• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan di suatu wilayah merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa terhindarkan. Setiap wilayah berkeinginan agar di wilayahnya terjadi pembangunan yang dapat dinikmati oleh masyarakat di wilayah tersebut. Artinya, bahwa pembangunan yang perlu dilakukan oleh pemerintah tidak hanya pembangunan fisik saja, melainkan pembangunan yang mengarah kepada pembangunan masyarakat (community development). Setiap kegiatan pembangunan masyarakat berkaitan dengan proses pemberdayaan masyarakat yang mampu memanfaatkan hasil pembangunan itu sendiri.

Kondisi tersebut ternyata sangat kontradiktif dengan kegiatan pembangunan di kota. Kondisi di kota selalu dituntut untuk mampu melakukan pembangunan, dengan maksud untuk melengkapi sarana dan prasarana kota tersebut yang memadai. Tuntutan pembangunan fisik serta penataan wilayah yang modern dan megah mengakibatkan termarginalisasikannya sekelompok masyarakat, khususnya masyarakat yang tidak memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan yang mamadai.

Melihat pembangunan wilayah perkotaan yang begitu pesat dibandingkan dengan pembangunan di daerah, semakin menjadi daya tarik masyarakat daerah untuk melakukan urbanisasi besar-besaran. Proses urbanisasi masyarakat daerah tanpa diiringi dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang memadai, akan menjerumuskan mereka kepada kehidupan yang marginal.

Adanya tingkat persaingan hidup yang sangat tinggi, terdapat sekelompok masyarakat yang hidup dalam garis kemiskinan. Masyarakat yang termasuk dalam kondisi miskin tersebut sebagian tinggal di bantaran kali, di bawah jembatan, di pinggiran rel kereta api, sedang masyarakat miskin lainnya tinggal di dalam wilayah kota yang tergolong kumuh. Masyarakat-masyarakat tersebut digolongkan dan dikategorikan sebagai masyarakat miskin. Pada sebagian besar masyarakat miskin berawal dari kondisi keluarga yang juga miskin.

Selain faktor eksternal (penyebab dari luar keluarga) yang mengakibatkan terciptanya keluarga miskin di atas, terdapat beberapa faktor internal yang ada pada keluarga miskin tersebut antara lain: rendahnya pendidikan, rendahnya keterampilan mereka, rendahnya motivasi hidup mereka, rendahnya kemauan

(2)

untuk mengembangkan diri dan sebagainya. Faktor internal inilah yang sebenarnya merupakan faktor yang perlu mendapatkan perhatian yang besar di dalam mengubah kondisi masyarakat miskin tersebut menjadi lebih baik.

Pola kehidupan keluarga miskin di perkotaan ternyata sangat kompleks, dihadapkan kepada tekanan hidup yang sangat keras dan khas. Dikatakan sangat keras dikarenakan sebagian keluarga pada masyarakat tersebut dihimpit oleh kebutuhan hidup dengan tingkat pendapatan yang sangat rendah dan tidak memadai. Tingkat penghasilan yang mereka dapatkan sangat jauh untuk dapat memenuhi beban hidup tinggal di Jakarta yang sangat berat.

Dikategorikan sangat khas, dikarenakan kualitas hidup keluarga miskin di perkotaan terbelit oleh persoalan kemiskinan, keterbelakangan, dan kesulitan mengakses berbagai layanan publik. Dengan demikian kualitas hidup sebagian besar keluarga tersebut sangatlah memprihatinkan. Dengan lingkungan keluarga dan lingkungan di sekitar keluarga yang sangat kumuh sangatlah tidak menjamin adanya kesehatan serta keterpenuhan hidup yang layak bagi keluarga pada masyarakat tersebut.

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, khususnya di DKI Jakarta dan Bekasi menunjukkan bahwa nilai pendapatan keluarga perbulan rata-rata kurang lebih Rp.400 ribu hingga Rp. 750 ribu. Hal ini kalau dibandingkan dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) saat ini mencapai Rp.960 ribu. Hal tersebut sangatlah jauh dari cukup. Problem kecilnya pendapatan mereka salah satunya adalah bahwa sebagian dari mereka belum memiliki pekerjaan yang tetap yang mampu memberikan kontribusi kepada fixed income (pendapatan tetap) dalam keluarga. Melihat kondisi tersebut, maka sangatlah perlu untuk nengetahui lebih jauh faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap rendahnya kesejahteraan penduduk pada keluarga miskin tersebut.

Berdasarkan data BPS Provinsi DKI 2008 menunjukkan bahwa Provinsi DKI Jakarta masih memiliki tingkat kemiskinan yang cukup mengkhawatirkan.

Pada tingkatan penduduk, persentase penduduk miskin sejumlah 340.687 (4.08%) dari jumlah penduduk sebesar 8.347.083 orang. Pada tingkatan keluarga, jumlah keluarga miskin adalah sebesar 101.674 (4,57%) dari 2.227.140 KK. Kondisi tersebut dengan sendirinya akan mengalami peningkatan, apabila belum mendapatkan penanganan yang serius mengingat beban biaya ekonomi nasional khususnya di DKI Jakarta semakin berat.

(3)

Untuk wilayah Bekasi, data kemiskinan dilihat dari kemiskinan menunjukkan cukup tinggi dengan perincian: Kota Bekasi sebesar 42.878 KK dan Kabupaten Bekasi sebesar 170.507 KK (Rosmananda, 2007).

Berdasarkan data BPS DKI Jakarta pada tahun 2007 menunjukkan bahwa Kota Jakarta Utara merupakan wilayah yang tingkat kemiskinan penduduk dan keluarga adalah yang tertinggi dibandingkan dengan wilayah di Kota Jakarta lainnya. Pada tingkatan penduduk, jumlah penduduk miskin adalah sebesar 116.499 (34.499%). Pada tingkatan keluarga, jumlah keluarga miskin di Kota Jakarta Utara mencapai 37,886 (37.26 %) dari 101.674. keluarga.

Dari 2.001.899 orang total penduduk Kota Bekasi, 7,59 % atau sekitar 152.084 jiwa, hidup di bawah garis kemiskinan. Standar kemiskinan tersebut dilihat dari kemampuan belanja kebutuhan hidup yang kurang dari Rp163.385 per bulan, sedang untuk wilayah Kota Bekasi jumlah warga miskin meningkat dari 31.727 KK menjadi 38.109 KK pada tahun 2009. Data menurut Badan Pusat Statisk (BPS,2007) Kota Bekasi tersebut menyebutkan adanya peningkatan mencapai 7.500 KK.

Kondisi kemiskinan pada keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi tersebut tidak terlepas dari faktor fisik dan faktor non fisik di perkotaan tersebut misalnya panataan kota dan struktur sosial masyarakat. Adanya penataan kota yang kurang menguntungkan tersebut, semakin membuka potensi bagi masyarakat yang tidak mampu untuk tinggal di tempat-tempat kumuh. Bagi sebagian masyarakat Jakarta yang tidak mampu secara ekonomi untuk dapat bersaing dengan masyarakat lainnya, mereka akhirnya memilih lokasi-lokasi yang tergolong marginal tersebut, antara lain: di kolong jembatan, di pinggiran- pinggiran kali, di sekitar rel kereta api, di sekitar terminal dan sebagainya di wilayah Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi.

Motivasi yang mereka miliki hanyalah cara mereka agar bisa hidup di kota dan dapat mencari segala macam pekerjaan dengan maksud untuk dapat bertahan hidup di kota metropolitan dan sekitarnya. Kondisi pemenuhan kualitas hidup yang lebih baik, belum menjadi pemikiran mereka dikarenakan tingkat kemampuan dan keterampilan yang mereka miliki belum menunjang terhadap peningkatan tersebut.

(4)

Masalah Penelitian

Keluarga miskin pada dasarnya terdiri dari keluarga yang tingkat pendapatan dan penghasilan ekonominya adalah relatif rendah. Berdasarkan indikator yang digunakan oleh BPS (2008), rendahnya tingkat penghasilan dan pendapatan ekonomi keluarga atau yang disebut dengan keluarga miskin tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator: (1) Rumah yang tidak permanen, (2) Sempitnya luas tanah yang ditempati, (3) kualitas kesehatan yang sangat buruk, (4) lingkungan keluarga yang tidak sehat, (5) kualitas makanan/kalori yang

dikonsumsi tidak memadai dari sisi kesehatan, (6) Fasilitas air minum;

(7) Fasilitas jamban/WC, (8) Aset keluarga, dan (9) Status tanah tempat tinggal.

Rendahnya pendapatan dan penghasilan ekonomi keluarga tersebut dikarenakan oleh masih rendahnya atau belum memiliki keberdayaan keluarga serta belum berkembangnya pola perilaku mencari nafkah kepala keluarga miskin tersebut. Rendahnya keberdayaan keluarga serta belum berkembangnya pola perilaku mencari nafkah kepala keluarga tersebut ditandai oleh: (1) tingkat pengetahuan yang rendah dikarenakan tingkat pendidikannya yang rendah, (2) Sikap mental masyarakatnya yang masih tradisional tanpa disertai oleh keinginan untuk maju dan berkembang, dan (3) Keterampilan yang tidak mamadai untuk dapat bersaing hidup di kota.

Kehidupan keluarga miskin, khususnya di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi di atas, mengakibatkan kehidupannya yang terasing baik secara sosial, ekonomi maupun politik. Secara sosial mereka tetap teridentifikasi sebagai masyarakat marginal (terpinggirkan) dan tidak memiliki modal sosial yang memadai untuk dapat bersaing dengan masyarakat lainnya yang memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang besar di kota.

Rendahnya tingkat pendapatan keluarga miskin tersebut, kemudian berdampak terhadap rendahnya kesejahteraan mereka menempatkan mereka sebagai maasyarakat yang tingkat kemandiriannya tergolong rendah. Artinya, dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, sebenarnya mereka masih sangat membutuhkan uluran tangan serta bantuan dari pihak-pihak yang memiliki kekuatan dan kekuasaan ekonomi yang lebih, misalnya saja orang kaya, pihak pemerintah, pihak swasta dan lain sebagainya. Tanpa bantuan dari pihak-pihak tersebut, menjadikan mereka semakin tidak berdaya dan dalam kondisi yang

(5)

sangat kekurangan. Dengan demikian guna membangun kesejahteraan keluarga miskin kota tersebut, sangatlah perlu ditunjang oleh proses pemberdayaan yang intensif bagi anggota keluarga miskin tersebut.

Secara teoritis proses pemberdayaan bagi keluarga miskin secara umum sangat bergantung pada dua hal yaitu (1) kekuatan yang ada pada internal (anggota keluarga itu sendiri), dan (2) perlunya intervensi dari kekuatan ekternal yaitu kekuatan yang ada di luar dirinya tersebut. Kekuatan yang ada pada dirinya menyangkut segala potensi yang dimiliki oleh anggota keluarga tersebut misalnya tingkat motivasi, keterampilan, kebutuhan, pengetahuan, sikap mental, dan sebagainya. Kekuatan yang berasal dari luar dirinya terkait dengan adanya bantuan atau stimulus yang mendorong mereka untuk lebih berdaya antara lain bantuan uang, bantuan alat, sarana dan prasarana, kemampuan beradaptasi, kemampuan berorganisasi dan sebagainya.

Pola pemberdayaan yang selama ini dilakukan, baik oleh pihak pemerintah, pihak swasta ataupun oleh pihak-pihak lainnya lebih menekankan dan menitikberatkan kepada program charity (sumbangan, bantuan dan amal) atau lebih kepada program how to give something seperti halnya Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) oleh pemerintah, bantuan sarana dan prasarana, bantuan lahan dan perumahan. Di sisi lain masih jarang sekali program pemberdayaan keluarga miskin tersebut yang berwujud how to empowering keluarga miskin tersebut agar terbebas dari ketidakberdayaannya.

Pola-pola pemberdayaan dalam bentuk charity tersebut sangatlah memungkinkan untuk menuai kegagalan, dikarenakan akan menciptakan ketergantungan dari kalangan masyarakat miskin terhadap pihak-pihak tertentu.

Dalam prakteknya pola tersebut hanya akan membantu keluarga miskin tersebut dalam jangka waktu pendek. Setelah bantuan tersebut habis maka mereka (keluarga miskin) akan kembali menjadi miskin dan tidak berdaya.

Salah satu pola pemberdayaan keluarga miskin yang dinilai mampu memberikan kontribusi dalam jangka panjang adalah melalui pendekatan dan pembelajaran kelompok atau organisasi yang dilakukan secara terus menerus, sistematis dan berkesinambungan. Strategi pemberdayaan melalui pendekatan dan pembelajaran kelompok yang selama ini dilakukan pada keluarga miskin selama ini tidak berlangsung secara berkesinambungan dan berkelanjutan.

Padahal kita tahu bahwa melalui pendekatan dan pembelajaran kelompok atau

(6)

lebih tepatnya melalui kekuatan kelompok usaha bagi anggota keluarga miskin yang berkelanjutan tersebut, keluarga miskin akan memiliki potensi untuk memampukan dirinya sendiri di dalam memecahkan problematika hidup yang selama ini mereka hadapi.

Asumsi yang dibangun adalah melalui pendekatan kelompok yang kuat dan stabil akan lebih menciptakan keberdayaan keluarga miskin, khususnya keluarga miskin yang ada di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi. Melalui pendekatan kelompok inilah, program-program pemberdayaan bagi masyarakat miskin tersebut akan lebih terencana, terprogram dan memiliki tingkat efektivitas yang tinggi. Hal yang terpenting dalam pendekatan kelompok melalui kekuatan kelompok tersebut bahwa dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program pemberdayaan tersebut dilakukan secara mandiri oleh kelompok-kelompok yang dibentuk oleh anggota keluarga tersebut. Kelompok yang dimaksudkan dalam penelitian ini bukanlah kelompok yang dibentuk oleh pihak luar, melainkan kelompok tersebut sudah terbentuk dengan kesadaran dan kebutuhan mereka sendiri. Pihak luar berperan sebagai pendamping yang terus mengarahkan dan mengontrol agar kelompok yang ada tersebut menjadi lebih kuat dan memiliki daya tahan sosial yang tinggi.

Dalam kajian kelompok pada keluarga miskin, khususnya di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi, sangatlah ditentukan oleh adanya kekuatan kelompok tersebut. Di dalam menciptakan kekuatan kelompok tersebut, sangatlah ditentukan oleh aspek-aspek internal kelompok dan organisasional antara lain:

kepemimpinan kelompok, dinamika kelompok yang tinggi, komunikasi kelompok yang intensif serta masih banyak lagi faktor lainnya yang menentukan karakteristik kelompok tersebut.

Apabila semua aspek yang berkaitan dengan kekuatan kelompok tersebut mulai dari faktor eksternal, faktor internal serta aspek organisasional di atas berjalan secara kondusif maka akan menjamin adanya keberdayaan yang tinggi.

Melalui keberdayaan keluarga yang tinggi tersebut sangat mempengaruhi terhadap tingkat kesejahteraan keluarga miskin tersebut. Secara lebih spesifik beberapa faktor determinan yang diasumsikan berpengaruh terhadap keberdayaan keluarga antara lain: faktor-faktor karakteristik individu, karakteristik kelompok, sumber daya keluarga, lingkungan sosial, dan intervensi pemberdayaan.

(7)

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

(1) Seberapa besar keberdayaan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya?

(2) Seberapa jauh karakteristik kelompok dan intervensi pemberdayaan berpengaruh terhadap keberdayaan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya?

(3) Seberapa jauh karakteristik individu, sumber daya keluarga, dan lingkungan sosial, dan intervensi pemberdayaan berpengaruh terhadap keberdayaan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi?

(4) Seberapa jauh keberdayaan keluarga berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi?

(5) Bagaimanakah strategi program pemberdayaan keluarga miskin dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi?

Tujuan Penelitian

(1) Menjelaskan dan menganalisis keberdayaan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

(2) Menjelaskan dan menganalisis pengaruh karakteristik kelompok dan intervensi pemberdayaan terhadap keberdayaan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya

(3) Menjelaskan dan menganalisis pengaruh karakteristik individu, sumber daya keluarga, lingkungan sosial, dan intervensi pemberdayaan terhadap keberdayaan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi

(4) Menjelaskan dan menganalisis pengaruh keberdayaan keluarga terhadap tingkat kesejahteraan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi (5) Merumuskan strategi program pemberdayaan keluarga miskin dalam

meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi.

(8)

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat:

(1) Bagi pemerintah Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam pengambilan kebijakan yang terkait dengan usaha memberdayakan keluarga miskin khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

(2) Bagi peneliti lain, sebagai masukan dan referensi terhadap kajian dan penelitian yang `sejenis.

Novelty

Penelitian ini berpotensi untuk menghasilkan rekomendasi mengenai strategi program pemberdayaan keluarga miskin melalui pengembangan sumber daya keluarga serta pendekatan kelompok khususnya yang berlaku di kota besar dan kota madya. Strategi yang dikaji adalah analisis tentang karakteristik individu, karakteristik kelompok, sumber daya keluarga, lingkungan sosial, dan intervensi pemberdayaan dalam meningkatkan keberdayaan keluarga sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di kota. Hasil penelitian ini memberikan alternatif strategi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin sebagai program pemberdayaan keluarga miskin melalui implementasi program pengembangan sumber daya keluarga dan program pemberdayaan melalui pendekatan kelompok yang efektif di perkotaan dalam bentuk pembinaan dan pendampingan kelompok khususnya di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi.

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : KEPUTUSAN WALIKOTA TENTANG PENETAPAN HASIL ANALISIS JABATAN DAN BEBAN KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS RUMAH SAKIT PRATAMA PADA DINAS KESEHATAN KOTA

Sementara itu, Thomas (2009) mengungkapkan bahwa seseorang akan engaged dengan pekerjaannya apabila seseorang berkomitmen pada suatu tujuan, menggunakan kecerdasannya

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pengaruh pelatihan manajemen diri terhadap hasil belajar Mata Kuliah Manajemen Pendidikan pada mahasiswa Program Studi

Pengalaman negara dalam menangani pandemi Covid 19 merupakan contoh nyata kegagapan negara dalam menghadapi bahaya yang disebabkan oleh pandemi Covid 19 Peraturan Pemerintah

KECAMATAN AN ALALAK ALALAK KABUPA KABUPATEN BARITO KUALA TEN BARITO KUALA TAHUN 2016 TAHUN 2016 OLEH : OLEH : LINAWATI LINAWATI NPM: 12.0.01!6 NPM: 12.0.01!6. UNI"ERSITAS

Penulisan penelitian ini bagian pertama berisi pendahuluan diawali dengan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikasi penelitian, metodologi penelitian,

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung darah dalam pakan puyuh terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan C dengan penambahan dosis enzim fitase 500 mg/kg pakan memiliki nilai tertinggi sebesar 4,06±0,35%/hari, diduga merupakan dosis