• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 2.1. Perancangan Produk Komponen Modular

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambar 2.1. Perancangan Produk Komponen Modular"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

2. LANDASAN TEORI

2.1. Pendahuluan

Metode yang lebih baik dan lebih mudah untuk membangun rumah tinggal telah dikembangkan. Pabrik membagi bagian-bagian dari rumah, dikirimkan ke lokasi dan kebanyakan pemilik rumah sendiri yang memasang bagian-bagian rumah tersebut.

Metode konstruksi modern dan pendekatan desain baru telah memungkinkan konstruksi rumah pada industri, dimana semua komponen-komponen konstruksi diangkut ke lokasi bangunan untuk pendirian/pemasangan serta penyelesaian akhir.

Mesin-mesin khusus dan bahan perekat telah dikembangkan untuk mempercepat pekerjaan konstruksi.

Perusahaan besar dapat mengambil keuntungan dari pembelanjaan material secara massal, hingga dapat memperkecil biaya pembangunan rumah. Kualitas dapat lebih terkontrol di dalam pabrik daripada di lokasi. Total waktu yang diperlukan untuk membangun rumah dapat diperkecil dan cuaca buruk tidak menghentikan proses konstruksi.

Ada 2 pendekatan yang digunakan untuk membangun rumah pada industri, yakni:

• Komponen modular, merupakan panel-panel atau bagian-bagian dari rumah berupa panel dinding, atap dan lantai yang dikirim ke lokasi, yang kemudian dilakukan pemasangan/pendirian sampai pada penyelesaian akhir.

• Unit modular, merupakan suatu ukuran ruang atau sebuah rumah beserta perangkat perabot lengkap yang dikerjakan pada sebuah pabrik/industri, yang kemudian diangkut ke lokasi untuk diletakkan di atas pondasi yang telah dibuat sebelumnya (Spence, 1988).

Untuk pengembangan industri rumah perlu untuk melibatkan pengembangan produk dalam industri yang dikenal dengan product development.

Aktivitas perancangan merupakan aktivitas yang paling awal. Perancangan produk menempati sebelum suatu product development disetujui secara formal, sebelum sumber daya yang penting diaplikasikan dan sebelum tim pengembangan yang lebih besar dibentuk. Aktivitas perancangan produk meyakinkan bahwa product development menyokong strategi bisnis perusahaan (Ulrich, 2003).

(2)

Gambar 2.1. Perancangan Produk Komponen Modular

2.2. Komponen Modular

Suatu komponen modular adalah suatu bagian dari bangunan yang dibuat di pabrik. Contoh-contoh tipikal adalah panel dinding, panel lantai, panel atap dan rangka atap. Penggunaan komponen modular memampukan seorang pembangun untuk mendirikan sebuah rumah di dalam waktu yang paling cepat dengan sisa buangan material yang paling sedikit. Hal ini dapat mengurangi biaya pendirian rumah tinggal dan menolong pengaplikasian prinsip produksi massal dari bagian-bagian yang terstandardisasi untuk konstruksi bangunan (Spence, 1988).

Dengan sistem modular, maka akan tercapai bagian-bagian dari industri bangunan sebagai berikut:

• Koordinasi dimensional dalam suatu proyek untuk tujuan penyederhanaan dan klarifikasi.

• Pembatasan variasi pada dimensi yang dibutuhkan, supaya tidak terjadi perbedaan dimensi.

• Standardisasi dari komponen-komponen bangunan dan struktur.

• Prefabrikasi dari sejumlah komponen-komponen bangunan yang terus meningkat.

Perancangan Produk Komponen Modular

Perancangan Produk Komponen

Modular

1. Koordinasi dimensional 2. Pembatasan variasi 3. Standardisasi 4. Prefabrikasi 5. Industrialisasi

1. Mengidentifikasi peluang 2. Mengevaluasi dan memprioritaskan proyek 3. Mengalokasikan sumber daya dan merencanakan pengaturan waktu 4. Menyelesaikan pre- project planning 5. Merefleksikan pada hasil dan proses

(3)

• Industrialisasi dari proses bangunan dapat berlanjut dalam lingkup yang lebih luas.

Dari semua ini, kemudian ditujukan pada suatu tujuan utama, yakni untuk memperkembangkan produksi di dalam sektor bangunan melalui peningkatan produktivitas. Jadi sistem modular merupakan salah satu di antara banyak alat bantu untuk memperkembangkan industri bangunan, yang mana harus dibuat untuk terintegrasi dengan yang lain (Nissen, 1972).

2.2.1. Koordinasi Dimensional

Rasionalisasi dimensi dari material, komponen dan struktur bangunan mempunyai pengaruh besar pada perencanaan bangunan. Hasilnya berupa penggunaan ruang yang optimal, peningkatan produktivitas dan penggunaan yang efisien dari material bangunan. Masing-masing rasionalisasi diarahkan oleh koordinasi dimensional, yang mana merupakan suatu applikasi dari suatu prinsip hubungan yang sederhana untuk suatu unit dasar yang disebut modul. Dengan mengusahakan koordinasi modular, maka akan memungkinkan untuk memperoleh sejumlah keuntungan seperti penghematan waktu konstruksi, pengurangan buangan/sisa material, penghematan tenaga kerja/buruh, kemudahan penukaran bagian-bagian dan komponen- komponen, produksi massal, efisiensi bengkel dan toko, mempermudah pendirian bangunan dan pengawasan, seragam, serta menyederhanakan ukuran (Economic Commission For Asia and The Far East, 1972).

Setiap proyek membutuhkan koordinasi dimensional. Panjang, bidang dan ruang harus didimensikan di dalam hubungan dengan yang lain. Komponen bangunan harus didesain, dikonstruksikan dan dipasang dengan cara yang seharusnya, untuk keperluan fungsional, teknikal dan aesthetik (Nissen, 1972).

Pendimensian dari suatu bangunan dari komponen utama sampai detail yang paling kecil, dapat menjadi suatu tugas yang rumit, sehingga dikehendaki suatu sistem dari dimensi yang dapat menciptakan kejelasan dan keteraturan.

Dimensi-dimensi harus dipilih dengan tujuan hal sebagai berikut:

• Fungsi, yang mana menentukan dimensi-dimensi utama, dimensi ruang dan lain- lain.

• Metode konstruksi, yang mana menentukan dimensi-dimensi dari komponen bangunan individual, sambungan dan lain-lain.

(4)

Bagaimanapun, semua dimensi-dimensi dari suatu bangunan dihubungkan satu dengan yang lain, sehingga dapat mencapai suatu hasil di dalam bentuk, dimana fungsi dan metode konstruksi keduanya cocok dan harmonis, dan pada waktu yang sama, dapat dibenarkan secara ekonomi (Nissen, 1972).

2.2.2. Pembatasan Variasi

Konsep modular adalah konsep yang membuat komponen/bagian dari komponen yang dapat dirakit menjadi bermacam-macam jenis produk, sehingga dengan jumlah komponen yang sedikit dapat dibuat banyak macam produk (Sumayang, 2003).

Bagaimanapun untuk memperoleh keuntungan yang penuh dari koordinasi modular, itu seharusnya diikuti dengan pengurangan/pembatasan variasi. Maka diperlukan dimensi-dimensi khusus dan pelipat-gandaannya dari dimensi komponen dan unit bangunan, yang sering dikenal dengan preferred dimensions. Pemilihan dari ukuran dan pelipat-gandaannya tersebut seharusnya akan dikerjakan setelah mempertimbangkan keperluan fungsional komponen atau unit. Ukuran normal yang sering digunakan dengan serangkaian yang sistematis, hendaknya memberikan pilihan yang paling luas dengan meminimumkan variasi (ECAFE, 1972).

Di dalam perdagangan bangunan, ada banyak contoh dari komponen-komponen dengan fungsi yang seragam tetapi mempunyai variasi tipis di dalam dimensi. Gejala itu juga lazim di dalam industri dan telah lama menempuh ke arah perjanjian yang berkenaan pada standardisasi dimensi-dimensi tertentu. Pembatasan dimaksudkan untuk menghilangkan variasi-variasi yang berlebihan dan tidak berguna, tetapi secara alami memberikan nilai secara fungsional dan dibenarkan untuk keperluan produksi (Nissen, 1972).

Modul dasar mungkin juga merupakan suatu unit yang mana terlalu kecil untuk mencapai kesederhanaan dan pembatasan variasi yang diharapkan. Hal ini berlaku secara khusus untuk komponen utama bangunan, seperti komponen lantai dan dinding, dan oleh karena itu modul perencanaan diperkenalkan, yang mana berguna di dalam perencanaan dimensi utama dari kerangka bangunan, yakni: rentang, ketinggian lantai dan lain-lain. Modul perencanaan harus merupakan perkalian/kelipatan dari modul dasar (Nissen, 1972).

(5)

Di dalam aturan untuk penggunaan sejumlah kemungkinan maksimum dari tipe komponen yang seragam di dalam pembangunan rumah dan tipe bangunan lainnya, dan untuk meningkatkan pasar untuk setiap produk, maka pekerjaan-pekerjaan ini seharusnya didesain pada dasar modul perencanaan yang mana merupakan perkalian/kelipatan dari modul dasar, kecuali kalau pertimbangan fungsional sangat memerlukan dimensi-dimensi yang lain. Pendirian modul perencanaan yang lebih luas untuk penggunaan pada industri dan bangunan institusional merupakan suatu tugas yang penting (Nissen, 1972).

Perjanjian kurang lebih menggunakan keberadaan modul dasar pada M= 100 mm, meskipun USA menggunakan M= 4 inci (101.6 mm). Seperti penggunaan modul perencanaan untuk membatasi variasi dalam rentang dan dimensi vertikal untuk interval 3M dan 2M, secara bersamaan, sehingga di dalam kasus komponen bangunan yang lebih luas, seseorang dapat memilih perkalian/kelipatan yang lebih besar dari modul dasar di dalam aturan untuk memperjelas suatu pembatasan variasi yang lebih besar. Setiap dimensi modular khusus disebut preferred multimodules, atau hanya preferred dimensions.

Preferred multimodules melayani untuk merasionalisasikan proses prefabrikasi dan untuk mempertahankan biaya yang rendah. Suatu contoh, dimana lebar dari komponen lantai 6M, 9M, 12M, dan 15M, serta panjangnya 24M, 27M, 30M, … 48 M, dibuat di dalam aturan menurut dengan modul perencanaan 3M. Ini akan menghasilkan di dalam suatu seri dari 36 komponen lantai yang berbeda, dan setiap seri dapat membentuk dasar untuk rasionalisasi dan produksi industri.

Pemilihan preferred multimodules itu jelas, hanya berhubungan dengan persoalan metode produksi dan uang. Preferred multimodules mempunyai suatu hubungan langsung pada dimensi ruang, rentang dan lain-lain. Sehingga hal tersebut harus ditentukan berdasarkan pada keperluan fungsional dari proyek. Persoalan pendimensian ruang yang berdasarkan pada keperluan fungsional telah mendapat perhatian dari peneliti bangunan seluruh dunia di akhir-akhir tahun ini (Nissen, 1972).

Secara umum, preferred multimodules dipilih untuk menyesuaikan fungsi, konstruksi dan material dari komponen-komponen dengan tujuan untuk pencapaian suatu produksi yang ekonomis (Nissen,1972).

Pengontrolan dimensi berkenaan dengan dimensi-dimensi yang menentukan hubungan/koneksi dari suatu komponen bangunan dengan komponen lainnya. Menurut

(6)

suatu aturan, dimensi utama, panjang, lebar dan tinggi, akan ditentukan dengan setiap pengontrolan dimensi secara umum. Ketika komponen dihubungkan, maka didapatkan sambungan, ukuran dan tipe yang bergantung pada material dan metode konstruksi yang digunakan, dan sambungan-sambungan ini yang akan memberi efek balik pada dimensi komponen itu sendiri sebagai dimensi-dimensi dasar (Nissen, 1972).

2.2.3. Standardisasi

Standardisasi sebagai unsur penunjang pembangunan, mempunyai peran penting dalam optimalisasi pendayagunaan sumber daya dan seluruh kegiatan pembangunan. Tujuan standardisasi adalah terwujudnya jaminan mutu produk dan jasa, guna menunjang tercapainya tujuan-tujuan strategis antara lain peningkatan daya saing, efisiensi nasional serta menunjang program keterkaitan sektor ekonomi dengan berbagai sektor lainnya (Standar Nasional Indonesia 03).

Standar adalah suatu spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan, disusun berdasarkan konsensus semua pihak terkait, dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan, keamanan, keselamatan, lingkungan, perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), pengalaman, perkembangan masa kini dan mendatang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya (SNI 03).

Seperti yang disebutkan diatas, pembatasan variasi-variasi memimpin dengan segera ke standardisasi, namun standardisasi mempunyai tujuan yang lebih luas. Ketika dimensi detail dan keperluan kualitas dari sejumlah produk telah dinyatakan di dalam suatu standar, produk-produk ini dapat dihasilkan dengan mesin pada beberapa pabrik yang berbeda dengan menggunakan nilai standardisasi yang ada (Nissen,1972).

Kata standardisasi diperoleh dari kata standar, yang mana berarti suatu simbol dari kesatuan, dan kemudian suatu standar dapat dianggap/dipandang sebagai suatu perjanjian antara bagian-bagian yang berkepentingan. Standardisasi mempengaruhi secara berangsur-angsur semua sisi kehidupan material. Bermula dari menyederhanakan norma untuk sekrup dan baut, standar telah menjadi dasar penting untuk semua produk industri. Dalam beberapa kasus, dimana industrialisasi telah mencapai tingkat otomatisasi, dengan permintaan penggunaan total yang sangat banyak pada pabrik dan peralatan/equipment, sehingga standardisasi merupakan suatu kebutuhan yang sangat mutlak (Nissen, 1972).

(7)

Ini merupakan tugas dari standardisasi untuk menyederhanakan dan mengurangi biaya dari produksi melalui spesifikasi produk yang jelas. Selanjutnya standar memasukkan keperluan-keperluan untuk material, untuk karakteristik fungsional produk, dan untuk dimensi produk. Ini merupakan cabang terakhir dari standardisasi, yang mana secara khusus adalah penting bagi industri bangunan pada waktu sekarang ini, dan itu merupakan hubungan antara sistem modular dan kemunculan standardisasi (Nissen, 1972).

Pekerjaan internasional pada standardisasi dimulai pada dunia mesin, dan pada industri khusus besi dan baja, karena itu perdagangan internasional mempunyai kebutuhan yang paling besar untuk perjanjian-perjanjian bersama. Untuk abad ini, industri bangunan sebagian besar telah mengambil karakter dari suatu industri nasional, namun pertukaran barang antar negara masih sangat kecil, dan tidak ditemukan kebutuhan perjanjian internasional yang sama. Bagaimanapun, urusan keadaan ini telah berubah sejak perang dunia II, dan suatu keperluan mendesak untuk koordinasi internasional untuk dimensi bangunan telah muncul. Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk mencapai suatu keadaan bersama, internasional dan sistem modular.

Organisasi internasional berikut telah bekerja pada masalah-masalah modular:

• European Productivity Agency (EPA), telah melihat sistem modular sebagai ukuran yang penting untuk mendukung produktivitas, dan badan ini telah melaksanakan sejumlah penelitian dari beraneka bangsa, termasuk sistem modular Eropa.

• International Modular Group (IMG). Ketika EPA terlibat pekerjaannya pada tahun 1961, sebuah group dari ahli-ahli yang tertarik memutuskan untuk memelihara hubungan yang didirikan dan sehingga terbentuklah IMG, yang mana kemudian di- reorganisasi sebagai suatu komite pekerja di bawah CIB (Federation of National Building Institutes).

• ISO (International Standard Organization) yang mana memegang standardisasi internasional dalam lahan bangunan, mempunyai sejumlah besar sub-komite dan kelompok-kelompok kerja yang setuju dengan koordinasi dimensi, termasuk sistem modular.

• Council for Mutual Economic Aid (CMEA) – the Eastern European Common Market – mempunyai suatu komite bangunan permanen, yang mana mempublikasikan secara luas – mengenai aturan-aturan modular dan standar. Ini

(8)

bersama-sama membentuk suatu sistem modular yang seksama, cermat, teliti dan padat (Nissen, 1972).

• The Unified Modular System (UMS). Sistem ini telah wajib untuk semua anggota negara-negara CMEA sejak 1 Januari 1967.

• Nordisk Komite for Bygningsbestemmelser (NKB) telah bekerja dengan sangat efektif pada koordinasi sistem modular pada negara-negara Nordic, untuk itu dimungkinkan untuk mencapai hubungan yang dekat antara sistem-sistem yang digunakan dalam negara-negara ini. Nordisk Modulkomite (NMK) merupakan kelanjutan pekerjaan pada masalah-masalah koordinasi.

Dengan semua organisasi-organisasi ini, yang merupakan gabungan secara internasional adalah suatu cara untuk mencapai suatu sistem modular bersama, meskipun banyak sisa pekerjaan yang dikerjakan belum mencapai ideal (Nissen, 1972).

2.2.4. Prefabrikasi

Produksi komponen-komponen bangunan untuk penggunaan pada lokasi bangunan, bukan merupakan suatu ide yang baru. Kami sebut itu dengan suatu kata modern yaitu prefabrication. Ketika metode ini digunakan secara intensif, maka diperlukan sejumlah kondisi khusus yang melihat pada pekerjaan desain dan produksi (Nissen, 1972).

Ketika modul, modul perencanaan, dan preferred multimodule telah ditentukan, dan mungkin distandardisasi, maka ada dua jalan yang lebih terbuka untuk pengembangan sistem modular:

• Desain dengan grid modular

• Desain dengan komponen modular

Dalam kasus grid modular, proyek dibuat melalui suatu grid modular, dan kedua dimensi (dimensi detail dan utama) disesuaikan terhadap grid. Dalam kasus komponen modular, komponen-komponen individual atau katalog pemasok didemensikan sebagai komponen-komponen modular dan kemudian diletakkan bersama-sama tanpa menggunakan suatu grid modular (Nissen, 1972).

Beberapa perkara yang sering terjadi, dimana penganut dari salah satu metode cenderung untuk meniadakan sama sekali metode yang lain. Grid modular berlawanan dengan komponen modular, yang mana telah menimbulkan perdebatan modular internasional selama 10 sampai 15 tahun terakhir. Hari ini keduanya digunakan, dan

(9)

telah menemukan suatu tujuan untuk peningkatan derajat industrialisasi bangunan, yakni dengan memadukan penggunaan keduanya grid modular dan komponen modular.

Kondisi teknis yang beraneka ragam menentukan apakah suatu grid dapat digunakan atau tidak, dan selanjutnya juga harus dipikirkan beberapa kemungkinan alternatip yang dapat digunakan dalam suatu proyek (Nissen, 1972).

Penggunaan komponen bangunan prefabrikasi memerlukan lahan bangunan dan workshop atau pabrik yang beroperasi berdasarkan pada sistem bersama dari dimensi- dimensi yang jelas dan tidak ambigu.

Suatu derajat kesesuaian dari akurasi dapat dicapai ketika komponen-komponen dipasang bersamaan dan dapat dimasukkan ke dalam posisi bangunan tanpa pemotongan atau pembentukan lebih jauh.

Derajat akurasi yang diperlukan tergantung pada metode konstruksi, material dan tipe dari joint yang digunakan. Dengan kata lain, di dalam setiap kasus, batas-batas harus ditentukan, sehingga variasi-variasi di dalam dimensi dapat dihindarkan. Jadi semua yang melekat di dalam setiap proses, harus dapat terkontrol dan terpelihara (Nissen, 1972).

Suatu prasyarat untuk pencapaian tujuan dari pengindustrialisasian konstruksi adalah komponen-komponen prefabrikasi yang dihubungkan pada lokasi tanpa pemotongan, yang mana komponen-komponen tersebut diproduksi dengan suatu derajat akurasi yang sesuai. Komponen-komponen harus sesuai dengan zone modular tanpa suatu pembentukan atau pemotongan. Oleh karena itu, penentuan dimensi- dimensi hubungan suatu komponen dengan komponen-komponen yang berdekatan harus dipelihara dengan suatu derajat akurasi yang cukup tinggi, seperti pada pekerjaan pemasangan/pendirian harus tepat dan sesuai.

Variasi-variasi kecil dalam dimensi-dimensi tidak dapat dihindarkan dan dapat ditoleransi, tetapi itu harus dijaga dalam batas-batas yang jelas. Batas-batas penyimpangan yang diperbolehkan, dilakukan dengan menentukan toleransi, ini berarti bahwa suatu toleransi merupakan suatu batas penyimpangan yang diperbolehkan.

Secara relatip, konsep toleransi masih baru di dalam industri bangunan, selama masa metode teknik seniman, itu memungkinkan untuk mengatur dengan pemotongan atau penyesuaian diri dalam lokasi. Dengan penggunaan komponen-komponen bangunan prefabrikasi yang mana tidak satupun dimaksudkan untuk dapat dipotong di

(10)

lokasi, ini penting untuk mendapat suatu derajat akurasi yang pasti di dalam produksi/manufaktur dan penempatan/pemasangan.

Untuk beberapa tahun, toleransi-toleransi telah berada dalam penggunaan di dalam industri mesin dan telah menjadi suatu bagian yang tidak terhingga nilainya untuk spesifikasi dimensi dan keperluan kualitas (Nissen, 1972).

Sistem toleransi dimensi akan tergantung pada ketersediaan kemampuan teknik, manufaktur dan konstruksi praktis. Ketaatan pada toleransi yang ditetapkan akan memberikan keakurasian dimensional yang penting, dan memungkinkan unit untuk ditukar serta juga untuk bisa saling menyesuaikan dengan mudah (ECAFE, 1972).

Ini merupakan tujuan dari sistem toleransi, yakni meletakkan batasan-batasan yang dapat ditoleransi di dalam dimensi yang bervariasi.

Ketika sistem dimensional telah dibuat, maka komponen bangunan prefabrikasi pada workshop dapat dimekanisasikan dan dirasionalisasikan. Serta secara berangsur- angsur tujuan pokok akan tercapai, yakni: suatu produksi yang diindustrialisasikan dari komponen bangunan yang distandardisasikan pada suatu pabrik (Nissen, 1972).

2.2.5. Industrialisasi

Kemakmuran masyarakat modern, dengan pertumbuhan konsumsi yang tetap, bergantung pada industri-industri yang efektif dan efisien yang secara kontinu diperbaiki dalam semua aspek rasionalisasi, mekanisasi, standardisasi, analisis produksi, kontrol produksi, dan sebagainya.

Kondisi ini diakui oleh industri pada beberapa tahun ini, dimana pertumbuhan industrialisasi diperlukan untuk menyediakan sejumlah tipe bangunan yang masyarakat butuhkan. Bagaimanapun juga, sumber daya dan modal yang ada terbatas. Oleh karena itu, untuk membuat penggunaan tenaga kerja menjadi lebih baik, perlu untuk menaikkan produksi dengan meningkatkan produktivitas (Nissen, 1972).

Standardisasi ini memudahkan pencapaian dari 3 tujuan dan karakteristik yang penting dari semua pengembangan industrial, yakni:

• sejumlah perusahaan dan sub-kontraktor yang mengkhususkan di dalam memproduksi komponen-komponen yang dipilih.

• produk dapat dijual pada suatu pasar terbuka internasional.

• sejumlah perusahaan lain yang mengkonsentrasikan pada pemasangan komponen modular, mulai dari semi-manufaktur sampai produk akhir.

(11)

Dengan penyaluran/distribusi pekerjaan yang baik, hal tersebut akan meningkatkan produktivitas di dalam industri dan perbaikan standar kehidupan secara umum (Nissen, 1972).

Peranan manajemen operasi dalam bisnis internasional dan pengaruh bisnis internasional pada pengelolaan operasi berkisar pada situasi dan kondisi yang mempunyai karakteristik antara lain:

• Lingkungan budaya, ekonomi, sosial, hukum, dan politik yang berbeda-beda di setiap negara.

• Ekonomi dan pasar berkembang di antara negara-negara menurut aturan yang berlaku di seluruh dunia.

Perkembangan transportasi, komunikasi dan teknologi yang cepat menciptakan peluang pemasaran produk barang atau jasa ke seluruh negara di dunia.

Pada bisnis internasional, pasar ditinjau dari segi keberadaan produk, dan akan mengakibatkan ukuran-ukuran ekonomi dan persaingan bercorak global. Perusahaan global dengan menggunakan teknologi canggih dan prinsip economic of scale akan membuat produk yang murah dengan kualitas yang baik dan untuk konsumsi seluruh pelosok dunia.

2.3. Perancangan Produk

Perancangan produk mengenalkan produk-produk portfolio untuk dikembangkan dengan pengaturan dan penempatan waktu yang tepat dari pengenalan pemilik produk terhadap pasar. Proses perancangan mempertimbangkan peluang- peluang pengembangan produk dikenalkan oleh beberapa sumber, termasuk saran- saran dari pemasaran, penelitian, pelanggan, tim pengembangan produk yang ada, dan benchmarking dari kompetitor. Dari antara peluang-peluang ini, suatu portfolio dari proyek-proyek dipilih, pengaturan waktu dari proyek-proyek diuraikan, dan sumber daya dialokasikan (Ulrich, 2003).

Perancangan produk secara teratur diperbaharui untuk mencerminkan perubahan-perubahan di dalam lingkungan kompetitif, perubahan teknologi, dan informasi pada keberhasilan produk-produk yang ada. Perancangan produk dikembangkan berdasar pada sasaran, kemampuan dan keterbatasan perusahaan, serta lingkungan kompetitif. Keputusan-keputusan perancangan produk umumnya melibatkan manajemen senior dari organisasi dan mungkin dilakukan hanya tahunan

(12)

atau suatu waktu untuk setiap tahun. Beberapa organisasi mempunyai seorang direktur dari perancangan yang mengatur proses ini (Ulrich, 2003).

Untuk mengembangkan suatu perancangan produk, maka disarankan melakukan suatu proses lima langkah:

• Mengidentifikasi peluang-peluang.

• Mengevaluasi dan memprioritaskan proyek.

• Mengalokasikan sumber daya dan merancang pengaturan waktu.

• Melengkapi pre-project planning.

• Merefleksikan pada hasil dan proses (Ulrich, 2003).

2.3.1. Mengidentifikasi Peluang-Peluang.

Ini merupakan suatu bagian yang paling menyenangkan dari suatu proyek. Para anggota tim inti harus memulai bisnis dan mengembangkan hubungan pribadi masing- masing. Dan selanjutnya tim tersebut juga akan memasukkan pekerjaan utama berdasarkan potensi produk, dan menetapkan kelangsungan hidup dari potensi produk tersebut (Bray, 1995).

Pada tahapan ini, departemen harus menyingkapkan peluang-peluang produk, potensi pasar dan kenyataan yang ada. Ini memerlukan penelitian pasar yang baik dan membutuhkan sumber informasi yang bervariasi. Perusahaan penelitian pasar yang baik dapat menyediakan pelayanan berupa laporan standar dan laporan khusus sesuai kebutuhan. Namun dalam area produk yang baru, mereka biasanya miskin informasi atau bahkan tidak memiliki informasi samasekali. Di dalam beberapa industri seperti IT, opini informasi dapat dikumpulkan dengan sangat baik dari setiap orang sebagai kelompok pengguna, atau kelompok-kelompok dengan kepentingan khusus, yang mana di dalam istilah pemasaran berlaku sebagai pelopor/perintis untuk teknologi-teknologi baru, dan dapat disamakan sebagai early adopter. Dalam beberapa instansi, early adopter akan lebih awal menggunakan suatu innovasi baru untuk menyelesaikan suatu masalah teknis secara khusus, yang mana akan memberikan petunjuk-petunjuk penting seperti bagaimana innovasi baru ini akan menemukan suatu tempat pasar yang lebih baik dan lebih luas.

Biasanya jaringan penjualan yang ada akan mempunyai hubungan-hubungan yang baik, dan itu merupakan suatu ide yang baik untuk mengangkat presentasi- presentasi ‘what if’ pada pertemuan dan konferensi tenaga penjualan internal, sebagai

(13)

jalan masuk untuk perolehan banyak pengetahuan dalam waktu yang singkat (Bray, 1995).

Langkah ini dapat menjadi ide sebagai terowongan peluang, karena hal tersebut membawa masukan-masukan dari keseluruhan perusahaan. Ide-ide untuk produk- produk baru dan keistimewaan-keistimewaan dari produk mungkin datang dari beberapa sumber, termasuk antara lain:

• Pemasaran dan personil tenaga penjualan.

• Organisasi pengembangan penelitian dan teknologi.

• Tim pengembangan produk saat ini.

• Manufaktur dan organisasi-organisasi operasional.

• Pelanggan saat ini atau pelanggan potensial.

• Pemasok, investor, dan rekan bisnis.

Peluang-peluang mungkin dikumpulkan dengan pasif, namun ditekankan supaya perusahaan harus berusaha secara tepat untuk memunculkan peluang-peluang.

Pengidentifikasian peluang-peluang produk itu berhubungan dekat dengan aktivitas pengidentifikasian kebutuhan pelanggan. Beberapa pendekatan-pendekatan proaktif meliputi:

• Mencatat kegagalan dan keluhan yang dialami pelanggan terhadap produk yang ada.

• Mewawancarai lead users, yakni dengan mencurahkan perhatian pengguna pada innovasi-innovasi dan modifikasi-modifikasi yang mungkin dapat dibuat untuk produk yang ada.

• Mempertimbangkan impikasi-implikasi dari tren pada gaya hidup, demografik, dan teknologi untuk kategori produk yang ada dan untuk peluang-peluang kategori produk yang baru.

• Secara sistematik mengumpulkan saran-saran dari pelanggan melalui tenaga penjual atau sistem customer service.

• Dengan hati-hati mempelajari produk-produk kompetitor pada suatu dasar yang tanpa berhenti (competitive benchmarking).

• Mengikuti keadaan dari kemunculan teknologi untuk memudahkan peralihan teknologi-teknologi yang tepat dari pengembangan yang berdasarkan research dan teknologi ke dalam pengembangan produk (Ulrich, 2003).

(14)

2.3.2. Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek.

Jika diatur secara aktif, terowongan peluang dapat mengumpulkan ratusan, bahkan ribuan peluang selama setahun. Beberapa peluang tersebut tidak membuat pengertian di dalam kontek aktivitas-aktivitas lain perusahaan, dan dalam banyak kasus, di sana benar-benar terdapat banyak peluang untuk perusahaan kejar dengan segera. Di dalam proses perancangan produk, langkah kedua ini dilakukan untuk memilih proyek-proyek yang paling menjanjikan. Enam dasar persepsi yang berguna di dalam pengevaluasian dan penentuan prioritas peluang untuk produk-produk baru di dalam kategori produk yang ada, adalah:

• Strategi kompetitif

Suatu strategi kompetitif organisasi mendefinisikan suatu pendekatan untuk pasar dan produk dengan memperhatikan kompetitor. Pengejaran peluang yang berharga ini dapat dipandu dengan strategi ini. Kebanyakan perusahaan mencurahkan banyak diskusi pada level manajemen senior untuk strategi kompetitif dan cara-cara berkompetisi. Beberapa startegi yang mungkin, seperti:

o Kepemimpinan teknologi, untuk melaksanakan startegi ini, perusahaan menempatkan perhatian besar pada dasar penelitian dan pengembangan teknologi baru dan pada penyebaran teknologi ini melalui pengembangan produk.

o Kepemimpinan biaya, startegi ini mengarahkan perusahaan untuk berkompetisi pada efisiensi produksi melalui penghematan, penggunaan metode manufaktur yang unggul, pembiayaan buruh yang murah dan sistem manajemen produksi yang lebih baik.

o Fokus pelanggan, untuk mengikuti strategi ini, perusahaan bekerja lebih dekat dengan pelanggan-pelanggan untuk menilai perubahan kebutuhan dan pilihan pelanggan. Strategi ini mungkin berakibat pada keaneka-ragaman product line, karena perusahaan perlu memenuhi kebutuhan pelanggan dari segmen yang heterogen.

o Imitasi, startegi ini melibatkan pengikutan tren dalam pasar, memperbolehkan kompetitor untuk menjelajahi produk baru yang sukses di setiap segmen. Ketika peluang-peluang didefinisikan, perusahaan secara cepat meluncurkan produk-produk baru untuk meniru kompetitor yang sukses (Ulrich, 2003).

(15)

• Segmentasi pasar

Pelanggan-pelanggan dapat menjadi ide/gagasan yang berguna dalam kepemilikan segmen pasar yang berbeda. Pembagian pasar ke dalam segmen-segmen mengizinkan perusahaan untuk mempertimbangkan perilaku dari kompetitor dan kekuatan perusahaan pemilik produk dengan memperhatikan pembagian kelompok pelanggan yang baik. Dengan pemetaan produk kompetitor dan produk perusahaan sendiri ke dalam segmen-segmen, perusahaan dapat menilai produk sendiri dan melihat kelemahan produk kompetitor (Ulrich, 2003).

• Alur teknologi

Kurva-S teknologi adalah suatu alat konseptual untuk menolong berpikir tentang setiap keputusan. Kurva-S teknologi memperlihatkan kinerja produk di dalam suatu kategori produk sepanjang masa/waktu, biasanya dengan mengarahkan pada suatu variabel tunggal seperti resolusi, kecepatan, atau kemampuan tahan uji. Kurva-S mengilustrasikan suatu konsep dasar memperkembangkan teknologi-teknologi dari kemunculan awal, ketika kinerja masih relatip rendah, melalui pertumbuhan yang cepat dalam kinerja yang berdasar pada pengalaman, dan berakhir pada pendekatan maturity/

kedewasaan, dimana beberapa batas teknologi secara alami telah dicapai dan teknologi mungkin menjadi usang (Ulrich, 2003).

Permintaan terhadap sebuah produk secara umum cenderung mengikuti suatu pola daur hidup (Sumayang, 2003). Pola ini dapat diperkirakan jauh sebelum produk dibuat dan biasa disebut dengan daur hidup produk (Gambar 2.2). Daur hidup produk mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut:

o Tahapan perkenalan.

o Tahapan pertumbuhan.

o Tahapan kedewasaan.

o Tahapan penurunan.

Waktu yang ditempuh oleh setiap tahapan berbeda-beda tergantung pada jenis produk. Keterkaitan antara jumlah volume penjualan dengan tahapan pengembangan produk:

o Pada tahap pengenalan produk, volume penjualan sangat rendah dengan rancangan beraneka ragam dan sesuai dengan keinginan pelanggan. Pada tahap ini keunikan dan mutu memberikan posisi keunggulan bersaing

(16)

pasar, maka strategi pemasaran adalah mendapatkan keuntungan maksimal dengan menetapkan harga yang tinggi.

o Pada tahapan pertumbuhan atau growth, volume penjualan meningkat diiringi dengan pembatasan ragam produk.

o Pada tahapan kedewasaan atau maturity, volume penjualan mencapai titik maksimal dan produk menjadi barang komoditi dengan ragam yang lebih sedikit.

o Pada tahapan penurunan atau decline, volume penjualan menurun dan pasar telah dipenuhi oleh pesaing, strategi pemasaran adalah persaingan harga dengan jenis produk yang standar.

Daur hidup produk sangat bermanfaat dalam merumuskan strategi pemasaran seperti persaingan harga dan keunggulan pasar. Salah satu tujuan strategi adalah menemukan jalan untuk memperbaharui daur hidup produk yang telah mencapai tahap kedewasaan atau telah mencapai tahap penurunan (Sumayang, 2003).

Volume

Penjualan

Tahapan / Waktu

Perkenalan Pertumbuhan Kematangan Penurunan

(Introdustion) (Growth) (Maturnity) (Decline)

Variasi Produk Banyak Standarisasi Diutamakan Standarisasi

variasi Meningkat Untuk rancangan Sebagai barang

yang unggul Komoditi

Volume Produk Rendah Volume Tinggi Tinggi

Meningkat

Struktur Industri Persaingan Persaingan Beberapa Hanya beberapa

sedikit Meningkat dan Perusahaan perusahaan yang

konsolidasi Besar bertahan hidup

Bentuk Karakteristik Mutu produk Harga dan Harga

Persaingan produk dan mudah penyampaian

Didapat tepat waktu

Gambar 2.2. Daur Hidup Produk (Sumayang, 2003).

• Perencanaan platform produk

Platform produk adalah suatu kumpulan asset yang membagi jarak lintas suatu kumpulan produk. Komponen sering menjadi asset yang paling penting. Suatu platform yang efektif dapat mengizinkan suatu variasi dari produk-produk turunan untuk diciptakan lebih cepat dan lebih mudah, dengan setiap produk meyediakan keunggulan-

(17)

keunggulan dan fungsi yang diinginkan/diminta oleh suatu segmen pasar tertentu (Ulrich, 2003).

Suatu teknik untuk mengkoordinasi pengembangan teknologi dengan perencanaan produk adalah peta jalur teknologi. Peta jalur teknologi adalah suatu cara untuk memperlihatkan ketersediaan dan penggunaan variasi teknologi di masa depan yang relavan untuk produk yang dipertimbangkan.

Untuk menciptakan peta jalur teknologi, generasi teknologi yang banyak dilabelkan dan disusun sepanjang deretan waktu. Peta jalur teknologi dapat diperbanyak dengan pengaturan waktu dari proyek-proyek yang akan menggunakan pengembangan teknologi ini, yang kemudian disebut peta jalur teknologi produk.

Hasilnya berupa diagram yang memperlihatkan suatu elemen kunci fungsional produk dan rangkaian teknologi yang melengkapi elemen-elemen ini dalam suatu periode waktu yang diberikan. Peta jalur teknologi dapat melayani sebagai alat perencanaan untuk menciptakan hubungan strategis antara pengembangan teknologi dan pengembangan produk (Ulrich, 2003).

• Pengevaluasian peluang-peluang produk baru secara fundamental

Ketika investasi jarang/langka sumber daya dalam pengembangan produk, menggunakan teknologi baru atau untuk pasar yang baru adalah sangat beresiko, beberapa investasi penting secara periodik digunakan untuk menjadikan produk portfolio muda kembali (Christensen, 1997). Beberapa kriteria untuk pengevaluasian produk baru secara fundamental, yakni:

o Ukuran pasar (unit/tahun x harga rata-rata).

o Rata-rata pertumbuhan/perkembangan pasar (persen per tahun).

o Intensitas kompetitif (jumlah dan kekuatan kompetitor).

o Kedalaman pengetahuan tentang pasar.

o Kedalaman pengetahuan tentang teknologi.

o Kesesuaian dengan produk lain milik satu perusahaan.

o Kesesuaian dengan kemampuan perusahaan (Ulrich, 2003).

• Penyeimbangan portfolio

Ada banyak metode untuk menolong manajer menyeimbangkan suatu portfolio pengembangan proyek organisasi. Beberapa dari metode ini melibatkan pemetaan portfolio sepanjang dimensi yang berguna, supaya manajer dapat mempertimbangkan implikasi-implikasi strategis dari keputusan perencanaan perusahaan. Cooper et all.

(18)

(1998) menggambarkan sejumlah pendekatan pemetaan yang melibatkan dimensi- dimensi seperti resiko teknikal, keuntungan finansial, ketertarikan pasar serta kesukaan investor. Satu penggunaan khusus yang disarankan oleh Whellwright dan Clark (1992), rencanakan portfolio proyek sepanjang dua dimensi khusus, yakni: perluasan yang mana proyek melibatkan suatu perubahan di dalam product line dan perluasan yang mana proyek melibatkan suatu perubahan di dalam proses produksi (Ulrich, 2003).

2.3.3. Mengalokasikan Sumber Daya dan Merancang Pengaturan Waktu

Kemungkinan besar perusahaan tidak dapat mampu berinvestasi pada setiap peluang pengembangan produk dalam hasrat untuk mencapai suatu portfolio proyek yang seimbang. Seperti pengaturan waktu dan alokasi sumber daya ditentukan untuk proyek-proyek yang paling menjanjikan, banyak proyek-proyek yang akan selalu bersaing hanya untuk beberapa sumber daya. Usaha untuk menempatkan sumber daya dan merancang pengaturan waktu, selalu menghasilkan keuntungan terhadap langkah evaluasi dan prioritas yang sebelumnya telah memangkas kumpulan proyek-proyek yang ada (Ulrich, 2003).

• Pengalokasian sumber daya

Banyak organisasi menerima terlalu banyak proyek tanpa memperhatikan keterbatasan dari ketersediaan sumber daya. Dan hasilnya, engineer dan manajer yang terampil ditugaskan untuk lebih banyak proyek, produktivitas menurun secara drastis, proyek- proyek selesai lebih lama, produk menjadi terlambat di pasar, dan profit menjadi lebih rendah. Perencanaan aggregate membantu organisasi untuk penggunaan efisiensi sumber daya pada proyek-proyek yang secara masuk akal dapat diselesaikan dengan sumber daya yang sudah diatur/dianggarkan (Ulrich, 2003).

Lima puluh sampai dengan tujuh puluh persen dari biaya pabrikasi suatu produk, digunakan untuk membeli material. Outsourcing atau pengalihan pengolahan sumber daya, merupakan suatu strategi yang dapat memberikan keunggulan bersaing, apabila salah satu aktivitas yang bermanfaat dan memberikan nilai yang penting dilakukan di luar negeri, dengan pertimbangan untuk mendapatkan biaya minimal atau mendapatkan product differentation.

Banyak outsourcing dilakukan dengan cara membeli material di luar negeri melalui katalog penawaran pemasok, yang akan memberikan informasi tentang harga dan spesifikasi (Sumayang, 2003).

(19)

Kelemahan dari konsep outsourcing:

o Ada risiko kehilangan keahlian teknologi. Untuk itu perusahaan hanya akan mengalihkan sumber daya yang tidak penting dan yang tidak merupakan ciri dasar dari produk.

o Timbul biaya tersembunyi karena biaya outsourcing jauh lebih mahal daripada jika membeli atau memproduksi sendiri.

o Kadang-kadang outsourcing memerlukan perubahan rancangan produk atau rancangan proses yang disesuaikan dengan penggunaan teknologi di luar negeri. Untuk itu diperlukan biaya tambahan yang akan menambah besar biaya operasi sehingga penggunaan konsep outsourcing tidak menguntungkan (Sumayang, 2003).

Sumber daya kritikal lainnya yang mungkin juga memerlukan perencanaan yang hati- hati, seperti showroom, equipment/peralatan berat khusus yang cepat, pemandu lini produksi, uji kemampuan sumber daya (Ulrich, 2003).

Keseimbangan lintas perakitan berhubungan erat dengan produksi massal.

Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan ke dalam pusat-pusat kerja, yang selanjutnya dikenal sebagai stasiun kerja. Waktu yang diizinkan untuk menyelesaikan elemen pekerjaan itu ditentukan oleh kecepatan lintas perakitan. Semua stasiun kerja sedapat mungkin harus memiliki waktu siklus yang sama. Bila suatu stasiun kerja memiliki waktu dibawah waktu siklus idealnya, maka stasiun tersebut akan memiliki waktu menganggur. Tujuan akhir dari keseimbangan lintas adalah meminimasi waktu menganggur di tiap stasiun kerja, sehingga dicapai efisiensi kerja yang tinggi pada setiap stasiun kerja (Nasution, 2003).

• Pengaturan waktu proyek

Penentuan pengaturan waktu dan rangkaian dari proyek-proyek, dikenal sebagai pipeline management, yang mana harus mempertimbangkan beberapa faktor, sebagai berikut:

o Waktu untuk pengenalan produk

Biasanya makin cepat suatu produk dibawa ke pasar adalah makin baik.

Namun, dengan meluncurkan suatu produk sebelum kualitasnya memadai, dapat juga merusak reputasi perusahaan (Ulrich, 2003 ).

(20)

Seperti telah disinggung sebelumnya, standar untuk merebut pesanan dapat disusun oleh fungsi-fungsi manapun dalam perusahaan. Misalnya, keunggulan dalam merancang produk akan sering menjadi unsur untuk merebut pesanan, terutama pada tahap awal dari daur hidup produk. Meskipun ini tidak didasarkan pada prestasi manufaktur melainkan pada kemampuan rekayasa, dan dukungan perusahaan serta penyediaan dana untuk kegiatan tersebut. Sedangkan mutu dan keandalan produk, sebagian tergantung pada kemampuan merancang, khususnya diwujudkan dengan proses manufaktur.

Karena itu, dalam hal perusahaan merebut pesanan, setidak-tidaknya sebagian kemampuan manufaktur digunakan untuk mempertahankan mutu dan keandalan produk, sehingga hal tersebut menjadi fungsi atau tugas dari produksi.

o Kesiapan teknologi

Kekuatan dari teknologi memainkan suatu peranan penting di dalam proses perancangan. Teknologi yang sehat dan kuat dapat diintegrasikan ke dalam produk-produk dengan lebih cepat dan dapat dipercaya (Ulrich, 2003).

Konsep rancang bangun robust ini ditemukan pertama kali oleh Genichi Taguchi, seorang ahli statistik bangsa Jepang. Robust yang artinya kuat, adalah rancangan pendekatan kelayakan produk dengan tidak terpengaruh oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan dalam hal ini adalah temperatur, cuaca, debu, dan sebagainya.

Rancang bangun robust menjamin mutu untuk segala cuaca, sehingga tidak perlu mengubah rancang bangun, bila lingkungan berubah.

Contoh: Produk ubin yang tahan segala cuaca adalah rancang bangun produk yang dibuat pada sasaran mutu, yaitu mutu, dimana fungsi produk akan hilang pada tingkat yang paling kecil (Sumayang, 2003).

o Kesiapan pasar

Rangkaian dari pengenalan produk menentukan, apakah pemakai awal membeli low-end product atau membeli high-end product pada suatu harga awal yang tinggi. Pengeluaran perbaikan produk yang terlalu cepat, dapat membuat frustasi pelanggan yang ingin melanjutkan pemakaian produk tersebut, di sisi yang lain, pengeluaran produk baru yang terlalu lama, beresiko ketinggalan di belakang kompetitor (Ulrich, 2003).

(21)

o Kompetisi

Pengantisipasian pengeluaran produk kompetitor, mungkin dilakukan dengan mempercepat pengaturan waktu dari pengembangan produk (Ulrich, 2003).

• Product Plan

Kumpulan-kumpulan proyek yang disetujui, dengan proses perancangan dan urutan waktu, telah menjadi suatu rancangan produk. Rancangan tersebut mungkin memasukkan suatu gabungan dari produk-produk baru sama sekali, proyek-proyek platform beserta proyek-proyek turunan dengan pemvariasian ukuran. Rancangan produk tersebut diperbaharui setiap periodik, bahkan triwulan atau tahunan, sebagai bagian dari aktivitas perancangan strategis perusahaan (Ulrich, 2003).

Keputusan untuk menetapkan rancang bangun suatu produk adalah untuk menunjang strategi bisnis dan akan mempengaruhi kelima kerangka fungsi manajemen operasi, yang meliputi keputusan tentang: mutu, proses, kapasitas, inventaris, dan sumber daya manusia.

Ada tiga pertimbangan pokok yang mendasari gagasan pembuatan produk baru, yaitu:

o Pertimbangan pasar, dari pantauan di pasar dan sesuai dengan keinginan pembeli, maka produk baru dibuat dengan harapan dapat dijual.

o Pertimbangan teknologi, dengan dasar pertimbangan ini, pemasaran harus dapat menciptakan permintaan pasar bagi semua produk baru yang dapat dibuat oleh perusahaan. Sehingga dengan teknologi dan kemampuan yang telah dimiliki, bagian operasional dapat membuat sesuatu untuk dijual.

o Pertimbangan antar-fungsi, dasar pertimbangan ini adalah hasil pemikiran semua fungsi yang ada di perusahaan seperti pemasaran, keuangan, operasional, personalia, dan fungsi lainnya, sehingga produk yang dihasilkan, di samping laris dijual, juga dapat dibuat dengan kemampuan yang dimiliki perusahaan (Sumayang, 2003).

Proyek-proyek pengembangan produk dapat diklasifikasikan dalam empat tipe, yakni:

o Platform produk baru, tipe proyek ini melibatkan usaha pengembangan dengan menciptakan suatu keluarga baru dari produk berdasar pada suatu

(22)

platform umum yang baru. Keluarga produk yang baru akan menuju ke pasar-pasar dan kategori produk yang umum.

o Turunan dari platform produk yang telah ada. Proyek ini memperluas suatu platform produk yang sudah ada, untuk dialamatkan lebih baik ke pasar- pasar yang dikenal dengan satu atau lebih produk baru.

o Peningkatan perbaikan untuk produk yang telah ada. Proyek ini mungkin hanya melibatkan penambahan atau modifikasi beberapa keistimewaan produk yang ada, di dalam aturan untuk kompetisi dan memelihara lini produksi saat ini.

o Pada dasarnya produk baru. Proyek ini melibatkan secara radikal produk atau teknologi produksi yang berbeda dan mungkin membantu untuk membuka pasar baru yang tidak lazim (Ulrich, 2003).

2.3.4. Melengkapi Pre-Project Planning

Setelah proyek disetujui, dan sebelum sumber daya yang sesungguhnya diaplikasikan, suatu aktivitas pre-project planning perlu untuk dilakukan. Aktivitas ini membutuhkan suatu tim lintas fungsi yang kecil, yang sering dikenal sebagai tim inti (Ulrich, 2003).

Pada intinya, sasaran dan pernyataan-pernyataan peluang yang lebih awal ditulis kembali, dan didefinisikan sebagai suatu pernyataan visi produk. Pernyataan itu tidak mengatakan teknologi-teknologi baru secara spesifik yang seharusnya digunakan, maupun menetapkan sasaran-sasaran dan batasan-batasan dari suatu fungsi seperti produksi atau operasional servis. Di dalam aturan untuk menyediakan pedoman yang jelas untuk pengembangan produk, umumnya tim membentuk suatu definisi yang lebih terperinci dari target pasar dan asumsi-asumsi di bawah pengoperasian tim pengembangan. Keputusan-keputusan ini selanjutnya ditangkap sebagai suatu pernyataan misi (Ulrich, 2003).

• Asumsi dan keterbatasan

Dalam pembuatan pernyataan misi, tim mempertimbangkan strategi dari beberapa bidang-bidang fungsional dalam perusahaan. Dari banyak kemungkinan strategis fungsional yang dipertimbangkan, manufaktur, servis, dan strategi lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar pada proyek. Dalam kenyataannya, strategi- strategi ini menuntun pada pengembangan teknikal dari suatu produk. Manufaktur,

(23)

servis dan lingkungan menjadi bagian dari pernyataan-pernyataan misi untuk suatu produk baru. Prinsip ini menekankan bahwa keputusan-keputusan tentang isu-isu ini (manufaktur, servis dan lingkungan) seharusnya ditentukan di depan dan muncul dari kebutuhan pelanggan terhadap produk-produk baru tersebut.

Beberapa isu yang dipertimbangkan dalam pendirian asumsi dan keterbatasan, yakni:

o Manufaktur

Adapun pada tingkatan yang paling awal, hal ini penting untuk mempertimbangkan kemampuan, kapasitas, dan keterbatasan dari operasional manufaktur (Ulrich, 2003).

Prasarana manufaktur terdiri atas kumpulan perangkat faktor yang saling berinteraksi. Perusahaan di negara-negara Barat memecahkan masalah ini dengan cara memecah-mecah prasarana ke dalam perangkat-perangkat tanggung jawab atau fungsi dan menggunakan tenaga manusia untuk memberikan dukungan yang diperlukan. Perangkat-perangkat ini dapat bekerja dengan efektif, bila ada koordinasi yang tinggi dalam mengaitkan tugas-tugas strategi manufaktur satu sama lain. Namun, kenyataan tidak mendukung teori ini. Kecenderungan yang tampak adalah bahwa bagian-bagian atau fungsi ini diatur secara terpisah-pisah dan menjadi satu kembali pada tahap operasional (Hill, 1994).

o Servis

Di dalam bisnis, customer service dan service revenue merupakan hal-hal yang kritis untuk kesuksesan suatu perusahaan, kedua hal ini juga terkait dengan perbaikan tingkat kualitas pelayanan. Usaha-usaha untuk memperbaiki pelayanan termasuk suatu komitmen strategis dalam mendesain produk yang berisi beberapa komponen, yang mana perlu mendapat pelayanan dengan cepat (Ulrich, 2003).

Jasa pelayanan merupakan satu berkas dengan produk barang.

Penyampaian pelayanan selalu menggunakan fasilitas, contoh: pelayanan taksi menggunakan fasilitas kendaraan, pelayanan komunikasi menggunakan fasilitas telepon, kabel, dan peralatan lainnya.

Kombinasi produk jasa dengan produk barang dapat membentuk ‘berkas pelayanan’ dengan unsur-unsur sebagai berikut:

a. Fasilitas fisik.

(24)

b. Kenyamanan fisik atau pelayanan yang dapat dinikmati secara fisik.

c. Ketentraman batin atau pelayanan yang dirasakan secara psikologi.

Contoh:

Jasa yang diberikan oleh sebuah rumah makan, adalah sebagai berikut:

Fasilitas fisik: fasilitas, makanan dan minuman.

Kenyamanan fisik: rasa, pelayanan, bau makanan, penerimaan para pelayan.

Manfaat psikologi: perasaan senang, puas, aman, dan bangga.

Pertimbangan dasar untuk merencanakan produk jasa adalah menentukan secara cermat semua unsur di dalam berkas pelayanan. Menetapkan standar sebagai alat pengawasan dan tolak ukur kinerja yang akan memberikan informasi untuk pengembangan rancang bangun produk jasa selanjutnya (Sumayang, 2003).

o Lingkungan

Hari ini banyak perusahaan yang mengembangkan produk baru dengan pemikiran untuk menyokong/melindungi lingkungan (Ulrich, 2003).

Daur ulang produk mungkin dibutuhkan jika terjadi perubahan-perubahan permintaan dalam market place, atau jika suatu komponen atau bahan mentah tidak tersedia, sehingga suatu pendesainan ulang mungkin dibutuhkan. Daur ulang dan usulan-usulan pelanggan merupakan bagian penting dari pengembangan produk, desain dan pengujian ulang, sebelum suatu perusahaan melangkah pada tahap proyek berikutnya (Bray, 1995).

Pemanfaatan energi dalam desain bangunan merupakan hasil kombinasi dari pengertian umum dan pemikiran kreatif. Perencanaan isolasi dan ventilasi yang tepat di dalam suatu struktur adalah sangat penting. Ini melibatkan pemilihan pintu dan jendela, serta pengontrolan kelembaban dan suara yang hati-hati.

Penempatan yang sesuai dapat membuat hidup lebih menyenangkan.

Tipe energi yang digunakan dalam suatu struktur harus juga dipertimbangkan.

Sumber energi tradisional seperti minyak, gas dan batu bara adalah sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Ini penting untuk mulai mengandalkan sumber daya yang dalam prakteknya tidak pernah habis. Sumber daya ini dijadikan atau diperbaharui oleh sumber daya itu sendiri. Sumber daya yang dapat diperbaharui yakni matahari, angin, dan iklim. Saat ini yang paling praktis untuk digunakan

(25)

adalah radiasi energi panas dari matahari, yang dikenal dengan solar energy/

tenaga surya (Spence, 1988).

• Penentuan staf dan aktivitas-aktivitas lainnya

Aktivitas pre-project planning secara umum menempatkan kepemimpinan dan susunan staf suatu proyek. Budget juga secara umum dibuat selama pre-project planning.

Secara fundamental untuk produk baru, budget dan rancangan susunan staf akan menjadi konsep pengembangan hanya pada fase pengembangan saja. Ini dikarenakan perincian dari proyek sangat tidak pasti dan dasar konsep untuk produk masih baru didirikan. Perancangan lebih terperinci akan muncul, ketika konsep dikembangkan lebih jauh (Ulrich, 2003).

Kekompakkan kadang-kadang sulit dilakukan karena keanekaragaman anggota, sedangkan tujuan proyek adalah satu tanpa alternatip.

Berdasarkan kombinasi organisasi fungsi dan organisasi proyek, maka dibentuk sebuah grup organisasi yang dinamakan organisasi matrik, yang mana merupakan sebuah organisasi proyek khusus dengan pendekatan penggabungan beberapa kelompok kerja atau beberapa unit kerja.

Struktur organisasi matrik adalah beberapa departemen dengan kelompok kerja yang mempunyai fungsi keahlian teknik, produksi, pemasaran dan merupakan kelompok kerja yang dapat bergabung memenuhi kebutuhan proyek khusus. Organisasi matrik secara vertikal adalah organisasi biasa, sedangkan secara horizontal adalah organisasi proyek.

Saat ini organisasi matrik digunakan oleh perusahaan besar yang menekankan pada pengembangan produk dan kecepatan mengunggulkan produk baru di pasaran.

Beberapa faktor yang mendorong ke arah pengembangan bentuk organisasi ini antara lain: perkembangan teknologi yang semakin cepat, pengurangan biaya dan pencegahan pemborosan. Untuk itu perlu terobosan untuk memotong organisasi fungsional beserta para ahli secara efektif dan efisien, untuk ditempatkan dari organisasi fungsi ke organisasi proyek pada suatu periode waktu tertentu, sehingga menghindari duplikasi keahlian dan biaya yang tidak perlu (Sumayang, 2003).

Dalam beberapa hal ketua kelompok kerja juga berfungsi memberikan pengawasan, sehingga hanya ada dua tingkatan, antara pekerja dan manajer pabrik. Dan bila perlu, kelompok kerja mengatur segala sesuatu yang menyangkut produksi. Desentralisasi

(26)

pengambilan keputusan pada tingkat kelompok kerja akan mengurangi staf, sehingga jumlah divisi akan berkurang.

Fasilitas penelitian yang menggunakan teknologi automisasi dan komputer, membuat sumber daya manusia harus disesuaikan dengan penggunaan teknologi proses produksi tersebut (Sumayang, 2003).

Estimasi konstruksi merupakan himpunan dan analisis dari bidang-bidang yang mempengaruhi dan menyokong biaya dari suatu proyek.

Sebelum pekerjaan fisik dilakukan, suatu estimasi dikerjakan dan memerlukan pembelajaran secara terperinci dari dokumen-dokumen penawaran. Hal ini juga melibatkan suatu analisis yang hati-hati dari pembelajaran hasil-hasil, guna untuk mencapai kemungkinan estimasi biaya yang paling akurat, konsisten dengan penawaran waktu yang ada, serta memiliki kelengkapan informasi yang diperlukan.

Di dalam kompetisi, penawaran yang realistik dan seimbang diperlukan sepenuhnya di dalam keputusan dan penafsiran yang baik.

Kontrak yang dinegosiasi seringkali kekurangan elemen kompetitif, walaupun demikian perkiraan biaya konstruksi yang akurat, tetap menjadi suatu aspek yang penting dari setiap kontrak. Pada tahapan awal, kontraktor diharapkan untuk memberikan informasi biaya dan kemampuan yang dapat dipercaya secara berkelanjutan untuk menarik perhatian pemilik proyek. Dalam desain konstruksi dan kontrak manajemen konstruksi, kontraktor dan manajemen konstruksi dipanggil untuk menyediakan asisten biaya yang ahli untuk memberi saran dalam pengembangan desain. Perkiraan biaya di depan merupakan suatu bagian yang penting dari beberapa operasi konstruksi dan merupakan suatu elemen kunci di dalam penghantaran dari suatu bisnis kontrak konstruksi yang sukses (Clough, 1994).

• Pernyataan misi

Di dalam pernyataan misi terdapat beberapa informasi, yakni:

o Gambaran singkat tentang produk. Gambaran ini secara tipikal memasukkan keuntungan utama pelanggan dari produk tersebut, tetapi menghindari penyataan suatu konsep produk yang khusus atau yang biasanya dikenal sebagai pernyataan visi produk.

o Sasaran utama bisnis. Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi perusahaan, sasaran ini biasanya mencakup sasaran waktu, biaya dan kualitas.

(27)

o Target pasar untuk produk. Ada beberapa target pasar untuk produk, yakni target pasar utama dan target pasar kedua. Bagian ini dalam pernyataan misi, mendefinisikan pasar utama sebaik pasar kedua yang dipertimbangkan dalam usaha pengembangan.

o Asumsi dan keterbatasan yang menuntun usaha pengembangan. Asumsi- asumsi harus dibuat dengan hati-hati, meskipun asumsi-asumsi membatasi ruang konsep produk, asumsi-asumsi juga dapat membantu mempertahankan suatu ruang lingkup proyek. Beberapa informasi penting dilampirkan ke dalam pernyataan misi untuk pembuatan dokumen asumsi dan keterbatasan (constraints).

o Stakeholder. Satu cara untuk memastikan isu-isu dari pengembangan, hendaknya isu-isu tersebut diarahkan secara tepat pada daftar semua stakeholder produk. Stakeholder adalah sekelompok orang yang dipengaruhi dengan kesuksesan dan kegagalan produk. Stakeholder tersebut terdiri dari: pengguna akhir, pembeli, tenaga penjual, organisasi servis, departemen produksi, distributor dan pedagang (Ulrich, 2003).

2.3.5. Merefleksikan pada Hasil dan Proses

Di dalam langkah terakhir dari proses perancangan dan strategi, tim seharusnya menanyakan beberapa pertanyaan untuk menilai kualitas dari keduanya, proses dan hasil. Beberapa pertanyaan yang diajukan adalah:

• Apakah pengumpulan peluang merupakan suatu kumpulan peluang produk yang menyenangkan dan bermacam-macam ?

• Apakah perancangan produk menyokong strategi kompetitif perusahaan ?

• Apakah perancangan produk ditujukan pada peluang yang paling penting saat ini ?

• Apakah keseluruhan sumber daya yang dialokasikan dalam pengembangan produk cukup untuk mengejar strategi kompetitif perusahaan ?

• Apakah cara-cara kreatif dari pengaruh sumber daya yang terbatas telah dipertimbangkan ?

• Apakah tim inti menyetujui tantangan-tantangan dari akibat pernyataan misi ?

• Apakah elemen-elemen dari pernyataan misi konsisten ?

(28)

• Apakah asumsi-asumsi yang dicatat dalam pernyataan misi sungguh penting ataukah proyek terlalu dibatasi ? Akankah tim pengembang mempunyai kebebasan untuk mengembangkan kemungkinan yang terbaik dari produk ?

• Bagaimana proses perancangan produk dapat dikembangkan ?

Karena pernyataan misi merupakan ruang untuk tim pengembangan, maka suatu pengawasan yang sesungguhnya harus dilakukan sebelum meneruskan proses pengembangan. Di awal penyelenggaraan adalah waktu untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang diketahui, kalau tidak, hal tersebut akan menjadi lebih berat dan mahal untuk kemajuan proses pengembangan (Ulrich, 2003).

Perefleksian dan kritik pada konsistensi seharusnya menjadi suatu proses yang tidak pernah berakhir. Langkah-langkah di dalam proses seharusnya dilaksanakan secara bersamaan, untuk meyakinkan bahwa beberapa perancangan dan keputusan- keputusan adalah konsisten satu sama lain (dengan sasaran, kemampuan dan keterbatasan perusahaan).

Semua proses manufaktur berbeda-beda dan proses-proses tersebut yang menghasilkan produk akhir. Secara umum variasi atau perbedaan dibatasi, namun terkadang dimensi fisik, karakteristik kinerja, dan penampilan visual produk melebihi batasan yang diperbolehkan, hingga produk tersebut disamakan sebagai produk yang cacat. Sasaran dari manufaktur modern adalah mencegah kecacatan produk dari tempat pembuatan yang pertama (Traver, 1991).

Rencana produksi yang telah disusun , tidak akan dapat dilaksanakan tanpa adanya pengendalian terhadap pelaksanaan rencana tersebut. Hal ini disebabkan, karena rencana tersebut dibuat berdasarkan perkiraan yang bisa saja meleset. Oleh karena itu, meskipun rencana telah dibuat sebaik mungkin, tujuan-tujuan manajemen tidak akan dapat tercapai tanpa adanya program pengendalian yang efektif. Tetapi suatu perencanaan yang disusun berdasarkan persyaratan diatas akan dapat mempermudah program pengendalian.

Pengendalian produksi adalah fungsi staf, dan karena itu tidak merupakan wewenang langsung dari lini organisasi. Pengendalian produksi mungkin diadakan untuk setiap tingkatan manajemen tergantung dari kebutuhan pabrik. Biasanya pengendali produksi terdapat ditingkat yang sama seperti bagian teknik , pembelian dan personalia. Organisasi pengawasan produksi yang baik jarang

(29)

melaporkan pada seseorang yang berada dibawah kepala pabrik (plant manager), tetapi langsung kepada manager pabrik.

Secara sederhana, pengendalian dapat didefinisikan sebagai proses yang dibuat untuk menjaga supaya realisasi dari suatu aktivitas sesuai dengan yang direncanakan. Oleh karena itu, pengendalian terdiri dari prosedur-prosedur untuk menentukan penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan dan tindakan - tindakan perbaikan yang diperlukan untuk memperkecil penyimpangan tersebut (Nasution, 2003).

Gambar

Gambar 2.1. Perancangan Produk Komponen Modular
Gambar 2.2. Daur Hidup Produk (Sumayang, 2003).

Referensi

Dokumen terkait

Utang luar negeri pemerintah adalah utang yang dimiliki oleh pemerintah pusat, terdiri dari utang bilateral, multilateral, fasilitas kredit ekspor, komersial, leasing dan

Sebagian hasil penelitian dalam disertasi ini telah dipresentasikan pada Seminar 1 st International Conference of Crop Security, Universitas Brawijaya, Malang, 20 - 22

Dapat diketahui bahwa pengaruh dalam Prediksi ketersediaan jagung terhadap masyarakat Sumatera Utara sangat tinggi, hal ini berkaitan dengan persediaan kebutuhan jagung pada

No Judul Penelitian Peneliti, Tahun Variabel Penelitian Hasil 1 Pengaruh persepsi manfaat, persepsi kemudahan penggunaan dan persepsi resiko terhadap minat menggunakan

Berikut adalah daftar Abstrak yang diterima untuk dipresentasikan pada Seminar Nasional Matematika II yang diselenggarakan oleh Jurusan Matematika FMIPA Universitas

Dalam penulisan laporan akhir ini, penulis ingin mengetahui bagaimana metode perencanaan geometrik dan tebal perkerasan yang baik pada Jalan Sembawa – Sukajadi

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas

Dari pelacakan arti masing-masing istilah tersebut, maka dalam tulisan ini yang dimaksud tata krama akademik secara sederhana adalah norma sopan santun dalam kaitan dengan