COHESIVENESS without
GROUPTHINK
Presented by :
Studi ini berusaha menguji peran kepaduan (Kohesi) yang berorientasi pada tugas dan hubungannya dengan kohesi emosional sosial dalam kerangka groupthink
Diprediksikan bahwa gejala-gejala groupthink setidaknya muncul ketika kohesi yang berorientasi tugas melampaui kohesi yang berorientasi emosional sosial
diprediksikan juga adanya gejala-gejala groupthink yang mungkin muncul ketika kohesi sosial pada suatu
emosional sosial yang tinggi.
gejala-gejala groupthink yang berfungsi sebagai vaiabel-variabel dependen.
Para anggota kelompok diminta menyebutkan sejauh mana mereka mengalami gejala-gejala groupthink setelah merampungkan tugas membuat keputusan. Hasilnya menunjukkan bahwa kombinasi dari kohesi yang berorientasi pada tugas yang tinggi dan sosial-emosional yang rendah akan menyebabkan persepsi gejala-gejala groupthink yang rendah.
Janis (1982b) mengklaim bahwa KOHESI adalah sesuatu yang penting bagi pemikiran kelompok, juga merupakan sebuah kecenderungan mencari kesamaan yang mendorong pada pembuatan keputusan yang buruk dalam kelompok.
Semakin besar "esprit de corps" diantara para anggota sebuah kelompok dalam membuat keputusan, semakin besar bahaya, karena pemikiran kritis independen akan digantikan oleh
pemikiran kelompok, yang kemungkinan menyebabkan
tindakan irrasional dan dehumanisasi yang diarahkan pada luar kelompok.
Tingkat kohesi kelompok yang tinggi akan menyebabkan kesalahan-kesalahan struktural dalam organisasi (misalnya isolasi kelompok, tidak adanya norma dan kepemimpinan imparsial dan homogenitas para anggota kelompok) dan
konteks situasional yang provokatif (misalnya stres tinggi dan harga diri rendah)
Janis (1982b) berkomentar bahwa:
Ketika kohesi kelompok yang didasarkan terutama
pada peluang untuk berfungsi secara kompeten pada
tugas-tugas kerja dengan anggota kelompok yang
efektif dan penilaian cermat terhadap
alternatif-alternatif kebijakan, kemungkinan akan menjadi
sebuah norma kelompok yang dipatuhi secara sadar
oleh para anggotanya
Carron et al (1985) menyebut aspek sosial dari
kohesi sebagai "orientasi umum ke arah
pengembangan dan pemeliharaan hubungan
-hubungan sosial di dalam kelompok" sementara
aspek tugas adalah "orientasi umum ke arah
pencapaian tujuan dari suatu kelompok" (hal
248).
Pentingnya aktivitas kelompok sosial-emosional
dan dikenalkan oleh Parsons dan Bales (1953)
Seperti diamati oleh Mudrack (1989), dengan
berfokus pada definisi kohesi yang terlalu
simplistik, seperti daya tarik terhadap kelompok,
disini tidak mengakui sifat multidimensionalitas
gagasan secara tepat
Model groupthink Janis (1982b) nampak
dibatasi pada konteks dimana adanya
suatu kohesi sosial-emosional yang
dominan. Disini tidak membahas
kemungkinan efek positif dan negatif dari
tipe-tipe kohesi yang berbeda.
McCauley (1989) mencatat bahwa:
Tidak mungkin internalisasi menjadi lebih
besar ketika kohesi hanya didasarkan
pada daya tarik para anggota kelompok
atau prestis keanggotaan terhadap suatu
reward yang hanya berorientasi pada
• Tipe-tipe bias pembuatan keputusan dan tingkat
kesalahan yang terjadi dalam situasi groupthink
bisa dijelaskan dengan lebih baik oleh Teori
Dinamika Kelompok yang lebih umum. Model
Dinamika Kelompok Lewin (1935), yang
membuat perbedaan antara kohesi kelompok
dan performa kelompok yang meliputi kohesi
tugas dan sosial. Sehingga tipe kohesi,akan
menentukan arah kelompok dan proses-proses
pembuatan keputusan.
• Tinjauan tentang riset kohesi (Tziner 1982a,
1982b) berkali-kali menunjukkan bahwa kohesi
sosial-emosional dan yang berorientasi tugas
akan mempengaruhi komunikasi interpersonal,
pengaruh sosial dan performa kelompok.
• McCauley (1989) mengamati bahwa manipulaisi
kohesi di masa lalu dalam studi-studi
eksperimental groupthink seringkali
menyebabkan efek yang lemah dan tidak pasti.
Problem ini dibuktikan dalam uji Callaway dan
Esser (1984) tentang efek -efek prosedur
problem solving dan kohesi pada pembuatan
keputusan kelompok. asumsinya, mereka adalah
kelompok terpilih dan kompatibel yang
diharapkan berperforma bagus.
• McCauley (1989) mencatat bahwa studi ini
menghasilkan sebuah efek untuk kohesi
kelompok. bahkan studi ini tidak secara tepat
mengakui sifat multidimensional kohesi.
• Uji parsial Leana (1985) dan model groupthink Janis (1982b) menguji efek-efek kohesi tinggi dan perilaku pemimpin.
Kelompok-kelompok kohesif membawa Informasi yang lebih banyak selama diskusi dan tidak menunjukkan reduksi dalam jumlah solusi yang diusulkan atau didiskusikan. Meski hasil-hasil ini bertentangan dengan model groupthink, manipulasi kohesi Leana mungkin memperburuk kohesi sosial-emosional dengan orientasi tugas.
• Menurut Janis 1982b, hal 245. Tipe nilai yang berasal dari keanggotaan kelompok bisa memiliki banyak bentuk, dan ini menjadi fokus studi. Agar sesuai dengan deskripsi Janis,
kohesi sosial-emosional ada ketika "esprit de crops" menjadi nilai penentu kelompok Sebaliknya, kohesi berorientasi tugas muncul ketika para anggota individu mendapatkan nilai dari keanggotaan kelompok "terutama berdasarkan pada peluang untuk berfungsi secara kompeten pada tugas-tugas kerja
dengan rekan-rekan kerja yang efektif" (Janis 1982 b, hal 247).
• Janis (1982) mengatakan :
• Studi ini mengusulkan untuk menguji efek-efek
orientasi kohesi pada fenomena groupthink.
• Hipotesis yang diusulkan:
Hipotesis 1: gejala-gejala groupthink akan kurang
nampak ketika kohesi berorientasi tugas lebih
tinggi dari kohesi sosial-emosional.
Hipotesis 2: gejala-gejala groupthink akan lebih
nampak ketika kohesi sosial-emosional tinggi.
• Meski memiliki dorongan tinggi untuk menyelesaikan
tugas, orientasi sosial emosional awalnya akan
mengganggu aktivitas-aktivitas tugas yang bisa
menghasilkan konflik di antara para anggota.
Kelompok-kelompok kohesif sosial-emosional akan
melakukan tindakan-tindakan yang memperkuat
hubungan-hubungan antar anggota meski
tindakan-tindakan mereka bisa mencegah kinerja kelompok
• Hipotesis diuji dengan membangun
kelompok-kelompok kohesif jangka pendek di dalam sebuah
seting laboratorium. Janis (1982b) menjelaskan bahwa
kelompok kohesi sosial dalam jangka panjang yang
diminta membuat serangkaian keputusan dan
kelompok kohesi sosial jangka pendek akan mengalami
tingkat kegagalan yang sama dalam membuat
• Leana (1985) mencatat bahwa kelompok-kelompok tanpa pengalaman sebelumnya bisa lebih rentan terhadap
groupthink daripada kelompok-kelompok jangka panjang. Ketika atmosfer sosial-emosional dibentuk sebagai
karakteristik penentu kelompok, jangka pendek atau panjang, kelompok diharapkan memfokuskan perhatian mereka pada kinerja yang efisien dari tugas. Karena
norma-norma sosial yang berkaitan dengan kesopanan, kelompok yang baru dibentuk ini cenderung menghindari konflik di antara para anggotanya daripada sebuah
kelompok di mana para anggotanya telah berinteraksi dalam waktu lama.
• Dengan keterbatasan riset kelompok jangka pendek di dalam laboratorium, kelompok-kelompok yang
dikembangkan dalam studi ini dimaksudkan untuk mensimulasi atau memperkirakan pola-pola Interaksi jangka panjang dari kelompok-kelompok yang sudah mapan.
SUBJECT
• Subyek-subyek dalam eksperimen ini adalah 138 wanita undergraduate dari University of North Caroline,
semuanya berpartisipasi untuk memenuhi ketentuan kursus psikologis pendahuluan.
PROSEDUR
• Subyek ditempatkan dalam 46 kelompok yang terdiri atas 3 orang, 2 kelompok pada satu waktu. Semua sesi
dilakukan oleh mahasiswa graduate pria usia 23 tahun. Banyak prosedur berikut didasarkan pada teknik-teknik yang digunakan oleh Hammond (1965) dan Back (1951).
• Ketika para subyek datang, diberitahu bawah
mereka akan menyelesaikan dua uji, mempelajari
sebuah tugas, dan kemudian mendiskusikan
tugas dalam kelompok-kelompok kecil. Tanpa
perkenalan lebih lanjut, para subyek didudukkan
di tempat-tempat terpisah dan menggunakan skil
sosial bagus dan uji skill problem solving
,• Setelah menyelesaikan test, para subyek
ditunjukkan bagaimana menggunakan dek kartu
informasi. Instruksi-instruksi tertulis dan
• Pengujian Subyek melalui dua tahap:
1.Tahap Training
Tahap training mengajari subyek untuk
bergantung pada petunjuk-petunjuk tertentu
yang ditanamkan dalam tugas pembuatan
keputusan
2.Tahap Konflik
Dalam tahap ini para Subyek bertemu untuk
membuat keputusan bersama berkaitan dengan
problem.
Hasil Pengujian ini adalah :
• Kohesi sosial-emosional terdapat pernyataan :
Saya merasa orang-orang dalam kelompok saya punya skil sosial yang tinggi dan kelompok saya berfokus menjaga atmosfer sosial positif
• Demikian pula, Kohesi berorientasi tugas
terdapat pernyataan:
Saya merasa bahwa orang-orang dalam kelompok saya memiliki skil problem solving yang tinggi dan Saya merasa kelompok saya berfokus menyelesaikan tugas
• Kelompok-kelompok dengan kohesi sosial-emosional
tinggi mengembangkan sebuah norma untuk
interaksi kelompok yang santai dan nyaman (yaitu
interaksi sosial).
• Demikian pula, kelompok dengan kohesi orientasi
tugas tinggi akan kurang menilai kelompok mereka
terhadap sikap sosial tersebut. Orietansi pada tugas
dinyatakan lebih berkatian dengan kinerja.
• Sehingga tujuan dan sasaran kelompok-kelompok
kohesif sosial-emosional secara subyektif berbeda
dari kelompok-kelompok kohesif yang berorientasi
tugas.
• Ketika berusaha meningkatkan kinerja
kelompok, para manajer dalam organisasi
menghadapi tugas yang sulit dalam
menyeimbangkan rasa kohesi
sosial-emosional dengan produktivitas kelompok.
• Jika para anggota kelompok ditekan untuk
berkinerja dengan mengorbankan kohesi
emosional sosial, maka para pekerja bisa
dengan cepat tidak puas dengan partisipasi
kelompok.
Janis menampilkan teknik untuk melawan
kecenderungan groupthink :
• Yaitu dengan mengizinkan para anggota kelompok untuk mengambil keputusan
• Kebijakan dari kelompok-kelompok independen untuk melakukan evaluasi dan diskusi.
• Para ahli dari luar harus diundang secara teratur untuk menghadiri pertemuan kelompok dan
memberikan evaluasi imparsial tentang tindakan-tindakan kelompok.
• Kelompok harus yakin membentuk sub kelompok untuk memungkinkan diskusi yang lebih detail dan mendukung atmosfer yang lebih ramah bagi
• Langkah preventif tersebut bisa mencegah terjadinya
groupthink dan juga mendukung kohesi berorientasi tugas di dalam kelompok. Selain itu, kohesi yang berorientasi pada tugas bisa didukung dengan membuat kelompok individu dengan skil-skil dan latar belakang yang berbeda untuk
mendukung diskusi tentang alternatif-alternatif yang berbeda • Studi ini memberi dasar kerja untuk menentukan bagaimana
groupthink bisa dipromosikan dan dilawan dalam kelompok-kelompok yang baru berkembang. Disini dapat diketahui
kelompok mana yang beresiko tinggi. Sehingga kelompok-kelompok tersebut bisa dipantau untuk mencegah kesalahan dalam pembuatan keputusan.