BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
SAMBUTAN SAMBUTAN
Peluncuran Dokumen Kebijakan Responsif Gender:
Peluncuran Dokumen Kebijakan Responsif Gender:
Kertas Kebijakan: Pengarusutamaan Gender dalam Adaptasi Perubahan Iklim (PUGAPI)
&
&
Kajian Awal: Penyusunan Indeks Kesetaraan dan Keadilan Gender (IKKG) dan Indikator Kelembagaan Pengarusutamaan Gender (IKPUG)
dan Indikator Kelembagaan Pengarusutamaan Gender (IKPUG)
Nina Sardjunani
Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan
Disampaikan pada Peluncuran Dokumen Kebijakan Responsif Gender Bappenas Disampaikan pada Peluncuran Dokumen Kebijakan Responsif GenderBappenas
o Namun, hingga saat ini masih terjadi kesenjangan dalam hal akses, partisipasi, kontrol terhadap sumber daya, dan manfaat pembangunan yang didapatkan oleh penduduk
d b k l k l k d b b
Indonesia, baik laki‐laki, maupun perempuan, di berbagai bidang pembangunan, termasuk dalam perubahan iklim.
o Pada Konferensi Rio +20 bulan Juni 2012, Presiden
Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai salah satu ketua Panel Tingkat Tinggi PBB untuk
Pembangunan Pasca 2015, menggarisbawahi bahwa
" d d i ‘k b l j ' id k h di l k
"masa depan dari ‘keberlanjutan' tidak hanya diperlukan, tetapi juga sesuatu yang mutlak dan mungkin dilakukan”.
B li ik k d li t t d d
Beliau menyampaikan kepeduliannya terutama pada dua hal, yaitu perubahan iklim dan pemerataan.
o Presiden menekankan bahwa upaya Indonesia
untuk mengejar kebijakan "pertumbuhan dengan pemerataan", perlu diubah menjadi sesuatu yang pemerataan , perlu diubah menjadi sesuatu yang mendorong "pertumbuhan berkelanjutan dengan pemerataan ”
pemerataan.
o Visi ini jelas sesuai dengan niat pemerintah kita dan banyak pemangku kepentingan, untuk tidak hanya mendukung proses intensif mitigasi y g p g
perubahan iklim, tetapi juga mendorong adaptasi perubahan iklim.
perubahan iklim.
o Di samping itu,mewujudkan kesetaraan gender
merupakan tantangan tersendiri bagi Indonesia, namun pemerintah telah secara aktif menerapkan kebijakan dan
d d k h l
undang‐undang terkait hal ini.
o Integrasi kedua isu penting ini, merupakan penjabaran dari Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang RPJMN
2010‐2014, yang mencantumkan gender dan pembangunan berkelanjutan sebagai strategi
pengarustamaan dalam pembangunan nasional, dan
K M i PPN/K l B N
Keputusan Menteri PPN/Kepala Bappenas No.
30/M.PPN/HK/03/2009, yang merupakan inisiatif
P d P R if G d di
Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender di Indonesia.
o Perubahan iklim berdampak luas terhadap kehidupan umat manusia. Perempuan, laki‐laki, anak‐anak perempuan dan anak laki‐laki terkena dampak yang berbeda, tapi masing‐
d l h d d
masing memegang peran penting dalam menghadapi dan beradaptasi terhadap dampak tersebut.
o Kertas Kebijakan tentang Pengarusutamaan Gender dalam Adaptasi Perubahan Iklim (PUG‐API) ini disusun dengan tujuan untuk menginspirasi dan mendorong
pengarusutamaan gender dalam kebijakan dan penerapan
d i b h ikli di I d i D k i i
adaptasi perubahan iklim di Indonesia. Dokumen ini menjelaskan pentingnya hal tersebut, dan memberikan
d k k iki d k d i t k
panduan, kerangka pemikiran, dan rekomendasi untuk mengintegrasikan isu gender dalam adaptasi perubahan iklim
iklim.
o Pada saat ini, Rencana Aksi Nasional Adaptasi
Perubahan Iklim (RAN‐API) Indonesia sedang disusun.
Kertas kebijakan ini bukan hanya memberikan masukan bagi proses penyusunan RAN‐API, tetapi lebih jauh lagi:
tidak hanya terpusat pada kebijakan di tingkat nasional, y p p j g , tetapi juga di tingkat lembaga, termasuk kementerian, mekanisme pembiayaan, penelitian dan peningkatan p y , p p g kapasitas, program dan kegiatan di daerah.
o Penyusunan Kertas Kebijakan ini adalah bentuk o Penyusunan Kertas Kebijakan ini adalah bentuk
kerjasama antara Bappenas dan UN Women, didukung oleh UNDP dan merupakan proses konsultasi yang
oleh UNDP, dan merupakan proses konsultasi yang singkat tetapi intensif dengan para pemangku
k ti t k it
kepentingan terkait.
o Di samping itu, sebagaimana telah disampaikan,
Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah salah satu dari tiga pengarusutamaan, yang juga merupakan prioritas nasional d l
dalam RPJMN 2010‐2014.
o RPJMN tersebut juga mencantumkan tiga isu/kebijakan nasional terkait pengarusutamaan gender, yaitu: 1)
peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan; 2) perlindungan perempuan terhadap
berbagai tindak kekerasan; dan 3) peningkatan kapasitas
k l b PUG d b d
kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan.
o Hingga saat ini, indikator‐indikator gender yang ada masih belum dapat mencerminkan pencapaian pembangunan
kesetaraan gender di Indonesia, terutama yang terkait
d l d h d b b d k k k
dengan perlindungan terhadap berbagai tindak kekerasan.
o Oleh sebab itu, maka disusunlah Kajian IKKG dan IKPUG ini, sebagai langkah awal untuk menyusun indikator yang
diharapkan dapat digunakan dalam mengukur pencapaian
b k d d b d
pembangunan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di Indonesia pada umumnya, dan hasil‐hasil
i RPJMN d kh
capaian RPJMN pada khususnya.
o Hasil kajian awal ini terutama adalah konsep dan metode perhitungan IKKG, serta konsep awal untuk IKPUG.
o Pada dasarnya IKKG mengukur sasaran pertama dan kedua dari RPJMN 2010‐2014, yaitu terkait dengan kualitas hidup perempuan dan perlindungan perempuan terhadap tindak kekerasan.
o IKKG ini meliputi 5 aspek, yaitu: 1) kesehatan reproduksi; 2)
i didik 3) i i i k i 4) k kil di
pencapaian pendidikan; 3) partisipasi ekonomi; 4) keterwakilan di jabatan publik; dan 5) perlindungan terhadap kekerasan, yang
diturunkan menjadi 12 indikator IKKG yang juga meliputi rasio diturunkan menjadi 12 indikator IKKG, yang juga meliputi rasio antara jumlah kasus kekerasan yang dialami perempuan atau laki‐
laki di luar rumah atau di tempat kerja; dan rasio jumlah kekerasan laki di luar rumah atau di tempat kerja; dan rasio jumlah kekerasan yang dialami perempuan atau laki‐laki di dalam rumah tangga atau domestik.
o Sedangkan IKPUG mengukur sasaran ketiga dari RPJMN 2010‐
2014, yaitu tentang penguatan kelembagaan PUG, yang meliputi 4 komponen: 1) kebijakan dan peraturan perundang‐undangan yang responsif gender; 2) kelembagaan yang mendukung proses
pelaksanaan PUG 3) sumber daya manusia yang mendukung pelaksanaan PUG; 3) sumber daya manusia yang mendukung
proses pelaksanaan PUG ; dan 4) dukungan masyarakat dan dunia usaha dalam proses pelaksanaan PUG
usaha dalam proses pelaksanaan PUG.
o Di samping itu, telah dilakukan pula exercise perhitungan IKKG untuk tahun 2007 dan 2010, baik di tingkat nasional, maupun provinsi, dengan data yang tersedia.
o Pada tahun 2007, tingkat pencapaian kesetaraan dan keadilan gender di Indonesia dalam lima aspek pembangunan yang
diukur adalah sebesar 79,3 persen (nilai IKKG sebesar 0,793).
Nilai ini memberikan indikasi adanya 20,7 persen
kerugian/kegagalan pencapaian pembangunan manusia akibat dari adanya ketidaksetaraan gender terkait dengan
k li hid d li d h d k k di
kualitas hidup dan perlindungan terhadap kekerasan di Indonesia.
o Kesenjangan gender bervariasi antarprovinsi, berkisar antara yang tertinggi 87,5 persen di DKI Jakarta, hingga yang
d h 39 6 d l
terendah 39,6 persen di Bali.
o Sementara itu perhitungan IKKG Indonesia tahun 2010, yaitu sebesar
0 796 lih tk tid k d b ik k b ti d l
0,796, memperlihatkan tidak adanya perbaikan yang cukup berarti dalam pencapaian kesetaraan dan keadilan gender dalam 3 tahun pembangunan.
Kesenjangan hanya berkurang sebesar 0,3 persen. Hal ini menunjukkan j g y g , p j bahwa isu‐isu gender yang termanifestasi dalam bentuk kesenjangan
gender di berbagai aspek pembangunan merupakan suatu permasalahan
lit t k di t i t t i k i t d
yang sulit untuk diatasi tanpa suatu upaya yang serius, konsisten, dan berkesinambungan. Terlebih lagi adanya keterkaitan yang erat antara isu gender di satu aspek dengan isu gender di aspek yang lain.
g p g g p y g
o Kesetaraan dan keadilan gender juga merupakan komponen yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan ekonomi. Laporan Bank Dunia (2012) memperlihatkan bahwa menyamaratakan peluang bagi laki‐laki dan perempuan dalam partisipasi ekonomi di kawasan Asia Pasifik, dapat meningkatkan produktivitas pekerja di kawasan sebesar 7 hingga 18 meningkatkan produktivitas pekerja di kawasan sebesar 7 hingga 18 persen. Kenaikan ini memiliki dampak yang luas pada pertumbuhan
ekonomi dan pengurangan kemiskinan. Oleh sebab itu, kebijakan menjadi salah satu alat koreksi yang dapat digunakan oleh negara untuk
o Beberapa alternatif kebijakan yang dapat dilakukan misalnya:
– memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan reproduksi, dan
b i f k d h
pembangunan infrastruktur daerah;
– meningkatkan keterlibatan perempuan di parlemen (dan juga lembaga eksekutif dan yudikatif);
eksekutif dan yudikatif);
– mendorong adanya reformasi internal dalam partai politik untuk
mempertimbangkan aspek kesetaraan dan keadilan gender, melakukan p g p g , penguatan kapasitas perempuan dengan berjenjang dan terencana
secara baik, serta memastikan platform dari partai‐partai politik
if t h d i i d
responsif terhadap isu‐isu gender;
– meningkatkan partisipasi ekonomi khususnya pada perempuan; dan meningkatkan perlindungan terhadap kekerasan terhadap perempuan meningkatkan perlindungan terhadap kekerasan terhadap perempuan, terutama dengan memastikan tersedianya pusat‐pusat pelayanan
secara merata di luar Pulau Jawa, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat, yang dapat menjalankan
fungsinya dengan berkoordinasi dengan berbagai instansi pemerintah
o Sedangkan IKPUG mengukur sasaran ketiga dari RPJMN 2010‐2014,
it t t t k l b PUG li ti 4 k
yaitu tentang penguatan kelembagaan PUG, yang meliputi 4 komponen:
1) kebijakan dan peraturan perundang‐undangan yang responsif
gender; 2) kelembagaan yang mendukung proses pelaksanaan PUG; 3) gender; 2) kelembagaan yang mendukung proses pelaksanaan PUG; 3) sumber daya manusia yang mendukung proses pelaksanaan PUG ; dan 4) dukungan masyarakat dan dunia usaha dalam proses pelaksanaan PUG.
o Dalam penyusunan kajian ini, Bappenas melibatkan partisipasi aktif
d i l h k k i k i b ik d i
dari seluruh pemangku kepentingan terkait, baik dari
kementerian/lembaga, organisasi masyarakat sipil, mitra
pembangunan maupun pemerintah daerah di tiga provinsi terpilih pembangunan, maupun pemerintah daerah di tiga provinsi terpilih
untuk uji coba, yaitu: Sumatera Selatan, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur.
o Kami harapkan kedua dokumen kebijakan yang responsif gender ini dapat memberikan input bagi penerapan PUG dan percepatannya melalui PPRG di berbagai bidang pembangunan, baik di tingkat