• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

V-1

BAB V

ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Analisis hasil penelitian bertujuan untuk menginterpretasikan pengolahan data sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisis data dari hasil penelitian terhadap pemilihan bahan dalam pembuatan sepatu kulit untuk guru dan pegawai kantor. Penjabaran analisis lebih lengkap akan dipaparkan pada sub bab berikut ini.

5.1 ANALISIS DATA RESPONDEN

Analisis data responden bertujuan untuk menginterpretasikan sifat resonden terhadap pengembangan produk sepatu kulit. Data responden diperoleh dari keusioner I yang disebarkan kepada guru dan pegawai kantor di wilayah Kabupaten Magetan.

Adapun data responden yang diperoleh meliputi usia, jenis kelamin dan penghasilan, yang akan diuraikan lebih lanjut berikut ini.

5.1.1 Analisis Usia

Data usia pada penelitian ini digunakan untuk mencari target pasar penjualan sepatu kulit. Berdasarkan data usia guru dan pegawai kantor yang diperoleh adalah usia antara 16 -25 tahun sebanyak 6%, usia antara 26-35 tahun sebanyak 38 %, usia antara 36-50 tahun sebanyak 42 % dan usia 50 tahun keatas sebanyak 14 %. Hal ini dapat memberikan informasi bahwa responden terbanyak dari guru dan pegawai kantor adalah usia antara 36-50 tahun. Responden yang terbanyak ini nantinya menjadi acuan pada pemilihan bahan dalam pembuatan sepatu kulit. Sehingga sepatu kulit yang digunakan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan guru dan pegawai kantor yang berusia antara 36-50 tahun.

Pada pemilihan bahan ini, jenis sol yang digunakan adalah PVC, jenis pelapis yang kuat seperti mersi dan texon. Benang yang digunakan adalah nilon 30, lem latek, bentuk hak rata dan tinggi hak antara 2-3 cm. Bahan –bahan tersebut sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan guru dan pegawai kantor yang berusia antara

(2)

V-2

36-50 tahun menginngat antara usia 36-50 tahun termasuk manusia yang mempunyai aktivitas kerja yang tinggi.

5.1.2 Analisis Jenis Kelamin

Data jenis kelamin pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui jenis-jenis keluhan guru dan pegawai kantor sepatu kulit baik pria maupun wanita. Hal ini menyangkut bahwa sepatu kulit yang dihasilkan adalah sepatu kulit pria dan wanita.

Sehingga sepatu kulit yang dihasilkan mengacu pada jenis-jenis keluhan guru dan pegawai kantor baik pria maupun wanita.

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan kepada guru dan pegawai kantor diperoleh 25 responden pria dan 25 responden wanita dari 50 responden. Kesamaan jumlah responden pria dan wanita dalam penyebaran kuesioner ini karena mengacu pada aturan Roscoe seperti yang dijelaskan pada bab 3 yaitu sampel dipecah ke dalam subsampel pria dan wanita.

Hasil yang diperoleh dari penyebaran kuesioner, responden pria dan wanita mayoritas lebih mementingkan sepatu kulit yang nyaman dan kuat yang dibuktikan pada tingkat kepentingan. Sehingga sepatu yang dihasilkan dengan bentuk hak rata dan tinggi hak antara 2-3 cm, benang yang digunakan adalah nilon 30, lem latek.

5.1.3 Analisis Penghasilan

Data penghasilan pada penelitian ini digunakan untuk mencari kisaran harga dalam penjualan sepatu kulit. Berdasarkan data penghasilan dalam jangka waktu sebulan yang diperoleh adalah penghasilan guru dan pegawai kantor yang kurang dari Rp 1.000.000 sebanyak 8 %, penghasilan antara Rp 1.100.000- Rp 2.500.000 sebanyak 38 %, penghasilan antara Rp 2.600.000- Rp 5.000.000 sebanyak 12 %, penghasilan guru dan pegawai kantor yang lebih dari Rp 5.000.000 sebanyak 6 %.

Hal ini memberikan informasi bahwa responden terbanyak adalah 38 % dengan penghasilan antara Rp 1.100.000- Rp 2.500.000 yang nantinya dijadikan sebagai acuan dalam merancang sepatu kulit. Penghasilan pada penelitian ini dibagi menjadi 3 golongan yaitu penghasilan kurang dari Rp1.100.000 adalah rendah, penghasilan antara Rp1.100.000- Rp2.500.000 sedang dan penghasilan antara Rp1.100.000- Rp

(3)

V-3

2.500.000 adalah tinggi. Berdasarkan kuesioner yang tersebar pada guru dan pegawai kantor, responden mayoritas berpenghasilan antara Rp 1.100.000- Rp 2.500.000 Sehingga pada penelitian ini, harga sepatu kulit yang ditawarkan antara Rp 100.000- Rp150.000. Diharapkan harga sepatu kulit dapat terjangkau oleh guru dan pegawai kantor yang penghasilan antara Rp1.100.000- Rp2.500.000.

5.2 ANALISIS PENGEMBANGAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT Analisis pengembangan QFD bertujuan untuk menginterpretasikan kerangka penelitian atau road map penelitian produk dan proses yang sudah dilakukan sesuai dengan gambar 3.4. Adapun langkah-langkah akan diuraikan lebih lanjut berikut ini.

5.2.1 Analisis Kebutuhan Guru dan Pegawai Kantor

Berdasarkan penyebaran kuesioner I diperoleh 73 data keluhan guru dan pegawai kantor. Data keluhan tersebut tidak semua menjadi kebutuhan guru dan pegawai kantor karena diantara 73 keluhan ada yang sama seperti jahitan cepat rusak dan jahitan kurang kuat. Keluhan tersebut kemudian dirumuskan menjadi 16 jenis kebutuhan guru dan pegawai kantor yang mengacu pada metode Kotler (1997).

Adapun jenis-jenis kebutuhan guru dan pegawai kantor tersebut adalah harga terjangkau, jenis bahan tidak kaku dan mudah dibersihkan, variasi model, variasi warna, lem/jahitan kuat, kekuatan bahan, nyaman saat dipakai, tersedianya ukuran sepatu yang bervariasi, jahitan/lem rapi, ada rongga udara/sirkulasi udara, dapat dibayar dengan kredit, pemesanan cepat, ada layanan pengiriman barang, setiap kemasan sepatu diberi spesifikasi ukuran, model, warna, ada diskon pembelian.

Berdasarkan data kebutuhan guru dan pegawai kantor yang berhasil direduksi dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas adalah 9 kebutuhan dari 16 kebutuhan yaitu harga terjangkau, jenis bahan tidak kaku dan mudah dibersihkan, variasi model, variasi warna, lem/jahitan kuat, kekuatan bahan, tersedianya ukuran sepatu yang bervariasi, jahitan/lem rapi, ada rongga udara/sirkulasi udara. Namun, kemasan setiap jenis sepatu kulit diberikan label spesifikasi ukuran, model dan warna, dan ada discount pembelian digunakan karena kedua data tersebut masih dirasakan penting mengingat adanya kemasan setiap jenis sepatu kulit diberi

(4)

V-4

spesifikasi ukuran, model dan warna sebagai identitas kemasan dan adanya diskon konsumen keringanan dari suatu harga. Sehingga kuesioner II terdiri dari 11 kebutuhan.

Berdasarkan nilai tingkat kepentingan guru dan pegawai kantor pada lampiran 4 menunjukkan bahwa nyaman saat dipakai dengan nilai 215. Namun nilai ini belum tentu valid dan reliabel, sehingga diperlukan uji validitas dan reliabilitas.

Hal ini disebabkan oleh rtabel> rhitung padahal suatu butir kuesioner dikatakan valid apabila rhitung >rtabel dan rhitung bernilai positif. Sehingga hasil yang diperoleh dari adalah 11 kebutuhan guru dan pegawai kantor yaitu Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas karena suatu data dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s alpha >

rtabel product moment. Sehingga dilakukan uji validitas terlebih dahulu.

Berdasarkan 11 kebutuhan yang lolos dalam uji validitas dan reliabilitas kemudian direspon oleh pihak produsen guna untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan guru dan pegawai kantor. Sehingga dari penelitian ini lebih fokus pada jenis kulit, sol, accessories, lem, benang, warna kulit, variasi hak dan proses pengerjaan.

5.2.2 Analisis Penentuan Respon Teknis

Analisis pada peenelitian ini digunakan untuk menentukan prioritas respon teknis. Respon teknis adalah suatu cara yang digunakan oleh produsen untuk menangani dan mengendalikan kebutuhan guru dan pegawai kantor. Jenis-jenis respon teknis adalah kulit dan sol, bahan accessories, bahan pelapis, kekuatan jahitan dan lem, jahitan dan lem sesuai dengan alur, perakitan, jenis ukuran dimensi sepatu, jenis warna kulit, kemasan, variasi hak dan pengadaan diskon. Pada penentuan respon teknis diperoleh bobot respon teknis yang berperan sebagai petunjuk untuk menentukan prioritas mana yang perlu didahulukan dari respon teknis. Adapun bobot respon teknis tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

(5)

V-5

0 50 100 150 200 250 300

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bobot

Respon teknis Grafik respon teknis

Gambar 5.1 Bobot Respon Teknis

Sumber: Data diolah, 2008

Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat bahwa prioritas pertama pada respon teknis adalah kulit dan sol dengan bobot 283.32, prioritas kedua adalah pemakaian accesories dengan bobot 168.52, prioritas ketiga adalah variasi hak dengan bobot 166.67, sampai prioritas keduabelas adalah bahan acceesories dengan bobot 1.85.

Masing-masing nilai bobot diperoleh dari perhitungan antara bobot kebutuhan pengguna x nilai korelasi kebutuhan guru dan pegawai kantor dengan respon teknis.

Bobot kebutuhan pengguna menggunakan metode pairwise comparasions karena pairwise comparasions adalah suatu alat bantu yang digunakan untuk penetapan prioritas terhadap kebutuhan guru dan pegawai kantor. Nilai korelasi diperoleh dari hubungan antara kebutuhan guru dan pegawai kantor dengan respon teknis. Adapun nilai korelasinya dapat dilihat pada tabel 3.3.

Harga terjangkau mempunyai hubungan yang kuat dengan bahan kulit dan sol, bahan pelapis karena jenis kulit dan sol, bahan pelapis adalah yang mendominasi pada produk sepatu kulit, sehingga nilai korelasi yang diperoleh adalah 9. Harga terjangkau mempunyai hubungan lemah dengan bahan accessories, pemakaian accessories karena bahan dan pemakaian accessories tidak mendominasi pada penelitian sepatu kulit, sehingga nilai yang diperoleh adalah 1.

Upaya untuk menanggapi kebutuhan guru dan pegawai kantor, sepatu kulit dihasilkan dengan bahan kulit yang digunakan kulit yang berserat padat. Bahan pelapis sol menggunakan texon, spon, mersi untuk pria dan texon, spon, mersi.untuk wanita. Jenis bahan sol PVC, jenis lem yang digunakan lem latek dan lem primer

(6)

V-6

101. Gasper besi, tinggi hak 2cm sampai 3cm, warna hitam/ gelap. Kemasan yang digunakan adalah kemasan yang diberi spesifikasi gambar, model, ukuran dan warna, bahan kemasan yang digunakan karton double wall.

5.2.3 Analisis Penentuan Fungsi Produk

Berdasarkan prioritas kebutuhan guru dan pegawai kantor yang diperoleh, kemudian dilakukan penentuan fungsi produk dengan tujuan untuk mengetahui fungsi masing-masing kebutuhan guru dan pegawai kantor. Adapun jenis-jenis fungsi dapat dilihat pada tabel 4.13 dan bobot fungsi yang diperoleh dapat digambarkan sebagai berikut:

0 50 100 150 200 250 300

1 2 3 4 5 6 7

Bobot

Fungsi Grafik fungsi

Gambar 5.2 Bobot Fungsi Produk

Sumber: Data diolah, 2008

Berdasarkan gambar 5.2 diatas dapat dilihat bahwa bobot tertinggi adalah estetika sebesar 250, kemudian bobot kuat sebesar 183.37, bobot lentur sebesar 150, bobot tahan air sebesar 116.67, bobot pilihan ukuran sebesar 100, bobot sirkulasi udara sebesar 33.33, dan bobot identitas sebesar 16.67.

Masing-masing nilai bobot ini diperoleh dari perhitungan antara bobot kebutuhan pengguna x nilai korelasi kebutuhan guru dan pegawai kantor dengan fungsi produk produk. Seperti yang dijelaskan pada penentuan respon teknis, bobot kebutuhan guru dan pegawai kantor ini menggunakan metode pairwise comparation dan nilai korelasinya diperoleh dari hubungan kebutuhan guru dan pegawai kantor dengan fungsi produk. Fungsi produk dari lem/jahitan kuat adalah kuat, hal ini

(7)

V-7

menyebabkan hubungan antara kebutuhan guru dan pegawai kantor dengan fungsi sangat kuat sehingga nilai yang diperoleh adalah 9.

Pada penelitian ini, bahan kulit yang digunakan kulit yang berserat padat, lapisan yang digunakan adalah texon dan mersi, Jenis bahan sol PVC, jenis lem yang digunakan lem latek, tinggi hak 2 cm sampai 3 cm. Hal ini agar sepatu kulit yang dihasilkan lebih kuat dan nyaman.

5.2.4 Analisis Pemilihan Konsep Rancangan Produk

Analisis penentuan konsep bertujuan untuk memilih konsep rancangan yang akan dikembangkan. Sebelum melakukan pemilihan konsep dilakukan pengembangan konsep.

1. Analisis Pengembangan Konsep

Upaya untuk mencapai respon teknis sepatu kulit terdiri dari perbaikan proses teknis dan pengembangan fisik. Perbaikan proses teknis berkaitan dengan operasi pembuatan sepatu kulit. Pengembangan fisik berkaitan dengan perbaikan komponen material atau part. Pada pengembangan konsep pada penelitian ini yang dilakukan hanya pada pengembangan fisik dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan tampilan sepatu kulit. Diharapkan sepatu kulit yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan guru dan pegawai kantor, sehingga dapat mencapai kepuasan guru dan pegawai kantor.

Komponen yang dikembangkan dalam pengembangan konsep berdasarkan apa yang dibutuhkan guru dan pegawai kantor diantaranya adalah kulit, sol, bahan accesories, bahan pelapis, kemasan, ukuran, warna, dan hak dengan alasan karena komponen-komponen tersebut digunakan untuk menjawab semua kebutuhan guru dan pegawai kantor. Misalnya untuk mencapai kebutuhan guru dan pegawai kantor

“kekuatan bahan”, maka yang harus dilakukan oleh pihak produsen adalah fokus pada kulit dan sol karena kulit dan sol merupakan kompoen dari kekuatan bahan.

Masing-masing komponen mempunyai tujuan dan pengembangan seperti pada tabel 4.16. Adapun alternatif-alternatif dari komponen tersebut dapat dilihat pada tabel 4.17. Seperti yang dijelaskan pada tabel 4.17 pengembangan komponen

(8)

V-8

“kulit” yang digunakan ada 2 macam yaitu kulit sapi yang berserat padat dan kulit sapi yang tidak berserat padat karena struktur kulit sapi terdiri dari 2 golongan yanitu berserat padat dan tidak berserat padat.

Hasil pengembangan komponen tersebut selanjutnya saling dikombinasi hingga membentuk kesatuan sepatu yang utuh. Kombinasi komponen-komponen sepatu tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan peta morfologi (morfological chart). Peta morfologi berfungsi untuk membantu merumuskan kombinasi yang memungkinkan munculnya alternatif-alternatif pengembangan sepatu kulit yang lengkap. Analisis morfologi menghasilkan beberapa alternatif sepatu kulit yang akan dikembangkan, namun yang dipilih hanya 3 alternatif baik pria maupun wanita. Hal ini disebabkan karena mengingat banyaknya kombinasi dari sepatu kulit. Ketiga alternatif yang dihasilkan dapat dilihat pada peta morfologi dari pengembangan sepatu kulit pada lampiran 8. Adapun perhitungannya menggunakan weighted objective method karena metode ini mendasarkan pemberian poin sesuai dengan kemampuan komponen untuk kebutuhan yang telah dirumuskan.

Berdasarkan perhitungan weighted objective method pada tabel 4.18, jumlah nilai aternatif 1 sebesar 10990.54, alternatif 2 sebesar 1044.80 dan alternatif 3 dengan jumlah nilai 9994.92. Ketiga alternatif tersebut yang terpilih sebagai solusi pengembangan sepatu kulit pada pemilihan konsep nantinya adalah alternatif 1 dengan nilai 10990.54 dimana sepatu pria menggunakan kulit sapi yang berserat padat, jenis bahan sol PVC, jenis bahan accesories terbuat dari besi, pelapis kulit menggunakan busa, mersi, karton, kerasan. Bahan pelapis sol menggunakan texon, spon, mersi. Benang menggunakan nilon 30, lem menggunakan lem latex dan lem primer 101. Tinggi hak menggunakan 3 cm, bentuk hak rata, warna hitam, ukuran 41, kemasan yang digunakan adalah kemasan yang ada gambar, model, ukuran dan warna. Bahan kemasan yang digunakan adalah double wall. Sepatu wanita menggunakan kulit sapi yang berserat padat, jenis bahan sol PVC, jenis bahan accesories terbuat dari besi, pelapis kulit menggunakan combro, poring, kerasan.

Bahan pelapis sol menggunakan texon, spon, mersi. Benang menggunakan nilon 30, lem menggunakan lem latex dan lem primer 101. Tinggi hak menggunakan 2 cm,

(9)

V-9

bentuk hak rata, warna hitam, ukuran 39, kemasan yang digunakan adalah kemasan yang ada gambar, model, ukuran dan warna. Bahan kemasan yang digunakan adalah double wall. Kulit yang digunakan pada alternatif 1 adalah kulit sapi yang berserat padat dengan skor 5 karena dengan menggunakan struktur padat, sepatu yang dihasilkan lebih kuat dibanding dengan menggunakan struktur kulit yang tidak padat.

Nilai atau skor yang digunakan menggunakan lima skala penilaian. Masing-masing nilai telah dijelaskan pada evaluasi alternatif di bab 4.

2. Analisis Pemilihan Konsep Rancangan

Pemilihan konsep pada penelitian ini digunakan untuk menentukan konsep yang akan dikembangkan. Pemilihan ini dilakukan setelah pemilihan alternatif karena spesifikasi yang ada digunakan untuk memberi nilai ketiga konsep dan konsep ini diperoleh dari pemilihan alternatif. Hasil perhitungan ketiga konsep tersebut dapat dilihat pada gambar 4.7 dan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5.3 Bobot Alternatif

Sumber: Data diolah, 2008

Berdasarkan gambar 5.3 diatas dapat dilihat bahwa bobot tertinggi adalah alternatif 1 dimana nilai total (+) sebesar 15016.77, nilai total (-) sebesar 300 dan total (S) sebesar 0. Alernatif 2 nilai total (+) sebesar 1800, nilai total (-) sebesar 1435.2 dan total (S) sebesar 699.99. Alternative 3 nilai total (+) sebesar 3616.47, nilai total (-) sebesar 683.34 dan total (S) sebesar 1700.07. Perhitungan ini diperoleh dari bobot nilai respon teknis pada penentuan respon teknis x nilai korelasi antara fungsi produk, respon teknis dengan alternatif. Adapun nilai korelasi telah dijelaskan pada tabel 3.5 bab 3. Fungsi produk “kuat” mempunyai nilai (+) pada alternatif 1, karena

(10)

V-10

fungsi “kuat” ini dimiliki oleh kulit, sol, bahan accessories, bahan pelapis dan benang/lem. Nilai (+) diperoleh dari skor pada pemilihan alternatif tabel 4.18.

5.2.5 Analisis Penentuan Komponen Produk

Penentuan komponen ini digunakan untuk menentukan prioritas komponen produk dalam pemilihan bahan dalam pembuatan sepatu kulit untuk guru dan pegawai kantor. Seperti yang dijelaskan di bab 3 bahwa prioritas komponen produk diperoleh dari hasil perhitungan korelasi matrik fungsi produk, respon teknis dengan matrik komponen produk. Hasil perhitungan bobot korelasi ketiga matrik dapat dilihat pada gambar 4.8 dan dapat digambarkan sebagai berikut:

0.00 1000.00 2000.00 3000.00 4000.00 5000.00 6000.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Bobot

Komponen Grafik komponen Produk

Gambar 5.4 Bobot Komponen Produk

Sumber: Data diolah, 2009

Berdasarkan gambar 5.4 diatas dapat dilihat bahwa prioritas pertama adalah kulit yang kuat sebesar 5049.90, prioritas kedua adalah sol yang kuat sebesar 3599.91, prioritas ketiga adalah jenis benang/ lem sebesar 3366.99, prioritas keempat adalah warna sebesar 2999.97, prioritas kelima adalah tinggi hak sebesar 2250.08, sampai prioritas kesebelas adalah besi/kulit dengan bobot 16.65.

Perhitungan ini diperoleh dari bobot nilai respon teknis pada penentuan respon teknis x nilai korelasi antara fungsi produk, respon teknis dengan alternatif.

Misalnya fungsi produk “kuat” dengan komponen produk “kulit yang kuat, pelapis yang kuat, sol yang kuat, jenis benang/lem”, hubungannya kuat dan nilainya sebesar

(11)

V-11

9 karena komponen yang bersifat kuat adalah kulit,pelapis, sol,benang/lem. Adapun nilai korelasi telah dijelaskan pada tabel 3.5 bab 3.

Pada penelitian ini, menggunakan kulit yang kuat, sol yang kuat, pelapis yang kuat, jenis lem yang digunakan lem latek, tinggi hak 2cm sampai 3cm. Hal ini agar sepatu kulit yang dihasilkan kuat lebih kuat dan nyaman seperti yang dipentingkan oleh guru dan pegawai kantor.

5.2.6 Analisis Penentuan Proses Pemilihan Komponen Produk

Penentuan proses pemilihan komponen produk dilakukan setelah tahap penentuan komponen produk. Seperti yang dijelaskan pada bab 3, dari penentuan proses ini diperoleh bobot dari hubungan antara komponen dengan proses. Bobot ini digunakan untuk menentukan prioritas mana yang perlu didahulukan dalam proses pemilihan komponen produk. Adapun perhitungan bobot nilai tersebut dapat dilihat pada gambar 4.9 dan dapat digambarkan sebagai berikut:

0.00 5000.00 10000.00 15000.00 20000.00 25000.00 30000.00 35000.00 40000.00 45000.00 50000.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Bobot

Proses Grafik Proses

Gambar 5.5 Bobot Proses Pemilihan Komponen Produk

Sumber: Data diolah, 2009

Berdasarkan gambar 5.5 diatas dapat dilihat bahwa prioritas pertama adalah pemilihan kulit yang berserat padat sebesar 45449.10, prioritas kedua adalah pemilihan sol yang kuat sebesar 34649.22, prioritas ketiga adalah pemilihan benang, lem sebesar 29852.55, prioritas keempat adalah pemilihan warna cat dan tinner sebesar 26999.73, prioritas kelima adalah penentuan beberapa ukuran sebesar 16200,

(12)

V-12

sampai prioritas kesepuluh adalah pemilihan jenis gasper yang kuat dengan bobot 150.03.

Perhitungan ini diperoleh dari bobot komponen x nilai komponen produk, dimana bobot dan nilai tersebut diperoleh dari tahap penentuan komponen produk.

Misalnya hubungan antara komponen produk “kulit yang kuat” dengan “pemilihan kulit yang berserat padat” adalah kuat dengan nilai 9 karena kulit yang kuat adalah kulityang berserat padat. Adapun nilai korelasi telah dijelaskan pada tabel 3.5 bab 3.

Proses yang dilakukan untuk menghasilkan sepatu kulit yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan guru dan pegawai kantor adalah pemilihan kulit yang berserat padat, pemilihan sol yang kuat PVC, pemilihan benang nilon 30, lem latex, tinggi hak 2cm sampai 3cm.

5.2.7 Analisis Perencanaan Produksi

Setelah menganalisis prioritas-prioritas proses pemilihan komponen produk selanjutnya akan dilanjutkan dengan analisis penentuan perencanaan produksi.

Perencanaan produksi ini berhubungan dengan operasional seperti perencanaan kapasitas, jadwal produksi, mesin dan lain-lain. Analisis ini tidak dilakukan oleh peneliti karena akan ditangani langsung oleh perusahaan.

5.2 INTERPRETASI HASIL

Jenis-jenis kebutuhan guru dan pegawai kantor yang dipreoleh dari penelitian ini adalah harga terjangkau, jenis bahan tidak kaku dan mudah dibersihkan, variasi model, variasi warna, lem/jahitan kuat, kekuatan bahan, tersedianya ukuran sepatu yang bervariasi, jahitan/lem rapi, ada rongga udara/sirkulasi udara, setiap kemasan diberi spesifikasi model, warna dan ukuran, dan ada diskon pembelian. Kebutuhan tersebut kemudian menjadi acuan dalam pembuatan sepatu kulit untuk guru dan pegawai kantor. Misalnya, untuk manangani jenis kebutuhan “lem/jahitan kuat”

langkah yang dilakukan oleh produsen adalah memperhatikan jenis benang/lem dengan memilih benang/lem yang kuat yaitu benang nilon 30 dan lem latek.

Sehingga diperoleh interpretasi hasil dari pemilihan komponen produk (bahan) dalam pembuatan sepatu kulit untuk guru dan pegawai kantor bahan kulit

(13)

V-13

yang digunakan kulit yang berserat padat. Bahan pelapis sol menggunakan texon, spon, mersi untuk pria dan texon, spon, mersi untuk wanita. Jenis bahan sol PVC, benang nilon 30, jenis lem yang digunakan lem latek dan lem primer 101. Gasper besi, tinggi hak 2cm sampai 3cm, warna hitam/ gelap. Kemasan yang digunakan adalah kemasan yang diberi spesifikasi gambar, model, ukuran dan warna, bahan kemasan yang digunakan karton double wall. Hal ini guna untuk mengakomodasikan tingkat kekuatan dan kenyamanan yang dibutuhkan oleh guru dan pegawai kantor mengingat aktivitas mereka yang padat.

Jadi hasil akhir dari penelitian ini adalah identifikasi kebutuhan guru dan pegawai kantor sampai tahap penentuan proses pemilihan bahan sepatu kulit. Hasil dari penelitian produk, merupakan usulan perbaikan sepatu kulit dan proses pemilihan yang harus dijalankan yang sudah memperhatikan kebutuhan dan keinginan guru dan pegawai kantor, sehingga rancangan produk dapat sesuai dengan kebutuhan, keinginan guru dan pegawai kantor dan memiliki daya saing tinggi.

Gambar

Gambar 5.1 Bobot Respon Teknis
Gambar 5.2 Bobot Fungsi Produk
Gambar 5.3 Bobot Alternatif
Gambar 5.4 Bobot Komponen Produk
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan penelitian Anggraini (2002), semakin tinggi nilai konsentrasi minyak atsiri kemangi yang ditambahkan ke dalam sabun maka nilai viskositas

[r]

Seseorang ejen dapat mencipta dan mentafsirkan tulisan rahsia dengan menyusun dua huruf yang berbeza daripada setiap gegelang. Kesemuanya empat puluh lapan judul daripada

Jika muncul gangguan dari masyarakat maka yang rugi adalah bisnisnya s е ndiri (Prastowo & Huda, 2009)... Jurnal Administrasi Bisnis

Untuk kualitas informasi terhadap kepuasan pengguna pada model 1 terbukti signifikan hal tersebut dilihat dari nilai koefisien jalur 0,332 pada p ≤ 0,05 ( T-Statistik

Kriteria Inklusi Ekslusi Population / Problem Jurnalnasional dan international yang berhubunganden gantopikpenelitiy akniregulasi emosi dan intensitas nyeri haid Selain

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang muncul dalam proses pengelolaan dana desa di Desa Tanjung Medang Kecamatan Kelekar

Program Amal Bakti Santri (ABAS) masuk dalam kegiatan pengembangan di mana kegiatan tersebut memiliki tujuan yaitu pertama mengajarkan santri untuk mandiri, kedua