BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kemampuan
Kemampuan adalah kesanggupan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan.
Semi (1987:1) menyatakan “Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan yang dilakukan seseorang”.
Sejalan dengan Semi, Alwi (2005:707) menyatakan “Kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan dan kekuatan seseorang dalam melakukan suatu tindakan”.
Jadi seseorang dikatakan mampu apabila dia bisa atau sanggup melakukan sesuatu yang harus dia lakukan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu perkerjaan atau suatu tindakan seseorang.
2.2 Menyimak
2.2.1 Pengertian Menyimak
Menyimak adalah suatu proses mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk mengelolah informasi menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh seseorang pembicara melalui atau bahasa lisan (Tarigan, 2008: 31). Sementara itu menurut Heryadi (2008: 7) “ kegiatan menyimak merupakan tindakan atau aktivitas
mental dalam menangkap, memahami, menimbang, dan merespon pesan yang terkandung dalam simbol-simbol bahasa lisan.”
Arini (2005:3) membedakan pengertian antara mendengar, mendengarkan, dan menyimak tersebut yaitu :
1. Pengertian mendengar adalah kegiatan menangkap bunyi secara tidak sengaja (secara kebetulan). Contoh seperti saya sedang belajar tiba-tiba saya mendengarkan ada suara motor yang lewat.
2. Mendengarkan adalah kegiatan menangkap bunyi bahasa yang sudah ada unsur kesengajaan tetapi belum diikuti unsur pemahaman. Contoh ketika saya belajar saya mendengarkan lagu kesayangan saya yang dilantunkan melalui media radio, saat ini saya berhenti sejenak untuk mendengarkan lagu tersebut, setelah selesai saya melanjutkan belajar kembali
3. Menyimak adalah kegiatan menangkap bunyi bahasa dengan sengaja dan direncanakan dengan penuh perhatian, interpretasi, dipahami, ditindaklanjuti, serta diakhiri dengan evaluasi.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditegaskan menyimak merupakan suatu keterampilan yang tercakup dalam empat keterampilan berbahasa berupa aktivitas mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian untuk memperoleh informasi, menangkap dan menyerap pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara.
2.2.2 Tujuam Menyimak
Menyimak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia berbagai situasi dan waktu kegiatan menyimak mungkin bisa terjadi.
Manusia dihadapkan dengan berbagai situasi yang menganut keterampilan menyimak, pemahaman terhadap peranan menyimak, dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh pada kualitas menyimak yang merupakan suatu bentuk ilmu
pengetahuan yang penting bagi kita. Selain memahami perananan menyimak, kita juga dituntut memahami tujuan dari menyimak.
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang disengajakan dan direncanakan untuk mencapai suatu proses tujuan. Seseorang tidak akan menyimak jika dia tidak mempunyai maksud untuk apa dia menyimak. sebaliknya, seorang pembicara pun melakukan kegiatan berbicara karena ada tujuan yang diharapakan dari penyimaknya.
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang disadari dan direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Kesadaran akan mencapai tujuan itu menimbulkan aktivitas berfikir dalam menyimak. Aktivitas menyimak yang tidak tepat dapat menimbulkan tujuan menyimak tidak tercapai.
Menurut Logan dkk (Tarigan 1986), tujuan pokok menyimak pada hakikatnya adalah sebagai berikut :
1. Menyimak untuk belajar, yaitu untuk memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.
2. Menyimak untuk menikmati keindahan audial, yaitu menyimak dengan penekanan pada penikmat terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipergelarkan (terutama dalam bidang seni).
3. Menyimak untuk mengevaluasi, adalah menyimak dengan maksud agar penyimak dapat menilai apa yang disimaknya (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, dan lain-lain).
4. Menyimak untuk mengapresiasi materi simakan, Orang menyimak agar dapat menikmati serta menikmati apa-apa yang disimaknya (misalnya pembacaan puisi, musik, lagu, dialog, dan lain-lain).
5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide, gagasan, maupun perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
6. Menyimak dengan maksud dan tujuan agar dapat menbedakan bunyi- bunyi dengan tepat, mana bunyi yang membedakan arti (distingtif), mana bunyi yang tidak tidak membedakan arti, biasanya dalam belajar bahasa asing.
7. Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
8. Menyimak secara persuasif, yaitu menyimak untuk menyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan.
Dalam hal ini, penyimak bertujuan untuk memperbaiki keterampilan berbicaranya, diharapkan dapat memahami kedelapan komponen itu pada saat menyimak.
2.2.3 Unsur-unsur Menyimak
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat bergantung kepada berbagai unsur mendukung. Yang dimaksud dengan unsur dasar ialah unsur pokok yang menyebabkan timbulnya komunikasi dalam menyimak.
Setiap unsur merupakan satu kesatuan yang tidak dipisahkan dengan unsur yang lain.
Unsur-unsur menyimak adalah sebagai berikut :
2.2.3.1 Pembicara
Pembicara ialah orang yang menyampaikan pesan yang berupa informasi yang dibutuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara lisan ialah narasumber pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang yang menerima pesan (penyimak). Dalam aktivitasnya, seorang penyimak sering melakukan kegitan menulis dengan mencatat hal-hal penting selama melakukan kegiatan menyimak.
Catatan tersebut merupakan pokok-pokok pesan yang sampaikan pembicara kepada penyimak. Fungsi catatan tersebut ialah sebagai berikut :
1. Meninjau Kembali Bahan Simakan (Reviu)
Kegiatan meninjau kembali bahan simakan merupakan salah satu ciri penyimak kritis. Pada kegiatan ini, penyimak mencermati kembali bahan simakan yang telah diterima melalui catatan seperti : topik, tema, dan gagasan lain yang menunjang pesan yang disampaikan pembicara. Disamping itu penyimak dapat memprediksi berdasarkan pesan-pesan yang telah disampikan pembicara.
2. Menganalisis Bahan Simakan
Pada dasarnya menyimak ialah, menerima pesan, namun dalam kenyataanya seorang penyimak tidak hanya menerima pesan begitu saja, dia juga berusaha menganalis pesan yang diterimanya itu.Kegiatan analisis ini dilakukan untuk membedakan ide pokok, ide bawahan, dan ide penunjang.
3. Mengevaluasi Bahan Simak
Pada tahap akhir kegiatan menyimak ialah mengevaluasi hasil simakan langkah ini dapat dilakukan : (a) Kekuatan Bukti. Untuk membenarkan pernyataan pembicara, penyimak harus mengevaluasi bukti-bukti yang dikatakan pembicara. Jika bukti-bukti itu cukup kuat, apa yang dikatakan pembicara itu benar. (b) Validitas Alasan. Jika pernyataan pembicara diikuti.dengan alasan- alasan yang kuat, terpercaya, dan logis, dapat dikatakan bahwa alasan itu validitasnya tinggi. (c) Kebenaran Tujuan. Penyimak harus mampu menemukan tujuan pembicara. Di samping itu, ia juga harus mampu membedakan penjelasan dengan keterangan inti, sikap subjektif dengan sikap objektif. Setelah itu ia akan mampu mencari tujuan pembicaraan (berupa pesan).
2.2.3.2 Penyimak
Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas. Jika penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, dia dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif. Penyimak seperti ini akan selalu mendapatkan pesan pembicara secara tepat. Hal itu akan lebih sempurna jika ditunjang oleh pengetahuan dan pengalamanya.
Kamidjan (2001: 6) menyatakan penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki dua sikap yaitu a) Sikap objektif adalah pandangan menyimak terhadap bahan simakan. Jadi bahan simakan itu baik, ia akan menyatakan baik, demikian pula sebaliknya. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengaruh hal-hal diluar kegiatan menyimak, seperti pribadi pembicara, ruang, suasana, sarana dan prasarana. Dan b) Sikap kooperatif ialah sikap penyimak yang siap berkerjasama dengan pembicara untuk keberhasilan komunikasi tersebut.
Sikap yang bermusuhan atau bertentangan dengan pembicara akan menimbulkan kegagalan dalam menyimak. Jika hal itu yang terjadi, maka penyimak tidak akan mendapatkan pesan dari pembicara. Sikap yang baik ialah sikap berkooperatif dengan pembicara.
2.2.3.3 Bahan Simakan
Bahan simakan merupakan unsu terpenting dalam komunikasi lisan, terutama dalam menyimak.Yang dimaksudkan dengan bahan simakan ialah pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi. Jika pembicara tidak dapat menyampaikan bahan simakan dengan baik, pesan itu tidak dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam komunikasi.
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat bergantung kepada berhagai unsur dasar yang mendukung.Yang dimaksudkan dengan unsur dasar ialah unsur pokok yang menyebabkan tirnbulnya komunikasi dalam menyimak. Setiap unsur merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan unsur yang lain. Unsur-unsur dasar menyimak ialah pembicara, penyimak, bahan simakan, dan bahasa lisan yang digunakan.
2.2.4 Tahap-tahap Menyimak
Menyimak adalah suatu preoses kegiatan mendengarkan dengan penuh perhatian dan pemahaman untuk memperoleh suatu informasi dan menangkap isi atau pesan dari objek tertentu, maka dapat diperoleh simpulan bahwa menyimak adalah suatu proses. Tarigan (1991: 15) mengemukakan proses menyimak berdasarkan beberapa para ahli diantaranya, yaitu menurut Logan proses menyimak terbagi atas tiga tahap, yaitu pemahaman, penginterpretasian, dan penilaian, sedangkan menurut Logan dan Greene, membagi proses menyimak atas empat tahap yaitu mendengarkan, memahami, mengevaluasi, dan menanggapi.
Menurut Welker membagi proses menyimak itu atas lima tahap, yaitu mendengar, memperhatikan, mempersepsi, menilai, dan menanggapi. Dari beberapa pendapat ahli yang saling melengkapi tersebut, maka proses menyimak dapat mencakup enam tahap sebagai berikut.
1. Tahap Mendengar
Dalam tahap mendengar, penyimak berusaha menangkap pesan pembicara yang sudah diterjemahkan dalam bentuk bahasa. Untuk menangkap bunyi bahasa itu
diperlukan telinga yang peka dan perhatian yang terpusat. Dalam tahap ini baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya, jadi kita masih berada dalam tahap hearing.
2. Tahap Memahami
Bunyi yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali, dan dikelompokkan menjadi suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana. Setelah mendengar, tentunya ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara, sampailah kita pada tahap understanding.
3. Tahap Menginterpretasi
Penyimak yang baik, cermat dan teliti, belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran pembicara, dia pasti ingin menafsirkan atau meginterpretasi isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran pembicara. Dengan demikian penyimak telah tiba pada tahap interpreting.
4. Tahap Mengevaluasi
Setelah memahami serta dapat menafsir atau menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak mulai menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara, keunggulan dan kelemahan, serta kebaikan dan kekurangan.Penyimak sudah sampai pada tahap evaluating.
5. Tahap Menanggapi
Setelah semua tahap dilewati, penyimak menyambut, mencamkan, menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan pembicara dalam ujarannya.
Penyimak sampai pada tahap akhir yakni tahap responding.
Akhir pembicaraan biasanya terdiri atas: simpulan, himbauan, dan saran- saran. Jika pembicara menyampaikan rangkuman, maka tugas penyimak ialah mencermati rangkuman yang telah disampaikan pembicara tersebut. Jika pem bicara menyampaikan simpulan, maka penyimak mcncocokkan catatannya dengan simpulan yang disampaikan pembicara. Dalam hal itu perlu dicermati juga tentang simpulan.yang tidak sama, yaitu simpulan yang dibuat pembicara dan penyimak. Jika pembicara hanya menyampaikan himbauan, penyimak harus memperhatikan himbuan itu secara cermat dan teliti.
2.2.5 Pengajaran Menyimak Di SMP Kelas VIII
Dalam pengajaran di sekolah waktu yang dibutuhkan untuk menyimak dan bercerita hampir sama banyaknya. Menyimak untuk menemukan serta memahami minat dan kecenderungan pembicara. Orang yang terlatih dalam bimbingan secara tidak langsung menyadari betapa pentingnya menyimak. Guru yang bijaksana akan menyimak baik-baik untuk mendorong ekspresi anak didiknya. Dalam pembelajaran keterampilan menyimak, terlebih dahulu harus mengerti konsep sebelum melakukan pembelajaran menyimak, setelah itu baru menata materi yang dijadikan pengembangan pengajaran.
Pada dasarnya pengembangan keterampilan menyimak itu dapat dibedakan atas dua tataran pokok, ialah tataran identifikasi dan tataran seleksi. Tataran identifikasi adalah tahapan pengenalan dan tataran seleksi adalah tahap pemahaman.
Dalam mengembangkan tingkat keterampilan menyimak siswa, seorang guru harus memilih metode penyampaian yang ekonomis dan efisien. Harus yang mudah
dimengerti oleh siswa. Pada tingkat yang lebih tinggi, dimana banyak keistimewaan bahasa yang dipergunakan, guru boleh memberikan kepada siswa tugas menyimak dengan materi yang bersangkutan.
Pengajaran keterampilan menyimak berdasarkan kompetensi dasar (KD) dan indikator pembelajaran menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) SMP, materi pembelajaran keterampilan menyimak adalah sebagai berikut :
1. Menyimak berita 2. Menyimak wawancara
3. Menyimak laporan perjalanan 4. Menyimak pidato, dan
5. Menyimak dialog
Kelima materi pembelajaran keterampilan menyimak, peneliti memilih menyimak berita sebagai bahan penelitian, karena hal tersebut sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) SMP kelas VIII dan indikator yang ingin dicapai adalah mampu menemukan pertanyaan-pertanyaan yang merupakan jawaban dari pertanyaan pokok-pokok berita.
berita merupakan laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.
Berita yang lengkap selalu memuat jawaban atas pertayaan apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana. Penyampaian berita dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis baik langsung maupun berbagai media. Dalam kaitannya dengan pembelajaran menyimak, berita bisa dijadikan bahan untuk disimak dimana kompetensi yang akan dicapai melalui pembelajaran menyimak berita adalah agar (a) siswa mampu mencatat pokok-pokok isi berita (apa, siapa, dimana, kapan, mengapa,
dan bagaimana), (b) mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan isi berita, (c) menjawab pertanyaan yang berhubungan isi berita dan memberikan tanggapan.
2.3 Berita
2.3.1 Pengertian Berita
Dari segi Etimologis, berita sering disebut juga dengan warta. Warta berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “Vrit” atau “Vritta”, yang berarti kejadian atau peristiwa yang telah terjadi. Istilah “berita” dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “Vritta” dari bahasa Sansekerta, yang berarti kejadian atau peristiwa yang telah terjadi. Ada beberapa pengertian tentang berita.
Semi (1995:11), “Berita ialah laporan mengenai kejadian atau peristiwa faktual yang baru, dan luar biasa sifatnya”. Sumardiria (2011:65), mengungkapkan bahwa “Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan penting bagi sebagaian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on line internet”. Menurut Jauhari (2013:193),
“Berita merupakan informasi yang menginformasikan peristiwa atau kejadian yang penting diketahui oleh masyarakat, yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan. Sejalan dengan Oramahi (2012:2) mengemukakan “Berita adalah suatu informasi baru (new) yang mengandung makna penting (significant), memiliki pengaruh terhadap siapapun yang mendengar atau membacanya, dan menarik bagi si pendengar (radio), pemirsa (televisi), dan pembaca (media cetak).
Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang terkini, yang dipilih oleh wartawan untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena luar biasa, entah karena pentingnya atau karena akibat yang
ditimbulkannya, atau entah karena mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan. Assegaff (Barus 2010:26)
Berita bukan hanya menunjuk pada pers atau media massa saja, melainkan juga pada radio, televisi, internet atau media modern lainnya. Berita pada awalnya hanya milik surat kabar. Tetapi sekarang, berita telah menjadi darah-daging radio, televisi, dan internet. Tak ada media tanpa berita, sebagaimana halnya tak ada berita tanpa media.Berita telah tampil sebagai kebutuhan dasar masyarakat modern diseluruh dunia.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa berita adalah informasi mengenai suatu peristiwa baru yang disampaikan kepada orang lain melalui media lisan maupun tulisan.
2.3.2 Unsur-unsur Berita
sebuah fakta layak disebut berita apabila berita tersebut memiliki unsur-unsur tertentu. Para pakar jurnalistik telah menyepakati unsur-unsur tersebut adalah 5W+IH (What, Where, Who,Why, dan How). Unsur-unsur tersebut akan lebih memuaskan pembaca, karena pembaca mendapatkan sebuah informasi secara jelas dan tidak samar.
Pokok-pokok isi berita yang kita simak melalui media elektronik dapat kita tangkap dengan mengunakan 5W+1H, menurut Kusumaningrat (2012:129), menjelaskan bahwa fakta yang layak diberitakan harus memenuhi unsur-unsur 5W+1H, yaitu sebagi berikut:
1. Kata what atau apa yang digunakan untuk menemukan tema atau nama peristiwa yang terdapat dalam berita.
2. Kata who atau siapa digunakan untuk mencari pelaku orang yang mengalami atau berperan dalam peristiwa.
3. Kata where atau dimana digunakan untuk mencari tempat terjadinya peristiwa.
4. Kata when atau kapan digunakan untuk mencari tahu waktu yang berkaitan dengan erat terjadinya peristiwa.
5. Kata why atau mengapa digunakan untuk mencari penyebab terjadinya peristiwa.
6. Kata how atau bagaimana berhubungan dengan proses kejadian peristiwa.
Dari pendapat di atas, Chaer (2010:18) juga berpendapat bahwa: (1) Unsur what berkenaan dengan fakta-fakta yang berkaitan dengan hal-hal yang dilakukan
oleh pelaku ataupun korban dari kejadian itu. (2) Unsur who berkenaan dengan fakta- fakta yang berhubungan dengan orang atau pelaku yang terlibat dalam kejadian itu.
(3) Unsur why berkenaan dengan fakta-fakta mengenai latar belakang dari suatu tindakan atau kejadian yang telah diketahui siapa pelaku atau korbannya. (4) Unsur where berkenaan dengan tempat peristiwa kejadiannya. (5) Unsur when berkenaan
dengan waktu kejadian. (6) Unsur how berhubungan dengan proses kejadian yang diberitakan.
Dari pendapat, dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah fakta atau informasi layak untuk diberitakan apabila memenuhi unsur. Unsur tersebut adalah 5W+1H (What, Where, Who,Why, dan How), yang apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah: apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana. Unsur-unsur berita tersebut akan mempermudah penulis menyusun berita, selain itu pembaca juga akan lebih mudah menemukan pokok masalah di dalam berita yang disajikan.
2.3.3 Manfaat Berita
Semi (1995:26) mengemukakan beberapa manfaat berita yaitu:
1. Untuk menghibur dan menyenangkan pembaca.
2. Untuk mengajak pembaca agar menjadi anggota masyarakat yang baik dan terlibat dalam aktivitas pembangunan.
3. Memberi pengertian kepada masyarakat atau organisasi yang ada dalam masyarakat agar memiliki pengertian yang lebih baik mengenai suatu problem yang dihadapi.
4. Membuat masyarakat lebih paham tentang sesuatu yang kompleks sehingga pengertian dan toleransi mereka lebih baik.
5. Untuk mengabarkan atau memberi informasi tentang adanya suatu kejadian atau peristiwa.
6. Untuk mendidik masyarakat agar memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai suatu hal.
7. Memberi informasi kepada masyarakat tentang kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah.
8. Untuk memelihara dan memperbaiki moral anggota masyarakat pembaca atau pendengar berita.
Dari beberapa manfaat yang telah dikemukakan di atas, terlihat bahwa berita berkecenderungan untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat.
2.4 Radio Sebagai Salah Satu Media Penyampaian Berita
Peran ideal radio sebagai media publik adalah mewadahi sebanyak mungkin kebutuhan dan kepentingan pendengarnya. Ada tiga bentuk kebutuhan, yaitu informasi, pendidikan, dan hiburan. Ada beberapa tingkatan peran sosial yang diemban radio dalam kapasitasnya sebagai media publik.
Pertama, radio sebagai media penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain. Kedua, radio sebagai sarana mobilitas pendapat publik untuk mempengaruhi kebijakan. Ketiga, radio sebagai sarana untuk mempertemukan dua pendapat berbeda/diskusi untuk mencari solusi bersama yang saling menguntungkan.
Keempat, radio sebagai sarana untuk mengikat kebersamaan dalam semangat kemanusiaan dan kejujuran. Beberapa fungsi tersebut bisa diemban sekaligus, tetapi ada kalanya hanya satu saja. Yang penting adalah konsistensi dan optimalisasi pada satu peran. (Masduki, 2001:13).
2.4.1 Pengertian Radio
Radio merupakan media auditif (hanya bisa didengar) tetapi murah merakyat dan bisa dibawa atau didengarkan dimana-mana. Radio berfungsi sebagai media ekspresi komunikasi, informasi, pendidikan, dan hiburan.Radio memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab sebagai media yang buta, radio menstimulasi begitu banyak suara dan berupaya mengfisualisasikan suara penyiar ataupun informasi faktual melalui telingga pendengarnya. Menurut Olii (2003: 05) “ Radio merupakan media yang memiliki peranan penting dalam menyampaikan informasi, baik bersifat hiburan maupun pendidikan.”
Mengingat radio adalah media komunikasi yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan media cetak, yaitu hanya membutuhkan kemampuan mendengar bagi khalayak yang ingin mengaksesnya. Pendengar ( audiens ) radio tidak terbatas pada ruang dan waktu, sedangkan pembaca surat kabar harus menyediakan waktu khusus untuk menelaah isinya. Dalam menyampaikan informasi terutama berita, penyajiannya dilakukan secara langsung untuk menyampaikan informasi dan auditif yang sifatnya memungkinkan pendengar radio mengembangkan imajinasinya sendiri.