• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORPUS DALAM KAJIAN PENERJEMAHAN Oleh: Teguh Setiawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KORPUS DALAM KAJIAN PENERJEMAHAN Oleh: Teguh Setiawan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

____________________________________________________________________________

Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta

KORPUS DALAM KAJIAN PENERJEMAHAN Oleh: Teguh Setiawan

A. Pendahaluan

Penerjemahan merupakan salah satu proses komunikasi yang melibatkan dua bahasa yang berbeda. Dalam proses komunikasi, kesepahaman pesan antara pengirim dan penerima merupakan tujuan akhir. Dalam penerjemahan, kesepahaman itu diwujudkan dalam bentuk makna yang diwakili oleh satuan-satuan bahasa. Dengan kata lain, penerjamahan sejatinya merupakan proses mengomunikasikan makna satuan-satuan bahasa dari satu kode ke kode lain, dari satu bahasa ke bahasa lain. Oleh karena itu, penerjemahan akan dikatakan berhasil apabila pengguna bahasa dari kode yang berbeda memiliki kesepahaman makna atau informasi.

Untuk mendapatkan kesamaan atau keselarasan makna yang alami diperlukan sumber yang dapat memberi informasi keseluruhan makna satuan bahasa. Kita tidak dapat secara langsung memberi pengertian suatu satuan bahasa, misalnya kata cinta.

Makna kata cinta yang digunakan oleh pasangan muda tentu saja berbeda dengan

makna kata cinta yang digunakan oleh orang tua kepada anaknya. Makna kedua kata

tersebut juga berbeda ketika digunakan untuk mengekspresikan hubungan seseorang

dengan pekerjaannya, misalnya Dia sangat mencintai pekerjaannya. Dari fakta

tersebut setidaknya ada dua hal penting. Pertama, penerjemahan kata tidak hanya

berdiri sediri tanpa konteks. Makna kata hanya dapat diperoleh dengan tepat jika

berada dalam sebuah konteks yang jelas. Bahkan, Newmark (1988) menegaskan

makna sebuah kata dengan kode yang berbeda bukanlah penerjemahan jika tidak

disertai konteks. Kedua, pemaknaan suatu kata membutuhkan sumber yang

menghadirkan penggunaan kata tertentu dalam jumlah yang cukup sehingga sumber

tersebut harus dapat memberi informasi yang akurat tentang makna satuan bahasa yang

(2)

____________________________________________________________________________

Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta

dituju. Sumber ini yang kemudian disebut sebagai korpus. Dengan korpus tersebut makna satuan bahasa dapat dimahami. Dalam kaitan ini Halliday et al. (2004) mengatakan bahwa penerjemah dapat memahami makan cinta bukan karena melihat kamus, tetapi melihat korpus yang dapat mengungkap penggunaan kata cinta dalam berbagai perspektif.

Kajian penerjemahan cukup luas, tidak hanya sekadar terfokus pada produk dan proses penerjemahan seperti yang terjadi sekarang ini, setidaknya dalam topik- topik tesis penerjemahan, Hal itu dapat dilihat dari fokus kajiannya, misalnya kajian yang membandingkan antara teks sumber dan teks sasaran pada aspek-aspek kebaha- saannya atau kajian yang bertujuan untuk mengetahui strategi atau prosedur pener- jemahan yang digunakan, atau penelitian yang bertujuan untuk menganalisis kesalahan penerjemahan. Penelitian penerjemahan juga dapat mengkaji kritik atau pelatihan penerjemahan. Kajian-kajian itu tentu saja memerlukan korpus yang berbeda-beda.

Korpus untuk mengkaji penerjemahan sebagai produk dan proses, atau kritik tentu saja berbeda. Dengan kata lain, kebutuhan korpus akan bergantung pada bidang kajiannya.

Oleh karena itu, pengetahuan dan pengidentifikasian bidang dan fokus penerjemahan yang kita kaji akan menentukan ketepatan dalam pemilihan korpus.

B. Cakupan Bidang Penerjemahan

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa fokus penerjemahan akan menentukan pemeilihan korpus. Kesesuain antara bidang kajian penerjemahan dan korpus akan menolong peneliti sampai pada tujuannya. Ada yang berpendapat bahwa penerapan korpus pada penerjemahan dipisahkan kedalam tiga bidang, yaiu penerjemahan sebagai produk, proses, pelatihan penerjamhan , dan kajian linguistik kontrastif (Baker, 1992).

Pendapat lain yang cukup lengkap dan digunakan oleh berbagai ahli adalah deskripsi bidang penerjemahan yang dikemukakan oleh Holmes ( dalam Munday, 1992)

Holmes membagi bidang penerjemahan menjadi dua, yaitu kajian penerje-

mahan murni dan kajian penerjemahan terapan. Seperti tampak pada diagram 1. Kajian

penerjemahan murni bertujuan mengungkap fenomena penerjemahan untuk

(3)

____________________________________________________________________________

Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta

menemukan prinsip-prinisp umum penerjemahan. Hasilnya digunakan untuk pengembangan ilmu penerjemahan. Kajian penerjemahan terapan berorientasi pada kebermanfaat teori penerjemahan untuk kepentingan-kepentingan lain yang bersing- gungan dengan penerjemahan. Cakupan kajian penerjamahan tampak seperti pada diagram 1. berikut ini.

Diagram 1. Cabang Kajian Penerjemhan

Cabang penerjemahan yang berkaitan dengan kajian murni penerjemahan.

dibagi menjadi dua yaitu, teori penerjemahan yang bersifat umum dan teori penerjemahan yang parsial. Teori yang bersifat umum merupakan teori yang berkaitan dengan semua jenis terjemahan, sedangkankan teori yang bersifat parsial merupakan teori penerjemahan yang didasarkan pada batasan yang diberikannya. Dalam konteks ini Holems membagi teori parsial menjadi lima kelompok, yaitu teori yang dibatasai oleh medium (penerjemahan oleh mesin atau manusia, jika oleh mesin apakah mesin bekerja sendiri atau atas bantuan manusia), tempat terjemahan (dibatasi pada kelompok bahasa tertentu atau budaya tertentu), tingkat unit analisis (dibatasi pada level kata atau kalimat), tipologi teks ( dibatasi pada tipe genre tertentu, misalnya karya sastra, bisnis, atau teks teknik), waktu (dibatasi pada teori dan penerjemahan pada waktu atai periode terntu yang hasilnya sejarah penerjemahan, serta teori yang didasarkan pada analisis masalah penerjemahan (misalnya masalah ekuivalensi pada tahun 1960 sampai 1970- an)

Cabang kedua kajian murni penerjemahan adalah deskriptif. Kajian pener- jemahan deskriptif dapat dibedakan menjadi tiga kajian, yaitu berorientsi produk,

Murni

Kajian Penerjemahan

Terapan

(4)

____________________________________________________________________________

Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta

berorientasi proses, dan berorientasi fungsi. Kajian penerjemahan deskriptif yang berorientasi produk melihat hasil terjemahan yang sudah ada dengan cara memban- dingkan antara teks sumber dan teks sasaran atau antara beberapa teks sasaran yang berasal dari teks sumber yang sama. Kajian penerjemahan deskriptif yang berorientasi produk menekankan pada psikologi penerjemahan, misalnya menjelaskan apa terjadi dalam pikiran penerjemah.

Kajian penerjemahan deskriptif yang berorientasi fungsi menekankan pada fungsi penerjemahan secara sosiokultural atau menekankan konteks budaya dibanding- kan sekadar kajian teks. Kajian penerjemahan yang berorientasi fungsi dapat berupa kajian terhadap karya terjemahan, kapan dan di mana karya diterjemahkan, serta pengaruh terjemahan bagi pembaca teks sasaran. Saat ini kajian seperti itu dikenal sebagai penerjemahan yang berorientasi pada budaya. Secara ringkas kajian murni penerjemahan dapat dilihat pada diagram 2. berikut ini.

Diagram 2. Kajian Penerjemahan Murni

Kajian penerjemahan terapan dibagi menjadi tiga bidang, yaitu pelatihan penerjemahan, alat bantu penerjemahan, dan kritik terjemahan. Bagian bidang pelatihan penerjemahan mencakup metode pengajaran penerjemahan, teknik pengujian, dan

Penerjemahan Murni

Umum Berorientasi

Fungsi Berorientasi

Proses Parsial

Deskriptif Teoretis

Berorientasi Produk

(5)

____________________________________________________________________________

Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta

rancangan kurikulum. Sementara alat bantu penerjemahan mencakup penerapan tekno- logi informasi, sepetti penggunaan piranti lunak dalam penerjemahan, penggunaan kamus, dan tata bahasa. Kritik terjemahan mencakup revisi terjemahan, evaluasi terjemahan, dan tinjauan terjemahan. Secara ringkas cabang-cabang terapan dapan dilihat pada diagram 3. di bawah ini

Diagram 3. Cabang Kajian Penerjemahan Terapan

C. Korpus Penerjemahan 1. Konsep Korpus

Pada awalnya korpus dimaksudkan sebagai kumpulan tulisan yang ditulis oleh penulis tertentu. Bahkan bentuknya merupakan hard copy, seperti buku, majalah, surat kabar. Konsep korpus seperti itu merupakan pengertian korpus secara tradisional. Saat ini konsepsi korpus telah berkembang dan berkmakna luas. Sekarang, korpus juga

Kritik Terjemahan Alat Bantu

Penerjemhan

Metode Pengajaran penerjemahan

Terapan

Rancangan Kurikulum

Pelatihan Penerjemahan

Teknologi Informasi Tata Bahasa

Kamus

Teknik Pengujian Penerjemahan

Tinjauan Terjemahan

Evaluasi Terjemahan

Revisi Terjemahan

(6)

____________________________________________________________________________

Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta

dapat dikumpulkan secara elektronik. Ada tiga aspek yang menjadi pertimbangan dalam memahami konsep (Baker, 1995). Pertama, korpus utamanya merupakan kumpulan teks yang dihasilkan secara elektronik dan dapat dianalisis secara otomatis atau semi otomatis. Kedua, korpus tidak hanya berisi kumpulan teks bentuk tulis, tetapi juga mencakup ujaran. Ketiga, korpus mungkin juga mencakup sejumlah besar teks yang berasal dari beragam sumber, misalnya dari beragam penulis dan penutur dan dalam berbagai topik. Dari pendapat baker dapat juga dinyatakan bahwa ada empat kriteria dalam memahami korpus dalam konsep luas, yaitu bentuk, ukuran, represen- tatif, dan buka-tutup.

Dahulu bentuk berupa kata-kata yang diambil dari teks-teks tertulis dalam bentuk hard-copy, seperti buku, majalah. Sekarang, korpus juga dapat dapat dikumpulkan secara elektronik melalui internet. Dengan cara demikian kita dapat membaca dan menganalisis secara otomatis atau semi otomatis dibandingkan secara manual (Baker 1955).

Ukuran korpus berkaitan dengan besar kecilnya jumlah korpus. Dari

perspektif sejarah, penelitian berbasis korpus mengandalkan sejumlah besar data untuk

mendukung fakta dan pengetahuan tentang dunia pengalaman kita. Oleh karena itu,

korpus secara tradisional selalu dikaitkan dengan sejumlah besar data yang diekstrak

dari koleksi teks yang besar. Namun, dalam konteks kajian penerjemahan berbasis

korpus, korpus digunakan untuk menggambarkan fakta terbatas yang kemudian

dikenal sebagai korpus skala kecil. Oleh karena itu, ukuran korpus dalam kajian

penerjemahan saat ini menjadi relatif. Dalam pengertian ini, aspek kualitas menjadi

lebih relevan dibandingkan dengan aspek kuantitas. Aspek penting lainnya yang terkait

dengan ukuran adalah yang berkaitan dengan penggunaan teks lengkap dan bukan

fragmen teks. Korpus yang terdiri dari teks lengkap pada umumnya jauh lebih

bermanfaat daripada yang terdiri dari fragmen teks. Hal ini dikarenakan teks lengkap

memungkinkan kita untuk melakukan pemeriksaan tidak hanya pada level bawah

seperti kata-kata, frase dan kalimat, tetapi juga cara teks disusun dalam bahasa mereka

(7)

____________________________________________________________________________

Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta

secara keseluruhan, misalnya bagaimana teks dibentuk dalam bab, subbagian, paragraf (Baker, 1995).

Aspek representatif pada umumnya dikaitkan dengan ukuran. Namun, dalam kajian penerjemahan, korpus yang representatif tidak hanya menekankan unsur ukuran.

Ukuran korpus yang besar bukanlah satu-satunya kriteria suatu korpus dinyatakan representatif. Untuk menentukan representasi korpus, peneliti hendaknya mengetahui sejauh mana dan dalam hal apa korpus cukup representatif untuk memenuhi tujuan penelitian. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian peneliti dalam mendeksripsikan korpus yang diambil. Hal itu mengingat ada banyak kandidat teks yang dapat menjadi korpus. Misalnya dalam hal korpus paralel, peneliti harus secara tegas menentukan teks sumbernya. Dengan demikian, peneliti tidak akan dihadapkan pada pilihan teks sumber yang salah, yang dapat menyesatkan mereka dan akibatnya tidak mengun-tungkan bagi penelitiannya. Kriteria buka-tutup mengacu pada fleksibilitas. Artinya, korpus dalam studi terjemahan seharusnya memungkinkan peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian yang spesifik. Dengan kata lain, dengan menggunakan korpus peneliti dapat memilih dan menggunakan teks korpus ini untuk berbagai jenis perbandingan dan studi. Kriteria korpus yang dikemukakan di atas sesungguh memiliki kesamaan yang dikemukakan oleh Meyer (2004) bahwa korpus yang baik memenuhi aspek kuantitas, kualitas, represtatif, keserhanaan, keseimbangan, aksestabilitas, verifikasi, pemutakhiran, dan aspek dokumentasi.

2. Penentuan Korpus

Korpus dalam bentuk tulis dapat diperoleh melalui pengumpulan dari berbagai sumber, misalnya surat kabar atau artikel dalam surat kabar, jurnal, karya sastra (puisi, cerpen, novel) dan korenspondensi Bahan korpus dalam bentuk lisan dapat diperoleh melalui rekaman beberapa aktivitas seperti percakapan informal bersemuka, perca- kapan lewat telpon, perkuliahana, wawancara, debat dan diskusi (Atkins, 2004).

Pemerolehan korpus dalam bentuk tulis tentu saja lebih mudah dibandingkan korpus

dalam bentuk lisan. Kesulitan dalam bentuk lisan adalah biaya yang besar dan

(8)

____________________________________________________________________________

Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta

kealamiahan penggunaan bahasa. Pada umumnya orang berbicara kurang alami atau natural jika mengetahui sedang direkam.

Dalam menentukan penulis atau penutur teks yang dipertimbangkan sebagai korpus, hendaknya memperhatikan beberapa beberapa aspek terkait kriteria penutur atau penulis. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum memilih penutur atau penulis teks yang akan dipertimbangkan sebagai korpus. Pertimbangan tersebut terkaita dengan aspek sosiolinguistik, yaitu aspek umur, gender, dan level pendidikan, variasi dialek, dan hubungan sosial (Meyer, 2004). Pada aspek gender yang harus diperhatikan adalah proposi antara penulis atau penutur laki-laki dan perempuan.

Keduanya memiliki perbedaan dalam mengungkapkan informasi. Pada aspek umur harus diperhitakan kelompok umur anak-anak, remaja, dan dewasa atau orang tua.

Kelompok umur tersebut hendaknya menjadi pertimbangan saat akan menjadikannya sumber korpus. Penentuan kelompok mana yang akan dipilih bergantung tujuan yang hendak dicapai. Aspek jenjang pendidikan juga harus dipertimbangan, khususnya saat memilih kelompok berpendidikan tinggi atau pendidikan dasar. Hal ini penting agar selaras dengan tujuan pengadaan korpus. Aspek variasi dialek juga harus diperhatikan saat penyusunan korpus, terutama jika terdapat berbagai variasi dialek dalam satu bahasa. Perbedaan dialek sangat mungkin menghasilkan makna dan cara pengucapan yang berbeda pada leksikal yang sama. Aspek yang terakhir adalah hubungan sosial penutur atau penulis dengan masyarakat. Hubungan tersebut akan melahirkan ciri bahasa yang berbeda. Satu hal yang juga perlu diperhatikan adalah hubungan penutur atau penulis dengan bahasa, sebagai penutur asli atau sebagai penutur asing.

3. Jenis Korpus dalam Penerjehaman

Korpus dalam studi bahasa diperlukan untuk menginformasikan secara akurat

perilaku setiap satuan bahasa dari tataran fonem, morfe, kata, frasa, hingga kalimat,

termasuk hubungan antaraunsur dan maknanya. Dalam bidang Leksikografi yang

berkatan dengan penyusunan kamus, baik monolingual maupun bilingual, juga

memerlukan korpus yang dapat menjelasklan semua makna kata dalam bahasa. Dengan

(9)

____________________________________________________________________________

Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta

kata lain, leksikografi memerlukan semua data kata yang bermakna. Kata-kata yang tidak bermakna tidak akan dijadikan sumber informasi. Dalam kaitan itu, Biber (1994) mengemukakan bahwa ada dua keuntungan utama penggunaan korpus untuk analisis linguistik. Pertama, korpus menye-diakan database empiris wacana besar yang alami, sehingga hasil analisisnya berdasarkan pada struktur alami. Kedua, korpus menunjukkan bahwa, sebagai ahli bahasa, kita sering memiliki intuisi yang kuat, namun intuisi tersebut seringkali terbukti tidak benar saat diuji secara empiris. Korpus akan memberi keyakinan kepada peneliti atas kesimpulan karena menyajikan data yang empiris. Keyakinan dan intuisi yang kuat yang dimiliki peneliti seringkali tidak benar saat diuji secara empiris.

Kajian penerjemahan juga memerlukan korpus yang dapat menginformasikan semua makna dan konteks penggunaannya dalam bahasa-bahasa yang berbeda.

Meskipun kajian penerjemahan berkaitan dengan makna satuan bahasa, tidak berarti hanya memerlukan satuan bahasa yang bermakna sebagaimana dalam Leksikografi.

Dalam kajian penerjemahan yang satuan unit analisisnya tidak hanya satuan lingual yang bermakna, tetapi juga satuan bahasa yang tidak bermakna. Sebagaimana dinya- takan oleh Baker (1992; 1995) bahwa dalam tataran kata tidak semua kata dalam bahasa sumber dapat dicari ekuivalensinya dalam bahasa target. Artinya, ada beberapa kata yang memang spesifik dan tidak bermakna, misalnya nama geografis, nama festival, nama orang yang semuanya dalam cakupan proper name.

Korpus yang berkaitan dengan kajian penerjemahan ada tiga, yaitu korpus

koparatif, korpus paralel, dan korpus multilingual (Baker, 1996). Dalam pandangan

Halliday et al. (2004), korpus paralel yang langsung berkaitan dengan penerjemahan,

sehingga ia menyebutnya sebagai korpus penerjemahan. Korpus multilingual

dimasukkan dalam kerangka korpus paralel. Korpus komparatif merupakan salah satu

jenis korpus yang berisi teks asli suatu bahasa dan teks penerjemahan dalam bahasa

yang sama. Misalnya, teks asli dalam bahasa Indonesia dan teks terjemahan bahasa

Indonesia dari bahasa lain. Dengan kata lain yang dibandingkan adalah teks asli dan

(10)

____________________________________________________________________________

Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta

terjemahan dalam bahasa yang sama. Korpus ini umumnya digunakan untuk melihat persamaan dan perbedaan antara kedua teks tersebut.

Korpus mulitilingual adalah jenis korpus yang berisi teks terjemahan lebih dari dua bahasa. Dalam konteks ini, masing-masing bahasa merupakan terjemahan dari teks yang sama. misalnya, tiga teks bahasa Inggirs, Jerman, dan Perancis yang meru- pakan terjemahan dari teks yang sama. Dengan kata lain, teks ketiga bahasa tersebut bukan asli, tetapi teks terjemahan. Teks jenis ini dapat dijumpai dalam teks dokumen, seperti dokumen Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHAP). Dalam teks jenis ini dapat dirasakan perbedaan dengan teks asli bahasa Indonesia.

Korpus paralel dikonsepsi sebagai korpus yang berisi teks dalam bahasa

sumber dan terjemahanya dalam bahasa target yang berbeda. Dalam konteks ini,

konsep bahasa sumber dan bahasa taget tidak hanya digunakan untuk mengacu teks

bahasa asli dan terjemahannya, tetapi bahasa sumber juga mengacu bahasa yang dipilih

menjadi titik tolak penerjemah, sedangkan bahasa target adalah bahasa yang dipilih

untuk dicarikan ekuivalensinya. Terjemahan teks sumber dapat lebih dari satu bahasa,

bisa dua atau lebih (Meyer, 2004). Oleh kartena itu, kopus paralel dapat bilingual dan

multilingual. Korpus paralel bilingual apabila korpus berisi satau teks bahasa sumber

dan satu teks terjemahan dalam bahasa target, misalnya teks asli bahasa Indonsia dan

teks terjemahannya dalam bahasa Inggris. Sebaliknya, korpus multilingual berisi satu

teks bahasa sumber dan beberapa teks terjemahannya dalam bahasa target, misalnya

teks asli dalam bahasa sumber bahasa Arab dan teks terjemahnnya dalam bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris. Dalam hal ini jangan dikacaukan dengan korpus

multilingual. Perbedaannya, korpus paralel ada teks asli bahasa sumber dan

terjemahannya dalam bahas lain, sedangkan kopus multilingual hanya berisi teks

terjemahan dari beberapa bahasa. Namun, dalam perkembangannya korpus multilingual

dimasukkan dalam korpus paralel (Halliday et al., 2004). Oleh karena itu, korpus

paralel selain berisi teks sumber dan terjemahannya dalam bahasa lain, juga berisi teks

terjemahan dalam beberapa bahasa.

(11)

____________________________________________________________________________

Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta

Korpus ini digunakan untuk mengetahuai hubungan antara kalimat bahasa sumber dan bahasa target, atau kata bahasa sumber dan bahasa target. Korpus ini juga dapat digunakan untuk menginformasikan hubungan ekuivalensi antara leksikal atau struktur bahasa sumber dan bahasa target, termasuk sebagai dasar untuk penyusunan kamus bilingual dan mesin penerjemah. Informasi yang lengkap dan alamiah yang ada dalam korpus juga merupakan salah satu alasan mengapa kamus bilingual tidak banyak menolong bagi kita untuk menerjemahkan bahasa yang tidak familiar.

Korpus paralel memberi kita banyak alternatif yang dapat kita pilih tentang makna dan satuan bahasa yang kesemuanya ekuivalen. Dengan korpus tersebut kita dapat mengidentifikasi satuan unit makna dalam satu bahasa dan menemukan ekuivalensinya dalam bahas lain. Sebagai contoh, kita akan mengkaji penerjemahan pronomina persona dalam teks terjemahan. Asumsinya, pronomina persona dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran berbeda, misalnya pronomina persona dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris. Dalam bahasa Arab semua pronomina persona, baik pronomina persona pertama, kedua, dan ketiga memiliki bentuk tunggal, dualis, dan pluralis. Selain itu masing-masing pronomina persona juga memiliki penanda gender, yaitu feminin dan maskulin. Sebaliknya, pronomina persona dalam bahasa Inggris hanya mengenal bentuk jamak dan tunggal, sedangkan penanda gender hanya untuk pronomina persona ketiga tunggal. Untuk mengkaji hal itu diperlukan korpus paralel yang menampilkan keseluruahn penggunaan pronomina persona dalam bahasa Arab sebagai bahasa sumber dan ekuivalensinya dalam bahasa Inggris sebagai bahasa sasaran.

Korpus yang diperlukan untuk mengkaji ekuivalensi pronomina persona di atas

tentu saja jika tujuan kajiannya adalah untuk mengetahui kesalahan dalam

penerjemahan yang dilakukan oleh pelajar. Untuk dapat mengetahui hal itu diperlukan

korpus yang merupakan kumpulan penggunaan bahasa oleh pelajar yang sedang

mempelajari bahasa tersebut, misalnya, bahasa Inggris sebagai terjemahan bahasa

Indonesia bagi pelajar Indonesia. Teks bahasa Inggris yang mereka produksi, baik

(12)

____________________________________________________________________________

Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta

dalam bentuk tulis maupun lisan merupakan teks yang dihasilkan oleh penutur asing.

Korpus seperti ini sering disebut korpus pembelajar (leaner corpus)

Lebih lanjut, korpus paralel dapat berupa unidireksional dan bidireksional (Zanettin, 2000). Korpus paralel dipertimbangkan sebagai unidiresional apabila korpus berisi hasil penerjemahan langsung dari korpus dalam bahasa yang berbeda, misalnya teks bahasa Inggris diterjemahkan ke bahasa Cina atau teks dalam bahasa Cina diterjemahkan ke bahasa Inggris. Keduanya berdiri sendiri sebagai pasangan. Korpus paralel bidireksional merupakan korpus yang berisi teks asli yang ditulis dalam bahasa A dan diterjemahkan dalam bahasa B yang ditambah dengan teks asli dalam bahasa B dan diterjemahkan dalam bahasa A, misalnya teks asli bahasa Inggris dan terjemahnya dalam bahasa Cina maupun teks asli bahasa Cina dengan terjemahannya dalam bahasa Inggris. Dalam hal ini teks diproduksi secara simultan dalam bahasa yang berbeda (Hunston, 2002).

Korpus paralel utamanya dimanfaatkan oleh tiga jenis kelompok pengguna, yaitu guru dan mahasiswa bahasa, penerjemah dan peserta pelatihan penerjemahan, dan linguis komputasional. Bagi para pembelajar bahasa, kospus paralel digunakan untuk melihat kata atau frasa yang tidak masuk dalam daftar kamus atau ketika makna penggunaan kata tertentu tidak cukup jelas. Bagi linguis komputasional, korpus paralel menjadi dasar untuk mengembangkan software. Korpus paralel paling penting digunakan dalam hubungannya dengan penerjemahan. Bagi penerjemah, guru bahasa, dan peserta pelatihan penerjemahan korpus paralel memberi wawasan yang luas dalam hal perbandingan ciri bahasa yang tidak dijumpai dalam korpus yang monolingual.

Bagi mereka korpus ini juga menginformasikan dan menjelaskan perbedaan antara teks

sumber dan teks sasaran, misalnya informasi kekhasan leksikon bahasa, perbedaan

tipologi dan budaya. Selain itu korpus paralel juga digunakan untuk mengetahui

pengaruh teks sumber terhadap teks sasaran. Dengan korpus tersebut dapat diketahui

cara informasi dalam suatu bahasa disampaikan kembali atau diterjemahkan dalam

bahasa yang berbeda, termasuk untuk mengetahui lengkap tidaknya informasi dan ada

tidaknya proses yang menyimpang dalam penerjemahan.

(13)

____________________________________________________________________________

Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta

D. Simpulan

Korpus penerjemahan memiliki perbedaan dengan korpus dalam kajian linguistik secara umum meskipun secara substansi sama, yaitu berisi kumpulan teks tulis dan lisan dari berbagai sumber. Namun, dalam perwujudannya berbeda-beda.

Dalam menentukan korpus, hendaknya peneliti menyelaraskannya dengan cabang penerjemahan yang akan dikaji sehingga diperoleh kurpus yang mendukung tujuan penelitiannya. Secara umum, kopus penerjemahan ada tiga jenis, yaitu kopus komparatif, korpus paralel, dan kopus mullingual. Dalam penggunaannya ketiga korpus tersebut berbeda bergantung tujuan yang hendak dicapai.

DAFTAR RUJUKAN

Atkins, Sue; Clear, Jeremy & Ostler, Nicholas. “Corpus Design Criteria”. Literary and Linguistic Computing, 7(1). 1992. pp. 01-16.

Baker, M. 1992. In Other Words: A course Book On Translation. London New York:

Routledge.

Baker, Mona. “Corpora in Translation Studies. An Overview and Suggestions for Future Research”. Target, 7(2). 1995. pp. 223-243.

Baker, Mona. “Corpus-based Translation Studies. The Challenges that Lie Ahead”. In:

Somers, Harold (Ed.). Terminology, LSP and Translation Amsterdam: John Benjamins Publishing Company, 1996. pp. 175-186.

Biber, Douglas. “Representativeness in Corpus Design”. Literary and Linguistic Computing, 1993. pp 244-257

Halliday, M.A.K; Wolfgang Teubert; dan Collin Yallop, dan Anna Cermokova. 2004.

Lexicology and Corpus Linguistics.: An Introduction. New York: Continuum.

(14)

____________________________________________________________________________

Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta

Hunston, S. 2002. Corpora in Applied Linguistics. Cambridge University Press.

Meyer, Charles F. 2004. English Copus Linguistics An Introduction. New York:

Cambridge University Press.

Munday, J. 2001. Introducing Translation Studies. Theories and Applications. London and NewYork: Routledge.

Newmark. 1988. A Textbook of Translation. London: Prentice Hall International.

Zanettin, Frederico 2000: Parallel Corpora in Translation Studies. Issues in Corpus Design and Analysis. Dalam Olohan, Maeve (ed.), Intercultural Faultlines.

Research Models in Translation Studies I. Textual and Cognitive Aspects.

Manchester: St Jerome, 105-118.

Gambar

Diagram 2.  Kajian Penerjemahan Murni
Diagram 3. Cabang Kajian Penerjemahan Terapan

Referensi

Dokumen terkait