• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT STUDI KASUS: CUT MEUTIA DI KOTA LHOKSEUMAWE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT STUDI KASUS: CUT MEUTIA DI KOTA LHOKSEUMAWE"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS

MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH

MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT STUDI KASUS: CUT MEUTIA DI KOTA LHOKSEUMAWE

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Limbah

Oleh:

Laila Rismawati I1A112031

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU

2014

(2)

A. Masalah

Abstrak: Pendirian rumah sakit-rumah sakit dan pelayanan kesehatan harus

“berkewajiban dan peduli” terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat, dan memiliki tanggung jawab khusus sehubungan dengan limbah medis yang dihasilkannya. Kelalaian, dalam manajemen pengelolaan limbah medis, menyebabkan dampak pencemaran terhadap lingkungan, gangguan kesehatan manusia, dan menghabiskan sumber dana. Di Kota Lhokseumawe, belum ada Rumah Sakit Umum (RSU) yang sudah mempunyai Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang baik, hal ini disebabkan oleh karena biaya investasi yang tinggi untuk pembangunan IPAL, biaya operasional dan pemeliharaan yang cukup tinggi.

Mengingat pentingnya keberadaan IPAL, maka perlu adanya pengelolaan limbah rumah sakit yang baik, yang memenuhi persyaratan dan dengan biaya terjangkau.

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu upaya dalam perbaikan sanitasi di rumah sakit, meminimisasi limbah di Kota Lhokseumawe, sebagai informasi bagi pemerintah kota dan masyarakat daerah setempat, informasi bagi perkembangan penelitian tentang sanitasi rumah sakit, dan dapat dijadikan percontohan pengelolaan IPAL bagi rumah sakit-rumah sakit swasta dan puskesmas- puskesmas yang ada di tiap kabupaten/kecamatan yang ada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), sehingga keberadaan rumah sakit tersebut tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Biaya pengelolaan dan pelaksanaan pengelolaan limbah komunal oleh RSU pemerintah bisa dibantu oleh RSU swasta dan klinik-klinik kesehatan yang menitipkan limbahnya. Analisa parameter limbah cair meliputi: uji nilai BOD5, COD, TSS, pH, suhu, NH3, PO4, dan uji bakteriologi. Pengambilan sampel dilakukan secara grab sampling selama empat bulan. Lokasi pengambilan sample meliputi inlet kolam, dalam kolam, dan outlet kolam. Dari data-data yang diperoleh menunjukkan bahwa kualitas limbah cair yang dibuang ke lingkungan melebihi nilai baku mutu yang telah

(3)

ditetapkan. Data hasil penelitian dapat dijadikan acuan untuk merencanakan sistem pengolahan yang sesuai dengan kondisi limbah cair dan tipe rumah sakit sehingga kualitas limbah cair yang dibuang ke lingkungan memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan.

Sumber: Suryati, dkk. Cut Meutia di Kota Lhokseumawe. Majalah Kedokteran Nusantara 2009; 42(1): 41-47.

B. Analisis Masalah

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan untuk menyembuhkkan orang sakit. Akan tetapi, rumah sakit juga merupakan sumber penularan berbagai macam penyakit bagi pasien, petugas, pengunjung, maupun masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah rumah sakit tersebut. Rumah sakit juga menghasilkan sampah atau limbah yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, baik lingkungan rumah sakit itu sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Diperkirakan secara nasional produksi limbah padat rumah sakit sebesar 376.089 ton/hari dan produksi limbah cair sebesar 48.985,70 ton/hari.

Besarnya angka limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit baik limbah padat maupun limbah cair membuat rumah sakit berpotensi untuk mencemari lingkungan serta menjadi tempat yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja serta penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang baik dalam limbah rumah sakit. Hal ini tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit (1,2,3).

Limbah rumah sakit dapat dibagi menjadi dua, yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu limbah medis dan limbah non medis. Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan langsung dari kegiatan medis. Limbah medis ini tergolong dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B-3) sehingga berpotensi membahayakan komunitas

(4)

rumah sakit. Jika pembuangan limbah medis tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bahaya terhadap masyarakat di sekitar lokasi pembuangan. Limbah non-medis adalah limbah domestik yang dihasilkan di RS tersebut. Sebagian besar limbah ini merupakan limbah organik dan bukan merupakan limbah B-3, sehingga pengelolaannya dapat dilakukan bersama-sama dengan sampah kota yang ada (4).

Limbah cair rumah sakit adalah semua bahan buangan yang berasal dari buangan domestik, buangan laboratorium, dan buangan limbah klinis berbentuk cair yang umumnya mengandung senyawa polutan organik yang cukup tinggi, mikroorganisme patogen, bahan kimia beracun, dan radioaktivitas. Limbah cair yang berasal dari limbah domestik antara lain, yakni buangan kamar mandi, dapur, dan air bekas cuci pakaian. Sedangkan limbah buangan klinis antara lain misalnya air bekas cucian luka, cucian darah, dan lain-lain. Ruang bersalin merupakan salah satu penghasil limbah cair, yaitu limbah buangan klinis berupa darah dari hasil proses persalinan. Limbah cair harus diolah terlebih dahulu di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) agar dapat dibuang ke saluran pembuangan air umum sehingga tidak mengandung zat-zat yang berbahaya lagi.

Limbah cair rumah sakit mempunyai batas maksimal kandungan yang diperbolehkan untuk membuang limbah tersebut ke lingkungan ataupun saluran pembuangan air umum sehingga tidak menyebabkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan manusia. Batas maksimal kandungan limbah cair rumah sakit ini disebut baku mutu limbah cair rumah sakit. Berikut baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit (4,5,6):

Tabel 1. Baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit

Parameter Kadar maksimun (mg/L)

BOD 75

COD 100

TSS 100

(5)

Parameter Kadar maksimun (mg/L)

pH 6,0-9,0

Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995

Pengelolaan limbah cair di rumah sakit dilakukan dua tahap, yakni pengolahan terpisah dan pengolahan terpusat. Berikut penjelasan lebih dalam mengenai pengolahan secara terpisah dan terpusat (7).

1. Pengolahan terpisah meliputi pengolahan awal yang dilakukan untuk mengurangi beban olah limbah di unit pengolahan terpusat. Pengolahan ini dilakukan di masing-masing sumber limbah, yakni:

a. Limbah cair dari ruang perawatan

Proses yang dilakukan yakni sedimen gravitasi. Sedimentasi dengan gravitasi berguna untuk menahan ikutan padatan terhanyut yang ada pada air limbah dalam suatu bak control yang ditempatkan pada aliran air buangan menuju IPAL. Proses ini diterapkan di sepanjang ruas drainase tertutup yang berasal dari ruang perawatan pasien, rawat inap maupun rawat jalan.

b. Limbah cair dari dapur/instalasi gizi

Proses yang dilakukan yakni sedimentasi dengan gravitasi berguna untuk menahan ikutan padatan-padatan terhanyut yang ada pada air limbah dalam suatu primary treatment dengan cara screening dan oil catcher.

Screening berfungsi untuk menyaring padatan-padatan terhanyut yang ada pada air limbah cair dari dapur untuk diangkat dan dibuang ke kontainer limbah domestik. Sedangkan oil catcher berfungsi sebagai penangkap minyak dan lemak, selanjutnya minyak dan lemak dibuang ke kontainer sampah. Primary treatment limbah cair dari dapur ditempatkan pada aliran air buangan menuju IPAL.

c. Limbah cair laboratorium

(6)

Limbah cair dari laboratorium ditampung terlebih dahulu dalam kolam terutup kedap air. Pengolahan di tempat dilakukan dengan cara desinfeksi dengan larutan kalsium hipoklorit. Selanjutnya limbah cair dikirim ke IPAL dengan mesin pompa melalui pipa pvc.

d. Limbah cair dari laundry

Proses yang dilakukan yakni sedimentasi gravitasi. Sedimentasi dengan gravitasi berguna untuk menahan padatan-padatan ikutan yang ada pada air limbah dalam suatu primary treatment dengan cara screening dan pengolahan biologi. Screening dilakukan untuk menyaring padatan- padatan yang ikut seperti serpihan kain. Sedangkan pengolahan dengan sistem biologi yakni dengan menumbuhkan bakteri pengurai pada media ijuk yang terdapat di dalam primary treatment limbah cair tersebut.

Bakteri akan menguraikan zat-zat organik yang terlarut dalam limbah cair.

e. Pengelolaan limbah tinja

Limbah tinja berasal dari kamar mandi/WC berupa tinnja, dimasukkan dalam septic tank konvensional dengan konstruksi kedap air. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya resapan air ke tanah yang dapat menurunkan kualitas air tanah dan selanjutnya menurunkan kualitas air permukaan. Limbah tinja cukup dilakukan desinfeksi untuk menghilangkan bakteri patogen. Limbah tinja tidak dialirkan tetapi disedot/dikuras apabila kapasitas septic tank telah terlampaui.

2. Pengolahan terpusat diartikan sebagai pengolahan limbah di suatu tempat, yakni limbah yang dihasilkan dari maisng-masing sumber limbah dialirkan ke suatu tempat tertentu dan dilakukan pengolahan secara bersamaan. Syarat- syarat penggunaan sistem ini adalah:

a. Pemilihan lokasi

(7)

Lokasi berada pada lahan terbuka dan jauh dari lokasi ruangan lain, sehingga jika timbul bau limbah tidak menganggu aktivitas lain.

b. Penggunaan sistem saluran/drainase

Sistem drainase yang digunakan adalah saluran drainase tertutup, hal ini dilakukan untuk menghindari adanya penguapan atau pelepasan gas-gas terlarut ke udara yang dapat menurunkan kualitas udara.

c. Adanya bak pengolahan

Bak pengolahan yang digunakan disesuaikan dengan volume limbah yang dihasilkan dengan penggunaan teknologi pengolahan limbah yang sesuai pula.

Limbah cair yang telah diolah terlebih dahulu pada masing-masing sumbernya kemudian menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Teknologi IPAL dapat dilakukan secara biologis atau gabungan antara proses biologis dengan proses kimia-fisika. Proses secara biologis tersebut dapat dilakukan pada kondisi aerobic (dengan udara), kondisi anaerobic (tanpa udara) atau kombinasi anaerobic dan aerobic. Proses biologis aeorobik biasanya digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban Biological Oxygent Demand (BOD) yang tidak terlalu besar, sedangkan proses biologis anaerobic yang digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD yang sangat tinggi (4). Diagaram proses pengelolaan air limbah rumah sakit secara umum dapat dilihat seperti pada gambar 1 di bawah ini.

(8)

Gambar 1. Diagram proses pengolahan air limbah rumah sakit

Berdasarkan masalah di atas diketahui bahwa penyebab mengapa semua rumah sakit di Kota Lhokseumawe tidak mempunyai sistem pengolahan air limbah yg baik adalah karena keterbatasan dana. Oleh karena itu teknik pengolahan air limbah yang dapat digunakan adalah dengan sistem kombinasi biofilter anaerob dan aerob. Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan biofilter anaerob dan aerob, antara lain yakni (4):

1. Pengelolaannya sangat mudah.

2. Biaya operasinya rendah.

3. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang dihasilkan relative sedikit.

4. Dpat menghilangkan nitrogen dan phosphor yang dapat menyebabkan euthropikasi.

LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT

Domestik

Klinis

Lain-lain

Laboratorium

Bak penampung

Pengolahan fisika- kimia

Dibuang ke saluran umum

Disinfeksi Proses pengolahan

biologis

(9)

5. Suplai udara untuk aerasi realtif kecil.

6. Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.

7. Dpat menghilangkan padatan tersuspensi dengan baik.

Seluruh air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dialirkan oleh pipa-pipa untuk dialurkan ke IPAL. Setelah sampai di IPAL, semua air limbah dikumpulkan di bak kontrol. Fungsi bak control adalah untuk mencegah sampat- sampah padat yang masih tersisa dari penyaringan sebelumnya seperti bungkus- bungkus plastik dan sebagainya agar tidak masuk ke dalam unit pengolahan limbah dan mencegah padatan yang tidak bisa terurai misalnya lumpur, pasir, abu gosok, dan lainnya agar tidak masuk ke dalam unit pengolahan limbah (4).

Dari bak control, air limbah dialirkan ke bak pengurai anaerob. Bak pengurai anaerob dibagi menjadi dua buah ruangan yakni bak pengendapan atau bak pengurai awal, biofilter anaerob tercelup dengan aliran dari bawah ke atas (up flow). Air limpasan dari bak pengurai anaerob selanjutnya dialirkan ke unit pengolahan lanjut. Unit pengolahan lanjut tersebut berdiri dari beberapa buah ruangan yang berisi media dari bahan PVC bentuk sarang tawon untuk pembiakan mikroorganisme yang akan menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah. Jumlah bak kontraktor anaerob ini bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan jumlah air baku yang akan diolah. Penguraian zat-zat organic yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobic. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan mikroorganisme. Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap (4,8).

Air limpasan dari bak kontraktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob.

Di dalam ban kontaktor aerob ini diisi dengan media dari bahan kerikil, plastic (polyethylene), batu apung atau bahan serat, sambil diaerasi atau dihembus

(10)

dengan udara sehingga mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat organic yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.

Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikroorganisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen, serta mempercpat proses nitrifikasi sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering dinamakan aerasi kontak (contact aeration).

Dari bak aerasi air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengnadung massa mikroorganisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi (4,8).

Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa klor untuk membunuh mikroorganisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organic (BOD,COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi, phospat, dan lainnya. Dengan adanya proses pengolahan lanjut tresebut konsentrasi BOD dalam air olahan yang dihasilkan relatif rendah, yakni sekitar 20-30 ppm (4,8).

(11)

Gambar 2. Diagram proses pengolahan air limbah rumah sakit kombinasi biofilter anaerob-aerob

(12)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ayuningtyas, RD. Proses pengolahan limbah cair di RSUD Moewardi Surakarta. Laporan Khusus. Universitas Sebelas Maret. 2009.

2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.

3. Astuti, Agustina, dan S.G. Purnama. Kajian pengelolaan limbah di rumah sakit umum Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Community Health 2014;

2(1): 12-20.

4. Kelair BPPT. Petunjuk teknis pengelola limbah cair industri kecil. Bab 5- Pengelolaan limbah industri farmasi dan rumah sakit. 2010.

5. Pakasi, Ferdy G. Analisis kualitas limbah cair pada instalasi pengolahan limbah cair (IPLC) Rumah Sakit Umum Liun Kendage Tahuna tahun 2010.

JKL 2011;1(1): 13-19.

6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.

7. Prassojo,FY., La Sina, dan Rika Erawaty. Pengelola limbah cair di Rumah Sakit Dirgahayu Kota Samarinda. Jurnal Beraja Niti 2014; 3(4): 1-30.

8. Widayat, Wahyu dan Nusa Idaman Said. Rancang bangun paket IPAL rumah sakit dengan proses biofilter anaerob-aerob kapasitas 20-30 m3 per hari. JAI 2005; 1(1): 52-64.

Gambar

Gambar 1. Diagram proses pengolahan air limbah rumah sakit
Gambar 2. Diagram proses pengolahan air limbah rumah sakit kombinasi biofilter  anaerob-aerob

Referensi

Dokumen terkait

Ternyata dari semua pernyataan yang diberikan oleh responden tentang dinamika motivasi belajar pada siswa mandiri di SMPN 10 Banda Aceh khususnya kelas inti tekun menghadapi tugas

Pengujian data relay proteksi ini dilakukan untuk menguji fungsi relay proteksi yang ada pada website sehingga sudah dapat berfungsi, prosesnya dimana Smart Plug

Ketertarikan Terhadap Rancangan Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Research ) dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Keterampilan.. Berpikir Kritis

Prototipe pengaman pintu otomatis menggunakan mikrokontroller AT89S52 merupakan ide yang timbul untuk mememenuhi sistem keamanan yang diaplikasikan pada pintu rumah,

1) Dua garis tersebut akan berpotongan, maka himpunan penyelesaiaanya tunggal. 2) Dua garis tersebut akan saling berimpit, maka himpunan penyelesaiannya tak hingga. 3) Dua

Minyak hati ikan cucut botol dimanfaatkan untuk bahan baku produk kosmetik (yang digunakan adalah kandungan senyawa hidrokarbon yang disebut Squalene

Merupakan suatu fakta, konsep, dan prinsip yang sudah terbukti efektif dalam banyak kasus tapi sifatnya masih belum

Penelitian ini dilaksanakan pada Workshop Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Gowa dengan langkah-langkah sebagai berikut ; Membuat gambar desain mekanis