• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Arens, Beasley dan Elder (2011: 4)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Arens, Beasley dan Elder (2011: 4)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Pengertian Audit

Adapun pengertian auditing dirinci oleh beberapa pakar sebagai berikut:

Menurut Arens, Beasley dan Elder (2011: 4)

“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.”

(Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang ditetapkan. Audit harus dilaksanakan oleh orang independent yang kompeten).

Menurut Whittington, Ray dan Panny, (2012: 4)

“In a financial statement audit, the auditors undertake to gather evidence and provide a high level of assurance that the financial statements

(2)

follow generally accepted accounting principles, or some other appropriate basis of accounting. An audit involves searching and verifying the accounting records and examining other evidence supporting the financial statements. By gathering information about the company and its environment, including internal control; inspection documents; observing assets; making inquiries within and outside the company; and performing other auditing procedures, the auditors will gather the evidence necessary to issue and audit report. That audit report states that it is the auditors’ opinion that the financial statements follow generally accepted accounting principles.”

(Dalam suatu audit pernyataan financial, para auditor melaksanakan pengumpulan bukti dan menyediakan assurance tingkat tinggi dimana pernyataan-pernyataan finansial mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum, atau basis akuntansi lainnya yang memadai. Audit meliputi penelusuran dan verifikasi data-data akuntansi dan menguji bukti pendukung lainnya atas pernyataan-pernyataan finansial. Dengan mengumpulkan informasi tentang perusahaan dan lingkungannnya, termasuk kontrol internal; pemeriksaan dokumen-dokumen; memeriksa asset; membuat masukan dari luar dan dalam perusahaan; dan melaksanakan prosedur-prosedur auditing lainnya, para auditor akan mengumpulkan bukti yang diperlukan guna menerbitkan dan mengaudit laporan. Laporan audit tersebut menyatakan bahwa

(3)

menurut pendapat para auditor pernyataan-pernyataan finansial sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum.)

Menurut Agoes, (2012 :4)

“Suatu pemeriksaaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukaan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.”

Menurut Messier, Glover, Prawitt (2014: 12)

“Auditing adalah proses yang sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasil- hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.”

Dari keempat definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa proses audit meliputi pemeriksaan dengan kritis dan sistematis, dilaksanakan oleh suatu badan independen, atas laporan keuangan yang disusun pihak manajemen perusahaan dengan disertai catatan-catatan pembukuan dan didukung bukti- bukti penunjangnya, dengan tujuan memperoleh pendapat kewajaran atas laporan keuangan tersebut.

(4)

2.2 Tujuan Audit

Arens, Elder dan Beasley (2015: 170) yang mengutip standar auditing AICPA menguraikan tujuan audit sebagai penyedia untuk pemakai laporan keuangan suatu pendapat diberikan oleh auditor tentang apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka kerja akuntansi keuangan yang berlaku. Pendapat auditor ini menambah tingkat keyakinan pengguna yang bersangkutan terhadap laporan keuangan.

Sedangkan Standar Profesional Akuntan publik (2011) menyatakan tujuan audit laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dalam hal ini laporan auditor menjadi sarana buat auditor untuk menyatakan pendapat atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat.

Pernyataan pendapat ataupun pernyataan tidak memberikan pendapat, harus dinyatakan apakah audit terlaksana berdasar standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

(5)

Abdul Halim (2015: 157) menjelaskan tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.

2.3 Jenis-jenis Audit

Menurut Alvin A. Arens, Mark S.Beasley dan Randal J.Elder dalam buku Auditing & Jasa Assurance (2015:12-15), Akuntan publik melakukan tiga jenis utama audit, yaitu :

2.1 Audit Operasional

Terutama mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Dari pelaksanaan audit operasional, manajemen mengharapkan rekomendasi untuk memperbaiki operasi.

(Dalam audit operasional, review atau penelaahan yang dilakukan tidak terbatas pada akuntansi, tetapi dapat mencakup evaluasi atas struktur organisasi, operasi komputer, metode produksi, pemasaran, dan semua bidang lain dimana auditor menguasainya.)

(6)

2.2 Audit Ketaatan (compliance audit)

Audit ketaatan dilaksanakan guna menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang diterapkan oleh otoritas yang lebih tinggi.

(Hasil dari audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada manajemen, bukan kepada pemakai luar, karena manajemen adalah kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap prosedur dan peraturan yang digariskan. Oleh karena itu, sebagian besar pekerjaan jenis ini sering kali dialkukan oleh auditor yang bekerja pada unit organisasi itu.)

2.3 Audit Laporan Keuangan (financial statement audit)

Dalam melaksanakan audit laporan keuangan, auditor mengumpulkan bukti untuk menetapkan apakah laporan keuangan itu mengandung kesalahan yang material atau salah saji lainnya.

Berdasarkan kumpulan bukti tersebut auditor menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi.

(7)

2.4 Jenis-jenis Auditor

Rahayu dan Suhayati (2010: 13-15) dan Halim (2015: 11-12) merinci tiga jenis auditor: Auditor Independen (Eksternal), Auditor Pemerintah, dan Auditor Internal.

2.4.1 Auditor Independen

Auditor Independen ialah lembaga audit eksternal Kantor Akuntan Publik yang bertanggungjawab atas audit laporan keuangan historis lembaga yang diauditnya. Kantor Akuntan Publik sebagai auditor independen harus memiliki sikap mental berintegritas tinggi, obyektif dan tidak memihak. Untuk itu persyaratan professional berupa pendidikan yang sesuai dan pengalaman praktik sebagai auditor independen harus terpenuhi. Auditor tidak terlatih dalam profesi dan jabatan lain (auditor tidak dapat bertindak sebagai penasihat hukum, meskipun memahami hukum).

2.4.2 Auditor Pemerintah atau Government

Auditor di Indonesia dijalankan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). BPK sebagai lembaga tertinggi membawahkan Inspektorat Jendral (Itjen) yang terdapat di departemen-departemen pemerintah dan auditor di Direktorat Jenderal Pajak.

(8)

2.4.3 Auditor Internal

Auditor Internal terdiri dari petugas yang bekerja pada suatu organisasi atau perusahaan dengan kewajiban melakukan audit untuk kepentingan manajemen perusahaan tempatnya bekerja, guna membantu manajemen manajemen organisasi untuk mengetahui kepatuhan para pelaksana operasional organisasi terhadap kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

2.5 Tanggung Jawab Auditor dan Tanggung Jawab Manajemen

Arens, Elder, dan Beasley (2015: 341-344) membedakan tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor. Tanggung Jawab Manajemen meliputi:

1. Menetapkan dan menyelenggarakan pengendalian internal entitas, karena sesuai dengan GAAP (Generally Accepted Accounting Principle) atau IFRS (International Financial Reporting Standars) manajemen harus bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan.

2. Mengidentifikasi kerangka kerja yang digunakan untuk mengevaluasi keefektifan pengendalian internal mencakup dua komponen utama:

evaluasi rancangan pengendalian internal atas laporan keuangan dan uji efektifits pelaksanaan pengendalian tersebut.

(9)

Adapun tanggung jawab auditor mencakup:

1. Realibilitas pelaporan keuangan

2. Pengendalian yang mempengaruhi informasi manajemen internal

3. Mengungkapkan pelaporan keuangan yang curang secara material serta misapropasiasi asset.

4. Melaksanakan prosedur audit untuk mengidentifikasi ketidaktaatan pada hukum serta regulasi yang dapat memiliki dampak yang material terhadap laporan keuangan.

5. Memperhatikan pengendalian internal klien atas pengaman aset dan ketaatan pada ketentuan hukum dan peraturan.

6. Membuat laporan efektifitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan sesuai dengan section 404 (b) dari Sarbanes Oxley Act.

Dalam menjalani tanggung jawabnya auditor harus memahami dan melakukan pengujian atas pengendalian untuk semua saldo akun, kelas transaksi, dan pengungkapan yang signifikan, serta asersi terkait dalam laporan keuangan.

(10)

2.6 Prosedur Audit

Menurut Halim (2015: 174), Auditor melakukan prosedur audit dengan tujuan :

1. Memperoleh pemahaman entitas dan lingkungannya termasuk pengendalian internal untuk menilai resiko salah saji material pada level laporan keuangan dan asersi (prosedur penilaian risiko)

2. Menguji keefektifan operasi dari pengendalian dalam mencegah dan mendeteksi salah saji material pada level asersi (tes pengendalian)

3. Mendukung asersi atau mendeteksi salah saji yang material pada level asersi (tes substansial)

Adapun prosedurnya meliputi:

1. Inspeksi terhadap dokumen dan catatan

Dalam melakukan inspeksi terhadap dokumen dan catatan baik dari sumber internal maupun eksternal entitas, auditor memeriksa dan membuktikan keaslian dokumen dengan tracing (pengusutan). Pengusutan didukung oleh bukti pendukung (vouching).

2. Inspeksi terhadap aktiva berwujud

Pemeriksaan terhadap aktiva berwujud meliputi pemeriksaan fisik aset, pemeriksaan berupa perhitungan fisik (counting).

(11)

3. Observasi

Mencakup kegiatan mengamati pelaksanaan sejumlah proses atau prosedur yang dilakukian oleh karyawan klien. Berdasarkan kegiatan observasi ini auditor mendapatkan pemahaman langsung mengenai bukti audit.

4. Pengajuan pertanyaan (wawancara)

Pengajuan permintaan keterangan secara lisan (enquiry) atau tertulis (tracing) kepada manajemen atau karyawan klien, guna mendapatkan keterangan keuangan maupun non keuangan.

5. Konfirmasi

Konfirmasi bertujuan memungkinkan auditor dalam mendapatkan informasi langsung dari sumber independen di luar organisasi klien (pihak ketiga).

2.7 Jenis-jenis Bukti Audit

Audit laporan keuangan bertujuan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien. Semua informasi yang digunakan oleh auditor guna menyatakan opini audit merupakan bukti audit. Auditor mendasari pemberian pendapat tersebut setelah memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti yang mendukung laporan keuangan tersebut. Jadi, pekerjaan audit mengumpulkan atau memperoleh dan mengevaluasi bukti. (Halim: 162).

(12)

Jenis-Jenis Bukti Audit menurut Arens, Elder, Beasley. (2015: 212-219) :

Terdapat delapan kategori bukti yang luas, disebut jenis-jenis bukti, dalam memutuskan prosedur audit yang akan digunakan:

1. Pemeriksaaan fisik (physical examination)

Pemeriksaan fisik merupakan inspeksi atau perhitungan dilaksanakan auditor atas aktiva atau aset berwujud. Jenis bukti ini seringkali berhubungan dengan persediaan dan kas, namun bisa juga diterapkan pada verifikasi sekuritas, wesel tagih, dan aset tetap berwujud.

2. Konfirmasi

Menggambarkan penerimaan respons tertulis langsung dari pihak ketiga yang independen yang memverifikasi keakuratan informasi yang diminta oleh auditor.

3. Inspeksi

Inspeksi meliputi pemeriksaan atas dokumen dan catatan klien untuk mendukung informasi tersaji, atau seharusnya tersaji, dalam laporan keuangan.

(13)

4. Prosedur Analitis

Prosedur analitis (analytical procedures) mencakup evaluasi informasi keuangan melalui analisis atas hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan nonkeuangan.

5. Tanya Jawab atau Wawancara (inquiry)

Tanya jawab merupakan upaya untuk memperoleh informasi secara lisan maupun tertulis dari klien sebaagai respons atas pertanyaan yang diajukan auditor.

6. Rekalkulasi

Melakukan cek ulang atas sampel kalkulasi yang dilakukan oleh klien mencakup pengujian atas keakuratan perhitungan klien mencakup prosedur seperti perkalian faktur penjualan dan persediaan, penjumlahan jurnal dan buku tambahan, serta pengecekan kalkulasi beban penyusutan dan beban dibayar di muka.

7. Pelaksanaan Ulang

Merupakan pengujian independen yang dilakukan auditor atas prosedur atau pengendalian akuntansi klien, yang semula dilakukan sebagai bagian dari sistem akuntansi dan pengendalian internal klien.

(14)

8. Observasi

Observasi berupa pengamatan proses atau prosedur dilaksanakan pihak lain. Untuk itu auditor mengunjungi lokasi pabrik untuk mendapatkan kesan umum atas fasilitas yang disediakan klien atau mengamati petugas akuntansi penanggung jawab proses apakah telah melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.

9. Ketetapan Jenis Bukti

Terdapat dua jenis bukti audit paling mahal: pemeriksaan fisik dan konfirmasi. Pemeriksaan fisik memerlukan banyak biaya karena wajib menghadirkan auditor ketika klien sedang menghitung aset, yang biasanya dilaksanakan pada tanggal neraca. Sedangkan konfirmasi membutuhkan banyak biaya karena auditor harus mengikuti prosedur-prosedur penyiapan, pengiriman, dan penerimaan konfirmasi, serta dalam menindaklanjuti konfirmasi yang tidak menerima respons atau pengecualian dengan seksama.

(15)

2.8 Kertas Kerja Pemeriksaan

Menurut Agoes (2012: 128) Kertas kerja pemeriksaan adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan oleh auditor dalam menjalankan pemeriksaan, yang berasal:

1. Dari pihak klien 2. Dari analisis 3. Dari pihak ketiga.

2.8.1 Tujuan Kertas Kerja Pemeriksaan

Tujuan tersebut antara lain:

1. Mendukung opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan 2. Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanakan pemeriksaan

sesuai dengan Standar Profesional Akuntansi Publik 3. Sebagai referensi dalam hal ada pertanyaan dari:

a. Pihak Pajak b. Pihak Bank c. Pihak Klien

4. Sebagai salah satu dasar penilaian asisten (seluruh tim audit) 5. Sebagai pegangan untuk audit tahun berikutnya.

(16)

2.8.2 Jenis-jenis Kertas Kerja

Kertas kerja pemeriksan biasanya dikelompokkan dalam sebagai berikut:

1. Berkas tahun berjalan (Current File)

Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk tahun berjalan, misalnya:

a. Neraca Saldo

b. Berita Acara Kas Opname c. Rekonsiliasi Bank

d. Rincian Piutang e. Rincian Persediaan f. Rincian Liabilities

g. Rincian Biaya, dan lain-lain 2. Berkas permanen (Permanent File)

Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk beberapa tahun, misalnya:

a. Akta Pendirian

b. Buku Pedoman Akuntansi (Accounting Manual) c. Kontrak-kontrak

d. Notulen Rapat

(17)

3. Berkas surat menyurat (Correspondence File)

Berisi korespondensi dengan klien, berupa surat menyurat, facsimile, email, dan lain-lain.

2.8.3 Pemilikan dan Penyimpanan Kertas Kerja Pemeriksaan

1. Kertas kerja pemeriksaan adalah milik akuntan publik.

2. Walaupun sebagai kertas kerja akuntan publik dapat digunakan sebagai sumber referensi bagi kliennya

3. Bila ada pihak lain yang ingin meminjam atau me-review kertas kerja pemeriksaan, baru bisa diberikan atas persetujuan tertulis dari klien yang bersangkutan

4. Akuntan publik harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk keamanan kertas kerja pemeriksaannya dan menyimpan kertas kerja tersebut sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku (minimal lima tahun).

(18)

2.9 Opini Audit

Agoes (2012:74) Dalam suatu pemeriksaan umum (general audit),KAP akan memberikan suatu laporan audit yang terdiri atas:

1. Lembaran Opini

Opini merupakan tanggung jawab akuntan publik, di mana akuntan publik memberikan pendapatnya terhadap kewajaran laporan keuangan yang disusun oleh manajemen dan merupakan tanggung jawab manajemen.

2. Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang terdiri dari:

a. Laporan Posisi Keuangan

b. Laporan Laba Rugi Komprehensif c. Laporan Perubahan Ekuitas d. Laporan Arus Kas

e. Catatan Atas Laporan Keuangan

f. Informasi tambahan berupa lampiran mengenai perincian pos – pos yang penting seperti perincian piutang, aset tetap, liabilitas, beban umum dan administrasi serta beban penjualan.

2.9.1 Jenis-jenis Pendapat Akuntan

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik per 31 Maret 2011 (PSA 29 SA Seksi 508), ada lima jenis pendapat akuntan antara lain:

(19)

1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian

Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas suatu entitas sesuai dengan SAK / ETAP / IFRS.

2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan yang Ditambahkan dalam Laporan Audit Bentuk Baku

Pendapat ini diberikan jika terdaat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan paragraph penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor.

3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian

Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan SAK / ETAP / IFRS, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan.

4. Pendapat Tidak Wajar

Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha,

(20)

perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan SAK / ETAP / IFRS.

Pendapat ini dinyatakan bila menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseuruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan SAK / ETAP / IFRS.

5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat

Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan SAK / ETAP / IFRS. Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua alasan substantif yang mendukung pernyataan tersebut.

Pernyataan tidak memberikan pendapat adalah cocok jika auditor tidak melaksanakan audit yang lingkupnya memadai untuk memungkinkannya memberikan pendapat atas laporan keuangan.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi tingkat perolehan margin pembiayaan dengan akad murabahah pada Bank Syariah X;

32 2 Febrina Mahliza Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan Usia, jenis kelamin, tanggungan

[r]

PENGARUH COST RED UCTION TERHAD AP CONTRIBUTION MARGIN PERUSAHAAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. DAFTAR

Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis

Pada penelitian ini informasi yang disampaikan oleh instagram JNE yang menggunakan rute Periferal seperti informasi kegiatan seminar atau workshop yang

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan biodiesel dari bahan baku kualitas rendah dengan proses yang efektif, mengetahui efektifitas proses pembuatan biodiesel

Jika orang Batak Toba disekitar saya sedang dalam kesulitan,.. saya akan