• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Usaha peternakan ayam potong merupakan salah satu jenis usaha yang sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan yang dimiliki oleh ayam potong, antara lain masa produksi yang relatif pendek yaitu kurang lebih 32-35 hari, harga yang relatif murah, permintaan yang semakin meningkat serta berbagai keunggulan lain dibandingkan unggas lainnya.

Ada beberapa pola peternak ayam potong antara lain ; pola mandiri, pola kemitraan inti plasma dan pola koperasi. Peternak mandiri prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari modal sendiri dan bebas memasarkan produknya. Pengambilan keputusan mencakup kapan memulai beternak dan memanen ternaknya, serta seluruh keuntungan dan risiko ditanggung sepenuhnya oleh peternak (Supriyatna dkk, 2006).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan usaha peternakan ayam ras pedaging tetap dikelola secara mandiri oleh sebagian besar peternak yaitu: 1).

Pemeliharaannya cukup mudah; 2). Waktu pemeliharaan relatif singkat (± 4 minggu) karena sistim pemasarannya dalam bentuk ekoran; dan 3). Tingkat pengembalian modal relatif cepat. Namun selain itu ada beberapa hal yang menjadi kendala yaitu: 1). Sarana produksi kurang; 2). Manajemen pemeliharaan/keterampilan peternak yang belum memadai; 3). Modal relatif terbatas; 4). Risiko pemasaran/penjualan cukup besar. 5). Usahanya

(2)

2 tergantung situasi dan cenderung spekulatif, dimana besar kemungkinan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi, tetapi besar pula kemungkinan untuk menderita kerugian (Asosiasi Pengusaha Perunggasan Kota Palu, 2008).

Pola kemitraan usaha peternakan ayam ras pedaging yang dilaksanakan dengan pola inti plasma, yaitu kemitraan antara peternak mitra dengan perusahaan mitra, dimana kelompok mitra bertindak sebagai plasma, sedangkan perusahaan mitra sebagai inti. Pada pola inti plasma kemitraan ayam ras yang berjalan selama ini, perusahaan mitra menyediakan sarana produksi peternakan (sapronak) berupa: DOC, pakan. obat-obatan/vitamin, bimbingan teknis dan memasarkan hasil, sedangkan plasma menyediakan kandang dan tenaga kerja.

Faktor pendorong peternak ikut pola kemitraan adalah: 1). tersedianya sarana produksi peternakan; 2). tersedia tenaga ahli; 3). modal kerja dari inti;

4). pemasaran terjamin. Namun ada beberapa hal yang juga menjadi kendala bagi peternak pola kemitraan yaitu: 1). rendahnya posisi tawar pihak plasma terhadap pihak inti; 2). terkadang masih kurang transparan dalam penentuan harga input maupun output (ditentukan secara sepihak oleh inti).

Ketidakberdayaan plasma dalam mengontrol kualitas sapronak yang dibelinya menyebabkan kerugian bagi plasma. Sigit, dkk (2004) menyimpulkan bahwa tingkat pelaksanaan kemitraan pola inti plasma berhubungan positif dengan tingkat pendapatan peternak, namun hasil penelitian Sumartini (2004) menemukan bahwa rendahnya pendapatan peternak program kemitraan cenderung sebagai akibat kurang transparan

(3)

3 dalam penentuan harga kontrak baik harga input (harga bibit ayam (DOC), harga pakan, harga sapronak lainnya) maupun harga output (ayam ras pedaging).

Pada kemitraan ayam ras pedaging ketidakadilan biasanya terjadi karena adanya perbedaan kekuatan posisi tawar (bargaining position) antara kelompok mitra (peternak) sebagai plasma dengan perusahaan mitra sebagai inti, sehingga pihak yang kuat mengeksploitasi pihak yang lemah. Walaupun dalam pedoman pelaksanaan kemitraan telah diatur sedemikian rupa, tapi kenyataan menunjukkan bahwa kemitraan belum dapat memberikan pendapatan yang sesuai dengan harapan, khususnya bagi peternak. Kemitraan yang seharusnya bersifat win-win solution (saling menguntungkan) belum tercapai, sehingga dalam upaya mengembangkan kemitraan yang tangguh dan modern diperlukan strategi untuk memperbaiki fondasi perkembangan kemitraan yang lebih mendasar (Rusastra, et.al dalam Sumartini, 2004)

Meskipun ada kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pola peternakan ayam potong tersebut tapi bukan semata-mata itu faktor yang mendasari keberhasilan seorang peternak ayam potong. Faktor yang paling penting yang mendasari keberhasilan seorang peternak ayam potong adalah pada proses produksi dimulai sampai dengan panen. Oleh karena itu sebagai peternak, harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup mengenai manajemen usaha agar berbagai masalah dapat diminimalisir atau dihindari.

Kenyataan di lapangan, khususnya di Telur Intan Group tidak selamanya plasma atau peternak yang masuk dalam kemitraan ini bisa

(4)

4 memperlihatkan hasil yang positif. Sebagian dari peternak bahkan ada yang mengalami kerugian atau minus sedangkan sebagaian lainnya bisa mencapai hasil yang sangat maksimal.

Keadaan yang berbeda itu, menunjukkan bahwa ada faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan peternakan ayam potong pola kemitraan pada Telur Intan Group di Malang. Kondisi yang berbeda berkaitan dengan manajemen produksi antara lain: manajemen kandang, manajemen pakan, manajemen minum, dan manajemen brooding.

Manajemen seorang peternak dikatakan berhasil ketika mampu mencapai tingkat FCR (Feed Confertion Ratio) yang serendah-rendahnya dan pendapatan peternak yang sebesar-besarnya. Pencapaian FCR dapat diukur dengan melihat selisih FCR aktual peternak dengan FCR standar perusahaan.

Jika FCR aktual lebih rendah dibanding FCR standar perusahaan maka tentu bisa dipastikan peternak akan mengalami keuntungan. Begitupula sebaliknya jika FCR aktual peternak lebih tinggi dari standar perusahaan maka bisa pula dipastikan peternak akan mengalami kerugian. Tinggi rendahnya pendapatan tergantung dari seberapa besar selisih FCR aktual peternak dengan standar perusahaan.

Permasalahan selama ini di lapangan yang memprihatinkan karena peternak kurang mengetahui dengan pasti faktor mana yang sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan usaha peternakan ayam potong.

Faktor keberhasilan ini sangat penting diketahui, karena menjadi dasar untuk mengembangakan dan mengambil keputusan dalam usahanya secara tepat.

Disamping itu pengalaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

(5)

5 keberhasilan usaha tersebut sangatlah penting untuk dapat bertahan dalam pasar yang kompetitif ini. Mengingat jumlah peternak yang semakin meningkat dan para peternak saling berlomba untuk meningkatkan dan memperluas usahanya. Sehingga diharapkan, para peternak ayam potong dapat menentukan langkah-langkah yang perlu diambil dan diperhatikan agar mampu meningkatkan keberhasilan usahanya . Berdasarkan uraian di atas maka penulis berkeinginan untuk mengadakan penelitian dengan judul:

“ANALISIS KEBERHASILAN PETERNAK AYAM POTONG (Studi Kasus Peternak Pola Kemitraan pada Telur Intan Group di Malang)”.

1.2. Rumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang tersebut diatas, penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Apakah manajemen kandang, manajemen pakan, manajemen minum, dan manajemen brooding secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri mempengaruhi keberhasilan usaha peternakan ayam potong pada kemitraan Telur Intan Group secara signifikan?.

b. Diantara faktor-faktor tersebut mana yang berpengaruh dominan terhadap keberhasilan usaha peternakan ayam potong pada kemitraan Telur Intan Group?.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini memiliki tujuan untuk:

a. Mengetahui apakah manajemen kandang, manajemen pakan, manajemen minum, dan manajemen brooding secara bersama-sama maupun sendiri-

(6)

6 sendiri mempengaruhi keberhasilan usaha peternakan ayam potong pada kemitraan Telur Intan Group secara signifikan.

b. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dominan terhadap keberhasilan usaha peternakan ayam potong pada kemitraan Telur Intan Group.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis (Keilmuan)

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam penelitian selanjutnya atau dijadikan dasar pengambilan keputusan.

1.4.2. Kegunaan Praktis (Guna Laksana)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi dan pertimbangan bagi peternak dalam menjalankan usahanya, sehingga dalam pengelolaannya diperoleh hasil yang maksimal.

1.5. Definisi Istilah

− Ayam potong atau ayam pedaging adalah jenis ternak bersayap dari kelas aves yang telah didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis dalam bentuk daging.

Ayam semacam ini berumur muda dibawah umur 6 minggu, yang mempunyai pertumbuhan cepat serta dada yang lebar dengan timbunan daging yang banyak.

− Pakan adalah makanan yang diberikan untuk ternak/ayam.

(7)

7

− Brooding adalah indukan buatan atau pemberian pemanasan pada ayam periode starter. Brooder: alat pemanas.

− Periode starter adalah periode permulaan pemeliharaan ayam potong umur 1 hari sampai 14 hari.

− Litter adalah alas kandang bisa berasal dari sekam padi dengan pemakaian 2,5 – 4 kg/m2.

− Painting adalah bernafas dengan frekuensi lebih cepat (terengah-engah) sebagai usaha untuk melepaskan panas tubuh karena suhu lingkungan yang tinggi.

− Plasma adalah anggota (peternak ayam potong) yang tergabung dalam sebuah usaha kemitraan ayam potong.

− Desinfektan adalah obat atau bahan kimia yang digunakan untuk menyemprot kandang dengan tujuan membunuh bakteri, virus dan protozoa patogen (bakteri yang merugikan).

− FCR (Feed Confertion Ratio): perbandingan antara jumlah pakan yang dihabiskan dengan kenaikan berat badan ayam pada periode dan satuan berat yang sama.

− PHP (pendapatan hasil peternak) : pendapatan yang diperoleh oleh peternak selama satu periode. Perhitungan pendapatan peternak diberikan dalam bentuk RHPP (rekapitulasi pendapatan hasil peternak).

Referensi

Dokumen terkait

Begitu pula sebaliknya, tenaga kerja Indonesia juga mempunyai peluang yang lebih besar untuk bekerja di negara-negara anggota ASEAN lainnya.. Hal ini menandakan bahwa kualitas

Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu intervensi langsung kepada ibu hamil dan menyusui berupa pemerikasaan kadar hemoglobin dengan pengobatan jika terjadi

Beberapa landasan yuridis pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Kubu Raya Nomor 5 Tahun 2011 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Kubu Raya telah mengalami

b. Proses penilaian dilakukan melalui analisis sikap setiap mata pelajaran dan disampaikan dalam diskusi antar guru. Diskusi bisa dilakukan secara periodik,

Berdasar penelitian ini maka disarankan kepada: (1) Kepala sekolah/pengawas sekolah untuk melak- sanakan manajemen LSBS sebagai teknik supervisi kolegial, (2) Kementerian pendidikan

PLN (Persero) Area Bogor dalam menghadapi berita pencabutan subsidi listrik tahun 2017 di media online yang di dalam penelitian ini menjawab masalah-masalah

Hasil perhitungan analisis finansial menunjukkan bahwa pada tingkat suku bunga 18%, nilai BCR pada penangkaran rusa timor di HP Dramaga selama 10 tahun sebesar 1,42 atau lebih

jarak kedua vortex mengalami perubahan yang kecil. Hal ini terjadi karena vortex masih dalam kestabilan sehingga kemiringan garis a/b pada proses difusi kecil. Hubungan