PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG DILAKUKAN OLEH PETUGAS PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
DI KABUPATEN SIJUNJUNG
ARTIKEL
Ditulis Kepada Fakultas Hukum
Universitas Bung Hatta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh: Dio Ardinata NPM: 1010012111187
Bagian Hukum Tata Negara
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2014
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PERSETUJUAN ARTIKEL
Nama : Dio Ardinata Nomor Pokok Mahasiswa : 1010012111187 Program Kekhususan : Hukum Tata Negara
Judul Skripsi : Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi Bangunan Yang dilakukan Oleh Petugas Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Sijunjung
Telah Dikonsultasikan dan disetujui oleh Pembimbing Untuk Diupload ke Webset
1. Nurbeti, S.H,M.H. (Pembimbing I)
PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG DILAKUKAN OLEH PETUGAS PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN
SIJUNJUNG
Dio Ardinata1, Nurbeti1Sanidjar Febrihariyati R1
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta Email : diodian11@gmail.com
ABSTRACT
Kabupaten Sijunjung is one of the base property tax revenues, which are levied process is assisted by the village or ellipse. In the implementation of revenue from property tax in the Kabupaten Sijunjung not make a real contribution and not optimal, so terjadila hired taxation and lack of participation or the improvement of the United Nations. As for the problem (1) What mechanisms land and building tax (PBB) conducted Sijunjung district tax officer? (2) What are the constraints faced by tax officials in the conduct Kabupaten Sijunjung property tax collection?. to answer persolan the authors conducted a study that socio-juridical approach emphasizes the problems that the legal aspects of air associated with the implementation in the field. In the mechanism of land and building tax (PBB) conducted property tax officials are starting delivery of a notice of tax payable (Marking) to the taxpayer incurred by Director General of Taxes through KP PBB, the delivery of a notice of tax payable (SPPT) starts from KP PBB printing by PBB, and to the Office continued to Sijunjung income, which is distributed to village the next or ellipse through the district. Once the collector officers report to the village administrative officer forwarded to the sub and then forwarded to the Office of the Kabupaten Sijunjung DPKD income
.
Keywords: Voting PBB, Tax Officer, Kabupaten Sijunjung
PENDAHULUAN
Kata “pajak" sering kali kita dengar dan ucapkan, pada saat berbelanja, makan di restoran, atau saat parkir di terminal. Kita selalu mendengar sebutan “pajak” saat melakukan pembayaran terhadap produk yang kita beli di sana. Awalnya, pajak berupa pungutan wajib, tepatnya iuran wajib dari rakyat bagi raja pada
penguasa, selanjutnya, uang uang pajak digunakan raja dan keluarganya untuk membiayai kehidupan sehari-harinya di samping membayar tentara yang akan menjaga keamanan negara. Pada masa itu, pajak benar-benar menjadi hak penguasa.
Dengan pemberian Otonomi dan Desentralisasi kepada pemerintah Daerah,
pajakhasil bumi, yang namanya kemudian diubah menjadi IPEDA, hasilnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah, walupun pajak itu masih merupakan pajak Pemerintah pusat. Hasil Ipeda digunakan untuk membiayai pembangunan Daerah. Tetapi sangat disayangkan bahwa dasar hukum Ipeda sangat lemah, untuk tidak dikatakan, bahwa tidak ada dasar hukumnya, memang maksud Ipeda ialah untuk menggantikan Verponding, Inlands Verponding dan pajak hasil bumi yang
pada waktu itu merupakan pajak atas harta tak gerak. Tetapi belum pernah ada Undang-undang yang menghapuskan Verponding, Inlands Verponding dan pajak
hasil bumi. Selanjutnya masing-masing Daerah dapat mengubah peraturan Ipeda, maka pajak bumi dan bangunan baru, merupakan suatu jalan keluar yang sangat berharga, yang memberikan dasar hukum yang kuat, lagi pula memberikan keseragaman, sehingga pungutan itu tidak dilakukan secara simpang siur di masing-masing Daerah.
Pajak bumi dan bangunan (PBB) yang saat ini dikenal oleh masyarakat luas sebagai pajak atas pemilikan dan pemanfaatan bumi dan bangunan di Indonesia merupakan perubahan atas berbagai jenis pajak atas pajak (dan juga bangunan) yang sebelum tahun 1986 di berlakukan di Indonesia. Dalam sejarah panjang bangsa Indonesia, pajak atas bumi dapat dikatakan sebagai jenis pungutan (pajak) yang paling tua. Pungutan yang dikenakan atas bumi dan hasil bumi telah dikenakan oleh penguasa kepada rakyat sejak masa penjajahan, bahkan sebenarnya sudah sejak zaman Kerajaan-kerajaan. Hanya saja nama pungutan tersebut mungkin belum dibakukan, tetapi pada dasarnya sama dengan pajak bumi dan bangunan. Baru abad ke-17 dan seterusnya, pada saat Indonesia berada dalam penjajahan Belanda dan Inggris, pajak atas bumi diberlakukan secara resmi dengan nama yang baku. Berbagai jenis pajak atas bumi dan juga bangunan kemudian diterapkan di Indonesia dengan
berbagai nama dan aturan, di mana ketentuan tentang pajak tersebut disesuaikan oleh Pemerintah yang berkuasa pada masa tertentu di Indonesia.
Pemungutan pajak bumi dan bangunan dilakukan dengan dilandasi pada dasar hukum yang kuat, yaitu Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak bumi dan bangunan. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 merupakan bagian dari reformasi perpajakan yang telah dilakukan di Indonesia sejak tahun 1983. Dalam konsideran menimbang dinyatakan tentang dasar pertimbangan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985, yaitu :
a. Bahwa pajak salah satu sumber penerimaan Negara yang sangat penting artinya bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan Nasional sebagai pengamalan pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
b. Bahwa bumi dan bangunan memberikan keuntungan dan atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat atasnya.
c. Bahwa sesuai dengan amanat yang terkandung dalam garis-garis besar haluan Negara tahun 1983 perlu diadakan
pembaharuan sistem
perpajakan, sehingga dapat mewujudkan peran serta dan kegotongroyongan masyarakat sebagai potensi yang sangat besar dalam pembangunan Nasional.
Bahwa perpajakan yang berlaku selama ini, khususnya pajak kebendaan dan pajak kekayaan, telah menimbulkan beban pajak berganda bagi masyarakat dan oleh karena itu perlu diakhiri melalui
pembaharuan sistem perpajakan yang sederhana, mudah, adil, dan memberi kepastian hukum.
Berkaitan dengan penerimaan pajak bumi dan bangunan yang di peroleh oleh Pemerintah Kabupaten Sijunjung, sebagai mana banyak terlihat masih banyaknya kekurangan-kekurangan yang ada di dalamnya, terutama masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan yang menjadi kewajibannya. Sejalan dengan hal tersebut Pemerintah sering melakukan suatu teknik pemberian motivasi pada pemerintah bawahannya seperti Camat, Kepala Lurah dan Desa dengan memberikan penghargaan bagi mereka yang memenuhi target pencapaian pajak bumi dan bangunandalam tahun pajak berjalan, namun berkaitan dengan hal tersebut banyak kejanggalan yang ditemukan di lapangan dan sudah menjadi rahasia umum, sering kali Kepala Desa atau Lurah melunasi sendiri pajak bumi dan bangunan dari uang pribadi ataupun
kas Desa untuk menutupi kekurangan pembayaran pajak bumi dan bangunan sebelum masa akhir pembayaran pajak.
Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan dapat disebabkan oleh banyak faktor antara lain seperti kurang pahamnya masyarakat arti dari pada pajak bumi dan bangunan dalam pembiayaan pembangunan, kurangnya bukti nyata dari pajak yang dibayarkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kurang giatnya petugas pajak dalam melakukan penagihan dan sikap apatis dari masyarakat itu sendiri dalam membayar pajak.
Untuk mempermudah
pelaksanaannya, administrasi pajak bumi dan bangunan mengelompokkan objek pajak berdasarkan karakteristiknya dalam beberapa sektor yaitu pedesaan, perkebunan dan pertambangan. Dapat terlihat di dalam penjelasan sebagai berikut:
1. Sektor pedesaan adalah objek pajak bumi dan bangunan dalam suatu wilayah yang memiliki ciri-ciri pedesaan seperti: sawah, ladang dan lain-lain.
2. Sektor perkebunan adalah objek pajak bumi dan bangunan yang di usahakan dalam bidang budidaya perkebunan, baik yang di usahakan BUMN, BUMD, maupun swasta. 3. Sektor pertambangan adalah objek
pajak bumi dan bangunan di bidang usaha yang menghasilkan komoditas hasil tambang seperti emas dan minyak.
Pajak bumi dan bangunan (PBB) memiliki peran yang cukup besar bagi kelangsungan dan kelancaran pembangunan, sehingga perlu ditangani dan dikelola lebih intesif. Penanganan dan pengelolaan tersebut diharapkan mampu menuju tertib administrasi serta mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan pembangunan di Kabupaten Sijunjung.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Mekanisme pemungutan pajak bumi dan bangunan (PBB) yang dilakukan petugas pajak Kabupaten Sijunjung ?
2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi petugas pajak di Kabupaten Sijunjung dalam melakukan pemungutan pajak bumi dan bangunan ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui mekanisme pemungutan pajak bumi dan bangunan (PBB) yang
dilakukan petugas pajak di Kabupaten Sijunjung.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang di hadapi petugas pajak dalam melakukan pemungutan pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Sijunjung.
METODE PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian, diperlukan suatu metode agar penelitian yang dilakukan lebih terstruktur dan sistematis. Berkaitan dengan hal ini, metode yang penulis lakukan yakni berupa jenis penelitian, sifat penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah berupa penelitian Hukum yuridis sosiologis yaitu pendekatan masalah yang menekankan pada aspek hukum yang berlaku dikaitkan dengan pelaksanaan di lapangan.
Penulis melakukan penelitian di lapangan untuk mendapatkan data primer, yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang di teliti yaitu petugas pajak di kabupaten si junjung.
2. Sifat penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diuraikan sehingga memberikan gambaran yang menyeluruh dan sistematis mengenai Pelaksanan pemungutan pajak bumi dan bangunan yang dilakukan oleh petugas pajak bumi dan bangunan. 3. Sumber Data
Data penelitian yang diperlukan adalah data primer dan data skunder.
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan melalui wawancara yaitu Kepala bagian
pendapatan DPKD Kabupaten sijunjung yakni Ibu Penti dan Kepala Jorong Muaro Gambok yakni Bapak Danusri Afo.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan kepustakaan yang terdiri dari :
1. Bahan hukum primer
a. Peraturan Daerah Kabupaten Sijunjung No 1 Tahun 2012, tentang pajak Daerah.
b. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, yang terdiri dari buku-buku literatur serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pemungutan pajak
yang dilakukan oleh petugas pajak bumi dan bangunan Kabupaten Sijunjung.
4. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data adalah teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah.
a. Studi dokumen.
Studi dokumen
merupakan teknik
pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan pemungutan pajak bumi dan bangunan yang dilakukan oleh petugas pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Sijunjung.
b. Wawancara.
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui tanya jawab antara penulis dengan responden yaitu Kepala bagian pendapatan Dinas pengelolaan keuangan Daerah (DPKD) Kabupaten Sijunjung yakni Ibu Penti, alat yang digunakan dalam teknik wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan terstruktur.
5. Analisis Data
Terhadap data yang diperoleh baik data primer maupun sekunder, dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis kualitatif, yaitu data yang telah terkumpul dikelompokkan secara sistematis menurut aspek-aspek yang diteliti dan diambil suatu kesimpulan, kemudian dipaparkan dalam bentuk kalimat.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Menurut hasil wawancara penulis dengan Ibu Penti selaku Kepala bagian
Pendapatan Dinas pendapatan (DPKD) Kabupaten Sijunjung, Proses pemungutan pajak bumi dan bangunan sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Sijunjung Nomor 14 Tahun 2012 tentang pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan, di awali dengan menyampaikan SPPT kepada wajib pajak, SPPT merupakan surat ketetapan yang dikeluarkan oleh Dirjen pajak melalui KP PBB. mekanisme penyampaian SPPT ini dimulai dari pencetakan oleh KP PBB kemudian diteruskan oleh Dinas pendapatan Kabupaten Sijunjung, selanjutnya baru didistribusikan ke Desa/Kelurahan melalui kecamatan-kecamatan.
Mekanisme pemungutan pajak bumi dan bangunan (PBB) antara lain :
1. Tahap I
Wajib pajak
mendaftarkan objek pajak ke KPP dengan mengisi surat pemberitahuan objek pajak
(SPOP) paling lambat 30 hari setelah menyerahkan SPOP.
2. Tahap II
Surat
pemberitahuan pajak terutang (SPPT) diterbitkan dalam rangkap 1 yang di tandatangani oleh kepala KPP, setelah
diterbitkan surat
pemberitahuan pajak terutang (SPPT), SPPT diserahkan ke Dinas pengelolaan keuangan Daerah (DPKD) Kabupaten Sijunjung.
3. Tahap III
Surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT) pajak bumi dan bangunan yang telah diterima oleh
DPKD Kabupaten
Sijunjung di susun kembali berdasarkan urutan kecamatan,
kemudian diteruskan kepada kecamatan yang bersangkutan melalui wali Nagari di kecamatan. 4. Tahp IV
Wali Nagari atau staff wali Nagari di kecamatan
mengelompokkan surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT) pajak bumi dan bangunan per desa dalam jangka waktu dua hari, setelah itu staaf atau wali Nagari menyebar luaskan kepada seluruh Desa atau Jorong.
5. Tahap V
Surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT) pajak bumi dan bangunan yang telah di himpun Kepala Jorong di bagikan kepada masyarakat atau wajib pajak, surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT) pajak
bumi dan bangunan disampaikan secara langsung kepada wajib pajak atau kuasanya dalam waktu paling lama 15 hari.
6. Tahap VI
Surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT) pajak bumi dan bangunan yang tidak dapat disampaikan oleh ketua Jorong dikembalikan ke wali nagari di Kecamatan. 7. Tahap VII
Dalam waktu enam hari sejak surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT) pajak bumi dan bangunan yang diserahkan oleh ketua jorong kepada wali nagari tidak diambil wajib pajak, selanjutnya wali Nagari atau staff wali Nagari mengirimkan surat pemberitahuan pajak
terutang (SPPT) pajak bumi dan bangunan tersebut kepada DPKD Kabupaten Sijunjung .
Setelah menyampaikan SPPT kepada wajib pajak, petugas melaporkan hasilnya kepada petugas administrasi Desa untuk dilaporkan kepada Camat dan selanjutnya camat menyampaikan laporan perkembangan SPPT kepada kepala Dinas pendapatan atau Kepala bagian pendapatan DPKD Kabupaten Sijunjung. Jangka waktu pembayaran pajak bumi dan bangunan paling lambat enam bulan setelah di sampaikan atau dikeluarkannya surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT), jika wajib pajak belum membayar tagihan lewat dari 6 bulan setelah di keluarkannya surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT), maka petugas pajak atau kolektor pajak dengan di dampingi
kepala maupun staf bagian pendapatan Dinas pengelolaan keuangan Daerah di bolehkan secara langsung memungut pajak selama tahun tersebut, dan jika lewat dari tahun tersebut wajib pajak belum juga membayar atau melunasi tagihan pajaknya, maka wajib pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga 2% sebulan, dihitung dari pajak yang kurang dibayar atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak.
Hal yang sama juga diungkapkan salah satu wajib pajak, bahwa waktu pembayaran tagihan pajak palinglambat 6 bulan setelah dikeluarkannya surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT) dan akan di kenakan sanksi berupa denda 2% apa bila tidak membayar tagihan pajak leawat dari tahun di keluarkannya surat
pemberitahuan pajak terutang (SPPT).
Simpulan.
1. Mekanisme pemungutan pajak bumi dan bangunan (PBB) yang dilakukan petugas pajak bumi dan bangunan adalah di awali penyampaian surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT) kepada wajib pajak yang dikeluarkan oleh Dirjen Pajak melalui KP PBB, penyampaian surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) dimulai dari percetakan oleh KP PBB, dan dilanjutkan kepada ke Dinas pendapatan Sijunjung, yang selanjutkan didistribusikan ke Desa atau jorong melalui kecamatan. Setelah itu petugas pemungut melaporkan hasilnya kepada petugas administrasi desa di teruskan kepada kecamatan dan selanjutnya diteruskan ke Dinas pendapatan DPKD Kabupaten Sijunjung.
2. Sebulan sekali koordinator atau kepala Jorong melaporkan perkembangan surat
pemberitahuan pajak terutang (SPPT) kepada Kepala Dinas pendapatan DPKD Kabupaten Sijunjung lewat Camat pernagari . Petugas pemungut pajak mempunyai tugas mencocokkan Nama-nama wajib pajak yang tertera dalam Daftar himpunan ketetapan pajak dengan SPPT wajib pajak. Penyampaian SPPT atau surat pemberitahuan pajak terhutang dari kecamatan kepada Desa dan dari Desa kepada petugas pemungut pajak, kemudian baru sampailah kepada wajib pajak yang harus dilaksanakan.
Pemungutan dilakukan oleh Kepala Jorong atau kolektor pajak secara langsung dengan didampingi kepala maupun staf bagian pendapatan Dinas pengelolaan keuangan Daerah (DPKD), apabila wajib pajak tidak membayar atau melunasi pajak bumi dan bangunan sesuai dengan STP 6 bulan setelah
dikeluarkannya surat
pemberitahuan pajak terutang yang sudah di tetapkan..
3. Kendala-kendala yang di hadapi oleh petugas pajak dalam melakukan pemungutan pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Sijunjung.
a. Kurangnya kesadaran masyarakat atau wajib pajak dalam mebayar pajak bumi dan bangunan (PBB).
b. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pajak bumi dan bangunan (PBB).
c. Terdapatnya pajak berganda, sehingga wajib pajak tidak mau membayar tarif pajak bumi dan bangunannya.
d. Adanya data yang tidak valid. e. Kurangnya bukti nyata atas
pembangunan, sehingga masyarakat atau wajib pajak kurang peduli dalam membayar pajak bumi dan bangunan (PBB) B. Saran
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut :
1. Hendaknya pihak kecamatan atau pihak Kabupaten memberikan penghargaan kepada Desa atau Jorong yang realisasi pemungutan pajak bumi dan bangunan paling tinggi, sebagai motivasi oleh kepala jorong atau kolektor pajak untuk lebih giat dan semangat lagi dalam memungut pajak
2. Diadakannya sosialisasi tentang pajak bumi dan bangunan, agar masyarakat atau wajib pajak mengerti pentingnya membayar pajak bumi dan bangunan (PBB)
3. Pendataan terhadap objek dan subjek pajak bumi dan bangunan agar lebih baik dan lebih jelas lagi, agar tidak ada lagi data yang tidak valid. 4. Agar Pemerintah Kabupaten
lebih meningkatkan bukti nyata terhadap pembangunan Daerah.