• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI GURU SENI BUDAYA SMA NEGERI SE KABUPATEN PINRANG TERHADAP ESTETIKA BENTUK PATUNG LASINRANG SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI GURU SENI BUDAYA SMA NEGERI SE KABUPATEN PINRANG TERHADAP ESTETIKA BENTUK PATUNG LASINRANG SKRIPSI"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Ujian Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh SALAHUDDIN

105410036510

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA 2016

▸ Baca selengkapnya: seni senantiasa berkaitan dengan persoalan estetika yaitu dunia yang menyangkut masalah ....

(2)

▸ Baca selengkapnya: contoh proposal seni patung

(3)
(4)

vi

Sabar itu melelahkan, tapi aku percaya, sabar membuat semua indah pada waktunya

Disiplin, sabar, dan berdoa adalah kunci menuju

Kesuksesan dan menjadi yang terbaik, dengan mengharapkan Ridho Ilahi Robbi

Tiada doa yang lebih indah selain doa agar skripsi ini cepat selesai.

Ku olah kata, kubaca makna, kuikat dalam alinea, ku bingkai dalam bab sejumlah lima, jadilah mahakarya, gelar sarjana kuterima orang tua pun bahagia.

Saya datang, saya bimbingan, saya ujian saya revisi dan saya menang.

Kupersembahkan karya ini Kepada kedua orang tuaku, yang telah mencurahkan kasih saying dan mengorbankan jiwa raganya serta Selalu berdoa demi kebahagian dan kesuksesanku

(5)

Pendidikan Seni Rupa. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pedndidikan.Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Muh. Faisal, S.Pd dan Meisar Ashari, S.Pd., M.Sn.

Permasalahan dalam skripsi ini adalah persepsi guru seni budaya SMA Negeri se Kabupaten Pinrang terhadap estetika, eksistensi, dan fungsi patung Lasinrang. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan persepsi atau tanggapan guru seni guru seni budaya SMA Negeri se Kabupaten Pinrang. Sasaran penelitian ini adalah guru seni budaya SMA Negeri se Kabupaten Pinrang yang berjumlah 11 orang. Teknik pengumpulan data adalah (1) observasi (2) wawancara (3) angket dan (4) dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskripsi kuantitatif. Hasil penelitian yakni: persepsi guru seni budaya terhadap estetika patung Lasinrang memiliki wujud atau rupa yaitu bentuk anatomi patung Lasinrang sudah sesuai dengan karakter Petta Lasinrang dan anatomi patung Lasinrang sudah sesuai yang diharapkan, struktur patung Lasinrang sudah memiliki proporsi yang ideal, bobot atau isi patung Lasinrang dengan nilai simbolik kostum dan atribut yang digunakan sudah sesuai dengan karakter Petta Lasinrang, penampilan atau penyajian patung Lasinrang di taman Kota Pinrang. Eksistensi dan fungsi patung Lasinrang menurut guru seni budaya SMA Negeri se Kabupaten Pinrang tergolong dalam kategori sangat baik, karena eksistensi patung Lasinrang juga bermanfaat sebagai media pembelajaran dan untuk mengenang jasa atau peristiwa bersejarah.

(6)

ix

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ...iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PEMBAHASAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 2 C. Tujuan Penelitian ... 2 D. Manfaat Penelitian ... 3 E. Sistematika Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka... 5

1. Definisi Persepsi ... 5

(7)

x

6. Pengertian Eksistensi ... 21

7. Defini Fungsi ... 22

8. Biografi Lasinrang ... 23

B. Kerangka Pikir ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 28

B. Variabel dan Desain Penelitian ... 28

C. Desain Penelitian ... 29

D. Definisi Operasional Variabel ... 29

E. Subyek dan Obyek Penelitia ... 30

F. Teknik Pengumpulan Data ... 30

G. Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34

B. Pembahasan ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 46

(8)

xi RIWAYAT HIDUP

(9)

xii

Gambar 1 Patung jendral Sudirman……….……17

Gambar 2 Patung lion………...…18

Gambar 3 Patung Non Figurative ………19

Gambar 4 Patung Ismail Marzuki ..………..20

Gambar 5 Patung Torso...…….………...……….………….21

Gambar 6 Patung Lengkap ……….….……….……..…22

Gambar 7 Lasinrang...……...……….24

Gambar 8 Patung Lasinrang ……….36

Gambar 9 Patung Lasinrang ……….37

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Lasinrang adalah salah satu pahlawan lokal yang ada di Sulawesi Selatan Kabupaten Pinrang, Lasinrang adalah panglima perang dari kerajaan Sawitto, dengan kepiawaiannya melawan penjajah Belanda, Masyarakat Pinrang mengagumi sosok Lasinrang dengan mendirikan patung pahlawan Lasinrang, patung ini mengandung estetika tinggi dan lebih mengedepankan nilai-nilai seni.

Penulisan proposal ini adalah keberadaan patung monumen yaitu patung patung Lasinrang. Hal ini merupakan sebuah fenomena yang tampil sebagai penggambaran jiwa pasca kemerdekaan Indonesia. Tujuan adanya patung tersebut untuk memberi makna sebuah peradaban bangsa serta nilai-nilai kebebasan suatu bangsa yang baru merdeka. Wujud patung Lasinrang tampak tegar dengan penggambaran karakter yang tangguh. Wujud patung umumnya figuratif menmpilkan keagungan serta kemegahan, sehingga dikatakan sebagai karya patung monumental. Kehadiran patung figuratif ini dengan skala besar diruang terbuka dalam struktur kota strategis, secara estetika memberi warna baru serta mendorong perkembangan seni patung patung.

Karya seni hasil tangan pematung Dicky Tjandra yang mewarnai kota pinrang adalah wujud gagasan Bupati Pinrang A.Aslam Patonangi.

(11)

Dipatung ini terdapat beberapa makna simbolik dengan bahasa gestur tubuh yang dirancang sebagai karya seni rupa tiga dimensi (patung), semuanya menyatu membentuk komposisi yang artistik yang menarik untuk dikaji. Simbol merupakan lambang yang mengandung makna atau arti. Contohnya sesuatu yang biasanya merupakan tanda yang kelihatan yang menggantikan gagasan atau obyek tertentu.

Dalam penelitian ini melibatkan guru seni budaya SMA Negeri se-Kabupaten Pinrang sebagai subyek penelitian. Metode penelitian yang saya pakai adalah ex post facto.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah penelitan ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi guru seni budaya SMA Negeri se-Kabupaten Pinrang terhadap estetika bentuk monumen patung Lasinrang? 2. Bagaimana eksistensi dan fungsi monumen patung Lasinrang

menurut guru seni budaya SMA Negeri se-Kabupaten Pinrang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan mengacu pada rumusan masalah yaitu untuk mencari jawaban atau pemecahan terhadap masalah pokok yang terdapat pada rumusan masalah. Adapaun tujuan penelitian, yaitu:

1. Untuk mengukur persepsi guru seni budaya tingkat SMA Negeri se-Kabupaten Pinrang terhadap estetika bentuk patung Lasinrang.

(12)

2. Untuk mendeskripsikan eksistensi dan fungsi patung menurut guru seni budaya SMA Negeri se-Kabupaten Pinrang.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan adanya manfaat yang dapat dipetik, terutama bagi pihak yang berkaitan dengan objek penelitian yaitu

1. Memberikan informasi tentatng persepsi guru seni budaya SMA Negeri se Kabupaten terhadap estetika bentuk patung Lasinrang. 2. Sebagai bahan informasi bagi perpustakaan seni pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Sebagai bahan dan data awal bagi peneliti yang ingin mengembangkan penelitiannya dibidang seni patung.

4. Diharapkan menjadi bahan masukan bagi guru seni budaya SMA Negeri se Kabupaten Pinrang.

(13)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. TinjauanPustaka

Pada dasarnya tinjauan pustaka dilakukan untuk mengetahui sasaran penelitian secara teoritis. Landasan yang dimaksud ialah teori yang merupakan kajian kepustakaan dari berbagai literatur yang relevan dengan masalah yang akan diteliti oleh penulis.

1. Definisi Persepsi

Kehidupan individu sejak dilahirkan tidak lepas dari interaksi dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya, Sunaryo dalam Adriansyah Nantu, (2002 : 5). Dalam interaksi ini, individu menerima rangsang atau stimulus dari luar dirinya.Setiap hari kita dibombardir oleh ribuan stimuli Simamora, dalam Adriansyah Nantu, (2002 : 5)

Sebenarnya, stimuli itu dapat dibedakan menjadi dua tipe. Tipe pertama adalah stimuli pisik (phisical stimuly) yang datang dari lingkungan sekitar. Tipe kedua adalah stimuli yang berasal dari dalam si individu itu sendiri dalam bentuk predisposisi, seperti harapan (expectation), motivasi (motivation), dan pembelajaran (learning) yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya.

(14)

Kombinasi keduanya menghasilkan gambaran yang bersifat pribadi. Karena manusia merupakan entitas yang unik, dengan pengalaman, keinginan, kebutuhan, hasrat dan pengharapan yang unik, akibatnya persepsi juga unik.

Persepsi sebagai proses dimana individu mengatur dan mengintrepetasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Robins, dalam Adriansyah Nantu, (2002 : 5). Namun, apa yang diterima seseorang pada dasarnya bisa berbeda dari realitas objektif. Walaupun seharusnya tidak perlu ada, perbedaan tersebut sering timbul.Lalu mengapa persepsi orang-orang berbeda untuk realitas yang sama? karena adanya perbedaan dalam perceptual selection, perceptual organization dan perceptual interpretation Simamora, dalam Adriansyah Nantu, (2002 : 5)

Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan Sunaryo,dalamAdriansyahNantu, (2002 : 5) Sedangkan menurut WalgitodalamAdriansyahNantu, (2002 : 5) persepsi merupakan proses psikologis dan hasil dari penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir.

(15)

Menurut Simamora, dalam Adriansyah Nantu, (2002 : 5) persepsi adalah

“bagaimana kita melihat dunia sekitar kita”. Jika dimisalkan ada sebuah objek ,

toko matahari. Objek tersebut kita atau dalam bahasa canggihnya kita mendapat stimuli tentang objek tersebut. Berdasarkan stimuli itu, kita memberikan gambaran tentang toko matahari: “menurut saya, toko matahari itu… dan seterusnya.

Secara formal, persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses, dengan mana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretasi stimuli ke dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh Simamora, dalam Adriansyah Nantu, (2002 : 5) Stimuli adalah setiap input yang dapat ditangkap oleh indera, seperti produk, kemasan, merek, iklan, harga, dan lain-lain. Stimuli tersebut diterima oleh panca indera, seperti mata, telinga, mulut,hidung dan kulit.

Dengan demikian persepsi merupakan suatu fungsi biologis (melalui organ-organ sensoris) yang memungkinkan individu menerima dan mengolah informasi dari lingkungan dan mengadakan perubahan-perubahan di lingkungannya.

Istilah persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala kejadian-kejadiannya.

(16)

Mateson, dalamAdriansyahNantu, (2002 : 5). Dengan persepsi kita dapat berinteraksi dengan dunia sekeliling kita, khususnya antar manusia. Dalam kehidupan sosial di kelas tidak lepas dari interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa, antara mahasiswa dengan dosen. Adanya interaksi antar komponen yang ada di dalam kelas menjadikan masing-masing komponen (mahasiswa dan dosen) akan saling memberikan tanggapan, penilaian dan persepsinya. Adanya persepsi ini adalah penting agar dapat menumbuhkan komunikasi aktif, sehingga dapat meningkatkan kapasitas belajar di kelas. Persepsi adalah suatu proses yang kompleks dimana kita menerima dan menyadap informasi dari lingkungan, persepsi juga merupakan proses psikologis sebagai hasil penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir. Persepsi seseorang akan mempengaruhi proses belajar (minat) dan mendorong mahasiswa untuk melaksanakan sesuatu (motivasi) belajar. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: faktor internal (faktor dalam diri seseorang) dan faktor eksternal (faktor luar diri seseorang). Faktor internal meliputi, fisiologis, perhatian, minat, kebutuhan, pengalaman dan ingatan, serta suasana hati. Sedangkan faktor eksternal meliputi, karakteristik lingkungan, penempatan objek dan warna dari objek tersebut.

2. Guru seni budaya

Guru adalah penentu dan pemegang utama untuk membuka pintu perbaikan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Dalam hal ini guru harus, inovatif kreatif selalu berupaya menemukan dan menciptakan hal-hal yang

(17)

baru dalam cara mengajarnya agar proeses pembelajaran dalam kelas dapat berjalan baik, aktif kreatif efektif inovatif dan dalam suasana menyenangkan.

Guru seni budaya adalah memiliki kemampuan penguasaan materi pembelajaran seni rupa, seni tari dan seni musik secara luas dan mendalam mampu membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Guru seni budaya yang saya maksud dalam penelitian ini adalah guru yang mengajarkan mata pelajaran seni budaya di SMA N se Kabupaten Pinrang. Baik PNS maupun non PNS.

3. Definisi Estetika

Estetika merupakan istilah yang muncul sekitar tahun 1750 oleh A.G. Baumgarten, seorang filsuf minor. Istilah tersebut diperoleh dari bahasa Yunani kuno, yaitu aistheton yang artinya kemampuan melihat melalui penginderaan. Estetika dihubungkan dengan sesuatu yang berbau seni karena mengandung keindahan yang dapat dipandang. Sejak kemunculannya, estetika menjadi istilah yang selalu digunakan untuk mengutarakan bahasa filsafat terhadap karya seni. Namun, nyatanya seni tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang indah sehingga harus ada bidang yang digunakan untuk menjawab hakekat seni sebanarnya yaitu filsafat seni.

Estetika adalah filsafat keindahan. berbicara tentang keindahan, terkadang kita selalu menghubungkannya dengan kebaikan. Sebagaimana dikemukakan oleh Djelantik, bahwa estetika adalah ilmu yang mempelajari sesuatu yang

(18)

berkaitan dengan keindahan yang mempelajari suatu asoek keindahan (2012:06). Dari definis yang dikemukakan diatas tampaklah bahwa estetika sebagai ilmu pengetahuan.

Seperti yang dikemukakan oleh Jacob Sumardjon, (Jacob Sumardjon:2000) perbedaan pengertian antara estetika dengan filsafat seni adalah pada objek yang dinilainya. Jika estetika merupakan pengetahuan yang membahas tentang keindahan segala macam hal mulai dari seni dan juga keindahan alam, filsafat seni hanya mempersoalkan karya yang dianggap seni itu sendiri saja. Sementara itu, pengertian istilah estetika terus berkembang dan memiliki uraian berbeda dari para ahli, salah satunya yaitu K. Kuypers. Menurut K. Kuypers, estetika adalah hal-hal yang berlandaskan pada sesuatu yang berkaitan dengan pengamatan.

Berdasarkan semua pengertian istilah menurut para ahli, bisa dikatakan bahwa estetika merupakan segala hal yang menyangkut keindahan yang ada pada penglihatan seseorang. Pandangan itu sendiri dapat dianggap sebagai sesuatu yang bersifat relatif dan tidak bisa dipastikan sama. Tetapi di dalamnya, terdapat dua nilai penting yang perlu diketahui, yaitu:

a. Nilai intrinsik, yaitu nilai yang terkandung dari dalam suatu keindahan.

b. Nilai ekstrinsik, yaitu nilai yang terlihat dari luar.

Untuk nilai intrinsik biasanya dapat dirasakan dan dimengerti dari dalam hati oleh penikmat atau penerimanya, sedangkan nilai ekstrinsik dapat

(19)

dilihat secara langsung dan kasat mata. Misalnya, pada pementasan tari, nampak gerakan lembut yang ditunjukkan penari, hal itulah yang disebut dengan nilai ekstrinsik. Sedangkan penghayatan gerak dalam pertunjukkan tari tersebut adalah nilai intrinsik yang dapat diterima para audiens sehingga semua mata yang melihatnya mengerti akan alur cerita dari pementasan tersebut. Itulah yang dimaksud dengan estetika jika disangkutpautkan dengan dunia seni.

Unsur – unsur estetika (Djelantik)

Semua benda atau peristiwa kesenian mengandung tiga aspek yang mendasar, yakni:

1. Wujud atau rupa (Ing: Apparance) ; 2. Bobot atau isi (Ing: content, subtance) ;

3. Penampilan atau penyajian (Ing: presentation). a. Wujud

Untuk menghindari salah paham, perlu diuraikan dari permulaan bahwa istilah wujud mempunyai arti yang lebih luas daripada rupa yang lazim dipakai dalam kata seni rupa.... Dalam kesenian banyak hal lain yang tidak nampak dengan mata seperti misalnya suara gamelang, nyanyian, yang tidak mempunyai rupa tetapi jelas mempunyai wujud.

Dengan itu kita sampai pada pembagian mendasar atas pengertian (konsep) wujud itu, yakni bahwa semua wujud terdiri dari:

(20)

1. Bentuk (form) atau unsur yang mendatar; 2. Susunan atau sturktur (structure);

b. Bobot

Isi atau bobot dari benda atau peristiwa kesenian meliputi bukan hanya dilihat semata-mata tetapi juga apa yang dirasakan atau dihayati sebagai makna dari wujud kesenian itu. Bobot kesenian mempunyai tiga aspek :

1. Suasana (mood) 2. Gagasan (idea)

3. Ibarat, pesan (message) c. Penampilan

Dengan penampilan dimaksudkan cara bagaimana kesenian itu disajikan, disuguhkan kepada yang menikmatinya, sang pengamat. Untuk penampilan kesenian tiga unsur yang berperan:

1. Bakat (talent) 2. Keterampilan (skill)

3. Sarana atau media (mediumatauvhicle)

4. Definisi Bentuk

Bentuk adalah struktur artikulasi sebuah hasil kesatuan yang menyeluruh dari suatu hubungan yang saling terkait, istilah penyajian sering didefenisikan cara menyajikan, proses dan penampilan.

(21)

Bentuk adalah merupakan totalitas dari pada karya seni itu sendiri. Bentuk itu merupakan organisasi atau suatu kesatuan dari komposisi dengan unsure pendukung karya lainnya. Ini dijelaskan lebih lanjut oleh Dharsono, bahwa ada dua macam bentuk yaitu :

1. Bentuk Visual.

Bentuk Visual sifatnya “arsitektural” yaitu bentuk fisik dari sebuah karya

seni atau kesatuan dari unsur-unsur pendukung karya seni tersebut. 2. BentukKhusus.

Bentuk khusus yaitu bentuk yang tercipta karena adanya hubungan timbal balik antara nilai-nilai yang dipancarkan oleh fenomena bentuk fisik terhadap tanggapan kesadaran emosional, atau yang disebut

“arsitektonik, Darsono dalam Meisar Ashari (2014 : 4)

Sementara itu menurut Situmorang, (2008: 34) Bentuk adalah sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa makna. Ia dapat merujuk pada penampilan eksternal yang dapat dikenali, seperti kursi atau tubuh manusia yang mendudukinya. Ia juga secara bias secara tidak langsung merujuk pada suatu kondisi khusus dimana sesuatu bertindak atau memanifestasikan dirinya sendiri, misalnya ketika kita membicarakan tentang air didalam bentuk kesataun uap.

Bentuk fisik sebuah karya dapat diartikan sebagai konkritisasi dari sabject matter tersebut dan bentuk psikis sebuah karya merupakan susunan dari kesan hasil tanggapan. Hasil tanggapan yang terorganisir dari

(22)

kekuatan proses imajinasi seorang penghayat itulah, maka akan terjadilah sebuah bobot karya atau arti (ini) sebuah karya seni disebut juga makna, (Dharsono, 2007 : 33).

5. Seni Patung a. Pengertian patung

Patung merupakan hasil ekspresi jiwa manusia dengan membuat bentuk visual dengan melalui media tiga dimensi dengan tujuan keindahan. Bentuk seni patung mempunyai berbagai ukuran, dari yang kecil untuk hiasan diatas meja, sampai yang besar. Bentuk terakhir ini dikenal sebagai monumen dan ada juga patung dibangun sebagai lambang penghormatan terhadap seseorang, misalnya patung pahlawan. Pada umumnya patung dibuat dalam bentuk manusia dan binatang, tetapi ada pula dibuat dalam bentuk lain. Pada abad ke-20 para pematung bekerja dengan menggunakan cahaya , ruang dan alam, yang merupakan perluasan konsep patung tradisional.

Seperti seni lukis, seni patung mula – mula dihasilkan dalam rangka upacara keagamaan. Waktu itu patung merupakan perwujudan tokoh nenek moyang atau orang berjasa disembah oleh masyarakat primitif. Masyarakat primitif percaya kepada alam kehidupan sesudah mati, sehingga mereka yang berjasa dibangunlah suatu bentuk sebagai lambang. Bahan utamanya batu. Perkembangan seni patung dapat dikatakan sebagai rekaman kebudayaan manusia. Seni patung menjelaskan jalan kehidupan manusia dan ide jamanya ditampilkan dalam bentuk fisik.

(23)

Misalnya pada jaman yunani kuno dan abad pertengahan orang lebih menyukai patung bentuk manusia, para pematung modern lebih banyak menguraikan ide dan segi ide masyarakatnya.

Banyak artis menciptakan patung untuk memuaskan kreativitasnya untuk itu mereka membutuhkan komunikasi, ekspresi ide, dan perasaan, sehingga tercipta objek yang indah. Tidak sedikit pematung modern yang tertarik pada bentuk seni patung murni yang dikomunikasikan dalam karya mereka, ada juga yang menampilkan dalam gaya abstrak atau non-representasional. Mereka umumnya menggunakan bahan baja antikarat, plastik, aluminium, gelas atau bahan industri lainnya. Dengan bahan-bahan tersebut dicobanya untuk mengekspresikankualitas alam dengan imajinasi dan keaslian.

Pematung juga menggunakan elemen – elemen yang gunakan para pelukis, seperti ruang, massa, volume, batas, gerakan,cahaya dan bayangan, tekstur dan warna. Tetapi dalam seni lukis hanya digunakan dalam dua dimensi, sedangkan pada patung digunakan tiga dimensi. Massa dan volume menunjukan cara patung menempati suatu ruang. Massa menjelaskan jumlah bagian terpenting, kepadatan, atau berat sebuah bentuk dalam ruang, sedangkan volume menunjukan jumlah ruang yang ditempati sebuah patung menentukan bentuk patung. Adapun gerakan penampilan patung bermacam-macam ada yang diam (statis) dan ada yang bergerak dalam beberapa cara (dinamik). Bahkan ada karya yang benar-benar bergerak dan disebut kinetik bayangan yang dibuat patung

(24)

tergantung cahaya yang jatuh padanya. Karena adanya sifat alami bayangan dan pencahayaan,tekstur patung harus dipertimbangkan apakah dengan permukaan halus atau kasar. Pewarnaan patung lebih terang atau gelap dari aslinya, misalnya biru memberikan kesan gelap, sedangkan warna kuning memberikan kean terang.

b. Fungsi patung

Pada zaman dahulu patung di buat untuk kepentingan keagamaan, misalanya pada masa mesir kuno, orang membuat patung untuk disembah. Pada zaman Hindu dan Budha, orang juga membuat patung untuk menhormati dewa atau orang yang dijadikan teladan.

Pada perkembangan selanjutnya patung banyak dibuat untuk kepentingan monument, yaitu untuk memperingati peristiwa atau kebesaran suatu bangsa, kelompok, dan perorangan. Sebagai contoh yaitu tujuh patung pahlawan repolusi di lubang buaya, patung proklamator Soekarno Hatta, dan patung pembebasan irian barat.

Dewasa ini patung tidak dibuat untuk dipuja-puja atau disembah tetapi lebih bersifat sebagai hiasan. Patung-patung sekarang lebih bebas dan berpariasi. Dalam menciptakan karya, pematung tidak terikat oleh untuk apa dan untuk siapa patung itu dibuat. Seni patung diciptakan untuk dinikmati nilai keindahan bentuknya.

Patung juga dapat difungsikan untuk menghiasi taman-taman kota atau untuk melengkapi suatu bangunan. Bangunan yang didalamya sering

(25)

terdapat patung misalnya bangunan keagamaaan, bangunan kantor, dan bangunan gedung rakyat. Hubungan patung dengan bangunan hendaknya berkesesuaian agar dapat tercapai keharmonisan.

Secara umum fungsi seni patung tidak terlepas dari tujuan diciptakannya patung tersebut. Berdasarkan tujuan pembuatannya patung ada lima macam yaitu:

1. Patung religi, sebagai sarana untuk beribadah atau bermakna religius.

2. Patung monumen, untuk memperingati jasa sesorang, kelompok, atau peristiwa bersejarah.

3. Patung arsitektur, patung yang ikut aktif berfungsi falam kontruksi bangunan.

4. Patung dekorasi, yaitu patung untuk menghiasi banguan atau memperindah lingkungan (taman).

5. Patung seni, artinya patung yang diciptakan untuk dinikamti keindahan bentuknya.

(26)

c. Jenis-jenis corak patung

Jenis-jenis corak patung ada tiga yaitu: 1. CorakImitatif (Realis/ Representatif)

Gambar 1 Patung Sudirman ( www.gedibor.com )

Corak ini merupakan tiruan dari bentuk alam (manusia, binatang dan tumbuhan). Perwujudannya berdasarkan fisioplastis atau bentuk fisik baik anatomi proporsi, mau pungerak. Patung corak realis tampak pada karya Hendro, Trubus, saptoto dan EdySunarso.

(27)

2. CorakDeformatif

Gambar 3 Patung Lion ( www.Sculpture.com )

Patung corak ini bentuknya telah banyak berubah dari tiruan alam. Bentuk-bentuk alam diubah menurut gagasan imajinasi pematung. Pengubahan dan bentuk alam digubah menjadi bentuk baru yang keluar dari bentuk aslinya. Karya ini tampak pada karya But Mochtar G Sidhartha.

(28)

3. CorakNonfiguratif (Abstrak)

Gambar 4 Patung Abstrak figuratif

(pixabay.com)

Patung ini secara umum sudah meninggalkan bentuk-bentuk alam untuk perwujudannya bersifat abstrak. Karya ini tampak padakarya Rita Widagdo yang tidak pernah sedikit pun menampilkan bentuk yang umum dikenal seperti bentuk-bentuk yang ada di alam. Ia mengolah elemen-elemen rupa tri-matra seperti; garis, bidang, ruang, dan memperlakukan unsur-unsur rupa tersebut sebagaimana adanya, tidak mewakili konsep atau pengertian tertentu.

(29)

d. Jenis Karya Patung Realisme

Penampilan karya patung bermacam-macam jenisnya. Hal ini dapat kita saksikan di rumah, di taman, atau di museum, Setia Ningsih, dkk (1994 : 117) menjelaskan Jenis karya patung realis dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu patung dada, patung torso, dan patung lengkap.

1) Patung Dada

Gambar 5 Patung Ismail Marzuki (www.tamanismailmarzuki.co.id)

Yang dimaksud dengan patung dada adalah penampilan karya patung sebatas dada hingga keatas atau bagian kepala.

(30)

2) Patung Torso

Gambar 6 Patung Torso

(tonyrobinsonsculpture.wordpress.com)

Torso disebut juga badan. Patung torso adalah penampilan karya patung yang hanya menampilkan bagian badan, dari dada, pinggang, dan panggul.

(31)

3) Patung Lengkap

Gambar 7 Patung Obama kecil di Menteng Jakarta Pusat (nafielahmahmudah.wordpress.com)

Penampilan karya patung lengkap maksudnya terdiri dari badan, anggota badan bagian atas dan bagian bawah, serta kepala.

6. Pengertian eksistensi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia Eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Sedangkan menurut Abidin Zainal (2007:16) Eksistensi adalah :

Eksistensi adalah suatu proses dinamis,suatu,menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri yakni existere yang artinya keluar dari, melampau atau mengatasi. Jadi eksistensi

(32)

bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung dari kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”.

Eksistensi bisa kita kenal juga dengan satu kata yaitu keberadaan. Dimana keberadaan yang dimaksud adalah adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. Istilah “hukuman” merupakan istilah umum dan konvensional yang mempunyai arti yang luas, istilah tersebut tidak hanya sering digunakan dalam bidanng hukum tapi juga dalam istilah sehari-hari seperti dibidang moral agama dan lain sebagainya.

7. Definisi Fungsi

Fungsi secara umum merupakan hal-hal yang harus bahkan wajib dikerjakan.

Dalamlinguistikberartisuatucarauntukmencapaitujuandenganmenggunaka nbahasatersebut.

Fungsi adalah jabatan (pekerjaan) yang dilakukan. Misalnya jika ketua tidak ada, wakil ketua melakukan fungsi ketua. Fungsi juga berarti faal (kerja suatu bagian tubuh) misalnya jantung berfungsi untuk memompa dan mengalirkan darah.

Definisi fungsi adalah kegunaan suatu hal. Ini juga bisa berarti peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas (seperti nomina berfungsi sebagai subyek). Kata turunan fungsi yakni berfungsi memiliki arti kedudukan atau bertugas.

(33)

8. Biografi Lasinrang

Sekitar tahun 1856, keluarga raja dan pembesar kerajaan Sawitto, diliputi suasana bahagia atas lahirnya putra La Tamma yaitu La Sinrang. Kemudian dikenal dengan nama Petta Lolo La Sinrang. Putra La Tamma Addatuang Sawitto ini, dilahirkan di Dolangeng sebuah kota kecil yang terletak kira-kira 17 km sebelah selatan kota Pinrang. Karena ibunya bernama I Raima (Keturunan rakyat biasa) berasal dari Dolangeng. Sejak lahirnya La Sinrang memang memiliki keistimewaan dimana dadanya ditumbuhi buluh dengan arah berlawanan yaitu arah keatas ke atas (bulu sussang).

Gambar 8. PettaLasinrang

(34)

Dalam perjalanan hidupnya, La Sinrang banyak mendapat bimbingan dan pendidikan daripamannya (saudara I Raima), yaitu orang yang mempunyai pengaruh dan disegani serta dikenal sebagai ahli piker kerajaan. Sehingga, La Sinrang menjadi seorang pemuda yang cukup berwibawa dan jujur. Hal ini merupakan suatu cirri bahwa putra Addatuang sawitto ini, adalah seorang calon pemimpin yang baik.

Diwaktu kecil La Sinrang gemar permaianan rakyat seperti dalam bahasa bugis mallogo, maggasing, massaung dan lain-lain. Namun, kegemaran

utamanya yang berlanjut sampai usia menanjak dewasa yaitu “ Massaung “. Menyabung ayam. Dari kegemaran ini, La Sinrang selalu menggunakan “ Manu “ bakka “ (ayam yang bulunya berwarna putih berbintik-bintik merah

padabagian dada melingkar kebelakang), ayam jenis ini jarang dimiliki orang

Kegemaran menyabung ayam dengan “ manu bakka “ tersiar keluar daerah, sehingga La Sinrang dikenal dengan julukan “ Bakka Lolona Sawitto “ juga dapat diartikan “ Pemuda berani dari Sawitto . Julukan ini semakin

popular disaat La Sinrang mengadakan perlawanan terhadap belanda.

Juga kegemaran La Sinrang diusia remaja/dewasa adalah permainan

“Pajjoge” yaitu tari-tarian dari asal Bone, sehingga ketika Pajjoge dari

Pammana (Wajo) mengadakan pertunjukan di Sawitto maka La Sinrang semakin tertarik dengan Permian tersebut.

La sinrang ke Pammana, dimana setelah tinggal di Pammana dia memperlihatkan gerak-gerik yang menarik perhatian orang banyak, utamanya

(35)

Datu Pammana sendiri. Datu Pammana La Gabambong ( La Tanrisampe) juga merangkap Pilla Wajo tertarik untuk menanyakan asal-usul keturunannya.

La Sinrang pun dididik dan diterima Datu Pammana menjadi pemberani, terutama dalam hal menghadapi peperangan. Setelah itu, La Sinrang kembali ke daerah asalnya yaitu Sawitto, saat itu La Sinrang mempunyai dua orang putra yakni La Koro dan La Mappanganro darihasil perkawinan dengan Indo Jamarro dan Indo Intang.

Tiba di Sawitto diajaknya kerajaan Suppa, Alitta, binanga Karaeng,

Ruba’E, Madallo, Cempa, JampuE, kerajaan kecil disekitar Sawitto untuk

berperang, dan apabila kerajaan tersebut tidak bersedia, berarti bahwa kerajaan itu berada dibawah kekuasaan Sawitto. Dengan demikian, dalam waktu singkat terkenallah La Sinrang keseluruh pelosok, baik keberanian, kewibaan, maupun kepemimpinannya

La Sinrang selama berada di Sawitto semakin nakal, akhirnya diasingkan ke Bone, baru setahun di Bone, terpaksa menyingkir ke Wajo karena membunuh salah seorang pegawai istana di Bone yaitu Pakkalawing

Epu’na Arungpone.

Selama di Wajo ia mendapat didikan dari La Jalanti Putra Arung Matawo Wajo yaitu La Koro Arung Padali yang bergelar Batara Wajo. La Janlanti diangkat menjadi komandan Pasukan Wajo di Tempe dengan pangkat Jenderal.

(36)

Setelah serangan Belanda terhadap kerajaan sawitto semakin hebat, maka La Sinrang dipanggil pulang oleh ayahnya, dan diangkat menjadi panglima perang. Dalam kepemimpinannya sebagai panglima perang kerjaan Sawitto, senjata yang dipergunakan adalah tombak dan keris. Tombak bentuknya besar menyerupai dayung diberi nama “ La Salaga ‘ sedang

kerisnya diberi nama “ JalloE”.

B. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan dasar atau konsep sebuah penelitian yang tersusun secara sistematis dan mampu mengarahkan peneliti kepada tujuan dari sebuah penelitian itu sendiri.

Penelitian ini difokuskan pada tanggapan guru-guru seni budaya SMA Negeri se- Kabupaten Pinrang terhadap eksistensi monumen patung Lasinrang di kota Pinrang. Khususnya terhadap estetika, eksistensi, dan fungsi patung tersebut.

Dengan melihat beberapa konsep di atas yang telah di uraikan pada tinjauan pustaka, maka dapatlah di buatkan kerangka atau skema yang dijadikan sebagai kerangka pikir sebagai berikut.

(37)

Skema 1. Kerangka pikir Guru seni budaya SMA Negeri

Se-Kabupaten Pinrang

Patung Lasinrang

Persepsi guru seni budaya terhadap

estetika bentuk patung Lasinrang

Fungsi dan eksistensi patung Lasinrang terhadap guru seni budaya SMA Negeri

se-Kabupaten Pinrang

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JenisPenelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang dilakukan untuk mengukur persepsi guru seni budaya tingkat SMA Negeri se-Kabupaten Pinrang terhadap estetika bentuk patung Lasinrang. Adapun penelitian kuantitatif adalah pengukuran data kuantitatif, statistik dan objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel guru yang diminta untuk menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang persepsi guru seni budaya terhadap estetika bentuk patung Lasinrang, untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka. .

B. Variabel dan Desain penelitian 1. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (1992 : 54), mengatakan bahwa: ”

variabel merupakan obyek penelitian atau menjadi titik perhatian suatu

penelitian” .

Adapun variabel penelitian yang ingin diteliti adalah Variabel tentang persepsi guru seni budaya tingkat SMA Negeri se-Kabupaten Pinrang terhadap estetika bentuk patung Lasinnrang.

(39)

C. Desain penelitian

Untuk lebih jelas mengenai desain penelitian ini, maka bentuk pelaksanaanya dibuat skema sebagai berikut:

Skema 2. Desain penelitian

D. Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan judul penelitian yakni “ Persepsi guru seni budaya SMA Negeri se Kabupaten Pinrang” Maka untuk memperjelas arti yang

dimaksud masing-masing variabel agar tidak terjadi penafsiran yang keliruh, maka setiap variabel tersebut perlu didefiniskan yakni:

1. Persepsi guru seni budaya merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, dimana bentuk patung lasinrang merupakan bentuk yang difungsikan semata-mata sebagai penghias taman daerah.

Pengumpulan data tentang 1. Persepsi guru seni budaya

tingkat SMA Negeri se-Kabupaten Pinrang terhadap estetika bentuk patung Lasinnrang. 2. Eksistensi dan fungsi

patung menurut guru seni budaya tingkat SMA Negeri se-Kabupaten Pinrang terhadap estetika bentuk patung Lasinnrang.

kesimpulan pengolahan

diananalisis data

deskripsi karya

(40)

2. Eksistensi dan fungsi bisa kita kenal juga dengan satu kata yaitu keberadaan. Dimana keberadaan yang dimaksud adalah adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya kita.

E. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah guru seni budaya tingkat SMA Negeri se Kabupaten Pinrang.

Objek penelitian merupakan sasaran atau permasalahan yang akan diteliti. Objek dari penelitian ini adalah Persepsi guru seni budaya tingkat SMA Negeri se Kabupaten Pinrang. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri se Kabupaten Pinrang .

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian pengumpulan data dilakukan dengan metode penelitian pustaka dan metode penelitian lapangan.

Penelitian pustaka adalah metode yang dimaksud untuk memperoleh data yang berhubungan dengan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni dengan mempelajari dan menalaah buku-buku literatur dan referensi yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Penelitian lapangan dimaksud untuk memperoleh data primer, yakni informasi yang secara langsung dari responden guru seni budaya tingkat SMA Negeri se-Kabupaten Pinrang.

(41)

1. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap patung lasinrang yang terdapat di kota pinrang, sebelum mengadakan wawancara kepada guru seni budaya tingkat SMA Negeri se- Kabupaten Pinrang

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan sumber data. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada 11 responden (guru seni budaya SMA Negeri) dari 11 SMA Negeri di Kabupaten Pinrang. Untuk memperoleh data tentang persepsi terhadap estetika patung Lasinrang. Tujuan dari wawancara tersebut diharapkan dapat mendukung hasil temuan penelitian patung Lasinrang, sehingga hasil analisis data akan lebih objektif. Berikut data Respoden yang akan diteliti yaitu:

No Responden AsalSekolah

1. AndiSyamsulBachir, S.Pd SMA Negeri 1 Pinrang 2. Hardiyati, S.Pd SMA Negeri 2 Pinrang 3. Drs. Mukhtar, M.Pd SMA Negeri 3 Pinrang

4. Supiati, S.Pd SMA Negeri 4 Pinrang

5. Hj.Suriati, S.Pd SMA Negeri 5 Pinrang 6. Hj. Haerani, S.Pd SMA Negeri 6 Pinrang

7. Ernawati, S.S SMA Negeri 7 Pinrang

8. AR. Firdaus, S.Pd SMA Negeri 8 Pinrang

(42)

10. Nicky Yuliastry, S.Pd SMA Negeri 10 Pinrang 11. Mawardi, S.Pd SMA Negeri 11 Pinrang

3. Angket

Angket diajukan untuk menjaring data mengenai persepsi guru-guru seni budaya SMA Negeri se-Kabupaten Pinrang terhadap eksistensi monument patung Lasinrang. Dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab sendiri. Hal ini dimaksudkan agar responden dapat secara bebas dan leluasa memberikan jawaban yang lebih objektif dan relevan dengan keadaan sebenarnya.

4. Dokumentasi

Teknik ini dilakukan dengan cara pengambilan gambar atau objek pada saat observasi, dan penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dilapangan selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:

a. Observasi, langkah ini dilakukan pertama kali untuk memastikan bahwa semua responden atau sampel penelitian mengisi angket yang disediakan.

b. Skoring setelah melalui observasi, maka selanjutnya adalah memberikan skor terhadap item-item pernyataan yang terdapat pada angket dalam bentuk pilihan ganda. Untuk memudahkan perhitungan

(43)

masing-masing diberi bobot nilai yang bergerak dari 5 sampai 1,25 sesuai dengan kualitas jawabannya yang disusun sebagai berikut: 1) Alternatif jawaban sangat setuju diberi bobot 5

2) Alternatif jawaban setuju diberi bobot 3,75 3) Alternatif jawaban ragu-ragu diberi bobot 2,75 4) Alternatif jawaban tidak setuju diberi bobot 2,5 5) Alternatif jawaban sangat setuju diberi bobot 1,25

6) Menentukan presentase, langkah ini dilakukan untuk mengetahui berapa persen jumlah sampel yangg memiliki pilihan setiap item. Dengan menggunakan teknik presentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut: = F N X100 % Keterangan : X = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah Sampel

(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan data hasil penelitian yang berupa hasil perhitungan akhir serta pembahasan hasil penelitian, sedangkan untuk perincian data hasil penghitungan dapat dilihat pada bagian lampiran-lampiran. Data yang didapat dalam penelitian ini berasal dari observasi, sebar angket dan wawancara.

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah menemukan gambaran persepsi guru seni budaya terhadap estetika patung Lasinrang.

1. Persepsi guru seni budaya terhadap estetika patung Lasinrang

Persepsi guru seni budaya terhadap konsep keindahan (estetika) patung lasinrang memiliki banyak tanggapan dan saran, berikut penjabaran hasil penelitian tentang persepsi guru seni budaya:

a. Wujud patung Lasinrang

Wujud atau rupa menyangkut bentuk (unsur yang mendasar) dan susunan atau struktur patung Lasinrang,

1. Bentuk patung

Menurut guru seni budaya karakteristik bentuk anatomi patung Lasinrang, sudah sesuai dengan karakter Petta Lasinrang.Dari 11 responden 5 diantaranya memilih sangat setuju dan 6 yang memilih setuju dengan karakteristik patung Lasinrang sesuai anatomi yang diharapkan.

(45)

Gambar 8 Patung Lasinrang (dokumentasi : Salahuddin)

2. Struktur (structure) patung

Menurut guru seni budaya struktur patung Lasinrang sudah memiliki proporsi yang ideal, dari 11 responden 6 diantaranya memilih tidak setuju jika struktur patung Lasinrang tidak memiliki proporsi yang ideal, jadi bisa menarik kesimpulan bahwa struktur patung Lasinrang memiliki proporsi yang ideal.

(46)

b. Bobot atau isi patung

Bobot menyangkut bukan apa yang dilihat semata namun dirasakan sebagai makna dari wujud patung Lasinrang.

Gambar 9 Patung Lasinrang (dokumentasi : Salahuddin)

Keris melambangkan Petta Lasinrang sosok pejuang di Pinrang.Tangan yang menunjuk menandakan perjuangan.Bulu dada yang berlawanan keatas (bulu sussang) petanda pemberani.Yang menurut kepercayaan orang tua dahulu bulu dada yang berlawanan keatas (bulu sussang) suatu petanda mempunyai ciri-ciri tabiat pemberani dan suka memnbela kebenaran.Anatomi tangan melambangkan perjuangan.Sorban Petta Lasinrang bertanda Religius taat kepada Agama.Menurut guru seni

Sorban petandarelegius taat kepada agama Bulu dada Petanda keberanian Tangan menunjuk petanda perjuangan Senjata keris petanda pejuang

(47)

budaya tentang bobot atau isi patung Lasinrang kostum dan atribut (nilai simbolik) yang digunakan pada patung Lasinrang sudah sesuai dengan karakter Petta Lasinrang.

c. Penampilan atau penyajian

Menyangkut cara penyajian karya patung Lasinrang kepada pemerhati atau penikmat, patung Lasinrang disajikan di taman kota Pinrang jalan poros trans Sulawesi.

Gambar 10

Penyajian patung Lasinrang pada taman Lasinrang (dokumentasi : Salahuddin)

Deskripsi dan Analisa data persepsi guru seni budaya terhadap estetika bentuk patung Lasinrang, dari keseluruhan guru seni budaya SMA Negeri se Kabupaten Pinrang yang berjumlah 24 orang diambil data sampel penelitiannya 10 % dari jumlah guru. Maka diperoleh hasil 12 orang yang menjadi sampel.

(48)

Selanjutnya dari guru yang dijadikan responden, diberikan sebuah angket penelitian yang didalamnya berisi 11 item pertanyaan yang diharapkan nantinya dapat mengetahui persepsi guru seni budaya, terhadap estetika bentuk patung Lasinrang.

Setelah data terkumpul peneliti mengolah dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang dilengkapi frosentase dengan menggunakan rumus :

Rumus : P = x 100% Keterangan :

P = Angka prosentasenya

F= Frekuensi yang sedang dicari. Prosentasinya N= jumlah Sampel.

Untuk mengetahui secara deskriktif tentang persepsi guru seni budaya terhadap estetika bentuk patung Lasinrang.

Berikut penulis sajikan hasil angket dari 11 pertanyaan yang diberikan kepadan guru seni budaya tingkat SMA Negeri se Kabupaten Pinrang.

(49)

Tabel 1

Perhitungan skala persepsi guru seni budaya tingkat SMA Negeri se Kabupaten Pinrang terhadap estetika bentuk patung Lasinrang.

Subyek Pernyataan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 5 5 2,5 5 1,25 2,5 3,75 5 5 3,75 38,75 2 5 3,75 2,5 3,75 2,5 2,5 2,5 3,75 3,75 3,75 33,75 3 5 5 5 5 1,25 3,75 2,75 5 5 5 42,75 4 3,75 3,75 2,5 5 1,25 2,5 3,75 3,75 3,75 3,75 33,75 5 3,75 3,75 2,5 3,75 2,5 2,75 2,75 5 5 3,75 35,5 6 5 3,75 3,75 5 2,5 2,5 3,75 5 3,75 3,75 38,75 7 5 5 3,75 5 1,25 2,5 3,75 5 5 3,75 40 8 3,75 3,75 2,5 3,75 2,5 2,5 3,75 3,75 3,75 3,75 33,75 9 5 5 3,75 3,75 1,25 2,75 2,75 3,75 3,75 3,75 35,5 10 5 5 3,75 5 2,5 2,75 2,75 5 3,75 2,75 38,26 11 5 3,75 2,5 3,75 2,5 3,75 3,75 5 3,75 3,75 37,5 Total 408.26 Tabel 2

Deskripsi data dalam kategori alternatif jawaban terhadap estetika bentuk patung Lasinrang

No. Pernyataan Alternatif

SS S RG TS STS 1 Patung Lasinrang memiliki unsur

keindahan yang tinggi karena dibuat sesuai dengan kebutuhan apresiasi masyarakat Kabupaten Pinrang

8 3 - -

-2 Karakteristik patung Lasinrang sesuai anatomi (wajah, tangan, torso dan kaki) yang diharapkan

5 6 - -

-3 Struktur patung Lasinrang tidak

memiliki proporsi yang ideal 1 4 - 6

-4 Patung Lasinrang sebagai patung monument, yang fungsinya untuk

mengenang jasa atau peristiwa bersejarah

7 4 - -

-5 Ekspresi patung Lasinrang tidak merepresentasikan patriotism atau heroism

- - - 6 5

6 Kostum dan atribut (nilai simbolik) yang digunakan pada patung Lasinrang tidak sesuai dengan karakter

- 2 4 5

-7 Terdapat sorban dikepala patung Lasinrang bermakna bahwa masyarakat

(50)

-pinrang adalah masyarakat yang relegius 8 Bentuk patung Lasinrang telah dibuat

secara detail sesuai dengan bentuk aslinya

7 4 - -

-9 Patung Lasinrang merupakan salah satu tempat bagi siswa(i) untuk mengapresiasi karya patung pada mata pelajaran seni budaya

4 7 - -

-10 Guru seni budaya menggunakan patung Lasinrang sebagai media pembelajaran

1 9 1 -

-Hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa responden yang didasarkan dari guru seni budaya tingkat SMA Negeri se Kabupaten Pinrang, dari 11 Sekolah. hasil pendataan dapat dilihat bahwa guru seni budaya tingkat SMA Negeri terdiri dari 36% laki – laki 64% perempuan, berdasarkan dari jabatan responden 45% pegawai negeri sipil (PNS) 55% tenaga honorer. (Non PNS).

Persepsi guru seni budaya tingkat SMA Negeri tergolong dalam kategori baik.Hal ini dapat dilihat dari yang sangat setuju 64%, dengan bentuk patung Lasinrang telah dibuat secara detail sesuai dengan bentuk aslinya 36% setuju. Menurut sebagian guru karya Dr. Dicky Chandra tidak diragukan lagi kemampuannya membuat patung. Hal ini terlihat dari bentuk proporsi, karakter yang sangat detail dalam pengerjaannya.Para guru menilai bahwa pengerjaan patung ini dibutuhkan keuletan dan kerja keras dalam pengerjaannya.Sedangkan penilaian dari unsur keindahan yang tinggi 72% yang sangat setuju. Guru yang menilai 45% yang tidak setuju terhadap kostum dan atribut (nilai simbolik) yang digunakan pada

(51)

patung Lasinrang, hanya melihat bentuknya saja. Mereka tidak memahami unsur atau nilai yang terkandung dalam karya patung Lasinrang.

3. Eksistensi dan fungsi patung Lasinrang menurut guru seni budaya tingkat SMA Negeri se Kabupaten Pinrang

Hasil penelitian dapat dilihat bahwa menurut persepsi guru terhadap eksistensi dan fungsi patung Lasinrang tergolong dalam kategori sangat baik. Karena eksistensi patung Lasinrang sangat dibutuhkan oleh guru seni budaya hal ini dapat dilihat dari yang setuju 81% dengan pernyataan guru seni budaya menggunakan patung Lasinrang sebagai media pembelajaran 9% sangat setuju sebab diwilayah Pinrang sangat sedikit karya patung, oleh Andi Syamsul Bachir mengungkapkan bahwa

Keberadaan patung Lasinrang, sangat bermakna terutama bagi saya guru seni rupa, yang mana bisa menjelaskan ke siswa bentuk tiga dimensi, mengapresiasinya, baik dari segi anatomi, Artistik, perspektif maupun sebagai penghias taman kota yang dinikmati oleh semua warga pinrang karya patung ini. Sebelumnya sudah ada namun dengan adanya patung Lasinra1ng ini sangat memabantu saya sebagai guru seni yang tentunya bisa memberikan penjelasan kepada siswa, hasil seni patung yang digarap dengan kemampuan seni rupa (akademik) dan membandingkan dengan karya patung yang dibuat berdasrkan bakat saja .

Eksistensi patung Lasinrang selanjutnya dipertegas kembali oleh Haerani yang menganggap bahwa eksistensi patung Lasinrang merupakan ikon kota Pinrang,

(52)

Eksistensi patung Lasinrang merupakan ikon kota Pinrang yang memperkenalkan kepada masyarakat pinrang (pada khususnya) dan pengunjung pada umumnya bahwa pinrang memiliki (Petta Lasinrang) yang sangat bersejarah bagi masyarakat Pinrang dengan demikian dengan adanya patung ini masyarakat Pinrang selalu mengingat dan mengenang jasa Petta Lasinrang.

Fungsi patung Lasinrang menurut persepsi guru seni budaya tergolong dengan kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari yang sangat setuju 63% dengan pernyataan patung Lasinrang sebagai patung monument, yang fungsinya untuk mengenang jasa atau peristiwa bersejarah 37 % yang setuju.

B. Pembahasan

1. Persepsi guru seni budaya terhadap estetika patung Lasinrang Dari persepsi guru seni budaya tingkat SMA Negeri se Kabupaten Pinrang terhadap estetika bentuk patung Lasinrang.maka secara deskriktif dibahas. Suatu karya seni yang menarik untuk diapresiasi oleh masyarakat Pinrang, karena karya seni patung ini digarap dengan berdasarkan keahlian ilmu seni rupa (akademik) tidak seperti patung yang lain yang ada didaerah Pinrang yang digarap berdasarkan skill saja. Karena yang membuat patung Lasinrang adalah pematung dari kalangan akademisi Dr. Dicky Chandra dosen UNM. Guru seni budaya sangat terbantu dalam proses belajar mengajar dengan adanya patung Lasinrang di Pinrang, guru seni budaya menggunakan patung Lasinrang sebagai media pembelajaran seni rupa tiga dimensi. Dari 11 responden, 9 yang setuju, 1 sangat setuju dan 1 ragu-ragu, jika guru seni budaya menggunnakan patung Lasinrang

(53)

sebagai media pembelajaran. Berarti guru sangat terbantu dengan hadirnya patung lasinrang.Persepsi guru seni terhadap estetika bentuk patung Lasinrang.

a. Wujud

Wujud atau rupa yang terdapat di Patung Lasinrang terdiri dari bentuk dan susunan struktur. Struktur patung Lasinrang, responden lebih banyak setuju dengan struktur patung Lasinrang memiliki proporsi yang ideal, karena responden sudah percaya dengan pembuatnya Dr. Dicky Chandra dosen UNM. Bentuk patung Lasinrang telah dibuat secara detail menurut guru seni budaya.Namun ekspresi muka patung Lasinrangtidak sesuai dengan torso atau badan patung, ekpresi patung Lasinrang tampak kurang menunjukan bahwa sosok Lasinrang yang pemberani.Yang menjadi faktor kendala dalam menjawab pernyataan angket yang diberikan responden adalah ternyata responden bukan guru seni namun dia mengajarkan seni budaya.

b. Bobot

Isi atau bobot patung Lasinrang dapat dirasakan atau dihayati sebagai makna dari wujud. Sorban yang ada di kepaka patung Lasinrang bermakna religiuskeris yang menandakan sosok pejuang, dan bulu dada yang berlawanan arah (bulu sussang) menandakan pemberani. Pesan yang disampaikan dalam patung Lasinrang ini menunjukan bahwa Petta Lasinrang seorang patriotisme dan heroismeYang dilihat dari tiga aspek

(54)

yaitu: suasana, gagasan, ibarat atau pesan. Patung ini dibuat sesuai dengan karakter Petta Lasinrang yang gagah dan berani. Karena mengingat Petta Lasinrang adalah salah seorang tokoh pejuang di bumi Lasinrang yang diberi gelar Bakkalolona Sawitto.

c. Penampilan

Persepsi guru seni budaya terhadap penyajian patung Lasinrang pada umumnya beranggapan baik karena penyajiannya disajikan ditaman kota tempat berkumpul para anak muda. Taman ini terletak dijalan poros trans Sulawesi.

2. Eksistensi dan fungsi patung Lasinrang menurut guru seni budaya Eksistensi patung Lasinrang menurut guru seni budaya. Patung Lasinrang sangat diharapkan masyarakat pada guru, karena dengan keberadaan patung ini guru dapat menggunakan patung Lasinrang sebagai media pembelajaran, dan dapat mengarahkan siswa untuk mengapresiasi karya seni patung.Selain berfungsi sebagai media pembelajaran patung Lasinrang juga berfungsi sebagai patung monument, mengingat pentingnya jasa-jasa Petta Lasinrang, maka perlu mendapat tempat dalam saejarah.Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu ada usaha untuk mengabadikan sosok Petta Lasinrang dengan dibuatnya patung Lasinrang.patung ini satu-satunya patung monument yang ada dipinrang, dan sudah dijadikan ikon kota pinrang.

(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai persepsi guru seni budaya tingkat SMA Negeri se Kabupaten terhadap estetika bentuk patung Lasinrang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bentuk patung Lasinrang sudah memenuhi standar ideal serta dibuat secara detail sesuai dengan bentuk aslinya

2. Patung Lasinrang dapat berfungsi sebagai patung monumen sehingga masyarakat setempat dapat mengenang jasa-jasa Petta Lasinrang, tetapi pada umumnya tidak setuju jika patung tersebut dijadikan sebagai patung religi.

3. keberadan patung Lasinrang di Kabupaten Pinrang sebagai salah satu ikon kota Pinrang, patung tersebut sangat membantu guru-guru seni dalam pembelajaran apresiasi seni..

B. Saran

Berdasarkan penelitian ini dapat disarankan sebagai berikut : 1. Guru seni budaya tingkat SMA Negeri se Kabupaten

pinrangdiharapkan dapat mengetahui estetika bentuk patung Lasinrang sebagai bahan pembelajaran seni budaya disekolah. 2. Eksistensi dan fungsi patung Lasinrang, dengan keberadaan

patung Lasinrang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran

(56)

dalam pelajaran seni budaya disekolah dan berfungsi sebagai patung monument.

3. Penelitian ini merupakan penelitian pertama, dalam persepsi guru seni budaya tingkat SMA Negeri se Kabupaten Pinrang terhadap estetika bentuk patung Lasinrang yang mendasarinya belum dapat terungkap secara tuntas. Keterbatasan tersebut antara lain disebabkan oleh keterbatasan waktu studi di Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar, tenaga dan dana serta kemampuan peneliti yang relatif terbatas, karena itu diperlukan penelitian lanjutan yang lebih spesifik dan komprehensif, termasuk dalam hubungannya estetika bentuk patung Lasinrang di Pinrang.

(57)

48

Badudu, J.S dan Sultan Mohammad Zain. 1994. Kamus umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Darsono.2007. Kritik Seni. Bandung : Rekayasa sains.

Djelantantik, A.A.M. 2012. Estetika Sebuah Pengantar. Jakarta: Masyarakat Sebuah Pertunjukan Indonesia.

Kartika, Dharsono. 2014. Seni Rupa Modern. Bandung. Rekayasa Sains. Poerwardaminta,WJ.S.1984. Kamus Besar Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rohidi, Tjetjep Rohendi. Metode Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima Nusantara. Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta

kencana.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta .

Supriyanto. 2001. Sekilas Tentang Persepsi. Surabaya: Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. 2008. Instrument Pengumpulan Data. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Syamsuri, Sukri. A dkk. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: FKIP Unismuh Makassar.

(Online), http://www.arsitekturbergoyang.blogspot.com/2013/05/maket-miniatur.html,diakses 5 april 2015

(58)

Profil Singkat Responden

1. Nama : A. Syamsul Bachir, S.Pd

Sekolah : SMA Negeri 1 Pinrang

Alamat Sekolah : Jl. Jend. Urif Sumiharjo No. 02 Telp. (0421) 921127

2. Nama Responden : Hardiayati, S.Pd Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Pinrang

(59)

Alamat Sekolah : Jl. Malimpung Urung Kec. Patampanua Pinrang

4. Nama Responden : AR. Firdaus, S.Pd Nama Sekolah : SMA Negeri 8 Pinrang

(60)

Alamat Sekolah : Jl. Poros Rappang Km. 7 No. 360 Tiroang Pinrang

1. Nama Responden : Ernawati, S.S

Nama Sekolah : SMA Negeri 7 Pinrang

(61)

Alamat Sekolah : Jl. Poros Pinrang – Jampue, Desa Lerang Kec. Lanrisang

(62)

Identitas Responden 1. No. Responden : 2. Nama Responden : 3. Jenis Kelamin : 4. Asal Sekolah : 5. Email / No. HP :

KUESIONER PENELITIAN PERSEPSI GURU SENI BUDAYA

PETUNJUK PENGISIHAN

Berdasarkan pengalaman ibu /bapak berilah tanda centang ( ) pada bobot nilai alternatif jawaban yang paling merefleksi persepsi ibu/bapak pada setiap pertanyaan.

NO PERNYATAAN

ALTERNATIF JAWABAN

SS S RG TS STS

1. Patung Lasinrang memiliki unsur keindahan yang tinggi karena dibuat sesuai dengan kebutuhan apresiasi masyarakat Kabupaten Pinrang

2. Karakteristik patung Lasinrang sesuai anatomi (wajah, tangan, torso dan kaki) yang diharapkan

3. Struktur patung Lasinrang tidak memiliki proporsi yang ideal

4. Patung Lasinrang sebagai patung monument, yang fungsinya untuk mengenang jasa atau peristiwa bersejarah ?

5. Ekspresi patung Lasinrang tidak merepresentasikan patriotism atau heroism

6. Kostum dan atribut (nilai simbolik) yang digunakan pada patung Lasinrang tidak sesuai dengan karakter

7. Terdapat sorban dikepala patung Lasinrang bermakna bahwa masyarakat pinrang adalah masyarakat yang relegius?

8. Bentuk patung Lasinrang telah dibuat secara detail sesuai dengan bentuk aslinya

9. Patung Lasinrang merupakan salah satu tempat bagi siswa(i) untuk mengapresiasi karya patung pada mata pelajaran seni budaya

10. Guru seni budaya menggunakan patung Lasinrang sebagai media pembelajaran

(63)

April 1991. Penulis adalah anak ke empat dari lima bersaudara, penulis merupakan buah hati dari pasangan La Podding dengan Hj. Kayang . Penulis mengawali Pendidikan di SD Negeri 66 Cappakal pada tahun 1998 dan tamat pada tahun 2004, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di MTs DDI Patobong pada tahun 2004 dan tamat pada tahun 2007. Kemudian pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di MA DDI Patobong dan tamat pada tahun 2010. Selanjutnya, pada tahun yang sama pula penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Swasta, tepatnya di Universitas Muhammadiyah Makassar (UMM) dan menjadi mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan

Seni Rupa. Di akhir studinya penulis menyelesaikan judul skripsi “ persepsi guru

seni budaya SMA Negeri se Kabupaten Pinrang terhadap estetika bentuk patung Lasinrang”

Gambar

Gambar 1 Patung Sudirman ( www.gedibor.com )
Gambar 3 Patung Lion ( www.Sculpture.com )
Gambar 4 Patung Abstrak figuratif
Gambar 5 Patung Ismail Marzuki (www.tamanismailmarzuki.co.id)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Mengacu pada urgensi peran guru dalam menerapkan pembelajaran seni budaya, penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan peran guru dalam pembelajaran seni budaya di SMA

Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalitas guru seni rupa SMP Negeri se-Kabupaten Batang yang dinilai oleh kepala sekolah, guru seni rupa, peneliti, dan

Penanam an pendidikan karakt er dalam pembelajaran seni budaya. merupakan suatu proses kegiat an belajar yang dipahami

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis, teknik dan bentuk dari karya seni patung primitif berbahan batu oleh komunitas

Hasil penelitian dari peran guru dalam pembelajaran seni budaya di SMA Negeri 1 Seputih Banyak Lampung Tengah menunjukan bahwa guru dapat menjalankan 7 dari 9 peran guru yang

Untuk tingkat apresiasi yang kedua, yaitu apresiasi estetik ada tiga orang guru Seni Budaya yang termasuk dalam tingkatan tersebut, antara lain salah satu guru

Untuk tingkat apresiasi yang kedua, yaitu apresiasi estetik ada tiga orang guru Seni Budaya yang termasuk dalam tingkatan tersebut, antara lain salah satu guru

19 S-1 PENDIDIKAN SENI DRAMA/S-1 PENDIDIKAN SENI MUSIK/S-1 PENDIDIKAN SENI RUPA/S-1 PENDIDIKAN SENI TARI/S-1 PENDIDIKAN SENI TEATER GURU SENI BUDAYA AHLI PERTAMA Pemerintah