Nurul L. Winarni
Appendix 1. Diversity, Abundance, dan Species Richness
Data diambil dari pengamatan burung pada 2 jenis ficus, F. stupenda dan F. benjamina. Keduanya berbeda dalam hal ukuran buah dengan F. stupenda lebih besar ukurannya daripada F. benjamina. Perhatikan perbedaan indeks Margalef, Indeks keragaman Shannon-Wiener (H’), Indeks Keragaman Simpson (D), dan Indeks Kemerataan (E). Ficus jenis mana yang mempunyai keragaman yang lebih tinggi? Bagaimana dengan kemerataannya? Apa yang dapat disimpulkan tentang kedua jenis Ficus ini?
Tabel 1. Penggunaan formula pada Excel (log 10 digunakan pada pembuatan kurva kelimpahan species)
Tabel 2. Data dan perhitungan pada Ficus stupenda
Ficus stupenda 2A350
No Jenis ind Log 10 pi Ln pi pi ln pi pi2 n(n-1)
1 Treron capellei 350 2.544 0.566 -0.569 -0.322 0.321 122150.000 2 Treron curvirostra 221 2.344 0.358 -1.028 -0.368 0.128 48620.000 3 Irena puella 10 1.000 0.016 -4.124 -0.067 0.000 90.000 4 Pycnonotus brunneus 10 1.000 0.016 -4.124 -0.067 0.000 90.000 5 Aceros undulatus 8 0.903 0.013 -4.347 -0.056 0.000 56.000 6 Gracula religiosa 5 0.699 0.008 -4.817 -0.039 0.000 20.000 7 Megalaima chrysopogon 3 0.477 0.005 -5.328 -0.026 0.000 6.000 8 Megalaima mystacophanos 3 0.477 0.005 -5.328 -0.026 0.000 6.000 9 Chloropsis cochinchinensis 3 0.477 0.005 -5.328 -0.026 0.000 6.000 10 Buceros vigil 3 0.477 0.005 -5.328 -0.026 0.000 6.000 11 Buceros rhinoceros 1 0.000 0.002 -6.426 -0.010 0.000 0.000 12 Corvus enca 1 0.000 0.002 -6.426 -0.010 0.000 0.000 jumlah ind 618 jumlah jenis 12 Indeks Margalef 1.712 Indeks keragaman H' 1.043 Indeks keragaman D 0.449 Indeks Kemerataan E 0.420
Nurul L. Winarni Tabel 3. Data dan perhitungan pada Ficus benjamina
Ficus benjamina 2gh 800
No Jenis Ind Log 10 pi Ln pi pi ln pi pi2 n(n-1)
1 Treron curvirostra 89 1.949 0.374 -0.984 -0.368 0.140 7832.000 2 Pycnonotus brunneus 69 1.839 0.290 -1.238 -0.359 0.084 4692.000 3 Chloropsis sonnerati 18 1.255 0.076 -2.582 -0.195 0.006 306.000 4 Treron capellei 12 1.079 0.050 -2.987 -0.151 0.003 132.000 5 Calyptomena viridis 11 1.041 0.046 -3.074 -0.142 0.002 110.000 6 Irena puella 8 0.903 0.034 -3.393 -0.114 0.001 56.000 7 Pycnonotus melanicterus 6 0.778 0.025 -3.681 -0.093 0.001 30.000 8 Megalaima mystacophanos 5 0.699 0.021 -3.863 -0.081 0.000 20.000 9 Buceros vigil 4 0.602 0.017 -4.086 -0.069 0.000 12.000 10 Megalaima chrysopogon 4 0.602 0.017 -4.086 -0.069 0.000 12.000 11 Gracula religiosa 4 0.602 0.017 -4.086 -0.069 0.000 12.000 12 Calorhamphus fuliginosus 2 0.301 0.008 -4.779 -0.040 0.000 2.000 13 Ducula aenea 2 0.301 0.008 -4.779 -0.040 0.000 2.000 14 Aceros undulatus 1 0.000 0.004 -5.472 -0.023 0.000 0.000 15 Oriolus xanthonotus 1 0.000 0.004 -5.472 -0.023 0.000 0.000 16 Picus miniaceus 1 0.000 0.004 -5.472 -0.023 0.000 0.000 17 Anthreptes singalensis 1 0.000 0.004 -5.472 -0.023 0.000 0.000 jumlah ind 238 jumlah jenis 17 Indeks Margalef 2.924 Indeks keragaman H' 1.881 Indeks keragaman D 0.234 Indeks Kemerataan E 0.664
Sekarang perhatikan kurva kelimpahan species pada kedua jenis Ficus. Apakah keduanya mempunyai model kurva yang sama?
Species rank abundance
0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Jumlah species log 10 F. benjamina F. stupenda
Nurul L. Winarni
Appendix 2. Contoh penggunaan uji ANOVA
Survey rangkong yang dilakukan di suatu lokasi mendapatkan data beberapa jenis rangkong yang sebagian bersifat territorial dan sisanya bersifat non-teritorial. Jenis-jenis territorial umumnya adalah jenis rangkong bertubuh kecil yang berkelompok dan mempunyai daerah jelajah yang tidak luas. Sebaliknya non-teritorial umumnya bertubuh besar dan mempunyai daerah jelajah luas. Kita ingin mengetahui apakah ada
perbedaan antara kepadatan rangkong territorial dan non-teritorial berdasarkan kelas luasan area (kelas luasan dibagi menjadi 4: 1 = <1000 ha, 2 = 1000-5000 ha, 3 = 5000-10000 ha, 4 = >10000). Perhatikan bahwa kita mempunyai 4 data yang ingin kita bandingkan (4 kelas area).
Hipotesa untuk rangkong territorial
H0 = tidak ada perbedaan dalam kepadatan rangkong territorial pada berbagai kelas luasan
Ha = ada perbedaan dalam kepadatan rangkong territorial pada berbagai kelas luasan
Hipotesa untuk rangkong non-teritorial
H0 = tidak ada perbedaan dalam kepadatan rangkong non-territorial pada berbagai kelas luasan
Ha = ada perbedaan dalam kepadatan rangkong non-territorial pada berbagai kelas luasan
Nurul L. Winarni
Hasil ANOVA dengan SPSS Oneway Descriptives 6 .30 .733 .299 -.47 1.07 0 2 5 1.88 3.115 1.393 -1.99 5.75 0 7 5 1.32 1.271 .568 -.26 2.90 0 3 2 2.59 1.776 1.256 -13.37 18.55 1 4 18 1.28 1.912 .451 .33 2.23 0 7 6 2.895650 1.7257476 .7045335 1.084589 4.706711 .6950 4.8647 5 .791900 .1622854 .0725762 .590396 .993404 .5560 .9266 5 5.695900 3.8568550 1.7248380 .906982 10.484818 1.3899 10.4240 2 10.876400 8.2061156 5.8026000 -62.852624 84.605424 5.0738 16.6790 18 3.975872 4.2672125 1.0057916 1.853837 6.097907 .5560 16.6790 1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total TERRITHB Nonterrhb
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for
Mean
Nurul L. Winarni Perhatikan hasil uji ANOVA di atas, pada jenis rangkong territorial, tidak ada perbedaan pada kepadatan yang ditemukan pada berbagai kelas luas area (P = 0.420). Sedangkan rangkong non territorial terdapat perbedaan signifikan pada kepadatan di berbagai kelas luas area (P = 0.01). Untuk melihat kelas mana yang berbeda, perhatikan uji post-hoc di bawah ini.
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets TERRITHB Duncana,b 6 .30 5 1.32 5 1.88 2 2.59 .151 CLASS 1 3 2 4 Sig. N 1 Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.750. a.
The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. b. Nonterrhb Duncana,b 5 .791900 6 2.895650 5 5.695900 2 10.876400 .064 1.000 CLASS 2 1 3 4 Sig. N 1 2
Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.750. a.
The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
b.
Hasil Uji post hoc di atas memperlihatkan bahwa kepadatan rangkong non-teritorial berbeda pada kelas luas area 4 (luas area >10.000 ha) dibandingkan dengan ketiga kelas area lainnya. Ini menunjukkan bahwa rangkong non-teritorial sangat membutuhkan area yang cukup luas.
ANOVA 11.002 3 3.667 1.004 .420 51.114 14 3.651 62.116 17 167.717 3 55.906 5.518 .010 141.838 14 10.131 309.555 17 Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total TERRITHB Nonterrhb Sum of
Nurul L. Winarni
Appendix 3. Contoh penggunaan regresi linier
Pada survey jenis-jenis pheasant di suatu lokasi, didapat data jumlah jenis pheasant pada berbagai luas area. Kita ingin mengetahui apakah semakin luas area, semakin banyak jenis pheasant yang ditemukan atau dengan kata lain, kita ingin mengetahui apakan jumlah jenis pheasant yang ditemukan berhubungan dengan luas area. Perhatikan data di bawah ini. Pada data ini, luas area sudah ditransformasi menjadi log10. Analisis regresi linier kali ini dilakukan dengan Excel melalui fasilitas Data Analysis.
Nurul L. Winarni Perhatikan hasil di atas. Jumlah jenis pheasant secara signifikan berhubungan dengan makin luas suatu area (P = 0.001) dengan nilai R2 = 0.48 yang berarti bahwa hubungannya tidak terlalu kuat.