BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROJECT APLIKASI SMOPI
4.4. Analisis Kinerja Aplikasi
Analisa keberterimaan aplikasi SMOPI dilakukan dengan mengambil survey keberterimaan aplikasi melalui kuesioner kepada pengelola irigasi di DI Bondoyudo.
Data hasil kuesioner ini kemudian diolah menggunakan metode Technology Acceptance Model (TAM).
Analisis dilakukan dengan mengolah data yang ada dilapangan dengan 21 responden yang terdiri atas mantri/juru, ranting/pengamat, kasi operasi irigasi kabupaten dan kasi UPTD Propinsi. Kuesioner terdiri atas 13 pertanyaan mengenai variabel kemudahan, manfaat dan sikap. Tahap analisis data kuesioner ditunjukkan dalam gambar berikut:
Pengujian yang dilakukan diantaranya uji Validitas dan Reliabilitas. Dari hasil uji validitas terhadap data kuesioner didapat hasil seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Data
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Keterangan = Q1 – Q13 = Pertanyaan 1 sampai pertanyaan ke 13.
Berdasarkan hasil uji validitas di atas, diketahui bahwa data uji valid dengan signifikasi sebesar 5%. Setelah uji validitas dilakukan maka perlu dilakukan uji r untuk mengetahui ke validan data. Uji Reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana tingkat kekonsistensian pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Hasil dari uji reliabilitas terdapat pada tabel berikut:
Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Data Cronbach's Alpha N of Items
.889 13
Jika nilai Cronbach's Alpha> 0,5 dapat dikatakan bahwa instrument yang digunakan untuk mengukur variabel kemudahan, manfaat, dan sikap tersebut dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Berdasarkan tabel di atas nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,889 dan dikatakan nilai tersebut lebih besar dari persyaratan sebesar 0,5. Nilai alpha yang
(r tabel). R alpha lebih besar daripada r tabel, maka data dinyatakan reliable atau terpercaya. Maka instrument dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Selanjutnya uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data pada variabel X1 (kemudahan), X2 (manfaat) dan Y (sikap) berdistribusi normal atau tidak. Jika nilai signifikansi > 5%(alpha) maka data itu terdistribusi normal. dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Nilai signifikansi menunjukkan bahwa alpha >5%, data lengkapnya tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 4. Hasil Nilai Signifikasi >5%
Scale Mean if
Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05. Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi, jika nilai signifikansi sebesar 1,00 maka tidak terjadi heteroskedastik. Selanjutnya uji normalitas dilakukan pada masing-masing kriteria penilaian terhadap kemudahaan, manfaat dan sikap. Hasil dari uji normalitas terhadap variabel kemudahan ditunjukkan dalam tabel 5, variabel manfaat dalam tabel 6 dan variabel sikap dalam tabel 7 berikut:
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas terhadap Variabel Kemudahan
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas terhadap Variabel Manfaat
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas terhadap Variabel Sikap
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk sikap keseluruhannya memiliki nilai signifikasi kurang dari 5%, maka data bersifat linier.
Tahapan selanjutnya dilakukan uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi, syaratnya jika du<d<4-du maka tidak terjadi autokorelasi. Hasil uji autokorelasi antar variabel ditunjukkan pada tabel 8 untuk variabel kemudahan terhadap sikap, tabel 9 untuk
Tabel 8. Hasil Uji Autokorelasi Variabel Kemudahan Terhadap Sikap
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .489a .240 .049 2.272 1.586
Tabel 9. Hasil Uji Autokorelasi Variabel Manfaat Terhadap Sikap
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .819a .670 .588 1.496 2.011
Dari serangkaian pengujian diatas diperoleh nilai keberterimaan SMOPI, jika nilai ini tinggi maka menunjukkan bahwa SMOPI dapat diterima dan dioperasikan di wilayah tersebut. Hasil analisa statistik terhadap data tingkat keberterimaan aplikasi SMOI menunjukkan Variabel Kemudahan memiliki pengaruh terhadap sikap pengguna SMOPI dimana mendapat dukungan sebesar 82,562% responden menjawab setuju serta memiliki tingkat signifikansi 0,326. Variabel manfaat memiliki pengaruh secara signifikan terhadap sikap pengguna SMOI mendapat dukungan sebesar 72,784% responden menjawab setuju serta memiliki tingkat signifikansi 0,001. Hasil tersebut menjelaskan manfaat SMOI lebih mempunyai peranan untuk digunakan dibandingkan kesulitan yang dihadapi.
BAB V
ANALISA DAMPAK KEGIATAN
5.1. Dampak Terhadap Pengguna
Penerapan aplikasi SMOPI berdampak positif terhadap pengelola irigasi setempat.
Dalam aplikasi SMOPI, kegiatan perhitungan tidak perlu dilakukan karena perhitungan akan dilakukan oleh aplikasi, sehingga pengelola irigasi cukup melakukan input data seperti luas tanaman, data debit saluran dan rencana tata tanam. Sama hal nya dengan proses perhitungan, proses rekap data antar blangko juga dilakukan secara otomatis oleh aplikasi. Hal ini meringankan tugas pengelola irigasi dalam melaksanakan pelaporan operasi.
Penggunaan aplikasi ini dapat diatur panjangnya periode pelaporan. Pilihan pelaporan dapat diatur mulai 7 harian, 10 harian dan 15 harian. Dengan semakin pendek periode pelaporannya diharapkan laporan lebih real time.
Dengan penggunaan aplikasi SMOPI ini juga, pengelola irigasi diarahkan untuk mulai menerapkan kegiatan modernisasi irigasi dan efisiensi irigasi. Modernisasi irigasi dengan memanfaatkan teknologi untuk kegiatan pelaporan operasi dan pemeliharaan irigasi. Sedangkan jika aplikasi ini terus diterapkan, maka kebutuhan air maupun kebutuhan pemeliharaan dapat diketahui tepat jumlahnya, hal ini menjadikan kegiatan operasi dan pemeliharaan irigasi mendukung program efisiensi irigasi.
5.2. Dampak Terhadap Pelaporan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi
Kegiatan pelaporan operasi dan pemeliharaan irigasi sebelum adanya aplikasi SMOPI dilakukan dengan menggunakan blangko manual. Penggunaan blangko manual atau paperbase ini membuat penumpukan dokumen yang kurang efisien.
Dengan dibangunnya aplikasi SMOPI diharapkan pelaporan yang bersifat paperbase dapat dibuat semi paperless. Dokumen dapat dicetak jika memang dibutuhkan untuk dapat ditandatangani atau keperluan yang lain.
Dengan adanya aplikasi SMOPI, kegiatan distribusi blangko yang sebelumnya membutuhkan waktu yang sangat banyak dapat diminimalisir. Hal ini dikarenakan blangko yang telah diisi oleh pengelola irigasi di tingkat mantri misalnya dapat langsung terkirim ke akun ranting diatasnya.
Pelaporan operasi dan pemeliharaan irigasi juga dapat disimpan lebih lama karena proses penyimpanan tidak menggunakan dokumen fisik melainkan tersimpan dalam database aplikasi SMOPI.
BAB VI
PENUTUP DAN KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dalam kegiatan Penerapan Sistem Manajemen Operasi dan Pemeliharaan Irigasi (SMOPI) adalah sebagai berikut:
1) Hasil dari identifikasi pengelolaan Daerah Irigasi Bondoyudo diketahui bahwa blangko operasi dan pemeliharaan berjalan dengan rutin melibatkan 2 petugas bendung, 19 mantri/juru, 5 ranting/pengamat dan 2 Kasi Operasi Irigasi Kabupaten Jember dan Lumajang. Pengelolaan pembagian air di saluran didasarkan pada laporan blangko O yang dilakukan di tingkat UPT.
2) Pengembangan aplikasi Sistem Manajemen Operasi Irigasi (SMOI) sudah sampai pada versi 5.0 dan aplikasi Sistem Pemeliharaan Jaringan Irigasi (SMPI) merupakan versi pertama dibuat (Versi 1.0).
3) Hasil kuesioner keberterimaan aplikasi menunjukkan Variabel Kemudahan memiliki pengaruh terhadap sikap pengguna SMOPI dimana mendapat dukungan sebesar 82,562% responden menjawab setuju serta memiliki tingkat signifikansi 0,326.
Variabel manfaat memiliki pengaruh secara signifikan terhadap sikap pengguna SMOI mendapat dukungan sebesar 72,784% responden menjawab setuju serta memiliki tingkat signifikansi 0,001. Hasil tersebut menjelaskan manfaat SMOI lebih mempunyai peranan untuk digunakan dibandingkan kesulitan yang dihadapi.
4) Untuk keberlanjutan diperlukan pendampingan yang rutin, sehingga jika ada pengelola irigasi baru dapat langsung menggunakan aplikasi ini. Hardware untuk input data juga diperlukan perawatan sehingga dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lama. Untuk proses upload file melalui website smoi harus terhubung dengan internet, paket data yang dibutuhkan tidak terlalu besar dan hanya dibutuhkan saat akan mengisi data saja. Untuk memudahkan monitoring pengisian blangko operasi dan pemeliharaan kedepannya akan dilengkapi dengan menu monitoring pengisian blangko oleh masing-masing user.
5) Untuk mendukung terwujudnya modernisasi irigasi maka pilihan periode pelaporan dapat diatur lebih singkat. Dalam aplikasi SMOPI saat ini dapat menggunakan periode pelaporan 7 harian.
6.2. Saran
Saran yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan SMOPI antara lain:
1) Pengelola Irigasi yang ditunjuk sebagai perwakilan wilayah kerjanya diharapkan mampu mengoperasikan PC atau perangkat pengolah data lainnya sehingga pelatihan dapat berjalan efektif dan dapat lebih diserap oleh peserta.
2) Pelaporan pemeliharaan irigasi diharapkan digiatkan oleh pengelola irigasi agar kegiatan OP berjalan sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, S.S., 2003. Modernisasi Irigasi,Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi(PKPI) dan Kebutuhan Riset Tentang Irigasi di Masa Depan, Makalah disajikan dalampertemuan singkat di Balai BesarKeteknikan Pertanian, DepartemenPertanian, Jakarta, 12 Agustus 2003
Balai Irigasi. 2011. Laporan Akhir Kegiatan Pengkajian Efisiensi Penggunaan Air Irigasi Air Tanah. Balai Irigasi, Puslitbang SDA, Balitbang, Kementerian PU
Balai Irigasi. 2011. Laporan Akhir Kegiatan Pengkajian Efisiensi Penggunaan Air Irigasi Permukaan (Otomatisasi Irigasi). Balai Irigasi, Puslitbang SDA, Balitbang, Kementerian PU
Balai Irigasi. 2011. Laporan Laporan Akhir Kegiatan Optimasi Jaringan Irigasi. Balai Irigasi, Puslitbang SDA, Balitbang, Kementerian PU.
Balai Irigasi. 2012. Laporan Akhir Kegiatan Pengembangan Instrumentasi dan Prasarana Irigasi. Balai Irigasi, Puslitbang SDA, Balitbang, Kementerian PU
Balai Irigasi. 2012. Laporan Akhir KegiatanPengembangan Modernisasi Irigasi. Balai Irigasi, Puslitbang SDA, Balitbang, Kementerian PU
Direktorat Irigasi. 2010. Standar Perencanaan Irigasi - Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi (KP-01). Direktorat Irigasi, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum.
Direktorat Irigasi. 2011. Pokok-pokok Pikiran Modernisasi Irigasi di Indonesia: Sebuah Kajian Akademik. Direktorat Irigasi, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum.
FAO/RAP. 1997. Modernization of Irrigation Schemes: Past Experiences and Future Options. Proceedings of the Expert Consultation, Bangkok, November 1996.
Hornbuckle et. al., 2009. Irrisatsms- irrigation water management by satellite and sms - a utilisation framework. Science Report 04/09,CSIRO Land & Water, CSIRO Land and Water, Griffith, NSW, Australia.
Kraatz, D.B., I.K. Mahajan. 1975. Small Hydraulic Structures – Volume I. Food and Agriculture Organization of The United Nations, Rome.
Murty. V.V.N. 1997. Need, scope and potential for modernization of irrigation system in Asia. Dalam Modernization of irrigation scheme : past experiences and future options. Water report 12. FAO. Rome.
Oi.S.1997. Introduction to modernization of irrigation schemes. dalam Modernization ofirrigation schemes: past experiences and future options. Waterreport 12. Rome:FAO.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 12 Tahun 2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Jakarta : Kementerian
Wolter, H.W. & C. Burt. 1997. Concepts of modernization. in Modernization of irrigation schemes: past experiences and future options. RAP Publication 1997/22.
Water Report 12. FAO. pp 65-88
PENERAPAN TEKNOLOGI TERBATASSARANA OP BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI