BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Sejarah Kantor SAMSAT Jakarta Barat
Sesuai dengan surat Kapolda Metro Jaya tanggal 14 November 1995 Nomor. B/0444/XI/1995/Datro perihal Pembangunan Kantor Bersama SAMSAT secara desentralisasi yang disampaikan kepada Gubernur DKI Jakarta, Kapolda/Pangab mengusulkan agar tiap wilayah kota dibangun Kantor Bersama SAMSAT.
Berdasarkan hasil rapat tanggal 10 Februari 1996 di ruangan Kaditlantas Polda Metro Jaya, bahwa pembangunan Kantor SAMSAT Jakarta Barat direncanakan selesai pada tahun Anggaran 1997/1998.
Namun, pembangunan tersebut tidak dapat terealisasi sesuai dengan rencana karena dukungan dana yang tidak memadai.
Sesuai dengan hasil rapat koordinasi antara Tim Pembina SAMSAT Pusat dan Tim Pembina SAMSAT Daerah di Medan pada Tanggal 20 s/d 23 Juli 1999, diusulkan agar dilakukan upaya-upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat dengan dibentuk Kantor Bersama Cabang Pembantu.
Pelaksanaan/pembangunan Kantor SAMSAT Jakarta Barat terus diupayakan dan direncanakan dapat dioperasikan pada bulan Mei tahun 2000, yang peresmiannya akan dilakukan pada bulan Juni Tahun 2000 bertepatan dengan Ulang Tahun Jakarta ke 473.
Untuk memudahkan perpindahan Kantor Bersama SAMSAT Wilayah Kotamadya Jakarta Barat dan Pusat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Koordinasi dengan Unit kerja terkait dalam hal membicarakan kelancaran perpindahan kantor SAMSAT dimaksud.
b. Dilakukan uji coba system.
Rencana untuk memudahkan perpindahan Kantor SAMSAT Kotamadya Jakarta Barat tersebut, perlu adanya suatu kesepakatan yang dituangkan dalam keputusan bersama antara Gubernur Propinsi DKI Jakarta, Kapolda Metro Jaya dan Direktur PT Jasa Raharja yang disiapkan dengan perbal dan dilakukan mulai tanggal 7 Oktober 1999.
Rancangan Keputusan Bersama dimaksud telah diparaf oleh instansi Pemda DKI Jakarta dan PT. Asuransi Kecelakaan (AK) Jasa Raharja, akan tetapi pihak Kepolisian belum memaraf konsep rancangan Keputusan Bersama dimaksud, sehingga rencana pelaksanaan perpindahan Kantor SAMSAT tertunda.
Untuk mempercepat penandatanganan Keputusan Bersama tersebut antara Pemda DKI Jakarta, PT. Asuransi Kecelakaan (AK) Jasa Raharja dan Kepolisian, maka dilakukan upaya sebagai berikut:
a. Dipenda DKI Jakarta telah menyurati Kapolda Metro Jaya pada tanggal 12 April 2000.
b. Gubernur telah menyurati Kapolda Metro Jaya pada tanggal 19 Mei 2000.
c. Adanya peninjauan bersama antara DPRD DKI Jakarta dan unit Pemda pada tanggal 3 Agustus 2000 untuk mendapat dukungan terhadap perpindahan Kantor Bersama dimaksud.
Sehubungan dengan pergantian Kapolda dan Kaditlantas Polda Metro Jaya yang berdampak pada keputusan bersama tidak ditandatangani oleh Kapolda, maka perpindahan Kantor Bersama SAMSAT dapat dilaksanakan dengan peresmian pemakaian gedung SAMSAT dilakukan oleh Gubernur Propinsi DKI Jakarta pada tanggal 27 Oktober 2000 yang dihadari oleh Kapolda yang baru, pejabat PT Jasa Raharja, Pembina Kantor SAMSAT Pusat serta pejabat lainnya.
2. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor SAMSAT Jakarta Barat
Menyadari bahwa tugas-tugas KeSamsatan adalah merupakan tugas pelayanan kepada masyarakat di bidang Pendaftaran Kendaraan Bermotor (PKB), pemungutan PKB dan BBN-KB dan Pemungutan SWDKLLJ yang harus dilakukan bersama secara terpadu dan terkoordinasi, disepakati oleh masing-masing Kepala Unit untuk menyatukan Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Bersama SAMSAT sebagai berikut:
Tugas Pokok : Melaksanakan pelayanan kepada masyarakat secara terpadu dan terkoordinasi, meliputi Tata Laksana Pendaftaran Kendaraan Bermotor (PKB), Tata Laksana Pemungutan PKB dan BBN-KB sesuai dengan peraturan Perpajakan yang berlaku, dan Tata Laksana Pemungutan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ).
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka fungsi SAMSAT diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan program kerja jangka panjang dan jangka pendek mengenai pelayanan dengan Sistem Administrasi Manunggal Dibawah Satu Atap (SAMSAT) secara terpadu dan terkoordinasi antara Unit Dipenda Propinsi DKI Jakarta POLRI dan Jasa Raharja.
b. Menyelenggarakan kegiatan administrasi SAMSAT, berupa:
i) Surat Pendataan dan Pendaftaran Kendaraan Bermotor (SPPKB) yang merupakan satu-satunya sarana yang dipergunakan oleh masyarakat wajib pajak untuk permohonan STNK, pendaftaran kendaraan bermotor, dasar penetapan pajak, dan permohonan penetapan SWKLLJ.
ii) Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) merupakan ketetapan besarnya PKB, BBN-KB, SWDKLLJ, Biaya Administrasi STNK dan TNKB yang apabila telah dibayar/divalidasi berfungsi sebagai tanda bukti pembayaran pajak sekaligus sebagai persyaratan pengesahan dan pengambilan STNK, TNKB, dan Pening.
iii) Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) yang berfungsi sebagai registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dengan hak memakai nomor kendaraan bermotor dengan masa berlakunya selama 5 tahun, terhitung sejak pendaftaran kendaraan bermotor dan setiap tahun diadakan pengesahan kembali.
iv) Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor (STCK) dan Buku Tanda Coba Kendaraan Bermotor (BTCK), yang berfungsi sebagai surat jalan bagi perusahaan perakitan, Dealer Kendaraan Bermotor dari satu tempat ke tempat lain.
v) Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) yang merupakan bukti kepemilikan kendaraan bermotor.
vi) Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) dan Tanda Coba Kendaraan Bermotor (TCKB) yang merupakan bukti registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor.
vii) Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) yang berfungsi sebagai pengganti polis asuransi.
viii) Pening Pajak yang merupakan tanda pelunasan pajak dan SWDKLLJ di samping SKPD dan bukti pengesahan STNK.
ix) Surat Keterangan Pindah Pengganti STNK dan Surat Keterangan Fiskal Antar Daerah bagi pemilik/pemegang kendaraan bermotor yang akan memindahkan kendaraannya ke luar dari DKI Jakarta.
c. Menyelenggarakan Pelayanan berupa Pendaftaran, Penetapan, Pelaksanaan Pungutan yang berkaitan dengan administrasi SAMSAT dan penyerahan hasil pelayanan berupa STNK, BPKB, SPPD, Pening dan Plat Nomor Kendaraan.
d. Pendataan dan pemeriksaan Subyek/Obyek PKB dan BBN-KB.
e. Menyelenggarakan pengelolaan arsip (penatausahaan pelaksanaan kegiatan).
f. Menyediakan informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan urusan pajak di SAMSAT.
g. Penagihan piutang PKB dan BBN-KB dan penatausahaan penagihan piutang.
h. Melakukan koordinasi antar unit kerja dalam rangka pelaksanaan kegiatan SAMSAT.
3. Struktur Organisasi Kantor SAMSAT
Dalam melakukan kegiatannya, Kantor Bersama SAMSAT didukung oleh beberapa instansi terkait yang kedudukannya di bawah koordinasi Departemen Pertahanan dan Keamanan, Departemen Dalam Negeri dan Departemen Keuangan. Unsur pelaksana dari instansi terkait tersebut pada Kantor Bersama SAMSAT terdiri dari Kepolisian RI yang dalam hal ini diwakili oleh Polda Metro Jaya, Pemda Propinsi DKI Jakarta yang dalam hal ini Dipenda bersama aparat terkaitnya dan PT. (Persero) Asuransi Jasa Raharja.
Adapun masing-masing tugas dari aparat instansi terkait yang berada pada Kantor Bersama SAMSAT, meliputi:
a. Kepolisian, yang dalam hal ini Polisi Lalu Lintas Polda Metro VII Jaya;
bertugas dan berfungsi mengurusi masalah Heregistrasi Kendaraan Bermotor beserta kepemilikan kendaraan bermotor.
b. PT. Asuransi Kecelakaan (AK) Jasa Raharja; yang mengurusi Polis
c. PEMDA DKI Jakarta, yang dalam hal ini Dipenda; bertugas dan yang mengurusi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB).
d. Kantor Kas Daerah yang berhubungan dengan penerimaan uang dari Wajib Pajak, Polis Asuransi dan Biaya Administrasi Kendaraan Bermotor.
Struktur organisasi Dipenda DKI Jakarta ditetapkan berdasarkan peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 1995, dimana unit pelayanan PKB dan BBN-KB dibagi dalam lima Wilayah Pelayanan dan masing- masing dimpimpin oleh seorang Kepala Unit yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Unit Pelayanan PKB dan BBN-KB terdiri dari Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pendataan dan Pemeriksaan, Seksi Penetapan Pendaftaran Kendaraan Baru, Seksi Penetapan Pendaftaran Tukar Nama dan Mutasi, Seksi Penetapan Pendaftaran Ulang dan Seksi Penagihan, dimana masing- masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Unit Pelayanan PKB dan BBN-KB.
Dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas dan pelayanan kepada masyarakat dalam Kantor Bersama SAMSAT, dibuat struktur organisasi terpadu yang susunan bagan organisasinya dapat dilihat dalam Gambar 4.1 di bawah ini.
Sumber: DPD Propinsi DKI Jakarta, 2002
GAMBAR 4.1 - STRUKTUR ORGANISASI SAMSAT
4. Sistem dan Mekanisme Pelayanan Kantor SAMSAT
Sistem dan mekanisme pelayanan yang dilakukan pada Kantor SAMSAT DKI Jakarta didasarkan kepada Pedoman Pelaksanaan SAMSAT, yang dituangkan dalam Petunjuk Pelaksana Bersama Kepala Kepolisian RI, Direksi PT. (Persero) Asuransi Kecelakaan Jasa Raharja dan Direktorat Jenderal Pemerintah Umum dan Otonomi Daerah Nomor POLJAKLAR/09/VI/1994 dan Nomor 973/1818/PUPD tanggal 1 Juni 1994.
Mekanisme pendaftaran kendaraan bermotor di Kantor SAMSAT dapat diklasifikasikan ke dalam tiga golongan pelayanan yang mencakup Pendaftaran Kendaraan Bermotor, Pengesahan Setiap Tahun dan Pendaftaran STCK.
Dari masing-masing golongan pelayanan tersebut dan dalam rangka meningkatkan pelayanan, pengawasan serta pengendalian pelaksanaan SAMSAT, dibentuk Kelompok Kerja (Pokja) yang pembagian tugas dan wewenangnya dibagi menjadi:
a. Pendaftaran Kendaraan Bermotor
POKJA I : Penyediaan Formulir dan memberikan Penerangan.
POKJA II : Melaksanakan Cek Fisik setelah menerima nota dari loket satu.
POKJA III : Kelompok Kerja pendaftaran, penelitian, dan penetapan.
POKJA IV : Kelompok Kerja pembayaran, PKB/BBN-KB dan SWDKLLJ.
POKJA V : Kelompok Kerja penyerahan STNK, TNKB, Pening PKB dan Kartu Dana.
POKJA VI : Arsip.
b. Pengesahan Setiap Tahun
POKJA I : Kelompok Kerja penyediaan/penyerahan formulir pernyataan dan penerangan.
POKJA II : Kelompok Kerja Cek Fisik ranmor di lapangan; tidak diperlukan mengingat pemilik dan fisik kendaraan tidak mengalami perubahan.
POKJA III : Kelompok Kerja pendaftaran, penelitian, dan penetapan.
POKJA IV : Kelompok Kerja penerimaan pembayaran PKB, SWDKLLJ dan penyerahan Nota Pajak, Tanda Pelunasan dan Pengesahan.
POKJA V : Kelompok Kerja pengesahan dan penyerahan STNK dan Pening PKB.
POKJA VI : Kelompok Kerja arsip.
c. Pendaftaran STCK dan BTCK
POKJA I : Kelompok Kerja penyediaan formulir, penerangan, penerimaan biaya administrasi STCK, TCK, Buku TCK dan SWDKLLJ serta PKB.
POKJA III : Pendaftaran, Penelitian, Registrasi dan Penyerahan.
POKJA VI : Arsip.
Sistem pelayanan merupakan kunci keberhasilan dalam mencapai pelayanan prima dimana sebelumnya kurang mendapat perhatian. Pada tahun 1997, dilakukan penyempurnaan terhadap sistem pelayanan dengan menggunakan sistem komputer yang dilengkapi batas waktu (Time Frame schedule) paling lama satu setengah jam. Sistem dan mekanisme yang
direncanakan dan diputuskan oleh Kepala Unit SAMSAT pada waktu itu telah mendapat respon dari masyarakat dan bahkan sampai mendapat Piala Abdi Satya Bakti dari Presiden Republik Indonesia.
Untuk mengetahui sekilas tata kerja pelayanan SAMSAT, dapat diuraikan sebagai berikut:
Setiap Wajib Pajak yang akan melakukan pendaftaran dan pembayaran pajak kendaraan bermotor diwajibkan menuju ke Pokja I yang melayani pemberian formulir pendaftaran dan memberikan penjelasan pada Wajib Pajak. Di dalam Pokja I ini terdapat tiga unsur karyawan yaitu Dipenda, Polisi dan Jasa Raharja. Apabila persyaratan pendaftaran tersebut masih terdapat kekurangan yang menyangkut fisik kendaraan, Wajib Pajak diwajibkan untuk menuju ke loket Pokja II untuk mengecek kebenaran fisik kendaraan tersebut. Bagi Wajib Pajak yang telah memiliki kelengkapan data, dapat langsung didaftarkan pada loket Pokja III yang kemudian diproses sampai dengan keluarnya notice atau ketetapan jumlah pajak yang harus dibayar.
Ketetapan tersebut dibawa oleh Wajib Pajak ke Pokja IV untuk dilakukan pembayaran yang langsung diterima oleh petugas Kas Daerah dan
selanjutnya Wajib Pajak dapat mengambil bukti pengesahan dan pembayaran pajak disertai Pening yang telah diterbitkan di loket Pokja V.
Dan berkas yang telah sesuai diproses, diarsipkan oleh petugas Pokja VI.
B. Statistik Deskriptif
1. Karakteristik Responden
Analisis karakteristik responden dalam penelitian ini, digunakan untuk melihat gambaran secara umum karakteristik data responden yang telah dikumpulkan melalui kuesioner. Gambaran tersebut dikategorikan berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin TABEL 4.1
RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Pria 43 72%
Wanita 17 28%
Total 60 100%
Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti, 2015
Tabel 4.1 di atas, menyatakan bahwa persentase responden pria sebesar 72% dan wanita sebesar 28%. Hal ini menunjukkan bahwa responden pria lebih besar daripada responden wanita.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia TABEL 4.2
RESPONDEN BERDASARKAN USIA
Usia Jumlah Persentase
< 25 tahun 17 28%
25 - 40 tahun 24 40%
> 40 tahun 19 32%
Total 60 100%
Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti, 2015
Tabel 4.2 di atas, menyatakan bahwa persentase responden dengan usia kurang dari 25 tahun sebesar 28%, usia dari 25 tahun hingga 40 tahun sebesar 40%, dan usia lebih dari 40 tahun sebesar 32%. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok usia terbanyak adalah usia dari 25 tahun hingga 40 tahun.
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan TABEL 4.3
RESPONDEN BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase
SMA 18 30%
D3 13 22%
S1 25 42%
S2 3 5%
Lain-lain 1 1%
Total 60 100%
Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti, 2015
Tabel 4.3 di atas, menyatakan bahwa persentase responden dengan tingkat pendidikan SMA sebesar 30%, D3 sebesar 22%, S1 sebesar 42%, S2 sebesar 5%, dan lain-lain sebesar 1%. Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah S1.
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan TABEL 4.4
RESPONDEN BERDASARKAN JENIS PEKERJAAN Pekerjaan Jumlah Persentase
Pelajar/Mahasiswa 5 8%
Pegawai Negeri 16 27%
Pegawai Swasta 18 30%
Wiraswasta 12 20%
Lain-lain 9 15%
Total 60 100%
Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti, 2015
Tabel 4.4 di atas, menyatakan bahwa persentase responden dengan pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa sebesar 8%, pegawai negeri sebesar 27%, pegawai swasta sebesar 30%, wiraswasta sebesar 20%, dan lain- lain sebesar 9%. Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan jenis pekerjaan terbanyak adalah pegawai swasta.
2. Karakteristik Distribusi Data/Analisis Deskriptif (min, max, mean, standar deviasi)
Analisis deskriptif dalam penelitian ini, digunakan untuk melihat gambaran data dari masing-masing variabel, baik variabel independen maupun variabel dependen. Gambaran tersebut dapat dilihat dari hasil yang telah diolah pada Tabel 4.5 sebagai berikut:
TABEL 4.5
UJI STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Akuntabilitas 60 10 24 18,98 3,176
Transparansi 60 11 24 18,05 3,500
Kinerja_Pelayanan_Publik 60 11 24 18,45 3,072
Valid N (listwise) 60
Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti, 2015
Dari Tabel 4.5 di atas, menunjukkan bahwa jumlah data yang dianalisa (N) adalah sebanyak 60 data.
a. Akuntabilitas (X1)
Variabel akuntabilitas (X1) berpengaruh terhadap variabel kinerja pelayanan publik (Y), karena nilai meannya 18.98 yang berarti bahwa kinerja pelayanan publik sudah baik. Dapat dilihat dalam hasil kuesioner responden mengenai akuntabilitas yang rata-rata bernilai 3 dalam range 1 sampai dengan 4. Yang menggambarkan bahwa wajib pajak mendapat perlakuan yang adil/sama ketika menerima pelayanan publik, mendapat kepastian dalam biaya pelayanan, waktu pelayanan, serta ketepatan
waktu pelayanan sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku (SOP), serta tersedianya kotak saran untuk penanganan feedback dan wajib pajak merasa puas dengan pelayanan publik yang diberikan.
b. Transparansi (X2)
Variabel transparansi (X2) berpengaruh terhadap variabel kinerja pelayanan publik (Y), karena nilai meannya 18.05 yang berarti bahwa kinerja pelayanan publik sudah baik. Dapat dilihat dalam hasil kuesioner responden mengenai transparansi yang rata-rata bernilai 3 dalam range 1 sampai dengan 4. Yang menggambarkan bahwa wajib pajak sudah mendapat keterbukaan informasi mengenai prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, dan biaya pelayanan, serta wajib pajak cukup mudah dalam mengikuti alur pelayanan yang tidak berbelit-belit, dalam memperoleh pelayanan, dan dalam mengakses lokasi pelayanan.
c. Kinerja Pelayanan Publik (Y)
Variabel kinerja pelayanan publik (Y) memiliki nilai mean sebesar 18.45 yang berarti bahwa kinerja pelayanan publik sudah baik. Dapat dilihat dalam hasil kuesioner responden mengenai kinerja pelayanan publik yang rata-rata bernilai 3 dalam range 1 sampai dengan 4. Yang menggambarkan bahwa warga/masyarakat merasa petugas telah memberikan pelayanan yang menyeluruh dan tuntas, mampu
tersedianya sarana dan fasilitas pelayanan yang memadai yang membuat wajib pajak merasa nyaman.
C. Uji Kualitas Instrumen Penelitian dan Asumsi Klasik 1. Uji Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data berupa kuesioner. Suatu instrumen penelitian dikatakan baik dan layak jika telah dinyatakan valid dan reliabel. Langkah awal pengujian data adalah dengan menguji tingkat validitas dan reliabilitas.
a. Uji Validitas
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan Program SPSS versi 21.0, sehingga dapat diketahui butir-butir peryataan yang dinyatakan valid maupun tidak valid. Dari hasil uji validitas tersebut kemudian dibandingkan dengan syarat nilai korelasinya lebih besar daripada 0.361 (rtabel) untuk taraf signifikansi 5%. Sehingga dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
rhitung > 0.361 (rtabel), maka butir pernyataan dinyatakan valid.
rhitung < 0.361 (rtabel), maka butir pernyataan dinyatakan tidak valid.
Tabel 4.6 menunjukkan hasil pengujian validitas variabel Akuntabilitas, Transparansi dan Kinerja Pelayanan Publik yang diolah menggunakan Program SPSS versi 21.0 dari nilai setiap butir pernyataan.
TABEL 4.6
UJI VALIDITAS VARIABEL AKUNTABILITAS, TRANSPARANSI DAN KINERJA PELAYANAN PUBLIK
No. Pernyataan r Hitung r Tabel Keterangan
1. 0.715 0.361 Valid
2. 0.785 0.361 Valid
3. 0.807 0.361 Valid
4. 0.501 0.361 Valid
5. 0.689 0.361 Valid
6. 0.697 0.361 Valid
7. 0.762 0.361 Valid
8. 0.673 0.361 Valid
9. 0.757 0.361 Valid
10. 0.681 0.361 Valid
11. 0.706 0.361 Valid
12. 0.804 0.361 Valid
13. 0.615 0.361 Valid
14. 0.689 0.361 Valid
15. 0.555 0.361 Valid
16. 0.721 0.361 Valid
17. 0.650 0.361 Valid
18. 0.760 0.361 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti, 2015
Dari Tabel 4.6 di atas, terlihat bahwa seluruh butir pernyataan pada variabel Akuntabilitas (X1), Transparansi (X2), dan Kinerja Pelayanan Publik (Y) dikatakan valid karena rhitung > 0.361 (rtabel).
b. Uji Reliabilitas
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan Program SPSS versi 21.0. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Uji Statistik Cronbach Alpha (α). Suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0.6.
Tabel 4.7 menunjukkan hasil pengujian reliabilitas variabel Akuntabilitas, Transparansi, dan Kinerja Pelayanan Publik yang diolah menggunakan Program SPSS versi 21.0 dari nilai setiap butir pernyataan yang telah reliabel.
TABEL 4.7 UJI RELIABILITAS
No. Variabel Cronbach Alpha Syarat N of Items
1. Akuntabilitas (X1) 0.782 0.6 6
2. Transparansi (X2) 0.818 0.6 6
3. Kinerja Pelayanan Publik (Y) 0.730 0.6 6 Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti, 2015
Dari Tabel 4.7 di atas, terlihat bahwa variabel Akuntabilitas (X1), Transparansi (X2), dan Kinerja Pelayanan Publik (Y) dikatakan reliabel karena nilai Cronbach Alpha > 0.6.
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Pengujian ini menggunakan bantuan Program SPSS versi 21.0.
Peneliti menguji normalitas dengan menggunakan Uji Statistik Non-
parametrik Kolmogorov Smirnov (K-S). Data dikatakan berdistribusi normal jika tingkat signifikansi > 5%.
TABEL 4.8 UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean ,0000
Std. Deviation 2,79487
Most Extreme Differences
Absolute ,077
Positive ,077
Negative -,062
Kolmogorov-Smirnov Z ,593
Asymp. Sig. (2-tailed) ,873
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti, 2015
Dari Tabel 4.8 di atas, terlihat bahwa Asymp. Sig sebesar 0.873 >
5% (0.05). Sehingga disimpulkan bahwa residual telah memenuhi asumsi distribusi normal, atau dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
TABEL 4.9 UJI LINEARITAS
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 ,415a ,172 ,143 2,843
Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa nilai R2 sebesar 0.172.
Dengan jumlah n penelitian sebesar 60, maka didapatlah besarnya nilai Chi Square hitung sebesar 10.32 dari (60 x 0.172). Lalu membandingkan dengan besarnya nilai Chi Square tabel yaitu sebesar 79.08 dengan melihat df = 60 dan tingkat signifikansi 0.05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa model yang benar adalah model linear, dikarenakan nilai Chi Square hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai Chi Square tabel.
Artinya hubungan atau korelasi tersebut dapat dinyatakan dengan sebuah garis lurus. Apabila mempunyai hubungan atau korelasi yang linier positif sehingga jika variabel satu meningkat, variabel yang lain akan meningkat, demikian juga sebaliknya. Akan tetapi apabila korelasi atau hubungan itu linier negatif jika variabel satu naik maka variabel yang lain akan turun dan demikian juga sebaliknya.
c. Uji Multikolonieritas
Pengujian ini menggunakan bantuan Program SPSS versi 21.0.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah dengan cara melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai Tolerance > 0.10 dan VIF < 10, maka dapat
disimpulkan tidak mengandung multikolinieritas.
Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji multikolinieritas untuk semua variabel bebas yang diolah menggunakan Program SPSS versi 21.0.
TABEL 4.10
UJI MULTIKOLONIERITAS
No. Variabel Tolerance Syarat VIF Syarat Keterangan 1. Akuntabilitas 0.940 > 0.10 1.064 < 10 Tidak terjadi
multikolonieritas 2. Transparansi 0.940 > 0.10 4.064 < 10 Tidak terjadi
multikolonieritas Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti, 2015
Dari Tabel 4.10 di atas, terlihat bahwa nilai Tolerance variabel independen lebih besar daripada 0.10 dan nilai VIF variabel independen juga menunjukkan hal yang sama yaitu lebih kecil dari 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung multikolonieritas, atau tidak terjadi multikolonieritas.
d. Uji Heteroskedastisitas
Dari Gambar 4.2 di bawah, terlihat grafik scatterplots yang memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi Kinerja Pelayanan Publik berdasarkan masukan variabel independen Akuntabilitas, dan Transparansi.
Dan diperkuat oleh hasil Uji Glejser di Tabel 4.11, bahwa terlihat probabilitas signifikansinya di atas 5%. Jadi, dapat disimpulkan model
GAMBAR 4.2 SCATTERPLOTS
Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti, 2015
TABEL 4.11 UJI GLEJSER
No. Variabel Sig Syarat Ket.
1. Akuntabilitas (X1) 0.449 0.05 Tidak mengandung heteroskedastisitas 2. Transparansi (X2) 0.056 0.05 Tidak mengandung heteroskedastisitas Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti, 2015
D. Uji Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)
Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) bertujuan untuk mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji koefisien determinasi (Uji R2):
TABEL 4.12
HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI (UJI R2)
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 ,415a ,172 ,143 2,843
a. Predictors: (Constant), Transparansi, Akuntabilitas
Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti, 2015
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas, menunjukkan bahwa nilai rhitung (0.415) yang lebih besar dari pada nilai rtabel (0.2144) dengan tingkat signifikansi 5% dan df=58. Hal ini menunjukan adanya hubungan yang positif antara Akuntabilitas, Transparansi dan Kinerja Pelayanan Publik.
Dari Tabel 4.12 di atas, juga dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.415 yang artinya pengaruh hubungan cukup kuat dan searah. Jika variabel independen Akuntabilitas dan Transparansi naik maka variabel dependen Kinerja Pelayanan Publik juga ikut naik (positif). Nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0.172 yang berarti bahwa 17.2%
variabel dependen Kinerja Pelayanan Publik dipengaruhi oleh variabel
independen yaitu Akuntabilitas dan Transparansi. Sedangkan sisanya 82.8%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.
Variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini yaitu diantaranya 8 prinsip good governance lainnya, yaitu: partisipasi, penegakan/kerangka hukum, kesetaraan, daya tanggap, wawasan ke masa depan, pengawasan publik, efisiensi dan efektifitas, dan profesionalisme.
2. Uji Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk menganalisis apakah semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dengan demikian, Uji F diperlukan untuk menjawab hipotesis sebagai berikut:
Ho : Akuntabilitas dan transparansi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pelayanan publik di Kantor SAMSAT Jakarta Barat.
Ha : Akuntabilitas dan transparansi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pelayanan publik di Kantor SAMSAT Jakarta Barat.
TABEL 4.13 UJI SIMULTAN (UJI F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 95,984 2 47,992 5,936 ,005b
Residual 460,866 57 8,085
Total 556,850 59
a. Dependent Variable: Kinerja_Pelayanan_Publik b. Predictors: (Constant), Transparansi, Akuntabilitas
Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti, 2015
Berdasarkan Tabel 4.13 di atas, didapat nilai F Hitung sebesar 5.936 dengan probabilitas 0.005. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05, maka keputusan yang diambil adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain, bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen Kinerja Pelayanan Publik (Y) atau dapat dikatakan bahwa variabel independen Akuntabilitas (X1) dan Transparansi (X2) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen Kinerja Pelayanan Publik (Y) di Kantor SAMSAT Jakarta Barat.
3. Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen dengan melihat tingkat Signifikansi. Jika Signifikansi Uji t < 5%, maka Ho ditolak, Ha diterima.
TABEL 4.14 UJI PARSIAL (UJI t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 9,819 2,649 3,707 ,000
Akuntabilitas ,182 ,120 ,188 1,513 ,136
Transparansi ,287 ,109 ,327 2,629 ,011
a. Dependent Variable: Kinerja_Pelayanan_Publik
Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti, 2015
a. Variabel Akuntabilitas (X1)
Ho1 : Akuntabilitas berpengaruh secara tidak signifikan terhadap kinerja pelayanan publik di Kantor SAMSAT Jakarta Barat.
Ha1 : Akuntabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pelayanan publik di Kantor SAMSAT Jakarta Barat.
Berdasarkan Tabel 4.14 di atas, didapat tingkat signifikansi sebesar 0.136. Oleh karena tingkat signifikansi jauh lebih besar dari 5% (0.05), maka keputusan yang diambil adalah Ho1 diterima dan Ha1 ditolak.
Dengan kata lain, bahwa variabel independen Akuntabilitas (X1) secara individu berpengaruh secara tidak signifikan terhadap variabel dependen Kinerja Pelayanan Publik (Y).
b. Variabel Transparansi (X2)
Ho2 : Transparansi berpengaruh secara tidak signifikan terhadap kinerja pelayanan publik di Kantor SAMSAT Jakarta Barat.
Ha2 : Transparansi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pelayanan publik di Kantor SAMSAT Jakarta Barat.
Berdasarkan Tabel 4.14 di atas, didapat tingkat signifikansi sebesar 0.011. Oleh karena tingkat signifikansi jauh lebih kecil dari 5% (0.05), maka keputusan yang diambil adalah Ho2 ditolak dan Ha2 diterima.
Dengan kata lain, bahwa variabel independen Transparansi (X2) secara
individu berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen Kinerja Pelayanan Publik (Y).
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan Tabel 4.14, maka dapat diketahui persamaan regresi untuk pengaruh akuntabilitas, dan transparansi terhadap kinerja pelayanan publik, sebagai berikut:
Y = 9.819 + 0.182 X1 + 0.287 X2
Dimana:
Y = Kinerja Pelayanan Publik X1 = Akuntabilitas
X2 = Transparansi
Dari hasil persamaan regresi di atas, dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen, yaitu Akuntabilitas (X1) dan Transparansi (X2) memiliki koefisien regresi yang positif dan akan meningkatkan kinerja pelayanan publik.
Variabel Akuntabilitas (X1) memiliki nilai beta sebesar 0.182. Hal ini menunjukkan bahwa akuntabilitas dari pelayanan publik yang dilakukan oleh petugas ketika memberikan pelayanan publik kepada Wajib Pajak (WP) akan meningkatkan kinerja pelayanan publik. Jadi, dorongan untuk
aparat/petugas berpengaruh terhadap kinerja pelayanan publik yang dihasilkan. Jadi, semakin tinggi akuntabilitas pelayanan publik, maka akan semakin baik kinerja pelayanan publik yang dihasilkan.
Selain Akuntabilitas, variabel Transparansi (X2) memiliki nilai beta sebesar 0.287. Hal ini menunjukkan bahwa transparansi dari pelayanan publik yang dilakukan oleh petugas ketika memberikan pelayanan publik kepada Wajib Pajak (WP) dapat mempengaruhi kinerja pelayanan publik secara baik. Jadi, semakin tinggi transparansi pelayanan publik, maka akan semakin baik kinerja pelayanan publik yang dihasilkan.
E. Pembahasan
1. Pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja pelayanan publik di Kantor SAMSAT Jakarta Barat
Hasil analisis koefisien determinasi mengungkapkan bahwa nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.415 yang artinya pengaruh hubungan cukup kuat dan searah (positif). Nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0.172 yang berarti bahwa 17.2% variabel dependen Kinerja Pelayanan Publik dipengaruhi oleh variabel independen yaitu Akuntabilitas dan Transparansi. Sedangkan sisanya 82.8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.
Selain itu, didapat nilai F Hitung sebesar 5.936 dengan probabilitas 0.005. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05, maka keputusan yang diambil adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain, bahwa
variabel independen Akuntabilitas (X1) dan Transparansi (X2) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen Kinerja Pelayanan Publik (Y).
Juga didapat nilai thitung sebesar 1.513 dengan tingkat signifikansi 0.136. Oleh karena tingkat signifikansi jauh lebih besar dari 5% (0.05), maka keputusan yang diambil adalah, bahwa variabel independen Akuntabilitas (X1) secara individu berpengaruh secara tidak signifikan terhadap variabel dependen Kinerja Pelayanan Publik (Y).
Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin baik akuntabilitas dalam pelayanan publik yang diberikan, maka akan meningkatkan kinerja pelayanan publik tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika semakin buruk akuntabilitas dalam pelayanan publik yang diberikan, maka akan menurunkan kinerja pelayanan publik tersebut, walaupun tidak secara signifikan.
Berdasarkan analisa deskriptif, diketahui sebagian besar responden sudah menjawab bahwa akuntabilitas sudah dijalankan dengan cukup baik dalam rangka pelayanan publik. Namun masih ada beberapa responden yang menjawab kurang. Dari rata-rata jawaban kuesioner akuntabilitas, didapatkan total skor terkecil adalah pada pernyataan Nomor 3 “Ketepatan waktu dalam memberikan pelayanan”. Sebagian kecil responden menjawab tidak setuju, sehingga dapat disimpulkan bahwa waktu pelayanan publik tidak selalu tepat, dalam hal ini pelayanan yang cepat. Namun secara
keseluruhan pelayanan publik saat ini sudah menggunakan dasar akuntabilitas dalam pelaksanaannya.
Dalam hal ini, peneliti belum menemukan penelitian terdahulu yang membahas pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja pelayanan publik, tetapi hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Imanuddin dan Zainal Hidayat (2011) yang menyatakan bahwa keadilan petugas pelayanan, dan kepastian jadwal pelayanan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pelayanan publik.
2. Pengaruh transparansi terhadap kinerja pelayanan publik di Kantor SAMSAT Jakarta Barat
Hasil analisis koefisien determinasi mengungkapkan bahwa nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.415 yang artinya pengaruh hubungan cukup kuat dan searah (positif). Nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0.172 yang berarti bahwa 17.2% variabel dependen Kinerja Pelayanan Publik dipengaruhi oleh variabel independen yaitu Akuntabilitas dan Transparansi. Sedangkan sisanya 82.8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.
Selain itu, didapat nilai F Hitung sebesar 5.936 dengan probabilitas 0.005. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05, maka keputusan yang diambil adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain, bahwa variabel independen Akuntabilitas (X1) dan Transparansi (X2) secara
bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen Kinerja Pelayanan Publik (Y).
Juga didapat nilai t hitung sebesar 2.629 dengan tingkat signifikansi 0.011. Oleh karena tingkat signifikansi jauh lebih kecil dari 5% (0.05), maka keputusan yang diambil adalah, bahwa variabel independen Transparansi (X2) secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen Kinerja Pelayanan Publik (Y).
Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin baik transparansi dalam pelayanan publik yang diberikan, maka akan meningkatkan kinerja pelayanan publik tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika semakin buruk transparansi dalam pelayanan publik yang diberikan, maka akan menurunkan kinerja pelayanan publik tersebut.
Berdasarkan analisa deskriptif, diketahui sebagian besar responden sudah menjawab bahwa transparansi sudah dijalankan dengan cukup baik dalam rangka pelayanan publik. Namun masih ada beberapa responden yang menjawab kurang. Dari rata-rata jawaban kuesioner akuntabilitas, didapatkan total skor terkecil adalah pada pernyataan Nomor 9
"Keterbukaan informasi mengenai biaya pelayanan" dan nomor 10 “Alur pelayanan yang mudah dan tidak terbelit-belit”. Sebagian kecil responden menjawab tidak setuju, sehingga dapat disimpulkan bahwa informasi mengenai biaya pelayanan tidak selalu terbuka dan Alur pelayanan yang masih terbelit-belit. Namun secara keseluruhan pelayanan publik saat ini
Dalam hal ini, peneliti belum menemukan penelitian terdahulu yang membahas pengaruh transparansi terhadap kinerja pelayanan publik, tetapi hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Setyaningsih (2008) yang menyatakan bahwa prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, dan kewajaran biaya pelayanan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pelayanan publik.