Arsitektur dan Desain Riset
Studi Perkotaan dan Lingkungan Binaan
Kritik Perencanaan dan Arsitektur Binaan
Elektronik Jurnal Arsitektur milik Jurusan Arsitektur-Fakultas
Teknik-Universitas Udayana yang terbit dua kali
dalamsetahun.
www.ojs.unud.ac.id
Suarya, IM; DjajaBaruna AAG; Mudra, IK; Syamsul, AP;
Yuda Manik, IW; Swanendri, NM; Rumawan Salain,
IP;Sueca, NP; Suartika, GAM;Susanta, IN; Suryada, IGAB;
Widja, IM; Kastawan, IW; Suryada, IGAB; Karel
Muktiwibowo, A.
V
o
lu
m
e
(
3
)
N
o
m
o
r
(2
)
E
d
is
i
Ju
li
2
0
1
5
e-Jurnal Arsitektur (JA) Universitas Udayana
e-Jurnal Arsitektur (JA) UNUD adalah kumpulan artikel terbitan berkala yang merupakan hasil studi menyeluruh dan inter disiplin di bidang arsitektur, perencanaan, dan lingkungan terbangun. Tujuan JA UNUD adalah untuk menghubungkan teori dan praktik nyata dunia kerja dalam bidang arsitektur dan desain riset, serta perencanaan kota dan studi lingkungan binaan.
Kontributor artikel JA UNUD utamanya berasal dari para civitas akademika arsitektur, namun tetap terbuka peluang bagi pelaku dan pemerhati bidang arsitektur, seperti: arsitek bangunan, desainer interior, perencana kota, dan arsitek lansekap yang bekerja di institusi akademik, lembaga riset, institusi pemerintahan, universitas, maupun praktik swasta untuk turut berkontribusi.
JA UNUD mempublikasikan studi riset, kritik dan evaluasi objek arsitektur berskala mikro maupun makro, dll. Sub bidang yang dapat menjadi topik artikel di JA UNUD terbagi atas 3 (tiga) bagian:
1. Arsitektural dan Desain Riset:
Topik yang termasuk sub bidang ini, antara lain: teknologi dan desain berkelanjutan, komputer arsitektur, metoda desain dan teori, arsitektur perilaku, desain dan pemrograman arsitektur, pedagogi arsitektur, evaluasi pasca huni, aspek budaya dan sosial dalam desain, dll.Artikel biasanya merupakan hasil studi/skripsi/tugas akhir mahasiswa arsitektur.
2. Studi Perkotaan dan Lingkungan Binaan:
Topik yang termasuk sub bidang ini, antara lain: konservasi perkotaan berkelanjutan, implikasi faktor administratif dan politik terhadap suatu komunitas dan ruang, kota dan daerah perkotaan, perencanaan lingkungan, kebijakan dan desain perumahan, kota baru, aplikasi GIS dalam arsitektur, dll.
3. Kritik Perencanaan Arsitektur dan Arsitektur Binaan:
Topik yang termasuk sub bidang ini, antara lain: hasil diskusi mengenai proyek arsitektur yang sedang direncanakan, dalam tahap konstruksi, dan setelah dihuni. Artikel biasanya merupakan hasil pengamatan terhadap studi kasus.
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Kampus Bukit Jimbaran-Bali, Indonesia +62 361 703384
Pengurus e-Jurnal Arsitektur (JA) Universitas Udayana
Penanggung Jawab I Made Suarya
Pengarah A.A. Gde Djaja Baruna
I Ketut Mudra
Ketua Syamsul Alam Paturusi
Sekretaris I Wayan Yuda Manik
Bendahara Ni Made Swanendri
Penyunting dan Reviewer
Putu Rumawan Salain Ngakan Putu Sueca Gusti Ayu Made Suartika I Nyoman Susanta I Gusti Agung Bagus Suryada
Tim Validasi I Ketut Mudra
I Made Widja Syamsul Alam Paturusi I Wayan Kastawan I Gusti Agung Bagus Suryada
Tim Penerbit I Made Widja Ngakan Putu Sueca I Wayan Kastawan I Gusti Agung Bagus Suryada
Desainer Cover Antonius Karel Muktiwibowo
Arsitektur dan Desain Riset
Studi Perkotaan dan Lingkungan Binaan
Kritik Perencanaan dan Arsitektur Binaan
ejurnal nasional arsitektur milik Jurusan Arsitektur-Fakultas
Teknik-Universitas Udayana yang terbit dua kali dalam setahun.
Volume (3) Nomor (2) Edisi Juli 2015
ISSN No. 9 772338 505007
Hak Cipta
2015 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Udayana
Seluruh kontributor artikel telah mengijinkan Jurnal Arsitektur
UNUD
untuk
mereproduksi,
mendistribusikan,
dan
mempublikasikan substansi jurnal dalam format elektronik pada
website OJS Universitas Udayana
www.ojs.unud.ac.id
Penuntun Penulisan dan Pengiriman Naskah e-Jurnal Arsitektur (JA) UNUD
Tata tulis naskah:
1. Kategori naskah ilmiah merupakan hasil penelitian (laboratorium, lapangan, kepustakaan), ilmiah populer (aplikasi, ulasan, opini), diskusi, skripsi, dan stugas akhir.
2. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (abstrak) diketik pada kertas ukuran A-4, spasi tunggal, dengan batas atas 1,55 cm; bagian dalam 2,5 cm; bagian luar 1,5 cm; dan bawah 2,45 cm. Font yang digunakan adalah Arial 11pt.
3. Batas panjang naskah/artikel adalah 4 atau 6 halaman.
4. Judul harus singkat, jelas tidak lebih dari 10 kata, cetak tebal, huruf kapital, di tengah-tengah kertas. Untuk diskusi, judul mengacu pada naskah yang dibahas (nama penulis naskah yang dibahas ditulis sebagai referensi).
5. Nama penulis/pembahas ditulis lengkap tanpa gelar, di bawah judul, disertai institusi asal penulis dan alamat email di bawah institusi.
6. Harus ada kata kunci (keyword) dari naskah yang bersangkutan minimal 2 kata kunci. Daftar kata kunci (keyword) diletakkan setelah abstrak
7. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 200 kata, dicetak miring, font Arial 10pt, spasi tunggal. Judul bab ditulis di tengah-tengah ketikan, cetak tebal huruf kapital
8. Gambar, grafik, tabel dan foto harus disajikan dengan jelas.
9. Definisi notasi dan satuan yang dipakai dalam rumus disatukan dalam daftar notasi. Daftar notasi diletakkan sebelum daftar pustaka
10. Kepustakaan diketik 1 spasi. Jarak antar judul 2 spasi dan diurutkan menurut abjad. Penulisannya harus jelas dan lengkap sesuai dengan: nama pengarang, tahun, judul, kota: penerbit. Judul dicetak miring.
Keterangan umum:
1. Naskah yang dikirim sebanyak satu eksemplar dan menyerahkan soft copy dalam program pengolahan kata MS Word atau format teks/ASCII.
2. Naskah belum pernah dipublikasikan oleh media cetak lain.
Editorial
Ketika Dirjen Diki melansir suratnya No. 152/E/T/2012 yang berisikan Wajib Publikasi Ilmiah Bagi S1/S2/S3, ide dasarnya dasarnya adalah untuk mendongkrak jumlah karya ilmiah perguruan tinggi yang dipublikasikan secara luas dianggap sangat rendah. Kebijakan ini langsung mengguncang jagad perguruan tinggi di Indonesia.Media yang digunakan untuk mewujudkan kebijakan tersebut adalah jurnal cetak dan e-jurnal. Sosialisasi e-jurnal di Universitas Udayana telah dilakukan, namun dalam implementasinya bukan hal yang mudah.Untuk mewujudkannya melibatkan banyak pihak, organisasi mulai dari jurusan hingga Universitas, menempatkan orang-orang yang berkompeten (reviewer dan validator) dan badan pelaksanaannya.Selain itu, dukungan kebijakan, sumberdaya dan pengalokasiannya.Belum lagi mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan pelaksanaannya. Ditengah kompleksitas permasalahan ini, lahirlah jurnal volume 3 nomor 2 dengan segala keterbatasannya. Sisi kualitas sebagai karya ilmiah, berkejaran dengan batas waktu yang sangat terbatas mewarnai volume kelima ini.Ini menjadi masalah tersendiri, menransformasi Tugas Akhir arsitektur yang didominasi gambar perancangan menjadi laporan dalam format jurnal ilmiah, bukan hal mudah.Namun ini adalah pilihan satu-satunya dalam keadaan keterbatasan waktu.
Diharapkan pada edisi mendatang, penyumbang artikel bukan hanya dari mahasiswa yang sedang tugas akhir, tetapi seluruh mahasiswa arsitektur tanpa memandang semester.Sehingga diharapkan diperoleh keberagaman naskah yang masuk sekaligus terdistribusinya jumlah artikel di setiap penerbitan.Dalam kesempatan yang baik ini, dari dapur pelaksana e-jurnal Asitektur, mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu terwujudnya jurnal volume 3 nomor 2 ini.
Daftar Isi
Halaman
eJurnal Arsitektur Universitas Udayana... ii
Pengurus eJurnal Arsitektur Universitas Udayana ... ii
Penuntun Penulisan dan Pengiriman Naskah e-Jurnal Arsitektur (JA) UNUD ... iii
Editorial ... iv
Daftar Isi ... v
1. Pengembangan Fasilitas Lapangan Sepak Bola Persi Putra Jimbaran, Bali
(Putu Agus Darmawan, I Gusti Bagus Budjana, I Putu Sugiantara) ... 1-4
2. Penerapan Konsep “High-Tech” Dalam Bentuk Sayap Terhadap Perancangan Terminal Domestik
Bandara Ngurah Rai, Bali
(Made Agus Dwipayana, I Wayan Yuda Manik, I Nengah Lanus) ... 5-8
3. Sekolah Tinggi Ilmu Komputer dan Informasi di Gianyar, Bali
(Made Yostiadi, A.A. Gde Dharma Yadnya, I Ketut Muliawan Salain) ... 9-14
4. Galeri Seni Lukis Kontemporer di Gianyar, Bali
(I Kadek Priyana, Ciptadi Trimarianto, Widiastuti) ... 15-18
5. Pusat Kebugaran “Luxury Club” di Denpasar, Bali
(Putu Dony Priasta Bratha, I Made Adhika) ... 19-24
6. Night Club di Denpasar, Bali
(I Putu Cok Ngurah Anggar Giri Putra, I Gusti Budjana, Evert Edward Moniaga) ... 25-30
7. Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Pandawa Sebagai Obyek Pantai di Kabupaten Badung
(I Kadek Oka S, I Wayan Gomudha, Gusti Ayu Made Suartika) ... 31-36
8. Restoran Perancis di Kabupaten Badung, Bali
(Grandi Amedio Adrianza, Anak Agung Gde Dharma Yadnya, I Wayan Yuda Manik) ... 37-40
9. Redesain Pasar Desa Adat Mengwi Kabupaten Badung, Bali
(Nyoman Sri Sukasani, A. A. Gde Dharma Yadnya, dan Ni Made Swanendri) ... 41-46
10. Galeri Kerajinan Tangan Bali di Gianyar, Bali
(I Kadek Bayu Septyantara, I Nengah Lanus) ... 47-50
11. Pengembangan Desa Bongkasa Pertiwi di Bali sebagai Desa Wisata
(I Gusti Ngurah Rai Prayoga Putra, Ngakan Putu Sueca, Ida Bagus Sarjana) ... 51-56
12. Apartemen Ekspatriat di Badung, Bali
(I Made Adi Yoga Suwandi, I Nyoman Susanta, I Wayan Gomudha) ... 57-60
13. Pusat Motor Kustom dan Motor Klasik di Denpasar
(I Ketut Mariana, I Ketut Mudra dan Evert Edward Moniaga) ... 61-64
14. Perumahan untuk Tenaga Kerja Asing di Kawasan Pariwisata Ubud, Bali
(I Komang Adi Bratha Nadha, I Wayan Kastawan, Syamsul Alam Paturusi) ... 65-68
15. Rekreasi Alam di Kawasan Wisata Jatiluwih di Tabanan
(I Putu Dian Suratha, I Gusti Agung Bagus Suryada, dan I Made Adhika) ... 69-74
16. Pusdiklat Kempo Bali di Gianyar
(Agung Angga Wira Raditya, I Made Adhika, I Nyoman Widya Paramadhyaksa) ... 75-78
17. Pengembangan Taman Kotadi Lumintang Denpasar
(I Nyoman Gde Aditya Friantara, Putu Rumawan Salain, Ida Bagus Primayatna) ... 79-84
18. Fasilitas Olahraga Renang di Denpasar
19. Pusat Komputer di Gianyar
(Kadek Edi Saputra, I Made Widja, dan Widiastuti) ... 91-94
20. Pengembangan Pasar Tradisional Semarapura di Kabupaten Klungkung
(Anindya Sharira, Ida Bagus Sarjana, Widiastuti) ... 95-98
21. Penataan Kawasan Pura Dalem Sakenan Depasar, Bali
(Ni Made Adwi Juliantini, Ngakan Putu Sueca, Ida Ayu Armeli) ...99-104
22. Lembaga Permasyarakatan Anak di Kabupaten Bangli
(I Putu Agus Suryawan, I. B. N. Bupala, I Wayan Yuda Manik) ... 105-110
23. Bali Sea Aquarium di Pulau Serangan
(Michael Kusuma, I Nyoman Sudiarta, I Gusti Bagus Suryada) ... 111-114
24. Pusat GYM dan Yoga di Denpasar
(I Gede Dhyiyo Bhargah, I Made Adhika, I Gst A. Bagus Suryada)... 115-120
25. Pengembangan Kawasan Wisata Air Waduk Muara Nusa Dua di Denpasar
(Ni Luh Gede Dian Rahmayanti, I Made Adhika, I Ketut Mudra) ... 121-126
26. Galeri Seni Kerajinan Klungkung di Klungkung, Bali
(Ni Nyoman Thiana Kusuma Wardhani Toestha, Ida Bagus Gde Primayatna, I Wayana Wiryawan) ... 127-130
27. Pengembangan Pasar Tradisional Negara di Kabupaten Jembrana
(I Komang Yogi Tri Susandy, A. A. Gde Dharma Yadnya, A. A. Ayu Oka Saraswati) ... 131-136
28. Taman Remaja di Denpasar, Bali
(Savira Septi Anggraini, Nyoman Surata, I Wayan Wiryawan) ... 137-142
29. Sekolah Khusus bagi Anak Penyandang Tunagrahita di Gianyar
(I Made Gde Pasek Witha Darma, Putu Rumawan Salain, A. A. Gde Djaja Bharuna S)... 143-148
30. Restoran Kuliner Indonesia di Denpasar
(Pande Putu Dwi Novigga Artha, Nengah Keddy Setiada, A.A. Ayu Oka Saraswati) ... 149-152
31. Redesain Gelanggang Olahraga Debes Tabanan Bertipe B
(Gede Yoga Suryawan, A. A. Gde Dharma Yadnya, I Nengah Lanus) ... 153-158
32. Perubahan Tata-Letak Parhyangan dalam Area Umah di Jalan Wanara Wana, Ubud
(I Putu Andika Saputra, Putu Rumawan Salain, A. A. Ayu Oka Saraswati) ... 159-164
33. Pusat Pelatihan Taekwondo di Denpasar
(Lidya Indriani Anggita Prameswari, I Wayan Meganada, I. B. Gde Wirawibawa ... 165-168
34. Pasar Barang Bekas di Denpasar
(Sinta Lukitasari, A. A. Gde Dharma Yadnya, A. A. Gde Djaja Bharuna S) ... 169-172
35. Penataan Daya Tarik Wisata Taman Mumbul di Sangeh, Badung
(Made Ratna Witari, Ida Bagus Ngurah Bupala, I Nyoman Widya Paramadhyaksa) ... 173-176
36. Gedung Kebugaran di Kuta, Bali
(I Gede Agus Waisna Putra, I Made Wijaya) ... 177-182
37. Pusat Pengembangan Kain Endek di Badung, Bali
(Putu Rista Yuliantini Dewi, Nengah Keddy Setiada, Ida Bagus Gde Wirawibawa) ... 183-186
38. Pendidikan Seni dan Bahasa Mandarin di Denpasar
(Ni Made Dwi Susiyanti, Syamsul Alam Paturusi dan I Nyoman Susanta) ... 187-192
39. Fasilitas Pembakaran Jenazah Hindu di Denpasar, Bali
(I Made Dipayana Ardikusuma, I Made Dwija, A.A. Gde Djaja Bharuna S) ... 193-196
40. Gedung Parkir dan Penataan Halaman Depan Kampus Sudirman
(Made Nurjaya Subawa, I Nengah Lanus, I Ketut Muliawan Salain) ... 197-200
41. Tema Fasilitas Olahraga Renang Bertaraf Internasional di Bali
(Ida Bagus Made Widyatama Mandira, I Made Suarya) ... 201-206
42. Pusat Pendidikan Musik Modern Dengan Pendekatan Ekologi Arsitektur di Denpasar, Bali
(David Inet Novana, Nengah Keddy Setiada, I Wayan Wiryawan) ... 207-210
43. Cottage di Kawasan Wisata Pantai Nyanyi Tanah Lot Tabanan, Bali
44. Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha di Singaraja
(Luh Diantari, Putu Rumawan Salain, Ida Bagus Gde Wirawibawa) ... 217-220
45. Pasraman Kepemangkuan di Gianyar
(I Made Sudiasa, Ngakan Putu Sueca, Ida Bagus Sarjana) ... 221-224
46. Villa Bernuansa Bali di Tabanan
(Ni Putu Helsi Pratiwininsih, A. A. Gde Djaja Bharuna, I Ketut Mudra) ... 225-230
47. Skin House Beauty Centre di Badung, Bali
(Sayu Putu Peny Purnama Wati, I Ketut Muliawan Salain, I Ketut Mudra) ... 231-236
48. Rumah Sakit Tipe D di Kecamatan Seririt, Buleleng
(Putu Pradnya Lestari Ratmayanti, I Nengah Lanus, I Ketut Mudra) ... 237-240
49. Panti Jompo Untuk Lansia Miskin dan Terlantar di Denpasar
(Made Kerta, Nengah Keddy Setiada, I Wayan Wiryawan) ... 241-246
50. Cahapel and Wedding Hall di Badung
(Kellin Baquita L. O. Soares, Ciptadi Trimarianto) ... 247-250
51. Rasunami Bagi Karyawan di Denpasar
PENDAHULUAN
Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertu-juan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Setiap warga Negara berhak untuk mendapatkan pendidikan. Seperti tercantum didalam Undang Undang Dasar dan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjamin tentang pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus atau pendidikan luar biasa.
Tujuan dari pendidikan luar biasa adalah suatu pendidikan yang diberikan kepada warga negara yang memi-liki kelainan fisik atau mental agar nantinya bias kembali bersosialisasi ke masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada pembedaan hak bagi warga Negara yang memiliki kekurangan fisik maupun mental dalam
SEKOLAH KHUSUS BAGI ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA DI GIANYAR
I Made Gde Pasek Witha Darma1), Putu Rumawan Salain2), dan A.A. Gde Djaja Bharuna S3)
1)
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana pasekwithadarma
@gmail.com
2)
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana rumawansalain@yahoo.com
3)
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana
ABSTRACT
“Education is a basic aspect of nation development, the quality of education in that nation will recognize the quality of its generations. Indonesia has “UUD 1945 pasal 31 ayat 1” which is relaying that all of Indonesian society has their right for getting educations. An education for children with mental retardation (tunagrahita) should be given by special ways and special facilities. A school which is needed should better to take into consideration the necessities of those disability children. This School will giving education and therapy for the children, and also should have an ideal environment for children with mental retardation (tunagrahita) psychology.This school will built in Gianyar regency, because in Gianyar regency still many children with mental retardation are still of school age, there were 331 who had not received appro-priate education (Dinas Sosial Kab.Gianyar). Gianyar regency only has one school for children with disabilities who have capacity of 133 children. Gianyar regency still need school for children with disabilities. An Education which prioritizes nature, humanity, and divinity is a theme which will apply to this special school.”
Keywords: education, school, tunagrahita
ABSTRAK
Pendidikan merupakan dasar dari perkembangan sebuah bangsa, kualitas pendidikan yang ada di sebuah negara akan menentukan kualitas penerus bangsa tersebut. Indonesia memiliki UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi bahwa seluruh rakyat Indonesia berahak mendapatkan pendidikan, sehingga anak berkebutuhan khusus juga berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan bagi anak penyandang tunagrahita dilaksanakan secara khusus dan membuthkan fasilitas yang khusus. Sekolah yang dibutuhkan sebaiknya mempertimbangkan kebutuhan dari anak penyandang tunagrahita tersebut. Sekolah ini akan memberikan pendidikan dan terapi bagi anak berkebutuhan khusus, serta memniliki lingkungan yang ideal bagi psikologis anak penyandang tunagrahita. Sekolah ini akan dibangun di Kabupaten Gianyar, karena di Kabupaten Gianyar masih banyak anak penyandang tunagrhita diusia sekolah , tercatat 331orang anak (Dinas Sosial Kab.Gianyar) belum mendapatkan pendidikan yang sesuai. Kabupaten Gianyar baru memiliki satu sekolah luar biasa campuran yang memiliki kapasitas 113 orang anak. Gianyar masih membutuhkan sekolah khusus untuk memenuhi kekurangan dari sekolah yang sudah ada. Edukasi yang mengedepankan alam, kemanusiaan, dan keTuhanan adalah tema yang akan diterapkan pada sekolah khusus ini.
mendapat pendidikan layaknya anak normal lainnya dan masih memiliki kesempatan untuk mengembang-kan potensi dirinya dan memiliki kesempatan untuk bekerja.
Tunagrahita merupakan salah satu jenis keadaan anak yang berkebutuhan khusus yang mengalami kecen-derungan dalam berfikir dan perbedaan keaadan mental dengan anak normal lainya (Somantri ,2005; Djo-donegoro, 1995) sehingga membutuhkan penanganan yang khusus dari segi pendidikan maupun kehidupan sehari-hari. Sekolah khusus bagi anak penyandang tunagrahita merupakan solusi untuk menyediakan fasili-tas untuk mengakomodasi kebutuhan dari anak penyandang tunagrahita.
Menurut Dinas Sosial Kabupaten Gianyar masih ada 331 anak pada usia sekolah (Dinas Sosial Kab.Gianyar), sedangkan di Kabupaten Gianyar hanya ada satu sekolah luar biasa campuran yang tidak dapat mengakomodasi seluruh anak berkebutuhan khusus yang ada. Dari data tersebut dapat dilihat masih banyak anak berkebutuhan khusus yang belum mendapat pendidikan yang sesuai, sehingga pembangunan sekolah khusus bagi anak penyandang tunagrahita sangat diperlukan untuk memenuhi kekurangan fasilitas yang dibutuhkan bagi anak-anak penyandang tunagrahita.
PENGERTIAN TUNAGRAHITA
Menrurut Somantri (2005) Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu indivi-du yang mempunyai kecerdasan dibawah rata – rata. Dalam keputusan bahasa asing tunagrahita sering ju-ga disebut denju-gan beberapa istilah antara lain Mental Retardation, mental Retarded, mental Deficiency, dan Mental Defective.
Menurut Djojonegoro yang dimaksud dengan tunagrahita adalah keterbelakangan mental yang terdiri dari kelainan mental dan kelainan prilaku. Kelainan mental meliputi kelainan ringan dan kelainan sedang. Kelai-nan prilaku merupakan gangguan, hambatan atau kelaiKelai-nan tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuai-kan diri dengan lingkungan seperti keluarga, sekolah dan masyarakat.
Berdasarkan pengertian di atas maka yang dimaksud dengan Tunagrahita adalah suatu keaadan yang di-alami anak yang cenderung lambat dalam berfikir atau keadaan mental yang berbeda dengan anak normal lainya. Hal ini menyebabkan anak tersebut selalu membutuhkan pengawasan dan pendampingan dalam se-tiap aktifitas yang dilakukannya.
PEGERTIAN SEKOLAH TUNAGRAHITA
Pengertian sekolah tunagrahita dapat disimpulkan dari menggabungkan pengertian sekolah dan tunagrahita, sebagai berkut: Sekolah merupakan tempat atau lingkungan dimana di dalamnya berlangsung kegiatan be-lajar dan mengajar sedangkan tunagrahita merupakan keadaan alami anak yang lambat dalam dalam berfi-kir atau dengan keadaan metal yang berbeda dengan anak normal lainnya.
Sekolah Tuangrahita adalah sekolah bagi anak berkebutuhan khusus yaitu salah satu jenis sekolah yang bertanggung jawab melaksanakan pendikikan untuk anak yang berkebutuhan khusus tunagrahita (Pedo-man Pelayanan Kesehatan Anak di Sekolah Luar Biasa 2010).
PERANCANGAN SEKOLAH SEKOLAH TUNAGRAHITA DI GIANYAR
Perancangan sekolah tunagrahita merupakan proses untuk merancang sebuah sekolah khusus bagi anak berkebuthan khusus, sehingga memerlukan desain yang khusus untuk mengakomodasi kebutuhan dari anak berkebutuhan khusus itu sendiri. Tema, konsep, transformasi konsep hingga desan bangunan dan site plan.
Tema
Tema yang digunakan adalah “Edukasi yang mengedepankan Alam, Kemanusiaan dan Ke Tuhanan “
Konsep
Sekolah khusus bagi anak penyandang tunagrahita ini adalah sekolah bagi anak berkebutuhan khusus, sehingga konsep yang akan diguna-kan untuk sekolah ini sebaiknya dirancang sesuai dengan kebuthan dari anak itu sendiri. Konsep yang sangat penting pada sekolah ini ada beberpaka konsep, mulai dari konsep zoning, bentuk dan pola masa, konsep ruang dalam dan ruang luar.
Konsep pola mengadaptasi pada pola masa yang diterapkan pada bangunan rumah tradisional Bali yang menjadikan halaman tengah se-bagai pusat orientasi dari bangunan yang ada di sisi dari halaman. Ha-laman sebagai pusat orientasi berfungsi sebagai tempat berolahraga, berinteraksi dan sebagai tempat berkumpul jika terjadi bencana yang membahayakan bagi anak-anak peserta didik di sekolah ini.
Konsep ruang luar yang diterapkan pada de-sain sekolah ini diusahakan memberikan efek positif bagi psikologis dari anak didik agar membantu proses pembelajaran dan terapi.
Konsep ruang dalam pada sekolah ini dengan mem-pertimbangkan kebutuhan dari masing-masing anak. Desain ruang kelas sebaiknya menggunakan warna hi-jau muda, karena memberikan kesan tenang ( Ha-lim,2005 ) yang bertujuan mempengaruhi psikologis anak didik agar dapat berkonsentrasi saat belajar.
Pada ruang terapi dibuat seaman mungkin, dengan melapisi sisi dinding dengan bahan yang dapat meredam benturan. Dengan demikian dapat meminimalisir cerdera yang terjadi pada anak yang sedang menjalani terapi. Karena keadaan psikologis anak penyandang tunagrahita tidak seperti anak normal lainnya, se-hingga diperlukan desain khusus untuk mengakomodasi hal ter-sebut.
Program Ruang
Studi ruang dilakukan berdasarkan fungsi sekolah, kebutuhan anak penyandang tunagrahita dan konsep yang sudah ada. Berikut adalah hasil dari studi program ruang:
Fungsi Aktivtas Pelaku Kebutuhan Ruang
Pendidikan Akademik
Belajar Mengajar Membaca
Peserta Didik, Guru
Ruang Kelas Ruang Guru Perustakaan
Pendidikan Belajar Ketrampilan dasar Peserta Didik, Ruang Ketrampilan
Gambar 1: Ilustrasi Rumah Tradisional Bali
Sumber: Nyoman Glebet, digambar ulang Darma ,2015:104
Gambar 2: Ilustrasi Jalur Sirkulasi Antar Bangunan
Sumber: Darma,2015:107
Gambar 3: Ilustrasi Ruang Dalam
Sumber: Darma,2015:110
Gambar 4: Ilustrasi Ruang Dalam
Sumber: Darma,2015:111
Non Akademik (memasak) Olah Raga Pengembangan Diri (Seni Tari
Seni Musik Seni Kriya)
Guru Ruang Serbaguna
Wrokshop Terapi Occupantional Therapy Terapi ADL Bimbingan Psikologi Peserta Didik, Ahli Terapi
Ruang Terapi Okupasi Ruang ADL Ruang terapi Psikologi
Medis Pengobatan Medis Peserta Didik
Dokter Klinik Ruang UKS Pengelolaan Administrasi Menerima Tamu Rapat Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah Staff Tata Usaha
Tamu
Ruang Kepala Sekolah Ruang Wakil Kepala
Seko-lah Ruang Tata Usaha
Ruang Rapat Lobby
Asrama
Tidur Makan dan Minum
Bersosialisasi Masak Mencuci Menyetrika Menjemur MCK Peserta Didik Penjaga Asrama
Asrama Putra dan Putri Dapur Ruang mencuci
Ruang Setrika Ruang Menjemur Hunian Penjaga Asrama
Kamar Mandi
Istirahat
Istirahat Makan dan Minum
Bersosialisasi MCK
Seluruh Civitas Sekolah Orang Tua
Mu-rid
Kantin Halaman Sekolah
Toilet Ruang Tunggu OrangTua
Murid
Service Mengontrol Pengelola Gudang
Ruang MEP
Organisasi Ruang
Transformasi Konsep
Transformasi konsep dibuat berdasarkan konsep yang sudah dibuat sebelumnya dengan mentransformasikan dengan program dan organisasi ruang.
Transformasi konsep zoning pola dan bentuk masa berdasarkan organisasi ruang, konsep zoning, dan kon-sep bentuk dan pola masa yang ditransformasikan kedalam tapak, sehingga mendapatkan bentuk dan pola masa seperti pada gambar 6.
Gambar 5: Organisasi Ruang
Sumber: Darma,2015:79
Gambar 6: Transformasi Konsep Zonning dan Pola Masa
Transformasi konsep ruang luar didesain untuk mem-berikan efek positif bagi proses pembelajaran dan tera-pi. Pada jalur pejalan kaki akan dilindungi dengan atap pergola agar anak yang berjalan di jalur pejalan kaki ti-dak langsung terkena air hujan dan paparan sinar ma-tahari.
Selain itu akan disiapkan bangku pada jarak tertentu yang bertujuan untuk menjadi tempat istirahat dan tempat untuk bersosialisasi bagi anak-anak penyan-dang tunagrahita, guru, dan penghuni sekolah lain-nya.
Ruang kelas didesain dengan kapasitas 8 orang murid dan 2 orang guru. Warna hijau pada ruang kelas akan memberikan kesan ketenangan, hal ini akan membuat peserta didik akan dapat lebih konsentrasi da-lam proses pembelajaran. Pada ruang terapi di pasang matras pada dinding agar dapat meredam benturan jika terjadi pada anak-anak yang sedang menjalani terapi.
Site Planing
Perspektif
Gambar 7: Transformasi Konsep Ruang
Sumber: Darma,2015: Lampiran
Gambar 8: Transformasi Konsep Ruang Luar
Sumber: Darma,2015: Lampiran
Gambar 9: Transformasi Konsep Ruang Kelas
Sumber: Darma,2015: Lampiran Gambar 10: Transformasi Konsep Ruang Terapi Sumber: Darma,2015: Lampiran
Gambar 11: Site Plan
SIMPULAN
Berdasarkan hasil diatas, simpulan yang didapat adalah penerapan konsep sangat memiliki peranan penting dalam suatu proses perancangan bangunan dalam arsitektur. Tema dan konsep perancangan mampu memberikan desain yang akan memberikan efek positif bagi psikologis anak penyandang tunagrahita yang akan menjadi siswa di sekolah khusus bagi anak penyandang tunagrahita ini.
REFERENSI
BPS Kabupaten Gianyar. Gianyar dalam Angka 2013. BPS Provinsi Bali. Bali dalam Angka 2013.
Darma, W. 2015. Sekolah Khusus Bagi Anak Penyandang Tunagrahita Di Gianyar. Jurusan Arsitektur, Fakiultas Teknik, Universitas Udayana.
Dinas Sosial Kabupaten Gianyar. Perkembangan Jumlah Penduduk Berkebutuhan Khusus di Kabupaten Gianyar.
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat, 2010. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Sekolah Luar Biasa (SLB) Bagi Petugas Kesehatan, Jakarta.
Effendi, M. 2005. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Malang : Bumi Aksara.
Glebet, N. 1986. Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Denpasar: Departemen Pendidikan dan Kebudyaan. Halim, D. 2005. Psikologi Arsitektur. Jakarta: PT. Gramedia Widiasaran Indonesia.
Handojo, Y. 2003. Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal, Autis dan Kelainan Prilaku. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. . Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) Kamus Versi On-line/Daring ( dalam jaringan). http://kbbi.web.id/tema. diakses 4 Desember 2014.
Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No 33 Tahun 2008. Tentang Sarana dan Prasarana Seko-lah Luar Biasa.
Neufert, Ernst. 2000. Data Arsitek. Jakarta: Erlangga
Somantri, S. 2005. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama. Snyder, James C. 1984. Pengantar Arsitektur. Jakarta: Eralngga
Tanggoro, D. 2000. Utilitas Bangunan. Jakarta: UI-Press.
Gambar 12: Site Plan