• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECEMASAN PADA SISWA SMU YANG AKAN MENGIKUTI UJIAN AKHIR NASIONAL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECEMASAN PADA SISWA SMU YANG AKAN MENGIKUTI UJIAN AKHIR NASIONAL SKRIPSI"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN RUHANIAH

DENGAN KECEMASAN PADA SISWA SMU YANG AKAN

MENGIKUTI UJIAN AKHIR NASIONAL

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia untuk memenuhi sebagian dari

syarat-syarat guna memperoleh derajat

sarjana S-1 Psikologi

Oleh : AHMAD BAIQUNI

00.320.193

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Falultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia untuk memenuhi

sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh derajat sarjana S-1 Psikologi

Pada Tanggal

Mengesahkan, Program Studi Psikologi

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Ketua Program Studi,

Qurotul Uyun, S.Psi.,M.Si.Psikolog

Dewan Penguji Tanda Tangan,

H. Fuad Nashori, S.Psi.,M.Si Hj. Sukarti, Dr

(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Bersama ini saya menyatakan bahwa selama melakukan penelitian dan dalam membuat laporan penelitian, tidak melanggar etika akademik seperti penjiplakan, pemalsuan data, dan manipulasi data. Apabila dikemudian hari saya terbukti melanggar etika akademik, maka saya sanggup menerima konsekwensi berupa pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Yang menyatakan,

(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamien, Segala puji dan syukurku pada-Mu Ya Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat Mu, dengan terselesainya karya sederhana

ini.

Shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada junjungan nabi besar Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan akhlak mulia.

Terima Kasih untuk segalanya dari orang-orang terdekat dihati :

Ayahanda H. Muhtadi Noor Asy’ari dan Ibunda Tersayang Hj. Nurul Aini Atas kasih sayang, doa, pengorbanan, kesabaran serta dukungan yang senantiasa tercurahkan pada penulis sampai batas waktu yang tak kan pernah lekang dimakan

usia, yang tak mungkin bisa dibalas oleh penulis seumur hidupnya

Lila Wifdania SE, Cak Syihaburrohman, Cak Yasser Aroffat dan Dr. Amni Rifdania

Kakak-kakakku tercinta atas segala doa, perhatian, dukungan moral dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis

Alia Maharani SS

Atas nama cinta, kasih sayang, motivasi, dukungan moral, menemani dengan kesabaran dalam menanti penulis untuk menyelesaikan karya ini.

(5)

MOTTO











Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang





















Janganlah kamu adakan tuhan yang lain disamping Allah agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah). (QS: Al Israa’ : 22).













































Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang – orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negrimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS: Al Mumtahanah : 8).

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirabbilalamien, puji syukur kehadirat Engkau ya Robbi atas segala karunia tidak tiada habis habisnya Engkau berikan kepada kami, baik itu berupa kesehatan, umur, keluarga dan salah satu karunia yang Engkau berikan adalah terselesainya penulisan skripsi ini. Bila harus diungkapkan karunia yang Kau berikan kepada kami maka takkan habis kata-kata dari seribu bahasa, tak kan habis bila seluruh pohon di muka bumi dijadikan pena dan lautan dijadikan tintanya. Maha besar Engkau ya Allah yang senantiasa membimbing kami dengan kasih sayang dan izinkanlah kami senantiasa berada pada jalan yang engkau rahmati, serta jangan jadikan kami hamba-hambaMu yang tidak tau bagai mana cara bersyukur kepadamu. Shalawat dan salam selelu tercurahkan kepada junjungan sari tauladan umat manusia Rasulullah SAW dan keluarganya, Beliau lah yang telah membuktikan sebagai manusia yang mulia, mulia disisi Allah SWT dan mulia disisi mahluk Allah. Rasulullah adalah contoh pribadi yang berakhlak mulia.

Penulis menyadari bahwa telah banyak pihak yang memberikan bantuan berupa dorongan, arahan dan data yang diperlukan mulai dari persiapan, tempat dan pelaksanaan penelitian hingga tersusunnya skripsi ini. Untuk itu rasa penghargaan dan terima kasih penulis ucapkan kepada yang terhormat :

(7)

1. Bapak Fuad Nashori, S.Psi.,M.Si.,Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indinesia, sekaligus sebagai dosen pembimbing Utama yang telah bersungguh-sungguh dalam membimbing penulis, memberikan pengarahan, semangat dan dorongan serta nasehat-nasehat yang sangat berguna bagi penulis untuk selalu dipegang dalam menjalani masa depan yang berliku nantinya. Dan selalu lah menjadi bintang terang di kegelapan malam. Semoga Allah memberikan kesabaran, kebijaksanan, ketabahan, menjadi Amir yang baik bagi keluarganya dan orang disekitarnya serta dipermudah pintu rizkinya Amin

2. Bapak Sonny Andrianto S.Psi., M.Si. selaku wakil Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indinesia.

3. Ibu Qurotul Uyun, S.Psi.,M.Si.Psikolog selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial budaya Universitas Islam Indonesia. 4. Bapak Irwan Nuryana K, S, Psi.,M.Si. selaku Sekertaris Program Studi

Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indinesia. Serta yang menumbuhkan rasa kasih sayang di hati penulis terhadap keluarga dan memberikan pencerahan bagi penulis untuk segera hidup berkeluarga dan bagai mana menjalaninya Amin. Semoga Allah SWT menjaga kebahagiaan dan keharmonisan keluarganya dan dipermudah rizkinya.

5. Ibu Ratna Syifa’a R, S.Psi, M.Si atas dorongan, perhatian, jabat tangan yang hangat serta sudah seperti orang tua bagi penulis. Semoga Allah memberikan rahmat-Nya, semoga menjadi seorang ibu yang bijaksana, sabar dan tidak pernah putus asa, dan dipermudah segala urusan serta rizkinya, Amin.

(8)

6. Bapak H. Muh. Bachtiar, Drs., MM. atas dorongan, perhatian, jabat tangan yang hangat. Semoga Allah memberikan rahmat, kesehatan serta pintu rizki yang selalu terbuka baginya, Amin.

7. DR. M. Idrus, S.Psi.,Drs. M.Pd atas pengajaran yang ditawarkan dikelas, sampai sekarang apa yang engkau ajarkan masih melekat dibenak dan pikiranku luar biasa. Teruslah mengajar buang sumbat-sumbat di otak-otak anak didikmu sehingga mereka sadar potensinya dan hidup ini indah. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan dimudahkan seluruh urusan dan rizki serta menjaga keluarganya diberikan semangat yang tek pernah padam Amin.

8. Ibu Miftahun Ni’mah Suseno, S.Psi, Psikolog atas kehangatan hati yang seluas samudra dan selalu tersenyum. Semoga Allah SWT melalu memberikan kesabaran di hatinya menjadikannya seorang ibu yang bijaksana baik keluarga dan anak didiknya, dipermudah rizkinya Amin.

9. Seluruh dosen tetap dan staf pengajar Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia yang telah membeikan perhatian, keramahan, kesabaran dan bimbingan kepada penulis dan seluruh mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Psikologi Dan Ilmu Sosial Budaya.

10. Pak Imron, Mas Ferry, Pak Fatur, Pak Rani, Pak Mino, Mas Tri, Mas Kumaidi, Mas Mustamid, Ali, Mas-mas Security dan seluruh karyawan di lingkuangan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII atas bantuan, keakraban, dorongan, berbagi suka dan duka selama berada di kampus

(9)

tercinta. Semoga Allah memmberikan rahmat dan kesehatan serta dimudahkan pintu rizki bagi bapak semua.

11. Bapak Adi Waluyo selaku kepala sekolah SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta.

12. Bapak Abdul Qudus Zoher selaku Humas SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta. yang telah memberikan izin serta membantu penulis untuk melakukan penelitian terhadap murid kelas III SMU Muhammadiah 1 Yogyakarta.

13. Bapak Sumarjo guru SMU Muhammadiah 1 Yogyakarta yang telah benyak membantu penulis dalam memberikan saran-saran dalam pengurusan administrasi yang akan digunakan dalam penelitian.

14. Mbak devi selaku ibu kos putri yang banyak membantu penulis dalam pengambilan data yang diperlukan dalam penelitian

15. Murid-murid kelas III SMU Muhammadiah 1 Yogyakarta terima kasih atas bantuannya dan kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancer.

16. Ayahanda H. Muhtadi Noor Asyari dan Ibunda tersayang Hj. Nurul Aini, ridhoi lah dan doakan putramu dalam seriap langkahnya dalam menghadapi kehidupan agar dapat berbakti kepadamu dalam rangka menuju keridhoan Ilahi Rabbi Amin.

17. H. Ahmad Wahid dan Hj. Lila Wifdania SE, Syihabur Rohman dan Nelly Rosiana, Yasser Aroffat dan Wiwik Nurnaningsih, Imam Supriyantno dan

(10)

Dr. Amni Rifdania, Kakak-kakakku tercinta atas segala doa, perhatian, dukungan moral dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

18. Alia Maharani SS, Atas nama cinta, kasih sayang, motivasi, dukungan moral, menemani dengan kesabaran dalam menati penulis untuk menyelesaikan karya ini terima kasih ya Allah telah kau jaga hatinya yang seluas samudra dan Engkau hiasi dengan akhlak yang mulia.

19. Keluarga besar di Jakarta Ayah, Mama, Lia, Iwan, Apik, Dela, Asep atas dukungan, do’a, perhatian, dan mohon do’a restu dimasa yang akan datang semoga penulis dapat menjadi orang yang berguna dan berbakti kepada keluarga, dan bangsa Amin.

20. Keponakan-keponakanku Balqis Wahdani, Salma Amara Labiba, Cantika Choirun Nisa’, Mohammad Rosyidan Rohman, Naufal Ahmad Faiq, Elya Shafiya Zahra semoga cepat tumbuk dewasa diberikan kesehatan menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua agama dan bangsa Amin.

21. M. Fidia Putra (Marsiraji Ananta Noor) seorang penulis yang mempunyai bakat luar biasa, seorang sahabat yang selalu menawarkan keakraban seperti secangir kopi pada tembakau, seorang saudara yang mempunyai kehangatan hati, seorang pejuang yang tak pantang menyerah dan aku percaya itu adalah kamu. Terima kasih atas dorongan, semangat, doa, kearifan, ente memang saudara sekaligus guruku.

22. Hidayat Marsal dan Vivi Rianti dua pasangan yang serasi Terima kasih atas dukungan, bantuan, persaudaraan, hangatnya persahabatan yang diberikan kepada penulis semoga cepat menikah dan menjadi keluarga sakinah

(11)

mawahdah wa rohmah ghofururrohim semoga Allah SWT memberikan kesehatan, hidayah dan innayahnya, dimudahkan rizki kepada kalian semua Amin.

23. Mbak Santi atas hangatnya persahabatan yang diberikan kepada penulis, Mie soto liquidnya, bantuan, dorongan, doa. Semoga cepat menikah dan menjadi keluarga syakinah mawahdah wa rohmah ghofururrohim Amin.

24. Sahabatku Omenk, Wildan, Afif, Ipank, Avik, Adrus, Aldi, Samsul, Fitri, Bintoro, Ayu, Adulel, Desi, Soepi atas doa dan dorongannya semoga Allah SWT memberikan kesehatan, hidayah dan innayahnya, dimudahkan rizki kepada kalian semua dan semoga segera menikah Amin.

25. Sobatku Panjol, Mbak Jos, Lia bisuel, Devi, Ulung, Bagong, Tari,, Gunawan, Indra Cika, atas doa dan dorongannya semoga Allah SWT memberikan kesehatan, hidayah dan innayahnya, dimudahkan rizki kepada kalian semua Amin.

26. Wahyu, Ayot, Imam, Galuh, Walid, dan seluruh anak-anak KOGNISIA atas bantuannya, pengalamannya bersama kalian, dorongan semoga cepet lulus semua Amian

27. Teater Parkir, Sudah tujuh tahun sahabat kita bermain bersama, Sudah tujuh tahun kau kurawat dan tujuh tahun pula kau kudekap. Kau ajarkan aku banyak hal yang mungkin tak semua orang dapat merasakannya. Kaupun berikanku tempat berteduh di saat hujan mulai turun bahkan badai yang mulai mengamuk mengelegar. Kau yang mengajarkanku berjalan dari saat aku mulai merangkak meraba wajah lain dunia kau ajarkan aku berlari walaupun

(12)

terkadang aku tersandung dan terjeremab, kau berikan ketabahan untuk mencoba. Walau umurmu semakin renta tak berkurang sedikitpun rasa cintaku padamu, walaupun pernah aku sesekali berbohong tidak mengenalmu. Maafkan aku sekali lagi maafkan aku sebab kau pun pasti tahu seberapa besar aku mencintaimu sebab aku tau sebesar apa cintamu padaku. Tujuh tahun yah tujuh tahun yang rasanya baru kemarin sore aku mengenalmu. Sebentar lagi kita akan terpisah, yah mungkin sesekali akan kutengok kau, sebab aku tak lagi khawatir seperti yang dulu, dulu kau hanya punya aku dan begitu pula sebaliknya. Telah banyak bunga-bunga yang menghiasi pekaranganmu, pagar-pagar yang kokoh dan suara teriakan-teriakan bocah-bocah kecil A-I-U-E-O, teriaknya seperti aku dulu walau pun berbeda, triakanku saat itu kasar dan lantang. Sekarang teriakannya membahana dan merdu sangat merdu. Baik-baik lah kau menjaga mereka dan gedung-gedung di sekitarmu, gunakan mantelmu kala malam sudah menjelang dan jangan tidur terlalu larut malam nanti kamu sakit. Aku titipkan bunga-bunga dan suara-suara itu padamu didik mereka hantarkan mereka melihat apa yang ingin mereka lihat dan katakan pada mereka aku selalu mencintaimu. Sebetulnya masih banyak yang ingin aku tulis disurat ini, namun aku takut membuatmu bosan membacanya.

Yogyakarta, September 2007

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……... i

HALAMAN PENGESAHAN ………... ii

HALAMAN PERNYATAAN………..……… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………... iv

HALAMAN MOTTO………. . v

PRAKATA... vi

DAFTAR ISI ... ... xiii

DAFTAR TABEL ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xviii

INTISARI……….………. xx

BAB I : PENGANTAR……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Manfaat Penelitian ... ……….……….. 4

D. Keaslian Penelitian ... ... 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA……….. 8

(14)

1. Pengertian kecemasan……….. 8

2. Gejala-Gejala Kecemasan………. 9

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan... 12

B. Kecerdasan Ruhaniah……….…... ... 13

1. Pengertian Kecerdasan Ruhaniah…………..…... 13

2. Aspek-Aspek Kecerdasan Ruhaniah ………..…….….. 15

C. Hubungan antara Kecerdasan Ruhaniah dengan kecemasan ………20

D. Hipotesis ………..………..….. 23

BAB III : METODE PENELITIAN……….. 24

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 24

B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 24

1. Kecerdasan Ruhaniah ……….…... 24

2. Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir Nasional………... 24

C. Subjek Penelitian ………..…... 25

D. Metode Pengumpulan Data …..………...…..… 25

1. Skala Kecerdasan Ruhaniah ………..………... 25

2. Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir Nasional …………27

E. Metode Analisis Data ………....….……... 28

BAB IV : PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN………. 29

A. Orientasi Lapangan dan Persiapan penelitian ……….... 29

(15)

2. Persiapan Penelitian... 31

a. persipan Administrasi... 31

b. Persiapan Alat Ukur……….………… 31

B. Laporan Pelaksanaan Penelitian………..….…... 34

C. Hasil Penelitian ...……….…… ………….…….…. 35

1. Deskripsi Subjek Penelitian ………….…... 35

2. Deskripsi Statistik Data Penelitian ………..…... 36

3. Uji Asumsi... 38 a. Uji Normalitas………..………….... 38 b. Uji Linearitas ………..……… 39 4. Uji Hipotesis……….……..…………. 39 D. Pembahasan ………..……...………. 40 BAB V : PENUTUP……… 44 A. Kesimpulan………..……….. 44 B. Saran……..………..………….. 44

1. Saran kepada subjek penelitian………..……….. 44

2. Saran kepada pihak sekolah ………..…….. 45

(16)

DAFTAR PUSTAKA………..……… 46 LAMPIRAN……… 48 Lampiran A………. 48 Lampiran B………. 50 Lampiran C……….. 75 Lampiran D………. 79 Lampiran E……….. 83

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Ruhaniah …...………. 26

Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir Nasional …... 27

Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Ruhaniah Setelah Penelitian…………..………. 33

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir Nasional Setelah Penelitian…... 33

Tabel 5. Deskipsi Subjek Penelitian………...… … … 35

Tabel 6. Deskripsi Statistik Data Penelitian... 36

Tabel 7. Kriteria Kategorisasi Skala Kecerdasan Ruhaniah ………. 37

Tabel 8. Kriteria Kategorisasi Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir Nasional………. 38

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. ALAT UKUR

Alat Ukur Angket Kecerdasan Ruhaniah dan Kecemasan ………... 48

B. DATA PENELITIAN

1. Tabulasi Aitem Data Try Out Terpakai Skala Kecerdasan

Ruhaniah ..…...……… 51 2. Tabulasi Aitem Data Try Out Terpakai Skala Kecemasan…………... 59 3. Analisis Aitem Try Out Terpakai Skala Kecerdasan Ruhaniah.… 65 4. Analisis Aitem Try Out Terpakai Skala Kecemasan………....….. 67 5. Analisis Aitem Data Penelitian Skala Kecerdasan Ruhaniah…..… 69 6. Analisis Aitem Data Penelitian Skala Kecemasan……… 71 7. Skor Total Kecerdasan Ruhaniah dan Kecemasan………. 73

C. UJI ASUMSI

1. Uji Normalitas………. 76 2. Uji Linearitas……….. 77 3. Uji Hipotesis………... 78

D. GRAFIK DISTRIBUSI NORMAL

1. Grafik Distribusi Normal……… 80 2. Grafik P Plot………... 81

(19)

E. SURAT-SURAT

1. Surat Izin Penelitian………84 2. Surat Keterangan Selesai Penelitian………..……. 86

(20)

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECEMASAN PADA ANAK SMU YANG AKAN MENGIKUTI UJIAN

AKHIR NASIONAL

Ahmad Baiquni H. Fuad Nashori S.Psi, M Si

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Kecerdasan Ruhaniah dengan kecemasan pada anak SMU yang akan mengikuti ujian akhir nasional. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara Kecerdasan Ruhaniah dengan kecemasan pada anak SMU yang akan mengikuti ujian akhir nasional. Hubungan tersebut ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) = - 0,432, koefisien determinan (r2) = 0,186 dengan p = 0,001 (p<0,01). Hasil ini menginformasikan bahwa semakin tingginya Kecerdasan Ruhaniah akan diikuti oleh rendahnya tingkat kecemasan. Sebaliknya semakin rendah Kecerdasan Ruhaniah akan diikuti dengan semakin tingginya kecemasan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kecemasan pada siswa tidak hanya dipengaruhi oleh Kecerdasan Ruhaniah saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar Kecerdasan Ruhaniah sebesar 81,4 %.

(21)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang Permasalahan

Masalah pendidikan merupakan masalah yang tidak akan mungkin bisa lepas dari kehidupan individu. Tanpa pendidikan akan sulit bagi seseorang untuk menyongsong era globalisasi nantinya.

Sebagaimana yang diketahui, pendidikan sebagai cikal bakal perkembangan negara merupakan salah satu masalah yang cukup pelik yang sedang dihadapi oleh negara Indonesia sekarang ini. Salah satu masalah pendidikan yang banyak menyita perhatian masyarakat Indonesia sekarang ini adalah banyaknya aksi demonstrasi yang dilakukan oleh siswa, guru dan wali murid, disebabkan para siswa gagal dalam ujian akhir nasional. Kecemasan selalu menyelimuti setiap ujian akhir nasional akan dilakukan.

Seperti kasus yang terjadi yang terjadi di daerah Yogyakarta, siswa SMU peserta ujian nasional mengaku cemas dengan ujian nasional yang baru selesai dilaksanakan, walaupun Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta tetap optimis dan memasang target kelulusan yang tinggi, hingga 98%. Kepala Dinas Kota Yogyakarta Drs. Darno MA, mengatakan pihaknya optimis 98% dari siswa SMU/MA/SMK yang ada di kota bisa lulus dalam ujian nasional tahun ini.

Ditambahkan lagi oleh Drs Darno MA sekitar 97% siswa SMU/SMK bisa lulus Ujian Nasional. Untuk tahun ini tentu siswa mempersiapkan lebih baik dan hati-hati. Siswa SMU di Yogyakarta mengungkapkan kekhawatiran mereka tidak

(22)

2

bisa mencapai nilai 4.26 permata pelajaran dan nilai rata-rata minimal 4.51. (Kompas, Sabtu, 20 Mei 2005).

Begitu juga masalah kecemasan yang terjadi tahun 2006 di Semarang. Sejumlah siswa kelas III jenjang SMP dan SMA Kota Semarang dilanda kecemasan menjelang pelaksanaan Ujian Nasional (UN) pada 22-24 Mei untuk SMP/MTs dan 16-18 Mei 2006 untuk SMA/MA serta SMK. Rasa was-was juga melanda orang tua. Mereka khawatir apabila peserta didik tidak bisa mencapai nilai minimal 4,26 untuk setiap mata pelajaran, atau tak mampu mendapatkan di atas 4,50 nilai rata-rata tiga mata pelajaran sebagai syarat kelulusan (Suara Merdeka, Senin, 17 April 2006).

Kecemasan menyelimuti para siswa ketika hari yang penting dan bersejarah itu telah di depan mata. Rasa takut, stress, deg-degan, gundah dan sebagainya itu menghinggapi para pelajar. Objek kecemasan bersifat samar-samar atau tidak jelas sehingga menimbulkan kegelisahan, kekhawatiran, ketakutan, was-was, dan tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang (Kartono, 1986).

Kartono (1986) mengatakan bahwa kecemasan merupakan suatu kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis, sungguhpun tidak ada rangsangan yang spesifik. Hal ini memunculkan kegelisahan dan kekhawatiran, serta ketakutan terhadap sesuatu yang terkadang tidak jelas dan mempunyai ciri-ciri yang berbeda-beda pada setiap individu.

Hampir setiap individu pernah mengalami perasaan cemas, baik orang kaya atau miskin, tua atau muda, berpangkat maupun tidak, dan masing-masing

(23)

3

individu memiliki cara tersendiri dalam menanggapinya. Penulis berpendapat bahwa dengan adanya kecemasan, maka seseorang akan terganggu dalam bekerja maupun kehidupannya.

Kecemasan pada siswa mempunyai pengaruh negatif, bila kecemasan tersebut menjadi faktor penghambat bagi keberhasilan siswa seperti munculnya perasaan khawatir, was-was, takut, sehingga mengganggu konsentrasi siswa atau menimbulkan rasa pesimis dalam menghadapi ujian yang mengakibatkan kegagalan pada siswa. Oleh karna itu penelitian ini dikatakan perlu untuk meminimalisir perasaan cemas yang terjadi pada siswa yang akan menghadapi ujian akhir nasional sehingga diperlukan suatu faktor yang dapat mengubah pengaruh negatif kecemasan menjadi hal yang positif, faktor itu adalah Kecerdasan Ruhaniah.

Idealnya setiap siswa tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian akhir nasional, tapi kenyataannya banyak siswa yang mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian akhir nasional. Seharusnya siswa-siswa tersebut mampu menyeimbangkan antara kecemasan yang mereka alami dengan rasio (berusaha, berdo’a dan berserah diri) yang bersumber dari kecerdasan ruhaniah.

Kecemasan yang sering terjadi pada siswa SMU itu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah kecerdasan ruhaniah.

Oleh karena itulah kerdasan ruhaniah perlu dimiliki oleh siswa supaya

mereka dapat menyeimbangkan kecemasan tersebut dengan rasio. Menurut Tamara (2001), kecerdasan ruhaniah adalah kecerdasaan yang berpusat

(24)

4

pada rasa cinta yang mendalam pada Allah dengan seluruh ciptaan-Nya. Diharapkan jika siswa memiliki kecerdasan ruhaniah yang kuat maka kecemasan mereka terhadap ujian akhir nasional itu tidak akan membawa dampak yang buruk terhadap mereka. Berdasarkan fakta di atas itulah maka penulis mencoba untuk meneliti hubungan antara kecerdasan ruhaniah dengan kecemasan menghadapi ujian nasional pada siswa SMU.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan ruhaniah dengan kecemasan menghadapi ujian akhir nasional pada siswa SMU.

C. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai hubungan antara kecerdasan ruhaniah dengan kecemasan menghadapi ujian akhir nasional. Hasil penelitian yang diperoleh dapat berguna sebagai referensi atau bahan pembanding bagi peneliti-peneliti yang ingin mengkaji masalah yang berkaitan dengan kecerdasan ruhaniah dan kecemasan.

Secara praktis, jika penelitian ini diterima diharapkan dapat membantu memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat dan pendidik atau guru dalam mengatasi masalah yang sama.

(25)

5

D. Keaslian Penelitian

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dengan masalah yang sejenis dengan penelitian ini adalah penelitian Dwita & Natalia (2002) dengan judul pengaruh musik terhadap kecemasan penderita katarak menjelang operasi. Christian (1994) melakukan penelitian mengenai perbedaan tingkat kecemasan pada remaja yang ibunya bekerja dan remaja yang ibunya tidak bekerja di SMPK Santo Yosef Surabaya. Andes (2004) dengan judul hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan kecenderungan prilaku delinkuen pada remaja pertengahan.

1. Keaslian Topik

Penelitian yang dilakukan oleh Dwita & Natalia (2002) dengan judul penelitian pengaruh musik terhadap kecemasan penderita katarak menjelang operasi, memiliki variable independen yang berbeda dengan penelitian ini yaitu antara musik dengan spiritual quotient. Penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Christian (1994) dengan judul perbedaan tingkat kecemasan pada remaja yang ibunya bekerja dan remaja yang ibunya tidak bekerja di SMPK Santo Yosef Surabaya, varibel independennya berbeda yaitu antara kecemasan dengan spiritual quotient. Penelitian selanjutnya Andes (2004) dengan judul hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan kecenderungan prilaku delinkuen pada remaja pertengahan. Variabel dependennya berbeda yaitu antara perilaku delinkuen pada remaja pertengahan dengan kecemasan. Penelitian ini menggunakan variabel tergantung yang spesifik, yaitu

(26)

6

kecemasan menghadapi Ujian Akhir Nasional. Hal ini berarti berbeda dengan penelitian sebelumnya yang berarti juga topik judul ini berkategori orisinil.

2. Keaslian teori

Pada penelitian ini untuk varibel independen yaitu kecerdasan ruhaniah penulis lebih banyak menggunakan teori dari Toto Tasmara, sedangkan untuk varibel dependen yaitu kecemasan menghadapi ujian akhir nasional penulis menggunakan teori dari Sue, dkk (1986). Dari segi teori, judul ini tidak termasuk orisinil, karena teori-teori tersebut telah di gunakan dalam sejumlah penelitian.

3. Keaslian alat ukur.

Alat ukur yang digunakan Tiurmawati (2000) menggunakan angket kecemasan dan angket kepuasan kerja. Andes (2004) menggunakan skala kecenderungan prilaku delinkuen pada remaja awal, skala kecerdasan emosional dan skala kecerdasan spiritual. Sedangkan penelitian Dwita dan Nuralita (2002) menggunakan skala persepsi dan skala kecemasan pasien rawat inap.

Pada penelitian mengenai hubungan antara kecerdasan ruhaniah dengan kecemasan pada anak SMU yang mengikuti ujian akhir nasional ini, penulis menggunakan skala kecemasaan menghadapi ujian akhir nasional yang disusun oleh penulis, dengan demikian khusus alat ukur kecemasan termasuk orisisnil. Sementara skala kecerdasan spiritual menggunakan alat ukur Andes (2004).

(27)

7

4. Keaslian subyek penelitian

Subjek yang dikenai alat ukur juga berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya karena pada penelitian ini subjek yang akan dikenai pengukuran adalah siswa SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta..

Subjek penelitian dari Dwita & Natalia (2002) adalah penderita katarak mata senilis di Rumah Sakit Umum Mataram. Subjek penelitian Christian (1994) adalah siswa-siswi kelas 1 (pagi dan siang) SMPK Santo Yosep Surabaya yang ibunya bekerja dan tidak bekerja. Dari segi subjek, penelitian ini orisinil.

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir Nasional 1. Pengertian kecemasan

Masalah kecemasan dapat dikatakan sebagai masalah klasik dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Psikoanalisa mendefenisikan kecemasan sebagai suatu keadaan tegang yang memotivasi individu untuk berbuat sesuatu (Corey, 1999).

Daradjat (1985) rasa cemas adalah perasaan tidak menentu, panik, takut tanpa mengetahui apa yang ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan mencemaskan itu yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustrasi) dan pertentangan batin (konflik). Daradjat (1985) menambahkan kecemasan itu mempunyai segi yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa berdosa atau bersalah, terancam dan sebagainya. Juga ada segi-segi yang terjadi diluar kesadaran dan tidak jelas, seperti orang yang merasa takut tanpa mengetahui sebabnya dan tidak dapat menghindari perasaan yang tidak menyenangkan itu.

Kecemasan sebagai respon dibedakan menjadi state anxiety dan trait anxiety. State anxiety adalah gejala-gejala kecemasan yang timbul bilamana individu dihadapkan pada situasi-situasi tertentu. Situasi-situasi ini akan menyebabkan individu mengalami kecemasan dan gejalanya akan selalu tampak jika situasi penyebab kecemasan itu tetap ada. Trait anxiety adalah kecemasan

(29)

9

sebagai suatu sifat yang menetap pada diri individu atau kecenderungan bawaan yang ada pada individu untuk menjadi lebih cemas dalam menghadapi situasi tertentu. (Arijani, 1998)

Kecemasan mengahadapi tes atau ujian sebenarnya adalah suatu keadaan atau kondisi emosi yang kurang menyenangkan yang dialami oleh individu saat menghadapi tes. Berdasarkan pendapat Jersild (1968), maka dalam kasus menghadapi tes worry meliputi komponen kognitif dari pengalaman cemas, misalnya ketakutan yang berlebihan tentang kemungkinan gagal dalam tes. Emotionality mengacu hal yang berkaitan dengan reaksi emosi terhadap hal-hal buruk yang dirasakan mungkin terjadi terhadap hasil tes tersebut, termasuk disini adalah reaksi faali semisal tubuh yang berkeringat, badan gemetar, atau jantung yang berdebar kencang baik pada saat mempersiapkan tes maupun pada saat melakukan tes. Menurut Azwar (1987) hal tersebut disebabkan adanya persepsi yang kuat dalam diri siswa umumnya bahwa suatu nilai tes yang baik merupakan kesuksesan belajar, sedangkan nilai tes yang rendah merupakan kegagalan dalam belajar. Adanya persepsi tersebut membuat siswa menganggap bahwa nilai tes adalah satu-satunya indikator penting. Dalam suasana hati yang cemas, siswa akan merasa ragu-ragu dalam bertindak, ada perasaan tidak tenang, was-was dan curiga.

Beberapa ahli mengemukakan bahwa suasana cemas akan membuat individu sulit melakukan aktivitasnya dengan baik sehingga keberhasilan akan sulit dicapai, dan kondisi demikian akan terjadi pengalaman yang samar-samar disertai perasaan tidak berdaya dan tidak menentu ( Lazarus, 1971).

(30)

10

2. Gejala-Gejala Kecemasan

Daradjat (1985) mengatakan kalau gejala-gejala kecemasan ada itu ada dua macam, yaitu :

1. Fisik

Gejala fisik misalnya ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, detak jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, nafas sesak dan lainya.

2. Mental.

Gejala mental antara lain rasa takut, merasa akan ditimpa bahaya, tidak bisa memusatkan perhatian atau berkonsentrasi, perasaan tidak berdaya dan rendah diri, hilang kepercayaan kepada diri sendiri, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan hidup dan lain-lain.

Bucklew (1960), mengungkapkan kalau tanda-tanda dari kecemasan terbagi menjadi dua tingkat yaitu :

1. Tingkat psikologis, yaitu rekasi-reaksi kecemasan yang nampak pada gejala-gejala kejiwaan, seperti misalnya :

a. Perasaan tegang b. Bingung

c. Perasaan tidak menentu

d. Gerakan-gerakan yang tidak terarah atau tidak pasti e. Gejala-gejala lainnya yang bercampuran

(31)

11

2. Tingkat phisiologis, reaksi-reaksi kecemasan yang sudah mempengaruhi atau nampak pada gejala-gejala fisik, disertai dengan adanya disorganisasi proses-proses phisiologi terutama pada fungsi-fungsi system syaraf. Reaksi-reaksi ini kita lihat sebagai :

a. Keringat yang berlebihan

b. Sirkulasi darah yang tidak teratur c. Jantung berdebar-debar

d. Tremor atau gemetar e. Nausea (mual)

Sue, dkk (1986), membagi manifestasi reaksi kecemasan menjadi empat aspek yang menunjuk kepada gejala-gejala yang mungkin dihadapi oleh pelajar saat mereka cemas menghadapi ujian, yaitu :

1. Reaksi kognitif

Reaksi ini bervariasi dari rasa khawatir yang ringan sampai dengan rasa panik. Reaksi ini muncul berupa kesukaran dalam berkonsentrasi, sukar membuat keputusan dan sulit tidur.

2. Reaksi motorik

Reaksi ini berupa gelisah, melangkah tidak menentu, menekan-nekan ruas jari, menggigit bibir dan kuku jari.

(32)

12

3. Reaksi somatic

Reaksi meliputi reaksi fisik dan biologis seperti bernafas pendek-pendek, mulut kering, tangan dan kaki dingin, sakit perut, sering buang air kecil, pusing, jantung berdegub kencang, tekanan darah meningkat, berkeringat, otot menegang (khusunya pada bagian leher dan bahu).

4. Reaksi afektif

Reaksi ini berupa kekhawatiran dan gelisah.

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kecemasan

Nevid (dkk) membagi faktor-faktor kecemasan ke dalam empat faktor, yaitu :

1. Faktor Biologis

a. Predisposisi genetic

b. Irregularitas dalam fungsi neurotransmitter

c. Abnormalitas dalam jalur otak yang memberi sinyal bahaya atau yang menghambat tingkah laku repetitif.

2. Faktor Lingkungan Sosial

a. Pemaparan terhadap peristiwa yang mengancam atau traumatis b. Mengamati respon takut pada orang lain

(33)

13

3. Faktor Behavioral

a. Pemasangan stimuli aversif dan stimuli yang sebelumnya netral (classical conditioning).

b. Kelegaan dari kecemasan karena melakukan ritual kompulsif atau menghindari stimuli fobik (classical conditioning).

c. Kurangnya kesempatan untuk pemunahan karena penghindaran terhadap objek atau situasi yang ditakuti.

4. Faktor Kognitif dan Emosional

a. Konflik psikologis yang tidak terselesaikan

b. Faktor-faktor kognitif, seperti prediksi yang berlebihan tentang ketakutan, keyakinan-keyakinan yang irasional, sensitivitas berlebihan terhadap ancaman, sensitivitas terhadap kecemasan, salah atribusi dari sinyal-sinyal tubuh, dan self efficacy yang rendah.

Di samping empat faktor di atas, Darajat (1985) mengungkapkan bahwa keagamaan memegang peranan penting dalam mengatasi kecemasan

B. Kecerdasan Ruhaniah 1. Pengertian kecerdasan

Pada awalnya para ahli berpandangan bahwa kecerdasan itu hanya berkaitan dengan kemampuan berfikir. Namun dalam perkembangan berikutnya pandangan tersebut berangsur-angsur berubah, perubahan ini berlangsung setelah munculnya kecerdasan majemuk atau multiple intelligence yang dirumuskan oleh

(34)

14

Howard Gardner. Gardner mengungkapkan multiple intelligence meliputi kecerdasan linguistik (berkaitan dengan bahasa), kecerdasan logis-matematis (berkaitan dengan nalar logika dan matematika), kecerdasan spasial (berkaitan dengan ruang dan gambar), kecerdasan musikal ( berkaitan dengan musik, irama dan bunyi/suara), kecerdasan badani-kinestetik (berkaitan dengan badan dan gerak tubuh), kecerdasan interpersonal (berkaitan dengan hubungan antarpribadi, sosial), kecerdasan intrapersonal (berkaitan dengan hal-hal yang sangat pribadi). Dari hal diatas dapat diketahui bahwa kecerdasan juga meliputi kemampuan-kemampuan lain diluar kemampuan-kemampuan berfikir. (Jasmine, 2007).

2. Pengertian Kecerdasan Ruhaniah

Terdapat dua pandangan pengertian dari kecerdasan spiritual, yaitu pengertian secara universal dan pengertian secara agama yang menggunakan istilah kecerdasan ruhaniah.

Zohar & Marshall (2005), mengatakan kalau spiritual berasal dari bahasa latin spritus yang berarti prinsip yang memvitalisasi suatu organisme. “S” dalam kecerdasan spiritual bisa juga berasal dari bahasa latin sapientia (Sophia dalam bahasa Yunani) yang berarti kearifan - kecerdasan kearifan (wisdom intelligence). kecerdasan spiritual merangkul segala sesuatu yang secara tradisional dimaksudkan sebagai kearifan, berlawanan dengan pemerolehan pengetahuan belaka atau dengan bakat yang relatif mekanistik dalam memecahkan masalah. Zohar & Marshall (2005) juga berpendapat bahwa penggunaan istilah spiritual dalam hubungannya dengan kecerdasan tidak berkaitan dengan agama

(35)

15

institusional. Seseorang mungkin tinggi dalam kecerdasan spiritual tapi tidak punya kecerdasan spiritual atau keyakinan apapun. Demikian pula, seseorang mungkin sangat religius , tetapi rendah dalam kecerdasan spiritual.

Kecerdasan spiritual adalah “kecerdasan jiwa”. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang membuat diri seseorang menjadi utuh, yang membuat individu bisa mengintegrasikan berbagai fragmen kehidupan, aktifitas, dan keberadaannya. kecerdasan spiritual membuat kita bersentuhan dalam sisi keberadaan kita dan dengan mata air potensialitas kita. kecerdasan spiritual memungkinkan lahirnya wawasan dan pemahaman untuk beralih dari sisi dalam itu ke permukaan keberadaan individu, tempat seseorang bertindak, berfikir, dan merasa. Bahkan, kecerdasan spiritual adalah pemahaman pribadi tentang apa arti mengenai suatu jiwa menjadi suatu saluran hidup yang melalui dimensi-dimensi dan potensi kehidupan yang lebih dalam bisa muncul ke permukaan dan memasuki dunia.

Berbeda dengan pendapat yang menggunakan sudut pandang agama Tasmara (2001) menggunakan istilah kecerdasan ruhaniah (Trancendental Intelligence), mengatakan kecerdasan ruhaniah merupakan kecerdasan berpusat pada rasa cinta yang mendalam kepada Allah dan seluruh ciptaan-Nya. Ginanjar (2006) berpendapat kalau kecerdasan ruhaniah mengikuti konsep dari rukun iman, rukun Islam dan ihsan yang menjadi dasar agama Islam. Ginanjar (2006) juga berpendapat bahwa kecerdasan spiritual merupakan kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, prilaku dan kegiatan serta mampu menyinergikan antara IQ, EQ dan SQ.

(36)

16

Kecerdasan ruhaniah merupakan kapasitas penggunaan nilai-nilai keimanan yang dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku, yang mana muncul pada orang-orang yang memiliki visi, merasakan kehadiran Allah, berdzikir dan berdo’a, memiliki kualitas sabar, cendrung pada kebaikan, memiliki empati, berjiwa besar dan bahagia melayani.

3. Aspek-Aspek Kecerdasan Ruhaniah

Aspek-aspek kecerdasan ruhaniah dalam penelitian ini dapat dilihat melalui indikator dan ciri-ciri yang menunjukkan esensi kecerdasan ruhaniah. Menurut Tasmara (2001), indikator dari kecerdasan ruhaniah adalah takwa. Dari hasil quesioner pada peserta pelatihan yang diadakan Tasmara definisi takwa adalah mematuhi atau mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Juga penafsiran lainnya yang menunjukkan bahwa takwa merujuk pada suasana hati dalam berhadapan dengan nilai-nilai moral, etika, halal dan haram.

Sementara pengertian takwa menurut Tasmara (2001) adalah bertanggung jawab. Al-Muttaqqin adalah orang-orang yang bertanggung jawab berdasarkan cinta. Dalam kaitannya dengan kecerdasan ruhaniah, pengertian takwa sebagai bentuk tanggung jawab tersebut akan lebih aplikatif dan memiliki tolak ukur yang jelas serta dapat dilaksanakan secara praktis ( workable), sehingga mempengaruhi prilaku sehari-hari. Menurut Tasmara (2001), ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi adalah sebagai berikut:

(37)

17

a. Memiliki Visi

Mereka menyadari bahwa hidup yang dijalaninya bukan kebetulan, tetapi sebuah kesengajaan yang harus dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab (takwa). Mereka menjadikan masa lalu sebagai pelajaran yang berharga untuk membuat rencana yang lebih cermat. Mereka menetapkan visi berdasarkan alasan-alasan yang bisa dipertanggung jawabkannya dan mampu menjawab alasan-alasan-alasan-alasan atas pilihan visinya itu. Termasuk adalah persiapan yang telah dilakukan untuk membimbing harapan tersebut. Visi merupakan pengejawantahan imajinasi kreatif dan merupakan motivasi utama dari tindakan manusia. Menetapkan visi berarti menetapkan arah kiblat yang benar-benar diyakini. Sehingga seluruh sumber daya yang dimilikinya diarahkan dan dituangkan dalam bentuk tindakan yang membutuhkan perencanaan.

b. Merasakan kehadiran Allah

Manusia yang bertanggung jawab dan cerdas secara ruhaniah, merasakan kehadiran Allah dimana saja mereka berada (omnipresence-God is all there). Firman Allah (dalam Al-Qaaf:16) yang artinya “ Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia, dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan hatinya. Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat nadinya”. Hal ini melahirkan kecerdasan moral-spiritual yang menumbuhkan perasaan sangat dalam (zauq). Kesadaran bahwa Allah senantiasa bersamanya (innallaha ma’ana), merupakan bentuk fitrah manusia. Siapapun yang meyakini merasakan kehadiran Allah, lalu menjalankan agamanya secara rutin dan penuh rasa cinta akan memperoleh sandaran yang kuat.

(38)

18

c. Berzikir dan berdo’a

Zikir memberikan makna kesadaran diri cognizance (self awareness), “aku dihadapan tuhanku”, yang kemudian mendorong dirinya secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk melanjutkan misi hidupnya yang dinamis yaitu memberimakna melalui amal-amal saleh. Zikir bukan hanya sekedar ritual, tetapi sebuah awal dari perjalanan hidup yang aktual. Do’a bukanlah sekedar hafalan tetapi sebuah ungkapan jiwa.

Mereka yang cerdas secara ruhaniah menyadari bahwa do’a mempunyai makna yang sangat mendalam bagi dirinya. Dengan do’a berarti ada rasa optimisme yang mendalam dihati dan masih memiliki semangat untuk melihat kedepan. Ada sesuatu yang dituju dan diharapkan. Sehingga, dengan kandungan optimisme tersebut mereka lebih bergairah untuk menyatakan dirinya secara aktual dan lebih bertanggung jawab dalam perjalanannya meniti ombak samudra kehidupan yang penuh dengan godaan dan tantangan. Mengingat do’a merupakan bagian dari zikir, dan zikir dalah keyakinan yang mendalam bahwa ia selalu dilihat oleh tuhan, maka berdo’a tersebut, mereka merasakan dirinya sedang beraudiensi dengan tuhannya. Ia mengadapkan seluruh wajah batinya kepada Allah dengan bersungguh-sungguh penuh rasa rendah hati dan rasa cemas, tetapi sekaligus penuh harap. Begitu dasyatnya do’a yang prihati sehingga dapat mengubah takdir.

(39)

19

d. Memiliki kualitas sabar.

Sabar berarti terpatrinya sebuah harapan yang kuat untuk menggapai cita-cita. Dalam kanduangan kualitas sabar, terdapat sikap yang istiqomah. Sabar berarti tidak tergeser dari jalan yang mereka tempuh. Orang yang sabar dapat bertoleransi dengan waktu, merka memiliki ketabahan dan daya sangat kuat untuk menerima beban, ujian atau tantangan tanpa sedikitpun mengubah, harapan untuk menuai hasil yang ditanamnya. Sabar dapat disetarakan dengan kecerdasan emosional, yaitu kemampuan mengendalikan diri dalam menghadapi berbagai tekanan (stressor). Salah satu mahkota sabar adalah sikap memaafkan.

e. Cenderung kepada kebaikan

Orang yang bertakwa (bertanggung jawab) adalah tipe manusia yang selalu cenderung kepada kebaikan dan kebenaran (hanif). Mereka tidak akan membiarkan hari-harinya berlalu begitu saja tanpa melakukan kebaikan. Bertakwa dan bertanggung jawab berarti berupaya sekuat tenaga untuk melakukan kewajiban (amanah) sedemikian rupa sehingga menghasilkan hasil kerja yang baik. Orang yang memiliki nilai takwa sudah tentu terpacu untuk selalu menggali potensi diri agar menduduki tempat terbaik atau saleh. Ada dorongan untuk menjadi yang terbaik dan berorientasi pada amal-amal prestasi.

(40)

20

f. Memiliki empati

Empati adalah kemampuan seseorang untuk memahami orang lain, sehingga dapat merasakan kondisi batiniah orang lain. Empati sosial telah dipatrikan kepada jiwa Agung Rasulullah SAW.

g. Berjiwa besar

Berjiwa besar yaitu suatu keberanian untuk memaafkan dan sekaligus melupakan perbuatan yang pernah dilakukan oleh orang lain. Disebut berjiwa besar karena seseorang mungkin memaafkan, tapi tidak berangkat dari hati nurani yang tulus sehingga tidak mau melupakan. Hal ini hanyalah pemberi maaf yang bersifat formal ritual, tidak menyetujui nilai-nilai yang paling hakiki yaitu pembersihan dan penghapusan. Orang yang cerdas secara ruhaniah adalah mereka yang mampu memaafkan, betapapun pedihnya kesalahan yang pernah diperbuat orang tersebut pada dirinya. Dengan menghapuskan segala kendala psikologis atau mau memaafkan dengan tulus kesalahan orang lain maka memudahkan dirinya bersama-sama dengan orang lain membangun kualitas moral dengan lebih baik.

h. Bahagia melayani

Budaya melayani dan menolong (saluation) merupakan bagian dari citra diri seorang muslim. Mereka sadar bahwa kesadaran dirinya tidak terlepas dari tanggung jawab lingkungannya. Sebagai bentuk tanggung jawab tersebut mereka

(41)

21

tunjukkan pada sikap mereka untuk senantiasa terbuka hatinya terhadap keberadaan orang lain, dan merasa terpanggil untuk melayani.

Dengan demikian penulis mengambil kesimpulan bahwa orang yang memiliki kapasitas kecerdasan ruhaniah manifest pada orang-orang yang memiliki:

1. Visi

2. Merasakan kehadiran Allah 3. Berzikir dan berdo’a 4. Memiliki kualitas sabar 5. Cenderung pada kebaikan 6. Memiliki empati

7. Berjiwa besar 8. Bahagia melayani

C. Hubungan antara kecerdasan ruhaniah dengan kecemasan pada anak SMU yang akan mengikuti ujian akhir nasional.

Siswa dalam kehidupannya selalu dituntut oleh lingkungan untuk memperoleh nilai baik ketika mereka menghadapi tes yang kadang-kadang tanpa mereka sadari tuntutan tersebut akan menimbulkan kecemasan pada dirinya. Daradjat (1985) mendefenisikan rasa cemas sebagai perasaan yang tidak menentu, panik, takut tanpa mengetahui apa yang ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan mencemaskan itu yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustrasi) dan pertentangan batin (konflik).

(42)

22

Sedangkan menurut Lazarus (1971) suasana cemas akan membuat individu sulit melakukan aktivitasnya dengan baik sehingga keberhasilan akan sulit dicapai, dan kondisi demikian akan terjadi pengalaman yang samar-samar disertai perasaan tidak berdaya dan tidak menentu. Dari pendapat dari Daradjat (1985) dan Lazarus (1971) di atas dapat diketahui kalau dengan adanya kecemasan pada diri siswa ketika akan melakukan ujian akhir nasional akan membawa dampak yang negative bagi mereka, hal paling buruk yang mungkin terjadi adalah kegagalan dalam ujian akhir nasional.

Sue, dkk (1986), membagi gejala-gejala yang mungkin dihadapi oleh pelajar saat mereka cemas menghadapi ujian ke dalam empat reaksi yaitu reaksi kognitif, misalnya : kesukaran dalam berkonsentrasi, sukar membuat keputusan dan sulit tidur. Rekasi motorik, misalnya : gelisah, melangkah tidak menentu, menekan-nekan ruas jari, menggigit bibir dan kuku jari. Reaksi somatik, reaksi yang meliputi reaksi fisik dan biologis. Reaksi afektif yang berupa kekhawatiran dan gelisah.

Dari gejala-gejala yang diungkapkan oleh Sue, dkk (1986) di atas, dapat dilihat kalau pada dasarnya banyak sekali faktor yang menyebabkan kecemasan pada siswa ketika menghadapi ujian nasional. Menurut peneliti kecerdasan ruhaniah akan membawa pengaruh yang besar terhadap keberhasilan atau kegagalan siswa ketika menhadapi ujian akhir nasional. Zohar & Marshall (2005), mengatakan kecerdasan spiritual merangkul segala sesuatu yang secara tradisional kita maksudkan sebagai kearifan, berlawanan dengan pemerolehan pengetahuan belaka atau dengan bakat yang relatif mekanistik dalam memecahkan masalah.

(43)

23

Berbeda dengan pendapat yang menggunakan sudut pandang agama Tasmara (2001) kecerdasan ruhaniah (Transendental Intelligence), mengatakan kecerdasan ruhaniah merupakan kecerdasan berpusat pada rasa cinta yang mendalam kepada Allah dan seluruh ciptaan-Nya. Dari dua pendapat ahli di atas jika seseorang memiliki kecerdasan ruhaniah yang tinggi maka akan memunculkan sikap tawakal yang tumbuh didalam diri seseorang, tawakal disini adalah berserah diri kepada Allah SWT dengan berusaha dan berdoa sehingga menimbulkan rasa bahwa segala sesuatu hanyalah milik Allah SWT,

“Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apa bila dia berdo’a kepada-Nya dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah dibumi. Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). “(an-Naml: 62)

“Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah. Sedang dia

orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhuk tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah lah kesudahan segala urusan.” (Luqman: 22).

Tasmara (2001) juga berpendapat mengibaratkan do’a adalah cahaya dan amal adalah terang, do’a adalah jiwa sedangkaan amal adalah raganya, do’a adalah busur dan amal adalah anak panahnya sehingga anrata do’a dan amal ikhtiar merupakan satu paket. Do’a yang sungguh-sungguh dengan hati akan mendorong prilaku yang positif antara hati dan prilaku itu berdirilah akal piker. Dengan demikian, seluruh tindakan yang berada dalam hati dan prilaku manusia

(44)

24

akan sangat dipengaruhi oleh cara dirinya berfikir, serta hubungan emosi antara jiwa dan raga.

Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa kecerdasan ruhaniah dapat mempengaruhi prilaku manusia antara lain emosi, cara dirinya berfikir yang salah satunya dapat memunculkan kecemasan yang datang menjelang menghadapi ujian akhir nasional pada siswa-siswi SMU.

D. Hipotesis

Ada hubungan negatif antara kecerdasan ruhaniah dengan kecemasan menghadapi ujian akhir nasional. Semakin tinggi kecerdasan ruhaniah maka akan semakin rendah kecemasannya begitu pula sebaliknya semakin rendah kecerdasan ruhaniah maka akan semakin tinggi kecemasannya.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Independen : Kecerdasan Ruhaniah

2. Variabel Dependen : Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir Nasional

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Kecerdasan Ruhaniah

Kecerdasan ruhaniah merupakan kapasitas penggunaan nilai-nilai keimanan yang dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku, yang mana muncul pada orang-orang yang memiliki visi, merasakan kehadiran Allah, berdzikir dan berdo’a, memiliki kualitas sabar, cendrung pada kebaikan, memiliki empati, berjiwa besar dan bahagia melayani. Tinggi rendahnya kecerdasan ruhaniah ini diungkap dengan skala kecerdasan ruhaniah berdasarkan teori dari Tasmara (2001). Semakin tinggi skor semakin tinggi kecerdasan ruhaniah.

2. Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir Nasional

Kecemasan menghadapi ujian akhir nasional merupakan kondisi keadaan emosi yang kurang menyenangkan dalam menghadapi tes atau ujian. Tinggi rendahnya kecemasan ini akan diungkap dengan skala kecemasan menghadapi ujian nasional berdasarkan teori dari Sue, dkk (1986).

(46)

26

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Siswa SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta, dengan kriteria sebagai berikut :

1. Siswa kelas III

2. Usia antara 16-18 tahun 3. Jurusan IPA/IPS

4. Aktif mengikuti proses belajar mengajar tahun ajaran 2006/2007

Teknik pengambilan sample dipilih secara purposive sampling technique yaitu mengambil sample dengan populasi yang telah disengaja ditentukan oleh peneliti sesuai dengan maksud peneltiian.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan metode try out terpakai dengan dua alat ukur yaitu skala kecerdasan ruhaniah dan skala kecemasan menghadapi ujian akhir nasional.

1. Skala Kecerdasan Ruhaniah

Penyusunan pernyataan-pernyataan pada skala kecerdasan spiritual ini mengadaptasi dari skala kecerdasan spiritual yang digunakan oleh Andes (2004) dengan reliabilitas 0.9278. Dengan menggunakan standar validitas 0.3 menggunakan teori dari Tasmara (2001) yang terdiri dari : memiliki visi, merasakan kehadiran Allah, berdzikir dan berdo’a, memiliki kualitas sabar, cendrung kepada kebaikan, memiliki empati, berjiwa besar dan bahagia melayani. Dari teori Tasmara di atas Andes (2004) mengembangkannya ke dalam 60 butir,

(47)

27

30 aitem favourable dan 30 aitem unfavourable. Setelah dilakukan try out, aitem yang sahih menjadi 48 butir, 25 aitem favourable dan 23 aitem unfavourable.

Metode yang digunakan dalam penyusunan skala penelitian ini adalah metode Likert dengan melakukan modifikasi terhadap alternatif pilihan jawaban menjadi empat tingkat,yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Ketentuan penilaian skor jawaban pertanyaan aitem favaourable adalah 4 untuk jawaban sangat setuju (SS), 3 untuk jawaban setuju (S), 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS). Ketentuan penilaian skor jawaban pertanyaan aitem unfavourable adalah 1 untuk jawaban sangat setuju (SS), 2 untuk jawaban setuju (S), 3 untuk jawaban tidak setuju (TS), 4 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS).

Tabel 1.

Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Ruhaniah

No Aspek Item Jumlah

Favourable Unfavourable 1 Memiliki Visi 14, 24, 34 1, 5, 10, 33 7 2 Merasakan 6, 15, 23, 32 8, 28, 41 7 Kehadiran Allah 3 Bedzikir dan 9, 29 13, 30 4 Berdo’a 4 Memiliki 44, 45 4, 19, 43 5 Kualitas Sabar 5. Cenderung kepada 16, 17, 25, 36 22, 37 6 Kebaikan 6. Memiliki Empati 3, 11, 26, 48 20, 21, 39, 47 8 7. Berjiwa Besar 7, 18 31, 42 4 8. Bahagia Melayani 12, 27, 35, 46 2, 38, 40 7 Jumlah 25 23 48

(48)

28

2. Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir Nasional

Skala kecemasan menghadapi Ujian Akhir Nasional yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan dari teori yang dikemukakan oleh Sue, dkk (1986). Gejala-gejalanya terdiri dari: reaksi kognitif, reaksi motorik, reaksi somatic, rekasi afektif. Dari keempat gejala-gejala yang ada dikembangkan menjadi 40 butir yang terdiri dari 20 aitem favourable dan 20 aitem unfavourable.

Metode yang digunakan dalam penyusunan skala penelitian ini adalah metode Likert dengan melakukan modifikasi terhadap alternative pilihan jawaban menjadi empat tingkat,yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Ketentuan penilaian skor jawaban pertanyaan aitem favaourable adalah 4 untuk jawaban sangat setuju (SS), 3 untuk jawaban setuju (S), 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS). Ketentuan penilaian skor jawaban pertanyaan aitem unfavaourable adalah 1 untuk jawaban sangat setuju (SS), 2 untuk jawaban setuju (S), 3 untuk jawaban tidak setuju (TS), 4 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS).

Tabel 2.

Distribusi Aitem Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir Nasional

No Aspek Item Jumlah

Favourable Unfavourable 1 Reaksi kognitif 1,9,17,25,33, 5,13,21,29,37 10 2 Reaksi motorik 2,10,18,26,34 6,,14,22,30,38 10 3 Reaksi somatic 3,11,19,27,35 7,15,23,31,39 10 4 Reaksi Afektif 4,12,20,28,36 8,16,24,32,,40 10 Jumlah 20 20 40

(49)

29

E. Metode Analisis Data

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik pengolahan data uji korelasional product moment dari Karl Pearson. Teknik tersebut dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan ruhaniah dengan kecemasan menghadapi ujian akhir nasional. Analisis data yang dimaksudkan adalah dengan menggunakan fasilitas komputer program SPSS 12.0 For Windows.

(50)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari data penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, dengan singkat dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ada hubungan yang negatif antara kecerdasan ruhaniah dengan kecemasan menghadapi ujian nasional diterima. Karena yang terjadi dilapangan semakin tinggi kecerdasan ruhaniah maka semakin semakin rendah kecemasan menghadapi ujian nasional pada siswa kelas III SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta.

Berdasarkan deskripsi statistik data penelitian diketahui bahwa siswa SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta memiliki kecerdasan ruhaniah yang tinggi dan kecemasan menghadapi ujian nasional yang sedang.

B. Saran

Berdasarkan proses dan hasil penelitian yang ditemukan, maka ada beberapa saran yang dapat disampaikan :

1. Saran kepada subjek penelitian

Ujian akhir nasional memang tidak mudah, kecemasan akan menyelimuti diri setiap siswa tetapi sebaiknya siswa harus tetap memiliki perasaan yang optimis, bertawakal dan ikhlas dalam menjalankannya serta tidak berhenti berikhtiar untuk selalu mencoba dan berpikir positif dalam

(51)

46

setiap usaha demi mencapai sebuah tujuan, supaya dapat mamaksimalkan potensi yang ada dalam memupuk kecerdasan ruhaniah yang mapan untuk menghadapi ujian nasional.

2. Saran kepada pihak sekolah

Pihak sekolah hendaknya lebih intensif dalam mengefektifkan bimbingan akademik maupun non akademik kepada siswa khususnya pada siswa yang akan menghadapi ujian nasional melalui konsultasi kepada wali kelas atau mendatangkan p sikolog pendidikan sehingga perasaan cemas dalam menghadapi ujian nasional dapat diubah menjadi semangat dalam menyambut ujian nasional.

3. Saran kepada peneliti selanjutnya

Penelitian sejenis ini masih perlu dilakukan dengan menambahkan variabel yang berbeda sehingga sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya yang tertarik. Terhadap penelitian serupa diharapkan untuk meiihat bahwa begitu banyak variabel yang dapat mempengaruhi kecemasan menghadapi ujian nasional.

(52)

Daftar Pustaka

Andes, R. 2004. Hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan kecenderungan perilaku delinkuen pada remaja pertengahan (skripsi tidak diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi Dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Arijani, E. B. 1998. Kecemasan dan Kreativitas Pada Anak-anak. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada

Azwar, S. 1987. Tes Prestasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bucklew, J. 1980. Paradigm for psychopatology. A countribution to case history analysis. New York Q: JB Lippencott company.

Christian, F. 1994. Perbedaan Ttingkat Kecemasan pada Remaja yang Ibunya Bekerja danRremaja yang Ibunya Tidak Bekerja di SMPK Santo Yosef Surabaya. Indonesian Psychological Journal : Anima.

Corey, G. 1999. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : PT Refika Aditama.

Daradjat, Z. 1985. Kesehatan Mental. Jakarta : PT Gunung Agung.

Dwita, A & Natalia, N. 2002. Pengaruh Musik Terhadap Kecemasan Penderita Katarak Menjelang Operasi. Indonesian Psychological Journal : Anima Ginanjar, A. 2006. ESQ. Jakarta : Arga.

Jasmine, J. 2007. mengajar berbasis multiple intelligences. Bandung : Nuansa. Jersild, A.T. 1968. The Psychology of Adolescence. New York : The Macmillan

Company.

Kartono, K. 1986. Patologi Sosial 3. Gangguan-gangguan Kejiwaan. Jakarta : Rajawali.

Lazarus, R.S. 1971. Personality. Second Edition. Kogakusha Tokyo : Mc Graw Hill. Nevid, dkk. 2003. Psikologi Abnormal Jilid 1. Jakarta : Erlangga

(53)

48

Sue, dkk. 1986. Understanding Abnormal Behavior. 2nd Edition. Boston Q: Houghton Mifftin Company.

Tasmara, T. 2001. Kecerdasan Ruhaniah. Jakarta : Gema Insani Press.

Zohar, D & Marshall, I. 2005. Spiritual Capital. Memberdayakan SQ di dunia Bisnis. Bandung : Mizan.

Pentashih, Lajnah, 1993. Al Quran Dan Terjemahnya. Semarang : CV. Alwaah. ---, 2006. Siswa Cemas, Dinas Pasang Target 98 Persen Lulus. Yogyakarta :

Kompas. 20-05-2006.

---, 2006. Siswa Mulai Dilanda Kecemasan Menjelang Ujian Nasional. Semarang : Suara Merdeka. 17-04-2006.

Referensi

Dokumen terkait

Setiap kegagalan yang terjadi dapat digambarkan ke dalam suatu bentuk pohon analisa kegagalan dengan mentransfer atau memindahkan komponen kegagalan ke dalam

Penulis membuktikan bahwa Kebijakan yang dibuat oleh Uni Eropa tidak fleksibel dalam arti mengikuti situasi spesifik dalam memenuhi kebutuhan negaranya, melainkan menyediakan

Media tanam paling baik terhadap pertumbuhan vegetatif bibit anggrek bulan adalah media tanam kadaka, sedangkan konsnetrasi pupuk daun yang paling baik adalah K 2

Aspekefektivitas yang diamati dalam proses perkuliahan KPB 2 dengan menggunakan modul berbasis masalah di kelas uji coba adalah motivasi belajar

KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan: (a) Sistem mampu menjalankan semua prosedur yang dimasukkan oleh user; (b) Visualisasi hasil produksi pangan

Memperhatikan keadaan tersebut maka diperlukan suatu penelitian untuk mengkaji potensi tenaga angin di wilayah ini dengan tujuan untuk dikonversi ke energi

Peneliti sangat tertarik meneliti dan meneliti mengenai bagaimana proses face negotiation dalam komunikasi lintas agama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) kota

Permasalahan yang muncul pada pegawai mempunyai komitmen yang rendah dapat membawa dampak negatif pada organisasi seperti menurunnya produktivitas, kualitas kerja,