• Tidak ada hasil yang ditemukan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KEPALA BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG DAN BEKASI,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KEPALA BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG DAN BEKASI,"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN KEPALA BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG DAN BEKASI

NOMOR : SK.55/AJ.206/BPTJ-2017 TENTANG

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN PERMUKIMAN DI WILAYAH JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG DAN BEKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

KEPALA BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG DAN BEKASI,

Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 32 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek, telah mengatur Angkutan Pemukiman yang merupakan bagian dari Pelayanan Angkutan Orang Dengan Tujuan Tertentu;

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi tentang Penyelenggaraan Angkutan Permukiman Di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.

(2)

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 260, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5594);

3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara;

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan;

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2015 tentang Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi;

6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum;

7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 46 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 28 Tahun 2015;

8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 32 Tahun

2016 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang

Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam

Trayek;

(3)

9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 66 Tahun 2016 tentang Pendelegasian Wewenang Menteri Perhubungan Kepada Kepala Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG DAN BEKASI TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN PERMUKIMAN DI WILAYAH JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG DAN BEKASI.

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Angkutan adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan;

2. Terminal adalah pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikan dan menurunkan orang dan/atau barang serta, perpindahan moda angkutan;

3. Perusahaan Angkutan Umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang dengan Kendaraan Bermotor Umum;

4. Penumpang adalah orang yang berada di Kendaraan selain Pengemudi dan awak Kendaraan

5. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap Kendaraan

yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang

dengan dipungut bayaran;

(4)

6. Mobil Bus Besar adalah Kendaraan bermotor angkutan orang yang beratnya lebih dari 8.000 (delapan ribu) kilogram sampai dengan 16.000 (enam belas ribu) kilogram, panjang lebih dari 9.000 (sembilan ribu) milimeter sampai 12.000 (dua belas ribu) milimeter, lebar tidak lebih 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter dan tinggi kendaraan tidak lebih 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter dan tidak lebih dari 1,7 (satu koma tujuh) kali lebar kendaraan;

7. Mobil Bus Sedang adalah Kendaraan bermotor angkutan orang yang beratnya lebih dari 5.000 (lima ribu) kilogram sampai dengan 8.000 (delapan ribu) kilogram, panjang maksimal 9.000 (sembilan ribu) milimeter lebar tidak lebih 2.100 (dua ribu seratus) milimeter dan tinggi kendaraan tidak lebih 1,7 (satu koma tujuh) kali lebar kendaraan;

8. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek);

9. Direktur adalah Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek.

Pasal 2

Peraturan ini dibuat dengan maksud dan tujuan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan angkutan permukiman di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.

Pasal 3

Ruang lingkup pengaturan dalam peraturan ini meliputi:

a. Perizinan Angkutan Permukiman.

(5)

b. Standar pelayanan angkutan permukiman;

c. Standar spesifikasi teknis angkutan permukiman.

Pasal 4

(1) Angkutan Permukiman merupakan pelayanan angkutan tidak dalam trayek yang melayani dari kawasan permukiman ke beberapa titik tujuan pusat kegiatan;

(2) Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pusat perkantoran, pusat perdagangan, dan/atau kawasan industri.

Pasal 5

Angkutan Permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 wajib memenuhi pelayanan sebagai berikut :

a. khusus mengangkut penumpang dari kawasan permukiman ke pusat kegiatan;

b. memiliki waktu perjalanan tetap dan teratur yang ditentukan oleh perusahaan angkutan;

c. tidak singgah di terminal;

d. tidak menaikkan penumpang dalam perjalanan;

e. tarif dikenakan perpenumpang perjalanan;

f. kendaraan yang digunakan untuk pelayanan angkutan permukiman meliputi :

1) mobil bus besar ; dan/atau 2) mobil bus sedang.

g. kendaraan menggunakan tanda nomor kendaraan

bermotor dengan warna dasar kuning dengan tulisan

hitam.

(6)

Pasal 6

Kendaraan yang dipergunakan untuk pelayanan angkutan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. dilengkapi tanda khusus berupa stiker dengan huruf kapital dan tebal dengan tulisan yang menyatakan nama kawasan ”PERMUKIMAN” yang ditempatkan pada badan kendaraan sebelah kiri dan kanan;

b. logo dan nama perusahaan yang ditempatkan pada pintu depan bagian tengah sebelah kiri dan kanan;

c. tanda jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard kendaraan, yang dikeluarkan oleh masing- masing perusahaan angkutan;

d. dilengkapi dokumen kendaraan telah memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan;

e. dilengkapi dokumen perjalanan yang sah, berupa Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Kartu Uji dan Kartu Pengawasan;

f. mencantumkan nomor telepon layanan pengaduan masyarakat yang diletakkan pada bagian dalam dan bagian luar kendaraan.

Pasal 7

(1) Untuk menyelenggarakan angkutan permukiman, perusahaan angkutan umum wajib memiliki Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman.

(2) Pemberian Izin dikenakan biaya sebagai Penerimaan

Negara Bukan Pajak sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(7)

Pasal 8

Perusahaan Angkutan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 harus berbentuk badan hukum sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku yang meliputi :

a. Badan Usaha Milik Negara;

b. Badan Usaha Milik Daerah;

c. Perseroan Terbatas; atau d. Koperasi.

Pasal 9

(1) Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman diberikan oleh Kepala Badan.

(2) Untuk memperoleh Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat(1), Perusahaan Angkutan Umum wajib memenuhi persyaratan :

a. memiliki paling sedikit 5 (lima) kendaraan bermotor dengan dibuktikan dengan STNK atas nama perusahaan dan Surat Tanda Bukti Lulus Uji Berkala Kendaraan Bermotor;

b. Memiliki tempat penyimpanan kendaraan (pool);

c. Menyediakan fasilitas pemeliharaan kendaraan (bengkel) yang dibuktikan dengan dokumen kepemilikan atau perjanjian kerjasama dengan pihak lain;

d. Memperkerjakan pengemudi yang memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) Umum sesuai golongan Kendaraan.

Pasal 10

(8)

(1) Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 berupa dokumen kontrak dan/atau kartu elektronik yang terdiri atas :

a. surat Keputusan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman;

b. surat pernyataan kesanggupan untuk memenuhi kewajiban melayani angkutan sesuai dengan izin yang diberikan; dan

c. kartu pengawasan.

(2) Surat keputusan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman dan surat pernyataan kesanggupan untuk memenuhi kewajiban melayani angkutan sesuai dengan izin yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b diberikan kepada Pimpinan Perusahaaan Angkutan Umum dan Berlaku selama 5 (lima) tahun.

(3) kartu pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan dokumen perizinan yang melekat pada setiap kendaraan Bermotor Umum dan wajib diperbaharui setiap 1 (satu) tahun sejak diterbitkan kartu pengawasan.

Pasal 11

(1) Surat keputusan Izin Penyelenggara Angkutan Permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a meliputi :

a. surat keputusan izin, paling sedikit memuat :

1)

nomor surat keputusan;

2)

jenis pelayanan;

3)

nama perusahaan;

4)

nomor induk perusahaan;

(9)

5)

nama pimpinan perusahaan;

6)

alamat perusahaan;

7)

masa berlaku izin.

b. surat keputusan pelaksanaan izin, paling sedikit memuat :

1)

nomor surat keputusan;

2)

jenis pelayanan;

3)

nama perusahaan;

4)

jumlah kendaraan yang diizinkan;

5)

masa berlaku izin;

6)

asal dan tujuan.

c. lampiran surat keputusan berupa daftar kendaraan, paling sedikit memuat :

1)

nomor surat keputusan;

2)

nama dan domisili perusahaan;

3)

merk pabrik;

4)

tahun pembuatan;

5)

daya angkut orang;

6)

asal dan tujuan;

7)

nomor rangka kendaraan bermotor;

8)

nomor uji berkala kendaraan bermotor.

(2) Surat pernyataan kesanggupan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b ditandatanggani pemohon di atas meterai yang dibubuhi cap/stempel perusahaan.

(3) Kartu pengawasan (KP) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf c, paling sedikit memuat :

1)

nomor surat keputusan;

2)

nomor induk kendaraan;

3)

nama perusahaan;

4)

masa berlaku Kartu Pengawasan;

5)

asal dan tujuan;

(10)

6)

tanda nomor kendaraan;

7)

nomor rangka kendaraan bermotor;

8)

nomor uji kendaraan bermotor;

9)

daya angkut orang;

10)

daya angkut bagasi;

(4) Surat Keputusan Izin, Surat Pelaksanaan Keputusan Izin, Kartu Pengawasan (KP), sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) sebagaimana tercantum dalam Lampiran keputusan ini.

Pasal 12

Perusahaan angkutan umum yang telah mendapat Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 wajib :

a. mengoperasikan kendaraan sesuai dengan izin yang diberikan;

b. mematuhi ketentuan standar pelayanan minimal;

c. melaksanakan sistem manajemen keselamatan;

d. menerbitkan bukti pembayaran kepada pengguna jasa;

e. melaporkan kegiatan penyelenggaraan angkutan permukiman setiap tahun kepada Kepala Badan;

f. melaporkan apabila terjadi perubahan susunan kepengurusan badan hukum atau domisili badan hukum.

Pasal 13

(11)

(1) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 12, Perusahaan angkutan umum yang telah mendapat Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman harus melengkapi dan memenuhi persyaratan:

a. Standar Pelayanan;

b. Standar Spesifikasi Teknis Kendaraan.

(2) Standar Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. Keamanan, kendaraan harus dilengkapi dengan : 1) GPS (Global Positioning System) atau peralatan

yang mempunyai fungsi sejenis;

2) Kamera Perekam (CCTV);

b. Keselamatan, meliputi pengaturan mengenai:

1) Kondisi fisik, Kompetensi dan Jam Istirahat pengemudi;

2) Pengecekan kelaikan kendaraan.

c. Kenyamanan, harus memenuhi ketentuan : 1) Faktor muat penumpang;

2) Konfigurasi Tempat Duduk;

3) Stiker Pengaduan Penumpang (151);

4) Fasilitas Pengisian baterai telepon genggam;

5) Lampu Penerangan Interior;

6) Toilet.

d. Keterjangkauan, kendaraan harus dilengkapi dengan :

1) Display Elektronik;

2) Rincian waktu operasi.

e. Kesetaraan, Perusahaan menyediakan pelayanan bagi penyandang disabilitas.

f. Keteraturan, pelayanan dilakukan dengan

memberikan:

(12)

1) Waktu operasi yang pasti sesuai permintaan penumpang di permukiman yang dilayani;

2) Alat pembayaran elektronik.

(3) Standar Spesifikasi Teknis Kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. desain dan kinerja bus;

b. aksesibilitas penumpang di dalam bus;

c. interior kendaraan, sistem keluar dan masuk;

d. komunikasi;

e. fasilitas untuk penumpang dengan kebutuhan khusus; dan

f. kompartemen pramudi.

(4) Rincian Standar Pelayanan dan Standar Spesifikasi Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran keputusan ini.

Pasal 14

Permohonan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dapat berupa:

a. Izin bagi pemohon baru;

b. Pembaharuan masa berlaku Izin, terdiri dari:

1) Pembaharuan masa berlaku Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman;

2) Pembaharuan masa berlaku kartu pengawasan.

c. Perubahan dokumen Izin, terdiri atas:

1) Perubahan (penambahan/pengurangan) asal tujuan pelayanan;

2) Penambahan kendaraan;

3) Penggantian dokumen perizinan yang hilang atau

rusak;

(13)

4) Perubahan pengurus perusahaan;

5) Penggantian kendaraan atau peremajaan kendaraan.

Pasal 15

(1) Permohonan Izin angkutan permukiman bagi pemohon baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a diajukan kepada Kepala Badan dengan melengkapi:

a. Akta pendirian perusahaan dan/atau perubahan terakhir;

b. Bukti pengesahan sebagai badan hukum dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;

c. Tanda Daftar Perusahaan;

d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan;

e. Surat keterangan domisili perusahaan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang;

f. Memiliki dan/atau menguasai tempat penyimpanan kendaraan (pool) yang memenuhi persyaratan teknis dan memiliki izin dari Pemerintah Daerah yang ditunjukan dengan Surat Izin Tempat Usaha (SITU);

g. Surat Pernyataan Kesanggupan untuk memenuhi seluruh kewajiban sebagai pemegang Izin peyelenggaraan angkutan permukiman, bermaterai dan ditandatangani pimpinan perusahaan;

h. Surat Pernyataan Kesanggupan untuk memiliki dan/atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu menyediakan fasilitas pemeliharaan kendaraan bermotor.

i. Perjanjian kerjasama dengan pengelola permukiman

yang akan dilayani;

(14)

j. Perjanjian kerjasama dengan pengelola tempat parkir kendaraan di tujuan perjalanan.

(2) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinilai telah memenuhi persyaratan, Kepala Badan memberikan surat persetujuan.

(3) Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi dasar bagi pemohon untuk dipergunakan dalam proses pengajuan penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Umum oleh dinas yang membidangi sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sesuai domisili perusahaan.

(4) Rekomendasi penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan paling lama 7 (tujuh) hari kerja.

(5) Setelah mendapatkan Surat Tanda Nomor Kendaraan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (3), untuk kendaraan baru cukup menyampaikan Salinan Sertifikat Registrasi Uji Tipe (SRUT) kendaraan bermotor dan STNK Angkutan Umum dan untuk kendaraan bukan baru harus melampirkan Salinan STNK Angkutan Umum dan kartu lulus uji berkala.

(6) Setelah dipenuhinya STNK Angkutan Umum dan SRUT untuk kendaraan baru dan Salinan STNK Angkutan Umum dan kartu lulus uji berkala untuk kendaraan bukan baru, dinas yang membidangi sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan pada lokasi asal dan tujuan pelayanan menerbitkan surat pengantar realisasi penerbitan izin kepada Kepala Badan.

(7) Dalam hal permohonan yang diajukan pemohon

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, Kepala

(15)

Badan menerbitkan Surat Keputusan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman beserta Kartu Pengawasan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak dokumen permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima secara lengkap.

(8) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memenuhi persyaratan, Kepala Badan menerbitkan surat penolakan disertai alasan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak dokumen permohonan diterima secara lengkap.

Pasal 16

(1) Permohonan pembaharuan masa berlaku izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b angka 1) diajukan kepada Kepala Badan Pengelola, dilengkapi dengan laporan pelayanan angkutan permukiman yang izinnya diperbaharui.

(2) Permohonan perpanjangan masa berlaku izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan persyaratan administratif.

(3) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain:

a. Surat permohonan pembaharuan masa berlaku izin:

b. Salinan surat keputusan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman yang telah dimiliki;

c. Salinan STNK yang masih berlaku atas nama perusahaan; dan

d. Salinan buku lulus uji berkala kendaraan yang

masih berlaku.

(16)

(4) Dalam hal permohonan yang diajukan pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, Kepala Badan memberikan Surat keputusan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman yang telah diperbaharui paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak dokumen permohonan diterima secara lengkap.

(5) Dalam hal permohonan yang diajukan pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak, Kepala Badan memberikan Surat Penolakan disertai alasan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak dokumen diterima permohonan diterima secara lengkap.

Pasal 17

(1) Permohonan pembaharuan masa berlaku Kartu Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b angka 2) diajukan kepada Kepala Badan dengan dilengkapi persyaratan administratif.

(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:

a. Surat permohonan pembaharuan masa berlaku kartu pengawasan;

b. Salinan surat keputusan Izin penyelenggaran angkutan permukinan yang telah dimiliki;

c. Salinan STNK yang masih berlaku atas nama perusahaan; dan

d. Salinan bukti lulus uji berkala kendaraan yang masih berlaku.

(3) Dalam hal permohonan yang diajukan pemohon

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, Kepala

(17)

Badan memberikan Kartu Pengawasan yang telah diperbaharui paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak dokumen permohonan diterima secara lengkap.

(4) Dalam hal permohonan yang diajukan pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak, Kepala Badan memberikan Surat Penolakan disertai alasan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak dokumen diterima permohonan diterima secara lengkap.

Pasal 18

(1) Permohonan perubahan dokumen izin untuk perubahan asal-tujuan lintas pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c angka 1) diajukan kepada Kepala Badan,dilengkapi dengan persyaratan administratif, antara lain:

a. Surat permohonan perubahan asal-tujuan lintas pelayanan;

b. Salinan Surat Keputusan Izin penyelenggaraan angkutan permukinan yang telah dimiliki;

c. Perjanjian kerjasama dengan pengelola permukiman yang akan dilayani;

d. Perjanjian kerjasama dengan pengelola tempat parkir kendaraan di tujuan perjalanan.

(2) Untuk permohonan penambahan asal-tujuan lintas pelayanan, dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinilai telah memenuhi persyaratan, Kepala Badan memberikan surat persetujuan.

(3) Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

menjadi dasar bagi pemohon untuk dipergunakan

(18)

dalam proses pengajuan penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Umum oleh dinas yang membidangi sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sesuai domisili perusahaan.

(4) Rekomendasi penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan paling lama 7 (tujuh) hari kerja.

(5) Setelah mendapatkan Surat Tanda Nomor Kendaraan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (3), untuk kendaraan baru cukup menyampaikan Salinan SRUT kendaraan bermotor dan STNK Angkutan Umum dan untuk kendaraan bukan baru harus melampirkan Salinan STNK Angkutan Umum dan kartu lulus uji berkala.

(6) Setelah dipenuhinya Surat Tanda Nomor Kendaraan Umum dan SRUT untuk kendaraan baru dan Salinan STNK dan kartu lulus uji berkala untuk kendaraan bukan baru, dinas yang membidangi sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan pada lokasi asal dan tujuan pelayanan baru menerbitkan surat pengantar realisasi penerbitan izin kepada Kepala Badan.

(7) Dalam hal permohonan yang diajukan pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, Kepala Badan menerbitkan Surat Keputusan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman beserta Kartu Pengawasan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak dokumen permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima secara lengkap..

(8) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) tidak memenuhi persyaratan, Kepala Badan

(19)

menerbitkan surat penolakan disertai alasan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak dokumen permohonan diterima secara lengkap.

Pasal 19

(1) Permohonan perubahan dokumen izin untuk penambahan kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c angka 2) diajukan kepada Kepala Badan, dilengkapi dengan laporan pelayanan angkutan permukiman yang dilayani.

(2) Permohonan penambahan kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan persyaratan administratif.

(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain:

a. Surat permohonan penambahan kendaraan;

b. Salinan Surat Keputusan Izin penyelenggaraan angkutan pemukinan yang telah dimiliki;

c. Salinan surat keterangan domisili perusahaan.

(4) Dalam hal permohonan yang diajukan pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, Kepala Badan memberikan Surat Persetujuan Penambahan Kendaraan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak dokumen permohonan diterima secara lengkap.

(5) Dalam hal permohonan yang diajukan pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak, Kepala Badan memberikan Surat Penolakan disertai alasan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak dokumen permohonan diterima.

(6) Surat persetujuan penambahan kendaraan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi dasar

(20)

bagi pemohon untuk dipergunakan dalam proses pengajuan persetujuan atau rekomendasi penguningan oleh dinas yang membidangi sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sesuai domisili pemohon.

(7) Surat Persetujuan atau rekomendasi penguningan plat nomor sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diterbitkan paling lama 7 (tujuh) hari kerja.

(8) Setelah mendapatkan tanda nomor kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), untuk kendaraan baru hanya menyampaikan Salinan SRUT kendaraan bermotor dan Salinan STNK.

(9) Untuk kendaraan bukan baru harus melampirkan Salinan STNK dan Salinan kartu lulus uji berkala.

(10) Dalam hal permohonan disetujui, Kepala Badan memberikan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman beserta Kartu Pengawasan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya dokumen secara lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 20

(1) Permohonan perubahan untuk penggantian dokumen izin yang hilang atau rusak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c angka 3) diajukan kepada Kepala Badan, dilengkapi dengan laporan kehilangan dokumen dari pihak Kepolisian Republik Indonesia atau dokumen perizinan yang rusak.

(2) Permohonan penggantian dokumen perizinan yang

hilang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi

dengan:

(21)

a. Surat permohonan penggantian dokumen yang hilang atau rusak;

b. Salinan Surat Keputusan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman yang telah dimiliki dan masih berlaku;

c. Surat dari Kepolisian untuk dokumen yang hilang dan bukti pengumuman terhadap dokumen yang hilang di media massa;

d. Melampirkan bukti dokumen yang rusak.

(3) Dalam hal permohonan disetujui, Kepala Badan memberikan dokumen penggantian perizinan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya dokumen secara lengkap.

Pasal 21

(1) Permohonan perubahan pengurus perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c angka 4) diajukan kepada Kepala Badan, dilengkapi dengan laporan perubahan pengurus perusahaan.

(2) Permohonan perubahan pengurus perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilengkapi dengan:

a. Akte perubahan badan hukum yang telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;

b. Salinan Surat Keputusan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman yang telah dimiliki;

c. Surat keterangan domisili perusahaan dikeluarkan

oleh instansi yang berwenang;

(22)

d. Surat pernyataan kesanggupan untuk memenuhi seluruh kewajiban sebagai pemegang Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman.

(3) Dalam hal permohonan disetujui, Kepala Badan memberikan dokumen penggantian perizinan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya dokumen secara lengkap berupa:

a. Surat Keputusan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman;

b. Surat keputusan pelaksanaan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman;

c. Lampiran surat keputusan pelaksanaan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman;

d. Kartu pengawasan kendaraan.

(4) Sebelum Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan kepada pemohon, terlebih dahulu wajib menyerahkan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman yang lama.

Pasal 22

(1) Permohonan penggantian kendaraan atau peremajaan kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c angka 5) diajukan kepada Kepala Badan dilengkapi dengan persyaratan administratif.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Surat permohonan penggantian kendaraan atau peremajaan kendaraan;

b. Salinan Surat Keputusan Izin Penyelenggaraan

Angkutan Permukiman;

(23)

c. Salinan STNK kendaraan pengganti;

d. Salinan kartu bukti lulus uji berkala kendaraan pengganti.

(3) Dalam hal permohonan disetujui, kepada Kepala Badan memberikan dokumen penggantian perizinan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanaya dokumen secara lengkap, berupa:

a. Lampiran Surat Kerja keputusan pelaksanaan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman;

b. Kartu pengawasan kendaraan.

(4) Sebelum Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan, pemohon wajib terlebih dahulu menyerahkan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman yang lama.

Pasal 23

(1) Pemberian Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman, dilaksanakan melalui:

a. Lelang; atau b. Seleksi.

(2) Pemberian Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman melalui pelelangan sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan kepada yang telah memenuhi persyaratan administratif.

(3) Pemberian Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman melalui seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan setelah memenuhi persyaratan administrasi dan dilakukan untuk:

a. Perusahaan Angkutan Umum yang telah memiliki

izin diwilayah tersebut;

(24)

b. Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman.

Pasal 24

(1) Pelelangan pembukaan layanan baru atau penambahan jumlah kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 diumumkan melalui website, papan pengumuman, dan/atau media massa paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sebelum pendaftaran pelelangan.

(2) Pengumuman pelelangan pembukaan layanan baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada Rencana kebutuhan kendaraan angkutan permukiman (3) Pengumuman pelelangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan oleh Kepala Badan.

(4) Pengumuman pelelangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat:

a. Lokasi kota yang akan dilayani;

b. Jumlah kebutuhan kendaraan;

c. Jenis kendaraan dan spesifikasi kendaraan;

d. Standar pelayanan minimal.

(5) Berdasarkan penilaian terhadap pemenuhan persyaratan administrasi dan pemenuhan standar pelayanan minimal, dilakukan pemilihan pemenang yang mempunyai nilai tertinggi.

(6) Pemenang pelelangan terhadap pembukaan layanan baru sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) diumumkan melalui website, papan pengumuman dan/atau media massa.

(7) Terhadap pemenang pelelangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (6) diberikan Izin Penyelenggaraan Angkutan

(25)

Permukiman yang berupa dokumen kontrak dan/atau kartu elektronik.

Pasal 25

(1) Direktur melakukan penilaian persyaratan administrasi dan teknis terhadap persyaratan masing-masing pemohon dan melaporkan hasilnya kepada Kepala Badan.

(2) Terhadap penilaian persyaratan administrasi dan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Badan memberikan persetujuan atau penolakan izin kepada pemohon paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima.

(3) Kepala Badan memberikan penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan alasan serta rekomendasi penyempurnaan kepada pemohon.

Pasal 26

Pelanggaran terhadap peraturan ini diberikan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 27

Direktur melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

Peraturan ini.

(26)

Pasal 28

Perusahaan Angkutan Umum yang saat ini menyelenggarakan kegiatan Angkutan Permukiman tetap beroperasi dan wajib menyesuaikan dengan Peraturan ini dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak Peraturan ini b0erlaku efektif.

Pasal 29

Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 10 Januari 2017 KEPALA BADAN PENGELOLA

TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG DAN BEKASI

ttd

ELLY ADRIANI SINAGA SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada:

1.

Menteri Perhubungan;

2.

Kepala Kepolisian Republik Indonesia;

3.

Gubernur DKI Jakarta;

4.

Gubernur Jawa Barat;

5.

Gubernur Banten;

6.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan;

7.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat;

8.

Kepala Dinas Perhubungan Provinsi di wilayah Jabodetabek;

9.

Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten/Kota di wilayah Jabodetabek.

(27)

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TENGERANG DAN BERKASI

NOMOR : SK.55/AJ.206/BPTJ-2017 TANGGAL : 10 Januari 2017

I. STANDAR PELAYANAN ANGKUTAN PERMUKIMAN

No. Jenis Uraian Fungsi Indikator Nilai/Ukuran/

Jumlah Keterangan

1. KEAMANAN a. GPS (Global

Positioning System)

Penanda lokasi kendaraan pada saat dioperasikan

Sebagai

instrumen untuk meningkatkan tingkat

keamanan baik untuk

penumpang mupun kendaraan/

pengemudi itu sendiri

Ketersediaan. Harus tersedia.

b. Kamera Perekam (CCTV)

Kamera yang merekam kegiatan di dalam Bus pada saat beroperasi

Sebagai perekam kegiatan di dalam kendaraan

pada saat

beroperasi yang berfungsi untuk meningkatkan keamanan atau pada saat ada barang

penumpang yang tertinggal

Ketersediaan. Harus tersedia.

(28)

No. Jenis Uraian Fungsi Indikator Nilai/Ukuran/

Jumlah Keterangan

2. KESELAMATAN a. Pengemudi

1) Kondisi fisik Pengemudi dalam keadaan

sehat fisik dan mental. Sebagai bukti pengemudi dalam keadaan sehat

Sehat. Surat keterangan berbadan sehat dari dokter setiap 6 (enam) bulan sekali

2) Kompetensi. Pengemudi memiliki pengetahuan mengenali rute pelayanan, tanggap darurat, dan pelayanan.

Sebagai bukti pengemudi mengerti etika berlalulintas

Telah mengikuti pelatihan.

Mengikuti pelatihan/pen yegaran paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.

3) Jam Istirahat Pengemudi wajib istirahat paling lama 15 (limabelas) menit setelah

mengemudikan kendaraan selama 2 jam berturut- turut.

Wajib menjaga agar kondisi pengemudi tetap prima.

Kondisi pengeudi prima.

Diterapkannya , jam istirahat pengemudi.

b. Pengecekan kelaikan kendaraan sebelum beroperasi.

Prosedur pengecekan kelaikan kendaraan sebelum beroperasi.

Untuk memastikan bahwa

kendaraan dalam siap guna

operasi (SGO).

SOP

pemeriksaan.

Harus tersedia untuk setiap kendaraan.

(29)

No. Jenis Uraian Fungsi Indikator Nilai/Ukuran/

Jumlah Keterangan

3. KENYAMANAN a. Kapasitas

angkut Jumlah penumpang sesuai dengan kapasitas angkut / daya angkut sesuai dengan yang tertera dibuku uji.

Agar tersedia ruang gerak yang nyaman bagi penumpang pada saat berada pada dalam

kendaraan.

Jumlah penumpang terangkut.

Paling tinggi 95% sesuai kapasitas angkut pada saat peak hour

b. Konfigurasi

tempat duduk Konfigurasi tempat duduk penumpang pada

kendaraan 2.2 (dua kanan dan dua kiri) dengan recleaning seat (RS)

Untuk memberikan kenyamana pada penumpang.

Terpasang Harus

terpasang dan berfungsi dengan baik

c. Stiker

pengaduan (151)

Terpasangnya stiker pengaduan untuk

menginformasikan kepada penumpang nomor

pengaduan konsumen 151

Untuk memberikan informasi pengaduan konsumen pada penumpang.

Terpasang Terpasang

d. Fasilitas

pengisian baterai telepon

genggam/

handphone

Terdapat fasilitas yang dapat dipergunakan untuk mengisi daya baterai

telepon genggam/

handphone (kontak listrik)

Dipergunakan oleh penumpang untuk mengisi daya baterai telepon genggam

Terpasang Harus

terpasang dan berfungsi dengan baik

e. Lampu penerangan interior

Terdapat lampu penerangan yang digunakan untuk membaca pada malam hari

Digunakan untuk kepentingan penumpang pada saat malam hari

Terpasang Harus

terpasang dan berfungsi dengan baik

(30)

No. Jenis Uraian Fungsi Indikator Nilai/Ukuran/

Jumlah Keterangan f. Toilet Terpasangnya toilet untuk

penumpang Untuk dapat

dipergunakan pada kondisi tertentu.

Terpasang Harus

terpasang dan berfungsi dengan baik

4. KETERJANGKAUAN

Display Elektronik Display informasi kepada

penumpang Memberikan

kemudahan informasi bagi penumpang

Terpasang Harus

terpasang dan berfungsi dengan baik Rincian Waktu

Operasi

Untuk menjamin keteraturan

Sebagai

pedoman pada saat waktu pengoperasian

Tersedia Harus tersedia

5. KESETARAAN Pelayanan prioritas (Ramp Door)

Pemberian prioritas naik/turun kendaraan

Diberikan bagi penumpang penyandang cacat, manusia usia Ianjut, anak-anak, maupun wanita hamil.

Kemudahan Terlayani

(31)

No. Jenis Uraian Fungsi Indikator Nilai/Ukuran/

Jumlah Keterangan

6. KETERATURAN

Waktu operasi Waktu operasi sesuai dengan permintaan masyarakat dikawasan permukiman

Untuk menjamin kebutuhan penumpang

Ketersediaan Harus tersedia

Mesin electronic

data capture (EDC) Mesin electronic data capture (EDC) untuk pembayaran

Alat untuk menunjang sistem pembayaran elektronik (cashless)

Terpasang Harus

terpasang dan berfungsi dengan baik

(32)

II. STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS ANGKUTAN PERMUKIMAN

NO JENIS URAIAN NILAI/UKURAN

/JUMLAH/LETAK KET.

1. DISAIN DAN KINERJA BUS a. Umur maksimum

kendaraan Umur maksimum kendaraan yang diizinkan untuk penyelenggaraan angkutan permukiman

Maks. 10 tahun

b. Tampilan kendaraan 1) Warna cat untuk seluruh badan

kendaraan Warna merah hati dengan kode cat warna

SN-IK Ungu Tua R3/R298 Catatan:

Standar terbatas pada desain livery (stripping dan warna) dan lay out

dan tidak

mengatur badan karoseri

2) Branding/nama Jabodetabek Residence Connexion 3) Nama perusahaan operator (Operated By: PO……….) c. Persyaratan teknis

kendaraan bermotor 1) Rangka Landasan - konstruksi menyatu, terpisah, atau sebagian menyatu sebagian terpisah dengan badan kendaraan

- Dapat menahan seluruh beban getaran dan goncangan Kendaraan berikut muatannya sebesar JBB atau JBKB - Tahan terhadap korosi

- Dilengkapi dengan alat pengait di bagian depan dan bagian belakang kendaraan bermotor

(33)

2) Motor Penggerak

(motor bakar, motor listrik, kombinasi motor bakar dan motor listrik)

- daya untuk mendaki jalan tanjakan dengan sudut kemiringan minimum 8 (delapan derajat) dengan kecepatan minimum 20 km/jam pada segala kondisi jalan;

- Motor penggerak dapat dihidupkan dari tempat duduk pengemudi;

- Motor penggerak kendaraan bermotor tanpa kereta gandengan atau kereta tempelan harus memiliki perbandingan antara daya dan berat total kendaraan berikut muatannya paling sedikit sebesar 4,50kw setiap 1.000 (seribu) kilogram dari JBB atau JBKB;

- Motor penggerak pada kendaraan bermotor yang digunakan untuk menarik kereta gandengan, kereta tempelan, bus tempel dan bus gandeng, harus memiliki perbandingan antara daya dan berat total kendaraan berikut muatannya paling sedikit sebesar 5,50 (lima koma lima puluh) kw setiap 1.000 (seribu) kilogram dari JBB atau JBKB - Dilengkapi dengan pre-cleaner asupan

udara dan pemisah air untuk sistem bahan bakar transmisi. Termasuk semua sumber energi / bahan bakar, seperti bensin, listrik, gas, hybrid, dll.

Akselerasi : 0-50km/h ≤30 detik, interpretasi akselerasi diukur dari bus tanpa muatan pada jalan . Test dilakukan dengan mengambil angka rata-rata percepatan dari test setiap arah yang dilakukan pada 2 arah di dalam periode 30 menit per arahnya.

Jarak perjalanan terjauh tanpa

(34)

pengisian kembali bahan bakar ≥350km.

3) Sistem Pembuangan

(manifold, peredam suara, dan pipa pembuangan)

- Dirancang dan dibuat dari bahan yang cukup kuat

- Arah pipa pembuangan dibuat dengan posisi yang tidak mengganggu pengguna jalan lain

- Asap dari hasil pembuangan tidak mengarah pada tangki bahan bakar atau roda sumbu belakang kendaraan bermotor

- Pipa pembuangan tidak melebihi sisi samping atau sisi belakang kendaraan bermotor

- Pipa pembuangan harus diarahkan ke atas, belakang atau sisi kanan disebelah belakang ruang penumpang dengan sudut kemiringan tertentu terhadap garis tengah kendaraan bermotor.

Sistem pembuangan harus diarahkan ke arah belakang pada sisi kanan, untuk mobil bus.

- Emisi gas buang diukur berdasarkan kandungan polutan yang dikeluarkan kendaraan bermotor. Kandungan polutan tidak melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup

- Insulasi kompartemen : non-flammable (anti api), material insulasi harus melindungi terhadap kebisingan dan panas. Material tahan api harus sesuai dengan ISO 3795 atau standar yang

(35)

setara dengannya.

4) Sistem Penerus Daya

(Otomatis, manual, kombinasi otomatis dan manual)

- Dapat dikendalikan dari tempat duduk pengemudi

- Kendaraan Bermotor dapat bergerak maju dengan 1 (satu) atau lebih tingkat kecepatan

- Kendaraan Bermotor dapat bergerak mundur

5) Sistem Roda-roda

(roda – roda dan sumbu roda)

- Ban – ban hidup harus memiliki adhesi yang cukup, baik pada jalan kering maupun jalan basah. Rancangan sumbu roda dan/atau gabungan sumbu roda berikut roda – rodanya harus memperhatikan kelas jalan yang akan dilalui

6) Sistem Suspensi - Sistem suspensi harus mampu menahan beban, getaran, dan kejutan. Suspensi udara/ Air suspension termasuk kapasitas kneeling . LB (Large Bus)/LBDD (Large Bus Double Decker) Air suspension. ECAS (Electronically Controlled Air Suspension) termasuk self- levelling. Kneeling pada pintu depan

≥60mm drop/lift, control oleh pengemudi dengan indikator /drive-off protection.

Waktu kneel atau naik <8 detik 7) Sistem Alat Kemudi

(roda kemudi/stang kemudi dan batang kemudi)

- Sistem alat kemudi harus dapat digerakkan dan kemudi atau stang kemudi dirancang dan dipasang dengan tidak membahayakan pengemudi.

- Sistem alat kemudi yang dilengkapi

(36)

dengan tenaga bantu harus dapat menurunkan kinerjanya menjadi sistem alat kemudi tanpa tenaga bantu atau manual apabila kendaraan bermotor tersebut bergerak dengan kecepatan tinggi

8) Sistem Rem - Kemampuan rem kendaraan harus lulus (passed) standar uji rolling brake di pusat pengujian kendaraan bermotor.

- Sistem rem kendaraan mobil penumpang harus memenuhi standar sesuai dengan PM Nomor 26 Tahun 2015 tentang Standar Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

- Sistem Rem Utama:

- Ditempatkan dekat dengan pengemudi dan dikendalikan oleh pengemudi

- Bekerja pada semua roda kendaraan sesuai dengan besarnya beban pada masing-masing sumbu

- Sistem Rem parkir:

- Dikendalikan dari ruang pengemudi dan mampu menahan posisi

kendaraan dalam keadaan berhenti pada jalan datar, tanjakan, maupun turunan;

- Dilengkapi dengan pengunci yang bekerja secara mekanis atau sistem lain sesuai perkembangan teknologi - Efisiensi sistem rem utama:

(37)

- Sistem rem utama mobil penumpang, serendah rendahnya sebesar 60%

pada daya kendali rem sebesar ≤ 500 newton (50 kg) dengan langkah gerakan pedal rem maksimum 100 milimeter dan pengereman sebanyak 12 kali,

- 2) Sistem rem utama bus serendah- rendahnya sebesar 60% pada daya kendali rem sebesar ≤ 700 newton (70 kg) dengan langkah gerakan pedal rem maksimum 150 milimeter dan pengereman sebanyak 12 kali.

- Efisiensi sistem rem parkir:

Untuk kendaraan dengan kendali rem tangan

- mobil penumpang, efisiensinya ditentukan serendah-rendahnya sebesar 16 % pada gaya kendali rem tangan sebesar ≤ 400 Newton (40 kg) - mobil bus, efisiensinya ditentukan

serendah-rendahnya sebesar 12 % pada gaya kendali rem tangan sebesar ≤ 500 Newton (50 kg)

- Selain harus dilengkapi dengan rem utama dan rem parkir kendaraan bermotor dengan JBB lebih dari 7.000 (tujuh ribu) kilogram harus dilengkapi dengan rem pelambat.

- Kendaraan untuk transportasi publik dilarang untuk bergerak lebih dari 5 km/ jam pada saat pintu belakang kendaraan dalam keadaan terbuka

(38)

atau saat kneeling system dioperasikan

9) Sistem Lampu dan Alat Pemantul

Cahaya Sistem lampu dan alat pemantul cahaya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf i PP Nomor 55 Tahun 2012 meliputi:

a. Lampu utama dekat berwarna putih atau kuning muda;

b. Lampu utama jauh berwarna putih atau kuning muda;

c. Lampu penunjuk arah berwarna kuning tua dengan sinar kelap-kelip;

d. Lampu rem berwarna merah;

e. Lampu posisi depan berwarna putih atau kuning muda;

f. Lampu posisi belakang berwarna merah;

g. Lampu mundur dengan warna putih atau kuning muda;

h. Lampu penerangan tanda nomor kendaraan bermotor di bagian belakang kendaraan berwarna putih;

i. Lampu isyarat peringatan bahaya berwarna kuning tua dengan sinar kelap-kelip;

j. Lampu tanda batas dimensi kendaraan bermotor berwarna putih atau kuning muda untuk kendaraan bermotor yang lebarnya lebih dari 2.100 (dua ribu seratus) milimeter untuk bagian depan dan berwarna merah untuk bagian belakang;

(39)

k. Alat pemantul cahaya berwarna merah yang ditempatkan pada sisi kiri dan kanan bagian belakang kendaraan bermotor.

- Lampu utama dekat dan lampu utama jauh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 selain Sepeda Motor harus memenuhi persyaratan:

 berjumlah 2 (dua) buah atau kelipatannya;

 dipasang pada bagian depan Kendaraan Bermotor;

 dipasang pada ketinggian tidak melebihi 1.500 (seribu lima ratus) milimeter dari permukaan jalan dan tidak melebihi 400 (empat ratus) milimeter dari sisi bagian terluar Kendaraan; dan

 dapat memancarkan cahaya paling sedikit 40 (empat puluh) meter ke arah depan untuk lampu utama dekat dan 100 (seratus) meter ke arah depan untuk lampu utama jauh.

- Lampu penunjuk arah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf c harus memenuhi persyaratan:

 berjumlah genap;

 dapat dilihat pada waktu siang dan malam hari oleh pengguna jalan lain;

 dipasang pada sisi kiri dan kanan bagian depan Kendaraan Bermotor dengan ketinggian tidak melebihi

(40)

1.500 (seribu lima ratus) milimeter;

dan

 dipasang pada sisi kiri dan kanan bagian belakang Kendaraan Bermotor dengan ketinggian tidak melebihi 1.500 (seribu lima ratus) milimeter.

- Lampu rem sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf d selain Sepeda Motor, harus memenuhi persyaratan:

 berjumlah paling sedikit 2 (dua) buah;

 mempunyai kekuatan cahaya lebih besar dari lampu posisi belakang tetapi tidak menyilaukan bagi pengguna jalan lain; dan

 dipasang pada sisi kiri dan kanan bagian belakang Kendaraan Bermotor dengan ketinggian tidak melebihi 1.500 (seribu lima ratus) milimeter. (2) Dalam hal jumlah lampu rem lebih dari 2 (dua) buah, dapat ditempatkan di bagian atas belakang Kendaraan Bermotor bagian dalam atau luar.

- Lampu posisi depan sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 huruf e selain Sepeda Motor, harus memenuhi persyaratan:

 berjumlah 2 (dua) buah;

 dipasang di bagian depan;

 dapat bersatu dengan lampu utama dekat;

 dipasang pada sisi kiri dan kanan bagian belakang Kendaraan Bermotor dengan ketinggian tidak melebihi 1.500 (seribu lima ratus) milimeter dan tidak menyilaukan pengguna jalan lain; dan

(41)

 tepi terluar permukaan penyinaran lampu posisi depan, tidak melebihi 400 (empat ratus) milimeter dari sisi bagian terluar Kendaraan.

- Lampu posisi belakang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf f selain Sepeda Motor, harus memenuhi persyaratan:

 berjumlah genap;

 dipasang pada ketinggian tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus) milimeter di samping kiri dan kanan bagian belakang Kendaraan dan harus dapat dilihat pada malam serta tidak menyilaukan pengguna jalan lain; dan

 tepi terluar permukaan penyinaran lampu posisi belakang tidak melebihi 400 (empat ratus) milimeter dari sisi bagian terluar Kendaraan.

- Lampu mundur sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 huruf g harus memenuhi persyaratan:

 berjumlah paling banyak 2 (dua) buah; dipasang pada sisi kiri dan kanan bagian belakang Kendaraan Bermotor dengan ketinggian tidak melebihi 1.200 (seribu dua ratus) milimeter;

 tidak menyilaukan pengguna jalan lain; hanya menyala apabila penerus daya digunakan untuk posisi mundur; dan

 dilengkapi tanda bunyi mundur untuk Kendaraan dengan JBB lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.

- Lampu penerangan tanda nomor Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf h

(42)

dipasang di bagian belakang dan dapat menyinari tanda nomor Kendaraan Bermotor agar dapat dibaca pada jarak paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari belakang.

- Lampu isyarat peringatan bahaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf i menggunakan lampu penunjuk arah yang menyala secara bersamaan untuk kedua arah dengan sinar kelap- kelip

- Lampu tanda batas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf j hanya dipersyaratkan bagi Kendaraan yang memiliki lebar lebih dari 2.100 (dua ribu seratus) milimeter. Lampu tanda batas dipasang di bagian depan dan bagian belakang sisi kiri atas dan sisi kanan atas.

- Alat pemantul cahaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf k harus memenuhi persyaratan:

 dipasang secara berpasangan;

 dapat dilihat oleh pengemudi Kendaraan lain yang berada di belakang Kendaraan pada malam hari dari jarak paling sedikit 100 (seratus) meter apabila pemantul cahaya tersebut disinari lampu utama Kendaraan di belakangnya;

 dipasang di bagian belakang Kendaraan Bermotor pada ketinggian tidak melebihi 1.500 (seribu lima ratus) milimeter; dan tepi bagian terluar pemantul cahaya tidak melebihi 400 (empat ratus) milimeter dari sisi terluar Kendaraan.

- Kendaraan Bermotor dapat dilengkapi dengan lampu kabut yang berjumlah paling banyak 2 (dua) buah dipasang di

(43)

bagian depan Kendaraan.

- Lampu kabut sebagaimana dimaksud harus memenuhi persyaratan:

 dengan cahaya warna putih atau kuning;

 titik tertinggi permukaan penyinaran tidak melebihi titik tertinggi permukaan penyinaran dari lampu utama dekat;

 dipasang pada ketinggian tidak melebihi 800 (delapan ratus) milimeter;

 tepi terluar permukaan penyinaran lampu kabut tidak melebihi 400 (empat ratus) milimeter dari sisi terluar Kendaraan; dan

 tidak menyilaukan pengguna jalan.

10) Komponen Pendukung - Komponen pendukung meliputi:

a. Pengukur Kecepatan;

Pengukur kecepatan, harus dilengkapi dengan pengukur jarak dan dipasang pada tempat yang mudah dilihat oleh pengemudi

b. Kaca Spion;

berjumlah 2 (dua) buah atau lebih;

c. (2) dibuat dari kaca atau bahan lain yang dipasang pada posisi yang dapat memberikan pandangan ke arah samping dan belakang dengan jelas tanpa mengubah jarak dan bentuk objek yang terlihat.

d. Penghapus Kaca;

(44)

Paling sedikit berjumlah 1 (satu) buah dipasang di bagian kaca depan, dilengkapi alat penyemprot air ke kaca dan digerakkan secara mekanis dan/atau elektronis.

e. Klakson;

Klakson harus mengeluarkan bunyi dan dapat digunakan tanpa mengganggu konsentrasi pengemudi.

f. Spakbor

Spakbor harus memiliki lebar paling sedikit selebar telapak ban dan harus mampu mengurangi percikan air atau lumpur ke belakang Kendaraan atau badan Kendaraan.

g. Bumper

Bumper harus dipasang di depan dan belakang untuk mobil penumpang dan mobil bus dan bumper depan tidak menonjol ke depan lebih dari 500 (lima ratus) milimeter melewati bagian badan kendaraan yang paling depan.

11) Perlengkapan - Sabuk Keselamatan:

paling sedikit berjumlah 3 (tiga) jangkar untuk tempat duduk pengemudi dan tempat duduk penumpang paling pinggir di samping pengemudi serta paling sedikit berjumlah 2 (dua) jangkar untuk tempat duduk penumpang lainnya;

a. tidak mempunyai tepi yang tajam;

(45)

b. kepala pengunci harus dapat dioperasikan dengan mudah.

- Ban Cadangan:

a. harus memiliki ukuran yang sama dengan ban yang terpasang pada Kendaraan tersebut.

b. dapat memiliki lebar tapak yang berbeda dengan ban yang terpasang pada kendaraan tersebut tetapi memiliki diameter keseluruhan sama.

- Segitiga Pengaman:

a. paling sedikit berjumlah 2 (dua) buah.

b. berwarna merah dan bersifat memantulkan cahaya.

- Dongkrak, paling sedikit mampu mengangkat muatan sumbu sesuai dengan muatan sumbu terberat kendaraan bermotor yang digunakan - Pembuka roda, harus mampu membuka

roda kendaraan bermotor yang digunakan dan tidak merusak komponen yang ada pada roda.

- Peralatan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) :

a. obat antiseptic;

b. kain kassa;

c. kapas;

d. plester.

(46)

2. AKSESIBILITAS PELANGGAN DI DALAM BUS a. Area tempat duduk

prioritas; - Letak - Tempat duduk prioritas berada pada

belakang lengkungan roda depan atau antara belakang lengkungan roda depan dengan tangga untuk mengakomodasi ruang untuk pengguna kursi roda.

- Ruangan ini juga harus dilengkapi dengan kursi yang dapat di lipat dengan jok yang di beri busa dan upholstery - Untuk bus besar, dapat diberi tempat

untuk kursi roda dengan “foot print”

≤700mm, lebar x ≤1200mm

- Jarak dan Posisi Signasi - Jarak dari platform bus (from floor level (ffl))

Minimal : 140 cm ffl Ideal : 160 cm ffl Maksimal : 200 cm ffl Posisi

- Pada jendela terdekat dengan area prioritas dengan pemisah antara bagian depan (area supir) dengan area prioritas.

b. Jumlah pintu; Jumlah dan Ukuran Pintu Mobil bus yang dirancang untuk mengangkut penumpang sebanyak 15 (lima belas) orang atau lebih, tidak termasuk pengemudi, harus dilengkapi paling sedikit:

a. 1 (satu) pintu keluar dan/atau masuk yang lebarnya paling sedikit 1.200 (seribu dua ratus) milimeter atau 2 (dua)

(47)

pintu dengan lebar paling sedikit 550 (lima ratus lima puluh) milimeter untuk pintu depan dan 650 (enam ratus lima puluh) milimeter untuk pintu belakang;

b. Tinggi pintu sebagaimana dimaksud dalam huruf a meliputi seluruh dinding mobil bus atau paling sedikit 1.900 (seribu sembilan ratus) milimeter untuk mobil bus yang tingginya lebih dari 2.250 (dua ribu dua ratus lima puluh) milimeter diukur dari permukaan tanah.

c. Tinggi tangga; Ukuran Tangga Untuk adjustable suspension dengan fungsi kneeling/ferry-lift, ketinggian berkendara normal (normal ride height) sekitar 300mm, setting tinggi (ferry lift) sekitar 370 – 400mm, dan setting rendah (kneeling) sekitar 250mm.

Mekanisme interlocking antara suspensi (adjustable suspension) dengan rem pintu dan ramp untuk kursi roda

- Untuk BS, tinggi tangga pertama dari tanah (tanpa bus melakukan kneeling)

≤300mm. Jika bus memiliki sistem kneeling boleh mencapai 370mm.

- Untuk BB, dan BBA, tangga depan dan belakang ≤370mm (tanpa bus melakukan kneeling), sedangkan dengan kneeling : tangga pintu depan ≤280mm.

≤300mm. Pengukuran ini diukur dari titik tengah saat daun pintu terbuka dari permukaan tanah yang rata. Termasuk garis (setrip) penanda tangga (step highlighter).

(48)

d. Lantai; - Permukaan Lantai Seluruh bagian permukaan lantai harus dilapisi bahan/ material anti licin, terutama pada pintu masuk dan keluar bus, ramp untuk kursi roda, daerah tempat duduk prioritas dan daerah tempat penyimpanan koper.

- Warna Lantai Daerah-daerah yang dilapisi bahan anti licin harus mempunyai warna material lantai yang kontras dengan warna lantai lainnya, termasuk area tempat duduk dan tempat penyimpanan koper, sehingga mudah dilihat

- Rambu Kursi Roda di Lantai - Rambu kursi roda ditempelkan di lantai dan di dinding dalam ukuran yang cukup besar dan mudah dilihat. Rambu ini juga harus memuat peringatan kepada para pengguna kursi roda untuk mengaktifkan rem kursi roda setiap saat selama bus sedang bergerak.

- Rambu ini dibuat dengan warna kuning terang supaya mudah dilihat.

- Ukuran Rambu Ukuran rambu pada dinding: 30cmx25cm Ukuran rambu pada lantai: 60cmx60cm

e. Lebar lorong (aisle); - Ukuran Lorong Bus Sedang (BS) ≥780mm: Di ukur dari tengah-tengah sumbu roda depan pada ketinggian 300mm.

- Ukuran Lorong Bus Besar (BB) ≥800m : Di ukur dari tengah-tengah sumbu roda depan pada ketinggian

(49)

300mm - Ukuran Lorong Bus Besar Bus

Besar Articulated (BBA) (akan ditentukan kemudian) - Ukuran ruang kosong untuk

kursi roda/alat bantu mobilitas dan kereta bayi

lebarnya ≤700mm , dan panjangnya

≤1200mm dengan tambahan ruang yang cukup untuk orang bergerak.

f. Konfigurasi/susunan

tempat duduk; - Susunan tempat duduk diluar area bebas rintangan dan area kursi roda/ kereta bayi/ alat bantu mobilitas

Terdiri dari 2 baris utama , di mana setiap barisnya berisi 2 buah kursi, kecuali pada baris yang paling belakang, dapat berisi 3 kursi

- Tempat duduk paling depan yang terletak setelah area tempat duduk prioritas di prioritaskan untuk orang tua yang membawa bayi di kereta bayi dan para pendamping/

pengurus penyandang difabel yang menggunakan kursi roda/ alat bantu mobilitas lainnya.

- Rel pegangan tangan pada area prioritas tempat duduk harus disediakan menempel pada dinding.

g. Disain tempat duduk; - Kerangka tempat duduk harus hasil buatan pabrik dan di las pada lantai. Jok harus di beri busa tebal, tidak boleh tanpa busa

- Mudah dibersihkan dan tidak mudah terbakar

- Operator harus memiliki alat

(50)

penyedot kotoran / debu (vacuum cleaner) untuk membersihkan tempat duduk dan lantai.

- Ukuran dan jarak baris tempat duduk

- Lebar Tempat duduk: 400mm-500mm - Ketinggian tempat duduk 480-500mm - Jarak antara Baris Tempat duduk:

≥670mm

- Ruang untuk kaki konsumen - harus berjarak ≥300mm, diukur secara horizontal dari ujung kaki belakang tempat duduk pada baris di depan sampai dengan ujung kaki depan tempat duduk di belakangnya, kecuali jika ada alat panel keselamatan yang berada diantara kursi tersebut.

- Warna jok tempat duduk Coklat Muda - Sabuk Pengaman yang memenuhi

standar keselamatan Indonesia (SNI) harus dipasang secara baik dan benar pada setiap tempat duduk pelanggan . (UU Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 61 ayat 2)

- Kemiringan sandaran kursi Sandaran Kursi (Seater) Penumpang di dalam bus harus bisa dinaik-turunkan dengan kemiringan berkisar antara 90 – 120 derajat dan harus bisa dioperasikan oleh pelanggan secara langsung

h. Koper/ Kereta Bayi/

Alat Bantu Mobilitas dan Barang Belanjaan

Setiap pelanggan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri dan barang yang dibawa tidak boleh

(51)

diletakkan pada area prioritas i. Fasilitas untuk

Pesepeda Rak sepeda maksimum hanya dapat mengangkut 2 (dua) sepeda dalam waktu bersamaan dengan aman, tidak mudah lepas saat bus berjalan dan pelanggan menyediakan sendiri kunci/gembok sebagai pengaman sepedanya.

3. INTERIOR KENDARAAN, SISTEM KELUAR DAN MASUK

a. Tangga dan sisi tepi

tangga;

- Permukaan Tangga Lapisan anti licin/ selip yang berkontur timbul (dapat diraba) dan warnanya harus kontras dengan warna lantai disekitarnya - Warna Memiliki tanda lapisan warna kuning terang

pada sisi tepinya , agar mudah terlihat

- Lebar kontur Lebar kontur timbul pada sisi tepi ini adalah selebar 45 – 50 mm

b. Tiang dan rel pegangan tangan (stanchions);

- Warna Tiang warna yang kontras dengan warna interior lainnya

- Ukuran pegangan tangan Untuk pegangan tangan yang dipasang pada dinding bus di sebelah tempat kursi roda panjang minimumnya harus 700 mm

c. Rel pegangan tangan pada

bagian belakang sandaran kursi;

Pegangan tangan ini harus mempunyai potongan melintang yang sirkular / bulat atau elips tidak tajam

Lebar 30 – 35 mm, dengan ruang untuk genggaman tangan 35 – 45 mm.

Panjang rel pegangan tangan ini harus minimum sepanjang 100-120 mm, sehingga mudah digenggam saat terjadi situasi pergerakan mendadak

d. Peta rute perjalanan;

- Letak peta rute Peta Rute perjalanan bus diletakan pada ruang yang berada diantara langit-langit

(52)

bus dan atas jendela, diletakan pada sisi kanan dan kiri interior bus dan menarik perhatian (eye catching) pelanggan

- Ukuran Peta ukuran 250X 900 mm

e. Tempat peletakan iklan;

Letak iklan dalam interior bus Iklan tidak boleh menutupi atau menghalangi semua informasi untuk pelanggan dan rambu serta keterangan yang ada di dalam interior bus. Iklan sponsor juga diperbolehkan dalam bentuk sarung sandaran kepala atau majalah yang diletakan pada kantong di belakang jok jika ada

Letak iklan di eksterior bus Untuk iklan di eksterior bus terletak di kap mesin belakang

f. Pencahayaan;

- Pencahayaan untuk bagian dalam bus pada tangga pintu masuk dan keluar dan pencahayaan untuk ke arah bawah dan keluar untuk

≥300mm diatas ujung tangga sampai dengan lantai bus ≥100 lux. Ketinggian ini diukur mulai dari lantai terendah dari titik pusat pintu masuk pada ujung tangga - Pencahayaan pada area interior

bus

≥40 lux mulai dari panel di belakang tempat duduk pramudi. Kekuatan pencahayaan ini ini diukur pada ketinggian 1000 mm diatas lantai bus pada pusat longitudinal sumbu aksis dari bus

- Pencahayaan diatas kepala

(overhead) >40 lux

g. Keamanan dan keselamatan;

- Jumlah dan Peletakan CCTV Bus Sedang

Minimum 1 (satu) buah yang diletakkan di bagian depan atas pramudi mengarah ke bagian interior lain

- Jumlah dan Peletakan CCTV Bus

Besar Minimum 2 (dua) buah, 1 buah dapat

menangkap kegiatan pembayaran / daerah pramudi dan pintu masuk, 1 buah lagi diletakan pada posisi yang dapat

(53)

menangkap kegiatan di seluruh interior bus dan pintu keluar

h. Sistem Pendingin Udara

dan Ventilasi Temperatur Pendingin udara 20 - 26°Celsius.

i. Wiper dan anti kabut; Pada seluruh jendela harus ada alat wiper dan penghilang kabut / anti kabut dan harus berfungsi

j. Alat keselamatan gawat

darurat - Peletakan Alat Pemadam Kebakaran

dan kapak pemecah kaca Portabel Lokasi perletakannya harus mudah di akses oleh pelanggan tetapi juga sekaligus harus aman dari jangkauan anak-anak dan orang yang tidak bertanggung jawab

- Jumlah Minimum 1 (satu) set di dalam area salon bus

- Kotak P3K (Pertolongan Pertama

Pada Kecelakaan) Kotak P3K ini diletakkan pada kompartemen pramudi sebagaimana dijelaskan di dalam Bab VII Buku Standar - Standar isi Perlengkapan Kotak P3K

(Permenaker No.

PER.15/MEN/VIII/2008)

1. Kasa Steril

2. Perban ( lebar 5 cm ) 3. Perban ( lebar 10 cm) 4. Plester ( lebar 1.25 cm) 5. Plester cepat

6. Kapas

7. Kain segitiga / mittela 8. Gunting

9. Peniti

10. Sarung tangan sekali pakai

11. Sarung tangan sekali pakai berpasangan

12. Masker 13. Pinset

14. Lampu senter

(54)

15. Gelas cuci mata

16. Kantong plastik bersih

17. Aquades (10 ml larutan saline) 18. Povidon lodin (60ml)

19. Alkohol 70%

20. Buku Panduan P3K di tempat kerja 21. Buku catatan dan daftar isi kotak P3K - Jumlah Segi tiga Pengaman dan

lampu emergency/ darurat / hazard

Jumlah minimum segitiga adalah 2 buah segitiga pengaman

- Kriteria segitiga pengaman 1. Memiliki ukuran besar, sehingga mudah dilihat.

2. Memiliki warna yang nyaman dengan cat yang bagus dan tidak kontras.

3. Bisa merefleksikan sinar/cahaya dengan baik / memantulkan sinar jika terkena sorot lampu.

4. Terbuat dari besi / plastik yang kokoh - Prinsip menggunakan Segi Tiga

Pengaman 1. Pasang dengan 3 meter dari kendaraan yang sedang mogok / sedang dalam perbaikan.

2. Jarak ideal diatas 10 meter sampai 100 meter tergantung kondisi jalan.

3. Jika jalan lurus ramai dengan mobil berkecepatan tinggi maka pemasangan segitiga pengaman pada jarak 20 sampai 30 meter.

4. Jika jalan berliku maka jarak maksimum 100 meter, jarak 40 atau 50 meter.

5. Pasang segitiga pengaman di dua

Referensi

Dokumen terkait

Dari berbagai macam kasus diatas kami memutuskan untuk melakukan sebuah Upaya Pencegahan Covid 19 Dengan Cara Membuat Dan Penyemprotan Disinfektan Di Rt 014 Desa

Diagram kegiatan yang dilakukan admin logout dari sistem informasi geografis letak universitas dapat dilihat pada gambar III.20 dibawah ini. Activity

Ada juga yang memilih untuk menjalankan hubungan samen leven karena hubungan ini tidak terikat komitmen hukum dalam suatu jangka waktu, serta lebih muda untuk membangun dan

Pemodelan suseptibilitas magnetic menunjukkan bukti yang menguatkan adanya kelurusan struktur berarah baratdaya-timurlaut seperti yang diperlihatkan pada peta anomaly magnet

Tulisan ini akan mengungkap kendala- kendala yuridis dari penegakan hukum humaniter pada konflik bersenjata internal di Suriah serta akan menganalisis bentuk-bentuk sanksi

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2020 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang

Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan, dapat diambil simpulan bahwa variasi sistem pembayaran yang memberi keuntungan maksimum terhadap kontraktor

Malik pernah ditanya perihal mengajari anak-anak kecil di dalam masjid, maka beliau menjawab, “Saya berpendapat bahwa hal itu tidak boleh, sebab mereka tidak