• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA KELAS X SMA NEGERI DI MEDAN DAN MAHASISWA JURUSAN BIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN BERDASARKAN KERANGKA PISA TAHUN 2006 PADA KONTEN PENGETAHUAN BIOLOGI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA KELAS X SMA NEGERI DI MEDAN DAN MAHASISWA JURUSAN BIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN BERDASARKAN KERANGKA PISA TAHUN 2006 PADA KONTEN PENGETAHUAN BIOLOGI."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA KELAS X SMA NEGERI DI MEDAN DAN MAHASISWA JURUSAN BIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

BERDASARKAN KERANGKA PISA TAHUN 2006 PADA KONTEN PENGETAHUAN BIOLOGI

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

WINDA SARIFAH SIHOTANG NIM. 8136174033

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

ii ABSTRAK

WINDA SARIFAH SIHOTANG, NIM. 8136174033. Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas X SMA Negeri di Medan dan Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Negeri Medan Berdasarkan Kerangka PISA Tahun 2006 Pada Konten Pengetahuan Biologi, 2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) kemampuan literasi sains siswa dan mahasiswa; (2) pengaruh gender terhadap literasi sains; hubungan antara (3) latar belakang pendidikan formal orang tua (4) intensitas belajar sains; (5) dan pembelajaran sains di sekolah; dengan literasi sains. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri di Medan dengan jumlah sampel 269 yang diambil dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian berupa tes literasi sains siswa dan angket faktor-faktor yang berhubungan dengan literasi sains siswa yang yang disusun berdasarkan skala Likert. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat korelasional. Teknik analisis data deskriptif persentase dan regresi pada taraf α = 0,05. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa : (1) Rata-rata literasi sains siswa berdasarkan PISA pada konten pengetahuan biologi adalah 60.88 ± 12.27. Adapun kemampuan mengidentifikasi permasalahan ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah dan menggunakan bukti-bukti ilmiah diperoleh rata-ratanya secara berturut-turut yaitu 64,79 ± 15,76; 64,02 ± 14,18; dan 53,04 ± 15,83; (2) pengaruh gender hanya menunjukkan sedikit perbedaan terhadap literasi sains (F = 0,738; P = 0,391) dan t hitung 0,018; (3) terdapat hubungan yang signifikan antara latar belakang pendidikan orang tua dengan literasi sains siswa (R = 0,345; F = 26,606; P = 0,000) dan mahasiswa (R = 0,740; F = 82,104; P = 0,000); (4) terdapat hubungan positif yang signifikan antara intensitas belajar sains siswa dengan literasi sains siswa (R = 0,853; F = 527,840; P = 0,000) dan pada mahasiswa (R = 0,605; F = 39,207; P = 0,000); (5) terdapat hubungan positif yang signifikan antara pembelajaran sains di sekolah dengan literasi sains siswa (R = 0,874; F = 637,537; P = 0,000) dan pada mahasiswa (R = 0,940; F = 512,374; P = 0,000); (6) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara latar belakang pendidikan formal orang tua, intensitas belajar sains dan pembelajaran sains di sekolah dengan literasi sains siswa secara bersama-sama pada siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Medan (R = 0,877; F = 216,180; P = 0,000) dan pada mahasiswa (R = 0,952; F = 210,754; P = 0,000). Hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa perlu dilakukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran sains di sekolah, peran orang tua dalam mendidik siswa di rumah guna meningkatkan intensitas belajarnya dan membangun budaya belajar yang baik berkontribusi dalam mempengaruhi literasi sains siswa di SMA Negeri Medan serta mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Negeri Medan.

(5)

iii ABSTRACT

Winda Sarifah Sihotang, NIM. 8136174033. Scientific Literacy Profile of Senior High School’s Student Grade X in Medan and Student’s of Biology in State University of Medan Based on PISA Framework 2006 in Knowledge of Biology Content. Thesis. Medan : Postgraduate Program State University of Medan, 2015.

This research aimed to determine : (1) science literacy of students Senior High School and Students of Biology in Medan; (2) the effect of gender in literacy; (3) the correlations of parent’s education background and student science literacy ; (4) the correlations of students science learning intensity and student science literacy; (5) the correlation of science learning at school and student science literacy; (6) the correlation of parent’s education background, students science learning intensity and science learning at school and student science literacy. This research was conducted at senior high school in Medan and students of biologi inState University of Medan. The sample of this research were 269 was taken by purposive sampling technique. The instruments of this research were tests of student science literacy nd quesionare of it relevant factors arranged based on scale of Likert. This research were correlational descriptive. The technique of data analysis were percentage descriptive an regression on α = 0,05 significance level. The results of this research were : (1) the average score of whole respondents to PISA items for biology content (literacy) is 60.88 ± 12.27. The PISA competencies are composed of identifying scientific issue, explain phenomena scientifically and using scientivic evidence. The score attained for each competency are 64,79 ± 15,76; 64,02 ± 14,18; and 53,04 ± 15,83 respectively (2) the effect of gender in literacy showed the least difference (F = 0,738; P = 0,391; t = 0,018); (3) there is the significant positive correlation between parent’s education background and student science literacy (R = 0,345; F = 26,606; P = 0,000) and for Student’s of Biology (R = 0,740; F = 82,104; P = 0,000); (4) there is a significant positive correlation the students science learning intensity and student science literacy siswa (R = 0,853; F = 527,840; P = 0,000) and for Student’s of Biology (R = 0,605; F = 39,207; P = 0,000); (5) there is the significant positive correlation between science learning at school and student science literacy (R = 0,874; F = 637,537; P = 0,000) and for Student’s of Biology (R = 0,940; F = 512,374; P = 0,000); (6) there is the significant positive correlation between the correlation of parent’s education background, students science learning intensity and science learning at school and student science literacy (R = 0,877; F = 216,180; P = 0,000) and for Student’s of Biology (R = 0,952; F = 210,754; P = 0,000). These result imployeit is necessary to improve the quality of science learning at schools, the role of parents in educating the students at home in order to increase students learning intensity and to build the good learning culture that contribute in affecting students scientific literacy of State Senior High School Grade X in Medan and Student of Biology in State University of Medan.

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan berkat-Nya yang memberikan kesehatan dan hikmah kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Tesis yang berjudul “Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas X SMA Negeri di Medan dan Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Negeri Medan Berdasarkan Kerangka PISA Tahun 2006 Pada Konten Pengetahuan Biologi”, disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana Unimed.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : Bapak Prof. Dr. rer.nat Binari Manurung, M.Si dan Bapak Syarifuddin, M.Sc., Ph.D., sebagai dosen pembimbing tesis yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Syahmi Edi, M.Si., Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd dan Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si., yang telah memberikan masukan dan saran-saran dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan tesis ini.

Pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

 Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur PPs Universitas Negeri Medan yang telah memberikan izin pada penulis untuk melaksanakan penelitian.

 Bapak ibu dosen pengampu mata kuliah di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan Program Studi Pendidikan Biologi yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

 Kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Medan Ibu Dra. Hj. Safrimi, M.Pd, Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Medan Bapak Sutrisno, M.Pd, Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Medan Bapak Drs. Sahlan Daulay, M.Pd, Kepala Sekolah SMA Negeri 19 Medan Ibu Renata Nasution, M.Si, Kepala Sekolah SMA Negeri 20 Medan Bapak Mukhlis, S.Pd, Kepala Sekolah SMA Negeri 21 Medan Ibu Dra. Hj. Yurmaini Siregar, M.Si, Ketua Jurusan Biologi Bapak Drs. Zulkifli Simatupang, M.Pd dan seluruh guru di SMA tersebut serta para staf yang telah melayani dan memberi izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian, khususnya ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya pada guru biologi dan pada seluruh mahasiswa dan siswa yang membantu peneliti di sekolah tersebut.

(7)

iv

 Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan Program Studi Pascasarjana khususnya stambuk 2013 BIO Dik B-2 Pascasarjana Unimed serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu demi satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya tesis ini. Kiranya isi tesis ini akan bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Agustus 2015 Penulis

(8)

vi

2.1.3. Karakteristik Siswa Yang Melek Sains (Literate Sains) ... 14

2.1.4. Penilaian Literasi Sains Siswa ... 16

2.1.5. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Literasi Sains ... 18

2.1.5.1. Latar Belakang Pendidikan Formal Orang Tua Siswa ... 18

(9)

vii

3.6.2. Angket Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Literasi Sains ... 32

3.6.3. Uji Coba Instrumen Penilaian ... 34

3.6.3.1.. Uji Validitas Tes ... 34

3.6.3.2. Uji Reliabilitas Instrumen Tes ... 35

3.6.3.3. Tingkat Kesukaran Soal Instrumen Tes ... 36

3.6.3.4. Daya Pembeda Instrumen Tes ... 37

3.7. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 39

4.1.1. Literasi Sains Siswa dan Mahasiswa... 39

4.1.2 Hubungan Antara Latar Belakang Pendidikan Formal Orang Tua dengan Literasi Sains Siswa ... 41

4.1.3. Hubungan Antara Intensitas Belajar Sains dengan Literasi Sains Siswa ... 43

4.1.4. Hubungan Antara Pembelajaran Sains dengan Literasi Sains Siswa ... 45

4.1.5. Hubungan Antara Latar Belakang Pendidikan Formal Orang Tua, Intensitas Belajar Sains dan Pembelajaran Sains Secara Bersama-Sama dengan Literasi Sains Siswa dan Mahasiswa ... 46

4.2. Pembahasan ... 47

4.2.1. Literasi Sains Siswa ... 47

4.2.2. Latar Belakang Pendidikan Formal Orang Tua dan Literasi Sains Siswa dan Mahasiswa ... 51

4.2.3. Intensitas Belajar Sains dan Literasi Sains Siswa dan Mahasiswa ... 52

4.2.4. Pembelajaran Sains dan Literasi Sains Siswa dan Mahasiswa ... 53

4.3. Keterbatasan Penelitian ... 56

(10)

viii

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1. Jumlah Sampel pada Tingkatan Siswa SMA dan Mahasiswa... 28

TABEL 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Tes Literasi Sains Siswa ... 32

TABEL 3.3. Kisi-Kisi Instrumen Angket Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Literasi Sains Siswa ... 33

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Literasi Sains Siswa Kelas X SMA Negeri Se-Kota Medan dan Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Negeri Medan ... 39

Gambar 4.2. Kemampuan Siswa Berdasarkan Tingkatan Pendidikan ... 40

Gambar 4.3 Kemampuan Literasi Sains Berdasarkan Gender... 41

Gambar 4.4. Hubungan Antara Latar Belakang Pendidikan Formal

Orang Tua dengan Literasi Sains Siswa ... 42

Gambar 4.5. Hubungan Antara Latar Belakang Pendidikan Formal Orang

Tua dengan Literasi Sains Mahasiswa ... 43

Gambar 4.6. Hubungan Antara Intensitas Belajar Sains dengan Literasi Sains

Siswa ... 44

Gambar 4.7. Hubungan Antara Intensitas Belajar Sains dengan Literasi Sains

Mahasiswa ... 44

Gambar 4.8. Hubungan Antara Pembelajaran Sains dengan Literasi Sains

Siswa ... 45

Gambar 4.9. Hubungan Antara Pembelajaran Sains dengan Literasi Sains

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Literasi Sains Siswa Berdasarkan Kerangk PISA... 64

Lampiran 2. Instrumen Angket Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Literasi Sain Siswa ... 81

Lampiran 3. Surat Keterangan Validitas... ... 85

Lampiran 4. Validitas Item Tes, Indeks Kesukaran, Daya Pembeda dan Reliabilitas Tes ... 88

Lampiran 5. Tabel Uji Validitas Instrumen ... 89

Lampiran 6. Uji Tabel Reliabilitas Instrumen... 90

Lampiran 7. Tabel Indeks Kesukaran Instrumen ... 91

Lampiran 8. Tabel Daya Pembeda Soal ... 92

Lampiran 9. Data Hasil Tes Literasi Sains Siswa dan Mahasiswa ... 93

Lampiran 10. Data Hasil Angket Faktor Yang Berhubungan dengan Literasi Sains Siswa ... 100

Lampiran 11. Data Hasil Angket Faktor Yang Berhubungan dengan Literasi Sains Mahasiswa ... 110

Lampiran 12. Uji Normalitas Tes... 114

Lampiran 13. Uji Homogenitas Tes ... 126

Lampiran 14. Uji Hipotesis Penelitian ... 128

Lampiran 15. Surat Pernyataan Tidak Melakukan Plagiat Data ... 140

Lampiran 16. Surat Balasan dari Tempat Penelitian ... 141

Lampiran 17. Surat Izin Penelitian... 148

Lampiran 18. Undangan Ujian Tesis ... 150

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Kecakapan hidup atau “life skills” mengacu pada beragam kemampuan yang diperlukan untuk menempuh kehidupan yang penuh kesuksesan dan kebahagiaan, seperti kemampuan berkomunikasi yang efektif, kemampuan bekerja sama, menjadi warga negara yang bertanggung jawab, memiliki kecakapan untuk bekerja, memiliki karakter, dan cara-cara berfikir analitis dan logis dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah hidup dan kehidupan.

Konsep kecakapan hidup mempunyai makna yang sama dengan kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004 : 29 - 30) bahwa secara umum kompetensi mempunyai makna yang hampir sama dengan kecakapan hidup atau “life skills”, yaitu kecakapan-kecakapan, keterampilan untuk menyatakan, memelihara, menjaga dan mengembangkan diri. Kecakapan dan keterampilan-keterampilan tersebut tidak hanya bersangkutan dengan aspek fisik-biologis, tetapi juga aspek intelektual, sosial dan afektif (perasaan, sikap dan nilai).

Salah satu unsur kecakapan hidup tersebut adalah kemampuan literasi. Literasi adalah sekumpulan kecakapan yang dimiliki atau ada pada seseorang. Rustaman (2003) menyebutkan bahwa kemampuan literasi merupakan kemampuan menganalisis masalah, memberikan alasan, mengkomunikasikan gagasan secara efektif dan mengaplikasikan pengetahuan ilmiah secara fleksibel sesuai dengan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

(14)

2

nasional maupun internasional yang berdedikasi pada bidang tersebut, salah

satunya adalah TheProgramme for International Student Assessment (PISA) yang

dinaungi oleh The Organization for Economic Co-operation and Development

(OECD). Program tersebut bertujuan untuk memfasilitasi informasi komparasi tentang capaian kemampuan literasi siswa negara-negara partisipannya.

Berdasarkan hasil The Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2000, 2003 dan 2006 skor literasi sains siswa Indonesia usia 15 tahun berturut-turut adalah 393, 395 dengan skor rata-rata semua negara peserta 500 dan simpangan baku 100 (Ekohariadi, 2009). Pada PISA 2009 skor siswa Indonesia adalah 383 dengan rerata skor negara peserta adalah 501 (OECD, 2010) dan PISA 2012 dengan skor 382, berada di peringkat 64 dari 65 negara peserta (okezone.com). Rendahnya skor perolehan siswa Indonesia mencerminkan rendahnya prestasi belajar IPA siswa Indonesia (Ekohariadi, 2009) dengan rata-rata sekitar 34% untuk konteks (Firman, 2007). Hasil capaian tersebut mengindikasikan bahwa rata-rata kemampuan sains siswa Indonesia baru sampai pada kemampuan mengingat dan mengenali pengetahuan ilmiah berdasarkan fakta sederhana tetapi belum mampu untuk mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai topik sains, apalagi menerapkan konsep-konsep yang kompleks dan abstrak (Sudiatmiko, 2012). Penilaian PISA berorientasi ke masa depan, yaitu menguji kemampuan untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam menghadapi kehidupan nyata. Tidak semata-mata mengukur kemampuan sebagaimana dalam kurikulum sekolah, sehingga dapat membantu meningkatkan pendidikan dan menyiapkan generasi muda yang lebih baik ketika mereka memasuki kehidupan dewasa yaitu menjadi orang yang literate (Sudiatmiko, 2012).

Mempersiapkan siswa yang melek sains adalah penting untuk masa

depannya sebagai generasi pemimpin masa depan. American Association for the

(15)

3

masyarakat dapat belajar tidak hanya bagaimana membuat keputusan tentang penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga untuk menilai penerapan dan efek dari penemuan-penemuan ilmiah dan teknologi. Dengan demikian literasi sains siswa adalah bagian penting dalam pendidikan sains dalam rangka mempersiapkan siswa sebagai SDM yang sejahtera di masa depannya. Oleh karenanya menjadi penting pula untuk mengetahui bagaimana gambaran tentang literasi sains siwa.

Siswa yang terlibat dalam tes literasi sains PISA dibedakan menjadi siswa

laki-laki dan siswa perempuan. Siswa pada masing-masing gender memiliki

karakteristik yang berbeda-beda, baik secara fisiologis maupun psikologis

(Purwanto, 1996). Oleh karena itu, gender yang merupakan salah satu komponen

yang terdapat dalam studi PISA yaitu pada angket siswa dan sekolah (OECD, 2007). Di dalam hasil PISA tahun 2006 juga dipaparkan bahwa faktor perbedaan gender juga dapat mempengaruhi capaian literasi sains siswa (OECD, 2007).

Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan masalah capaian literasi sains berdasarkan perbedaan gender, salah satunya adalah tentang perbandingan capaian literasi sains siswa di beberapa Negara Asia yang menunjukkan bahwa pada umumnya siswa laki-laki sedikit berada di atas perempuan, misalnya di Jepang (550 : 546), Korea (546 : 527), Macao-Cina (529 : 521). Kebalikannya, di Thailand (25 : 423), dan di Hongkong (538 : 541) siswa perempuan lebih unggul dibandingkan siswa laki-laki (Yusuf, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2009) juga menyatakan bahwa kemampuan berkomunikasi siswa perempuan lebih unggul dibandingkan dengan siswa laki-laki. Oleh karena itu, perbedaan gender juga merupakan salah satu komponen yang dapat mempengaruhi capaian literasi seseorang.

(16)

4

ini akan mempengaruhi sikap dan perhatiannya terhadap keberhasilan pendidikan anak-anaknya di sekolah. Keberhasilan pendidikan seorang anak, tidak hanya menyangkut prestasi belajar tetapi juga dengan sikap, perilaku kehidupan sehari-hari, dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah bagaimana cara orang tua mengarahkan cara belajar anaknya.

Peran orang tua dalam pendidikan adalah memberikan bimbingan, arahan dan dorongan yang merupakan kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap anak, sebaliknya apabila dorongan atau motivasi dari orang tua yang acuh tak acuh baik disengaja ataupun yang tidak disengaja akan tetap mempengaruhi aspirasi anak terhadap pendidikan. Cole (dalam Aswandi Bahar, 1989) menyatakan bahwa dorongan dan sifat acuh tak acuh orang tua baik sengaja maupun tidak sengaja akan tetap mempengaruhi aspirasi anak terhadap pendidikan. Semakin banyak anak merasakan adanya dari orang tuanya maka akan semakin besar pula pengaruhnya terhadap aspirasi anak tersebut dalam pendidikan.

Intensitas belajar merupakan frekuensi belajar yang dilakukan siswa selama kurun waktu tertentu untuk memperoleh pengalaman secara maksimal (Hudoyo, 1998). Selama belajar tersebut siswa mempunyai keunikan dalam intensitas belajarnya disesuaikan dengan selera dan kondisi masing-masing. Prestasi belajar yang maksimal dicapai dengan intensitas belajar yang sistematis, yaitu efektif dan efisien. Faktor lain yang dapat meningkatkan intensitas belajar siswa adalah adanya motivasi belajar. Selain itu, pembelajaran sains di sekolah juga akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan pendidikan sains, berupa penguasaan dan kepemilikan literasi sains siswa, atau dengan kata lain kualitas pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa merupakan variabel yang sangat penting untuk mendukung pencapaian kepemilikan literasi sains oleh siswa. Dalam pembelajaran sains proses pembelajaran, asesmen dan evaluasi merupakan aspek yang sangat penting.

(17)

5

penelitian, karena dibandingkan dengan PISA di tahun-tahun sebelum dan setelahnya, PISA 2006 menjadikan literasi sains sebagai domain utama yang diteliti (OECD, 2006 : 3). Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih terarah dan sesuai dengan bidang keilmuan yang diemban maka penulis hanya meneliti literasi sains pada konten Biologi saja. Sesuai kerangka kerja asesmen PISA, pada penelitian ini pun digunakan subjek penelitian pada anak berusia 15 tahun lebih. Dengan tujuan secara umum untuk mendeskripsikan kemampuan literasi sains siswa yang berusia 15 tahun di Medan maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas X SMA Negeri di Medan dan Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Negeri Medan Berdasarkan Kerangka PISA Tahun 2006 Pada Konten Pengetahuan Biologi”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi permasalahan, antara lain :

1. Setiap orang harus memiliki tingkat literasi sains tertentu agar dapat bertahan hidup di alam maupun di tempatnya bekerja.

2. Rendahnya skor perolehan literasi sains siswa Indonesia.

3. Kemampuan siswa baru pada tahap mengingat dan mengenali pengetahuan

ilmiah sederhana tetapi belum mampu untuk mengaitkan dan menerapkan konsep-konsep dalam kehidupan sehari-hari.

4. Kurangnya tanggung jawab dan kepedulian siswa mengenai diri, lingkungan sosial dan masyarakat sekitarnya.

5. Instrumen penilaian hasil belajar yang dikembangkan oleh guru kurang

mengaitkan substansi dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa.

(18)

6

1.3.Batasan Masalah

Untuk menghindari agar permasalahan tidak meluas dan menyimpang, penulis melihat perlu untuk membatasi masalah yang akan dikaji, yaitu : 1. Kemampuan literasi sains siswa dilihat dari persentase total jawaban benar

siswa pada setiap item soal kemudian dideskripsikan berdasarkan tingkatan sekolah.

2. Kerangka PISA yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aspek literasi

sains PISA 2006 yang hanya dibatasi pada aspek kompetensi ilmiah dan sikap terhadap sains.

3. Soal literasi sains PISA sebanyak 35 butir soal yang digunakan dalam

penelitian ini diambil dari Take the Test : Sample Questions from OECD’s

PISA Assesment yang hanya mengandung konten pengetahuan Biologi saja.

4. Faktor-faktor yang berhubungan dengan literasi sains siswa, yaitu latar belakang pendidikan formal orang tua, intensitas belajar sains, dan pembelajaran sains biologi di sekolah.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada kerangka yang digunakan dalam penelitian literasi sains ini, rumusan masalah tersebut dijabarkan sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan literasi sains siswa kelas X SMA Negeri di Medan

dan Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Negeri Medan berdasarkan kerangka PISA 2006 dalam merespon soal-soal literasi sains PISA konten pengetahuan Biologi?

2. Bagaimana kemampuan literasi sains siswa kelas X SMA Negeri di Medan

(19)

7

3. Apakah perbedaan gender berpengaruh terhadap kemampuan literasi sains

siswa kelas X SMA Negeri di Medan dan mahasiswa Jurusan Biologi Unimed?

4. Bagaimana hubungan latar belakang pendidikan formal orang tua dengan

literasi sains siswa kelas X SMA Negeri di Medan dan mahasiswa Jurusan Biologi Unimed?

5. Bagaimana hubungan intensitas belajar sains dengan literasi sains siswa kelas X SMA Negeri di Medan dan mahasiswa Jurusan Biologi Unimed?

6. Bagaimana hubungan pembelajaran sains di sekolah dengan literasi sains

siswa kelas X SMA Negeri di Medan dan mahasiswa Jurusan Biologi Unimed?

7. Bagaimana hubungan latar belakang pendidikan formal orang tua,

intensitas belajar sains, dan pembelajaran sains di sekolah secara bersama-sama dengan literasi sains kelas X SMA Negeri se-kota Medan dan mahasiswa Jurusan Biologi Unimed?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Bagaimana kemampuan literasi sains siswa kelas X SMA Negeri di Medan

dan Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Negeri Medan berdasarkan kerangka PISA 2006 dalam merespon soal-soal literasi sains PISA konten pengetahuan Biologi.

2. Bagaimana kemampuan literasi sains siswa kelas X SMA Negeri di Medan

dan Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Negeri Medan pada kemampuan mengidentifikasi permasalahan ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah dan menggunakan bukti-bukti ilmiah

3. Apakah perbedaan gender berpengaruh terhadap kemampuan literasi sains

(20)

8

4. Bagaimana hubungan latar belakang pendidikan formal orang tua dengan

literasi sains siswa kelas X SMA Negeri di Medan dan mahasiswa Jurusan Biologi Unimed.

5. Bagaimana hubungan intensitas belajar sains dengan literasi sains siswa kelas X SMA Negeri di Medan dan mahasiswa Jurusan Biologi Unimed.

6. Bagaimana hubungan pembelajaran sains di sekolah dengan literasi sains

siswa kelas X SMA Negeri di Medan dan mahasiswa Jurusan Biologi Unimed.

7. Bagaimana hubungan latar belakang pendidikan formal orang tua,

intensitas belajar sains, dan pembelajaran sains di sekolah secara bersama-sama dengan literasi sains kelas X SMA Negeri se-kota Medan dan mahasiswa Jurusan Biologi Unimed.

1.6. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan tentang literasi sains baik bagi peneliti, guru maupun pengelola pendidikan.

b. Memperoleh gambaran tentang literasi sains siswa yang berusia 15 tahun.

c. Sebagai bahan pertimbangan, landasan empiris maupun kerangka

acuan bagi penelitian pendidikan selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, memberi peluang untuk diuji dan mengetahui literasi sainsnya.

b. Bagi guru, sebagai bahan masukan atau kritik konstruktif untuk dapat

menetukan dan melakukan upaya yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan literasi sains siswa.

c. Bahan bagi sekolah/lembaga, yaitu sebagai bahan masukan atau kritik

(21)

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diuraikan pada

bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Literasi sains siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Medan dan mahasiswa

Jurusan Biologi termasuk kategori cukup, yaitu dengan rata-rata (60,88 ±

12,27) dimana hanya 0,50% siswa SMA dan 1,43% mahasiswa yang

termasuk kategori sangat baik literasi sainsnya, 10,05% siswa SMA dan 20%

mahasiswa yang termasuk kategori baik literasi sainsnya, 36,68% siswa SMA

dan 64,29% mahasiswa yang termasuk kategori sedang literasi sainsnya,

11,56% siswa SMA dan 4,29% mahasiswa yang termasuk rendah literasi

sainsnya dan 41,21% siswa SMA dan 10% mahasiswa yang termasuk

kategori sangat rendah literasi sainsnya.

2. Adapun kemampuan literasi sains responden dalam hal mengidentifikasi

permasalahan ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah dan menggunakan

bukti-bukti ilmiah diperoleh rata-ratanya secara berturut-turut yaitu 64,79 ±

15,76; 64,02 ± 14,18; dan 53,04 ± 15,83, dimana rata-rata nilai siswa SMA

(61,18 ± 14,162) yang terlihat lebih rendah signifikan dari pada mahasiswa

(72,11 ± 10,802). Kemampuan yang paling rendah yang dimiliki responden

adalah kemampuan dalam menunjukkan bukti-bukti ilmiah, yaitu rata-rata

nilai siswa SMA (51,45 ± 16,175) terlihat lebih rendah signifikan daripada

mahasiswa (57,54 ± 13,967).

3. Perbedaan jenis kelamin menunjukkan bahwa siswa perempuan memiliki

kemampuan yang lebih tinggi dari pada siswa laki-laki dalam seluruh aspek

penilaian, tetapi hanya menunjukkan sedikit perbedaan (F = 0,738; P = 0,391)

dan t hitung 0,018 > 0,05.

4. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara latar belakang pendidikan

(22)

58

Medan (R = 0,345; F = 26,606; P = 0,000) dan sama halnya dengan

mahasiswa Jurusan Biologi yaitu (R = 0,740; F = 82,104; P = 0,000).

5. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara intensitas belajar sains

dengan literasi sains siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Medan (R = 0,853; F

= 527,840; P = 0,000) dan pada mahasiswa Jurusan Biologi adalah (R =

0,605; F = 39,207; P = 0,000).

6. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pembelajaran sains di

sekolah dengan literasi sains siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Medan (R =

0,874; F = 637,537; P = 0,000) dan pada mahasiswa Jurusan Biologi adalah

(R = 0,940; F = 512,374; P = 0,000).

7. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara latar belakang pendidikan

formal orang tua, intensitas belajar sains dan pembelajaran sains di sekolah

dengan literasi sains siswa secara bersama-sama pada siswa kelas X SMA

Negeri se-Kota Medan (R = 0,877; F = 216,180; P = 0,000) dan pada

mahasiswa Jurusan Biologi adalah (R = 0,952; F = 210,754; P = 0,000).

5.2.Implikasi

Pendidikan sains yang diperoleh siswa merupakan bekal untuk

kehidupannya dimasa kini dan masa depan dalam perannya sebagai personal dan

anggota masyarakat baik skala sempit maupun global. Oleh karenanya sangat

penting untuk menciptakan keadaan yang dapat mendukung pencapaian literate sains siswa mulai dari lingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan dan

tumbuh berkembang anak yang pertama, lingkungan sekolah sebagai tempat

menerima pendidikan dan pembelajaran anak lebih lanjut dan juga para

stakeholder selaku pengambil kebijakan dalam lembaga pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa pencapaian literasi sains siswa

kelas X SMA termasuk dalam kategori cukup, begitu juga dengan literasi sains

mahasiswa dan faktor latar belakang pendidikan orang tua siswa, intensitas belajar

sains siswa dan pembelajaran sains di sekolah berhubungan secara positif dan

(23)

59

tidak mempercayakan sepenuhnya pendidikan anak pada sekolah tetapi juga

bekerja sama dengan pihak sekolah demi keberhasilan anak. Guru sebagai

pelakana pembelajaran yang diterima anak hendaknya dapat merencanakan dan

melaksanakan pembelajaran yang mendukung kepemilikan literasi sains oleh

siswa, baik secara metode dan strategi, sumber, media, asesmen dan evaluasi

pembelajaran. Pemerintah dan para stakeholder dapat mengambil kebijakan

sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan seperti peningkatan kualitas guru

dan penyediaan fasilitas pendukung pembelajaran sains.

5.3.Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan di atas,

maka sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan, maka peneliti memberikan

saran sebagai berikut :

1. Pembelajaran sains di sekolah yang direncanakan dan dilaksanakan oleh

guru hendaknya dalam rangka meningkatkan literasi sains siswa.

2. Membina kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua

siswa dalam upaya meningkatkan literasi sains siswa.

3. Menyarankan peneliti berikutnya untuk mengembangkan penelitian ini

agar dapat bermanfaat sebagai informasi khasanah ilmu pengetahuan

dalam dunia pendidikan khususnya dalam meningkatkan literasi sains

(24)

60

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung : Angkasa.

Arikunto, S., 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Artati, J., 2013. Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP Dalam

Pembelajaran IPA Terpadu Pada Tema Cuaca Ekstrim. Bandung :

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Budiono. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Biologi. Jakarta : Depdiknas.

Chabalengula, V.M., and Mumba, F., Lorsbach, T., and Moore, C. 2008. Curriculum and Instructional Validity of the Scientific Literacy Themes

Covered in Zambian High School Biology Curriculum. International

Journal of Environmental & Science Education, 3 : 207 – 220. Chaplin, J.P. 2008. Kamus Psikologi Lengkap. Jakarta : PT Raja Grafindo.

Cholas, Jhon M.E dan Hassan Sadily. 2000. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta : Gramedia.

Dani, D. 2011. Sustainability as aFramwork for Analyzing Socioscientific Issue. International Electronic Journal of Environment Education. 1 : 113-126. Depdiknas. 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.

Ekohariadi. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa Indonesia Berusia 15 Tahun. Jurnal Pendidikan Dasar, 10 : 28-41.

Firman, H. 2007. Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional Tahun 2006. Jakarta : Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas.

Hadi, S., dan Mulyatiningsih, E. 2009. Model Trend Prestasi Siswa Berdasarkan Data PISA Tahun 2000, 2003, dan 2006. Laporan Penelitian Pusat Penelitian Pendidikan BadanPenelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

Herlanti. 2011. Pengembangan Pembelajaran Berbasis Isu Sosiosaintifik Melalui

Weblog Untuk Mendukung Literasi Sains. Makalah disajikan dalam

(25)

61

Hodson, D. (2008) Towards Scientific Literacy. A teacher’s guide to the History, Philosophy and Sociology of Science.Rotterdam: Sense Publishers

Holbrook, J., & Rannikmae, M. 2009. The Meaning of Scientific Literacy.

International Journal of Environmental & Science Education 4 : 275-288. Hoeeve, Van. Ensiklopedia Indonesia. Jakarta : PT. Ichtiar Baru.

Idris, Z. 1995. Pendidikan dan Keluarga. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

Kashardi. 2010. Pengembangan Kurikulum. Disertasai tidak diterbitkan. Bandung : Program Pascasarjana UPI Bandung.

Kusuma, R.C.D., 2012. Pengaruh Latar Belakang Sosial Ekonomi Keluarga dan

Sikap Pada Sains Terhadap Kemampuan Literasi Sains (Scientific Literacy) Mahasiswa Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya. Fakultas : Ilmu Sosial Ilmu Politik, Program Studi : Perp. & S. Inform. Surabaya : Universitas Airlangga.

Liliasari. 2011. Membangun Masyarakat Melek sains Berkarakter Bangsa Melalui

Pembelajaran. Program Studi IPA Sekolah PascasarjanaUPI Bandung, Hal

:1-9. Makalah Disampaikan Pada Seminar Seminar UNNES.

Lima, Alexandre. 2010. Field Trip Activity In an Ancient Gold Mine: Scientific Literacy In Informal Education. International Journal of Science Education

SAGE Publication, 1: 322-334.

Martin, M., Mullis, Ina V., dan Chrostowski, Steven J. 2008a. TIMSS 2007:International science report. Chestnut Hill, MA: Boston College.

Mulyitno. 2010. Pembelajaran Tematik Pengaruh Zat Aditif Makanan Terhadap

Kesehatan Dengan Pendekatan STL Untuk Meningkatkan Literasi Sains. Tesis tidak diterbitkan, Bandung : Program Pascasarjana UPI Bandung. Norris, S.P. & Philips, L. 2003. How literacy in its fundamental sense is central to

scientific literacy. International Journal of Science Education, 87 : 224– 240.

OECD. 2003. Literacy Skills for the World of Tomorrow : Further Result From PISA 2000. Paris : UNESCO Institute for Statistic.

OECD. 2006. Assessing Scientific, Reading and Mathematical Literacy : A Framework for PISA 2006. Paris : OECD.

OECD. 2007. Science Competencies for Tomorrow’s World. Executive Summary.

(26)

62

OECD. 2009a. PISA 2009 Assessment Framework-Key Competencies in Reading,

Mathematic, and Science. Paris : OECD Publishing.

OECD. 2009. PISA 2009 Assessment Framework-Key Competencies In Reading,

Mathematics And Science. OECD.

OECD. 2009. Take The Test : Sample Questions From Oecd’s PISA Assessment.

PISA.

OECD. 2012. PISA 2009 Technical Report. PISA : OECD Publishing.

Poedjiadi, A. 2005. Sains teknologi Masyarakat : Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Priyatno, D. 2008. 5 Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS 17. Yogyakarta : Penerbit ANDI Yogyakarta.

Program for International Student Assesment. 2006. Assessing Scientific, Reading, and Mathematical Literacy. Organisation For Economic Co Operation And development.

Raharso, A. 2011. Pendidikan, Makna Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Hal : 1-3. Disampaikan pada Seminar Internasional Pendidikan di Universitas Sumatera Utara, Medan.

Roberts, D.A. 2007. Scientific Literacy/Science literacy’. In Abell, S.K. & Lederman, N.G. (Eds) Handbook ofResearch on Science Education, 729– 780

Rustaman, N, Y. 2006. Literasi Sains Anak Indonesia 2000 dan 2003. Seminar Sehari Hasil Studi Internasional Prestasi Siswa Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains dan Membaca. Jakarta : Puspendik Depdiknas.

Setiawati, D.M., 2013. Analisis Literasi Sains Guru Biologi SMA dan Penerapannya dalam Proses Mengembangkan LKS Inkuiri. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Slameto.2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudiatmika, A. 2012. Pengembangan Alat Ukur Tes Literasi Sains Siswa SMP Dalam Konteks Budaya Bali. Tesis tidak Diterbitkan. Bandung : Program Pascasarjana UPI Bandung.

(27)

63

Shwartz, Y. 2005. The Importance of Involving High-School Chemistry Teacher in the Process of Defining the Operational Meaning of Chemical Literacy. International Journal of Science Education, 2 : 323-344.

Thomson, S. dan De Bortoli, L. 2008. Exploring Scientific Literacy: How Australia Measures Up The PISA 2006. Survey of Student'sScientific, Reading and Mathematical Literacy Skills. Camberwell, Vic.: ACER Press.

Tjala, A. 2007. Potret Mutu Pendidikan Indonesia Ditinjau Dari Hasil-Hasil Studi Internasional. Artikel. Universitas Negeri Jakarta.

Toharuddin, U., Hendrawati, S., dan Rustaman, A. 2011. Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung : Humaniora.

Ulfiati, R. 2009. Analisis Penguasaan Aspek Konteks Aplikasi Sains Siswa SMP Kelas VII Melalui Pembelajaran Berbasis Literasi Sains dan teknologi Pada Materi Pokok Klasifikasi Zat. Bandung : Program Pascasarjana UPI Bandung.

Wardani, S dan Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP : Belajar dari PISA dan TIMSS. Kementrian Pendidikan Nasional.

Wenning J Carl. 2007. Assessing Inquiry Skills As A Component of Scientific Literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 4 (2), 91-100 Yuenyong, C., and Narjaikaew, P. 2009. Scientific Literacy and Thailand Science

Education. International Journal of Environmental & Science Education, 4 : 335 – 349.

Yusuf, S. 2006. Perbandingan Gender Dalam Prestasi Literasi Siswa Indonesia.

Makalah Untuk Jurnal Uninus.

http://www.uninus.ac.id/data/data_ilmiah/SuhendraYusuf

Zuriyani, E. 2013. Literasi Sains dan Pendidikan. Makalah : Kemenag Sumatera selatan.

Gambar

TABEL 3.3. Kisi-Kisi Instrumen Angket Faktor-Faktor yang Berhubungan
Gambar 4.1. Literasi Sains Siswa Kelas X SMA Negeri Se-Kota Medan dan

Referensi

Dokumen terkait

• mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dan persyaratan sistem penangkal petir pada bangunan • mahasiswa dapat menyebutkan jenis jenis. penangkal petir

005/M.PPN/10/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, sebagaimana telah diubah

Nanopartikel menjadi kajian yang sangat menarik, karena material yang berada dalam ukuran nano biasanya memiliki partikel dengan sifat kimia atau fisika yang lebih unggul

Meskipun saya hanya anak yang beroleh pertolongan daripada ayahnya, sekali-kali tidaklah Zainab menganggap saya sebagai orang lain lagi, tidak pula ia pernah mengangkat diri,

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU DI SMK PGRI 2 CIMAHI.. Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penulisan laporan Tugas Akhir Karya Seni berjudul Templelapse : Video Promosi Candi Kawasan Cagar Budaya Prambanan dan Ratu Boko ini, bertujuan untuk mendeskripsikan konsep dan

Di dalam museum antara lain terdapat koleksi kecrekan/ yang tempo dulu digunakan untuk upacara ritual// Ada boneka dari Pakistan/ Cepot tokoh local Jawa Barat/ dan ada

IMPLEMENTASI MOD EL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN D IRI SISWA D ALAM AKTIVITAS SENAM AEROBIK.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |