• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BK DALAM MENGELOLA PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMP/MTs SE KABUPATEN BONE BOLANGO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BK DALAM MENGELOLA PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMP/MTs SE KABUPATEN BONE BOLANGO."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

(2)

2

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BK DALAM MENGELOLA PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMP/MTs SE

KABUPATEN BONE BOLANGO Lisnawati Usup

Dr. Wenny Hulukati, M.Pd Dr. Rustam Husain, S.Ag M.Pd

Abstrak

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui kompetensi profesional guru BK dalam mengelola pelayanan bimbingan dan konseling yang ada pada sekolah Se Kabupaten Bone Bolango.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui bagaimana kompetensi guru BK dalam mengelola pelayanan bimbingan dan konseling pada SMP/MTs Se Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan Pengisian angket, observasi dan dokumentasi sebagai pendukung dalam melangkapi data yang ada dilapangan. Sikap dari laporan penelitian ini adalah deskriftif analitis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kompetensi profesional guru BK dalam mengelola pelayanan bimbingan dan konseling pada SMP/MTs Se Kabupaten Bone Bolango berada pada kategori baik dengan persentase 79,62%.

Perolehan persentase ini merupakan akumulasi dari 7 indikator penelitian yang digunakan untuk mengukur kompetensi profesional guru BK dalam mengelola pelayanan bimbingan dan konseling.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru BK dalam mengelola pelayanan bimbingan, terlihat pada rekapitulasi skor pendapat para responden mencapai 79.62%. yang berarti bahwa guru BK telah melakukan pelayanan bimbingan dan konseling sudah baik sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

(3)

3 Kata Kunci: Kompetensi Guru BK

(4)

4

Spencer and Spencer (dalam Uno 2004:117) “memandang bahwa kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif atau superior dalam suatu pekerjaan atau situasi”. R.M Guino (dalam Uno 2011:62,63) “mendefinisikan kemampuan atau kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindiksikan cara-cara berperilaku dan berfikir, dalam segala sesuatu dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama”. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kemampuan adalah kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari fikiran, sikap, dan perilakunya.

Usman (dalam Kusnandar 2005:51) kompetensi adalah “suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif”. Pengertian ini mengandung bahwa kompetensi itu dapat digunakan dalam dua konteks, yakni: Pertama, sebagai indikator kemampuan yang menunjukkan kepada perbuatan yang diamati. Kedua, sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan perbuatan serta tahap- tahap pelaksanaanya secara utuh (Joni, 1980).

Kompetensi profesional konselor dibangun melalui pengalaman praktek menerapkan kompetensi akademik yang terefleksikan dari kualifikasi akademik.

Dengan demikian, standar kualifikasi akademik konselor adalah tamatan program pendidikan Sarjana (S-1) Bimbingan dan konseling dimana kualifikasi akademik dan Pendidikan Profesi Konselor (PPK) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pendidikan profesional konselor.

Kompetensi yang terkait dalam penelitian ini yaitu Pada kompetensi profesional Guru BK dalam mengelola pelayanan bimbingan dan konseling, dimana pada temuan di lapangan ada guru BK yang masih kurang profesional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru BK, sehingganya peneliti lebih memilih kompetensi profesional untuk di jadikan penelitian namun dalam penelitian ini hanya membatasi permasalahannya pada pengelolaan layanan bimbingan dan konseling alasanya karena pada sekolah SMP/MTs yang ada di Kabupaten Bone Bolango masih terdapat guru BK yang kurang profesional dalam melaksanakan tugasnya. Contohnya program bimbingan dan konseling yang ada

(5)

5

tidak dilaksanakan, tugas guru bimbingan dan konseling masih ditangani oleh guru kelas Sehingganya dalam pengelolaan layanan bimbingan dan konseling masih kurang optimal, maka sebagai guru BK harus benar-benar memiliki kompetensi profesional.

Demikian halnya di sekolah SMP/MTs yang ada di Kabupaten Bone Bolango sebagaimana hasil observasi awal pada guru BK yang ada di sekolah masih ada yang belum melaksanakan layanan BK secara optimal. Terkait dengan masalah yang ada bahwa pelaksanaan layanan BK pada sekolah SMP/MTs di Kabupaten Bone Bolango mengalami kendala. Kendala tersebut yang berkaitan dengan Guru BK. Ini menandakan bahwa seorang Guru BK harus benar-benar memaknai kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai dasar untuk melakukan sesuatu, sangat tidak wajar jika guru BK yang memiliki kompetensi namun tidak bisa melakukan pelayanan secara efektif.

Dengan memberikan layanan bimbingan kepada siswa sudah merupakan tugas seorang Guru BK, dalam menafsirkan tanggung jawab sebagai Guru BK yang dimana pada hakekatnya seorang Guru BK yang profesional harus mampu untuk memberikan kesejahteraan terhadap konseli dengan mengembangkan kepribadian yang dapat diterimah oleh konseli

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan Judul “Kompetensi Profesional Guru BK Dalam Mengelola Pelayanan Bimbingan Dan Konseling pada SMP/MTs Se Kabupaten Bone Bolango”.

KAJIAN TEORI

Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke and Stone (dalam Mulyasa 1995:25) mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai descriptive of qualitative nature of techer behavior appears to be entirely meaningful. Kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti. Sementara Charles (dalam mulyasa 1995:25) mengemukakan bahwa: competency as rational performance which satisfactorily meets the objective for a desired condition (kompetensi merupakan perilaku yang

(6)

6

rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan).

Spencer and Spencer (dalam Uno 2004:117) “memandang bahwa kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif atau superior dalam suatu pekerjaan atau situasi”. R.M Guino (dalam Uno 2011:62,63) “mendefinisikan kemampuan atau kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindiksikan cara-cara berperilaku dan berfikir, dalam segala sesuatu dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama”. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kemampuan adalah kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari fikiran, sikap, dan perilakunya.

Kompetensi menurut Usman (2005), adalah “suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif”.

Pengertian kompetensi (dalam Sagala, Syaiful 2009: 23) yaitu merupakan

“peleburan (daya pikir), sikap (daya kalbu). Dan keterampilan (daya fisik) yang di wujudkan dalam bentuk perbuatan”. Dapat juga dikatakan bahwa kompetensi merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang untuk berunjuk kerja dalam menjalankan tugas atau pekerjaan guna mencapai kualitas dalam pekerjaan nyata”. Selain itu kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. (McAshan dalam E.

Mulyasa,2003)

Usman (dalam Kusnandar 2005:51) kompetensi adalah “suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif”. Pengertian ini mengandung bahwa kompetensi itu dapat digunakan dalam dua konteks, yakni: Pertama, sebagai indikator kemampuan yang menunjukkan kepada perbuatan yang diamati. Kedua, sebagai

(7)

7

konsep yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan perbuatan serta tahap- tahap pelaksanaanya secara utuh (Joni, 1980).

Dari beberapa pendapat para ahli sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasi oleh guru untuk dapat melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.

Dari berbagai devinisi kompetensi, terdapat persamaan makna yaitu the ability to do or perform something well dan the ability to function effectively in a job of life roles (Schalock, 1981: Harris, 1995 dalam Ansar, 2005). Brodjonegoro (2005) misalnya mengutip SK Mendiknas 045/U/2002, mengartikan kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki sesorang sebagai syarat untuk di anggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas di bidang tertentu. Nurhadi, Yasin, B. dan Senduk, A.G.

(2004) memaknai kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar yang tercermin dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Dalam kaitan itu, siswa yang kompeten adalah siswa yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar untuk melakukan sesuatu. MacAsham menyimpulkan bahwa kompetensi terbentuk dari konstitusi pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai (sikap) yang menjadikan seorang sukses dalam hidupnya (Hasan, 2002). Kompetensi itu yang menjadikan seseorangg fungsional di masyarakat (functional competence), professional dalam pekerjaan (vocational competence), dan berkembang dalam hidupnya (study skiil). Jadi, Kompetensi merupakan hasil konstruksi kemampuan (compose skiil) sehingga seseorang mampu; (1) melaksanakan pekerjaan sesuai peran, posisi atau profesi, (2) mentransferke tugas dan situasi baru, serta (3) melanjutkan studi dan mencapai kedewasaan diri (Haris, et.al., 1995 dalam Ansyar, 2005).

Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Standar Guru dan Dosen (Depdiknas, 2005a), dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Depdiknas, 2005b), dikemukakan empat kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran. Kompetensi tersebut mencakup

(8)

8

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial.

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya.

Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan pendidik membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam StandarNasional Pendidikan.

Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Konselor pada hakekatnya seorang psychological-educator, yang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (Depdiknas, 2003), dimasukkan sebagai kategori pendidik. Oleh karena itu konselor juga harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial.

Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum tingkat satuan pendidikan, baik sekolah maupun madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upayah pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler (Anonim, 2006).

Kegiatan pengembangan diri dalam bentuk pelayanan konseling difasilitasi/dilaksanakan oleh konselor, dan kegiatan ekstra kurikuler dapat di bina oleh konselor. Guru dan tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya. Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan

(9)

9

pelayanan konseling dan ekstra kurikuler yang dilakukan oleh konselor,guru, atau tenaga kependidikan di arahkan agar setiap peseta didik dapat mencapai tugas- tugas perkembangan siswa SMA (Depdiknas,2006c).

http://susiloraharjo.blogspot.com/2008/revisi-kompetnsi-konselor.html

Penjelasan Pasal 15 UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Terkait dengan pendidikan profesi konselor, Permendiknas No. 277/2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor menegaskan bahwa Pendidikan Profesi Konselor mensyaratkan pesertanya memiliki kualifikasi akademik Sarjana Pendidikan (S1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling.

Ketentuan ini mengandung penegasan bahwa pendidikan konselor adalah pendidikan berkelanjutan atau berkesinambungan antara program pendidikan akademik yang bermuara pada penganugerahan gelar sarjana (S-1) kependidikan bidang bimbingan dan konseling dengan pendidikan profesi yang bermuara pada penganugerahan gelar professional Konselor, sebagai satu keutuhan. Oleh karena itu secara utuh pendidikan konselor dinyatakan dalam paying pendidikan professional konselor.

METODE PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2005:55), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kuantitas karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.

Pengambilan sampel tersebut berdasarkan pendapat Arikunto (dalam Herawati, 2010:14) apabila populasinya kurang dari 100 orang, maka seluruhnya dijadikan sampel sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Sedangkan jika populasinya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih, tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.

(10)

10

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru BK yang ada di sekolah SMP/MTs yang ada di Kabupaten Bone Bolango, Adapun jumlah guru BK 29 orang, jadi peneliti hanya melakukan penelitian populasi.

Dengan demikian maka populasi dari penelitian ini adalah seluruh guru BK SMP/MTs di Kabupaten Bone Bolango yang berjumlah 29 guru BK yang terdiri atas 20 Sekolah. Masing-masing guru BK yang tersertifikasi berjumlah 17 orang, dan yang tidak tersertifikasi 12 orang, Namun dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil sampel pada guru BK berjumlah 17 dan masing-masing guru yang tersertifikasi 12 orang dan 5 orang yang belum tersertifikasi yang terdiri atas 8 sekolah.

Angket yang digunakan yaitu angket tertutup yang mencerminkan indikator-indikator dari variabel penelitian tentang Kompetensi profesional guru BK dalam mengelola pelayanan bimbingan dan koneling pada sekolah SMP/MTs di Kabupaten Bone Bolango. Angket diedarkan kepada responden dan berisi beberapa pernyataan yang dilengkapi dengan alternatif jawaban.

Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes (angket) tentang Kompetensi guru BK, memperoleh gambaran mengenai Kompetensi Guru BK yang ada pada sekolah SMP/MTs di Kabupaten Bone Bolango maka Sebelum menyusun tes (angket), terlebih dahulu dibuat kisi-kisi tes angket tersebut.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi profesional guru BK dalam mengelola pelayanan bimbingan dan konseling pada SMP/MTs Se Kabupaten Bone Bolango, terlihat pada rekapitulasi dari 7 indikator yaitu dari skor dari pendapat para responden mencapai 79,62%.

a.Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan dan konseli, b.Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling.

c.Merencanakan program bimbingan dan konseling, d. Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling, e.Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan

(11)

11

dan konseling, f. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional.

g.Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling . Pembahasan

Hasil analisis telah di gambarkan tentang Kompetensi Profesional Guru BK Dalam Mengelola Pelayanan Bimbingan dan Konseling Pada Sekolah SMP/MTs di Kabupaten Bone Bolango. Adapun di dalamnya terdapat beberapa indikator yang dapat diukur pula dengan menggunakan persentase yang dirata-ratakan sebagai berikut:

a. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan dan konseli. Ada terdapat 3 golongan deskriptor yaitu:

a) Menguasai Hakikat Asesmen dapat di rata-ratakan 94%, sehingga berada pada kategori baik. Indikator ini terdiri dari tiga pernyataan yang masing-masing di kategorikan baik.

b) Memiliki teknik asesmen sesuai dengan kebutuhan pelayanan bimbingandan konseling dapat di rata-ratakan 98,1%. Artinya bahwa kemampuan yang dimiliki guru dalam memberikan layanan dan kebutuhan di kategorikan baik. c). Menyusun dan mengembangkan instrumen asesmen untuk keperluan bimbingan dan konseling dapat di rata-ratakan 83,1%. Artinya bahwa kemampuan yang dimiliki guru dalam memberikan layanan dan kebutuhan di kategorikan baik.

b. Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling. Ada terdapat tiga golongan deskriptor yaitu: a). Mengaplikasikan hakikat pelayanan bimbingan dan konseling dapat dirata-ratakan 88,2%. Artinya bahwa kemampuan yang dimiliki guru dalam menguasai kerangka teoritik di kategorikan baik. b). Mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan bimbingan dan konseling dapat dirata-ratakan 91,2% Artinya bahwa kemampuan guru dalam mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan dapat di kategorikan baik.

c. Merencanakan program bimbingan dan konseling, Ada terdapat tiga golongan deskriptor yaitu: a). Menganalisis kebutuhan konseli dapat di rata-ratakan 88,2% Artinya bahwa kemampuan guru dalam menganalisis

(12)

12

kebutuhan konseli dapat di kategorikan baik. b). Menyusun rencana pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dirata-ratakan 80,1%

Artinya bahwa kemampuan guru dalam merencanakan program bimbingan dan konseling dapat di kategorikan baik. c). Merencanakan sarana dan biaya penyelenggaraan program bimbingan dan konseling dapat dirata- ratakan 79,4% Artinya bahwa kemampuan guru dalam merencanakan program bimbingan dan konseling dapat di kategorikan baik.

d. Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling, Ada terdapat 2 deskriptor yaitu: a). Melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling dapat dirata-ratakan 85,3% Artinya bahwa kemampuan guru dalam mengimplementasikan program bimbingan dan konseling dapat di kategorikan baik. b). Melaksanakan pendekatan kolaboratif dalam pelayanan bimbingan dan konseling dapat dirata-ratakan 84,6% Artinya bahwa kemampuan guru dalam mengimplementasikan program bimbingan dan konseling dapat di kategorikan baik.

e. Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling, Ada terdapat satu deskriptor yaitu: a) Melakukan evaluasi hasil, proses, dan program bimbingan dan konseling dapat dirata-ratakan 77,9% Artinya bahwa guru dalam menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling dapat di kategorikan baik.

f. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional, Ada terdapat dua deskriptor yaitu: a). Memahami dan mengelolah kekuatan dan keterbatasan pribadidan profesional dapat dirata-ratakan 83,1% Artinya bahwa guru yang memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional dapat di kategorikan baik. b). Mendahulukan kepentingan konseli dari pada kepentingan pribadi konselor dapat dirata-ratakan 58,8%

Artinya bahwa guru memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional dapat di kategorikan cukup baik.

g. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling, Ada terdapat dua deskriptor yaitu: a). Memahami berbagai metode dan jenis penelitian dapat dirata-ratakan 83,3% Artinya bahwa guru dalam

(13)

13

menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling dapat di kategorikan baik. b). Mampu merancang penelitian bimbingan dan konseling dapat dirata-ratakan 84,6% Artinya bahwa guru harus menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling.

Hasil persentase rata-rata penelitian Kompetensi profesional guru BK pada SMP/MTs se Kabupaten Bone Bolango berada pada kategori baik, dalam arti bahwa guru BK telah mampu mengelola pelayanan bimbingan dan konseling pada sekolah SMP/MTs Se Kabupaten Bone Bolango. Hal ini didukung dengan hasil penyebaran angket yang telah dilakukan pada SMP/MTs Se Kabupaten Bone Bolango menunjukan bahwa kompetensi profesional guru BK berada pada kategori baik pada semua indikator, karena guru yang ada di sekolah tersebut sudah mampu menjalankan tugas-tugas profesionalnya dengan baik.

Selanjutnya berdasarkan hasil analisis kuantitatif terhadap Kompetensi profesional guru BK dalam mengelola pelayanan bimbingan dan konseling pada SMP/MTs se Kabupaten Bone Bolango dengan tuju indikator dirata-ratakan seluruhnya adalah 79,62%. Jadi dapat ditarik keisimpulan bahwa Kompetensi profesional guru BK dalam mengelola pelayanan bimbingan dan konseling berada pada kategori baik.

Sebelum melakukan pengumpulan data terlebih dahulu diadakan penyiapan instrument yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data, instrument yang sudah ada terlebih dahulu divalidasi konstruk oleh para ahli dan validasi konten yang diuji cobakan pada kelompok Guru BK uji coba. Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir soal dan reliabilitas butir soal pada lampiran diperoleh bahwa butir soal valid yang terdapat pada butir soal Nomor 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31 sedangkan butir soal yang tidak valid terdapat pada soal nomor 20. dengan nilai reliabilitas 0,968 sehingga baik digunakan untuk instrument penelitian.

Berdasarkan analisis presentase yang diperoleh dari 17 responden ada terdapat beberapa pernyataan yang sudah cukup optimal dan ada juga beberapa

(14)

14

yang belum optimal yakni peryataan nomor 20 tentang “pada saat melaksanakan program layanan bimbingan kepada siswa tidak tepat dengan jam yang dijadwalkan”. Ini artinya bahwa kompetensi profesional guru BK dalam mengelola pelayanan bimbingan dan konseling pada sekolah SMP/MTs di Kabupaten Bone Bolango masih mempunyai masalah untuk meluangkan waktu dalam memberikan layanan bimbingan kepada konseli yang akan di layani.

Pernyataan diatas mengindikasikan bahwa Kompetensi guru dalam mengelola pelayanan bimbingan dan konseling di SMP/MTs di Kabupaten Bone Bolango sudah cukup optimal. Hal ini seperti dikemukakan Mulyasa (2006:40) yang menyatakan Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey) bagi para siswanya dalam upaya mencapai kompetensi. Sebagai pembimbing seorang guru harus mempunyai kompetensi (1) mengidentifikasi kondisi dan kebutuhan siswa, (2) merencanakan dan mengelola partisipasi siswa dalam pembelajaran baik fisik maupun mental, (3) merencanakan dan memberikan pembelajaan bermakna bagi kehidupan siswa, dan (4) merencanakan dan melaksanakan penilaian pembelajaran.

Namun harus diakui bahwa dalam penelitian ini ada beberapa kendala yang dihadapi dalam mengumpulkan data, diantarannya adalah ada terdapat beberapa guru yang tidak terlalu serius dalam mengisi angket tetapi semua itu bisa di pahami dan di lewati oleh peneliti.

Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut.

a) Kepada Guru

Dalam pembelajaran, diharapkan agar lebih memaksimalkan hasil pelayanan, dengan selalu memotivasi siswa untuk mencapai tujuan atau cita-cita mereka.

b) Kepada kepala Sekolah

Agar lebih kiranya dapat memberikan penghargaan kepada guru BK yang telah berusaha dengan baik dalam mengelola bimbingan dan konseling.

(15)

15 c) Kepada Peneliti Lain

Bagi para peneliti yang akan mengadakan penilitian lebih lanjut mengenai kompetensi guru pembimbing (Guru BK) dalam mengelola pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan lebih menjurus pada faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin waktu itu sendiri baik faktor yang berpengaruh negatif maupun yang berpengaruh positif terhadap pelayanan bimbingan dan konseling.

(16)

16 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Penelitian Praktis Jakarta:

PT. Asdi Mahasatya

E. Mulyasa, 2009. Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fikrienergizer,2013.http://fikrienergizer.blogspot.com/2013/03/review-jurnal- bimbingan-dan-konseling.html di akses Jumat 25 oktober 2013).

Kusnanadar. 2011. Guru Profesional (Edisi Revisi). Jakarta: PT Raja Grasindo Persada.

Nurisan, Yusuf. 2005. Landasan Bimbingan dan Konselig. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Nurisan Juntika Achmad, dan Sudianto Akur. 2004. Manajemen Bimbingan dan konseling. Jakarta: PT Grasindo Anggota Ikapi.

Prayitno, Amti Erman. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta:

PT Rineke Cipta.

Pomalingo, Nelson. 2010. Penulisan Karya Ilmiah, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Depertemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Gorontalo.

Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional guru dan Tenaga Kependidikan.

Bandung: Alfabeta

Soetjipto, Raflis. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineke Cipta.2013.

(17)

17

Te2n Karina.2012 http://www.te2n.com/kualitas-pribadi-konselor-kompetensi- konselor di akses senin 11 juni 2013

Uno.B. Hamzah. 2011. Profesi kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Walgito, Bimo. 2005. Bimbingan dan Konseling karir ( Studi dan Karir).

Yogyakarta: C.V Andi Offset.

http://bk-ku.blogspot.com/2012/12/sosok-utuh-kompetensi-konselor-

dan.htmlAkhmadSudrajat.2008http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/12/16/

kualifikasi-dan-kompetensi-konselor/

http://susiloraharjo.blogspot.com/2008/revisi-kompetnsi-konselor.html

Referensi

Dokumen terkait

Wilayah Indramayu memiliki Sumber Daya Manusia yang mencukup banyak dan memadai dari segi kemampuan mengolah bahan baku menjadi produk mebel dengan kualitas baik walaupun masih

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Giving Question and Getting Answer dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Motivasi

Sesuai dengan hasil observasi dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru SMP Negeri 3 Candi Sidoarjo terkait dengan implementasi

Antara situasi berikut, yang manakah menunjukkan fungsi yang sama seperti. bahan

Silabus dari segi bahasa artinya garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau garis-garis besar program pembelajaran. Istilah silabus dipakai untuk menyebut suatu produk pengembangan

Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan atau pejalan kaki dari jalan simpang (kecil) untuk memotong jalan utama. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas dalam waktu yang relatif lama