• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan usia 15-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan usia 15-19"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

3 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi merupakan beban dalam pembangunan nasional. Faktor utama yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk adalah tingkat kelahiran. Tingginya angka kelahiran erat kaitannya dengan usia pertama kali menikah. Salah satu upaya menurunkan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui peningkatan usia perkawinan. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan usia 15-19 tahun yang menikah di perkotaan meningkat menjadi 32% dari total populasi kelompok usia tersebut, bila dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya yang mencapai 26%. Sedangkan angka pernikahan usia dini di pedesaan sebesar 67 per 1000 perkawinan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, di antara perempuan yang berusia 10-54 tahun, 2,6% menikah pertama pada umur kurang dari 15 tahun dan 23,9% menikah pada umur 15-19 tahun.

Raj et al (2009) menyebutkan di India prevalensi wanita berusia 14-20 tahun 44.5% menikah di bawah usia 18 tahun. Prevalensi wanita menikah di bawah usia 16 tahun sebesar 22,6% dan di bawah usia 13 tahun sebesar 2,6%. Penelitian Shawky & Milaat (2000) di Jeddah, Saudi Arabia tentang menikah usia dini dan konsekuensi kehamilan menunjukan 27,2% remaja yang menikah sebelum berusia 16 tahun adalah buta huruf (57,1%), atau pekerja rumah tangga (92,4%), yang beresiko dua kali untuk mengalami keguguran spontan dan empat kali risiko mengalami kematian janin dan kematian bayi. Penelitian di Bangladesh

(2)

terhadap 609 remaja menikah di usia dini menunjukkan bahwa pendidikan, penghasilan keluarga setiap bulan, dan agama adalah faktor yang paling mempengaruhi pernikahan dan kehamilan di usia dini (Nasrin & Rahman, 2012).

Di Indonesia pernikahan usia dini masih ada terutama di daerah pedesaan. Sebab–sebab utama dari pernikahan usia dini adalah keinginan untuk segera mendapatkan tambahan anggota keluarga, tidak adanya pengertian mengenai akibat buruk pernikahan terlalu dini, baik bagi mempelai itu sendiri maupun keturunannya dan sifat kolot orang Jawa yang tidak mau menyimpang dari ketentuan adat. Kebanyakan orang desa mengatakan bahwa mereka ingin mengawinkan anaknya pada usia dini karena mengikuti kebiasaan adat (Adhim, 2002).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia dini adalah persepsi tentang pernikahan, tingkat pendidikan yang rendah, orang tua yang tidak bekerja, persepsi orang tua yang kurang baik, kesulitan ekonomi dalam keluarga, agama atau kepercayaan, rendahnya kepedulian dan tekanan dari masyarakat, kepercayaan bahwa pernikahan meningkatkan status sosial-ekonomi, adanya nilai dan norma budaya dimana pernikahan digunakan untuk mempertahankan nama baik keluarga, nilai sosial adanya sejarah beratus-ratus tahun bahwa menikah berarti menentukan nilai politik dan ikatan sosial, dan pernikahan digunakan untuk memperkuat keluarga atau kaum (Rafidah, 2007; EDHS, 2005; Puspitasari, 2006; Bayisenge, 2011; Nasrin & Rahman, 2012).

Menikah pada usia dini menyebabkan remaja mempunyai pendidikan yang rendah, mempunyai lebih banyak pengalaman komplikasi terhadap kesehatan

(3)

reproduksi dengan tingkat kelahiran yang tinggi, rendahnya pengalaman persamaan gender dalam pernikahan, terjadinya masalah psikologis pada remaja, mengalami masalah pernikahan, kehilangan kenyaman dan kemampuan untuk mempertahankan kesehatan, beresiko mempunyai masalah kesehatan wanita dan resiko masalah kesehatan pada bayi, dan berdampak pada anak-anak yang dilahirkannya serta masing-masing keluarganya (Sarkar, 2009; Puspitasari, 2006; Ahmed, 2013).

Kecamatan Kajoran merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Magelang yang terdiri dari 29 desa/kelurahan. Kecamatan Kajoran merupakan kecamatan yang terletak di lereng Gunung Sumbing dan sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang merupakan daerah yang cukup banyak ditemui fenomena pernikahan usia dini pada remaja. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kajoran didapatkan data usia kawin tahun 2013 terdapat 721 perkawinan dalam satu tahun. Dari data tersebut masih banyak remaja putri yang melakukan pernikahan usia dini. Sebanyak 158 (21,9%) remaja putri melakukan pernikahan di usia 18-20 tahun, 187 (25,9%) remaja putri melakukan pernikahan di usia 16-17 tahun dan terdapat 9 (1,2%) remaja putri melakukan pernikahan pada usia di bawah 16 tahun.

Banyaknya remaja putri yang melakukan pernikahan usia dini di Kecamatan Kajoran dipengaruhi oleh tingkat pendidikan keluarga, kondisi sosial ekonomi keluarga, dan adanya pandangan dan kepercayaan masyarakat terhadap

(4)

pernikahan. Selain itu letak Kecamatan Kajoran yang berada di pedesaan dan di lereng gunung juga menjadi faktor pendukung banyaknya remaja putri yang melakukan pernikahan di usia remaja. Masih sedikit literatur yang menjelaskan tentang gambaran pengalaman remaja putri yang mengalami pernikahan usia dini, oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang bagaimana gambaran pengalaman remaja dengan pernikahan dini. Peneliti ingin mengetahui pengalaman remaja dengan pernikahan usia dini yang berhubungan dengan tugas perkembangan pencapaian peran sebagai wanita, mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, mencapai kemandirian untuk lepas dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya dan mempersiapkan perkawinan dan keluarga. Peneliti ingin mengkaji permasalahan ini dalam bentuk sebuah penelitian yang berjudul “Gambaran Pengalaman Hidup Remaja Putri dengan Pernikahan Dini”.

B. Rumusan Masalah

Banyaknya remaja yang melakukan pernikahan di usia dini yang dipengaruhi oleh berbagai faktor dan memberikan dampak terhadap kehidupan remaja yang melakukan pernikahan di usia dini, namun belum ditemukan literatur tentang gambaran pengalaman remaja tersebut, sehingga peneliti ini mengetahui bagaimana gambaran pengalaman remaja putri yang melakukan pernikahan usia dini.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang pengalaman hidup remaja putri yang melakukan pernikahan usia dini.

(5)

D. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat antara lain: 1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai penambah ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan keperawatan maternitas tentang gambaran pengalaman remaja putri yang melakukan pernikahan usia dini 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi pendidikan

Bagi institusi pendidikan dapat menambah wawasan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan dalam hal gambaran pengalaman remaja yang mengalami pernikahan usia dini.

b. Bagi Peneliti

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pengalaman remaja yang melakukan pernikahan usia dini.

c. Bagi Perawat

Penelitian ini memberikan informasi mengenai pernikahan usia dini pada remaja. Sehingga diharapkan perawat mampu memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pernikahan usai dini.

d. Bagi Pelaksana Program (Pemerintah)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pelaksana program pemerintah dalam menyusun program yang berkaitan dengan usia

(6)

menikah sehingga mampu mengatasi adanya pernikahan dini sebagai upaya meningkatkan kualitas keluarga.

e. Bagi masyarakat

Bagi masyarakat dapat memberikan gambaran mengenai pernikahan usia dini pada remaja sehingga dapat menghindari pernikahan usia dini agar terhindar dari dampak-dampak yang ditimbulkan.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian Nasrin and Rahman (2012) “Factors affecting early marriage and early conception of women: A case of slum areas in Rajshahi City, Bangladesh” untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pernikahan usia dini dan kehamilan usia dini melalui wawancara pada 609 wanita yang sudah menikah di lima wilayah perkampungan warga miskin di kota Rajshahi, Bangladesh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan, penghasilan keluarga setiap bulan, dan agama adalah faktor yang paling mempengaruhi pernikahan dan kehamilan di usia dini.

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pernikahan usia dini pada remaja. Perbedaan penelitian ini adalah jenis penelitian yang digunakan kuantitatif, sedangkan peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan rancangan fenomenologi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan usia dini, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui gambaran pengalaman remaja dengan pernikahan usia dini.

(7)

2. Penelitian Rafidah (2007) berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Usia dini di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah”. Penelitian ini merupakan penelitian observasional menggunakan rancangan studi cross sectional study dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sampel penelitian adalah wanita menikah yang di ambil secara systematic sampling berjumlah 90 orang partisipan, 90 orang tua partisipan, 1 orang tokoh agama, 2 orang tokoh masyarakat dan 1 orang petugas KUA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan pernikahan usai dini adalah persepsi partisipan, pendidikan partisipan yang rendah, pendidikan orang tua yang rendah, dan orang tua yang tidak bekerja.

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pernikahan usia dini pada remaja. Perbedan penelitian ini adalah jenis penelitian yang digunakan kuantitatif-kualitatif dengan rancangan cross-sectional, sedangkan peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan rancangan fenomenologi. Tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui gambaran pengalaman remaja dengan pernikahan usia dini. 3. Penelitian Bahar (2013) berjudul “Identifikasi Faktor Pendorong Pernikahan Dini Dengan Metode Analisis Faktor” dengan besar sampel 60 orang. Variabel yang digunakan sebanyak 11. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tiga faktor dominan yang mempengaruhi keputusan remaja menikah di usia muda yaitu faktor ekonomi dan biologis (30,688%), faktor pergaulan (15,187%), dan faktor tradisi (13,557%). Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pernikahan dini. Perbedaan penelitian ini adalah

(8)

jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif sedangkan peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan rancangan fenomenologi. Perbedaan lain adalah pada tempat, dimana penelitian Bahar tempatnya adalah di Kota Medan sedangkan penelitian ini di Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang. Selain itu tujuan penelitian yang akan dilakukan juga berbeda, yaitu untuk mengetahui gambaran pengalaman remaja dengan pernikahan usia dini.

4. Penelitian Puspitasari (2006) berjudul “Perkawinan Usia Muda: Faktor-Faktor Pendorong dan Dampaknya Terhadap Pola Asuh Keluarga” yang merupakan studi kasus di Desa Mandalagiri Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab terjadinya perkawinan di usia muda dipengaruhi oleh berbagai macam faktor-faktor yang mendorong mereka untuk melangsungkan pernikahan diantaranya adalah faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor orang tua, faktor diri sendiri, serta faktor adat setempat. Persamaan penelitian dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pernikahan usia dini. Perbedaan penelitian adalah pada sampel penelitian Puspitasari adalah pasangan suami isteri yang telah melangsungkan perkawinan usia muda sedangkan penelitian ini sampelnya adalah wanita yang menikah di bawah usia 18 tahun. Perbedaan lain adalah pada tempat tujuan penelitian, dimana penelitian Puspitasari tempatnya adalah di Desa Mandalagiri Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya sedangkan penelitian ini di Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang. Tujuan

(9)

penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui gambaran pengalaman remaja dengan pernikahan usia dini.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Guided Discovery Learning, baik yang dipadu dengan CM ataupun tidak belum efektif memperbaiki pemahaman konsep siswa..

alat sederhana yang berasal dari lingkungan dan melakukan percobaan dalam suasana menyenangkan dan menarik. b) Siswa belajar untuk mendapatkan pengetahuan dari pengamatan

Peneliti akan memfokuskan Asep Tantan Triatna, 2013 Peranan Ekstra Kulikuler Paskibra Dalm Meningkatkan Nasionalisme Siswa Studi Deskriptif Analisis Terhadap Ekstrakulikuler

Seperti yang telah dibincangkan dalam analisis morfologi dan unsur permukaan, peningkatan kandungan fosfat sehingga 20% mol meningkatkan peratusan unsur P pada morfologi

[r]

Salah satu ujung dari masalah ini adalah proses produksi yang harus baik dalam arti yang luas, agar output yang dihasilkan baik berupa barang atau jasa, dapat mendukung

a. Gambaran Pelayanan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Blitar. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Blitar yang dibentuk

Menurut Wahyono (2004:23), Sistem Informasi Manajemen dalam sebuah perusahaan adalah kumpulan dari sistem manajemen atau sistem yang menyediakan informasi yang