• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN DARING TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI MASA PANDEMI COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN DARING TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI MASA PANDEMI COVID-19"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PANDEMI COVID-19

Skripsi

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

Nama : Karina Vianka Irawan NIM : 2017830047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2021

(2)

i

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Skripsi April 2021

Karina Vianka Irawan (2017830047)

PENGARUH PEMBELAJARAN DARING TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWADI MASA PANDEMI COVID-19

xiii + 75 hal., 10 tabel, 2 gambar, 9 lampiran ABSTRAK

Pembelajaran matematika dilaksanakan untuk mencapai kompetensi namun faktanya pembelajaran dilaksanakan secara konvensional. Siswa diharapkan memiliki kemandirian supaya mereka dapat merancang pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Di sisi lain, pandemi COVID-19 membuat pembelajaran dilaksanakan secara daring. Momen ini dapat digunakan oleh siswa untuk memupuk kemandiriannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh pembelajaran daring terhadap kemandirian belajar matematika siswa saat masa pandemi.

Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah survey dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 177 Jakarta dengan populasi sebesar 1.008 siswa kemudian dipilih sampel secara acak sebanyak 287 siswa. Penelitian ini menghasilkan perhitungan uji hipotesis dengan Z hitung sebesar 42,8422826 dan Z tabel sebesar 1,96 sehingga Z hitung > Z tabel. Atas hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring berpengaruh terhadap kemandirian belajar matematika siswa.

Kata Kunci: pembelajaran matematika, daring, kemandirian belajar matematika

Daftar Pustaka 56 (2004 – 2021)

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v

(7)

vi

(8)

vii MOTTO

"Allah tidak membebani seseorang,

melainkan sesuai dengan kesanggupannya…"

QS. Al-Baqarah: 287

(9)

viii

rangka menuntaskan skripsi sebagai syarat kelulusan perkuliahan S1 di Fakultas Ilmu Pendidikan, Pendidikan Matematika. Segala puji hanya kepada-Nya yang juga telah memberikan kekuatan sehingga segala kegiatan dapat dilaksanakan secara maksimal.

Kegiatan pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi tidak lepas dari dukungan berbagai pihak yang telah membantu memberi saran kepada saya. Oleh karena itu saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada beberapa pihak berikut.

1. Bapak Dr. Iswan, M.Si. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan 2. Ibu Rahmita Nurul Muthmainnah, M.Pd., M.Sc. sebagai Kepala

Program Studi Pendidikan Matematika

3. Ibu Ismah, M.Si. sebagai dosen pembimbing skripsi

4. Bapak Suharnanto, M.M. sebagai Kepala Sekolah SMPN 177 Jakarta

5. Bapak Imam, S.Pd., Ibu Dra. Wiji Utami, M.Pd., dan Ibu Ros, S.Pd.

sebagai guru pamong selama penelitian

Harapan saya, hasil dari penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi sekolah, guru, dan siswa sebagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan belajar dan pembelajaran dalam ruang lingkup sekolah.

Demikian sedikit kata pengantar yang dapat disampaikan.

Jakarta, April 2021

Penulis

(10)

ix DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

PAKTA INTEGRITAS ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ... vi

MOTTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

B. Kerangka Berpikir ... 16

C. Hipotesis Penelitian ... 18

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

B. Metode Penelitian ... 20

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 20

D. Populasi dan Sampel ... 22

(11)

x

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 34

B. Hasil Analisis Data ... 36

C. Interpretasi Hasil Penelitian ... 40

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 42

B. Saran-saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 49

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 75

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kegiatan dan Waktu ... 19

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kuesioner ... 24

Tabel 3.3 Kriteria Validitas ... 28

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas ... 29

Tabel 4.1 Hasil Pemilihan Sampel ... 34

Tabel 4.2 Hasil Kemandirian Belajar Siswa ... 35

Tabel 4.3 Hasil Suksesif Interval Kemandirian Belajar Siswa ... 36

Tabel 4.4 Uji Validitas Instrumen ... 37

Tabel 4.5 Uji Reliabilitas Instrumen ... 37

Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis ... 39

(13)

xii

Gambar 4.1 Uji Kolmogorov Smirnov ... 39

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 50

Lampiran 2. Hasil Uji Validitas Instrumen oleh Ahli ... 53

Lampiran 3. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian ... 55

Lampiran 4. Tabulasi Data Responden pada Tiap Pernyataan ... 56

Lampiran 5. Lembar Uji Referensi ... 57

Lampiran 6. Kartu Bimbingan Sidang ... 68

Lampiran 7. Kartu Menonton Sidang ... 70

Lampiran 8. Foto Kegiatan Penelitian ... 71

Lampiran 9. Bimbingan Pasca Sidang ... 74

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa dalam setiap tingkatan atau jenjang pendidikan yang biasanya dimulai dari pendidikan dasar. Namun siswa seringkali kesulitan dalam memahami dan mempelajari materi-materi matematika. Harahap dan Syarifah (2015: 21) memberi penjelasan bahwa memahami logika- logika yang mendasari setiap konsep matematika menjadi tujuan utama yang harus dituntaskan dan dijawab di dalam pembelajaran matematika. Hasibuan (2018: 18) menambahkan bahwa pembelajaran matematika dikatakan berhasil ketika siswa mampu menyelesaikan penugasan di kelas, menerapkan konsep pada aktivitas sehari-hari, dan menjadikan matematika bagian yang tidak terlepaskan di dalam hidup.

Atas kedua penjelasan tersebut maka pembelajaran matematika memiliki target kompetensi yang hendak dicapai, diantaranya memahami matematika secara konsep, melaksanakan penugasan dengan baik, dan menerapkan konsep matematika di dalam kehidupan sehari-hari. Di sisi lain pembelajaran di dalam kelas belum mampu untuk mencukupi kebutuhan pembelajaran matematika.

(16)

2

Hal tersebut terjadi karena guru masih memilih untuk menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran sementara Mahmud dan Idham (2017: 65) berpendapat bahwa pembelajaran konvensional tidak ideal untuk diterapkan karena sifatnya yang menyandarkan pada kemampuan menghafal dan penilaian hasil belajar yang terbatas pada pengerjaan soal-soal tekstual. Berdasarkan penjabaran tersebut maka pelaksanaan pembelajaran yang mengutamakan kemampuan hafalan dan pengujian secara tekstual akan sulit untuk memenuhi rencana dari pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu alternatif yang dapat dipilih supaya tujuan pembelajaran tetap tercapai ketika guru melaksanakan pembelajaran konvensional adalah siswa memilih, secara mandiri, pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Dengan demikian siswa memiliki banyak alternatif selain hal-hal yang ditawarkan guru di dalam kelas.

Memilih pelaksanaan pembelajaran secara mandiri tidak dapat terjadi jika siswa tidak memiliki kemandirian dalam belajar. Seperti yang disebutkan dalam Q.S Ar-Rad : 11

Artinya:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri."

Keadaan siswa di dalam pembelajaran akan sulit berubah ketika dari dalam diri siswa tidak tumbuh kesadaran untuk melakukan

(17)

perbaikan. Jika guru melaksanakan pembelajaran secara konvensional maka siswa dapat mengubah kondisi tersebut dengan berivonasi secara mandiri. Rachmayani (2014: 18) mengatakan bahwa kemandirian belajar tumbuh dalam diri siswa sebagai respon atas keinginannya sendiri dalam belajar sehingga ia dapat menentukan cara belajar yang efektif serta mampu menyelesaikan setiap penugasan dengan baik secara mandiri. Fajriyah et al. (2019: 288) menambahkan bahwa kemandirian siswa dalam proses belajar adalah salah satu faktor penentu telah terpenuhinya pencapaian tujuan pembelajaran.

Kemandirian belajar merupakan kompetensi yang berguna untuk siswa merespon pelaksanaan pembelajaran yang tidak memenuhi kebutuhannya terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam membangun kemandirian belajar siswa, diperlukan pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran dewasa ini dimana pelaksanaannya menghindari tatap muka sebagai akibat dari pencegahan penularan virus corona.

Pandemi COVID-19 telah membuat kondisi yang sulit bagi dunia pendidikan dimana pelaksanaan pendidikan saat ini harus dilaksanakan secara jarak jauh (daring). Dengan diadakannya pembelajaran daring telah memberikan kesempatan untuk menjadikan siswa pribadi yang lebih mandiri dalam belajar. Penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Dewi (2020: 56) mendukung pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa pembelajaran daring memungkinkan siswa untuk

(18)

4

mengatur waktu belajarnya secara lebih leluasa tanpa terbatas jarak dan tempat dimana pembelajaran dilaksanakan dengan bantuan aplikasi virtual atau berbagai macam media visual seperti, classroom, video converence, live chat, dan sebagainya. Hal senada diungkapkan

oleh Syarifudin (2020: 33) dalam penelitiannya bahwa belajar secara daring adalah bentuk proses belajar yang membentuk dan memancing siswa untuk tidak banyak bergantung kepada orang lain. Selain itu proses belajar daring ini juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih leluasa melaksanakan pembelajaran, dengan kata lain meminimalkan intervensi pihak lain. Kedua penelitian tersebut menunjukkan potensi pembelajaran daring yang mampu memberikan kesan baru kepada siswa terhadap pembelajaran namun belum ada yang mengidentifikasi secara spesifik mengenai pengaruh yang tercipta dari pembelajaran daring terhadap kemandirian belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran matematika.

Berdasarkan fakta-fakta yang telah diungkapkan sebelumnya dan kekurangan dari beberapa penelitian sebelumnya maka peneliti tergugah untuk melaksanakan kegiatan penelitian pendidikan dengan judul "Pengaruh Pembelajaran Daring terhadap Kemandirian Belajar Matematika Siswa di Masa Pandemi COVID-19".

(19)

B. Identifikasi Masalah

Peneliti mengamati bahwa ada masalah-masalah yang telah teridentifikasi dari latar belakang penelitian ini. Ringkasnya adalah sebagai berikut.

1. Metode pembelajaran yang konvensional pada pembelajaran matematika menjadi hambatan dalam mencapai tujuan pembelajaran

2. Memahami konsep matematika harus dituntaskan dalam pembelajaran. Jika tidak tuntas maka dipastikan bahwa tujuan pembelajaran sulit atau tidak akan tercapai

3. Pembelajaran matematika di kelas belum mampu menunjang pencapaian kebutuhan pembelajaran matematika itu sendiri

4. Pelaksanaan pembelajaran masih terbatas pada pelaksanaan yang konvensional

5. Pandemi COVID-19 membuat pelaksanaan pendidikan diselenggarakan secara jarak jauh

C. Batasan Masalah

1. Pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah secara daring (dalam jaringan) yang menerapkan konsep pendidikan jarak jauh (PJJ)

2. Mata pelajaran yang akan difokuskan adalah matematika yang sesuai dengan kurikulum 2013 terbaru

(20)

6

3. Pelaksanaan pembelajaran yang diteliti adalah pembelajaran semester genap tahun ajaran 2020/2021

D. Rumusan Masalah

Apakah pembelajaran daring berpengaruh terhadap kemandirian belajar matematika siswa?

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bahwa ada pengaruh pada pembelajaran daring terhadap kemandirian belajar matematika siswa

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru

a) Memberikan pengetahuan bahwa pembelajaran daring berpengaruh bagi kemandirian belajar matematika siswa

b) Memberikan kesempatan untuk mengembangkan pembelajaran daring yang dapat mencapai tujuan pembelajaran

2. Bagi siswa

a) Memberikan kesadaran kepada siswa tentang pentingnya kemandirian dalam belajar matematika

b) Menyadarkan siswa untuk dapat lebih mandiri dalam menentukan pelaksanaan pembelajaran yang tepat untuk dirinya sendiri

(21)

3. Bagi sekolah

a) Menjadi masukan dan tambahan informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran daring

b) Meningkatkan kesadaran sekolah mengenai pentingnya pembelajaran daring bagi mata pelajaran matematika

4. Bagi dunia pendidikan

Memberi gagasan baru mengenai pengaruh pembelajaran daring terhadap kemandirian belajar matematika siswa sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan pembelajaran daring yang terbukti meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa 5. Bagi peneliti lain

a) Memberikan referensi penelitian baru terkait pembelajaran daring

b) Memberikan sumbangan ide jika peneliti lain memiliki latar belakang penelitian yang sama

(22)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan di sekolah untuk mencapai tujuan tertentu. Syarifudin (2020: 31) menjabarkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang melibatkan guru sebagai pembelajar yang memberi arahan dan mengatur kompetensi- kompetensi tertentu yang akan dicapai oleh siswa sementara siswa sebagai pelajar yang aktif melaksanakan kegiatan belajar untuk menuntaskan tujuan pembelajaran atau mencapai kompetensi yang diharapkan. Pane dan Dasopang (2017: 338) turut berpendapat bahwa pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi yang aktif dan sadar terhadap tujuan. Lebih detail, Anwar (2017: 98) menjelaskan bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan membangun pengetahuan untuk meningkatkan kualitas diri siswa.

Pada akhirnya dapat kita pahami bahwa pembelajaran harus dilaksanakan secara harmonis oleh guru bersama-sama dengan siswa untuk menuntaskan kompetensi atau tujuan yang diharapkan melalui proses membangun pengetahuan. Oleh sebab itu pembelajaran harus dirancang sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, salah satunya tujuan pembelajaran matematika.

(23)

Atas penjabaran tersebut, Fuady (2016: 104) mengungkapkan bahwa pemahaman terhadap konsep matematika dan pemanfaatan konsep tersebut dalam kehidupan keseharian adalah bagian dari belajar mengenai matematika. BSNP (dalam Sundayana, 2016: 75) juga mengemukakan mengenai tujuan pembelajaran matematika dalam poin-poin penting berikut.

a. Mampu memahami matematika secara konsep serta menguraikan hubungan diantaranya, juga mampu mengaplikasikannya secara tepat untuk penyelesaian masalah b. Dapat memanfaatkan penalaran untuk hal-hal yang matematis,

mampu melakukan manipulasi untuk membuat kesimpulan yang umum, dan mampu menjajarkan bukti serta menerangkan ide dari ungkapan matematis

c. Mampu memecahkan masalah melalui beberapa kegiatan, yakni memahami masalah, merancangnya dalam pemodelan matematika, dan menyelesaikan sekaligus menafsirkannya dalam bentuk solusi

d. Dapat mengungkapkan ide melalui simbol, tabel, atau media lain untuk memperjelasnya

e. Dapat memaknai matematika dalam kegiatan keseharian

Atas pendapat-pendapat yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran matematika meliputi pemahaman terhadap konsep, penggunaan konsep tersebut dalam

(24)

10

kehidupan sehari-hari, dan kompetensi melakukan aktifitas-aktifitas matematis. Akan tetapi Setyani dan Ismah (2018: 74) mengungkapkan bahwa belajar telah menjadi kegiatan yang tidak disukai oleh siswa. Supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai, guru harus merencanakan dan mengimplementasikan banyak strategi mengajar. Rahmiati et al. (2017: 268) menambahkan bahwa guru juga harus merancang berbagai perangkat pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan belajar. Nugraheni (2017: 113) juga berpendapat bahwa penggunaan berbagai alat dalam menyampaikan materi menjadi penting supaya tujuan pembelajaran tercapai. Melihat beberapa ungkapan tersebut, tujuan pembelajaran dapat dicapai ketika guru melaksanakan pembelajaran dengan berbagai kelengkapannya yang direncanakan dengan matang.

Dalam melaksanakan pembelajaran, tidak jarang guru memilih cara konvensional yang tidak direncanakan secara mendalam.

Puspitawangi et al. (2016: 2) menyatakan bahwa guru cenderung memilih metode konvensional karena lebih mudah untuk dilaksanakan. Di lain pihak, Ibrahim (2018: 32) menjelaskan bahwa metode konvensional mudah diterapkan karena guru tidak memerlukan kompetensi tertentu untuk melaksanakannya.

Sementara metode yang konvensional tidak dapat dipakai dalam melaksanakan seluruh kegiatan mengajar. Atas pendapat yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa guru belum mampu

(25)

melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pencapaian tujuan belajar dan efektifitas pembelajaran di kelas.

Ketika guru masih terjebak pada kondisi tersebut maka siswa memiliki kesempatan untuk secara mandiri melakukan pilihan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dimana hal tersebut dijelaskan oleh (Bungsu et al., 2019: 383) sebagai kemandirian dalam belajar.

2. Kemandirian Belajar Matematika

Pembelajaran matematika dilaksanakan untuk memenuhi tujuan, salah satu cara mencapainya adalah melatih kemandirian belajar siswa. Menurut Suhendri (2011:34) kemandirian dalam belajar merupakan kegiatan yang dilalui oleh siswa tanpa perlu bergantung kepada orang lain dengan tujuan untuk menguasai pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari atas kesadarannya sendiri. Ningsih dan Nurrahmah (2016:76) menambahkan bahwa mandiri dalam belajar adalah kemampuan seseorang dalam mengatur aktivitas belajarnya dan kompetensinya secara mandiri dengan bekal kemampuan yang telah dimiliki individu tersebut, khususnya dalam proses pembelajaran. Octavera (2015: 320) turut berpendapat bahwa kemandirian belajar siswa dapat terjadi ketika guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat di

(26)

12

atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah kemampuan siswa dalam mengatur kegiatan belajarnya sendiri untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran dimana guru hanya berperan sebagai penyedia di dalam pembelajaran. Kemandirian belajar adalah sebuah kompetensi yang akan timbul dari berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

Kemandirian belajar siswa dapat diamati dengan karakteristik- karakteristik yang timbul dalam perilaku siswa. Sumarno dalam Sugandi (dalam Afiani, 2016:6) menyebutkan bahwa perilaku siswa yang mandiri adalah (1) memiliki inisiatif untuk belajar, (2) melakukan analisis kebutuhannya dalam belajar, (3) menetapkan tujuan yang hendak dicapai, (4) mengawasi dan mengontrol kegiatan belajar, (5) menjadikan hambatan belajar sebagai tantangan, (6) menyeleksi sumber belajar yang relevan, dan (7) melaksanakan evaluasi terhadap proses belajar dan hasilnya. Afero dan Adman (2016: 218) menjelaskan lebih lanjut bahwa siswa yang mandiri dalam belajar memiliki 4 perilaku, yakni (1) belajar atas kemauan sendiri, (2) yakin terhadap pilihan yang diambil, (3) belajar tanpa bantuan pihak lain, dan (4) memiliki tanggungjawab atas tindakan yang dilakukan. Lebih lengkap, Nursa'ban (2013: 433) juga menjabarkan mengenai beberapa indikator kemandirian belajar, diantaranya (1) metode memulai kegiatan belajar, (2) menjadwalkan waktu belajar, (3) memiliki gaya belajar sendiri, (4) berpikir secara

(27)

kritis, kreatif, dan inovatif, (5) tidak terpengaruh dan merasa rendah diri dengan hal berbeda yang dilakukan oleh orang lain, (6) menghadapi masalah dan menyelesaikannya secara mandiri, (7) memecahkan masalah dengan analisa mendalam, (8) penuh ketekunan dan kedisiplinan, dan (9) bertanggungjawab atas segala hal yang dilakukan. Atas beberapa penjabaran tersebut peneliti memilih beberapa parameter kemandirian belajar yang diamati, yakni (1) belajar atas kemauan sendiri, (2) melakukan analisis kebutuhan belajar, (3) menetapkan tujuan belajar, (4) menyeleksi dan menggunakan sumber belajar, (5) mengawasi dan mengontrol kegiatan belajar, (6) melaksanakan evaluasi terhadap proses belajar dan hasilnya, (7) tidak terpengaruh dan merasa rendah diri dengan hal berbeda yang dilakukan oleh orang lain, (8) menghadapi masalah dan menyelesaikannya secara mandiri, (9) menjadwalkan waktu belajar, dan (10) memiliki gaya belajar sendiri. Indikator- indikator tersebut diharapkan dapat muncul dalam pelaksanaan pembelajaran matematika.

Pelaksanaan pembelajaran matematika sebaiknya memunculkan kemandirian belajar dalam diri siswa, di sisi lain pelaksanaan pembelajaran tetap harus memperhatikan kondisi pandemi COVID-19 saat ini. Oleh sebab itu Sadikin dan Hamidah (2020: 215) menjelaskan, satu-satunya pilihan pelaksanaan proses belajar saat ini adalah pembelajaran daring (dalam jaringan)

(28)

14

sementara pembelajaran daring juga memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi pembelajaran yang menunjang kemandirian belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran matematika.

3. Pelaksanaan Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring adalah alternatif pelaksanaan pembelajaran yang mampu merespon kondisi pandemi COVID-19 saat ini. Rigianti (2020:298) mengungkapkan bahwa pembelajaran daring adalah pembelajaran yang mengutamakan penggunaan akses internet serta memanfaatkan berbagai macam media elektronik untuk menyampaikan materi-materi ajar. Putria et al.

(2020: 863) mendukung pernyataan tersebut, bahwa pembelajaran daring, yang pelaksanaannya secara jarak jauh, perlu ditunjang dan didukung oleh bantuan internet serta alat lainnya. Ungkapan selaras disampaikan oleh Brown dalam Waryanto (dalam Anugrahana, 2020: 284) bahwa pembelajaran daring memanfaatkan jaringan internet sebagai media interaksi, fasilitas, dan metode penyampaian materi yang didukung oleh berbagai layanan belajar secara online.

Berdasarkan penjabaran-penjabaran tadi, kita dapat memahami bahwa pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilaksanakan secara jarak jauh dengan memanfaatkan berbagai macam komponen penting untuk menciptakan dan memastikan bahwa kondisi pelaksanaan pembelajaran online berjalan secara maksimal.

(29)

Pembelajaran daring terdiri atas berbagai macam komponen penting yang menunjang pelaksanaannya. Gikas dan Grant (dalam Handarini, 2020: 497) mengungkapkan bahwa pembelajaran daring membutuhkan laptop, smartphone, atau teknologi sejenis lainnya untuk mengakses informasi atau materi pelajaran. Winarno dan Setiawan (dalam Hidayat et al., 2020: 149-150) merangkum dengan lengkap bahwa pembelajaran daring ditunjang oleh beberapa hal, yakni (1) infrastruktur sebagai alat untuk mengakses pembelajaran daring, misalnya gawai dengan jaringan internet atau perlengkapan teleconference, (2) sistem dan aplikasi sebagai kelas virtual yang

dapat diakses oleh guru dan siswa, (3) konten sebagai bahan atau materi yang disampaikan kepada siswa. Berdasarkan penjabaran tersebut, penunjang pembelajaran daring menjadi hal utama yang perlu disiapkan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran daring namun seringkali guru lupa untuk memperhatikannya sehingga pelaksanaan pembelajaran daring yang dilaksanakan tidak berjalan secara semestinya padahal pembelajaran daring yang baik mampu menunjang kebutuhan untuk memunculkan kemandirian belajar dalam diri siswa.

Yuliani et al. (2020: 50) mengatakan bahwa pembelajaran daring yang efektif dan ideal dapat terjadi ketika guru telah mendesain pembelajaran daring sedemikian sehingga siswa sebagai pusat pembelajaran. Gusty et al. (2020: 95) menambahkan

(30)

16

bahwa kunci efektifitas pembelajaran daring terdapat pada guru yang harus senantiasa berinovasi untuk menyajikan pembelajaran daring yang sederhana untuk dipahami, menyenangkan, dan menjaga siswa tetap produktif. Ditjen GTK (dalam Sobri, Nursaptini, dan Novitasari, 2020: 66) merangkum pendapat-pendapat sebelumnya dengan mengungkapkan karakteristik pembelajaran daring yang ideal dan efektif dimana penjabarannya sebagai berikut.

a. Mengarahkan siswa untuk menyusun dan melakukan konstruksi terhadap pengetahuannya secara mandiri

b. Siswa melakukan jalinan kerjasama untuk menyusun pengetahuan dan memecahkan masalah secara bersama-sama c. Memanfaatkan website atau sumber lain yang dapat dikunjungi

dengan internet, berbasis komputer, ataupun kelas virtual d. Kegiatan belajar berlandaskan interaktivitas, kemandirian,

aksesibilitas, dan pengayaan (memberbanyak pengetahuan)

B. Kerangka Berpikir

Pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas senantiasa dilaksanakan secara konvensional oleh guru yang mengakibatkan pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran matematika di kelas padahal pelaksanaan pembelajaran dapat dirancang, dipilih, dan dilaksanakan secara ideal sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Kondisi guru yang memilih cara konvensional dalam melaksanakan pembelajaran

(31)

telah membuka kesempatan untuk siswa memilih pembelajaran yang ideal untuk dirinya sendiri dan tujuan pembelajaran yang hendak ia capai. Pembelajaran masa kini, yakni pembelajaran daring, mampu memberikan tunjangan kepada siswa untuk menciptakan kemandirian belajar dalam dirinya sehingga siswa tidak terjebak pada metode konvensional dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Lebih jelas, rangkaian proses berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat melalui gambar berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Kondisi

Pembelajaran Matematika

Pembelajaran di kelas tidak menjawab kebutuhan siswa fakta

Tujuan pembelajaran matematika tidak tercapai

dampak

Pembelajaran yang menunjang pencapaian tujuan dan kompetensi matematika

idealnya

Siswa secara mandiri memilih pelaksanaan pembelajaran matematika

solusi

ditunjang pembelajaran daring

(32)

18

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hal-hal yang telah dibahas sebelumnya dengan menjabarkan berbagai macam pengetahuan, ilmu, dan hasil penelitian- penelitian yang relevan maka dapat ditarik sebuah rumusan dugaan sementara terhadap hasil penelitian, yakni ada pengaruh pembelajaran daring terhadap kemandirian belajar matematika siswa.

(33)

19 BAB III

METODOLOGI PENELITAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

SMP Negeri 177 Jakarta menjadi pilihan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Pengalaman yang peneliti lalui selama pelaksanaan magang di SMP tersebut bahwa pembelajaran matematika telah memanfaatkan website atau sumber lain untuk digunakan sebagai kelas virtual, kegiatan belajar yang berlandaskan pada kemandirian dan aksesibilitas, serta mengarahkan siswa untuk membangun dan menciptakan pengetahuan secara mandiri sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran daring di sekolah tersebut telah berjalan dengan baik. Penelitian yang dilaksanakan di sekolah tersebut direncanakan sesuai dengan rangkaian kegiatan dan waktu penelitian pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Kegiatan dan Waktu

No. Rencana Kegiatan 2020-2021

Okt Nov Des Jan Feb Mar 1 Observasi

2 Idenfisikasi masalah 3 Merumuskan solusi 4 Menyusun proposal 5 Pengajuan melaksanakan

penelitian 6 Mengambil data 7 Mengolah data 8 Menulis laporan

(34)

20

B. Metode Penelitian

Penelitian ini hendak dilaksanakan dengan metode survei yang dijelaskan oleh Sudaryo dkk. (2019: 65) sebagai metode pelaksanaan penelitian yang melibatkan suatu kelompok besar untuk mengidentifikasi karakteristiknya, baik sikap ataupun lainnya, melalui jajak pendapat. Lebih jauh, Morrisan (2015: 166) menerangkan bahwa survei, secara analitis, mampu mempelajari dua variabel atau lebih guna menguji hipotesis suatu penelitian.

Dalam rangka mencapai pengujian hipotesis penelitian, peneliti memilih cross sectional sebagai desain penelitian yang dijelaskan oleh Siyoto dan Sodik (2015: 101) bahwa desain cross sectional adalah penelitian yang dilaksanakan melalui pengumpulan data secara sekaligus dalam satu waktu terhadap suatu variabel. Atas penjelasan tersebut, maka penelitian ini akan mengumpulkan data mengenai kemandirian belajar matematika siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran masih berlangsung secara tatap muka dan pada saat pembelajaran telah dilaksanakan secara daring, kedua data tersebut diambil secara bersamaan ketika pembelajaran daring telah berlangsung.

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Peneliti merumuskan dua variabel yang saling terkait dalam penelitian ini, penjabarannya seperti di bawah.

(35)

1. Variabel 𝑥 atau variabel bebas ialah pembelajaran daring.

2. Variabel 𝑦 atau variabel terikat ialah kemandirian belajar matematika.

Kemudian kedua variabel tersebut, dalam operasionalnya, didefinisikan sebagai berikut.

1. Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilaksanakan secara jarak jauh dengan memanfaatkan berbagai macam komponen penting untuk menciptakan dan memastikan bahwa kondisi pelaksanaan pembelajaran online berjalan secara maksimal.

2. Kemandirian belajar matematika adalah kemampuan siswa dalam mengatur kegiatan belajarnya sendiri untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran sementara guru hanya berperan sebagai penyedia di dalam pembelajaran. Kemandirian belajar matematika dapat diamati melalui beberapa indikator berikut.

a. Belajar atas kemauan sendiri

b. Melakukan analisis kebutuhan belajar c. Menetapkan tujuan belajar

d. Menyeleksi dan menggunakan sumber belajar e. Mengawasi dan mengontrol kegiatan belajar

f. Melaksanakan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar.

g. Tidak terpengaruh dan merasa rendah diri dengan hal berbeda yang dilakukan oleh orang lain.

(36)

22

h. Menghadapi masalah dan menyelesaikannya secara mandiri.

i. Menjadwalkan waktu belajar.

j. Memilih gaya belajar sendiri.

D. Populasi dan Sampel (Teknik Sampling) 1. Populasi

Bungin (2017: 109) memberi penjelasan bahwa populasi adalah seluruh objek penelitian yang dapat berupa manusia atau apapun yang dimanfaatkan sebagai sumber data penelitian. Berdasarkan penjelasan tersebut dan memandang penelitian yang akan dilaksanakan, yakni mengenai pengaruh pembelajaran daring terhadap kemandirian belajar siswa, maka seluruh siswa SMP Negeri 177 Jakarta, di setiap tingkatan kelas, yang jumlahnya 1.008 siswa adalah populasi penelitian.

2. Sampel

Setyosari (2013: 196) menjelaskan bahwa sampel adalah kelompok dari suatu objek penelitian yang merupakan representasi dari populasi penelitian yang telah dipilih dan sampel tersebut mencerminkan karakteristik-karakteristik yang terdapat di dalam populasi. Supaya jumlah sampel yang dipilih tepat maka diperlukan ukuran yang pasti. Dengan ukuran populasi yang diketahui,

(37)

Mufarrikoh (2019: 35) menerangkan bahwa Rumus Slovin dapat digunakan untuk menentukan ukuran sampel (n), yakni sebagai berikut.

𝑛 = 𝑁

1 + 𝑁𝑒2 Keterangan:

N (jumlah populasi) = 1008 siswa e (tingkat toleransi kesalahan) = 5%

Dengan memandang rumus dan jumlah populasi serta tingkat toleransi yang telah ditentukan maka penelitian ini akan menggunakan ukuran sampel sebesar 287 siswa. Selain penentuan ukuran sampel, Siregar dan Harahap (2019: 68) mengungkapkan bahwa agar sampel yang diambil akan mewakili karakteristik dari populasi maka dibutuhkan teknik pengambilan yang tepat, dalam penelitian ini akan digunakan sampel acak stratifikasi yang dijelaskan oleh Budiarto (2004: 40) sebagai teknik pengambilan sampel ketika populasinya terdiri atas strata yang berbeda, dalam hal ini adalah populasi yang terbagi ke dalam 3 tingkatan kelas yang berbeda, dengan rumusnya sebagai berikut.

𝑛𝑖 =𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒 − 𝑖

𝑁 × 𝑛

keterangan:

𝑛𝑖 = 𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒 − 𝑖 𝑁 = 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

(38)

24

𝑛 = 𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Dengan rumus di atas, ukuran sampel yang telah ditentukan, dan jumlah populasi di sekolah tersebut maka sampel yang harus diambil dari setiap angkatan kelas dapat diketahui jumlahnya secara proporsional.

E. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian

Peneliti membutuhkan sebuah alat atau instrumen untuk mengumpulkan data penelitian. Peneliti memutuskan untuk menggunakan kuesioner tertutup yang dijelaskan oleh Nugroho (2018:

60) sebagai instrumen kuesioner dengan jawaban yang sudah disediakan sebelumnya sehingga jawaban akan terbatasi dan terarah yang sesuai dengan tujuan pengambilan data. Untuk mempermudah peneliti dalam memberikan gambaran mengenai instrumen yang akan dibuat, maka dibutuhkan instrumen dalam bentuk kisi-kisi yang terlihat pada tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Variabel

Terikat Indikator Nomor Butir

pernyataan Kemandirian

Belajar Matematika Siswa.

Belajar atas kemauan sendiri. 1 dan 11 Melakukan analisis kebutuhan

belajar.

2 dan 12 Menetapkan tujuan belajar 3 dan 13 Menyeleksi dan menggunakan

sumber belajar

4 dan 14 Mengawasi dan mengontrol kegiatan

belajar

5 dan 15 Melaksanakan evaluasi terhadap

proses dan hasil belajar.

6 dan 16

(39)

Tidak terpengaruh dan merasa rendah diri dengan hal berbeda yang dilakukan oleh orang lain.

7 dan 17

Menghadapi masalah dan menyelesaikannya secara mandiri.

8 dan 18 Menjadwalkan waktu belajar. 9 dan 19 Memilih gaya belajar sendiri 10 dan 20

F. Teknik Pengumpulan Data

Saat penelitian telah terlaksana, peneliti membutuhkan cara guna menghimpun data-data penting untuk pengujian hipotesis. Peneliti memilih kuesioner sebagai teknik dalam mengumpulkan data, Yusuf (2017: 199) menjelaskan bahwa kuesioner adalah sekumpulan pertanyaan atau pernyataan yang bermanfaat untuk mengumpulkan data mengenai perilaku atau sikap dari subjek penelitian. Dalam penelitian ini, sikap atau perilaku yang akan dikumpulkan datanya adalah kemandirian belajar matematika siswa pada saat pembelajaran daring dan sebelum pembelajaran daring.

Kuesioner dalam penelitian ini memanfaatkan skala likert, Fadila et al. (2020: 56) menjelaskan bahwa skala likert dapat berguna untuk mengukur pendapat atau sikap seseorang tentang kecenderungannya, dalam penelitian ini hal yang akan diukur adalah pendapat siswa mengenai kemandirian belajarnya sendiri. Peneliti menggunakan empat patokan, yakni Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), serta Sangat Setuju (STS). Namun hasil pengumpulan data dengan kuesioner adalah data ordinal sehingga perlu dilakukan perubahan

(40)

26

terlebih dahulu menjadi data dengan skala interval yang dapat diolah melalui berbagai teknik dalam menganalisis data.

G. Teknik Analisis Data

Teknik untuk mengolah atau melakukan analisa terhadap data menjadi penting supaya dapat mencapai tujuan penelitian yang diharapkan. Teknik analisis data memuat empat hal, yaitu metode suksesif interval, uji coba instrumen, uji prasyarat penelitian, dan uji hipotesis.

1. Metode Suksesif Interval

Sarwono (2014: 14) mengungkapkan bahwa metode suksesif interval adalah proses untuk mengubah data penelitian menjadi data interval melalui beberapa langkah perhitungan. Jonathan (2014: 343 – 345) menjabarkan mengenai langkah perhitungannya sebagai berikut.

a. Menghitung frekuensi (𝑓𝑖) dari masing-masing skor ordinal, yakni 1,2, 3, dan 4, dengan bantuan tabel distribusi frekuensi.

b. Menghitung proporsi dari masing-masing skor ordinal dengan rumus berikut.

𝑃𝑖 =𝑓𝑖

𝑛 , dengan 𝑛 = 𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

c. Menghitung proporsi kumulatif sebagai berikut.

𝑃𝐾𝑖 = 𝑃𝐾𝑖−1+ 𝑃𝑖

(41)

d. Menghitung nilai Z dengan melihat proporsi kumulatif masing- masing skor ordinal.

e. Menghitung nilai densitas Z dengan rumus berikut.

𝐹(𝑍𝑖) = 1

√2𝜋exp (−1 2𝑍𝑖2)

f. Menghitung nilai skala sementara sebagai berikut.

𝑆𝑖 =𝐹(𝑍𝑖−1) − 𝑓(𝑍𝑖) 𝑃𝐾𝑖 − 𝑃𝐾𝑖−1

g. Kemudian menghitung skala akhir dari nilai skala sementara sebelumnya. Untuk skala ordinal 1, skala akhirnya adalah 1.

Untuk skala ordinal lainnya dapat dihitung seperti berikut.

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 − 𝑖 = 𝑆𝑖 + (1 − 𝑆1)

2. Uji Coba Instrumen a. Uji Validitas

Sufren dan Natanael (2013: 53) memberi keterangan mengenai uji validitas, yakni uji untuk mengetahui keabsahan dan kemampuan suatu instrumen untuk dapat mengukur secara tepat hal-hal yang hendak diukur. Uji validitas instrumen dilakukan kepada ahli untuk mengukur kevalidan tiap butir instrumen untuk kemudian diuji coba secara acak kepada siswa.

Peneliti memilih rumus Korelasi Pearson yang dijabarkan oleh Syafril (2019: 92) untuk melakukan uji validitas pada instrumen penelitian dengan rumus sebagai berikut.

(42)

28

𝑟𝑥𝑦 = 𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − ∑ 𝑋 ∑ 𝑌

√[𝑛 ∑ 𝑋2− (∑ 𝑋)2][𝑛 ∑ 𝑌2− (∑ 𝑌)2] Keterangan:

𝑟𝑥𝑦 = Pearson r correlation coeffient.

𝑛 = jumlah subjek validasi.

𝑋 = nilai masing-masing soal.

𝑌 = nilai total masing-masing subjek.

Kemudian dalam mengambil keputusan, peneliti memakai kriteria koefisien korelasi sempurna, kuat, dan sedang untuk menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah valid dengan kriteria yang disampaikan oleh Gogtay dan Thatte (dalam Lusiana dan Mahmudi, 2020: 112) di tabel 3.3 di bawah.

Tabel 3.3 Kriteria Validitas

Koefisien Korelasi Keterangan

1 -1 Sempurna

0.7 – 0.9 -0.9 – -0.7 Kuat 0.4 – 0.6 -0.6 – -0.4 Sedang 0.1 – 0.3 -0.3 – -0.1 Lemah

b. Uji Reliabilitas

Siregar (2017: 55) mengungkapkan bahwa uji reliabilitas terhadap instrumen dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen tersebut untuk melakukan pengukuran pada subjek penelitian yang dapat dilakukan dengan pengujian Alpha Cronbach di bawah.

(43)

𝑟11= 𝑛

𝑛 − 1( 1 −∑ 𝑆𝑏2 𝑆𝑡2 ) Keterangan:

𝑟11 = reliability coefficient 𝑛 = banyak soal

∑ 𝑆𝑏2 = total varians butir 𝑆𝑡2 = total varians

Kemudian peneliti memilih kriteria sangat reliabel, reliabel, atau cukup reliabel untuk menyatakan bahwa instrumen penelitian reliabel dan dapat digunakan dengan kriteria yang dijelaskan oleh Nunnaly (dalam Mursid, Suliyanto, dan Rahab, 2019: 67) pada tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Interval Keterangan 0,00 – 0,20 Kurang reliabel 0,21 – 0,40 Agak reliabel 0,41 – 0,60 Cukup reliabel 0,61 – 0,80 Reliabel 0,81 – 1,00 Sangat Reliabel

3. Uji Prasyarat Penelitian

Kurniawan (2020: 78) mengungkapkan bahwa uji prasyarat digunakan untuk menguji normalitas dan homogenitas data sebelum dilakukan analisis lebih lanjut. Peneliti hanya menggunakan uji normalitas sebagai uji prasyarat karena peneliti hanya menggunakan 1 kelompok sampel yang dipilih dari 3 tingkatan kelas. Enterprise (2018: 45) mengungkapkan bahwa uji normalitas

(44)

30

dilakukan untuk mengetahui normalitas distribusi data pada variabel yang diamati dalam penelitian. Hardisman (2020: 85) menerangkan bahwa jika ukuran sampel besar, yakni lebih dari 50, maka uji Kolmogorov-Smirnov dapat digunakan. Langkah uji normalitas dalam penelitian ini dijelaskan oleh Ismail (2018: 193 – 194) dalam langkah-langkah berikut.

a. Merumuskan sebuah hipotesis

𝐻0 ∶ data berasal dari populasi berdistribusi normal 𝐻1 ∶ data tidak berasal dari populasi berdistribusi normal b. Mengurutkan data (𝑋) terkecil hingga terbesar

c. Menghitung peluang teoritis (P) d. Menentukan proporsi kumulatif (KP)

e. Menentukan mean dan standar deviasi data f. Menentukan nilai 𝑍 sebagai berikut.

𝑍𝑖 = 𝑋𝑖 − 𝑋̅

𝑆

g. Mencari 𝑍𝑡𝑎𝑏 dengan melihat tabel kenormalan terhadap nilai 𝑍𝑖 h. Menghitung nilai 𝑎1 dari masing-masing data sebagai berikut.

𝑎1 = 𝐾𝑃 − 𝑍𝑡𝑎𝑏

i. Menghitung nilai 𝑎0 dari setiap data dengan cara di bawah.

𝑎0 = 𝑃 − 𝑎1

j. Mencari nilai maksimum pada 𝑎1 atau 𝑎0, dinamakan 𝑎𝑚𝑎𝑥 k. Mencari nilai 𝐷𝑡𝑎𝑏 dengan menggunakan tabel nilai K – Smirnov

(45)

l. Menarik kesimpulan, yakni ketika 𝑎𝑚𝑎𝑥 < 𝐷𝑡𝑎𝑏 maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak

4. Uji Hipotesis

Mustofa (2013: 1) menjabarkan bahwa uji hipotesis diperlukan untuk memutuskan atau mengambil sebuah kesimpulan atas kesimpulan sementara dalam suatu kegiatan penelitian. Dalam melakukan uji hipotesis penelitian ini, uji statistik non parametrik akan dijabarkan sebagai berikut.

a. Statistik Non Parametrik

Uji hipotesis dengan statistik non parametrik dilakukan saat normalitas data tidak terpenuhi, selaras dengan Unarajand (2019: 160) yang mengungkapkan bahwa data yang diolah dengan statistik non parametrik tidak harus berdistribusi normal.

Peneliti memilih uji rank tanda Wilcoxon yang langkah-langkah pengujiannya dijabarkan oleh Walpole (2017: 433 – 436) sebagai berikut.

1) Merumuskan hipotesis, yakni:

𝐻0 : 𝜇 = 𝜇0 𝐻1 : 𝜇 ≠ 𝜇0

2) Menentapkan nilai 𝛼 untuk pengujian 2 arah

3) Menjajarkan hasil kuesioner siswa sebelum dan setelah diberi perlakuan dalam tabel

(46)

32

4) Menentukan 𝑑 dengan rumus atau ketentuan pada persamaan berikut.

𝑑 = ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑘𝑢𝑒𝑠𝑖𝑜𝑛𝑒𝑟 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 − ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑘𝑢𝑒𝑠𝑖𝑜𝑛𝑒𝑟 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 5) Menentukan rank dari |𝑑| yang memperhatikan beberapa

ketentuan atau aturan berikut:

a. Rank dimulai dari nilai terkecil b. Jika |𝑑| bernilai sama maka:

𝑟𝑎𝑛𝑘 =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑛𝑘 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑑 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎

6) Menentapkan nilai dari masing-masing rank positif dan rank negatif dengan melihat nilai dari 𝑑 yang sebelumnya telah ditentukan

7) Menjumlahkan rank positif yang selanjutnya akan disebut sebagai 𝑊+ dan menjumlahkan rank negatif yang selanjutnya akan disebut sebagai 𝑊 kemudian pilih yang terkecil sebagai nilai 𝑊

8) Menentukan nilai dari statistik hitung atau 𝑍ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan rumus sebagai berikut.

𝑍ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑊 − 𝜇𝑊 𝜎𝑊

9) Menentukan nilai dari statistik tabel atau 𝑍𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan nilai 𝛼 yang telah ditentukan sebelumnya

(47)

10) Menentukan keputusan sebagai berikut

Ketika 𝑍ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑍𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 𝑍ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < −𝑍𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻𝑜 ditolak dan 𝐻1 diterima

Ketika 𝑍ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > −𝑍𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan 𝑍ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑍𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻𝑜 diterima dan 𝐻1 ditolak

(48)

34 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

1. Sampel Penelitian

Seluruh siswa SMPN 177 Jakarta menjadi populasi dalam penelitian ini kemudian dipilih 287 siswa dari tiga tingkatan kelas sebagai sampel penelitian. Sampel penelitian, baik kelas terpilih maupun siswa, dipilih secara acak dengan mengundi nomor berdasarkan urutan nama kelas dan urutan nomor absen. Hasil pemilihan siswa dari masing-masing tingkatan kelas seperti berikut.

Tabel 4.1 Hasil Pemilihan Sampel

Populasi Kelas Terpilih Ukuran Sampel Jumlah Siswa 7

7.F

103

34

7.H 34

7.I 35

8

8.E

92

28

8.G 33

8.H 31

9

9.F

92

30

9.H 29

9.I 33

Total 287

Pada tabel 4.1 terlihat kelas terpilih untuk diikutsertakan dalam analisis data adalah 3 kelas dari masing-masing tingkatan.

Dilakukan pengambilan sebanyak 3 kelas untuk memenuhi kebutuhan ukuran sampel secara berturut-turut dari kelas 7, 8, dan 9, yakni sebanyak 103, 92, dan 92 siswa.

(49)

2. Kemandirian Belajar Matematika Siswa

Data kemandirian belajar matematika siswa diambil melalui satu kali pertemuan di kelas masing-masing. Pengambilan data penelitian diawali dari mengkondisikan siswa sesuai dengan urutan pengisian kuesioner penelitian, yakni kemandirian belajar mereka selama pembelajaran tatap muka kemudian kemandirian belajar mereka saat pembelajaran jarak jauh. Setelah itu, kuesioner disebarkan kepada siswa melalui google form yang menghasilkan data sebagai berikut.

Tabel 4.2 Hasil Kemandirian Belajar Siswa Tatap Muka Jarak Jauh

N 287 N 287

Max 76 Max 76

Min 44 Min 43

Interval Frekuensi Interval Frekuensi

44 – 47 6 43 – 46 5

48 – 51 13 47 – 50 11

52 – 55 48 51 – 54 36

56 – 59 83 55 – 58 99

60 – 63 64 59 – 62 51

64 – 67 39 63 – 66 37

68 – 71 23 67 – 70 24

72 – 75 8 71 – 74 15

76 - 79 3 75 – 78 9

Data-data di dalam tabel 4.2 tersebut merupakan data nominal yang diolah langsung dari kuesioner yang telah diisi oleh siswa.

Untuk kebutuhan pengolahan data penelitian, data tersebut harus diubah ke dalam bentuk data interval yang menghasilkan data penelitian sebagai berikut.

(50)

36

Tabel 4.3 Hasil Suksesif Interval Kemandirian Belajar Siswa

Tatap Muka Jarak Jauh

N 287 N 287

Max 91.125 Max 88.893

Min 44.741 Min 40.424

Interval Frekuensi Interval Frekuensi 44.741 – 48.741 4 40.424 – 45.424 2 49.741 – 53.741 6 46.424 – 51.424 10 54.741 – 58.741 25 52.424 – 57.424 35 59.741 – 63.741 53 58.424 – 63.424 96 64.741 – 68.741 71 64.424 – 69.424 54 69.741 – 73.741 58 70.424 – 75.424 42 74.741 – 78.741 30 76.424 – 81.424 24 79.741 – 83.741 25 82.424 – 87.424 18 84.741 – 88.741 11 88.424 – 93.424 6 89.741 – 93.741 4

Data-data di dalam tabel 4.3 adalah hasil pengolahan data nominal menjadi data interval yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi data kelompok karena jumlah data yang cukup besar, yakni 287 data siswa.

B. Hasil Analisis Data

1. Pengujian Validitas Instrumen

Berbagai data penelitian telah dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner mengenai kemandirian belajar matematika siswa namun kusioner tersebut telah terlebih dahulu diuji coba untuk mengetahui kevalidan dan kereliabilitasannya. Uji validitas dan uji reliabilitas terhadap instrumen dilakukan dengan memilih sejumlah siswa secara acak untuk mengisi kusioner kemandirian belajar matematika siswa yang hasilnya adalah berikut.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Kondisi
Tabel 3.1 Kegiatan dan Waktu
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kuesioner  Variabel
Tabel 3.3 Kriteria Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karna itu penelitian ini dikatakan perlu untuk meminimalisir perasaan cemas yang terjadi pada siswa yang akan menghadapi ujian akhir nasional sehingga

Efektivitas Pembelajaran Daring Menggunakan Media Online Selama Pandemi COVID-19 pada Mata Pelajaran Matematika.. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang

Rendahnya motivasi mahasiswa untuk mengikuti pembelajaran secara daring di masa pandemi Covid-19 tersebut didasari karena pemanfaatan atau penggunaan media

Perencanaan Pembelajaran Daring Pada perencanaan pembelajaran daring meskipun guru tidak membuat rancangan pembelajaran secara tertulis tetapi guru telah melakukan

Berdasarkan hasil wawancara terkait persepsi mahasiswa pendidikan matematika terhadap pembelajaran daring (online) pada masa pandemi covid-19 di STKIP Budidaya Binjai,

Terbatasnya kuota dan lemahnya sinyal dilingkungannya serta penyampaian materi yang kurang efektif menjadi salah satu hambatan yang sering dialami siswa Berdasarkan hasil

Selama pandemi Covid-19 proses pembelajaran dilakukan secara daring strategi pembelajaran yang digunakan di SD Muhammadiyah 1 Krembung dalam melaksanakan proses

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan siswa dalam pembelajaran daring pada mata pelajaran matematika di tengah pandemi Covid-19. Sehingga total siswa yang