DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xvii
DAFTAR GAMBAR xviii
DAFTAR LAMPIRAN xx
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 6
Ruang Lingkup Penelitian 7
Kebaruan (Novelty) 7
2 TINJAUAN PUSTAKA 7
Sistem Peringatan Dini (Early Warning Systems) 8
Siklus Kritis 8
Siklus Deteksi Dini 9
Mitigasi 11
Teori Kelembagaan 12
Terminal Petikemas 13
Aliran Barang di Terminal 13
Operasi Terminal 14
Kajian Penelitian Terdahulu 16
Penelitian Waktu endap petikemas (Dwell Time) dan YOR 16
Penelitian Operasional Terminal Petikemas 18
Logistik 22
Sejarah Logistik 22
Definisi Logistik 23
Mekanisme Logistik 24
Sistem 25
Pendekatan Sistem 26
Tahapan Pendekatan Sistem 27
Keunggulan Pendekatan Sistem 28
Kelemahan Pendekatan Sistem 29
Teknik Analisis Data 29
Persamaan Pearson 30
Prakiraan (Forecasting) 30
Analytical Hierarchy Process (AHP) 30
Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS) 33
Interpretative Structural Modeling (ISM) 36
Rangkuman Tinjauan Pustaka 41
Sistem Loop tertutup 41
3 METODE PENELITIAN 42
Waktu dan Tempat 42
Alur Penelitian 43
Kerangka Operasional penelitian 45
Perancangan Model 46
xvi
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Pendekatan Penelitian yang Digunakan 46
Perancangan Model 46
Jenis dan Sumber Data 48
Teknik Pengambilan Data 50
Metode Pengembangan Model 50
Metode Analisis Data 51
Analisis Korelasi 52
Metode Prakiraan (Forecasting) 52
Metode Analitical Hierarchy Process (AHP) 53
Metode Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS) 54 Metode Interpretative Structural Modeling (ISM) 55
4 ANALISIS SITUASIONAL 56
PT. Jakarta International Container Terminal 56
Mekanisme dan Proses Bisnis terutama Impor 59
Prosedur manual : 59
Prosedur dengan sistem pelayanan elektronik 60
Dwelling time menurut Bea dan Cukai 61
Para Pemangku Kepentingan 62
Rencana Penyelesaian Masalah 63
Menentukan Hasil Analisis Korelasi, Prakiraan Dwelling Time dan
YOR 64
Permasalahan pada Rancang bangun Model Sistem Peringatan Dini 69
Tujuan Program EWS 70
Aktivitas yang dibutuhkan untuk membangun program EWS 74 Sektor pemangku kepentingan yang terpengaruh program EWS 77
5 RANCANG BANGUN MODEL SISTEM PERINGATAN DINI 79
Tata Laksana Penelitian 79
Hasil Analisis ANFIS 81
Merancang Model EWS Dengan ANFIS 81
Struktur ANFIS Model 1 dan 2 83
 Cara Mencari Konstanta k 88
 Validasi dan Verifikasi 89
 Implementasi Sistem 90
 Validasi dan Verifikasi dengan kondisi sebenarnya 92
 Revisi Rule Base 93
 Hasil Training 4 94
 Validasi dan verifikasi setelah revisi rule base 94 Pembahasan Analisis ANFIS dan Keterbatasan Model 96 Alternatif Solusi Mengatasi Waktu Endap Petikemas dalam Rangka
Mitigasi 97
Mitigasi YOR di atas Normal 99
Generalisasi Model 101
Simpulan 102
6 MERANCANG MODEL KELEMBAGAAN SINERGITAS 102
Tata Laksana Penelitian 102
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Strategi Penurunan DT dengan AHP 102
Hasil Penelitian 104
Pembahasan 105
Kendala Utama Implementasi EWS 109
Pemangku Kepentingan yang Terlibat dalam Pelaksanaan Program 110
Model Kelembagaan Sinergitas 116
Keterbatasan Model Kelembagaan Sinergitas 119
Simpulan 119
7 PEMBAHASAN UMUM DAN IMPLIKASI MANAJERIAL 120
Pembahasan Umum 120
Implikasi Manajerial 122
8 SIMPULAN DAN SARAN 123
Simpulan 123
Saran 123
DAFTAR PUSTAKA 125
LAMPIRAN 135
DAFTAR TABEL
1 Estimasi biaya logistik Indonesia oleh ITB, ALI dan Bank Dunia 2013 2 2 Masalah organisasi dalam penerapan sistem deteksi dini 10
3 Penelitian operasional terminal petikemas 19
4 Nilai skala yang digunakan dalam AHP dan definisinya 33
5 Analisis kebutuhan pemangku kepentingan 46
6 Daftar responden pakar terpilih 48
7 Cara memperoleh dan pengolah data penelitian sesuai tujuan
penelitian 49
8 Keterkaitan antara sub elemen pada teknik ISM 55 9 Perbandingan dwelling time di pelabuhan Tanjung Priok. 61 10 Nilai perbandingan data dan hasil prakiraan dwell time dan YOR
tahun 2015-2018 65
11 Perbandingan hasil prediksi nilai YOR dengan beberapa metode 80
12 Rancangan model training 1 82
13 Rancangan model training 2 82
14 Rancangan model training 3 84
15 Hasil percobaan training 1 86
16 Hasil percobaan training 2 87
17 Ringkasan nilai YOR berdasarkan kelas 88
18 Rentang nilai K padaYOR 88
19 Hasil percobaan training 3 89
20 Rule based prediksi YOR dengan ANFIS 92
21 Revisi Rule based prediksi YOR dengan ANFIS 93
xviii
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
22 Hasil percobaan setelah revisi rule base 94
23 Matriks hasil sintesis metode ISM 115
DAFTAR GAMBAR
1 Siklus kritis (Fink 1986) 8
2 Siklus deteksi dini (Gilad 2004) 10
3 Siklus manajemen darurat 11
4 Arus ekspor-impor petikemas dalam terminal 14 5 Area Operasi Terminal petikemas dan Aliran transportasi 15
6 Skema yang mewakili terminal petikemas 15
7 Sejarah perkembangan logistik 23
8 Hubungan antar bagian mekanisme logistik 24
9 Tahapan pendekatan sistem (Marimin 2008) 27
10 Diagram kotak gelap (Marimin 2008) 28
11 Bentuk umum abstraksi sistem hirarki (hipotetik) 31
12 Struktur ANFIS (Marimin et al. 1997) 34
13 Struktur simulasi program matlab 36
14 Sistem peringatan dini (Sistem loop tertutup) 42
15 Lokasi PT. JICT (Sumber PT. JICT 2016) 42
16 Alur penelitian (a) model EWS dan (b) model sinergitas kelembagaan 44
17 Kerangka operasional penelitian 45
18 Diagram lingkar sebab-akibat 47
19 Diagram kotak hitam model sistem peringatan dini (EWS) pengelolaan
lapangan penumpukan petikemas di PT. JICT 47
20 Diagram teknik ISM (Saxena 1992) 56
21 Lay out lapangan penumpukan PT. JICT 59
22 Proses bisnis impor barang di JICT 60
23 Korelasi antara DT dan YOR 64
24 Prakiraan dwelling time dengan metode Winter 65
25 Prakiraan YOR Metode Winter 66
26 Perbandingan DT realiasi dan DT model prakiraan 66 27 Perbandingan YOR realiasi dan YOR model prakiraan 67 28 Matriks driver power-dependence elemen tujuan program EWS 70
29 Struktur hirarki elemen tujuan program EWS 71
30 Matriks driver power-dependence elemen kebutuhan dari program 71 31 Struktur hirarki elemen kebutuhan program EWS 72 32 Matriks driver power-dependence elemen kendala utama 73 33 Struktur hirarki elemen Kendala utama pembangunan EWS 74 34 Matriks driver power-dependence elemen aktivitas yang dibutuhkan untuk
membangun program EWS 74
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
35 Struktur hirarki elemen aktivitas yang dibutuhkan untuk membangun program
EWS 75
36 Matriks driver power-dependence elemen perubahan yang dimungkinkan
dengan adanya EWS 76
37 Struktur hirarki elemen perubahan yang dimungkinkan dengan adanya EWS 77 38 Matriks driver Power-Dependence elemen sektor pemangku kepentingan yang
terpengaruh program EWS 78
39 Struktur hirarki elemen sektor pemangku kepentingan yang terpengaruh
program EWS 79
40 Tata laksana penelitian EWS dengan Metode ANFIS 81 41 Struktur ANFIS pada proses Training 1 dan 2 83 42 Struktur ANFIS setelah penambahan konstanta k 84
43 Deskripsi nilai throughput tahun 2011-2014 85
44 Deskripsi nilai dwell time tahun 2011-2014 85
45 Deskripsi YOR Tahun 2011-2014 85
46 Proses pelatihan model ANFIS 86
47 Visualisasi hasil pengujian 87
48 Hasil prediksi model terhadap observasi (RMSE : 0.08) 89
49 Halaman muka sistem 90
50 Simulasi tanpa nilai k 90
51 Simulasi dengan nilai k 91
52 Contoh hasil prediksi pada bulan Mei 2016 91
53 Validasi dan verifikasi model dengan kondisi lapangan 93 54 Hasil prediksi model terhadap observasi (RMSE : 0.086) 94
55 Simulasi 1 setelah revisi rule base 95
56 Simulasi 2 setelah revisi rule base 95
57 Hasil prediksi ANFIS setelah revisi rule base untuk bulan Agustus 2016 96 58 Hirarki alternatif solusi mengatasi waktu endap (dwell time) 98 59 Hirarki hasil AHP untuk alternatif strategi mengatasi waktu endap (dwell
time) 105
60 Matriks driver Power-Dependence elemen Kendala utama implementasi
EWS 109
61 Struktur hirarki elemen Kendala utama implementasi EWS 110 62 Matriks driver Power-Dependence elemen Pemangku kepentingan yang
terlibat dalam pelaksaan program EWS 111
63 Struktur hirarki elemen Pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksaan
program EWS 112
64 Model Kelembagaan sinergitas untuk aplikasi model EWS Pengelolaan
Lapangan Penumpukan. 117
xx
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil olahan ISM 137
2 Hasil olahan AHP penentuan strategi penurunan DT 154 3 Hasil olahan AHP penentuan alternatif solusi menurunkan DT 161 4 Data operasional harian PT. JICT dari tahun 2011 - 2015 165
5 Representasi Himpunan keanggotaan Fuzzy 206
6 Hasil Representasi Himpunan keanggotaan Fuzzy setelah revisi rule base 209
DAFTAR ISTILAH
Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS)
salah satu teknik neuro-fuzzy, ANFIS merupakan metode matematik yang dikembang oleh Roger Jang sejak tahun 1993 yang mampu mengidentifikasi dan menduga suatu model data. Suatu teknik optimasi yang menggabungkan jaringan saraf tiruan dan logika fuzzy. Jaringan saraf tiruan mengenal pola dan menyesuaikan dengan perubahan pola. Logika fuzzy menggabungkan pengetahuan manusia dan menarik kesimpulan untuk membuat suatu keputusan.
Analytical Hierarchy Process (AHP)
analisis yang digunakan untuk membantu para pengambil keputusan manajerial secara hierarki dan bersifat diterministik
Capacity kapasitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah daya tampung terminal dalam menangani bongkar dan muat petikemas.
Chassis/Trailer Alat untuk mengangkut petikemas.
Container petikemas dengan ukuran dan bentuk yang standard secara internasional, ukuran antara lain : 20 feet, 40 feet dan lainya, yang dipakai untuk pengangkutan barang yang dimasukan ke dalamnya.
Container Crane peralatan yang digunakan untuk membongkar dan memuat petikemas dari dan ke kapal, berdiri diatas dermaga dan daya angkatnya berkisar 40 sampai 55 ton.
Dermaga tempat berlabuhnya kapal dan bongkar muat barang.
DAFTAR ISTILAH (Lanjutan)
Dwell Time (DT) waktu yang dibutuhkan oleh petikemas dari pembongkaran dari kapal ke dermaga kemudian diangkut dengan truk dan ditumpuk dilapangan penumpukan, menunggu proses pembayaran, pemeriksaan dan perijinan selesai dan dikeluarkan dari pintu gerbang terminal petikemas.
Early Warning System (EWS)
sistem peringatan dini yang merupakan serangkaian sistem untuk memberitahukan akan timbulnya kejadian/gangguan baik disebabkan bencana alam, manusia, gangguan system, IT, sumber energi dan lain sebagainya.
Ekspor keluarnya barang dari suatu negara ke negara lain melalui pelabuhan atau terminal petikemas.
Gate pintu gerbang tempat keluar masuknya truk pengangkut petikemas. Ada gate in untuk masuk dan gate out untuk keluar.
Head Truck kepala atau bagian depan truk untuk menarik trailer.
Impor masuknya barang dari luar negeri melalui pelabuhan atau terminal petikemas.
Interpretative structural modeling (ISM)
proses belajar dengan bantuan komputer yang memungkinkan individu atau kelompok untuk mengembangkan peta hubungan yang kompleks antara banyak elemen yang terlibat dalam situasi yang kompleks. Ide dasarnya adalah menggunakan praktisi ahli berpengalaman dan pengetahuannya untuk menguraikan suatu sistem yang rumit menjadi beberapa sub sistem (elemen) dan membangun model struktural bertingkat.
Lapangan Penumpukan tempat penumpukan petikemas di ruang terbuka terdiri dari beberapa blok dan jalur truk.
Overbrengen (OB) pengeluaran petikemas dari terminal ke depo luar karena sudah melebihi waktu endap dan lapangan penumpukan sudah padat, petikemas yang di OB masih dalam pengawasan Bea dan Cukai atau masih dianggap di area lini I.
xxii
DAFTAR ISTILAH (Lanjutan)
Proses Clearence aktivitas customs clearance meliputi kegiatan penyelesaian dokumen kepabeanan sampai dengan adanya Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB).
Proses Post Clearence sementara post clearance meliputi pengangkutan peti kemas keluar pelabuhan dan pembayaran ke operator pelabuhan.
Proses Pre Clearence aktivitas pre clearance merupakan proses sejak kedatangan sarana pengangkut hingga peti kemas diletakkan di tempat penimbunan sementara (TPS) dan peninjauan nomor pendaftaran Pemberitahuan Impor Barang (PIB). Salah satu faktor kebijakan yang saat ini perlu mendapat perhatian adalah fakta adanya perijinan impor sebanyak 12.050 untuk 51%
(5.114) komoditi dari jumlah tarif pos dalam Harmonized System Indonesia (10.025) menunjukkan betapa banyaknya perijinan yang harus dipenuhi ketika akan melakukan impor barang. Sekitar 18 (delapan belas) kementerian/lembaga yang sebagian besar mengeluarkan perizinan sesuai kewenangannya.
Sejalan dengan itu, timbul administrasi perizinan yang masing-masing membutuhkan jangka waktu proses tersendiri, dan menjadi akumulasi waktu yang lebih banyak karena terdiri dari beberapa kementerian/lembaga. Dari hasil penghitungan selama ini menunjukkan bahwa perizinan menjadi salah satu faktor penentu atas tingginya angka dwelling time pada tahap pre-clearance. Importir harus terlebih dahulu mendapatkan perizinan dari kementerian/lembaga yang terkadang pemenuhan persyaratannya baru dapat dipenuhi ketika barang telah tiba di pelabuhan. Belum lagi jika komoditi tersebut harus mendapatkan izin/rekomendasi dari lebih satu kementerian/lembaga maka akan membutuhkan waktu proses yang lebih panjang.
Tahap pre custom clearance mencakup di Kementerian Perdagangan, BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), Badan Karantina, dan lainnya yang totalnya sampai belasan instansi.
DAFTAR ISTILAH (Lanjutan)
Railmounted gantry Crane
Rubber Tyred Gantry Crane/Transtainer
peralatan crace untuk bongkar petikemas di lapangan penumpukan yang berada diatas rel dan hanya bisa bergerak geser.
peralatan bongkar muat petikemas di lapangan penumpukan bersifat mobile, tidak dapat pindah blok.
Seaport pelabuhan laut, tempat bersandarnya kapal-kapal laut untuk melakukan bongkar dan muat barang atau penumpang.
Stacking high banyaknya tumpukan petikemas yang dapat dilakukan dilapangan penumpukan, umumnya adalah 1 over 4 atau maksimum 4 tumpuk atau ada juga yang menyebut tier.
Straddle carrier peralatan bongkar muat petikemas yang mobile dan membutuhkan lahan yang lebih luas.
Throughput jumlah petikemas yang keluar dan masuk terminal petikemas biasanya dalam satu tahun dengan satuan Teus.
Twenty foot Equivalen Units (Teus)
merupakan satuan terkecil dalam ukuran petikemas, petikemas ukuran 20 feet dapat disebut 1 box = 1 Teus, sedangkan petikemas ukuran 40 feet dapat disebut 2 box = 2 Teus.
Yard Occupancy Ratio (YOR)
rasio antara kapasitas lapangan yang terpakai dengan kapasitas yang tersedia (satuan dalam persen), YOR ini mudah diamati sehingga dipakai sebagai ukuran tingkat kelancaran arus barang di terminal petikemas terutama impor.