89
HUBUNGAN KADAR UREUM DAN KREATININ SERUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
Ajeng Wahyu Puspitasari
1, Ifana Anugraheni
2, Hasan Nidlom
3Abstract: Chronic Kidney Disease is a kind of disease which has a big role for people’s morbidity and mortality level in the world. Every person with chronic kidney disease most often followed by a hypertension. On the other hand chronic kidney disease is known as the cause of secondary hypertension.
Acording to earlier survey data, Chronic Kidney Disease was at the 3
rdRanking after CVA and Hypertension. The purpose of this research was to know the correlation among urea serum levels and serum creatinin levels with blood pressure of Chronic Kidney Disease patient in Gamburan Hospital, Kediri at 2014. This research is an observational analitic with cross sectional approach. The subject is 43 patients of chronic kidney disease in Gambiran hospital, Kediri at 2014, choosen by Systematic random sampling methode. Data was collected from the medical record, then analized by Pearson Correlation Test, which is achieved a significant relationship if p value < 0,05. The x1 variable was Urea serume levels, v2 variable was serume creatinine, and y variable was blood pressure. Statistic test show that the mean of urea serum = 88,635 mg/dl, the mean of serum creatinine = 10,4449 mg/dl and the mean of blood pressure = 148,140 mmHg. Pearson Correlation test between urea serum levels and blood pressure show P-value = 0,000 and r
= 0,520, instead of serum cretinine levels and blood pressure show P-value = 0,000 dan r = 0,605.. So, by the Pearson Correlation test can be concluded that there was a positive and significant relationship between plasma ureum and blood pressure in chronic kidney disease person. There was also a positive and significant relationship between creatinine serum and blood pressure. While the other variables (age, job and sex) didn’t show a significant relationship with blood pressure.
Keywords : blood pressure, creatinine serume, ureum, chronic kidney disease.
PENDAHULUAN
Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel pada suatu saat yang memerlukan terapi penggantian ginjal yang tetap berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Gagal ginjal kronis merupakan salah satu penyakit terminal dan apabila tidak mendapatkan terapi yang tepat dan sesuai maka akan menyebabkan suatu keadaan yang disebut uremic state/sindrome uremic yang berujung pada kematian (USRDS, 2007).
Prevalensi penderita gagal ginjal di Indonesia hingga sekarang diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk, prevalensi lebih rendah
dibandingkan dengan penderita gagal ginjal di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Australia dan Inggris, yang dapat mencapai 77–283 per satu juta penduduk, sedangkan prevalensi yang menjalani dialisis antara 476–1150 per satu juta penduduk (Yagina, 2001).
Berdasarkan data yang
didapatkan peneliti, kasus gagal ginjal
kronik yang terjadi satu tahun terakhir di
RSUD Gambiran Kota Kediri tahun 2014
(terhitung dari bulan Januari sampai
Agustus) menempati ranking penyakit
kronis degeneratif ke3 setelah hipertensi-
CVA dan Diabetes melitus, dengan
jumlah sebanyak 233 kasus dan angka
kematian sebanyak 55 kasus atau sebesar
23,6%. Angka tersebut menunjukkan
tingginya angka mortalitas dan
kerentanan masyarakat untuk
mendapatkan penyakit gagal ginjal kronis
seiring dengan meningkatnya kejadian-
kejadian penyakit degeneratif lainnya,
90 seperti hipertensi dan Diabetes Melitus.
Sedangkan pada kenyataannya pasien dengan gagal ginjal kronis hampir selalu mengalami peningkatan tekanan darah baik dengan riwayat normotensi maupun hipertensi. Hal ini menunjukkan masih tingginya angka tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD gambiran Kota Kediri Tahun 2014.
Patogenesis peningkatan tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik terlalu kompleks dan mungkin terdiri dari banyak faktor. Tetapi, yang telah diketahui bersama bahwa natrium, volume cairan dan sistem saraf simpatis memiliki peran penting dalam hal ini.
Volume cairan intravaskular adalah faktor utama penyebab peningkatan tekanan darah pada pasien dengan gagal ginjal kronik. Sementara itu, volume intravaskuler pada pasien gagal ginjal kronik hampir selalu mengalami peningkatan akibat kegagalan ginjal dalam menjalankan fungsinya.
Dampak mikro yang ditimbulkan dari adanya perubahan tekanan darah yang terjadi pada pasien gagal ginjal kronik tersebut diantaranya adalah stroke, gagal jantung, dan penyakit cerebro-cardiovascular lainnya yang pada dasarnya akan memberikan progress yang tidak baik untuk kesehatan pasien gagal ginjal kronik. Sedangkan dampak makro bagi negara adalah semakin meningkatnya demand untuk keperluan pelayanan medis pasien gagal ginjal kronik dengan hipertensi sehingga meningkatkan anggaran di bidang kesehatan dan menurunkan pendapatan negara akibat hilangnya hari kerja para pekerja denga gagal ginjal kronis tersebut.
Berdasarkan fenomena di atas bahwa banyaknya gangguan yang terjadi pada pasien gagal ginjal kronik akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan kesehatan pasien. Selain itu gagal ginjal kronik juga menyebabkan timbulnya berbagai macam komplikasi
yang kesemuanya mengancam jiwa.
Membuang cairan yang berlebihan melalui hemodialisis akan dapat menurunkan kembali tekanan darah pasien. Apabila hal ini tidak terjadi, maka harus menggunakan tehnik lain untuk menurunkan tekanan darahnya,misalnya dengan cara mengendalikan komposisi konstituen plasma yang ada di intravaskuler.
METODE
Rancangan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: berdasarkan lingkup penelitiannya termasuk jenis penilitian inferensial (kuantitatif).
Berdasarkan tempat penelitian termasuk jenis penelitian klinik. Berdasar waktu pengumpulan data termasuk jenis rancangan yang digunakan cross sectional. Berdasarkan ada tidaknya perlakuan termasuk jenis penelitian observasional (expose facto). Berdasar cara pengumpulan data termasuk survey.
Berdasar tujuan penelitian termasuk jenis analitik korelasi. Berdasarkan sumber data termasuk jenis data sekunder.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara sistematic random sampling. Prosedur penelitiannya adalah dengan cara mencatat seluruh nomor rekam medik pasien dengan Gagal Ginjal Kronik di RSUD Gambiran kota Kediri, kemudian dirandom dengan cara menghitung interval sampel pada populasi tersebut dengan rumus interval =
n
N . sehingga didapat
43
47 = 1,093, dan dilakukan pembulatan keatas sehingga diperoleh interval sampel 2. Sampel diambil dengan interval 2 hingga terpenuhi jumlah sampel yang telah ditentukan.
Variabel independent dalam
penelitian ini ada 2, yaitu kadar ureum
dan kreatinin serum. Sedangkan variabel
91 dependent dalam penelitian ini adalah tekanan darah, yaitu tekanan darah sistole. Ketiga variabel tersebut merupakan data numerik (Rasio). Pada data numerik atau kontinyu, peringkasan data dapat dilakukan dengan melaporkan sebarannya. Sebaran data yang dapat digunakan adalah rata-rata (mean), nilai tengah (median) dan modus (mode).
Sedangkan ukuran sebaran yang dapat digunakan adalah nilai minimum, maximum, range, standar deviasi dan persentil. Dari ukuran-ukuran tersebut, yang paling sering digunakan adalah rata-rata dan standar deviasi (Junaedi, 2010).
Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi Pearson (r).
Uji ini digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel independent dan variabel dependent dengan menggunakan data rasio dan rasio yang dipilih secara acak dan berdistribusi normal yang berpola linier.
Uji normalitas akan diinterpretasikan jika p value > α maka distribusi data dinyatakan normal, sedangkan jika p value < α, maka distribusi data dinyatakan tidak normal. Uji linearitas diinterpretasikan jika p value < α data dinyatakan tidak linear, sedangkan jika p value < α maka data dinyatakan linear (Sugiyono, 2011). Jika hasil uji normalitas menyatakan bahwa distribusi data tidak normal dan atau uji linearitas menyatakan bahwa data tidak linear, maka syarat uji parametrik tidak terpenuhi sehingga diambil uji alternatif non parametrik yaitu uji korelasi Spearman Rank.
Analisa data multivariate ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen. Dalam penelitian ini digunakan teknik analisa multivariate korelasi ganda (multiple corelation).
Korelasi ganda berkaitan dengan interkorelasi variabel-variabel
independent sebagaimana korelasi mereka dengan variabel dependent.
Korelasi Ganda (multiple correlation) dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas (x 1 ,x 2 ) serta satu variabel terikat (y).
PEMBAHASAN DAN HASIL
Hasil
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden Di RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014
No. Usia Fre kue nsi
Pros (%) 1. < 20 tahun 1 2,33 2. 20-45
tahun
12 27,91
3. > 45 tahun 30 69,76
Jumlah 43 100
Sumber : data primer, 2014
Tabel 1. 2 Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit
KardiovaskularResponden Di RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014
No. Riwayat Penyakit Kar-vas
Freku ensi
Pros (%)
1. Tidak ada
riwayat
18 41,8
6
2. Ada
riwayat
25 58,1
4
Jumlah 43 100
Sumber : data primer, 2014
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Responden Di RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014
No Jenis Pekerjaan Frekue nsi
Pros (%)
1. Pelajar/Mhs 1 2,3
2. PNS 8 18,6
3. Swasta 20 46,5
4. Buruh 5 11,6
5. Tani 8 18,6
6. Pedagang/wirasw
asta 1 2,3
92
Jumlah 43 100
Sumber : data primer, 2014
Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Di RSUD Gambiran Kediri Tahun 2014 No Jenis
Kelamin
Frekuen si
Pros (%) 1. Perempuan 17 39,54 2. Laki- laki 26 60,46
Jumlah 43 100
Sumber : data primer, 2014
Tabel 1.5 Persebaran Data Kadar Ureum Responden Di RSUD Gambiran Kota KediriTahun 2014
Nilai
Mean 88,635
Median 78,000
Modus 65,0
Sandar Deviasi 53,06
Range 241,3
Minimum 26,0
Maximum 267,3
Q1 53,000
Q2 78,000
Q3 5,000
Sumber : data primer, 2014
Tabel 1.6 Persebaran Data Kadar Kreatinin Serum Responden Di RSUD Gambiran Kediri Tahun 2014
Nilai
Mean 10,4449
Median 9,7000
Modus 9,20
Sandar Deviasi 5,38226
Range 28,70
Minimum 1,80
Maximum 30,50
Q1 6,50
Q2 9,7000
Q3 13,3000
Sumber : data primer, 2014
Tabel 1.7 Persebaran Data Tekanan Darah Sistole Responden Di
RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014
Nilai
Mean 148,140
Median 150,000
Modus 130,0
Sandar Deviasi 23,1204
Range 1,0
Minimum 120,0
Maximum 230,0
Q1 130,000
Q2 150,000
Q3 160,000
Sumber : data primer, 2014
Sebagian besar usia responden pada penelitian ini berada para kelompok usia > 45 tahun. Sebagaimana pada umumnya semakin tua seseorang, maka akan meningkatkan resiko terjadinya gangguan kardiovaskular. Pada usia di atas 45 tahun, elastisitas pembuluh darah akan menurun sehingga akan terjadi peningkatan tegangan pembuluh darah.
Usia lansia cenderung memiliki pembuluh darah yang kurang elastis.
Tekanan darah yang tinggi terjadi sebagai dampak dari degenerasi sistemik akibat proses penuaan.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki riwayat penyakit kardiovaskular menunjukkan bahwa orang dengan riwayat gangguan kardiovaskular beresiko lebih besar mengalami disfungsi ginjal. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya tekanan darah pada pasien Gagal Ginjal Kronik terjadi karena riwayat yang memang sudah ada kemudian ditambah dengan gangguan metabolik dari kerusakan ginjal, atau dapat pula tejadi sekunder akibat terjadinya Gagal Ginjal Kronik.
Sebagian besar responden
merupakan pekerja swasta, diperkirakan
bahwa jenis pekerjaan mempengaruhi
terjadinya Gagal Ginjal Kronik. Hal ini
dimungkinkan karena setiap jenis
pekerjaan membutuhkan stamina, nutrisi,
hidrasi dan latihan fisik yang berbeda.
93 Jika permintaan stamina yang tinggi dipenuhi dengan berbagai minuman enbergi dan tanpa disertai dengan olahraga maupun hidrasi yang adekuat, maka resiko GGK akan meningkat.
Sebagian besar responden memiliki jenis kelamin laki-laki, hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa laki-laki berisiko terkena hipertensi daripada perempuan. Diperkirakan bahwa insiden hipertensi pada perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan memiliki hormon estrogen yang berperan dalam mempertahankan kekebalan tubuh sampai menopause dan sebagai proteksi atau pelindung pada proses degenerasi vaskular. Namun setelah perempuan tersebut mengalami menopause, besar resiko terkena penyakit kardiovaskular antara laki-laki dan perempuan menjadi sama. Banyak penelitian menunjukkan bahwa ketika produksi estrogen
berkurang dalam proses
menopause,risiko gangguan kardiovaskular pada wanita meningkat dengan drastis. Alasan lain mengapa laki- laki lebih berisiko yaitu karena laki-laki banyak memiliki banyak faktor risiko lain dibanding perempuan. Misalnya, lebih banyak laki-laki yang merokok, mengkonsumsi alkohol, meminum minuman berenergi dan sebagainya.
Sementara itu, resiko penyakit GGK meningkat seiring dengan terjadinya gangguan kardiovaskular, salah satunya adalah hipertensi.
Tabel 1.8 Hasil Uji Korelasi Pearson Hubungan Antara Kadar Ureum dengan Tekanan Darah di RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014
Nilai Kreatini
n
Tekanan Darah Sistole Nilai
Kreatinin
Pearson Correlation
1 ,615
**Sig. (2- tailed)
,000
N 43 43
Tekanan Darah Sistole
Pearson Correlation
,615
**1 Sig. (2-
tailed)
,000
N 43 43
Berdasarkan uji Korelasi Pearson, P- value yang diperoleh sebesar 0,000 yang berarti <0,05 sehingga P-value < α, maka H 1 diterima dan H 0 ditolak berarti ada hubungan antara kadar ureum dengan tekanan darah pada pasien dengan Gagal Ginjal kronis di RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014. Dengan nilai r = 0,520 yang berarti memiliki kekuatan hubungan “sedang” dan arah hubungan positif, artinya semakin tinggi kadar ureum, maka tekanan darah akan semakin naik pada pasien dengan Gagal ginjal Kronik di RSUD Gambiran Tahun 2014 atau sebaliknya semakin rendah kadar ureum, maka tekanan darah akan semakin turun pada pasien dengan Gagal ginjal Kronik di RSUD Gambiran Tahun 2014.
Tabel 1.9 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank Hubungan Antara Kadar Kreatinin Serum dengan Tekanan Darah di RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014
Nilai Ureu
m
Tekanan Darah Sistole
Nilai Ureum
Pearson Correlation
1 ,520
**Sig. (2- tailed)
,000
N 43 43
Tekanan Darah Sistole
Pearson Correlation
,520
**
1 Sig. (2-
tailed)
,000
N 43 43
Berdasarkan uji Korelasi Pearson data yang diperoleh dari nilai P sebesar 0,000 yang berarti <0,05 sehingga nilai P
< α, maka H 1 diterima dan H 0 ditolak
berarti ada hubungan antara kadar
kreatinin serum dengan tekanan darah
94 pada pasien dengan Gagal Ginjal kronis di RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014. Dengan nilai r = 0,615 yang berarti memiliki kekuatan hubungan “kuat” dan arah hubungan positif, artinya semakin tinggi kadar kretinin serum, maka tekanan darah akan semakin naik pada pasien dengan Gagal ginjal Kronik di RSUD Gambiran Tahun 2014 atau sebaliknya semakin rendah kadar kreatinin serum, maka tekanan darah akan semakin turun pada pasien dengan Gagal ginjal Kronik di RSUD Gambiran Tahun 2014.
Tabel 1.10 Tabel Model Summary Hubungan Antara Kadar Ureum dan Kreatinin Serum dengan Tekanan Darah di RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014
Mod el
R R
Squa re
Adjust ed R Square
Std.
Error of the Estima te
Durbin- Watson
1 ,615
a,379 ,363 18,447 1,628
Tabel 1.11 Tabel Coefficients Hubungan Antara Kadar Ureum dan Kreatinin Serum dengan Tekanan Darah pada Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik di RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014
Model Unstandardized Coefficients
Standa rdized Coeffi cients
t Sig.
B Std.
Error Beta
1
Cons. 120,53 4
6,199 19,
444 ,000 Nilai
Kreati nin
2,643 ,529 ,615 4,9 98
,000
Tabel 1.12 Tabel Excluded variable Hubungan Antara Kadar Ureum dan Kreatinin Serum dengan Tekanan Darah pada Pasien
dengan Gagal Ginjal Kronik di RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014
Model Beta In
t Sig. Parti al Corr elati on
Collinearity Statistics Tolerance
1 Nilai Ureu
m
,224
b1,446 ,15 6
,223 ,614
Tabel 1.13 Tabel ANOVA Hubungan Antara Kadar Ureum dan Kreatinin Serum dengan Tekanan Darah pada Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik di RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2014
Model Sum of Squares
Df Mean Squar
e
F Sig.
1
Regressi on
8499,044 1 8499, 044
24, 975
,000
b