• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Paritas Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Paritas Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Antara Paritas Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Di Rumah Bersalin Citra Palembang

Tahun 2013

Dahliana, Dosen poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Kebidanan

ABSTRAK

Jumlah penduduk yang semakin meningkat merupakan masalah besar bagi negara-negara di dunia khususnya di negara berkembang. Untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk di Indonesia diperlukan pembahasan mengenai pertumbuhan penduduk (Grown Rate) ditentukan tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Tingginya minat atau kecenderungan masyarakat khususnya pasangan usia subur dalam menggunakan alat kontrasepsi suntikan di pengaruhi oleh popularitas suntikan karena banyak wanita yang menerima kontrasepsi yang memuaskan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara paritas ibu dan pendapatan keluarga dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013. Metode penelitian menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan teknik wawancara dengan menggunakan kuesioner. Populasi penelitian ini adalah semua akseptor KB aktif yang datang di Rumah Bersalin Citra Palembang pada bulan Juli Tahun 2013, sampel penelitian yaitu 40 responden. Analisis data dengan uji Chi Square untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Hasil analisis bivariat didapatkan ada hubungan bermakna antara pendapatan keluarga dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013 (ρ value = 0,033). Ada hubungan bermakna antara paritas dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013 (ρ value = 0,004).Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan informasi yang lengkap tentang kontrasepsi suntik termasuk rumor atau mitos negatif tentang kontrasepsi suntik kepada peserta KB sehingga mereka memiliki pengetahuan yang baik terhadap kontrasepsi suntik dan bersedia menggunakan kontrasepsi suntik sebagai alat kontrasepsi yang efektif dan efesien.

Kata Kunci : Paritas, Pendapatan Keluarga, Kontrasepsi Suntik

LATAR BELAKANG

Jumlah penduduk yang semakin meningkat merupakan masalah besar bagi negara-negara di dunia khususnya di negara berkembang. Berdasarkan hasil sensus penduduk bahwa jumlah penduduk Indonesia tahun 2008 tercatat 203,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 % dan diproyeksikan mencapai 211.1 juta jiwa. Pada tahun 2008 Indonesia menempati urutan ke empat dari negara yang berpenduduk paling besar di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India dan Amerika Serikat. Dilihat dari laju pertumbuhan penduduk 1,49 % per tahun, artinya setiap tahun jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah 3-3,5 juta jiwa. Bila tanpa pengendalian yang berarti atau tetap dengan pertumbuhan penduduk 1,49% pertahun, maka jumlah tersebut pada tahun 2011 akan terus bertambah menjadi 249 juta jiwa atau menjadi 293,7 juta jiwa pada tahun 2015 (BKKBN, 2011).

Untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk di Indonesia diperlukan pembahasan mengenai pertumbuhan penduduk (Grown Rate) ditentukan tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Tingkat kelahiran kasar (Crude Birth Rate) dan tingkat kematian

kasar (Crude Death Rate) masing-masing menunjukkan jumlah kelahiran hidup dan jumlah kematian per 1000 penduduk pertahun (Handayani, 2010). Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak yang diinginkan dalam keluarga (Suratun, 2008).

Visi program Keluarga Berencana adalah membentuk keluarga berkualitas 2015 untuk mewujudkan penduduk yang berkualitas dimana keluarga menjadi maju, mandiri, sejahtera, dalam kehidupan yang serasi, selaras, dan seimbang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan melalui keluarga kecil sebagai bagian yang mutlak untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia yang potensial bagi pembangunan nasional, maka pemerintah lebih banyak berinisiatif untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kependudukan dengan penggunaan alat kontrasepsi yang merupakan salah satu langkah efektif untuk menunda momongan (BKKBN, 2011).

Beberapa metode kontrasepsi yang ada di

Indonesia adalah metode kontrasepsi sederhana tanpa

(2)

alat yaitu metode alamiah (metode kalender, metode suhu basal badan, metode lendir cervic), metode amenore laktasi ( MAL), coitus interruptus (senggama terputus), setelah itu kontrasepsi dengan metode menggunakan alat yaitu ( kondom, spermiside, diafagma), implan, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), kontrasepsi oral (pil kombinasi, pil progestin), suntikan yaitu suntikan kombinasi, suntikan progestin (BKKBN, 2008).

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menargetkan peserta KB baru tahun 2011 ini, akan mampu mencapai angka 267 ribu Pasangan Usia Subur (PUS), dan jumlah kelahiran juga akan mengalami penurunan sekitar 140-150 ribu jiwa.

Tingginya minat atau kecenderungan masyarakat khususnya pasangan usia subur dalam menggunakan alat kontrasepsi suntikan di pengaruhi oleh popularitas suntikan karena banyak wanita yang menerima kontrasepsi yang memuaskan, bagi ibu-ibu yang bekerja menginginkan anak yang lebih sedikit dan munculnya kesadaran bahwa kesuburan yang berlebihan berbahaya bagi kesehatan serta presentase yang memakai kontrasepsi adalah wanita yang menikah yang berumur 15-49 tahun (BKKBN 2009).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) provinsi Sumatera Selatan, jumlah akseptor aktif tahun 2011 sebanyak 910.346 akseptor dari 1.264.471 pasangan usia subur. Untuk pemakaian kontrasepsi yang tertinggi adalah pengguna kontrasepsi suntikan sebanyak 394.662 akseptor (43,35%). Pengguna pil sebanyak 326.066 akseptor (35,82%). Pengguna implant sebanyak 80.863 akseptor (8,882%). Pengguna IUD sebanyak 40.811 akseptor (4,48%). Pengguna MOW sebanyak 15.170 akseptor (1,67%). Pengguna MOP sebanyak 409 akseptor (0,04%). Pengguna kondom sebanyak 52.365 akseptor 5,75% (BKKBN 2011).

Menurut data kota Palembang tahun 2011 jumlah akseptor sebanyak 272.628 orang, peserta KB aktif sebanyak 224.474 orang, jumlah akseptor Intra Uterine Device (IUD) 17.995 akseptor (6,60%), Metode Operasi Pria (MOP) 1024 akseptor (0,37%), Metode Operasi Wanita (MOW) 14.428 akseptor (5,29%), implan 28.425 akseptor (10 24%), suntik 87.529 akseptor (32,10%), pil 58.394 Akseptor (21, 41%) dan Kondom (16, 679%) Akseptor.

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Dan setelah itu paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara (Prawirohardjo, 2009).

Pendapatan keluarga ialah tinggi rendahnya status ekonomi dan keadaan ekonomi penduduk Indonesia akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia. Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan. Contoh : keluarga dengan penghasilan cukup akan lebih mampu, karena bagi keluarga yang kurang mampu KB bukan merupakan kebutuhan pokok. Dengan suksesnya program KB maka

perekonomian suatu negara lebih baik karena dengan anggota keluarga yang sedikit kebutuhan dapat lebih tercukupi dan kesejahteraan dapat terjamin (Handayani, 2010).

Pendapatan keluarga mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemilihan jenis kontrasepsi KB suntik pada wanita usia 20-39 tahun. Dengan hasil uji statistik didapatkan bahwa pendapatan keluarga bermakna (p = 0,039) < α = 0,05 (Anisa, 2011).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Bersalin Citra Palembang Periode Januari sampai Juli 2013, jumlah peserta KB aktif sebesar 455 akseptor, yang mendapatkan pelayanan KB suntik sebanyak 310 (68,13%) akseptor, KB pil sebanyak 120 (26,37 %) akseptor, IUD sebanyak 13 (2,85%) akseptor, kondom sebanyak 4 (0,87%) akseptor, implant sebanyak 8 (1,75%) akseptor, sedangkan MOW, dan MOP tidak ada akseptor.

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain pada penelitian ini adalah metode survey analitik dimana pengumpulan data dan variabel independen (paritas dan pendapatan keluarga) dan variabel dependen (pemakai kontrasepsi suntik) di ukur dan dikumpul secara bersamaan (Notoatmodjo, 2010)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB aktif yang datang di Rumah Bersalin Citra Palembang dari bulan Januari sampai Juli Tahun 2013.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang datang ke Rumah Bersalin Citra Palembang pada saat penelitian dilakukan.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitan di lakukan di Rumah Bersalin Citra Palembang,waktu penelitian bulan Juli 2013.

HASIL PENELITIAN 1.Analisa Univariat Tabel 1.

a. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pemakaian Kontrasepsi Suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013

N0 Pemakaian Kontrasepsi

Suntik

Jumla h

Persentase (%)

1. Ya 26 65,0

2. Tidak 14 35,0

Total 40 100

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa

responden yang menggunakan kontrasepsi suntik

sebanyak 26 orang (65,0%), sedangkan reponden yang

tidak menggunakan kontrasepsi suntik yaitu sebanyak

14 orang (35,0%).

(3)

b. Pendapatan Keluarga Tabel 2

Distribusi Frekuensi RespondenMenurut Pendapatan Keluargadi Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013

No Pendapatan

Keluarga Jumlah Persentase (%)

1. Tinggi 22 55,0

2. Rendah 18 45,0

Total 40 100

Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa responden yang memiliki pendapatan tinggi sebanyak 22 orang (55,0%), sedangkan reponden yang memiliki pendapatan rendah yaitu sebanyak 18 orang (45,0%).

c. Paritas

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Paritas di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013

No Paritas

Jumlah Persentase (%)

1. Rendah 31 77,5

2. Tinggi 9 22,5

Total 40 100

Berdasarkan tabel 3 diatas, dapat diketahui bahwa responden yang memiliki paritas rendah sebanyak 31 orang (77,5%), sedangkan reponden yang memiliki paritas tinggi yaitu sebanyak 9 orang (22,5%).

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan dengan tabulasi silang (crosstab) dan uji chi-square untuk menemukan bentuk hubungan statistik antara variabel independen (pendapatan keluarga dan paritas ibu) dengan variabel dependen (pemakaian kontrasepsi suntik).

a.Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik

Tabel 4

Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013

N O

Pendapa tan Keluarg

a

Pemakaian

Kontrasepsi Suntik Jumla h

ρ

v a l u e Ya Tidak

n % n % N %

1. Tinggi 18 81,8 4 18,2 22 1 0

0 0

, 0 3 3 2. Rendah 8 44,4 10 55,6 18 1

0 0 Sumber : Data Primer, 2013

Pada tabel 4 didapatkan dari 22 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik dan memiliki pendapatan tinggi sebanyak 18 orang (81,8%), lebih besar jika dibandingkan dengan dari 18 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik dan memiliki pendapatan rendah yaitu sebanyak 8 orang (44,4%).

Hasil uji statistik chi square didapatkan ρ value = 0,033 (< α = 0,05) artinya ada hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan pendapatan keluarga dengan pemakaian kontrasepsi suntik terbukti secara statistik.

b. Hubungan Paritas dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik

Tabel 5

Hubungan Paritas dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013

N

o Paritas

Pemakaian Kontrasepsi

Suntik Jumlah

ρ val Ya Tid ue

ak

N % N % n %

1. Rendah 24 77,4 7 22,6 31 100 0,00 2. Tinggi 2 22,2 7 77,8 9 100 4

Sumber : Data Primer, 2013

Pada tabel 5 didapatkan dari 31 responden yang

menggunakan kontrasepsi suntik dan memiliki paritas

rendah sebanyak 24 orang (77,4%), lebih besar jika

dibandingkan dengan dari 9 responden yang

menggunakan kontrasepsi suntik dan memiliki paritas

tinggi yaitu sebanyak 2 orang (22,2%). Hasil uji statistik

chi square didapatkan ρ value = 0,004 (<α = 0,05)

artinya ada hubungan yang bermakna antara paritas

dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah

Bersalin Citra Palembang Tahun 2013. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan

paritas dengan pemakaian kontrasepsi suntik terbukti

secara statistik.

(4)

PEMBAHASAN

1.Pemakaian Kontrasepsi Suntik

Dari hasil penelitian didapatkan responden yang menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 26 orang (65,0%), lebih besar jika dibandingkan dengan reponden yang tidak menggunakan kontrasepsi suntik yaitu sebanyak 14 orang (35,0%).

Menurut Handayani (2010) kontrasepsi suntikan adalah pencegahan konsepsi/ pencegahan terjadinya pembuahan/ mencegah pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan telur dari wanita setelah persetubuhan.Penelitian yang dilakukan oleh Anisa (2011) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Desa Pandiangan Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi, didapatkan hasil penggunaan alat kontrasepsi pada akseptor KB tertinggi pada alat kontrasepsi suntik, yaitu 32,7% dan terendah alat kontrasepsi spiral yaitu 2,7 %. Sedangkan yang menggunakan KB pil sebanyak 29,1%.

Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar responden menggunakan KB suntik yaitu sebanyak 65,0%, namun sebanyak 35,0% ibu tidak menggunakan KB suntik, hal ini dikarenakan berdasarkan wawancara dengan ibu akseptor KB dilapangan, keengganan ibu untuk menggunakan KB suntik disebabkan ibu mengalami pusing dan mual, dan ada beberapa ibu yang mengalami penambahan berat badan selama menggunakan KB suntik. Selama penelitian dilakukan cakupan terbesar akseptor KB di Rumah Bersalin Citra Palembang adalah akseptor yang menggunakan KB suntik.

2. Pendapatan Keluarga

Dari hasil penelitian didapatkan responden yang memiliki pendapatan tinggi sebanyak 22 orang (55,0%), lebih besar jika dibandingkan dengan reponden yang memiliki pendapatan rendah yaitu sebanyak 18 orang (45,0%).

Menurut Handayani (2010) tinggi rendahnya status ekonomi dan keadaan ekonomi penduduk Indonesia akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia. Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan. Contoh : keluarga dengan penghasilan cukup akan lebih mampu, karena bagi keluarga yang kurang mampu KB bukan merupakan kebutuhan pokok. Dengan suksesnya program KB maka perekonomian suatu negara lebih baik karena dengan anggota keluarga yang sedikit kebutuhan dapat lebih tercukupi dan kesejahteraan dapat terjamin.

Penelitian yang dilakukan oleh Agusleani (2011) tentang hubungan karakteristik, pengetahuan, dan sikap akseptor KB suntik terhadap penggunaan KB suntik di Desa Tambakbaya Puskesmas Mandala Cibadak-Lebak, didapatkan hasil pendapatan keluarga

tinggi sebanyak 71 orang (56,8%) dan yang rendah sebanyak 54 orang (43,2%).

Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pendapatan tinggi yaitu sebanyak 55,0%. Walaupun penggalakan program KB mandiri dilakukan, tetapi ada kebijakan dari pemerintah bagi keluarga prasejahtera yaitu disediakannya alat/ obat kontrasepsi gratis. Peneliti menggolongkan penghasilan tinggi jika penghasilan keluarga perbulan lebih dari UMR (Rp. 1.048.440) dan penghasilan rendah jika penghasilan keluarga kurang dari dari UMR (Rp. 1.048.440).

3.Paritas

Dari hasil penelitian didapatkan responden yang memiliki paritas rendah sebanyak 31 orang (77,5%), lebih besar jika dibandingkan dengan reponden yang memiliki paritas tinggi yaitu sebanyak 9 orang (22,5%).

Menurut Prawirohardjo (2010) paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram atau lebih, yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai batas umur kehamilannya 24 minggu. Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas mempengaruhi pemilihan jenis alat kontrasepsi. Paritas yang diteliti adalah nullipara yaitu seorang wanita yang belum pernah melahirkan, primipara yaitu seorang wanita yang pernah melahirkan bayi untuk pertama kali, multipara yaitu seorang wanita yang pernah melahirkan ≥ 2 orang anak, dan Grande multipara yaitu seorang wanita yang pernah melahirkan

≥ 5 orang anak

Penelitian yang dilakukan oleh Agusleani (2011) tentang hubungan karakteristik, pengetahuan, dan sikap akseptor KB suntik terhadap penggunaan KB suntik di Desa Tambakbaya Puskesmas Mandala Cibadak-Lebak, didapatkan hasil sebagian responden mempunyai paritas rendah sebanyak 92 orang (73,6%) dan yang mempunyai paritas rendah sebanyak 33 orang (26,4%).

Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar responden dikategorikan dalam paritas rendah yaitu sebanyak 77,5%. Hal ini diasumsikan bahwa umur ibu yang memiliki jumlah anak cukup di usia reproduktif yaitu 19-35 tahun, sehingga dalam memilih metode kontrasepsi cenderung untuk menjarangkan atau menunda kelahiran sehingga memilih alat kontrasepsi suntik, bukan untuk menghentikan kehamilan seperti kontrasepsi yang bersifat permanen yaitu sterilisasi wanita atau pria yang merupakan kontrasepsi bukan hormonal

4.Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan

dari 22 responden yang menggunakan kontrasepsi

suntik dan memiliki pendapatan tinggi sebanyak 18

orang (81,8%), lebih besar jika dibandingkan dengan

dari 18 responden yang menggunakan kontrasepsi

suntik dan memiliki pendapatan rendah yaitu sebanyak

(5)

8 orang (44,4%). Hasil uji statistik chi square didapatkan ρ value = 0,033 (<α = 0,05) artinya ada hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan pendapatan keluarga dengan pemakaian kontrasepsi suntik terbukti secara statistik.

Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Andrini (2009) bahwa dalam kehidupan sehari-hari, pemakaian KB suntik erat kaitannya dengan gaji, upah, serta pendapatan lainnya yang diterima seseorang setelah orang itu melakukan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu. Jadi jumlah penghasilan nyata dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam suatu rumah tangga.

Hasil penelitian ini sesuai dari penelitian yang dilakukan oleh Anisa (2011) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Desa Pandiangan Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi, didapatkan hasil status ekonomi mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemilihan jenis kontrasepsi KB suntik pada wanita usia 20-39 tahun. Dengan hasil uji statistik didapatkan nilai p

= 0,039 < α = 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian serta teori yang ada dapat dibuat kesimpulan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan dengan pemakaian kontrasepsi suntik. Hal ini dikarenakan dikarenakan dengan adanya Jamkesmas, keluarga miskin akan mendapatkan pelayanan KB secara cuma- cuma baik obat maupun alat kontrasepsi. Program ini dimaksudkan agar keluarga yang berpendapatan rendah tidak kesulitan dalam mengakses program KB, karena bila pertambahan penduduk tidak dapat dikendalikan, maka beban pembangunan akan bertambah.

5. Hubungan Paritas dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan dari 31 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik dan memiliki paritas rendah sebanyak 24 orang (77,4%), lebih besar jika dibandingkan dengan dari 9 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik dan memiliki paritas tinggi yaitu sebanyak 2 orang (22,2%). Hasil uji statistik chi square didapatkan ρ value = 0,004 (<α = 0,05) artinya ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan paritas dengan pemakaian kontrasepsi suntik terbukti secara statistik.

Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Prawirohardjo (2010) yang menyatakan bahwa Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat di tangani dengan

asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat di kurangi atau di cegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak di rencanakan.

Berdasarkan hasil penelitian serta teori yang ada dapat dibuat kesimpulan bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan pemakaian kontrasepsi suntik. Hal ini dikarenakan didapatkan data bahwa mayoritas ibu yang menggunakan kontrasepsi suntik mempunyai paritas dalam kategori risiko rendah (1-3 orang anak). Ibu yang ingin mempunyai anak lagi lebih suka menggunakan metode kontrasepsi tradisional.

Berdasarkan penelitian Herlina (2006), dengan menggunakan hasil tabel silang diketahui bahwa sebagai besar akseptor yang paritas rendah memakai alat kontrasepsi suntikan berjumlah 8 akseptor (47,1%).

Sementara diketahui bahwa akseptor yang paritas rendah dan tidak memakai alat kontrasepsi suntikan berjumlah 23 akseptor (28%). Sedangkan paritas tinggi yang tidak memakai kontrasepsi suntikan berjumlah 9 akseptor (52%). Dari hasil chi square didapatkan hasil p value= 0,046 < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan bermakna antara paritas dengan pemakaian alat kontrasepsi suntikan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Distribusi frekuensi responden yang menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 26 orang (65,0%) dan reponden yang tidak menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 14 orang (35,0%).

2. Distribusi frekuensi responden yang memiliki pendapatan tinggi sebanyak 22 orang (55,0%) dan reponden yang memiliki pendapatan rendah sebanyak 18 orang (45,0%).

3. Distribusi frekuensi responden yang memiliki paritas rendah sebanyak 31 orang (77,5%) dan reponden yang memiliki paritas tinggi sebanyak 9 orang (22,5%).

4. Ada hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013 (ρ value = 0,033).

5.Ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013 (ρ value = 0,004).

Saran

1.Diharapkan kepada petugas kesehatan dapat

memberikan informasi yang lengkap tentang

kontrasepsi suntik termasuk rumor atau mitos

negatif tentang kontrasepsi suntik kepada peserta

KB sehingga mereka memiliki pengetahuan yang

baik terhadap kontrasepsi suntik dan bersedia

menggunakan kontrasepsi suntik sebagai alat

kontrasepsi yang efektif dan efesien.

(6)

2.Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi suntik. Untuk menyempurnakan rancangan penelitian dengan disarankan memakai metode kualitatif supaya waktu yang diberikan pada peneliti lebih banyak sehingga populasi yang di dapat lebih banyak lagi, sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan minat ibu dalam menggunakan kontrasepsi suntik.

DAFTAR PUSTAKA

Anisa, Ria. 2011. faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan metoda kontrasepsi pada pus diwilayah kerja puskes. (online).

http://lubmazresearch.wordpress.com/2011/05/03/faktor -faktor yang berhubungan dengan pemilihan metoda kontrasepsi pada pus di wilayah kerja puskes

BKKBN, (2008). Paduan Advokasi KB.

Jakarta: 2008

(2009). Panduan Advokasi KB.

Jakarta: 2009

(2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: 2011

Data Dinas Kesehatan Kota Palembang, (2011). (Online)

(http://www. Datadinkes. Com/cover/view, diakes April 2013)

Notoatmojo, Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rieka cipta.

Prawirohardjo, (2009). Ilmu Kebidanan.

(http://eprints.undip .ac.id/ Prawirohardjo. Pdf.

Kebidanan tanggal 22 mei 2009)

Handayani, Sri. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta :Pustaka Rihama.

Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.

Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo.Setya Arum, Dyah Noviati. (2009). Paduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.Yogyakarta : Nuha Medika

Sulistyawati, Ari. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika

Suratun, dkk. (2008). Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta; TIM

Winkjosastro, Hanafi. (2008). Ilmu

Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

 Konsep rumah tangga pertanian mengalami perluasan dibanding Sensus Pertanian 1983, yaitu untuk konsep rumah tangga pertanian pengguna lahan ditambah dengan usaha budidaya

 Potong sesuai selera lalu taburi dengan gula. pasir dan angin-anginkan

Menurut Mahkamah Konstitusi, tidak relevan lagi jika dalam KUHP masih memuat pasal- pasal yang mengurangi kebebasan mengekspresikan pikiran, pendapat, dan

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang memberi rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

yang dilakukan lebih bervariasi, memaksimalkan penggunaan metode, strategi, media pembelajaran, pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas tetapi di luar kelas serta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemecahan saham terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.. Teknik

• Dalam hal ini file-file yang berakhiran dengan .h disebut file header, yaitu file-file yang berisi berbagai deklarasi, seperti fungsi, variabel dan sebagainya.. • Contoh

Berdasarkan hasil penelitian, bentuk perlindungan hukum bagi pasien dari pelayanan kebidanan oleh bidan praktik mandiri yang dilakukan IBI Cabang kabupaten Rembang adalah