• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Itik Peking (Anas platyrhynchos domestica L.) klasifikasi Itik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Itik Peking (Anas platyrhynchos domestica L.) klasifikasi Itik"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Itik Peking (Anas platyrhynchos domestica L.) 2.1.1 klasifikasi Itik

Itik merupakan salah satu unggas yang dikenal juga dengan nama lain bebek dalam bahasa jawa. Itik mempunyai beberapa keunggulan daripada unggas lain diantaranya mampu mempertahankan produksi telur lebih lama dibandingkan dengan ayam. Itik peking merupakan jenis itik petelur unggul yang banyak sekali ditemukan di Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Itik peking memiliki produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Itik Tegal. Itik peking berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha itik komersil, baik pada lingkungan tradisional maupun komersil (Alfian, 2014). Menurut Susilorini (2010), itik mempunyai klasifikasi sebagai berikut :

Gambar 2.1 Itik Peking (Sumber : Restiadi, 2020) Kingdom : Animalia

Filum : Chordata Kelas : Aves

Ordo : Anseriformis Famili : Anatidae Genus : Anas

Spesies : Anas platyrhynchos domestica L.

(2)

2.1.2 Morfologi

Karakter itik peking, yaitu jambul berwarna kemerahan bercampur hitam kecoklatan dalam bebek pejantan, warna paruh dan kaki hitam daripada itik betina, itik jantan memiliki beberapa helai bulu ekor yang melengkung ke atas, warna bulu itik jantan lebih hitam (gelap) daripada itik betina terutama di bagian kepala, leher, dada dan ekor. Bentuk badan itik peking lebih kecil dibandingkan dengan itik petelur lainnya. Keunggulan jenis itik peking adalah salah satu jenis itik petelur unggul, berproduksi lebih tinggi (Restiadi, 2020). Itik peking termasuk itik yang produktif karena kemampuan bertelurnya mencapai 270 butir per itik per tahun. Kaki itik peking lebih pendek dibandingkan dengan itik lainnya (Sidadolog et al., 2019).

2.1.3 Habitat

Lingkungan itik merupakan daerah air serta sepasang. Seusai itik jinak mempunyai perubahan sifat yang senang berubah partner. Itik memiliki kaki pendek dipadankan tubuh bebek, setiap jemari kaki terdapat jaringan epidermis guna berjalan diatas air, meskipun itik sudah jinak, itik lebih suka hidup dalam air (Murtidjo, 2012).

Selanjutnya, itik termasuk hewan yang suka makan biji serta hewan insekta. Mempunyai moncong lebar yang terbungkus oleh jaringan epidermis, paruh yang sebelah samping guna untuk mendapatkan makan di daerah lingkungannya contohnya danau dan rawa. Itik mempunyai bulu yang agak cekung serta kuat. Pada bulu itik terdapat minyak guna menahan air yang masuk serta mengurangi rasa yang dingin (Murtidjo, 2012).

2.1.4 Pakan

Bahan makanan dapat diartikan menjadi kekuatan untuk aktivitas serta perkembangan itik. Pada bahan makanan terdapat kandungan protein dan energi lain untuk perkembangan dan pertambahan itik. Bahan pakan adalah bahan- bahan dari hasil pertanian, peternakan, perikanan, dan hasil industri yang mengandung nutrien dan layak dipergunakan sebagai pakan (Gariglio et al., 2019). Syarat utama bahan pakan untuk pakan itik yakni tidak mengandung residu zat kimia yang membahayakan, misalnya pestisida, serta bahan lain yang tidak diinginkan. Porsi kebutuhan pakan didasarkan pada umur itik, umumnya itik yang

(3)

masih kecil membutuhkan makanan berprotein lebih tinggi. Kemudian kebutuhan akan protein tinggi tersebut berkurang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan itik (Margi, 2013).

2.2 Pakan Itik

2.2.1 Pakan Alternatif

Pakan alternatif adalah pakan buatan sendiri dari bahan-bahan lokal yang dicampur sendiri untuk mendapatkan pakan dengan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan. Pakan yang membuat sendiri diperlukan suatu pengetahuan agar komposisi pakan seimbang dan mendekati kebutuhan gizi itik. Bahan pakan yang digunakan untuk ternak itik sebaiknya murah, tidak beracun, tidak beracun, tidak busuk, tidak menggumpal, kering, dan mudah didapatkan. Bahan pakan sumber energi. Salah satu alternatif pakan yang bisa digunakan adalah lemna (Restiadi, 2020).

Pakan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ternak baik untuk hidup pokok, pertumbuhan, reproduksi dan produksi. Tiga faktor penting dalam kaitan penyedian hijauan bagi ternak adalah ketersedian pakan harus dalam jumlah yang cukup, mengandung nutrien yang baik, dan berkesinambungan sepanjang tahun.

Ketersedian hijauan umumnya mengikuti pola musim, dimana produksi hijauan melimpah di musim hujan dan sebaliknya terbatas dimusim kemarau. Pakan dapat menentukan kualitas bobot itik. Semakin banyak gizi pada pakan itik semakin mahal (Rizkiyah, 2016).

Dalam pembuatan pakan ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu pemilihan bahan baku. Bahan baku yang pakan harus memenuhi persyaratan tertentu yaitu: bahan tidak mengandung racun, kandungan gizi baik, tersedia secara kontinyu, harga bahan murah (Adriani et al., 2016). Pakan yang berkualitas terdiri atas bahan-bahan yang apabila diramu menghasilkan kandungan gizi yang berimbang. Secara umum pakan harus mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral yang sesuai dengan kebutuhan itik. Selain jumlah atau proporsinya berimbang, nutrisi yang dikandung juga harus mudah dicerna oleh sistem pencernaan itik (Sutikno, 2017).

(4)

2.2.2 Ketentuan Pakan Itik

Pakan diberikan untuk memacu pertumbuhan itik peking. Jumlah pemberian pakan harus sesuai jumlah itik dan kebutuhan nutrisi setiap ekor itik pada setiap kali pemberian pakan. Jumlah pemberian pakan yang tidak teratur, baik berlebihan maupun kekurangan berakibat tidak meratanya mutu itik yang dihasilkan.

Pemenuhan gizi merupakan faktor yang sangat penting untuk pertumbuhan itik peking. Pemberian pakan dengan kandungan gizi yang baik akan membantu pertumbuhan (Abdul, 2013). Kebutuhan nutrisi itik dapat di lihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Kebutuhan pakan itik

Uraian Umur

(minggu)

Konsumsi pakan (ekor/hari/gr)

Kebutuhan

Protein (%)

Energi (kkal/kg)

Kalsium (Ca)(%)

Fosfat (P)(%) Anak itik

(starter) petelur dan pedaging

0-1 15 18 2900 0,65-1 0,63

1-2 41 18 2900 0,65-1 0,63

2-3 67 18 2900 0,65-1 0,63

3-4 93 18 2900 0,65-1 0,63

4-5 108 18 2900 0,65-1 0,63

5-6 115 18 2900 0,65-1 0,63

6-7 115 18 2900 0,65-1 0,63

7-8 120 18 2900 0,65-1 0,63

Itik Dara (Masa Grower)

8-9 130 22 2900 0,60-1 0,62

9-15 145 14 2900 0,60-1 0,60

15-20 160 14 2900 0,60-1 0,60

Itik Dewasa ≥ 20 160 15-18 2700 2,75-

3,05

0,60

Ayam Pedaging (starter)

0-3 52 22 2500 0,9-1,1 0,7-0,9

Ayam Pedaging (finisher)

3-4 125 20 3100 0,9-1,1 0,7-0,9

(Sumber : Adriani et al, 2016)

Pemberian pakan dilakukan untuk semua tingkat umur itik. Idealnya, ukuran pakan disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut itik. Untuk menimbulkan daya

(5)

rangsang pada pakan buatan, pakan itu harus memenuhi persyaratan kandungan nutrisi seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Pakan yang diberikan harus baik kondisinya, tidak rusak dan tidak berbau tengik. Kriteria pakan yang berkualitas diantaranya adalah mengandung gizi yang seimbang dan mudah dicerna, ramah lingkungan dan tidak mengandung bahan kimia berbahaya (Fouad et al., 2018).

2.2.3 Teknik Pakan

Penyusunan pakan dilakukan dengan cara mencampurkan secara rata, kualitas bahan, dan komposisi bahan. Pemberian pakan lemna dapat dilakukan dalam kondisi lemna basah ataupun kering. Perbandingan campuran konsentrat, jagung dan dedak untuk itik yaitu 3:4:3 dengan penambahan lemna 65%,70%,75%,80%, dan 85%. Waktu pemberian pakan dua kali yaitu pagi dan sore hari (Adriani et al., 2016).

Menurut Rofii et al (2018), perbandingan pakan bekatul, jagung, dan konsentrat yaitu 3:4:3 dan lemna. Pembuatan bahan campuran lemna dengan cara mencuci lemna, kemudian dikeringkan dengan cara dianginkan 1 malam dan di oven pada suhu 80oC. Waktu pemberian pakan dua kali yaitu dilakukan pagi hari (10.00) dan sore hari (14.30). Menurut Yuwono (2012), perbandingan pemberian pakan bekatul dan dedak halus yaitu 1:1 atau jagung halus dan bekatul 2:1 untuk itik umur 7-30 hari. Sedangkan waktu pemberian pakan tiap hari 2 hingga 3 kali, pada pagi hari , siang dan sore.

Pakan untuk ayam kampung dan itik diberikan dalam bentuk lemna segar yang dicampur dengan bahan pakan lain sampai tercampur. Sedangkan pakan dalam bentuk kering diberikan untuk ayam petelur dan pedaging yang dicampur dengan bahan pakan lain kemudian dibuat menjadi pellet. Lemna digunakan sebagai sumber protein ransum tanpa mengurangi kandungan nutrisi ransum (Adriani et al., 2016).

2.2.4 Cara Pembuatan Pakan Tepung Lemna

Pengeringan untuk membuat tepung lemna sehingga bisa digunakan dalam penyusunan ransum (Adriani et al., 2016). Lemna biasanya dikeringkan atau dijadikan tepung sebelum disusun menjadi ransum. Tidak diperlukan proses pengeringan dalam ransum ayam dan babi. Prinsip utama pengeringan hijauan yaitu

(6)

meminimalkan kandungan air. Metode mengeringkan dapat dilakukan alami (menjemur di bawah sinar matahari) dan buatan (menggunakan oven). Kandungan air menggunakan metode alami sekitar 20-25%, sedangkan metode buatan kandungan air sekitar 10-12% (Adriani et al., 2016). Menurut Adriani et al (2016), metode pengeringan lemna dibagi menjadi 2 yaitu pengeringan menggunakan sinar matahari dan pengeringan menggunakan oven.

2.3 Lemna sp.

2.3.1 Klasifikasi Lemna

Lemna sp. merupakan tumbuhan yang hidup mengambang dengan tajuk

diseminasi yang lebar serta terdapat kegunaan untuk pakan hijauan guna peliharaan yang berbobot banyak (Prihantoro et al., 2015). Lemna diakui menjadi pengganggu hama di perairan yang susah dilewati. Keberadaan Lemna sp. didapati di tambak, empang serta Kawasan rawa. Lemna sp. merupakan tanaman yang dominan di setiap wilayah karena mampu menutupi sebagian atau seluruh permukaan air sepanjang tahun. Lemna sp. Mempunyai potensi hidup laju serta tumbuh bagus dalam beragam cuaca (Adriani et al., 2016).

Berdasarkan ilmu taksonomi, tumbuhan mata lele dikenal dengan nama Lemna sp. Adapun klasifikasi tumbuhan mata lele secara lengkap menurut Meidi (2016), sebagai berikut:

Gambar 2.2 Lemna (Sumber : Andriani et al., 2018)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

(7)

Kelas : Magnoliopsida Ordo : Arales

Famili : Araceae Genus : Lemna Species : Lemna sp.

2.3.2 Morfologi

Lemna sp adalah spesies terkecil dari tumbuhan berbunga dengan struktur dan fungsi yang telah terseleksi alam untuk bertahan hidup di lingkungan aquatik.

Lemna sp. memiliki ciri-ciri berukuran kecil, biasanya berkoloni, tanpa daun dan

batang asli. Bentuk daun Lemna sp. biasanya oval, berwarna hijau sedikit pucat atau hijau, memiliki tiga helai daun, memiliki akar tunggal (Meidi, 2016). Lemna merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai akar sejati dan memiliki ukuran daun 5 mm (Langkap, 2019).

2.3.3 Syarat Tumbuh

Duckweed atau biasa yang disebut dengan Lemna yang mudah ditemukan di

daerah tropis. Tumbuhan air ini berwarna hijau dan tumbuh di atas permukaan air seperti persawahan, rawa-rawa, dan kolam ikan yang sudah tidak terpakai.

Duckweed atau lemna dapat tumbuh dengan subur pada kolam yang berlumpur

yang memiliki nutrisi yang cukup (Arofah et al., 2017). Beberapa faktor yang mempengaruhi pertembuhan lemna yaitu suhu, intensitas cahaya dan kecukupan nutrisi media yang digunakan (Nopriani et al., 2014). Lemna dapat tumbuh subur dalam waktu lama jika nutrisi dan lingkungannya terpenuhi (Mwale & Gwaze, 2013).

Syarat pertumbuhan lingkungan air yang baik pada Lemna sp. kisaran suhu 6-33ºC dan kisaran pH optimal antara 5,5-7,5 (Langkap, 2019). Lemna dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis karena lemna dapat tumbuh di suhu 6- 33ºC dan sinar matahari sangat diperlukan untuk pembentukan makanan dalam perkembangbiakan lemna. Lemna dapat hidup di alam secara liar dengan cara memanfaatkan nutrisi yang berasal dari limbah organik, pemupukan, atau kotoran hewan yang masuk ke dalam perairan (Iskandar, 2016). Perkembangbiakan lemna dilakukan dengan cara membelah .Dalam kondisi optimal, pertumbuhan dan

(8)

perkembangan lemna dapat berlipat ganda dalam waktu dua hari (Iskandar et al., 2020).

2.3.4 Kandungan Lemna

Lemna merupakan salah satu tumbuhan air dengan kandungan protein 43%

pada bobot gersang, bisa dimanfaatkan untuk bahan dasar paduan makanan unggas.

Lemna mengandung protein lisin, metionin dan treonin banyak dipadankan dengan tanaman hijau lainnya. Ternak yang diberikan pakan lemna tidak menimbulkan dampak yang merugikan (Rofii et al., 2018). Penggunaan lemna untuk bahan makanan unggas memiliki nutrisi protein banyak kira-kira 22-48% serta serat kasar dibawah berkisar 4-9% (Adriani et al., 2016). Mwale & Gwaze (2013), menyatakan bahwa lemna juga mengandung vitamin dan mineral.

Kemampuan kegunaan tumbuhan mata lele sebagai bahan makanan dengan nutrisi protein 20,27%, serat kasar 12,07%, ekstrak eter 2%, abu 31,20%, lysin 1,40%, metionin 2,58%, Ca 2,58%, P 0,17%, dan energi metabolis 1.302 kkal/kg (Luh et al.,2014). Menurut Arofah et al (2017), lemna memiliki kandungan protein yang tinggi 10-43% berat biomasnya, protein kasar 18,16%, lemak kasar 2,02%, serat kasar 10,43%, kalsium 3,04% serta phospor 1,09%. Menurut Firdaus et al (2017), kandungan protein 27,68%, serat kasar 14-15%, lemak 2-3% dan abu 18,01%. Menurut Sońta et al (2019), kandungan protein 7-45%, lemak 2-9%, serat 12-28%, dan karbohidrat 14-44%. Menurut Warasto et al (2013), lemna mengandung 15,9% protein kasar, 2,1% lemak kasar, 16,8% serat kasar, 1,27%

kalsium, dan 0,789%.

Lemna dapat digunakan sebagai sumber protein dan serat pakan. Penggunaan lemna dapat mengurangi bungkil kedelai dam jagung. Penggunaan lemna juga dapat mengurangi biaya ransum. Pada itik lemna dapat menambah corak telur dan daya tetas. Campuran makanan ayam pedaging tahap pertama 10%, pertumbuhan 15% dan akhir 20% bukan menghambat penggunaan bahan makanan, dan bisa meminimalisir minyak jahat (Adriani et al., 2016).

2.4 Hubungan Pemberian Lemna (Lemna sp.) terhadap Pertumbuhan Itik Peking

Dalam kegiatan ternak itik, pakan memiliki peranan penting dalam peningkatan produksi. Pada ternak itik, bobot itik bergantung pada pakan buatan

(9)

yang disuplai oleh peternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi, bergizi dan memenuhi syarat untuk dikonsumsi serta tersedia secara terus menerus sehingga tidak mengganggu proses produksi dan dapat memberikan pertumbuhan yang optimal. Lebih dari 60-70% biaya produksi tersedot untuk pengadaan pakan.

Jumah pakan yang dikonsumsi itik sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan (Liu et al., 2019). Pertumbuhan maksimal terjadi apabila jumlah dan kualitas makanan yang diberikan cukup untuk kebutuhannya. Pakan yang terlalu sedikit akan mengakibatkan pertumbuhan itik lambat dan terjadi persaingan antar itik dalam memperebutkan makan. Sebaliknya, pakan yang berlebihan tidak efisien karena akan mengotori lingkungan. Nutrien yang sangat berperan penting dalam pertumbuhan adalah protein meskipun nutrisi lainnya juga dibutuhkan (Baéza et al, 2012).

Kendala utama untuk memenuhi kebutuhan protein yaitu tingginya harga pakan. Salah satu alternatif bahan pakan lokal yang belum banyak digunakan yaitu lemna. Pemanfaatan tanaman lemna sebagai bahan pakan ternak memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu sekitar 22-48%. Pemberian pakan dengan kadar protein yang rendah dapat menyebabkan mengurangi produksi ternak (Adriani et al., 2016). Beberapa bahan pakan nabati yang memiliki kandungan protein yang tinggi yaitu jagung, nasi aking dan dedak. Jagung memiliki kandungan protein sekitar 9,4%, sedangkan nasi aking mengandung protein kasar 8,02%.

Dedak halus kampung memiliki kandungan protein 10,1%, sedangkan dedak halus pabrik memiliki kandungan protein 13,6%. Sebaiknya penambahan dedak halus tidak melebihi 45% untuk pakan itik. Protein sangat penting bagi pertumbuhan dan membentuk antibody. Pemberian pakan dengan kandungan protein 18% akan lebih baik dibandingkan dengan kandungan protein 16% (Yuwono, 2012).

Penelitian terdahulu digunakan untuk membandingkan dan memperkuat hasil analisis yang dilakukan untuk mendukung penelitian ini ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan untuk digunakan sebagai acuan pada penelitian Rofii et al.,(2018), yaitu pemberian duckweed 75% dan VCO 10ml/kg dapat digunakan sebagai alternatif untuk perbaikan performa produksi dan asupan nutrisi. Pakan dengan campuran duckweed memiliki kandungan energi metabolis yang tinggi.

Pakan dengan kandungan energi metabolis tinggi mengakibatkan konsumsi pakan semakin sedikit dikonsumsi demikian sebaliknya. Jika energi metabolis pakan

(10)

rendah akan dikonsumsi semakin banyak untuk memenuhi kebutuhannya.

Konsumsi protein yang tinggi juga dapat mempengaruhi asupan protein ke dalam daging dan asam-asam amino tercukupi di dalam tubuhnya sehingga metabolis sel- sel dalam tubuh berlangsung secara normal. Energi dan protein merupakan nutrisi utama yang mempengaruhi pertumbuhan.

2.5 Sumber Belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dan diperlukan dalam proses pembelajaran baik berupa buku teks, media cetak, narasumber, media elektronik, lingkungan dan sebagainya yang berfungsi untuk mmbantu mengoptimalkan hasil belajar peserta didik (Suhardi, 2012). Menurut (Supriadi, 2015), fungsi dan peranan dari sumber belajar bagi peserta didik dalam proses pembelajaran yaitu :

1. Meningkatkan produktifitas pembelajaran dengan mempercepat proses pembelajaran, mengembangkan smangat belajar, penggunaan waktu lebih baik, memberikan peserta didik untuk berkembang sesuai kemampuannya dan mengarahkan kegiatan kearah lebih individual.

2. Mengembangkan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian berdasarkan fakta di lingkungan sehingga dapat memberikan dasar lebih ilmiah.

3. Pemantapan pengajaran dengan meningkatkan kemampuan menggunakan fasilitas berupa media komunikasi, penyajian data dan informasi lebih konkrit sehingga dapat mengurangi sifat verbalistik dan abstrak dengan kenyataan.

Berdasarkan fungsi dan peranan sumber belajar, maka dapat dikatakan bahwa dengan sumber belajar akan meningkatkan produktivitas pembelajaran baik pendidik dan peserta didik, motivasi dan ketertarikan belajar, ketuntasan belajar yang maksimal karena fokus pada belajar secara individual, pengelolaan pembelajaran secara sistematis, dan pemanfaatan serta pendayagunaan multimedia dalam pembelajaran. Menurut Aprisiwi & Sasongko, (2014) hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar apabila memenuhi syarat-syarat sumber belajar yang meliputi:

1. Kejelasan potensi 2. Kejelasan tujuan

3. Kejelasan sasaran materi

4. Kejelasan informasi yang diungkapkan 5. Kejelasan pedoman eksplorasi

6. Kejelasan perolehan yang diharapakan.

(11)

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Skema Kerangka Konseptual 2.7 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh penambahan Lemna sp.

terhadap pertambahan bobot itik peking (Anas platyrhynchos domestica L.)

Nabati Protein Karbohidrat

Kebutuhan Pakan

Hewani Lemak Mineral

Vitamin

Menambah bobot itik peking

Sumber belajar Biologi Itik peking

Lemna

Protein tinggi Murah Banyak di dapat

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Mineral dan vitamin juga diperlukan oleh itik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi diantaranya untuk pertumbuhan, produktivitas maupun produksi itik, meskipun hanya dibutuhkan

Pakan merupakan faktor penting dalam pemeliharaan ayam, karena nutrisi yang terkandung dalam pakan digunakan untuk proses metabolisme yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan

Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan daun talas yang difermentasi sebagai alternatif bahan baku lokal pakan buatan dalam meningkatkan pertumbuhan dan

Pakan adalah semua bahan yang menyajikan hara atau nutrisi yang dapat dimakan dan dicerna sebagian atau seluruhnya oleh ternak untuk perawatan, pertumbuhan, penggemukan,

Organ dalam adalah semua bagian tubuh yang terdapat dalam rongga dada dan rongga perut yang mencakup jantung, hati, limpa, empedu, dan saluran pencernaan (usus halus, usus

Pemberian pakan buatan dalam jumlah yang berlebihan belum tentu akan menjamin pertumbuhan ikan secara maksimal karena sisa dari pelet yang mengendap justru dapat merusak

Untuk menjadikan kulit kakao sebagai alternatif bahan baku pakan ikan yang memiliki nilai nutrisi tinggi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: pengelolaan secara

Ikan mas mempunyai daya adaptasi dan laju pertumbuhan yang tinggi dengan pemberian pakan buatan yang sesuai (Santoso, 1993). carpio) adalah salah satu ikan perairan tawar