• Tidak ada hasil yang ditemukan

DSM/IP /05.1/IRIGASI/2017. Output PENERAPAN TEKNOLOGI TERBATAS SARANA OP BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DSM/IP /05.1/IRIGASI/2017. Output PENERAPAN TEKNOLOGI TERBATAS SARANA OP BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

DESEMBER, 2017

PENERAPAN TEKNOLOGI TERBATAS SARANA OP BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

Output

(2)

Aplikasi Sistem Manajemen Operasi Irigasi (SMOI) telah dikembangkan sejak Tahun 2012 dan terus dikembangkan setiap tahunnya. Pengembangan SMOI dilakukan dengan menyesuaikan blangko Operasi pada Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015 tentang eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Pada Tahun 2016, SMOI dilengkapi dengan blangko Pemeliharaan yang kemudian disebut Sistem Manajemen Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (SMOPI).

Ujicoba aplikasi SMOI sebelumnya telah dilakukan di beberapa lokasi. Pada Tahun 2014, aplikasi SMOI diujicobakan di DI Tajum Kabupaten Banyumas dan Boro Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Tahun 2016, SMOI diujicobakan di DI Bondoyudo Kabupaten Lumajang dan Jember Provinsi Jawa Timur, pengembangan yang dilakukan menggunakan perhitungan kebutuhan air dengan metode LPR-FPR.

Buku ini merupakan output kegiatan berupa Penerapan Terbatas (Pilot Project) Sarana OP Berbasis Teknologi Infomasi yang bertujuan untuk menyajikan bentuk aplikasi pelaporan operasi dan pemeliharaan irigasi yang mampu dan efektif mendukung operasi dan pemeliharaan irigasi, sehingga pembagian air irigasi diharapkan dapat dilakukan mendekati tepat jumlah dan tepat waktu, dapat membantu dan mempercepat proses komunikasi antara petani pengguna air, petugas di lapangan dan instansi pemerintah yang menangani irigasi.

Laporan output ini disusun oleh Susi Hidayah, ST., MT. sebagai ketua tim kegiatan, dibantu oleh tim pelaksana dengan bimbingan Dr. Ir. Eko Winar Irianto, MT. sebagai penanggung jawab kegiatan.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan ini.

Bandung, Desember 2017 Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air

Dr. Ir. Eko Winar Irianto, MT.

NIP. 19660502 199402 1 001

(3)

Susi Hidayah, ST., MT.

Joko Triyono, STP. M.Eng Nur Choiri, ST.

Dewi Fitriana, ST.

Oktawidyati Menur, S.Kom.

Widya Utaminingsih, S.P.

Hasna Soraya, S.TP.

(4)

Pola tanam dalam satu daerah irigasi cenderung terdiversifikasi menyesuaikan dengan permintaan pasar. Oleh karena itu, sistem irigasi perlu dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bersifat irigasi produktif (berorientasi untuk peningkatan produksi). Irigasi produktif lebih mengakomodasi diversifikasi tanaman yang sangat diperlukan untuk mengantisipasi perkembangan ekonomi global yang digerakkan oleh permintaan pasar. Karakteristik utama dari perubahan ini adalah perubahan manajemen irigasi dari gerak pasok (supply driven) menjadi gerak permintaan (demand driven) atas dasar pelayanan yang bersifat polisentrisitas.

Perubahan ini tentu saja perlu didukung oleh infrastruktur, kelembagaan dan institusi yang memadai. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengintegrasikan teknologi irigasi tepat waktu dan instrumentasi ke dalam jaringan irigasi. Penelitian dilakukan dalam bentuk desain dan pengembangan berdasarkan output yang telah disusun pada penelitian tahun sebelumnya. Model sistem yang dihasilkan kemudian dilakukan uji coba dan dievaluasi kinerjanya.

Penerapan Terbatas Sistem Manajemen Operasi dan Pemeliharaan Irigasi (SMOPI) bertujuan untuk mendapatkan bentuk aplikasi pelaporan operasi irigasi yang mampu dan efektif mendukung operasi irigasi, sehingga pembagian irigasi diharapkan dapat dilakukan mendekati tepat jumlah dan tepat waktu, dapat membantu dan mempercepat proses komunikasi antara petani pengguna air, petugas di lapangan dan instansi pemerintah yang menangani irigasi.

Dalam output ini dibahas mengenai kegiatan penerapan aplikasi SMOPI di DI Bondoyudo, Kabupaten Jember dan Lumajang. Kegiatan ujicoba SMOPI dengan metode perhitungan kebutuhan air LPR-FPR dilakukan di daerah irigasi Bondoyudo, Kabupaten Lumajang dan Jember, Jawa Timur. Metode perhitungan kebutuhan air LPR-FPR hanya digunakan di Jawa Timur saja. Perhitungan ini didasarkan pada factor palawija relatif. Dari ujicoba kesesuaian aplikasi SMOPI dengan metode LPR-FPR di DI Bondoyudo, dapat dievaluasi kinerja SMOPI.

Pembuatan aplikasi Sistem Manajemen Pemeliharaan Irigasi didasarkan pada Permen PU Nomor 12/PRT/M tahun 2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Blangko pemeliharan terdiri atas 10 blangko yang terdiri atas 5 tahap, yaitu inspeksi, perencanaan, persiapan, pemeliharaan (swakelola dan kontraktual), serta evaluasi kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi.

Hasil kuesioner keberterimaan aplikasi menunjukkan Variabel Kemudahan memiliki pengaruh terhadap sikap pengguna SMOPI dimana mendapat dukungan sebesar 82,562% responden menjawab setuju serta memiliki tingkat signifikansi 0,326. Variabel manfaat memiliki pengaruh secara signifikan terhadap sikap pengguna SMOI mendapat dukungan sebesar 72,784%

responden menjawab setuju serta memiliki tingkat signifikansi 0,001. Hasil tersebut menjelaskan manfaat SMOI lebih mempunyai peranan untuk digunakan dibandingkan kesulitan yang dihadapi.

Dari hasil penerapan aplikasi SMOPI di DI Bondoyudo diketahui bahwa aplikasi ini dapat berjalan dengan baik dan membantu proses pelaporan operasi dan pemeliharaan di lapangan.

Diharapkan kedepannya aplikasi ini dapat terus dimanfaatkan oleh pengelola irigasi di DI Bondoyudo.

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

TIM PENYUSUN ... ii

RINGKASAN ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR ISTILAH ... vii

DAFTAR SINGKATAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 9

1.1. Latar Belakang ... 9

1.2. Tujuan Kegiatan ... 10

1.3. Penerima Manfaat ... 10

1.4. Lokasi Kegiatan ... 10

BAB II PENERAPAN TEKNOLOGI APLIKASI SMOPI ... 11

2.1. Pengembangan Sistem Manajemen Operasi Irigasi (SMOI) Versi 5.0 ... 11

2.2. Pengembangan Sistem Manajemen Pemelihaan Irigasi (SMPI) Versi 1.0 ... 18

BAB III DESAIN PILOT PROJECT ... 26

3.1. Pengguna Aplikasi Sesuai dengan Kewenangan Pengelolaan Daerah Irigasi ... 26

3.2. Kebutuhan Minimum Hardware dan Software ... 27

3.3. Syarat dan Ketentuan Pengguna ... 28

BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROJECT APLIKASI SMOPI ... 29

4.1. Pelaksanaan Pelatihan Aplikasi SMOPI ... 29

4.2. Pendampingan Secara Berkala ... 31

4.3. Evaluasi Kesesuaian Aplikasi ... 31

4.4. Analisis Kinerja Aplikasi ... 34

BAB V ANALISA DAMPAK KEGIATAN... 40

5.1. Dampak Terhadap Pengguna ... 40

5.2. Dampak Terhadap Pelaporan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi ... 40

BAB VI PENUTUP DAN KESIMPULAN ... 41

6.1. Kesimpulan ... 41

6.2. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(6)

Gambar 1. Tampilan Menu Mantri/Juru SMOI Versi Mobile ... 12

Gambar 2. Tampilan Menu Juru Bendung SMOI Versi Mobile ... 12

Gambar 3. Tampilan Menu Ranting/Pengamat SMOI Versi Mobile ... 13

Gambar 4. Tampilan Menu Kasi Operasi Irigasi Kabupaten SMOI Versi Mobile ... 13

Gambar 5. Tampilan Menu Kasi UPTD Provinsi SMOI Versi Mobile ... 14

Gambar 6. Alur Blangko Operasi ... 14

Gambar 7. Tampilan SMOI Versi 5.0 untuk Mantri ... 16

Gambar 8. Tampilan SMOI Versi 5.0 untuk Ranting ... 17

Gambar 9. Tampilan SMOI Versi 5.0 untuk Kasi Operasi Irigasi Kabupaten ... 17

Gambar 10. Tampilan SMOI Versi 5.0 untuk Kasi UPTD Propinsi ... 18

Gambar 11. Alur Distribusi Data Blangko Pemeliharaan ... 18

Gambar 12. Blangko 01-P Dalam Aplikasi SMOPI ... 19

Gambar 13. Blangko 02-P Dalam Aplikasi SMOPI ... 20

Gambar 14. Blangko 03-P Dalam Aplikasi SMOPI ... 21

Gambar 15. Blangko BCP Dalam Aplikasi SMOPI... 21

Gambar 16. Blangko 04-P Dalam Aplikasi SMOPI ... 22

Gambar 17. Blangko 05-P Dalam Aplikasi SMOPI ... 22

Gambar 18. Blangko 06-P Dalam Aplikasi SMOPI ... 23

Gambar 19. Blangko 07-P Dalam Aplikasi SMOPI ... 23

Gambar 20. Blangko 08-P Dalam Aplikasi SMOPI ... 24

Gambar 21. Blangko 09-P Dalam Aplikasi SMOPI ... 25

Gambar 22. Blangko 10-P Dalam Aplikasi SMOPI ... 25

Gambar 23. Pengelola Irigasi yang Berwenang Menggunakan Aplikasi SMOPI ... 26

Gambar 23 Perangkat untuk mengakses SMOI ... 27

Gambar 24 Penentuan Kriteria Syarat Minimum Pendidikan Pengguna Aplikasi SMOPI pada Menu Admin ... 28

Gambar 25 Pelatihan Penggunaan Aplikasi SMOPI di Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Jember ... 30

Gambar 26 Pelatihan Penggunaan Aplikasi SMOPI di UPT PSDA Kabupaten Lumajang ... 30

Gambar 27 Kegiatan Pendampingan Berkala Penerapan Aplikasi SMOPI di DI Bondoyudo ... 31

Gambar 28 Kesesuaian Blangko 07-O untuk Pembagian Air ... 32

Gambar 29. Kesesuaian Blangko 09-O untuk Penentuan Faktor K ... 33

Gambar 30. Kesesuaian Blangko 10-P untuk Rekapitulasi Pekerjaan Pemeliharaan ... 33

Gambar 31 Flowchart Analisis TAM ... 34

(7)

Tabel 1. Tahapan Pengembangan Aplikasi SMOPI ... 15

Tabel 2. Hasil Uji Validitas Data ... 35

Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Data ... 36

Tabel 4. Hasil Nilai Signifikasi >5% ... 37

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas terhadap Variabel Kemudahan ... 38

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas terhadap Variabel Manfaat ... 38

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas terhadap Variabel Sikap ... 38

Tabel 8. Hasil Uji Autokorelasi Variabel Kemudahan Terhadap Sikap ... 39

Tabel 9. Hasil Uji Autokorelasi Variabel Manfaat Terhadap Sikap ... 39

(8)

Blangko O adalah blangko atau formulir isian yang digunakan oleh petugas pengelola irigasi pada tahapan operasi irigasi

Blangko P adalah blangko atau formulir isian yang digunakan oleh petugas pengelola irigasi pada tahapan pemeliharaan jaringan irigasi

Cloud server adalah server instan yang dapat langsung digunakan hanya dengan berlangganan dan membayar setiap bulan, disebut instan karena di dalamnya telah terpasang sistem operasi sesuai dengan kebutuhan pelanggan

Faktor K adalah faktor yang merupakan perbandingan antara debit permintaan SMOI adalah aplikasi pelaporan operasi irigasi yang mengacu pada blangko

operasi irigasi dari Permen PU No.21/PRT/M/2015 namun disusun berbasis website

Supply driven adalah sistem pembagian air berdasarkan gerak pasok atau ketersediaan air

Demand driven adalah sistem pembagian air berdasarkan gerak permintaan

Web mobile adalah layanan web yang didesain khusus untuk dijalankan di mobile device seperti PDA, telepon seluler, atau gadget bergerak lainnya

(9)

BWS Balai Wilayah Sungai BBWS Balai Besar Wilayah Sungai

GP3A Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air IP3A Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air O&P Operasi dan Pemeliharaan

OS Operating System PC Personal Computer

SMOI Sistem Manajemen Operasi Irigasi SMPI Sistem Manajemen Pemelihraan Irigasi

SMOPI Sistem Manajemen Operasi dan Pemeliharaan Irigasi UPT Unit Pelaksana Teknis

UPTD Unit Pelaksana Teknis Daerah

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi merupakan salah satu sektor yang harus mendapatkan perhatian pengelola. Sistem jaringan irigasi umumnya dioperasikan berdasarkan gerak pasok atau gerak semi-permintaan. Hal ini dilakukan untuk menjamin pemerataan pembagian air dan meminimalisir penurunan produksi. Dengan demikian, sistem irigasi lebih cenderung bersifat sebagai irigasi protektif (berorientasi menghindari penurunan produksi). Pola ini sangat sederhana dan cocok bila diterapkan pada daerah irigasi belum terdiversifikasi pola tanamnya. Namun demikian, saat ini pola tanam dalam satu daerah irigasi cenderung terdiversifikasi menyesuaikan dengan permintaan pasar.

Oleh karena itu, sistem irigasi perlu dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bersifat irigasi produktif (berorientasi untuk peningkatan produksi). Irigasi produktif lebih mengakomodir diversifikasi tanaman yang sangat diperlukan untuk mengantisipasi perkembangan ekonomi global yang digerakkan oleh permintaan pasar. Karakteristik utama dari perubahan ini adalah perubahan manajemen irigasi dari gerak pasok (supply driven) menjadi gerak permintaan (demand driven) atas dasar pelayanan yang bersifat polisentrisitas (Arif, 2003).

Pelaporan operasi dan pemeliharaan irigasi didasari oleh Permen PU No. 32 Tahun 2007 dan diperbaharui dengan Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Dalam lampiran Permen ini blangko pelaporan operasi terdiri atas 12 blangko operasi dan 10 blangko pemeliharaan. Selama ini kegiatan pelaporan operasi dan pemeliharaan dilakukan secara manual menggunakan kertas- kertas dan didistribusikan dari tingkat juru/mantri sampai rekapnya masuk ke Kasi Operasi Irigasi Kabupaten. Pelaporan dengan sistem manual seperti ini membutuhkan banyak waktu untuk proses mengolah data dan pendistribusian blangko.

Sejak tahun 2012, Balai Litbang Irigasi telah mengembangkan aplikasi Sistem Manajemen Operasi Irigasi (SMOI) yang berbasis. Pada tahun 2013 dilakukan pengembangan aplikasi agar lebih mudah digunakan oleh pengguna dengan tampilan yang lebih dapat menyesuaikan dengan perangkat yang mengakses. Pada tahun 2014 dilakukan pengembangan lanjutan serta rekayasa integrasi alat klimatologi serta bangunan ukur debit real time dengan aplikasi agar didapatkan data input operasi yang lebih terpercaya. Integrasi tersebut juga diharapkan dapat mengatasi permasalahan keterbatasan SDM yang secara langsung melakukan pengamatan dan pengumpulan data di bangunan irigasi yang memiliki perbedaan letak administratif. Tahun 2016 telah dilakukan uji coba SMOI yang telah mengakomodir bentuk LPR-FPR khusus daerah irigasi di Jawa Timur, serta sudah dibuat sistem pelaporan pemeliharaan pada aplikasi sehingga menjadi SMOPI. Pendampingan teknis perlu dilakukan pada tahun 2017 kepada pengguna sebagai bentuk penerapan teknologi sekaligus uji coba Sistem Manajemen Operasi dan Pemeliharaan Irigasi (SMOPI).

(11)

1.2. Tujuan Kegiatan

Tujuan kegiatan ini yaitu untuk menerapkan aplikasi Sistem Manajemen Operasi dan Pemeliharaan Irigasi (SMOPI) mendukung teknologi irigasi hemat air dalam menunjang program pemerintah terkait kedaulatan pangan.

1.3. Penerima Manfaat

Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah Balai Besar Wilayah Sungai Brantas. Penerima manfaat ditetapkan berdasarkan surat dari Direktorat OP Irigasi dan Rawa dengan Nomor Surat UM.01.02-Ar/424 perihal Lokasi Prototip Bangunan Irigasi Tersier dan Uji Coba Penerapan Perangkat Lunak SMOPI.

1.4. Lokasi Kegiatan

Lokasi Pelaksanaan kegiatan Penerapan Sistem Manajemen Operasi dan Pemeliharaan Irigasi (SMOPI) dilaksanakan di Daerah Irigasi Bondoyudo, Kabupaten Jember dan Lumajang Provinsi Jawa Timur.

Lokasi penerapan kajian aplikasi berbasis teknologi informasi untuk operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dipilih di Jawa Timur, karena lokasi tersebut berdasarkan hasil assessment pada tahun sebelumnya memiliki tingkat keberterimaan teknologi yang baik serta memiliki kesiapan pengetahuan dasar tentang SMOPI yang cukup. Selain itu kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan uji coba SMOI berbasis LPR-FPR sesuai dengan masukan Direktorat Bina OP. Selain itu DI Bondoyudo merupakan salah satu DI yang telah melakukan kegiatan atau program yang berhubungan dengan peningkatan kinerja O&P.

(12)

BAB II

PENERAPAN TEKNOLOGI APLIKASI SMOPI

2.1. Pengembangan Sistem Manajemen Operasi Irigasi (SMOI) Versi 5.0

Aplikasi SMOI merupakan suatu sistem pelaporan operasi irigasi menggunakan blangko operasi yang diatur dalam Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Aplikasi ini mengolah data yang dimasukkan melalui website smoi.pusair-pu.go.id dengan menggunakan user pengelola irigasi ke dalam bentuk grafik nilai K yang didapat dari perhitungan di blangko 09-O. Proses perhitungan di masing-masing blangko telah dilakukan otomatis oleh aplikasi sehingga hanya diperlukan input data saja.

Pengembangan pada aplikasi SMOI merupakan pengaruh dari hasil uji coba SMOI versi sebelumnya di lokasi penerapan. Hasil uji coba ini memberikan masukkan pengembangan SMOI lebih lanjut agar diharapkan dapat digunakan secara nasional.

Permasalahan yang mencolok dalam aplikasi versi sebelumnya adalah terkait jika ada petugas irigasi yang purna tugas. Petugas/ pengelola irigasi yang purna tugas harus digantikan dengan pengelola irigasi yang baru, penggantian petugas ini menimbulkan permasalahan adanya 2 akun yang bertugas di wilayah yang sama. Solusi pertama yang dilakukan untuk masalah tersebut adalah dengan menerapkan sistem TMT (terhitung mulai tanggal) dan penentuan aktif atau nonaktifkan akun user. Namun solusi tersebut dirasa kurang efektif menangani permasalahan yang ada karena dengan menginput pengelola yang baru masih dibutuhkan assignment serta pengaturan kewenangan bangunan. Hal tersebut menurut pengguna aplikasi SMOI membuat pengguna menjadi kesulitan dalam penggunaan aplikasi SMOI. Untuk itu solusi yang dirasa paling tepat adalah dengan merubah logika awal aplikasi yang tadinya berbasis pada personal user nya menjadi berbasis wilayahnya. Sehingga data dari petugas/pengelola irigasi sebelumnya dapat dibuka oleh petugas/pengelola irigasi yang baru serta tidak membutuhkan assignment yang rumit untuk menugaskan user baru.

Pengembangan lain yang dilakukan pada aplikasi ini adalah dengan penggunaan SMOI versi mobile untuk seluruh akun user pengguna SMOI. Dalam versi sebelumnya SMOI versi mobile hanya bisa digunakan oleh juru/mantri serta petugas bendung. Sedangkan versi terbaru ini SMOI versi mobile juga dapat digunakan oleh user ranting/pengamat, Kasi Operasi Irigasi Kabupaten serta Kasi UPTD Provinsi. Dengan adanya pengembangan ini diharapkan pengguna aplikasi menjadi lebih mudah dalam menginput data pada aplikasi SMOI karena dapat dilakukan melalui handphone atau smartphone masing- masing. SMOI Versi mobile untuk user mantri/juru terdapat dalam Gambar 1, untuk user petugas bendung terdapat dalam Gambar 2, untuk user ranting/pengamat terdapat dalam Gambar 3, untuk user Kasi Operasi ditunjukkan dalam Gambar 4 dan untuk kasi UPTD Provinsi ditunjukkan dalam Gambar 5 berikut ini.

(13)

Gambar 1. Tampilan Menu Mantri/Juru SMOI Versi Mobile

Gambar 2. Tampilan Menu Juru Bendung SMOI Versi Mobile

(14)

Gambar 3. Tampilan Menu Ranting/Pengamat SMOI Versi Mobile

Gambar 4. Tampilan Menu Kasi Operasi Irigasi Kabupaten SMOI Versi Mobile

(15)

Gambar 5. Tampilan Menu Kasi UPTD Provinsi SMOI Versi Mobile

Alur blangko Operasi sesuai dengan Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015 tentang eksploitasi dan pemeliharaan irigasi ditunjukkan dalam gambar berikut:

Bagan Alir Tahapan Kegiatan Operasi

Debit Andalan

Perhitungan Neraca Air

Rencana Penyediaan Air (tahunan)

Debit tersedia di sumber air (2 mingguan) Lap. Tanaman

& Kebutuhan. Air (2 mingguan)

Pembuatan Rencana Penyediaan

Air (2 mingguan) Perhit

Faktor K (bd) Penyediaan

Air Irigasi Per DI Pengaturan Pembagian Air

Dlm DI/Sek

Penetapan Rencana Tata Tanam

Per DI/Sek

Penetapan Rencana Tata Tanam

Detail / Tersier

Pembuatan Renc Pembagian Air

Detail / (tahunan) Usulan Rencana

Tata Tanam Kabupaten

Usulan Renc Tanam &

Kebutuhan.Air Ter/sek/DI

Hak Guna Air 1 2

2 3

4 5

6

7 11

10 9 8

13 14

12

Tingkat Daerah Irigasi

(16)

Pengembangan aplikasi SMOI sampai versi 5.0 ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Tahapan Pengembangan Aplikasi SMOPI

No Uraian SMOI v.1 (2012)

SMOI v.2 (2013)

SMOI v.3 (2014)

SMOI v.4 (2016)

SMOI v.5 &

SMPI v.1 (2017) 1

Pilihan periode pelaporan

7 hari 7, 10, dan 15 hari

2 Cakupan

propinsi Jawa Barat

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, dan Banten

3 Tampilan

Standar PC untuk semua modul

Penambaha

n Web

mobile khusus untuk pemakai mantri dan petugas bendung

Versi web mobile dapat digunakan untuk semua user

4

Penambaha n user public (umum)

Tidak ada

Penambaha n fitur user public

5 Fasilitas

Print Terbatas

Dapat dilakukan pada semua blangko

6

Perhitungan satuan kebutuhan air

Berdasarka n input nilai satuan kebutuhan air

Berdasarka n input nilai satuan kebutuhan air

koneksi

AWS ke

aplikasi SMOI sebagai input data dalam menghitung satuan kebutuhan air irigasi

Penambaha n

perhitungan satuan kebutuhan untuk Jawa Timur yang menggunak an metode LPR-FPR.

Blangko Hanya Mulai Dilengkapi

(17)

No Uraian SMOI v.1 (2012)

SMOI v.2 (2013)

SMOI v.3 (2014)

SMOI v.4 (2016)

SMOI v.5 &

SMPI v.1 (2017)

operasi gan blangko

pemelihara an

an

Tampilan menu pada SMOI dan SMPI versi PC atau desktop juga mengalami beberapa perubahan. Perubahan ini merupakan akibat dari pengembangan yang cukup signifikan dalam aplikasi SMOI. Dalam aplikasi SMOI penetapan penugasan user didasarkan pada wilayah tugasnya, sehingga pengelola irigasi yang pensiun sudah tidak bisa menggunakan aplikasi SMOI. Pengelola baru yang menggantikan pengelola yang pensiun memiliki akses untuk membuka data-data yang telah diinputkan pengelola yang pensiun. Sehingga tidak diperlukan assignment dari awal (memilih/ mengatur kewenangan bangunan) seperti pada SMOI Versi sebelumnya. Berikut ini merupakan tampilan SMOI untuk user Mantri (Gambar 7), user ranting (Gambar 8), user kasi O.

Irigasi Kabupaten (Gambar 9) dan Kasi UPTD Propinsi (Gambar 10).

Gambar 7. Tampilan SMOI Versi 5.0 untuk Mantri

(18)

Gambar 8. Tampilan SMOI Versi 5.0 untuk Ranting

Gambar 9. Tampilan SMOI Versi 5.0 untuk Kasi Operasi Irigasi Kabupaten

(19)

Gambar 10. Tampilan SMOI Versi 5.0 untuk Kasi UPTD Propinsi

2.2. Pengembangan Sistem Manajemen Pemelihaan Irigasi (SMPI) Versi 1.0

Dalam pengolahan data blangko pemeliharaan, aplikasi SMPI memiliki alur data blangko seperti berikut:

Gambar 11. Alur Distribusi Data Blangko Pemeliharaan

Adapun alur pengisian data pada blangko pemeliharaan dijelaskan dalam uraian berikut:

(20)

a) Blangko 01-P

Blangko ini wajib diisi 2 kali dalam satu bulan (per 10 harian maupun 15 harian) dan dikumpulkan ke ranting setiap akhir bulan. Pelaksanaan pemeliharaan yang dapat dilakukan pada tahun berjalan dan tidak membutuhkan anggaran untuk tenaga tukang (dapat dikerjakan oleh P3A atau pekarya) dapat langsung dikerjakan (pemeliharaan bersifat rutin) dilaporkan di blangko 06-P di tahun yang sama. Untuk kegiatan pemeliharaan yang membutuhkan tenaga tukang dan anggaran yang besar pelaporan diteruskan ke blangko 02-P untuk dilakukan penelusuran oleh ranting. Kerusakan yang dilaporkan tidak hanya di jaringan saja namun termasuk juga sarana dan prasarana pelengkapnya seperti papan operasi, rumah PPA, patok Hm dan Km, serta seluruh aset pendukungnya.

Tampilan akhir blangko 01-P ada dalam gambar berikut.

(21)

b) Blangko 02-P

Blangko 02-P diisi berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh ranting bersama juru dan P3A. Hasil penelusuran ini dilakukan untuk kegiatan pemeliharaan pada tahun selanjutnya. Dilakukan setahun 2 kali dan harus dilengkapi dengan dokumentasi serta gambar teknik bangunan.

Blangko 02-P ini dijadikan dasar pembuatan AKNOP untuk pengajuan anggaran pemeliharaan. Tampilan blangko 02-P ditunjukkan dalam gambar berikut:

Gambar 13. Blangko 02-P Dalam Aplikasi SMOPI c) Blangko 03-P

Blangko 03-P diisi oleh ranting untuk pelaporan kerusakan akibat bencana.

Blangko ini dilengkapi dengan lampiran yang merupakan surat yang ditujukan untuk Dinas Kabupaten yang berwenang untuk kegiatan pemeliharaannya. Tampilan blangko 03-P ditunjukkan dalam gambar berikut:

(22)

Gambar 14. Blangko 03-P Dalam Aplikasi SMOPI

d) Buku Catatan Pemeliharaan (BCP)

BCP dilaksanakan setahun sekali. Ada dua macam BCP yang harus diisi yaitu BCP Perencanaan dan BCP Pelaksaan, bentuk kedua blangko tersebut sama, hanya saja untuk BCP Perencanaan dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan dan BCP Pelaksanaan dilaksanakan setelah kegiatan pemeliharaan selesai dikerjakan. BCP digunakan untuk merekap kegiatan dari blangko 02-P dan 03-P yang akan dikerjakan di tahun selanjutnya. Dari BCP ini dipilih kegiatan mana yang akan dilanjutkan ke kegiatan pemeliharaan berkala (Blangko 07-P), Swakelola (Blangko 04-P) dan Kontraktual (Blangko 05-P). Tampilan blangko BCP dalam aplikasi SMOPI terlihat dalam gambar berikut:

Gambar 15. Blangko BCP Dalam Aplikasi SMOPI e) Blangko 04-P

Pekerjaan yang masuk ke dalam blangko 04-P merupakan program definitif (sudah pasti akan dikerjakan) untuk kegiatan swakelola. Kegiatan

(23)

blangko 08-P. Tampilan blangko 04-P dalam aplikasi SMOPI terlihat dalam gambar berikut:

Gambar 16. Blangko 04-P Dalam Aplikasi SMOPI f) Blangko 05-P

Pekerjaan yang masuk ke dalam blangko 05-P merupakan program definitif (sudah pasti akan dikerjakan) untuk kegiatan kontraktual.

Kegiatan ini diambil dari blangko BCP tahun sebelumnya. Pelaporan progres kegiatan kontraktual selanjutnya akan dilaporkan setiap bulan dalam blangko 09-P. Tampilan blangko 05-P dalam aplikasi SMOPI terlihat dalam gambar berikut:

Gambar 17. Blangko 05-P Dalam Aplikasi SMOPI g) Blangko 06-P

Blangko 06 merupakan rincian biaya dan bahan yang diperlukan untuk pekerjaan swakelola yang dikerjakan sendiri oleh pekarya/PPA rutin setiap bulan, sehingga tidak diperlukan perhitungan tenaga kerja. Contohnya mencabuti rumput dan melumuri pintu dengan oli. Kegiatan ini langsung diambil dari blangko 01-P. Selanjutnya rekap pekerjaan akan dimasukkan ke dalam blangko 10-P (Laporan Tahunan : Realisasi Pekerjaan Pemeliharaan). Tampilan blangko 06-P dalam aplikasi SMOPI terlihat dalam gambar berikut:

(24)

Gambar 18. Blangko 06-P Dalam Aplikasi SMOPI h) Blangko 07-P

Blangko 07 merupakan rincian biaya bahan dan tenaga kerja yang diperlukan untuk pekerjaan pemeliharaan berkala yang dikerjakan oleh tenaga tukang secara berkala antara 2 sampai 3 bulan sekali sehingga diperlukan perhitungan tenaga kerja. Contohnya pengecatan, perbaikan saluran dengan semen dan lain-lain. Pekerjaan ini diambil dari blangko BCP tahun sebelumnya. Selanjutnya rekap pekerjaan akan dimasukkan ke dalam blangko 10-P (Laporan Tahunan : Realisasi Pekerjaan Pemeliharaan). Tampilan blangko 07-P dalam aplikasi SMOPI terlihat dalam gambar berikut:

Gambar 19. Blangko 07-P Dalam Aplikasi SMOPI

(25)

i) Blangko 08-P

Blangko 08 merupakan progress pekerjaan swakelola setiap bulannya.

Blangko ini dilaporkan untuk masing-masing DI dan masing-masing paket pekerjaan. Perlu ditanda tangani oleh juru jika juru terlibat kerjasama dalam pekerjaan tersebut. Selanjutnya rekap pekerjaan akan dimasukkan ke dalam blangko 10-P (Laporan Tahunan : Realisasi Pekerjaan Pemeliharaan). Tampilan blangko 08-P dalam aplikasi SMOPI terlihat dalam gambar berikut:

Gambar 20. Blangko 08-P Dalam Aplikasi SMOPI

j) Blangko 09-P

Blangko 09 merupakan progress pekerjaan kontraktual setiap bulannya.

Blangko ini dilaporkan untuk masing-masing Dinas/Balai (bisa terdiri dari beberapa paket pekerjaan). Selanjutnya rekap pekerjaan akan dimasukkan ke dalam blangko 10-P (Laporan Tahunan : Realisasi Pekerjaan Pemeliharaan). Tampilan blangko 09-P dalam aplikasi SMOPI terlihat dalam gambar berikut:

(26)

Gambar 21. Blangko 09-P Dalam Aplikasi SMOPI

k) Blangko 10-P

Blangko ini merupakan rekap dari pekerjaan pemeliharaan rutin (06-P), pemeliharaan berkala (07-P), swakelola (08-P) dan kontraktual (09-P).

Untuk pekerjaan kontraktual pada kolom biaya dicantumkan termin pembayaran yang dilakukan dan pada kolom nomor dan tanggal surat penugasan ditulis tanggal surat kontrak. Tampilan blangko 10-P dalam aplikasi SMOPI terlihat dalam gambar berikut:

Gambar 22. Blangko 10-P Dalam Aplikasi SMOPI

(27)

BAB III

DESAIN PILOT PROJECT

3.1. Pengguna Aplikasi Sesuai dengan Kewenangan Pengelolaan Daerah Irigasi

Pengguna aplikasi SMOPI mengacu pada pengelola irigasi yang ditunjuk dalam Permen PU No. 12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan. Pengelola irigasi yang berwenang mengisi blangko operasi dan pemeliharaan antara lain Juru Bendung, Mantri, Ranting, Kasi O&P Irigasi Kabupaten dan Kasi UPTD Propinsi. Pengelola irigasi yang dapat menggunakan aplikasi SMOPI diilustrasikan dalam gambar di bawah ini:

Gambar 23. Pengelola Irigasi yang Berwenang Menggunakan Aplikasi SMOPI Dalam aplikasi SMOI, juru bendung bertugas mengisi blangko 08-O, sedangkan mantri/juru mengisi blangko 01-O, 04-O dan 06-O. Ranting/pengamat melakukan input data untuk blangko 05-O, 07-O, 09-O dan 10-O, dan melakukan verifikasi untuk blangko 01-O, 02-O, 04-O, 06-O dan 08-O. Kasi Operasi Irigasi Kabupaten mengisi blangko 03-O dan 11-O sedangkan Kasi UPTD Propinsi hanya melakukan verifikasi laporan untuk blangko 12-O.

Sedangkan dalam aplikasi SMPI, juru bendung tidak berwenang mengisi blangko.

Mantri/juru hanya mengisi blangko 01-P saja. Ranting/pengamat bertugas mengisi blangko 02-P, 03-P, 04-P, 05-P, 06-P , 07-P dan blangko BCP. Kasi Pemeliharaan Kabupaten mengisi blangko 08-P, 09-P dan 10-P.

Cara kerja blangko operasi dan pemeliharaan yang ada dalam aplikasi SMOPI sama dengan blangko manual yang ada dalam Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015 tentang eksploitasi dan pemeliharaan irigasi. Hal ini dilakukan agar blangko yang tercetak dalam aplikasi ini sama persis dan dapat digunakan sebagai blangko manual yang selama ini digunakan.

Pengembangan aplikasi ini akan dilakukan pengolahan data dari blangko-blangko yang ada. Data dapat ditampilkan dalam bentuk grafik dan dapat digunakan untuk pelaporan triwulan pengelola irigasi. Adapun contoh grafiknya seperti grafik IP dan grafik debit.

(28)

3.2. Kebutuhan Minimum Hardware dan Software

1) Kebutuhan Hardware

Hardware yang diperlukan untuk mengakses SMOPI adalah PC maupun android yang telah terkoneksi dengan internet dengan alamat website www.smoi.pusair-pu.go.id. Penggunaan android atau versi mobile dapat digunakan oleh semua user yang ada di aplikasi SMOPI.

Gambar 24 Perangkat untuk mengakses SMOI

Hardware lain yang berkaitan dengan aplikasi SMOPI adalah server. Server yang dibutuhkan dalam penerapan aplikasi ini mengacu pada server yang digunakan oleh Balai Litbang Irigasi selama ini. Spesifikasi server yang digunakan antara lain :

a) Sistem Operasi Linux Menggunakan CentOS 6.9

b) Database/Coding menggunakan MySQL dan PHP dengan Versi Php 5.3.3

& MySQL 5.1.73

c) Web server: LAMP (Linux Apache MySql Php) d) Basis Pemrograman : Web Base

2) Kebutuhan Koneksi Data

Aplikasi SMOPI dapat diakses melalui alamat website www.smoi.pusair- pu.go.id oleh PC maupun mobile yang memiliki fasilitas akses data. SMOPI merupakan aplikasi pelaporan yang tidak membutuhkan space memori pada mobile karena dibuka lewat website. Untuk itu selama pengisian blangko pada SMOPI dibutuhkan koneksi yang baik agar data tersimpan di database program. Sedangkan software yang digunakan dalam server SMOPI antara lain:

a) OS linux: OpenSuse 12.x b) Paket yg diaktifkan:

(1) Xwindows (2) Apache (3) Php

(4) MariaDB/MySQL

(29)

3.3. Syarat dan Ketentuan Pengguna

Seperti dijelaskan pada subbab 3.1, pengguna aplikasi SMOPI merupakan pengelola irigasi yang telah ditetapkan dalam Permen PU No. 12/PRT/M/2015 tentang eksploitasi dan pemeliharaan yaitu juru bendung, mantri/juru, ranting/pengamat, Kasi OP Irigasi Kabupaten dan Kasi UPTD Propinsi.

Pengguna aplikasi SMOPI diharapkan merupakan pengelola irigasi langsung yang mengisi blangko Operasi dan Pemeliharaan secara manual, sehingga dapat mengisi blangko operasi dan pemeliharaan di aplikasi sesuai dengan isiannya di blangko manual. Pengguna aplikasi SMOPI diharapkan mampu mengoperasikan gadget atau hardware pengolah data SMOPI dengan baik.

Kriteria pengguna SMOPI yaitu pengelola irigasi yang secara aktif melakukan pelaporan blangko O dan P. Untuk syarat usia tidak dibatasi namun pengguna SMOPI harus dapat menggunakan hardware pengolah data (PC maupun Tab). Hal tersebut bertujuan agar pelaporan operasi menggunakan aplikasi SMOPI dapat berjalan seterusnya. Syarat pendidikan untuk pengguna aplikasi ini untuk mantri rata-rata merupakan lulusan SMA atau sederajat, sedangkan ranting lulusan D3 atau S1. Syarat pendidikan ini diinputkan ke dalam data user di aplikasi SMOPI juga, sehingga jika dilakukan input ranting misalnya user yang muncul hanya user dengan pendidikan minimal D3 saja. Penentuan kriteria ini ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 25 Penentuan Kriteria Syarat Minimum Pendidikan Pengguna Aplikasi SMOPI pada Menu Admin

Pengguna aplikasi SMOPI merupakan pengelola irigasi yang bertugas mengisi blangko pelaporan operasi dan pemeliharaan. Meskipun para pengelola irigasi tersebut telah terbiasa mengisi blangko secara manual namun tetap diperlukan pelatihan untuk mengisi blangko yang ada dalam aplikasi. Pelatihan diadakan guna mendukung berjalannya kegiatan penerapan teknologi ini dengan lancer. Selain itu pendampingan selama penerapan juga diperlukan.

(30)

BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROJECT APLIKASI SMOPI

Pelaksanaan kegiatan penerapan aplikasi SMOPI dilakukan pada tahun 2017 di DI Bondoyudo. Tahapan pelaksanaan kegiatan tersebut antara lain :

1) Identifikasi Pengelola Daerah Irigasi 2) Pengadaan Hardware Pendukung Aplikasi 3) Pelatihan Teknis Penggunaan Aplikasi 4) Pendampingan Berkala Penggunaan Aplikasi

5) Evaluasi Kesesuaian Basis Pelaporan OP dari Pengguna 6) Analisis Keberterimaan Aplikasi

Dari tahapan kegiatan di atas, penjelasan untuk masing-masing tahapan kegiatan ada dalam subbab berikut:

4.1. Pelaksanaan Pelatihan Aplikasi SMOPI

Pelatihan teknis penggunaan aplikasi SMOPI dilakukan dengan melibatkan pengelola irigasi di DI Bondoyudo Kabupaten Lumajang dan Jember. Pelatihan dilakukan guna meningkatkan kemampuan pengelola irigasi di lokasi pemanfaatan agar mampu menerapkan modernisasi irigasi di wilayah kerjanya serta efisiensi terhadap penggunaan air. Pelatihan SMOPI bermaksud untuk memperkenalkan blangko pemeliharaan pada aplikasi SMPI dan mengupdate blangko operasi dalam aplikasi SMOI. Pengelola irigasi merasa terbantu dengan adanya aplikasi ini, karena kegiatan pengaturan air di lapangan yang menyita waktu sehingga untuk kegiatan pelaporan blangko operasi dan pemeliharaan kurang diperhatikan. Dengan penggunaan aplikasi SMOPI diharapkan proses distribusi blangko yang selama ini menjadi permasalan menjadi teratasi. Proses distribusi blangko membuat kegiatan pelaporan operasi dan pemeliharaan menjadi lama, karena jarak antara lokasi mantri ke kantor UPT maupun dinas kabupaten jauh.

Diharapkan aplikasi ini mampu diterapkan seterusnya oleh Dinas Bina Marga dan SDA Kabupaten Jember dan UPT PSDA Kabupaten Lumajang. Kegiatan pelatihan aplikasi SMOPI di Dinas Bina Marga dan SDA Kabupaten Jember ditunjukkan dalam Gambar 25 dan pelatihan SMOPI di UPT PSDA Kabupaten Lumajang ditunjukkan pada Gambar 26 berikut:

(31)

Gambar 26 Pelatihan Penggunaan Aplikasi SMOPI di Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Jember

Gambar 27 Pelatihan Penggunaan Aplikasi SMOPI di UPT PSDA Kabupaten Lumajang

Pelatihan teknis ini perlu dilakukan karena SMOI telah dikembangkan menjadi SMOI Versi 5.0 dengan penambahan blangko Pemeliharaan (SMPI Versi 1.0). Pelatihan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan pengembangan yang dilakukan pada aplikasi SMOI serta aplikasi SMPI. Peserta pada pelatihan tahun sebelumnya sebagian besar sudah purna tugas sehingga diharapkan pengguna aplikasi yang bertugas saat ini

(32)

4.2. Pendampingan Secara Berkala

Kegiatan pendampingan berkala dilakukan sebanyak 3 kali setelah dilaksanakan pelatihan penggunaan aplikasi. Kegiatan pendampingan ini bertujuan untuk semakin melatih penguasaan terhadap aplikasi SMOPI oleh pengelola irigasi di DI Bondoyudo. Pendampingan berkala dilakukan di masing-masing UPT di Jember dan Lumajang. Untuk UPT di Jember dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok 1 terdiri atas UPT Sumber Baru dan Kencong dan kelompok 2 terdiri atas UPT Semboro dan UPT Gumukmas. Pembagian ini bertujuan agar proses pendampingan penggunaan aplikasi ini menjadi lebih intens dan pengelola lebih menguasai aplikasi SMOPI.

Dalam pendampingan berkala juga didapat masukan-masukan tentang kinerja aplikasi SMOPI. Misal terjadi error dalam pengolahan data maka akan dapat diketahui secara cepat dan dapat diatasi secepatnya. Kegiatan pendampingan berkala dapat ditunjukkan dalam gambar berikut:

Gambar 28 Kegiatan Pendampingan Berkala Penerapan Aplikasi SMOPI di DI Bondoyudo

4.3. Evaluasi Kesesuaian Aplikasi

Evaluasi kesesuaian basis pelaporan OP dari pengguna dapat dilihat dari data hasil olahan blangko Operasi pada aplikasi SMOI sesuai dengan yang dilakukan pada pelaporan manual.

(33)

tanpa melakukan perhitungan dan rekap data. Contoh pelaporan blangko operasi sampai pada pembagian air dapat dilihat di blangko 07-O seperti gambar di bawah ini:

Gambar 29 Kesesuaian Blangko 07-O untuk Pembagian Air

Pembagian debit air seperti pada blangko 07-O di atas didasari dari penentuan faktor K yang dilakukan pada blangko 09-O. Contoh pengisian blangko 09-O dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

(34)

Gambar 30. Kesesuaian Blangko 09-O untuk Penentuan Faktor K

Pada blangko pemeliharaan hasil dari laporan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dapat ditampilkan dalam blangko 10-P. Pada blangko ini berisi pelaporan kegiatan pemeliharaan baik itu kontraktual maupun berkala. Tampilan blangko 10-P tersaji dalam gambar berikut:

Gambar 31. Kesesuaian Blangko 10-P untuk Rekapitulasi Pekerjaan Pemeliharaan

(35)

4.4. Analisis Kinerja Aplikasi

Analisa keberterimaan aplikasi SMOPI dilakukan dengan mengambil survey keberterimaan aplikasi melalui kuesioner kepada pengelola irigasi di DI Bondoyudo.

Data hasil kuesioner ini kemudian diolah menggunakan metode Technology Acceptance Model (TAM).

Analisis dilakukan dengan mengolah data yang ada dilapangan dengan 21 responden yang terdiri atas mantri/juru, ranting/pengamat, kasi operasi irigasi kabupaten dan kasi UPTD Propinsi. Kuesioner terdiri atas 13 pertanyaan mengenai variabel kemudahan, manfaat dan sikap. Tahap analisis data kuesioner ditunjukkan dalam gambar berikut:

(36)

Pengujian yang dilakukan diantaranya uji Validitas dan Reliabilitas. Dari hasil uji validitas terhadap data kuesioner didapat hasil seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Hasil Uji Validitas Data

Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13

Q1 Pearson

Correlation 1 .293 .349 .410* .410* .497* .529** .363 .077 -.049 .300 .539** .438* Sig. (1-tailed) .099 .060 .033 .033 .011 .007 .053 .369 .417 .093 .006 .023

N 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21

Q2 Pearson

Correlation .293 1 .326 .500* .286 .447* .674** .270 -.047 .299 .135 .299 .234 Sig. (1-tailed) .099 .074 .010 .105 .021 .000 .119 .419 .094 .280 .094 .154

N 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21

Q3 Pearson

Correlation .349 .326 1 .233 .233 .626** .503* .503* .308 -.195 .421* .390* .109 Sig. (1-tailed) .060 .074 .155 .155 .001 .010 .010 .087 .198 .029 .040 .319

N 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21

Q4 Pearson

Correlation .410* .500* .233 1 .571** .447* .539** .337 .189 .418* .270 .418* .468* Sig. (1-tailed) .033 .010 .155 .003 .021 .006 .068 .206 .030 .119 .030 .016

N 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21

Q5 Pearson

Correlation .410* .286 .233 .571** 1 .224 .337 .337 .331 .239 .270 .598** .468* Sig. (1-tailed) .033 .105 .155 .003 .165 .068 .068 .072 .148 .119 .002 .016

N 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21

Q6 Pearson

Correlation .497* .447* .626** .447* .224 1 .663** .663** .296 .187 .392* .561** .419* Sig. (1-tailed) .011 .021 .001 .021 .165 .001 .001 .096 .208 .039 .004 .029

N 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21

Q7 Pearson

Correlation .529** .674** .503* .539** .337 .663** 1 .618** .178 .226 .527** .564** .631**

Sig. (1-tailed) .007 .000 .010 .006 .068 .001 .001 .220 .163 .007 .004 .001

N 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21

Q8 Pearson

Correlation .363 .270 .503* .337 .337 .663** .618** 1 .714** .395* .527** .733** .631*

*

Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13

Sig. (1-tailed) .053 .119 .010 .068 .068 .001 .001 .000 .038 .007 .000 .001

N 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21

Q9 Pearson

(37)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Sig. (1-tailed) .369 .419 .087 .206 .072 .096 .220 .000 .005 .012 .005 .010

N 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21

Q10 Pearson

Correlation -.049 .299 -.195 .418* .239 .187 .226 .395* .553** 1 .282 .400* .490* Sig. (1-tailed) .417 .094 .198 .030 .148 .208 .163 .038 .005 .108 .036 .012

N 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21

Q11 Pearson

Correlation .300 .135 .421* .270 .270 .392* .527** .527** .491* .282 1 .451* .529**

Sig. (1-tailed) .093 .280 .029 .119 .119 .039 .007 .007 .012 .108 .020 .007

N 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21

Q12 Pearson

Correlation .539** .299 .390* .418* .598** .561** .564** .733** .553** .400* .451* 1 .783**

Sig. (1-tailed) .006 .094 .040 .030 .002 .004 .004 .000 .005 .036 .020 .000

N 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21

Q13 Pearson

Correlation .438* .234 .109 .468* .468* .419* .631** .631** .503* .490* .529** .783** 1 Sig. (1-tailed) .023 .154 .319 .016 .016 .029 .001 .001 .010 .012 .007 .000

N 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Keterangan = Q1 – Q13 = Pertanyaan 1 sampai pertanyaan ke 13.

Berdasarkan hasil uji validitas di atas, diketahui bahwa data uji valid dengan signifikasi sebesar 5%. Setelah uji validitas dilakukan maka perlu dilakukan uji r untuk mengetahui ke validan data. Uji Reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana tingkat kekonsistensian pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Hasil dari uji reliabilitas terdapat pada tabel berikut:

Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Data Cronbach's Alpha N of Items

.889 13

Jika nilai Cronbach's Alpha> 0,5 dapat dikatakan bahwa instrument yang digunakan untuk mengukur variabel kemudahan, manfaat, dan sikap tersebut dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Berdasarkan tabel di atas nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,889 dan dikatakan nilai tersebut lebih besar dari persyaratan sebesar 0,5. Nilai alpha yang

(38)

(r tabel). R alpha lebih besar daripada r tabel, maka data dinyatakan reliable atau terpercaya. Maka instrument dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Selanjutnya uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data pada variabel X1 (kemudahan), X2 (manfaat) dan Y (sikap) berdistribusi normal atau tidak. Jika nilai signifikansi > 5%(alpha) maka data itu terdistribusi normal. dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Nilai signifikansi menunjukkan bahwa alpha >5%, data lengkapnya tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 4. Hasil Nilai Signifikasi >5%

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item- Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Q1 53.67 20.133 .498 .535 .885

Q2 53.95 20.948 .437 .717 .887

Q3 53.90 19.590 .454 .822 .891

Q4 53.62 20.348 .581 .643 .881

Q5 53.62 20.548 .533 .611 .883

Q6 53.57 20.057 .686 .702 .877

Q7 53.76 19.490 .744 .876 .874

Q8 53.76 19.290 .792 .838 .871

Q9 53.95 19.248 .520 .849 .886

Q10 53.95 20.748 .387 .807 .891

Q11 53.81 20.162 .585 .553 .881

Q12 53.95 18.748 .807 .850 .869

Q13 53.90 19.090 .714 .856 .874

Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05. Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi, jika nilai signifikansi sebesar 1,00 maka tidak terjadi heteroskedastik. Selanjutnya uji normalitas dilakukan pada masing-masing kriteria penilaian terhadap kemudahaan, manfaat dan sikap. Hasil dari uji normalitas terhadap variabel kemudahan ditunjukkan dalam tabel 5, variabel manfaat dalam tabel 6 dan variabel sikap dalam tabel 7 berikut:

Gambar

Gambar 2. Tampilan Menu Juru Bendung SMOI Versi Mobile
Gambar 4. Tampilan Menu Kasi Operasi Irigasi Kabupaten   SMOI Versi Mobile
Gambar 5. Tampilan Menu Kasi UPTD Provinsi   SMOI Versi Mobile
Tabel 1. Tahapan Pengembangan Aplikasi SMOPI
+7

Referensi

Dokumen terkait