebagai batang utama atau bahan sambungan.

- Setelah cukup besar dapat disambung dengan jenis yang baik kemudian dipelihara.

Gambar 4. Pangkasan Peremajaan c. Pengendalian Hama Penyakit

- Membongkar pohon terserang sampai keakarnya, lalu membakar (terutama pada penyakit Akar dan Jamur Upas). Lubang bekas bongkaran di tabur Jamur Trichoderma200 gr.

- Pohon sehat disekitar pohon sakit dan pohon-pohon sisipan ditaburi Trichoderma 200 gr/pohon dan pupuk kandang/pupuk organik. Diulang setiap 3 bulan sampai areal tersebut bebas dari jamur. (perlakuan Trichoderma ini untuk semua jenis penyakit pada tanaman kopi)

(29)

19 Prinsip pengendalian dianjurkan adalah pengendalian secara ramah lingkungan, yaitu Penggunaan Agenhayati Antagonis terhadap Jamur-jamur patogen pembawa penyakit seperti diatas merupakan langkah yang sangat tepat. Salah satu agenhayati antagonis terhadap jamur-jamur patogen pembawa penyakit adalah Trichoderma. Trichoderma merupakan cendawan antagonis yang sangat berperan membantu mengatasi beberapa jenis penyakit pada tanaman seperti penyakit diatas. Dimana Cendawan Trichoderma ini dilaporkan sebagai bio Fungisida karena Trichoderma akan berkompetisi dalam hal nutrisi dengan jamur lain dilapangan sehingga jamur-jamur patogen pembawa penyakit mati terinfeksi oleh jamur Trichoderma ini. Sisi lain Trichoderma juga dilaporkan sebagai biodecomposer atau mikroba pengurai bahan organik menjadi kompos. Sehingga banyak kalangan petani memanfaatkan biang/isolat Trichoderma sebagai starter pengomposan pada pembuatan pupuk organik/kompos, seperti membuat kompos dari jerami dan serasah dedaunan.

- Pengendalian Gulma

1. Pengendalian Gulma secara Mekanik

Terdiri atas lima teknik pengendalian, antara lain:

- Pencabutan

Teknik pencabutan dilaksanakan dengan mencabut atau menyiangi tumbuhan gulma yang tumbuh di area perkebunan. Kelebihan dari teknik ini adalah hamper tidak ada dampak negative yeng ditimbulkan.

Walaupun pengerjaannya mudah namuan metode pencabutan ini tidak terlalu efektif terutama dalam menghilangkan umbi gulma.

(30)

20 - Pembabatan

Membabat habis semua gulma yang hidup di perkebunan kopi juga bisa Anda berlakukan.Metode ini paling pas dilakukan di perkebunan yang memiliki tanah berkontur miring sebab dapat mencegah terjadinya erosi.

Supaya pelaksanaannya lebih efisien, pembabatan sebaiknya diterapkan ketika gulma masih berbentuk biji.

- Penginjakkan

Di daerah yang teknologi pertaniannya belum begitu berkembang, gulma biasanya dikendalikan dengan cara diinjak. Jadi gulma tersebut dibenamkan ke dalam tanah menggunakan kaki supaya tidak tumbuh lagi.

Pada umumnya, metode ini diterapkan ketika dalam proses persiapan menanam kopi.

- Pengolahan Tanah

Gulma dapat dikendalikan pula dengan pengolahan tanah. Metode ini dikenal sebagai upaya yang ramah lingkungan karena sekaligus dapat memperbaiki karakteristik dan struktur tanah.Paling bagus, pengendalian gulma memakai pengolahan tanah ini diaplikasikan pada saat pengendalian gulma semusim dan pengendalian gulma tahunan.

- Pemakaian Mulsa

Pemakaian mulsa untuk mengendalikan gulma berfungsi sebagai penutup tanah untuk mengurangi intensitas cahaya yang diterima oleh benih gulma.

Dengan demikian potensi harapan hidupnya pun akan berkurang dan menghambat pertumbuhannya. Hanya saja, keberadaan mulsa kerapkali

(31)

21 menjadi sarang hama dan penyakit sehingga perlu pemantauan secara berkala.

2. Pengendalian Gulma secara Kimiawi

Pengendalian gulma secara kimiawi biasanya memanfaatkan herbisida. Pada konsentrasi tertentu penggunaan herbisida sangat efektif khususnya bila memicu terjadinya pengendalian selektif 24D dan dalpon. Ada pula herbisida non-selektif yang bisa mematikan rumput-rumputan dan tanaman berdaun lebar.

Penggunaan herbisida bisa di pakai ketika masa pra-tanaman, pra-tumuh, dan pasca tumbuh tanaman kopi. Cara pemberiannya bisa dilakukan dengan perlakuan merata, perlakuan jalur, penyemproran terara, maupun perlakuakn setempat.

Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi yaitu menghemat tenaga kerja, pelaksanaannya mudah, hasilnya cepat terlihat, biaya lebih murah dan bisa menyesuaikan formulasinya. Disisi lain, herbisida menimbulkan kerugian yang meliputi pencemaran lingkungan, butuh keterampilan khusus, resikonya terbilang besar serta sulit mendapatkan bahannya.

3. Pengendalian Gulma secara Biologis

Gulma pada tanaman kopi juga bisa dikendalikan memakai metode biologis.

Caranya adalah mematikan pertumbuhan gulma dengan memanfaatkan organisme lain. Sehingga metode biologis ini cukup sulit dikerjakan dibandingkan dengan dua metode yang sebelumnya.

(32)

22 Terwujudnya metode pengendalian gulma secara biologis harus memenuhi beberapa persyaratan di antaranya aktifitas penyebaran organisme bisa diatur, bersifat monofag atau tidak ada tuan rumah, areanya cukup luas, sulit dikendalikan secara konvensional, dan organisme tersebut harus aman. Jika syarat-syarat di atas bisa terpenuhi, maka pengendalian secara biologi ini merupakan metode yang paling efektif dan efisien.

(33)

23 BAB III METODOLOGI

3.1. Waktu dan tempat

Pelaksanaan servei ini dilakukan pada bulan Februari 2020, di tiga Desa di Toraja Utara yaitu Desa Pondan Kecematan Bittuang, Desa Bolokan Kecemaran Bittuang, dan Desa Maroson Kecematan Rembon, Kabupaten Tanah Toraja Provinsi, Sulawesi Selatan.

3.2. Alat dan bahan

Alat yang digunakan yaitu alat tulis, buku, dan alat potret (smartphone), sedangkan bahan yang di gunakan yaitu tanaman kopi.

3.3. Metode pelaksanaan

Metode survei ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data secara langsung di lapangan.

b. Wawancara, yaitu metode yang dilakukan tanya jawab secara langsung kepada petani kopi.

c. Pengambilan data berdasarkan jumlah produksi, luas lahan, dan hasil prodiksi 3 tahun terakhir. Data diolah menggunakan metode statistik dan ditabulasi dalam bentuk tabel.

Gambar

Gambar 1.Pete Kecematan Bittuang   Sumber: google maps
Gambar 2. Pete Kecematan Rembon   Sumber: google maps
Tabel 1.  Rekomendasi Dosis  Pupuk   pada Umur   Tanaman   dan  Musim                 Yang Berbeda
Gambar 3. Pemangkasan Produksi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kajian ini, prasarana pendidikan merujuk kepada segala kemudahan fizikal yang terdapat di dalam bilik darjah dan juga bilik-bilik khas yang digunakan untuk

Piranti pengetikan dapat dipergunakan untuk memasukkan data ataupun perintah, piranti yang paling umum digunakan dalam system computer adalah keyboard, piranti pengetikan lain

informasi administrasi pasien rawat jalan, sehingga dapat mengatasi masalah yang ada pada sistem lama; Sistem Informasi ini membantu pihak administrasi dalam

Berdasarkan paparan permasalahan penelitian dan pengkajian kepustakaan yang relevan serta pengumpulan data dengan instrumen yang telah melalui uji validitas, secara umum

Berdasarkan tabel tersebut jelas terlihat bahwa jenis kesalahan yang paling banyak dilakukan oleh santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah adalah kesalahan penggunaan afiks

Karena waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki pompa hanya sebentar + 15 menit, Masinis jaga dan Juru Minyak jaga yang pada saat itu berada dalam kamar mesin

thuringiensis H-14 strain lokal yang dikembangbiakkan dalam buah kelapa untuk pengendalian larva Anopheles sp dan Culex sp.. Rancangan eksperimental semu, terdiri dari

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan tarik terutama kekuatan tarik pada polypropylene berpenguat fiber glass dengan orientasi searah