• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KUALITAS AIR DAN KELUHAN KESEHATAN BAGI PENGGUNA AIR SUNGAI DELI DI KELURAHAN KAMPUNG AUR KOTA MEDAN TAHUN 2021 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KUALITAS AIR DAN KELUHAN KESEHATAN BAGI PENGGUNA AIR SUNGAI DELI DI KELURAHAN KAMPUNG AUR KOTA MEDAN TAHUN 2021 SKRIPSI"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

YUNITA HANDAYANI NIM. 161000133

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

YUNITA HANDAYANI NIM. 161000133

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Departemen : Kesehatan Lingkungan

Menyetujui Pembimbing:

(dr. Surya Dharma, M.P.H) NIP. 195804041987021001

Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.) NIP. 196803201993082001

Tanggal Lulus: 11 September 2020

(4)

Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal: 11 September 2020

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. Surya Dharma, M.P.H

Anggota : 1. Dr. Sri Malem Indirawati, SKM, M.Si

2. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes

(5)

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kualitas Air dan Keluhan Kesehatan bagi Pengguna Air Sungai Deli di Kelurahan Kampung Aur Kota Medan Tahun 2021” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2020

Yunita Handayani

(6)

Abstrak

Sungai Deli di Kelurahan Kampung Aur Kota Medan merupakan salah satu sumber air yang biasa digunakan masyarakat untuk mencuci baju, peralatan rumah tangga, dan mandi, cuci, kakus. Saat ini sungai tersebut tidak layak lagi digunakan masyarakat karena kualitasnya telah menurun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air sungai Deli, mengetahui pemanfaatan air sungai dan keluhan kesehatan yang dialami masyarakat yang menggunakan air sungai Deli.

Jenis penelitian survey deskriptif yang dilakukan di Lingkungan IV Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Tahun 2020 dengan menggunakan metode wawancara kepada 50 sampel rumah tangga menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian, air sungai Deli digunakan masyarakat untuk mencuci pakaian (76%), mencuci peralatan rumah tangga (50%), mencuci tangan/kaki (34%), mandi (38%), buang air besar/kecil (32%) dansebagai tempat membuang sampah (76,0%). Tidak ada yang menggunkan air sungai sebagai sumber air minum. Analisis Kualitas Air Sungai Sei Deli mengacuPeraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menunjukkan ada sebelasparameter yang melebihi baku mutu yaitu Kromium Val 6, Khlor Bebas, Nitrit, Posfat, Sulfida, BOD, COD, Sianida, Detergen, Total Coliform, Colifaecal dan keluhan kesehatanterbanyak dirasakan pengguna air sungai adalah gatal-gatal (48,0%), dan mencret (20,0%).Disarankankepada masyarakat untuk tidak membuang limbah rumah tangga ke sungai, dan tidak menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari karena air telah tercemar.Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan,agar melakukan penyuluhan masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kualitas air sungai Deli untuk menciptakan lingkungan yang sehat.

Kata Kunci: Sungai, penggunaan sungai, kualitas air

(7)

Abstract

The Deli river in Lingkungan IV Kelurahan Kampung Aur Medan city is one of the sources of water used by community for washing household clothes and appliances, bathing, defacating and urInating. The river is no longer viable for the people because its quality has declined. The study was intended to analyze the quality of Deli river water, the use of Deli river water and the health complaints feeled by communities usingDeli river water. The study was a descriptive survey conducted in Lingkungan IV Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun Medan cityof the 2021 using an interview method to 50 household samples by questionnaire.

Research results found thatDeli river water were used by communities for washing clothes (76,0%), for washing household appliances (50,0%), for washing hands/feet (34,0%), for bathing (38,0%), for urinating/ small (32,0%), and many use as garbage dumps (76,0%). Nobody was using as raw water for drinking. The analysis of river quality test refering to government rule number 82 in 2001 on water quality management and water pollution showed eleven parameters exceeding threshold value i.e Chromium Val 6, free Chlorine, Nitrit, Posfat, Sulfides, BOD, COD, Cyanide, Detergent, Total Coliform, Colifaecal andmost health complaint by community using river water wasitch (48,0%) and diarrhoe (20%). It is suggested to the community not to dispose house hold garbage into the river, and not to use the river’s water for daily use because the water has been contaminated. For Environmental Office and Health Office should give community education in terms of the important to keep the Deli river clean and having good water quality in order to create healthy environment.

Keyword: River, river usage, river quality

(8)

Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dan atas izin-Nya pula penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kualitas Air dan Keluhan Kesehatan bagi Pengguna Air Sungai Deli di Kelurahan Kampung Aur Kota Medan Tahun 2021”.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan, dukungan dan do’a dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Rektor baru Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Devi Nuraini Santi, M. Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan

Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

beserta seluruh dosen dan staf Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah

banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut

ilmu di FKM USU.

(9)

4. Dr. dr. Taufik Ashar, MKM selaku dosen pembimbing pertama saya yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis pada awal penulisan skripsi ini.

5. dr. Surya Dharma, M.P.H selaku dosen pembimbing saya yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan meluangkan waktu membimbing penulis untuk menyesaikan dan menyempurnakan penulisan skripsi ini.

6. Gerry SIlaban, Ir., M.Kes., Dr. selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran kepada penulis dala menyelesaikan skripsi ini.

7. Liza Irsaniah Harahap S.Psi selaku Lurah Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun beserta staf pegawai yang telah memberikan informasi dan data yang diperlukan oleh penulis.

8. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta dan tersayang Ayahanda alm. Ok Sofyan. Meskipun beliau telah tiada namun semangat dan ilmu yang pernah beliau ajarkan membuat penulis termotivasi dalam melakukan segala hal.

Semoga Allah SWT menempatkan beliau di tempat yang terbaik di

SurgaNya. Aamiin. Juga kepada Ibunda tercinta dan tersayang Arnita yang

sudah banyak berkorban, selalu memberikan dukungan terbaik moril dan

materil, memberikan semangat dan doa yang tiada henti kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan

jiwa dan raga serta melindungi di manapun beliau berada. Aamiin.

(10)

9. Kakak-kakakku tercinta Lidia Syafina S.Kom., Devi Yanita Sari S.E, Eva Fitriana S.E, dan Riny Fitriany S.E yang selalu memberikan dukungan baik moril dan materil, semangat yang tiada henti kepada penulis.

10. Sahabat-sahabat penulis yang sama-sama berjuang menyesaikan skripsi dan selalu membantu penlis, yaitu Nuraini Sinaga, Siti Raesa Natra, Fanny Adilla, Meyfriza Nasution, Rifka Yesica Simbolon, Adelina Akhirani Putri Mawan yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama ini.

11. Seluruh Keluarga Besar Kesehatan Lingkungan FKM USU, terkhusus kepada teman-teman seperjuangan Kesehatan Lingkungan angkatan 2016.

12. Dan semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasi atas dukungan dan kerjasamanya.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajiannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Medan, September 2020

Yunita Handayani

(11)

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 6

Tujuan umum 6

Tujuan khusus 6

Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka 8

Pemanfaatan Air Sungai 8

Kualitas Air Sungai 8

Parameter fisik 9

Parameter kimia 10

Parameter biologi 12

Pencemaran Air 12

Landasan Teori 17

Kerangka Konsep 20

Metode Penelitian 21

Jenis Penelitian 21

Lokasi dan Waktu Penelitian 21

Populasi dan Sampel 21

Definisi Operasional 22

Metode Pengumpulan Data 22

Metode Pengukuran 23

Metode Analisis Data 26

Hasil Penelitian 27

(12)

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 27

Kecamatan Medan Maimun 27

Kelurahan Kampung Aur 27

Hasil Pemeriksaan Kualitas Air 28

Penggunaan Air Sungai 32

Fasilitas Sanitasi 33

Gejala dan Keluhan Kesehatan 34

Pembahasan 37

Kualitas Air Sungai Deli 37

Kualitas air sungai Deli secara fisik 38

Kualitas air sungai Deli secara kimia 39

Kualitas air sungai Deli secara biologi 42

Penggunaan Air Sungai Deli di Kelurahan Kampung Aur

Kecamatan Medan Maimun Kota Medan 43

Dampak Pencemaran Air Sungai Deli 44

Keluhan Kesehatan 44

Kesimpulan dan Saran 48

Kesimpulan 48

Saran 48

Daftar Pustaka 50

Lampiran 54

(13)

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Hasil Analisa Kualitas Fisik Sungai Sei Deli Tahun 2018 28 2 Hasil Analisa Kualitas Kimia Sungai Sei Deli Tahun 2018 29

3 Hasil Analisa Kualitas Biologi Sungai Sei Deli Tahun 2018 32 4 Distribusi Pengguna Air Sungai Berdasarkan Penggunaan Air

Sungai Deli di Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan

Maimun Kota Medan Tahun 2020 33

5 Distribusi Pengguna Air Sungai Berdasarkan Kepemilikan Fasilitas Sanitasi di Kelurahan Kampung Aur Kecamatan

Medan Maimun Kota Medan Tahun 2020 33

6 Tabulasi Silang Antara Kepemilikan Jamban dengan

Membuang Air Besar/Kecil di Sungai 34

7 Distribusi Pengguna Air Sungai Berdasarkan Mengalami Keluhan Kesehatan di Kelurahan Kampung Aur Kecamatan

Medan Maimun Kota Medan Tahun 2020 35

8 Distribusi Pengguna Air Sungai Berdasarkan Gejala Keluhan Kesehatan di Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan

Maimun Kota Medan Tahun 2020 35

(14)

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka konsep 20

(15)

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner penelitian 54

2 Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang

pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air 57

3 Surat ijin penelitian 59

4 Surat ijin penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan

Pemerintah Kota Medan 60

5 Surat pemberhentian penelitian 61

6 Dokumentasi penelitian 62

(16)

Daftar Istilah

BOD Biological Oxygen Demand

Cd Kadmium

COD Chemical Oxygen Demand

Cu Tembaga

Cr Kromium

dkk dan kawan-kawan

DDT Dichloro Diphenyl Trichloroethane

dll dan lain-lain

DO Dissolved Oxygen

E.Coli Escherichia Coli

Fe Besi

Hg Raksa

Jl. Jalan

K Kalium

MCK Mandi, cuci, kakus

Menkes Menteri Kesehatan

Mg Magnesium

Mn Mangan

Ni Nikel

Pb Timbal

PDAM Perusahaan Daerah Air Minum Pemprov Sumut Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

Ph Power of Hydrogen

PP RI Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

SMA/SLTA Sekolah Menengah Atas/Sekolah Lanjut Tingkat Atas

TCU True Color Unit

TDS Total Disolved Solid TSS Total Suspended Solid

UMR Upah Minimum Regional

UNEP United Nations Environment Programme

Zn Zink

(17)

Riwayat Hidup

Penulis bernama Yunita Handayani berumur 22 tahun. Penulis lahir di Medan pada tanggal 2 Juni 1998. Penulis beragama Islam, anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Alm. Ok Sofyan dan Ibu Arnita.

Pendidikan formal dimulai di Pendidikan sekolah dasar di SD Yayasan Pendidikan 45 Tahun 2005-2010, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Medan tahun 2010-2013, sekolah menengah atas di SMA Harapan Mandiri tahun 2013-2016, selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, September 2020

Yunita Handayani

(18)

Sungai mempunyai peranan yang sangat besar bagi perkembangan peradaban manusia di seluruh dunia ini, yakni merupakan sumber air sebagai sumber kehidupan utama bagi manusia. Dengan terjadinya pertambahan jumlah penduduk, yang disebabkan oleh urbanisasi, maka di daerah pusat-pusat pemukiman kualitas air semakin menurun (Sosrodarsono & Tominaga, 1994).

Penurunan kualitas air ini dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.

Kerusakan daya dukung lingkungan karena faktor internal adalah kerusakan yang berasal dari bumi/alam itu sendiri sehingga tidak bisa dihindari karena merupakan proses alam, misalnya gempa bumi, letusan gunung berapi, badai dan banjir besar.

Sedangkan kerusakan daya dukung lingkungan karena faktor eksternal adalah kerusakan yang berasal dari perilaku manusia untuk meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya tanpa mengindahkan kelestarian lingkungan, contohnya industri yang mencemari lingkungan seperti limbah industri yang dibuang ke badan air sungai dan limbah rumah tangga yang dibuang ke saluran/sungai (Sunu, 2001).

Sungai-sungai di AS, sebagian besar Eropa, sebagian besar Asia Tengah,

Timur Tengah dan benua India, dan Cina bagian Timur saat ini berada dibawah

ancaman parah akibat polusi dan modifikasi habitat sungai dimana 80% populasi

dunia (4,8 miliar) hidup. Sungai Buringanga di Bangladesh sangat tercemar

dibuktikan dengan kandungan osigen terlarut yang rendah (<2,8 mg/l atau kondisi

hipoksia) dan kadar logam yang sangat tinggi (Cd, Cu, Cr, Ni, Pb). Jejak

(19)

logamdalam air sungai Buringanga adalah 5 hingga 500 kali lebih tinggi dari pedoman yang direkomendasikan nilai pemicu untuk perlindungan ekosistem perairan. Jumlah coliform faecal (Escherichia coli) di sungai Gangga di India (Gangga di Haridwar) telah mencapai 900-150.000 per 100 mL coliform (harus nol hitungan / 100 mL untuk rekreasi kontak primer) (Kibria, 2016).

Air yang tidak aman menyebabkan 4 miliar kasus diare setiap tahun, dan mengakibatkan 2,2 juta kematian, sebagian besar anak balita. Ini berarti bahwa 15% kematian anak setiap tahun disebabkan oleh diare, seorang anak sekarat setiap 15 detik. Di India saja, satu-satunya penyebab kesehatan dan kematian anak-anak terbesar adalah diare, yang membunuh hampir setengah juta anak setiap tahun (WHO dan UNICEF 2000).

Di Asia, sekitar sepertiga dari panjang sungai Cina sangat tercemar. Polusi air (pembuangan bahan-bahan kimia dar pabrik ke sungai) bertanggung jawab atas tingginya tingkat kanker di Cina yang membuat beberapa pemukiman bernama

“desa kanker”. Sedangkan di Indonesia, sungai Citarum sangat tercemar dan

bahkan dikenal sebagai sungai paling tercemar di dunia akibat limbah beracun

dari pabrik-pabrik tekstil di Bandung dan Cimahi. Lebih dari 2.000 industri

mencemari 5.020 mil persegi sungai Citarum dengan timbal, merkuri, arsen, dan

racun lainnya. Seitar 5 juta orang mengandalkan sungai Citarum untuk pasokan

air, sungai juga mendukung pertanian, perikanan, industri, saluran air kotor,

listrik. Menyadari parahnya polusi, Bank Pembangunan Asia bahkan sampai

memberikan pinjaman 500 juta dolar untuk membersihkan sungai, dan menyebut

sungai Citarum sebagai sungai paling kotor di dunia (Kibria, 2016).

(20)

Perlu dicatat bahwa konsenterasi bakteri coliform feses telah meningkat antara tahun 1990 dan 2010 di Indonesia, hampir dua pertiga dari semua sungai di Amerika Latin, Afrika dan Asia. Sebagian besar dari peningkatan ini disebabkan oleh perluasan sistem saluran pembuangan yang membuang air limbah yang tidak diolah ke dalam air permukaan (UNEP, 2016). Sesuai dengan data yang dikeluarkan kementerian lingkungan hidup, Indeks Kualitas Air (IKA) Indonesia pada tahun 2017 kurang baik (Kementerian Lingkungan Hidup, 2017).

Di Sumatera Utara sendiri, kualitas lingkungan hidup di Sumatera Utara cenderung menurun dari tahun ke tahun. Hampir semua komponen lingkungan mengalami penurunan kualitas, seperti udara, tanah, air maupun tutupan lahan.

Penurunan kualitas lingkungan juga mengakibatkan berbagai jenis bencana alam seperti banjir, longsor maupun kekeringan. Hasil analisa kualitas air baik sungai maupun danau menunjukkan penurunan yang signifikan. Pada tahun 2016 terdapat 33 sungai yang dipantau di Sumatera Utara dengan total 62 titik pantau.

Dari seluruh titik yang dipantau 37% menunjukkan status cemar berat, 2% cemar sedang dan 61% cemar ringan. Sungai dengan status mutu cemar berat adalah sungai yang melintasi kota Medan, yakni Sungai Deli dan Sungai Belawan.

Sedangkan status mutu sungai-sungai lainnya didominasi cemar ringan. Perbedaan

status ini selain dipengaruhi oleh beban pencemar, juga dipengaruhi oleh jumlah

parameter dan frekuensi pemantauan. Jumlah parameter dan frekuensi

pemantauan Sungai Deli dan Sungai Belawan lebih banyak dibandingkan dengan

sungai-sungai yang memiliki status mutu cemar ringan dan cemar sedang

(Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, 2016).

(21)

Menurut data dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016, sungai Deli merupakan salah satu sungai dengan status mutu cemar berat. Salah satu lokasi aliran sungai Deli yang masih dimanfaatkan warga untuk kebutuhan hidup sehari-hari berada di Kecamatan Medan Maimun Kota Medan tepatnya di Kelurahan Kampung Aur. Warga di sana yang memiliki ekonomi menengah kebawah tidak mampu jika harus membeli air dari PDAM, sehingga tidak punya pilihan selain menggunakan air sungai untuk menunjang kehidupan sehari-hari seperti mencuci piring, mencuci bau, buang air besar, beberapa warga dan anak kecil di sana masih sering mandi di sungai, dan masih saja ada warga nakal yang membuang sampah ke pinggir sungai. Pembuangan limbah rumah tangga secara langsung ke lingkungan (sungai) inilah yang menajdi penyebab utama terjadinya pencemaran air.

Limbah (baik berupa padatan maupun cairan) yang masuk ke air

lingkungan menyebabkan terjadinya penyimpangan dari keadaan normal dan ini

berarti suatu pencemaran (Wardhana, 2001). Hal tersebut tentunya dapat

mempengaruhi kualitas air sungai. Penurunan kualitas air sungai akibat

pencemaran pada titik tertentu akan mengakibatkan air tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya, sehingga jika digunakan akan menimbulkan berbagai

macam masalah kesehatan. Beberapa penyakit yang ditularkan melalui air antara

lain: Tifoid, Kolera, Demam Paratifoid, Disentri, Penyakit kuning, Amoebiasis,

dan Malaria. Bahan kimia dalam air juga memiliki efek negatif pada kesehatan

kita. Pestisida dapat merusak sistem syaraf dan menyebabkan kanker karena

karbonat dan organofosfat yang dikandungnya. Klorin dapat menyebabkan

(22)

kerusakan reproduksi dan endoktrin. Timbal dapat menumpuk di tubuh dan merusak sistem syaraf pusat, Arsenik menyebabkan kerusakan hati, kanker kulit dan penyakit pembuluh darah.

Dari hasil survei awal yang dilakukan peneliti ditemukan bahwa warga di

Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan yang berada di

daerah aliran sungai Deli masih membuang sampah ke sungai dikarenakan tidak

adanya petugas kebersihan yang mampu mengangkut sampah ke bawah. Jika

diperhatikan, warna air sungai tidak lagi jernih, melainkan sudah berubah menjadi

kecokelatan serta dikelilingi sampah yang berserakan. Namun sepertinya warga

sudah tidak menghiraukan hal tersebut dan masih saja menggunakan air sungai

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti untuk mandi, mencuci baju

dan peralatan rumah tangga, serta beberapa warga yang tidak memiliki jamban

juga membuang air besar di sungai. Air yang sudah tercemar tentunya tidak layak

digunakan masyarakat untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Dan berdasarkan

informasi yang didapatkan dari petugas Puskesmas, banyak anak-anak yang

terkena dermatitis akibat mandi di luapan air sungai saat musim penghujan

datang. Bahkan dermatitis menjadi 7 penyakit terbesar di Kelurahan Kampung

Aur berdasarkan data Puskesmas. Menyadari hal tersebut, maka dirasakan sangat

perlu dilakukan penelitian yang mengkaji kualitas air sungai Deli di Kecamatan

Medan Maimun tepatnya di Kelurahan Kampung Aur Kota Medan berkaitan

dengan aktivitas manusia di sekitarnya.

(23)

Perumusan Masalah

Sungai yang dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah atau tempat pembuangan limbah rumah tangga oleh warga, digunakan juga sebagai MCK (Mandi, Cuci, Kakus). Padahal, jika diperhatikan secara fisik, sungai Deli sudah berwarna coklat dan keruh serta di dalamnya terdapat banyak sampah. Tetapi warga di sekitaran daerah air sungai Deli di Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan masih saja mempergunakan air untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Menyadari hal tersebut, maka dirasakan sangat perlu dilakukan penelitian yang mengkaji kualitas air sungai Deli di Kecamatan Medan Maimun Kota Medan tepatnya di Kelurahan Kampung Aur berkaitan dengan aktivitas manusia di dekitarnya untuk memastikan apakah air sungai layak digunakan masyarakat untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan sesuai dengan peraturan standart baku mutu air bersih yang berlaku.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum . Untuk mengetahui pemanfaatan air sungai yang dilakukan warga setempat, dan menganalisis kualitas air sungai Deli di Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan apakah layak digunakan dan telah sesuai dengan standart baku mutu air bersih yang berlaku.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kualitas air sungai Deli sesuai Peraturan Pemerintah

Nomor 82 Tahun 2001 di Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan

Maimun Kota Medan.

(24)

2. Untuk mengetahui pemanfaatan air sungai yang dilakukan warga sekitar aliran sungai Deli di Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.

3. Untuk mengetahui keluhan kesehatan yang terjadi di masyarakat sekitaran aliran sungai Deli di Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

Aspek Teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan referensi bagi penelitian sejenis, maupun sebagai salah satu bahan pustaka dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkenaan dengan perilaku masyarakat dalam memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Aspek Praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi:

1. Masyarakat yang tinggal di tepian sungai yang masih memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

2. Pemprovsu sebagai bahan pertimbangan membuat kebijakan yang berkaitan dengan penataan dan pengelolaan Daerah Air Sungai (DAS).

3. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kota Medan dalam

menetapkan skala prioritas pengembangan jaringan distribusi air bersih dan

optimalisasi layanan bagi masyarakat.

(25)

Hingga saat ini, sungai senantiasa mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Ternyata ada hubungan yang saling terkait antara manusia dengan sungai. Manusia memerlukan sungai untuk mendukung keperluan dan aktivitasnya, sebaliknya keberadaan sungai juga dapat dipengaruhi oleh aktivitas manusia (Darmanto & Sudarmadji, 2013). Salah satu bentuk pemanfaatan air sungai yang dilakukan adalah pemakaian sungai sebagai tempat mandi, cuci, kakus (MCK) sampai pembuangan sampah (Gayosia, dkk. 2014).

Fungsi sungai terhadap kehidupan manusia antara lain sebagai penyedia air dan wadah air untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, sanitasi lingkungan, pertanian, industri, pariwisata, olahraga, perikanan, pembangkit tenaga listrik, transportasi dan kebutuhan lainnya (Debora, 2018).

Kualitas Air Sungai

Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari

daerah tangkapannya, sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan

berkaitan dengan aktivitas manusia yang ada didalamnya (Wiwoho, 2005).Pada

dasarnya kualitas air dapat dilakukan pengujian untuk membuktikan apakah air

layak untuk digunakan (Sunu, 2001). Kualitas air dianalisa berdasarkan beberapa

parameter seperti fisika, kimia, dan biologi (Yogafannny, 2015). Beberapa

parameter tersebut dijelaskan dibawah:

(26)

Parameter fisika. Beberapa parameter fisika yang memengaruhi kualitas air antara lain:

1. Suhu

Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan air dan organisme air lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Padahal setiap kehidupan memerlukan oksigen untuk bernafas. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara yang secara lambat terdifusi ke dalam air. Makin tinggi kenaikan suhu air makin sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya.

2. Rasa

Air normal yang dapat digunakan untuk suatu kehidupan umuya tidak berasa. Apabila air mempunyai rasa (kecuali air laut) maka hal itu berarti telah terjadi pelarutan sejenis garam-garaman. Bila hal ini terjadi maka berarti juga telah ada pelarutan ion-ion logam yang dapat mengubah konsentrasi ion Hidrogen dalam air (Wardhana, 2004).

3. Kekeruhan

Tingkat kekeruhan air merupakan salah satu parameter yang dijadikan

kelayakan air baik untuk diminum. Menurut International Organization for

Standardization (1999) kekeruhan adalah suatu keadaan dimanatransparansi suatu

zat cair berkurang akibat kehadiran zat-zat lainnya. Kehadiran zat-zat yang

dimaksud terlarut dalam zat cair dan membuatnya seperti berkabut atau tidak

jernih (Faisal, dkk. 2016).

(27)

4. Bau

Timbulnya bau pada air lngkungan merupakan indikasi kuat bahwa air telah tercemar. Bau yang keluar dari dalam air dapat langsung berasal dari limbah industri atau dari hasil degradasi oleh mikroba yang hidup dalam air. Mikroba yang hidup di dalam air akan mengubah bahan buangan organik, terutama gugusprotein, secara degradasi menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau.

5. Warna

Air normal tidak berwarna, sehingga tampah bersih, bening dan jernih.

Bila kondisi air warnanya berubah, maka hal tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa air telah tercemar. Limbah cair dari kegiatan indutri maupun rumah tangga berupa bahan organik dan anorganik seringkali dapat larut di dalam air, sehingga air tidak lagi bening, tetapi menjadi berwarna (Sunu, 2001).

Parameter kimia. Beberapa parameter kimia yang memengaruhi kualitas air antara lain:

1. pH

Perubahan nilai derajat keasaman (pH) dan konsentrasi oksigen yang

berperan sebagai indikator kualitas perairan dapat terjadi sebagai akibat

berlimpahnya senyawa-senyawa kimia baik yang bersifat polutan maupun bukan

polutan. Nilai pH dalam perairan bervariasi mulai dari arah sungai sampai di laut,

semakin ke laut nilainya semakin tinggi (bersifat basis). Rendahnya nilai pH

mengindikasikan menurunnya kualitas perairan yang pada akhirnya berdampak

terhadap kehidupan biota di dalamnya. Terjadinya perubahan ini akan membunuh

biota yang paling peka sekalipun, karena jaringan makanan dalam perairan

(28)

terganggu. Salah satu bahan kimia yang banyak digunakan untuk kepentingan industri dan rumah tangga adalah deterjen, ternyata menyebabkan berkurangnya nilai pH dan konsentrasi oksigen dalam aliran sungai yang pada akhirnya bermuara ke perairan sekitarnya (Susana, 2009).

2. BOD

Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi (PESCOD,1973). Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara (Salmin, 2005).

3. COD

Chemical Oxygen Demand (COD) adalah salah satu indikator pencemaran air secara kimia yang merupakan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi. Limbah rumah tangga dan industri merupakan sumber utama limbah organik dan merupakan penyebab utama tingginya konsentrasi COD, selain itu limbah peternakan jugamenjadi penyebab tingginya konsentrasi COD (Lumaela, dkk. 2013).

4. DO

Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) merupakan salah satu

parameter mengenai kualitas air yang digunakan untuk mengukur kualitas

(29)

kebersihan air. Semakin besar nilai kandungan DO menunjukan bahwa kualitas air tersebut semakin bagus. Tersedianya oksigen terlarut didalam air sangat menentukan kehidupan di perairan tersebut (Prahutama, 2013).

Parameter biologi. E. Coli terdapat di usus manusia atau hewan yang akan dikeluarkan melalui tinja. Bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan ini tidak dapat dibunuh dengan pendinginan maupun pembekuan, bakteri ini hanya bisa dibunuh oleh antiobiotik, sinar Ultraviolet (UV), atau suhu tinggi >100°C. Suhu tinggi akan merusak protein dalam sel dan membuatnya tidak dapat hidup kembali (Sutiknowati, 2016).

Pencemaran Air

Menurut Wardhana (2001), komponen pencemaran air dikelompokkan sebagai berikut:

1. Bahan buangan padat

Bahan buangan padat yang dimaksudkan di sini adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar (butiran kasar) maupun yang halus (butiran kecil).

2. Bahan buangan organik

Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme sehingga memungkinkan bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia ikut berkembang. Beberapa contoh bahan buangan organik antara lain:

a. Sabun dan detergen

Limbah domestik kerapkali mengandung sabun dan deterjen. Keduanya

(30)

merupakan sumber potensial bagi bahan pencemar organik. Sabun adalah senyawa garam dari asam lemak tinggi, seperti natrium stearat. Pencucian dengan sabun dihasilkan dari kekuatan pengemulsi dan kemampuan menurunkan tegangan air. Sabun dapat mengemulsi dan mensuspensi bahan organik dalam air.

Sabun yang masuk ke air buangan biasanya langsung terendap sebagai garam- garam kalsium dan magnesium. Pengaruh sabun dalam larutan dapat dihilangkan dengan biodegradasi. Sedangkan detergen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif permukaan yang beraksi dalam menjadikkan air menjadi lebih basah. Pengaruh detergen dalam air buangan adalah estetik dan dapat berbahaya pada kehidupan akuatik.

b. Radionuklida dalam air

Inti radioaktif atau radionuklida terbentuk dalam jumlah yang sangat besar, sebagai produk sampah dalam pembangkit tenaga nuklir. Inti radioaktif berbeda dengan inti lain dalam mengeluarkan radiasi ionisasinya. Bahaya radiasi bagi organisme hidup disebabkan karena reaksi-reaksi kimia berbahaya di dalam jaringan. Jaringan ikatan dalam makro molekul yang menyelenggarakan proses kehidupan dihancurkan.

3. Bahan buangan anorganik

Bahan buangan anorganik pada umunya berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga apabila bahan anorganik ini masuk ke air lingkungan (sungai) maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air.

Unsur logam berat merupakan logam yang paling berbahaya dari unsur-

(31)

unsur zat pencemar. Seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg).

Logam-logam ini mempunyai afinitas sangat besar terhadap belerang sehingga dapat menyerang ikatan-ikatan belerang dalam enzim sehingga enzim yang diserang menjadi tidak berfungsi.

Unsur metaloid, yaitu Arsen (As), Selenium (Se), dan Antimon (Sb) juga merupakan zat pencemar air yang berbahaya.

a. Arsen terdapat pada konsentrasi rata-rata 2-5 ppm dalam kerak bumi.

Pembakaran bahan bakar fosil terutama batu bara, mengeluarkan sejumlah warangan (AS2O3) ke lingkungan, di mana sebagian besar akan masuk ke perairan. Sumber utama dari arsen adalah hasil akhir pertambangan logam yang terakumulasi sebagai limbah. Sama seperti merkuri, oleh bakteri beberapa proses dapat terjadi pada arsen sehingga terbentuk senyawa- senyawa metil yang sangat toksik.

b. Kadmium dalam air berasal dari pembuangan limbah industri dan limbah pertambangan. Kadmium digunakan dalam proses pelapisan logam.

Keracunan kadmium di Jepang disebut “hai-hai” dimana sungai Jitusu

tercemar kadmium dari kegiatan pertambangan. Lapisan permukaan air yang

bersifat aerobik mengandung kadmium terlarut dalam konsentrasi relatif

tinggi terutama dalam bentuk ion CaCl+. Di lapisan tengah perairan yang

kondisinya anaerob, hanya mengandung sedikit kadmium karena terjadi

proses oleh mikroba yang mereduksi sulfat menjadi sulfida kemudian

mengendapkan CaCl+ menjadi CdS.

(32)

c. Timbal terdapat dalam air dengan biloks +II dan dikeluarkan oleh sejumlah industri dan pertambangan. Daya racun timbal yang akut pada perairan alami menyebabkan kerusakan pada ginjal, hati, otak bahkan kematian.

d. Merkuri masuk ke perairan berasal dari berbagai sumber yang timbul dari penggunaan unsur tersebut oleh manusia seperti buangan laboratorium kimia, buangan farmasi, limbah tambang emas. Toksisida merkuri secara tragis terjadi di Teluk Minamata Jepang yang disebabkan mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi oleh merkuri. Merkuri dengan konsentrasi tinggi terdapat pada jaringan ikan yang berasal dari pembentukan ion monoetil merkuri yang larut, CH3Hg+ dan (CH3)2Hg dan pada bakteri anaerob di dalam sedimen.

e. Ammonia merupakan produk utama dari penguraian (pembusukan) limbah nitrogen. Kehadiran senyawa nitrogen dalam bentuk amonia memberikan masalah terhadap kualitas air.

f. Hidrogen Sulfida dihasilkan dari proses pembusukan bahan-bahan organik yang mengandung belerang oleh bakteri anaerob, dari hasil reduksi dengan kondisi anaerob terhadap sulfat oleh mikroorganisme dan dari air panas bumi.

g. Karbon dioksida bebas, seringkali terdapat dalam air dalam konsentrasi tinggi sehubungan terjadinya pembusukan bahan organik. CO2 digunakan untuk melunakkan air. Kandungan CO2 yang cukup tinggi, akan lebih bersifat korosif dan akan membahayakan kehidupan biota akuatik.

4. Bahan buangan olahan bahan makanan

Bahan buangan olahan bahan makanan bersifat organik dan mudah

membususk sehingga seringkali menimbulkan bau busuk yang menyengat.

(33)

5. Bahan buangan cairan berminyak

Bahan buangan cairan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan mengapung menutupi permukaan air sehingga dapat menganggu kehidupan organisme yang ada di dalam air karena dapat menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air dan menghalangi masuknya sinar matahari.

6. Bahan buangan zat kimia

Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi yang dimaksudkan dalam kelompok ini adalah bahan pencemar air berupa sabun (detergen, shampo, dan lain-lain), bahan pemberantas hama (insektisida), zat warna kimia, larutan penyamak kulit, zat radioaktif.

Beberapa dampak pencemaran lingkungan yang dapat terjadi menurut Wardhana (2001) antara lain:

1. Air menjadi tidak bermanfaat lagi

Air yang telah tercemar tidak dapat digunakan lagi sebagai penunjang kehidupan manusia, terutama untuk keperluan rumah tangga, akan menimbulkan dampak sosial yang sangat luas dan akan memakan waktu lama untuk memulihkannya.

2. Air menjadi penyebab penyakit

Air lingkungan yang kotor karena tercemar oleh berbagai komponen pencemar menyebabkan lingkungan hidup menjadi tidak nyaman untuk dihuni.

Pencemaran air dapat menimbulkan kerugian yang lebih jauh lagi, yaitu kematian.

Kematian dapat terjadi karena pencemaran yang terlalu parah sehingga air telah

menjadi penyebab berbagai macam penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh

(34)

pencemaran air ini dapat berupa:

a. Penyakit menular

Air yang telah tercemar tidak dapat digunakan sebagai air pembersih, sedangkan air bersih sudah tidak mencukupi sehingga kebersihan manusia dan lingkungannya tidak terjamin yang pada akhirnya menyebabkan manusia mudah terserang penyakit. Air juga merupakan tempat berkembang-biaknya mikroorganisme termasuk mikroba patogen. Mikroba patogen yang berkembang- biak dalam air tercemar yang menyebabkan timbulnya berbagai penyakit sangat banyak dan semuanya merupakan penyakit yang dapat menular dengan mudah.

Beberapa penyakit menular yang dapat terjadi antara lain adalah hepatitis A, Polliomyelitis, Cholera, Thypus Abdominalis, Dysentri Amoeba, Ascariasis, Scabies, dll sebagainya.

b. Penyakit tidak menular

Penyakit tidak menular dapat muncul terutama karena air lingkungan telah tercemar oleh senyawa anorganik yang dihasilkan oleh industri yang banyak menggunakan unsur logam. Zat anorganik dan organik yang mencemari lingkungan dapat menimbulkan penyakit, mulai dari keracunan yang ringan sampai kercunan berat yang berakhir dengan kematian. Beberapa contoh keracunan yang dapat terjadi antara lain keracunan kadmium, keracunan kobalt, keracunan air raksa, keracunan bahan insektisida, dan sebagainya.

Landasan Teori

Kasmanhadi S. Henry (2009), menyatakan bahwa pencemaran perairan

merupakan senyawa-senyawa yang dihasilkan dari kegiatan manusia ditambahkan

(35)

ke lingkungan perairan, menyebabkan perubahan yang buruk terhadap kekhasan fisik, kimia, dan biologi.

Indikator pencemaran lain sungai selain secara fisik dan kimia juga dapat secara biologi seperti kehidupan plankton. Plankton merupakan salah satu indikator terhadap kualitas air akibat pencemaran (Azwir, 2006).

Menurut Utaya (1990/1991), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas air, diantaranya adalah iklim. Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi terhadap kualitas air secara langsung misalnya curah hujan, tekanan udara, dan temperatur. Klasifikasi mutu air menurut PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air adalah sebagai berikut:

a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air bakti air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan

ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau

peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan

tersebut;

(36)

d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, petanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Menurut Ekawaty Prasetya (2009), tentang gambaran sarana sanitasi kesehatan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Limboto Gorontalo bahwa sampah merupakan faktor yang cukup berpengaruh terhadap kejadian diare dimana sampah yang telah bercampur dengan air akan membusuk dan akan mencemari sumber air bersih di sekitarnya dan juga dapat menjadi tempat perindukan lalat yang membawa kuman E. Coli.

Menururt Angeline, dkk (2012), sejumlah E. Coli yang ditemukan pada hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa sungai Deli bagian tengah dan hilir telah terkontaminasi dengan tinja baik manusia ataupun hewan.

Menurut Juli Soemirat S, (2007), air mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kesehatan. Air merupakan hal yang paling esensial bagi kesehatan, tidak hanya dalam upaya produksi tetapi juga untuk konsumsi domestik dan pemanfaatannya (minum, masak, mandi, dan lain-lain). Persentasi yang meningkat dari penyakit-penyakit infeksi yang bisa mematikan maupun merugikan kesehatan ditularkan melalui air yang sudah tercemar. Sebagian penyakit yang berkaitan dengan air yang bersifat menular, penyakit-penyakit tersebut umumnya dimklasifikasikan menurut berbagai aspek lingkungan yang dapat di intervensi oleh manusia (Sanropie, 2001).

Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat

menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. air buangan dapat

(37)

menjadi tempat berkembangbiaknya mikroorganisme patogen, larva nyamuk ataupun serangga lainnya yang dapat menjadi media transmisi penyakit, terutama penyakit-penyakit yang penularannya melalui air tercemar seperti kolera, tipus abdominalis, disentri dan sebagainya (Kusnoputranto, H, 2003). Penyakit terkait dengan kebersihan yang buruk termasuk diare dan penyakit lain yang ditularkan melalui jalur fekal-oral; kulit dan mata penyakit, di trachoma dan penyakit yang berhubungan dengan infestasi tertentu, misalnya kutu dan tick-borne tifus (Howard, 2003). Kualitas, kuantitas, kontinuitas sistem penyediaan air bersih berhubungan langsung dengan kesehatan manusia terkait timbulnya penyakit berbasis air seperti diare, tipus, kolera dan sebagainya (El Kharraz et al. , 2012;

WHO/UNICEF, 2015).

Kerangka Konsep

Keluhan Kesehatan

Kualitas Air Sungai, meliputi fisik, kimia, dan biologi sesuai PP No. 82 tahun 2001

Pemanfaatan Air Sungai

(38)

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif melalui pendekatan deskriptif, dengan sumber data primer dan sekunder.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di daerah aliran sungai Deli di Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Waktu penelitian di mulai sejak bulan Oktober 2019 sampai dengan 3 Juli 2020.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 50 kepala keluarga yang berada di Lingkungan IV sekitaran air sungai Deli Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.

Sampel penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi (total sampling) yang berada di sekitar sungai Deli Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan yaitu berjumlah 50 keluarga.

Kualitas air Sungai Deli sampel air. Data kualitas air sungai Deli diperoleh dari data skunder berdasarkan Laporan Pemantauan Kualitas Air di Sungai Tahun 2018 yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Kota medan, yang pengambilan sampel airnya dilakukan pada 2 titik, yaitu daerah hulu sungai dan daerah hilir sungai.

Untuk pengambilan sampel air sungai Deli di daerah hulu dilakukan di

jembatan Titi Kuning Jl. A.H. Nasution, sedangkan untuk daerah hilir dilakukan

di Jl. Platina.

(39)

Definisi Operasional

1. Sungai adalah sebuah wadah pengaliran air alami atau buatan dari hulu ke muara.

2. Pencemaran air sungai adalah perubahan kondisi air karena mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan kimia berbahaya, dan sampah atau limbah industri (Sumantri, 2010).

3. Kualitas air sungai adalah kondisi kualitas air yang di ukur dan di uji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air).

4. Keluhan kesehatan akibat air adalah keadaan berbeda dari biasanya yang dirasakan responden pada tubuh maupun dirinya yang cukup mengganggu, dan terjadi karena akibat dari penggunaan air yang sudah tercemar.

Metode Pengumpulan Data

Sumber data. Sumber data yang didapat adalah berupa data primer dan data sekunder.

Data primer. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode wawancara menggunakan kuesioner untuk mengetahui pemanfaatan air sungai yang dilakukan warga sekitar serta keluhan kesehatan yang diderita warga sekitaran air sungai Deli di Kelurahan Kampung Aur.

Data sekunder. Data sekunder adalah data yang di dapat dari Dinas

Lingkungan Hidup Kota Medan tentang kualitas air sungai Deli Tahun 2018.

(40)

Metode Pengukuran

Kualitas fisik air. Beberapa kualitas fisik air antara lain:

1. Warna Pengkodean:

[ 1 ] memenuhi syarat kesehatan [ 0 ] tidak memenuhi syarat kesehatan

Warna air dapat diamati secara langsung atau visual ataupun diukur berdasarkan parameter TCU (True Color Units) dengan kadar maksimal diperbolehkan 50 TCU.

Prosedur kerjanya yaitu menyediakan alat yang digunakan yaitu botol air mineral, kemudian botol di isi dengan air sampel secukupnya. Kemudian dibawa ke laboratorium untuk di ukur kekeruhannya.

2. Suhu

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum, diketahui bahwa temperatur suhu maksimum yang diperbolehkan, diketahui bahwa temperatur suhu maksimum yang diperbolehkan ± 3°C.

Pengkodean:

[ 1 ] memenuhi syarat kesehatan [ 0 ] tidak memenuhi syarat kesehatan

Prosedur kerjanya yaitu menentukan lokasi titik air yang diukur suhunya,

setelah itu masukkan thermometer ke air sungai dengan cara mencelupkan

(41)

thermometer beberapa menit. Setelah thermometer menunjukkan angka yang konstan, lihat angka yang ditunjukkan thermometer dan catat hasilnya.

Kualitas kimia air. Beberapa kualitas kimia air antara lain:

1. pH (Derajat Keasaman)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum, kadar pH yangdiperbolehkan 6 - 9. Pengkodean:

[ 1 ] memenuhi syarat [ 0 ] tidak memenuhi syarat

Prosedur kerjanya menyediakan alat yang digunakan yaitu botol air mineral, kemudian isi botol dengan air sampel secukupnya. Kemudian bawa ke laboratorium untuk diukur kadar pH (derajat keasaman).

2. BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 6 mg/l. Pengkodean:

[ 1 ] memenuhi syarat kesehatan [ 0 ] tidak memenuhi syarat kesehatan

Prosedur kerjanya yaitu menyediakan alat yang digunakan yaitu botol air

mineral, lalu isi botol dengan air sampel secukupnya. Kemudian bawa ke

laboratorium untuk di ukur kadar kandungan BOD.

(42)

3. COD (Chemical Oxygen Demand)

Berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50 mg/l. Pengkodean:

[ 1 ] memenuhi syarat kesehatan [ 0 ] tidak memenuhi syarat kesehatan

Prosedur kerjanya yaitu menyediakan alat yang digunakan yaitu botol air mineral, lalu isi botol dengan air sampel secukupnya. Kemudian bawa ke laboratorium untuk diukur kadar kandungan COD.

4. DO (Dissolved Oxygen)

Berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 3 mg/l. Pengkodean:

[ 1 ] memenuhi syarat kesehatan [ 0 ] tidak memenuhi syarat kesehatan

Prosedur kerjanya yaitu menyediakan alat yang digunakan yaitu botol air mineral, lalu isi botol dengan air sampel secukupnya. Kemudian bawa ke laboratorium untuk diukur kadar kandungan DO.

Kualitas biologi air. Beberapa kualitas biologi air antara lain:

1. E. Coli

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017 tentang

Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan air untuk

Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian

(43)

Umum, kadar E. Coli yang diperbolehkan adalah 2000 jml / 100 ml. Pengkodean:

[ 1 ] memenuhi syarat kesehatan [ 0 ] tidak memenuhi syarat kesehatan

Prosedur kerjanaya yaitu menyediakan alat yang digunakan yaitu botol air mineral, lalu isi botol dengan air sampel secukupnya. Kemudian bawa ke laboratorium untuk diukur kadar kandungan E. Coli nya.

Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif berdasarkan hasil

tabulasi data dari kuesioner yang dikumpulkan kemudian disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi dan dideskripsikan dengan menggunakan refrensi yang

relevan.

(44)

Kecamatan Medan Maimun. Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Medan Maimun Kelurahan Kampung Aur Kota Medan. Kelurahan Kampung Aur merupakan salah satu dari enam Kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan yang luasnya mencapai 3.342 km² yang berbatasan dengan:

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor 4. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat

Kelurahan Kampung Aur.

Geografis. Letak geografis Kelurahan Kampung Aur memiliki luas

wilayah 0,60 Km². Secara administratif Kelurahan Kampung Aur memiliki 10 lingkungan. Dan lingkungan yang berada disekitar air sungai Deli adalah lingkungan 3, 4, dan 8. Sedangkan lingkungan yang berbatasan langsung adalah lingkungan 4. Secara geografis Kelurahan Kampung Aur berbatasan dengan:

1. Sebelah utara berbatas dengan Kelurahan Kesawan 2. Sebelah Selatan berbatas dengan Kelurahan Suka Raja 3. Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Hamdan 4. Sebelah Timur berbatas dengan Kelurahan Masjid

Demografi. Gambaran demografi masyarakat di Kelurahan Kampung

Aur mayoritas bergama Islam. Jumlah penduduk di Kelurahan Kampung Aur

tercatat hingga tahun 2019 5.842 orang yang terdiri dari 2.873 laki-laki dan 2.969

(45)

perempuan dan jumlah KK 1.413 (Badan Pusat Statistik Kota Medan).

Hasil Pemeriksaan Kualitas Air

Hasil pemeriksaan kualitas air Sungai Deli di Kecamatan Medan Maimun Kelurahan Kampung Aur Kota Medan berdasarkan laporan hasil pemantauan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan Tahun 2018 ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1

Hasil Analisa Kualitas Fisik Sungai Sei Deli Tahun 2018

No 1 2 3

Parameter Suhu TDS TSS

Satuan °c mg/l mg/l

Baku Mutu Suhu Udara

± 3

1000 50

Lokasi Hulu

Sungai

Hilir Sungai

Hulu Sungai

Hilir Sungai

Hulu Sungai

Hilir Sungai

Periode Pemantauan

Juli 27 28 145 160 23 11

Agustus 28 30 162 202 8 8

September 30 31 167 210 7 9

November 27 27 161 213 11 12

Oktober 27 27 120 157 7 9

Desember 33 30 195 - 225 -

Berdasarkan tabel di atas, diketahui tidak ada parameter fisika yang diatas

baku mutu sesuaiPeraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

(46)

Tabel 2

Hasil Analisa Kualitas Kimia Sungai Sei Deli Tahun 2018

No 1 2 3

Parameter Kromium val 6 Khlor bebas Nitrit

Satuan mg/l mg/l mg/l

Baku Mutu 0,05 0,03 0,06

Lokasi Hulu Hilir Hulu Hilir Hulu Hilir

Periode Pemantauan

Juli 0,32 0,32 0,242 0,189 1,7133 1,7115 Agustus 0,047 0,023 0,276 0,274 0,3176 2,2443 September 0,019 <0,010 0,200 0,196 0,4476 0,4987 Novovember 0,020 0,044 0,129 0,168 0,4516 1,4117 Oktober 0,090 0,058 0,106 0,211 0,7702 0,7342 Desember 0,023 0,020 0,137 0,124 0,0100 0,0130 (bersambung) Tabel 2

Hasil Analisa Kualitas Kimia Sungai Sei Deli Tahun 2018

No 4 5

Parameter Flourida Posfat

Satuan mg/l mg/l

Baku Mutu 1,5 0,2

Lokasi Hulu Hilir Hulu Hilir

Periode Pemantauan

Juli - - 0,22 0,33

Agustus - - 0,28 0,41

September - - 0,13 0,37

November - - 0,03 0,27

Oktober 0,79 1,12 0,34 0,57

Desember 0,158 0,26 0,48 0,77

(bersambung)

(47)

Tabel 2

Hasil Analisa Kualitas Kimia Sungai Sei Deli Tahun 2018

No 6 7

Parameter DO BOD

Satuan mg/l mg/l

Baku Mutu Min 4 3

Lokasi Hulu Hilir Hulu Hilir

Periode Pemantauan

Juli 6,680 7,060 4,384 3,626

Agustus 7,770 8 6,016 4,992

September 7,870 7,750 8,000 10,24

November 8,780 8,800 3,232 3,250

Oktober 6,430 5,380 9,280 10,08

Desember 7,170 7,560 8,848 17,60

(bersambung) Tabel 2

Hasil Analisa Kualitas Kimia Sungai Sei Deli Tahun 2018

No 8 9 10

Parameter COD Sianida Detergen

Satuan mg/l mg/l mg/l

Baku Mutu 25 0,02 200

Lokasi Hulu Hilir Hulu Hilir Hulu Hilir

Periode Pemantauan

Juli 13,70 11,30 - - 500 <500

Agustus 18,80 15,60 0,022 0,012 500 500

September 25 32 0,005 0,009 500 500

November 10,10 11 0,120 0,125 <500 600 Oktober 29 3,150 0,010 0,016 500 <500

Desember 21,40 55 0,010 0,10 500 500

Berdasarkan tabel diatas, diketahui ada 9 (Sembilan) parameter kimia yang

melebihi baku mutu yaitu Kromium Val 6 melebihi baku mutu pada bulan

November, pada hulu dan hilir sungai dengan nilai tertinggi sebesar 0,09 mg/l,

Khlor Bebas melebihi baku mutu pada bulan Juli s/d Desember pada hulu dan hilir

sungai dengan nilai tertinggi sebesar 0,276 mg/l dan nilai terendah sebesar 0,106

(48)

mg/l, Nitrit melebihi baku mutu pada bulan Juli s/d November pada hulu dan hilir

sungai dengan nilai tertinggi sebesar 2,2443 mg/l dan nilai terendah sebesar

0,3176 mg/l, Posfat semuanya melebihi baku mutu pada bulan Juli, Agustus pada

hulu dan hilir sungai, bulan September, Oktober di Hilir dan bulan November

serta Desember di hulu dan hilir sungai dengan nilai tertinggi sebesar 0,77 mg/l

dan nilai terendah sebesar 0,22 mg/l kecuali pada hulu di bulan Oktober, Sulfida

melebihi baku mutu pada bulan Juli di hulu dan hilir, bulan Agustus, September di

hulu, bulan November di hulu dan hilir serta bulan Desember pada hulu sungai

dengan nilai tertinggi sebesar 0,009 mg/l dan nilai terendah sebesar 0,003 mg/l,

BOD melebihi baku mutu pada bulan Juli s/d Desember pada hulu dan hilir sungai

dengan nilai tertinggi sebesar 17,6 mg/l dan nilai terendah sebesar 3,232 mg/l,

COD melebihi baku mutu pada bulan September di hilir, November di hulu dan

hilir dan Desember di hilir dengan nilai sebesar tertinggi 55 mg/l, Sianida hanya

melebihi baku mutu pada bulan Agustus di hulu, bulan Oktober di hulu dan hilir

sungai, bulan Desember di hilir sungai dengan nilai tertinggi sebesar 0,125 mg/l

dan nilai terendah sebesar 0,022 mg/l, Detergen semuanya melebihi baku mutu

pada bulan Juli s/d Desember pada hulu dan hilir sungai dengan nilai tertinggi

sebesar 600 mg/l dan nilai terendah sebesar 500 mg/l.

(49)

Tabel 3

Hasil Analisa Kualitas Biologi Sungai Sei Deli Tahun 2018

No 1 2

Parameter Total coliform Colifaecal

Satuan Mpn/100ml Mpn/100ml

Baku Mutu 5000 1000

Lokasi Hulu Sungai Hilir

Sungai

Hulu Sungai Hilir Sungai

Periode Pemantauan

Juli >16000 16000 9200 5400

Agustus >16000 220 16000 260

September 55 470 1,8 330

November >16000 9200 9200 9200

Oktober >16000 >16000 16000 16000

Desember >16000 >16000 390 110

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Hasil analisis pengujian Kualitas Air Sungai Sei Deli Tahun 2018 secara biologi diketahui bahwa ada 2 (dua) parameter yang melebihi baku mutu yaitu Total Coliform semuanya melebihi baku mutu pada bulan Juli, Oktober, November dan Desember pada hulu dan hilir sungai, bulan Agustus di hulu sungai dengan nilai tertinggi sebesar 16.000 mg/l, dan Colifaecal melebihi baku mutu pada bulan Juli, Oktober, November pada hulu dan hilir sungai, bulan Agustus di hulu sungai dengan nilai tertinggi sebesar 16.000 mg/l.

Pengguna Air Sungai

Penggunaan air sungai oleh masyarakat Kelurahan Kampung Aur,

Kecamatan Medan Maimun Kota Medan dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.

(50)

Tabel 4

Distribusi Pengguna Air Sungai berdasarkan Penggunaan Air Sungai Deli di Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Tahun 2020

Penggunaan Air Sungai Ya Tidak

n % n %

Air sungai untuk kebutuhan hidup 28 56,0 22 44,0 Air sungai sebagai air baku air minum 0 0,0 50 100,0 Air sungai untuk mencuci pakaian 38 76,0 12 24,0 Air sungai untuk mencuci peralatan 25 50,0 25 50,0 rumah tangga

Air sungai untuk mencuci tangan/kaki 17 34,0 33 66,0

Air sungai untuk mandi 19 38,0 31 62,0

Air sungai sebagai tempat pembuangan 38 76,0 12 24,0 Sampah

Air sungai untuk buang air besar/kecil 16 32,0 34 68,0 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa penggunaan air sungai terbanyak digunakan untuk mencuci pakaian dan membuang sampah di sungai yaitu sebanyak 38 orang (76,0%).

Fasilitas Sanitasi Tabel 5

Distribusi Pengguna Air Sungai Deli berdasarkan Kepemilikan Fasilitas Sanitasi di Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Tahun 2020

Kepemilikan Fasilitas Sanitasi Ya Tidak

n % n %

Jamban 49 98,0 1 2,0

Kamar Mandi 50 100,0 0 0

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 49 orang (98,0%)

memiliki jamban, sedangkan 1 orang (2,0%) lainnya tidak memiliki jamban, dan

50 orang (100,0%) memiliki kamar mandi.

(51)

Tabulasi silang antara kepemilikan jamban dengan membuang air besar/kecil di Sungai Deli Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Berdasarkan data yang dikumpulkan, maka hasil tabulasi silang antara kepemilikan jamban dengan membuang air besar/kecil di sungai dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 6

Tabulasi Silang antara Kepemilikan Jamban dengan Membuang Air Besar/Kecil di Sungai

Memliki Jamban

Total

Ya % Tidak % %

Air Sungai untuk Buang Air

Besar/Kecil

Ya 16 32,0 0 0 16 32,0

Tidak 33 66,0 1 2,0 34 68,0

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 16 orang (32,0%) pengguna air sungai telah memiliki jamban tetapi masih membuang air besar/kecil di sungai, sedangkan 34 orang (68,0%) lainnya tidak membuang air besar/kecil di sungai.

Gejala dan Keluhan Kesehatan

Keluhan kesehatan yang dialami oleh masyarakat Kelurahan Kampung

Aur, KecamatanMedan Maimun Kota Medan dapat dijelaskan pada tabel berikut

ini.

(52)

Tabel 7

Distribusi Pengguna Air Sungai Deli berdasarkan Mengalami Keluhan Kesehatan di Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Tahun 2020 Mengalami Keluhan Kesehatan Jumlah (orang) Persentase (%)

Ya 38 76,0

Tidak 12 24,0

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar sebanyak 38 orang(76,0%) mengalami keluhan kesehatan, sedangkan 12 orang (24,0% )

lainnya tidakmengalami keluhan kesehatan.

Tabel 8

Distribusi Pengguna Air Sungai Deli berdasarkan Gejala Keluhan Kesehatan di Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Tahun 2020

Gejala Ya Tidak

n % n %

Bercak merah/ruam di kaki dan

seluruh tubuh 9 18,0 41 82,0

Gatal-gatal di tangan dan kaki 24 48,0 26 52,0

Benjolan kecil berisi air/nanah

ditangan dan kaki 3 6,0 47 94,0

Kering bersisik kulit ditangan 10 20,0 40 80,0

Perubahan warna kulit 0 0 50 100,0

Mual 4 8,0 46 92,0

Muntah 4 8,0 46 92,0

Kram perut 3 6,0 47 94,0

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa gejala yang paling banyak

diderita pengguna air sungai gatal-gatal ( 48,0% ), sebagian kecil mengalami kulit

kering bersisikdan mencret (20,0%), beberapa mengalami bercak merah/ruam

(18,0%), dan ada jugayang mengalami mual muntah (8,0%), serta benjolan kecil

berisi air dan kram perut(6,0%).

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air menyatakan bahwa, pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, telah

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air menyatakan bahwa, pencemaran air adalah masuknya

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air Kriteria Mutu Air

[25] Peraturan Pemerintah, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.. Republik

416/MENKES/PER.IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Sumber Daya