Wiwi Nelza1) dan Eddy Setiadi Soedjono2)
1Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolili Surabaya, E-mail : wnelza@yahoo.com
2Dosen Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, E-mail : soedjono@enviro.its.ac.id
ABSTRAK
Masih kurangnya dana dan perhatian pemerintah dalam pembangunan sarana sanitasi khususnya air limbah domestik mengakibatkan baru sebagian kecil masyarakat yang dapat menikmati sarana sanitasi dasar terutama air limbah domestik. Hal ini mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi pengelolaan sanitasi Kota Padang khususnya Kecamatan Padang Barat dengan memetakan kondisi sanitasi sub sektor air limbah domestik dan pemilihan sistem awal pengelolaan di Kecamatan Padang Barat Kota Padang. Sanitasi lingkungan permukiman yang diteliti difokuskan pada sub sektor air limbah rumah tangga (domestik). Pendekatan yang dilakukan yaitu dengan survei EHRA (Environmental Health Risk Assessment) yang telah dimodifikasi sesuai tujuan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Padang Barat dengan responden sebanyak 100 responden yang selanjutnya diketahui kondisi sanitasinya.Dari analisis yang dilakukan ada empat kelurahan dengan kondisi sanitasi buruk yang menjadi prioritas dalam penanganan pengelolaan air limbah adapun kelurahan tersebut adalah Kelurahan Flamboyan Baru, Kelurahan Rimbo Kaluang, Kelurahan Belakang Tangsi dan Kelurahan Purus. Teknologi yang tepat digunakan adalah sistem setempat walaupun dari kepadatan penduduk sistem yang digunakan adalah sistem terpusat tapi karena katerbatasan lahan maka sistem terpusat tidak dapat diterapkan. Berdasarkan analisa SWOT untuk analisis aspek teknis, aspek kelembagaan dan asnalisis aspek peran serta masyarakat dihasilkan suatu konsep strategi memasukan sector air limbah sebagai prioritas pembangunan, peningkatan manajemen kelembagaan, peningkatan alokasi anggaran melaui pemerintah pusat atau melibatkan peran swasta dan masyarakat dan pembuatan perda tentang air limbah.
Kata kunci: air limbah domestik, EHRA, Kota Padang, sanitasi
1. PENDAHULUAN
Kota Padang saat ini belum memiliki jaringan perpipaan air limbah, tetapi yang ada hanya pembuangan air dari bekas mandi, mencuci dan memasak yang dialirkan ke saluran drainase, sungai melalui saluran terbuka ataupun tertutup, sehingga akan mencemari lingkungan. Sedangkan air limbah yang berupa tinja manusia diolah sementara melalui septic tank dan cubluk yang kemudian bila penuh akan ditransfer ke IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja).
Berdasarkan data terakhir di Kota Padang setelah gempa 30 September 2009 sekitar 9%
penduduk Kota Padang tidak mempunyai fasilitas pembuangan air limbah domestik.
Dan 63,80% penduduk yang mempunyai septic tank sedangkan sisanya menggunakan kolam dan sungai sebagai sarana pembuangan air limbahnya. Kecamatan Padang Barat dengan kepadatan 8.858 jiwa/Km2 (Badan Pusat Statistik, 2009), merupakan kawasan pusat kota dan kota tua. Di wilayah Kecamatan Padang Barat sistem yang dipakai adalah sistem on site dengan jamban pribadi yang ada dirumah masing-masing, sebagian besar memanfaatkan sungai sebagai tempat mandi, cuci dan kakus, menggunakan MCK yang tidak layak , membuang secara langsung di badan air, seperti saluran drainase, sungai dan laut, sehingga terjadi pelanggaran terhadap baku mutu/pencemaran lingkungan.
Dari aspek lembaga penanggung jawab regulasi dan layanan operasional pengelolaan air limbah dibawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Padang belum dapat bekerja secara maksimanl, kinerja yang belum maksimal ini terjadi karena tupoksi DKP telah menempatkan institusi DKP pada dua wilayah fungsi yaitu fungsi regulasi terkait dengan kewenangan institusi ini sebagai lembaga teknis daerah, dan fungsi pemberi layanan umum di bidang kebersihan, pertamanan, yang sebenarnya merupakan ranah kewenangan suatu dinas daerah.
Oleh karena itu penanganan sistem pembuangan air limbah domestik di Kecamatan Padang Barat Kota Padang, dengan revitalisasi dan penambahan sarana dan prasarana sebagai salah satu alternatif dalam pemenuhan kebutuhan akan sarana air limbah domestik dirasakan cukup efektif serta dibutuhkan kelembagaan yang baik agar dapat mengatasi masalah air limbah domestik, dan bisa dicapai suatu sistem pembuangan air limbah yang baik, yang dapat mendukung kehidupan masyarakat, yaitu tingkat kualitas hidup dan kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis sistem pengelolaan air limbah domestik di Kecamatan Padang Barat Kota Padang dengan memetakan kondisi sanitasi sub sektor air limbah domestik dan pemilihan sistem awal pengelolaan di Kecamatan Padang Barat Kota Padang. Dan menentukan strategi pengelolaan air limbah domestik yang ditinjau dari aspek teknis, aspek kelembagaan, dan aspek peran serta masyarakat.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Metoda dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara dengan masyarakat dan pengamatan langsung di lapangan, dan juga wawancara dan kuisioner terhadap lembaga yang menangani air limbah domestik untuk memperoleh data baik data primer maupun data sekunder. Dari hasil data yang diperoleh kemudian dilakukan kajian terhadap aspek teknis, kelembagaan dan peran serta masyarakat.
Pengumpulan Data
Data primer yang diukur dalam penelitian ini meliputi kondisi eksisting pengolahan air limbah domestik di Kecamatan Padang Barat.
Data sekunder yang diperlukan meliputi data kondisi wilayah, kependudukan, data-data mengenai pengolahan air limbah domestic, data kelembagaan, data-data mengenai peraturan dan kebijakan daerah, data-data mengenai peran serta masyarakat dalam pengolahan air limbah domestik.
3 Analisis dan Evaluasi
Aspek Teknis
Analisis dilakukan terhadap kondisi eksisting pengolahan air limbah mencakup sarana air bersih, kepemilikan jamban, tempat pengolahan air buangan domsetik. Analisis dan ealuasi dilakukan dengan mengunakan EHRA yang nantinya akan menghasilkan prioritas penanganan untuk tingkat kelurahan berdasarkan pada kerapatan penduduk, angka kemiskinan, angka kesakitan terhadap penyakit diare dan DHF.
I.
Aspek Kelembagaan
Analisis dilakukan terhadap lembaga/institusi yang membawahi masalah sanitasi.
Dalam hal ini di Kota Padang masalah sanitasi ditangani oleh DInas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) serta Dinas Kesehatan Kota (DKK). Kemudian dilakukan analisis SWOT, yaitu suatu alat analisis yang dipergunakan untuk merumuskan formulasi strategi yang diambil.
Aspek Peran Serta Masyarakat
Analisis dilakukan terhadap peran serta dan pastisipasi masyarakat, tokoh masyaraka tataupun oerganisasi kemasyarakatan dalam mengelolan sarana sanitasi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakterisitk Rumah Tangga/Responden
Jenis pekerjaan kepala rumah tangga (KRT) menunjukkan pola aktifitas keberadaan di dalam rumah tangga, tingkat penghasilan, dan pengeluaran suatu keluarga. Responden yang berada di Kecamatan Padang Barat didominasi profesi pedagang/wiraswasta sebanyak 40 responden atau sebesar 40% dari 100 responden. Lainnya bekerja sebagai nelayan/petani/buruh sebanyak 21 responden atau 21 % .
Data yang diperoleh berasal dari responden dengan status Kepala Rumah Tangga (KRT) sebanyak 57 orang atau sebesar 57%, selanjutnya adalah istri KRT sebanyak 30 responden atau sebesar 30%. Status responden yang paling sedikit adalah orang tua KRT yaitu hanya 1 orang saja atau 1%.
Jumlah anggota rumah tangga yang terdiri dari empat orang merupakan kelompok terbesar, yakni sebanyak 38 responden atau sebesar 38%. Sedangkan untuk anggota rumah yang berjumlah lima orang sebanyak 27 responden atau sebesar 27%.
Variabel yang berhubungan dengan status rumah, seperti kepemilikan rumah diperlukan untuk memperkirakan potensi partisipasi warga dalam pengembangan program sanitasi.
Bagi warga yang menempati rumah yang dimilikinya sendiri diduga kuat memiliki rasa memiliki yang tinggi. Kecenderungan warga tersebut akan peduli dengan lingkungan sekitar termasuk pemeliharaan fasilitas sanitasi dan kebersihan lingkungan. Namun sebaliknya, bagi warga yang menempati rumah yang bukan miliknya sendiri akan cenderung mempunyai rasa memiliki yang rendah. Secara mendasar, perbedaan karakteristik ini akan menuntut pendekatan program yang berbeda.
Sumber Air Minum
Sumber air bersih untuk keperluan air minum sehari-hari masyarakat Kecamatan Padang Barat sebagian besar sudah menggunakan air dari PDAM hal ini karena Kecamatan Padang Barat merupakan pusat kota dimana sebagian besar wilayah Kecamatan Padang Barat sudah dapat dilayani oleh pipa PDAM. Untuk Kelurahan
Belakang Tangsi dan Kampung Jao sebagian besar penduduknya menggunakan sumur sebagai sumber air minum, mandi dan keperluan lainnya.
Jamban dan BAB
Sebagaimana studi EHRA di daerah lainnya, indikator jenis jamban di rumah tangga dijalankan melalui wawancara, maka terbuka kemungkinan untuk munculnya salah persepsi tentang jenis yang dimiliki, khususnya bila dikaitkan dengan sarana pengolahan. Orang seringkali mengklaim bahwa yang dimiliki adalah tangki septik (septic tank/septik tank). Padahal, yang dimaksud sebetulnya tangki yang tidak kedap air atau cubluk, yang isinya dapat merembes ke tanah. Oleh karena itu, EHRA juga mengajukan pertanyaan konfirmasi untuk menggambarkan pemeliharan dan sekaligus dapat mengindikasikan status keamanan tangki septik yang dimiliki suatu rumah tangga.
Bila pernah dikosongkan, EHRA mencurigai bahwa klaim responden itu benar. Secara grafis proses mengidentifikasi kasus suspek (dicurigai) tangki septik ataupun cubluk/bukan tangki septik sebagaimana Gambar 1.
Gambar 1. Suspek Tangki Septik dan Cubluk Kecamatan Padang Barat
Di Kecamatan Padang Barat diidentifikasi terdapat 74% atau 74 responden yang melaporkan menggunakan jamban siram ke tangki septik, namun sekitar 95% atau 70 respondennya yang melaporkan bahwa tangki septiknya dibangun lebih dari 5 tahun.
Dari sejumlah itu, terdapat 61 responden atau 87,14% yang tidak pernah mengosongkan sama sekali tangki septiknya. Ini memberi indikasi atau kecurigaan pada EHRA bahwa yang 87,14% itu sebetulnya bukan tangki septik melainkan cubluk atau tangki yang tidak kedap udara dimana akan merembes ke luar tangki. Apabila ada kasus dimana responden mengosongkan tangki septiknya di atas lima tahun lalu, kondisi seperti ini pun dapat diidentifikasikan sebagai cubluk. Pada penelitian ini ada 11,1% responden yang melaporkan bahwa tangki septiknya dikosongkan di atas lima tahun lalu.
Responden yang melaporkan pernah menguras dalam waktu 2 tahun lalu sebanyak 4 responden atau 44,47% dan antara 2 – 5 tahun lalu juga 4 responden dapat dikategorikan sebagai suspek tangki septik. Maka dari hasil penelusuran menggunakan rentang waktu pengosongan diperoleh bahwa dari 74% rumah tangga yang melaporkan
Melaporkan menggunakan tangki septik (74%)
Dibangun kurang dari 2 thn lalu (5,4%) Atau antara 2 – 5 thn lalu (0%) Tidak bisa
dispesifikasikan
Dibangun lebih dari 5 thn lalu (94,6%)
Tidak pernah dikosongkan
(87,14%) Pernah dikosongkan
(12,8%)
Dikosongkan 2 thn lalu atau
kurang (44,47,5%) Dikosongkan 2 – 5 thn lalu (44,47%) Suspek cubluk
Dikosongkan 5 thn lalu (11,1%)
Suspek tangki septik Suspek tangki septik Suspek cubluk R = 100
R = 74
R = 70
R = 9
5
memiliki akses jamban siram yang menggunakan tangki septik, sebenarnya 62%
darinya pantas dicurigai sebenarnya menggunakan cubluk. Sebanyak 30% tidak bisa diidentifikasi apakah menggunakan cubluk atau tangki septik. Hanya 8% yang dicurigai menggunakan tangki septik sesuai dengan klaimnya.
Sebagian besar warga Kecamatan Padang Barat menggunakan jamban milik pribadi rumahnya. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil survey bahwa menurut kepemilikan jamban, sebanyak 65 responden atau 87,84% melaporkan memiliki dan menggunakan jamban secara pribadi. Dan 9 orang responden atau sekitar 12,16 menggunakan jamban umum. Gambaran kepemilikan jamban dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Jumlah Responden Menurut Kepemilikan Jamban Partisipasi Masyarakat
Berdasarkan hasil survey yang sengaja menarik perhatian masyarakat untuk menjawab pertanyaan pada bagian terakhir rangkaian kuisioner yaitu apakah Anda dan/atau anggota rumah Anda bersedia berpartisipasi di dalam pengelolaan sanitasi rumah tangga. Dari beberapa alternatif jawaban pertanyaan tersebut, responden menyatakan bersedia sebanyak 57 responden atau sebesar 57%. Yang perlu menjadi perhatian adalah sebanyak 26 responden atau 26% yang menyatakan kepercayaan masyarakat kepada Pemerintah Kota Padang agar mampu mengelola sanitasi, yang tentunya dengan harapan mampu memberikan kehidupan masyarakat menjadi semakin bersih dan sehat.
Analisis Kondisi, Permasalahan, Hambatan dan Tantangan
Kondisi masing-masing kelurahan di Kecamatan Padang Barat ditinjau dari beberapa kriteria dasar identifikasi yang terkait dengan permasalahan sanitasi sektor air limbah domestik, seperti topografi kawasan, jumlah penduduk, luas wilayah, kepadatan penduduk, mata pencaharian dan mayoritas tempat buang air besar (BAB). Perumusan kebijakan dan strategi pengelolaan sanitasi sektor air limbah domestik pada dasarnya adalah untuk mewujudkan visi pengelolaan kota yang diharapkan akan dapat terjadi pada masa yang akan datang. Perumusan visi tersebut didasarkan pada isu-isu utama yang dihadapi dalam pengelolaan sektor air limbah domestik pada saat ini, yang terdiri dari:
A. Kondisi yang diharapkan dan masalah pengelolaan air limbah
Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang Tahun 2008 – 2028 menyebutkan pemenuhan kebutuhan jamban keluarga maupun jamban komunal serta MCK bagi masyarakat kurang mampu perlu lebih diperhatikan. Diharapkan pada tahun akhir perencanaan yaitu 2013 tingkat pelayanan mencapai 87 % dengan rincian dibutuhkan 154.712 unit jamban keluarga, 483 unit MCK umum dan 4 unit IPLT.
B. Tantangan
Kecamatan Padang Barat dengan kepadatan penduduk 8.859 jiwa/Km2 merupakan kawasan pusat kota dan kota tua dimana banyak terdapat pertokoan sehingga penduduk kota Padang banyak yang memilih tinggal di Kecamatan ini. Karena Kecamatan Padang Barat merupakan kota tua sehingga sangat sulit untuk menata kembali permukiman warga mengingat banyaknya bangunan lama yang masih dimanfaatkan oleh warga sebagai tempat tinggal.
Berdasarkan data dari BPS 2009, fasilitas tempat buang air besar masyarakat Kota Padang dibedakan menjadi fasilitas sendiri, fasilitas bersama (satu fasilitas digunakan oleh beberapa kepala keluarga, umum (MCK), dan sebagian masyarakat tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar, berikut kondisi eksisting pengolahan air limbah perkelurahan di Kecamatan Padang Barat seperti tabel 1
Tabel 1. Kondisi Eksisting Jenis Sistem Pengolahan dan Sarana/Prasarana Air Limbah Rumah Tangga Kecamatan Padang Barat Tahun 2009
NO. NAMA
KELURAHAN
JUMLAH PENDUDUK
(JIWA)
JENIS SISTEM
CAKUPAN PELAYANAN
(JIWA)
1. Belakang Tangsi 54 Individu
Komunal 35
15
2. Berok Nipah 21 Individu
Komunal 11
0
3. Flamboyan Baru 62 Individu
Komunal 52
0
4. Kampung Jao 44 Individu
Komunal 35
0
5. Kampung Pondok 42 Individu
Komunal 42
0
6. Olo 51 Individu
Komunal 47
0
7. Padang Pasir 37 Individu
Komunal 37
0
8. Purus 63 Individu
Komunal 32
25
9. Rimbo Kaluang 50 Individu
Komunal 27
19
10. Ujung Gurun 40 Individu
Komunal 33
7
JUMLAH 464
Individu Komunal
351 66 417
Sumber: Hasil Analisis, 2010
7
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 1 di atas, terlihat bahwa pekerjaan peningkatan pelayanan air limbah yang perlu dilakukan adalah perbaikan tangki septik individual, pembuatan tangki septik individual, pembuatan jamban individu + tangki septik komunal, dan pembuatan MCK umum + tangki septik komunal untuk masyarakat yang tidak memiliki fasilitas pembuangan air limbah.
Aspek Teknis
Setelah memperoleh kondisi eksisting pengolahan air limbah yang berada di Kecamatan Padang Barat dilakukan pendekatan-pendekatan untuk melakukan analisis aspek teknis yang nantinya digunakan sebagai salah satu aspek penyusunan sistem pengelolaan sanitasi, dengan meninjau beberapa komponen yaitu sumber penghasil air limbah, pemetaan kondisi sanitasi sub sektor air limbah Kecamatan Padang Barat untuk menentukan area prioritas tingkat resiko sistem pengolahan air limbah domestik Kecamatan Padang Barat, penanganan di sumber, sistem pengumpulan dan penyaluran, sistem pengolahan, dan sistem pembuangan.
Pemetaan Kondisi Sanitasi Sub Sektor Air Limbah Kecamatan Padang Barat Pemetaan kondisi sanitasi sub sektor air limbah didasari atas kondisi yang telah dibahas sebelumnya (parameter) yaitu kepadatan penduduk saat ini dan proyeksi pertumbuhan penduduknya, daerah beresiko kesehatan lingkungan buruk (baik menggunakan data sekunder maupun studi EHRA), data sekunder berupa jumlah rumah tangga miskin dan pertimbangan daerah pengembangan khusus seperti perkantoran, kampus, dan pelabuhan/bandara.
Pemetaan prioritas penanganan sanitasi di masing-masing kelurahan di Kecamatan Padang Barat dengan spesifikasi kondisi sanitasi tersebut. Salah satu metode skoring yang dilakukan berdasarkan data primer maupun sekunder yang tersedia dengan indikator-indikator (Anonim, 2007D): kepadatan Penduduk, angka kemiskinan, ketersediaan air minum, kepemilikan jamban pribadi, ketersediaan sarana sanitasi di Tempat Tempat Umum (TTU).
Penentuan skala prioritas lokasi lainnya, yang dilandaskan pada kepadatan penduduk, tingkat sosial – ekonomi masyarakat, kondisi sarana & prasarana dibidang sanitasi serta kondisi kesehatan masyarakatnya (Anonim, 2007E).
Untuk penentuan prioritas pembangunan dan pengembangan sanitasi sub sektor air limbah di Kota Padang dalam penelitian ini menggunakan data sekunder meliputi kepadatan penduduk, penderita mutanber/diare dan DHF, jumlah rumah tangga miskin, dan hasil studi EHRA yang telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.
Hasil pembobotan penilaian data sekunder dirangkum pada Tabel 2.
Tabel 2 Nilai Akhir Kondisi Kelurahan Berdasarkan Data Sekunder
NO. NAMA KELURAHAN NILAI AKHIR
DATA SEKUNDER KONDISI
1. Belakang Tangsi 10 BURUK
2. Olo 10 BURUK
3. Ujung Gurun 10 CUKUP
4. Berok Nipah 7 CUKUP
5. Kampung Pondok 6 BAIK
6. Kampung Jao 10 BURUK
7. Purus 13 SANGAT BURUK
8. Padang Pasir 7 CUKUP
9. Rimbo Kaluang 14 SANGAT BURUK
10. Flamboyan Baru 14 SANGAT BURUK
Sumber: Hasil Analisis, 2010
Kondisi perhitungan data sekunder di atas digabungkan dengan kondisi prasarana dan sarana air limbah rumah tangga yang disurvey dan dianalisis sebelumnya pada masing- masing kelurahan,sehingga akan didapat daerah prioritas seperti table 3.
Tabel 3. Penentuan Area Prioritas Tingkat Resiko Sistem Pembuangan Air Limbah Domestik Kecamatan Padang Barat
NO. NAMA KELURAHAN
NILAI RESIKO
NILAI AKHIR DATA
SEKUNDER
DATA EKSISTING
1. Belakang Tangsi 10 2 CUKUP
2. Olo 10 1 CUKUP
3. Ujung Gurun 10 2 BURUK
4. Berok Nipah 7 4 CUKUP
5. Kampung Pondok 6 1 BAIK
6. Kampung Jao 10 2 CUKUP
7. Purus 13 3 BURUK
8. Padang Pasir 7 1 BAIK
9. Rimbo Kaluang 14 1 BURUK
10. Flamboyan Baru 14 2 BURUK
Sumber: Hasil Analisis, 2010
Berdasarkan hasil tersebut di atas diketahui bahwa terdapat empat kelurahan dengan kondisi buruk. Dimana keempat kelurahan ini menjadi prioritas dalam perbaikan saran pengolahan air limbah domestik.
Evaluasi Eksisting Pelayanan Air Limbah Domestik
Hasil analisis EHRA tentang kondisi tangki septik yang ada di masyarakat menunjukkan terdapat 62% dicurigai menggunakan cubluk, 30% tidak bisa dispesifikasikan dan hanya 8% yang dicurigai menggunakan tangki septik. Jika nilai di atas dibandingkan dengan nilai hasil perhitungan kepemillikan sistem pengolahan air limbah domestik diketahui bahwa 55% menggunakan cubluk, 35% menggunakan tangki septik dan 10% tidak dapat diidentifikasikan. Hal ini dapat dilihat bahwa kondisi eksisting yang diakui oleh masyarakat sangat berbeda jauh dengan kondisi studi EHRA.
Namun apabila nilai kondisi eksisting tersebut dibandingkan dengan standar capaian nasional yang ada untuk cakupan pelayanan air limbah domestik sebesar 40%
menggunakan tangki septik. Artinya kondisi eksisting menurut pengakuan masyarakat melebihi dari target nasional tersebut, namun jika dibandingkan dengan hasil analisis EHRA nilai tersebut jauh dibawah target nasional tersebut.
Pemilihan Sistem Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik
9
Menurut Pedoman Standar Pelayanan Minimal tentang Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman Dan Pekerjaan Umum yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001, bahwa salah satu yang mendasari penanganan air limbah domestik adalah kepadatan penduduk suatu wilayah yang mana terkait dengan jumlah penduduk dan luas wilayahnya.
Berdasarkan kepadatan wilayah kelurahan di Kecamatan Padang Barat maka pemilihan sistem mengarah lebih dominan kepada sistem setempat dibandingkan sistem terpusat.
Aspek Kelembagaan
Dalam penanganan sub sektor air limbah domestik, peran Pemerintah Kota untuk sementara ini dijalankan oleh institusi:
Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), yang dijalankan oleh Bidang Sanitasi ;
Dinas Kesehatan Kota (DKK) melalui pelaksaan tugas Seksi Penyehatan Lingkungan dan Seksi Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat;
Namun dalam pelaksanaannya antara DKP dan DKK masih tumpang tindih dalam menangani masalah sanitasi, seperti untuk penyuluhan kepada masyarakat dilaksanakan oleh kedua instansi ini. Oleh karena itu perlu dikaji lagi tupoksi masing-masing instansi agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
Aspek Peran Serta Masyarakat
Berdasarkan hasil evaluasi melalui EHRA terlihat bahwa sebagain masyarakat . Adanya aktifitas MCK di mata air/sungai walaupun memiliki fasilitas MCK di rumah, adalah karena faktor kebiasaan. Hal ini berpotensi mencemari air baku dengan kondisi tersebut,untuk jenis penyakit yang sering terjadi di Kecamatan Padang Barat adalah penyakit diare sebanyak 47% , penyakit malaria sebanyak 40%, penyakit demam berdarah 13 %.
Karena faktor kebiasaan, rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan minimnya pengetahuan masyarakat tentang sanitasi lingkungan, sehingga tidak peduli pada akibat yang ditimbulkan oleh aktifitas MCK di sumber air baku. Oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan melalui program-program penyuluhan atau edukasi lingkungan permukiman sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat di dalam masyarakat secara rutin dan inovatif.
Analisis SWOT
Berdasarkan analisis SWOT di atas dapat diperoleh suatu konsep strategi yang dapat dijadikan landasan untuk lebih memperkuat pelaksanaan strategi kemudian hari yaitu dengan melakukan pemilihan prioritas strategi.
1. Memasukkan sektor air limbah menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah
2. Merestrukturisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan
3. Melakukan pengelolaan prasarana air limbah melalui intervensi sejumlah program/kegiatan rutin tahunan serta meningkatkan alokasi anggaran dengan meminta dukungan pemerintah pusat, dan atau menjalin kerjasama dengan dengan pihak asing, dan atau melibatkan pihak swasta/masyarakat dalam pembiayaannya
4. Bersama-sama dengan legislatif membuat peraturan daerah tentang pengelolaan air limbah domestik permukiman
5. Menerapkan Good Governance dalam pengelolaan air limbah domestik permukiman
4. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dengan menggunakan studi EHRA yang telah disesuaikan dengan kebutuhan tujuan penelitian, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Kondisi pengolahan air limbah domestik masyarakat di Kecamatan Padang Barat belum memenuhi syarat menurut EHRA karena tangki septik menurut masyarakat ternyata adalah cubluk.
2. Dari sepuluh kelurahan yang ada di Kecamatan Padang Barat empat kelurahan dengan kondisi sanitasi buruk, yaitu Kelurahan Ujung Gurun, Kelurahan Purus, Kelurahan Rimbo Kaluang dan Kelurahan Flamboyan Baru. Lima kelurahan ini akan menjadi prioritas dalam penanganan pengolahan air limbah domestic di Kecamatan Padang Barat.
3. Hasil analisis EHRA tentang kondisi tangki septik yang ada di masyarakat menunjukkan diatas capaian standar capaian nasional sebesar 40% menggunakan tangki septik artinya kondisi eksisting menurut pengakuan masyarakat melebihi dari target nasional tersebut, namun dengan hasil analisis EHRA nilai tersebut jauh dibawah target nasional.
4. Hasil pemilihan sistem awal pengelolaan air limbah domestik di Kecamatan Padang Barat untuk semua kelurahan mengunakan sistem setempat mengingat Kecamatan Padang Barat sudah padat dan tidak ada lahan kosong yang dapat digunakan untuk pembangunan sarana pengolahan air limbah sistem terpusat.
5. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2003, Pedoman Pengelolaan Air Limbah Perkotaan, Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta.
Anonim, 2004A, Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 12 Tahun 2004 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kota Padang, Padang.
Anonim, 2004B, Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 13 Tahun 2004 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Padang, Padang.
Anonim, 2008A, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kota Padang Tahun 2009 – 2014, Pemerintah Kota Padang, Padang.
Anonim, 2008B, Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Daerah Kota Padang Tahun 2009 – 2014, Pemerintah Kota Padang, Padang.
Anonim, 2008C, Ringkasan Eksekutif Rencana Strategis Sanitasi 2007 - 2012 Kota Padang, Kelompok Kerja Sanitasi Kota Padang, Kota Padang.
Rangkuti, F., 2006, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, cetakan keduabelas, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Rimbatmaja, Risang, 2007, Panduan Desain Survai Permintaan Layanan Sanitasi Aktual Berbasis Utilitas (SPE-LASA), BAPPENAS/WSP-EAP, Jakarta.
Rimbatmaja, Risang, 2008, Survai Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan, BAPPENAS/WSP-EAP, Jakarta.
TTPS, 2009, Buku Referensi Pilihan Sistem dan Teknologi Sanitasi, Tim Teknis Pembangunan Sanitasi, Jakarta.