• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan pendapatan peternak dari dua sistem kemitraan inti plasma yang berbeda pada usaha pembesaran ayam ras pedaging:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan pendapatan peternak dari dua sistem kemitraan inti plasma yang berbeda pada usaha pembesaran ayam ras pedaging:"

Copied!
227
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PENDAPATAN PETERNAK

DARI DUA SISTEM KEMITRAAN

INTI PLASMA YANG BERBEDA PADA

USAHA PEMBESARAN AYAM RAS PEDAGING

ICHSAN MAHWDI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengau ini saya menyatakau dengan sebenar-benamya, babwa

sanua

p m y a b a

dalam tugas akhir yang berjudul :

Perbandingan Pendapatan Peternak Dari Dua Sistem

Kernitraan Inti Plasma Yang Berbeda Pada Usaha

Pembesaran Ayarn Ras Pedaging

Merupakan hasil gagasan dan hasil kajian saya sendm di bawah bbbingm komisi pembimbing, kecuali yaug dengan jelas dihmjukkan ruj~&annya.

T-s

akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Smua data dan informasi yang digunakan telah dmyatakan

secara

jelas dan dspat dipenksa kebenarannya.
(3)

ABSTRACT

ICHSAN MAHYUDI. Comparison of Rancher Income between Two Differential Plasma Partnerships System for Chicken Ranch Business. Guiding by SURYAHADI as head and AMIRUDDIN SALEH as member.

The role of chicken ranch business in Indonesia starts to develop until at this moment. This business has good prospect and so bright. The necessities of protein consumption rate by people become one of many factors that influence of developing chicken ranch business.

This study aimed to : (a) identify and evaluate two differential plasma partnerships system for chicken ranch business in Bogor, (b) know about comparison of rancher income between two differential plasma partnerships system with differential business scale for chicken ranch business in Bogor and (c) know alternative strategies to improve rancher income for plasma partnerships system for chicken ranch business.

Data collecting conducted through direct observation of six plasma chicken ranch business through interview with the owner of plasma chicken ranch and the leader of main company that doing partnerships. The data consist of primary data and secondary data that is used to identify and evaluate partnerships model. The data are also used to compare rancher income between two differential partnerships system. The next analysis consist of Internal Factor Evaluation (IFE) matrix and External Factor Evaluation matrix (EFE), Internal-External matrix (IE)

and analysis of Strength, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT Analysis) to formulate alternative strategies in order to support development of plasma partnerships system for chicken ranch business.

Partnerships concept for plasma chicken ranch in Bogor have the same concept. But the fact in implementation indicate that the partnerships activities have not done yet perfectly as delivering raw material agreement, determine pricing of raw material agreement, determine selling price which tend to lose out the rancher.

The ranchers income from " M plasma chicken ranch with age production between 37-41 days are better than the ranchers income from "P" plasma chicken ranch with age production between 3 1-33 days.

Based on the SWOT analysis, alternative strategies for plasma chicken ranch business development are including: (1) to improve production, (2) to maintain relationship and trust with main company, (3) to administer business documents, (4) to add new coop, (5) to do operational efficiency, ( 6 ) to maintain relation with surrounding society, (7) to hire the surrounding worker, (8) to create and maintain cooperative and information with other rancher in a organization, (9) to approach and negotiate the contract with main company based on the last condition and (10) to observe the economy condition.

(4)

RINGKASAN

ICHSAN MAHWDI. Perbandiigan Pendapatan Petemak dari Dua Sistem Kemitraan Inti Plasma yang Berbeda pada Usaha Penibesaran Ayam Ras Pedaging. Dibimbing oleh SURYAHADI sebagai Ketua dan AMIRUDDIN SALEH sebagai Anggota.

Peranan usaha ternak ayam ras pedaging di Indonesia mulai menonjol hingga sampai saat ini. Usaha tersebut tetap mempunyai prospek yang baik dan cukup cerah karena ada beberapa ha1 yang membuat usaha tersebut semakin diminati masyarakat antara lain tingkat konsumsi masyarakat akan kebutuhan protein hewani khususnya ayam tems meningkat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (a) mengidentifikasi dan mengevaluasi dua sistem kemitraan inti plasma yang berbeda pada usaha pembesaran ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor, (b) mengetahui perbandingan tingkat pendapatan peternak plasma pada masing-masing sistem kemitraan dengan skala usaha yang berbeda pada usaha pembesaran ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor dan (c) mengetahui alternatif strategi untuk meningkatkan pendapatan peternak plasma ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap enam usaha peternakan ayam ras pedaging melalui wawancara dengan pemilik peternakan dan pimpinan perusahaan inti. Data yang diperoleh bempa data primer

dart data sekunder, digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi pola kemitraan. Selain itu, data yang diperoleh juga digunakan untuk membandingkan pendapatan peternak dari dua sistem kemitraan yang berbeda. Analisis selanjutnya dilakukan dengan analisis matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External

Factor Evaluation (EFE), matriks Internal-External (IE) dan analisis matriks

Strength, Iifeaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) untuk merumuskan

alternatif-altematif strategi dalam mendukung pengembangan usaha petemakan kemitraan inti plasma ayam ras pedaging.

Konsep kemitraan pada usaha peternakan ayam broiler di Kabupaten Bogor mempunyai konsep yang sama. Namun dalam implementasinya ternyata kegiatan kemitraan tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan seperti kesepakatan pengiriman dan penentuan harga sapronak serta kesepakatan penetapan harga jual ayam panen yang cenderung memgikan peternak plasma.

Pendapatan peternak plasma dari usaha kemitraan inti plasma ayam ras pedaging " M lebih besar daripada pendapatan peternak plasma dati usaha kemitraan inti plasma ayam ras pedaging "P."

Altematif strategi dari hasil analisis SWOT adalah meningkatkan hasil panen, menjaga kepercayaan dan hubungan baik dengan inti, mengadministrasikan dokumen usaha, menambah kandang bam, melakukan efisiensi operasional, menjaga hubungan dengan masyarakat sekitar, mempekerjakan tenaga kerja setempat, menjalin kerjasama dan informasi dengan peternak lain dalam suatu wadah organisasi, melakukan pendekatan dan negosiasi kontrak dengan inti sesuai kondisi terakhir di lapangan dan memantau perkembangan kondisi ekonomi.

(5)

0Hsk Cipta milik IPB, Wun 2009 Hak Cipta dilindungi Undnng-mdang

I . Dilamng mengut* sebagian atau seluruh karya tulis ini tanp

menumtumkan a m menyebutkan sumber

a. P e n g u t i p hanya lmtuk kepentingan pendidkan, peneliiian, penukum

Rnr)na ilmiah, pen- lapomn penulisan kritik a f m c tinjawan suahr

masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentinganyang wajm IPB

2. Dilmong mengwnumkan a h memperbanyak sebagian a* sehnuh rkoryvl

(6)

PERBANDINGAN PENDAPATAN PETERNAK

DARI DUA SISTEM KEMITRAAN

INTI

PLASMA YANG BERBEDA PADA

USAHA PEMBESARAN AYAM RAS PEDAGING

ICHSAN MAHYLTDI

Tugas Akhir

sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa

Nomor Pokok

Program Studi

: Perbandingan Pmdapatan Petemak dari I)ua Sistem Kemitraan Inti Plasna yang Berbeda pada Usaha

Punbaaran Ayam Ras Pedaging

: lchsan Mahyudi : F352064045

: Industri Kecil Menengah

Dr. It. H. Su~vahadi. DEA Ketua

Disetujui,

Komisi Pembimbing,

Diketahui,

Ketua Program Studi Inctushi Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir.HMusa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA

(8)

PRAKATA

h j i dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telab melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga laporan akbir

ini

babasil

diselesaikaa sebagai salah satu syarat mtuk memperoleh gelar Mgister Pmfesional pada Program Studi lndustri kecil Menengah (F'S MPl). SekoIsh Pascasasjana (SPs), Instiha Permian Bogor (IPB).

Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini tidak dapat s e e tanpe banhlan dan dormgan dari beberapa pihak. Oleh karena ity d u i pnkata mi pendis menyampaikan ucapan terima kasih yang stulusnya kepada:

1. Dr.

Ir.

H. Suryahadi, DEA selaku pembimbing utama yang telah memberiLao

dorongan, bimbingan dan pengarahan selama kegiatan kajian

dm

peamlisn

laporan akhir ini.

2.

Dr.

Ir.

H. Amiruddin Saleh, MS, selaku pembimbing anggota yangjagB telab

memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan kajian dan penulisan laporan akhir hi.

3. Dr.Ir. Sapta Raharja, DEA, selaku penguji luar komisi yang telah member- masukan dan koreksi yang sangat berguna untuk kesempumaao

lapow

ini 4. Selltruh dosen pengajar dan staf m a karyawan sekolah Pascssajam IPB

yang telah banyak membantu selama kuliah berlangsmg.

5. lstri tercinta Elsye Sri Sundari, SP dan anak penulis Muhammad F&&i Alsyifa

serta keluarga yang telah memberikan dorongan selama menjalankan iraliah. 6. Semua pihak yang tidak &par disebutkan satu per satu atas kajasama dan

informasi yang telah diberikan kepada penulis.

Semogd kajian ini dapa! menambah khasanah pengetahma

bsgi

dunia industri kecil pada umumnya dan kegiatan pengembangan kemitraan inti plasma

pelernakan ayam pedaging khususnya. Saran dan kritik atas kajian ini diharapkan,

agar kajian ini menjadi lebih sempuma serta memberikan man- bagi pihak-

pihak yang berkepentingan.

Bogor, April 2009

(9)

P d s dilahirkan pada tanggal 29 Mei 1979 di Palembaog, Sumatem Setatan yang merupakan putera dari pasangan Bapak

H. M.

Rori Husin dm Hj.

Rabmiwati Penulis adalah anak kesatu dari empat bersaudara.

Penulis

menyelesaikan pendidikan sarjana dipemleh dari Fakuuttas Teknik

Jurusan

Telmik Sipil di Universitas Sriwijaya,

Palembang.

Pada tahua 2001.

Penulis

diterima menjadi mahasiswa pada Program Studi Mwri Kecil Men- P r o m Pascasajana Institut Pertanian Bogor pada

talum

2007.

P d i s memulai karimya sebagai .wpervisor di beberapa pmyek pada talmn 2002-2003. Selanjutnya penulis bekerja sebagai pegawai di

PT.

Bank

Negm Indonesia (Persero) Tbk sejak tahun 2003 hingga saat ini.
(10)

DAFTAR

IS1

Htheua

ABSTRACT

...

iii [image:10.605.96.500.67.719.2]

RINGKASAN

...

iv

...

PRAKATA viii RIWAYAT HIDUP

...

ix

DAFFAR LSI

...

x

DAFTAR TABEL

...

xii

...

DAlTAR GAMBAR xiv DAFTAR LAMPIRAN

...

xv

I

.

PENDAHULUAN

...

1

1

.

Latar Belakang

...

1

2

.

Perumusan Masalah

...

3

3 . Tujuan

...

4

4 . Kegunaan

...

5

U. LANDASAN TEORl

...

6

1 . .Modal Usaha 6 2 . Kemitraan Peternakan Ayam Broiler

...

7

...

3

.

Model Kemitraan 12 4 . Periode Panen ... 13

IIL METODE KAJIAN

...

17

1 . Pengumpulan Data ... 17

a . Pengumpulan Data Primer ... 17

b . Pengurnpulan Data Sekunder ... 17

2 . Metode Analisis ... 17

... a . Mengidentifks dan Mengevaluasi Pola Kemitraan 17 ... b . Perbandingan Tingkat Pendapatan Peternak 18 c . Analisis SWOT ... 20

1V . HASlL DAN PEMBAHASAN ... 27

1 . Keadaaan Umum ... 27

. ... a Kondisi Wilayah Kajian 27 ... 1)Geografi 27 2) Keadaan Penduduk ... 27

3) Prasarana dan Sarana ... 28

b

.

Karalderistik Responden

...

32

1)Umur

...

33

2) Tingkat Pendidikan Responden

...

33

3) Pengalaman Betemak dan Bermiha ... 34

(11)

2

.

Hasil Kajian

...

a . IdentiWi dan Evaluasi Dua Sistem Kemitraan Inti Plasnrs

di Kabupaten Bogor

...

b

.

Analisis Tingkat KeLmimilan Usaha

dan Pendapatan

...

c . Penetapan Alternatif Stmtegi Usaha

...

...

1) Matriks Evaluasi Faktor Internal

...

2) Matriks Evaluasi Faktor Ekstemal

...

3) Matriks Internal Eksternal

...

4) Analisis Matriks SWOT

V

.

KESIMPULAN DAN SARAN

...

(12)

DAFTAR TABEL

Pwilaian bobot faktm stnttegi internal pernsabaan

...

Penilaian bobot faktor strategi ektemal perusaham

...

Matriks EFE

...

Matriks IFE

...

Matriks SWOT

...

Jumlah

. .

penduduk Kabupaten Bogor memuuf kelompok umur dan jems kelamin

...

Jumlah penduduk dan lnas wilayah di Kabupaten Bogor

...

Sarana

pendidikan di d a d penelitian

...

Fasilitas sarana kesehatan di Kabupaten Bogor

...

Distribnsi umur responden

...

Pengalaman responden dalam beternak dan bermitra

...

Deskriptif usaha peternakan plasma ayam ras pedaging sisteru

kemitraan "P" per @ode di Kabupaten Bogor

...

Deskriptif usaha petemakan plasma ayam ras pedaging sistem

kemitraan "M" per "ode di Kabupaten Bogor

...

36

PertKdaan

usaha petemakan plasma ayam ras pedaging antara sistem

kemitraan "P" d m "M" di Kabupaten Bogor ... 36

-psi implementasi perjanjian kernitman " P ... 40

Deskripsi implementsasi perjanjian kemitraan " M

...

42 Perbedaan hak dan kewajiban perusaham inti dan peternak mitra dari

dua sistem kemitraan di Kabupaten Bogur ... qq

Implementasi dua sistem kemitraan inti plasma ayam ras pedaging di

...

Kabupaten Bogor berdasarkan pejanjian tertulis 4

ImpIementasi dua sistem kemitraan inti plasma ayam las pedsging di

Kabupaten Bogor berdasarkan perjanjian tidak tertulis

...

49

Kelebihan dan kekurangan sistem k&itraan

"P"

dan sistem kemitnw

...

... 51 Komposisi rataan biaya peternak dalam satu periode pada dua &stem kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor

...

52
(13)

Rataan biaya pet& per satuan hasil budidaya ternak ayam m pedaging dalam satu periode pada dua sistem kernifman di EChpatm

Bosor..

...

Rataan penerimaan pemeliharaan, kotoran dan insentif s&a tdsl peneximaau dalam satu periode produksi

...

Perhitungan rataan e6siensi penerimaan, pendapatan dan bkya d a b

...

satu periode produksi

Faktm strategis internal usaha petemakan plasma ayam ras pedagiog

37 7,

sistem P

...

Faktor strategis intemal usaha p e t a d a n plasna

ayam

ras pedaghg 9, 3

sistem 'h4

...

Faktor

strategis ekstemal usaha petem- plasma ayam ras pedagmg

3, 7,

sistem P

...

Faktor

strategis ekstemal usaha peternakan plasma ayam m pedaging

>9

,

sistem h4'

...

(14)

DAFTAR GAMBAR

1 Posisi petemak plasma dengan sistan kernitman

"P"

dan

"M"

pada Mahiks IE

...

63
(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Pedolnan wawancara mendalam untuk p e t d plasma

...

76 P e d m wawancara mendalarn untuk

perusahaao

inti

...

78

Laporan laba-rugi usaha petemakan ayam ras pedaging A, B dan

C dengan sistem kemitraan "P" dalam satu periode

tahun

2008

...

79

Laporan laba-~gi

usaha

petemakan ayam

ras

pedaging X,

Y

dao

Z dengan sistem kemitraan

"M"

dalam satu periode tdhm 2008

....

80 Rangkuman usaha peternakan ayam ras pedaging A, B dan C

dalam satu periode pada sistem kemitraan inti plasma

"P"

...

81

Rangkuman usaha peternakan ayam ras pedagmg X, Y dan Z dalam satu periode pada sistem kemitraan inti plasma

"M"

...

82

Pembobotan terhadap peluang dan ancaman

...

83

Pembobotan terhadap kekuatan clan kelemahan

...

gq Pemberian nilai peringkat terbadap peluang 85 Pembenian nilai peringkat terhadap ancaman

...

86

Pemberian nilai peringkat terhadap kekuatan

...

87

P&an nilai peringkat terhadap kelemahan

...

gg

Pembobotan terbadap fiktor internal pada sistern kernitman "P"... 89

Penilaian bobot faktor strated internal usaba peternakan ayam pedaging pada kemitraan sistem 'T" ... 91

Penentuan rating e t o r strategis intemal usaha peternakm ayam pedaging pada kemitraan sistem "P" ... ... ... ... 92

Pembobotan terhadap faktor ekstemal pada sistem kemitraan T... 93

Penilaian bobot faktor strategi ekstemal lisaha peternakan ayam pedaging pada kemitraan sistem "P"

...

95

Penentua~~ rating f&&or strategis ekstemal usaha petemakau ayam

pedaging pada kemitraan sistem "P"

...

%

Paabobotan terhadap faktor internal pada sistem kemitraau 7, M"

...

97

Penilaian bobot faktor strategi intemal usaha paemakan aygm pedaging pada kernitman sistem "W

...

...

99
(16)

22

.

Pembobotan terhadap faktor eksternal pada sistem kemitmm "Mn

...

101 23

.

Penilaian bobot faktor strategi ekstemal

usaha

petenrakan ayam

pedaging pada kemitraan sistem "M"

...

103 24 . Pamtuan rating W r strategis

ekstemal

usaha pet- apUl

...

peda&g pada kemitraan sistem "M" 104

(17)

L

PENDAHULUAN

1. LalarBelakPng

Ayam adalah salah satu unggas yang cukup populec dan banyak d i

oleh masya&at dibandingkan den- jenis unggas lainnya Ayam ras

pedaging merupakan salah satu j& ayam yang memiliki populasi yang lebih tinggi dibmdingkan unggas ayam lainnya seperti ayam petelur dan apm

buras. Populasi ayam ras pedaging mencapai 1.075.884.785 b r pada

tahun

2008, sedangkan uutuk populasi ayam ras petelur dan ayam buras masing-

masing mencapai 116.473.968 ekor dan 290.802.779 &or (Ditjmak 2008). Peranan usahatemak ayam ras pedaging di Indonesia mulai menonjol

h g g a srrmpai saat ini. Usaha tersebut tetap mempunyai pro& yang bsik dan cukup

cerah

karena ada beberap ha1 yang membuat nsaha tersebut

semakin diminati masyarakat antara lain tingkat konsumsi m a s ) W akan k M a n protein hewani khususnya ayam terus meningkat Hal ini tejadi

akibat adanya perkembangan seldor lain yang menunjang usaha pehmkm ayam ras pedaging, misalnya pembukaan restoran bam, ruinah makan dan pasar swalayan yang semakin meningkat, beaambahnya jumlah pemduduk,

send511 tingginya kesadaran masyarakat akan pemwuhan gizi, meniugkabp keblduhan masyarakat pada saat-saat tertentu seperti pesta ulang tahun, pesta perkawinan, adanya kecenderungan harga jual yang tinggi pada .wl-saal

tenentu seperti bulan puasa, hari raya ldul Fitri, Natal dan Iain-Iain (Tobiog

2002).

Penmgkatan minat masyarakat untuk menjalankaa usaha peterdm ayam ras pedaging sangat belpengamh pada peniagkatan kegiatan mqamht, bQik pada sektor usaba petendcan itu sendki maupun sektor lain di bar

usaha'petemakan ayam di antaranya industri pakan, pwahaan p e m M U

dao

lain-lain

F'roduk sampingan dari usaba petemakan ayam dapat dimanfbtkan

sebagai peluang bisnis misalnya kotoran ayam yang dapat dimaoEaatkan

taik

untuk

pupuk atau pakan pada petemakan ikan lele.

Peternakan ayam ras pedagu~g mulai h t i s perkembanpnp sejsk

tahm 1960 yaitu sejak dimulainya penerapan program BIMAS Ayam Tahun 1970-1980, petemak ayam

ras

mengalami pertumbuhan yang pesat dengan
(18)

bilk maupun usaha budidaya baik usaha peternakan skala kecil dan besar. Perkembangan yang pesat tersebut belum diikuti oleh peoataan paamgkat

hulcum

yang memadai sehingga timbul ketimpangan shuklur antara usaha

kecil dan besar sehingga pads periode 1980-1989 ditelapkan kdijakan

pengatumn Keppres No.50 tahun 1981 tanggal 2 Novemk 1981 tentang

pembinaan usaha peternakan ayam ras. Keppres No. 50 talnu~ 1981 pada

liakekabya merupakan suatu upaya ratrukbnisssi usaba

dan

stabhasi petwak unggas termasuk di dalamnya petemakan ayam ras pedaging.

Psda

tahun 1990, untuk mengikuti perkembangan peternaka ayam ras telab dikeluarkan peraturan Keppres No.22 tahun 1990 berisi tentang kebijaksamm pembinaan usaha peternakan ayam ras dengan mengatur bahwa

usaha

ayam

ras diutamakan untuk usaha petemakan rakyat yaitn perorangan, kel-k dan koperasi sedangkan untuk swasta nasional dalam usaha budidaya

petemakan ayam ras hams beketjasarna dengan p e t h mkyat (Suhww, 2001).

Petemakan merupakan subsektor pertanian yang pengembangarmya

mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Perkembangan temebut

diperlukan mengingat ternak dianggap sebagai salah satu sarana mtdc meningkatkan pendapatan peternak kecil dan meningkatkan atau membuka

lapangan keja.

Untuk memulai suatu usaha peternab ayam ra. pedaging ti&

semudah yang dibayangkan. Peternak hams memahami

~~

ekonomi sekalipun dari nonformal aiau berdasarkan pengalaman orang lam.

pet&& yang ingin sukses harus mempeztimbangkan banyak aspek t a s . Salah satu aspek teknis yang harus dipertimbangkan adalab merawat ayam ras

pedaging secara baik. Peternak harus lnemiliki pengetahtan clan ket-pilan betemak sehingga ayam tetap hidup dan mampu tnengetuarkm kemmpuan

genetisnya (Rasyaf 2008).

(19)

Sistem kemitraan ditetapkan sebagai kebijakan pemerintab nntuk p e n g e d a q m semua subsektor permian Secam umum ada tiga hal parting yang &&andung dalam konsep kemitnan, yaitu: (a) prinsip bahwa yang kuat (permahaan inti) membantu pihak yang lemah (petani plasma)

delam

meningkatkan efisiensi dan efektivitas sumberdaya, modal

dan

tenaga! keahlian dalam menerapkan teknologi budidaya dan manajemea seam optimal, @) merupakan unit ekmomi yang utuh dan -e&b baik

inti maupun plasma harus me~pakan satu kesatuan usaha yang tidak dapat

dipisahkan, (c) inti dan plasna d i n g membutuhkan dan magunhmgkan

(Manurung & Dja'far 1988).

Beberapa jenis sistem kemitraan inti plasma yang dijalanh aotara lain

sistem kemitraan dimana peternak plasma menyediakan kandang selram, gaslminyak tanah dan mengelola pemeliharaan ayam ras. Sedangkan

perusaham inti menyediakan DOC, pakan, vitamin, obat dan m-pkan harga sesuai kontrak termasuk M g a jual ayam. Inti juga dapat nrwbenkan

piutang benrpa sapronak kepada plasma dalam meujalankan usahauya.

Adapun pembayarannya dipotong langsung setelah perhitungan basil panen

Hal yang berbeda dari sistem kemitraan di atas berupa peneOlpan harga beli

DOC. pakan, obat dan vitamin dibelakang yaitu perhitungan dilalrukao

setelah diketahni hasil panen dan adanya perbedaan wnur panen q a m ras

pedaging. Misahya, ayam dipanen ketika berumur 3 1-33 hari dan umur 3731

hari. Kedua sistem tersebut lasing-masing mempunyai kelebihan dm kelrumgan. Namun bilamana usaha petemakan ayam ras dijalankan dengan

profesional dan baik, maka akan menghasikan keuntungan bagi p e t d

plasma.

Berdaw-kan hal-ha1 yang dikemukakan di atas, maka diIakukan kajian

untuk melihat "Perband~ngan Per~dapatan Petenlak dari Dua Sitem Kemihaan Inti Plasma yang Berbeda pada Usaha Pembesaran Ayam Ras Pedagiog."

2. Pemmusan Masalah

Konsep kemitraan yang umwn dikenal adalah pengejawantaban peraoan perusahtian peternakan atau pertanian besar sebagai agent of rltrelqpntnr. Ini barti perusaham pertanian atau petemakan besar (negam swasla)

(20)

subsistan. Dengan sistem seperti ini diharapkan akan balangsmg pmses peugaiihn teloloIogi, manajemen, modal, pasar dan informasi ).ang @a gil- usaha yang dimiliki petani beserta kemitraan

akan

bnnbuh

meojadi suatu usaha yangtangguh.

Dalam kajian ini, fokus penelitian diarahkan pada dua sistem kemitraao inti plasma yang berbeda di Kabnpaten Bogor, yaitu sistem k e m h inti

plasma "P" dan sistem kanitraan inti plasma "M." Kedua pemdam inti

T d a n 34" telah memiliki produksi anak ayam alau Day OH C h h @OC) sendin'. Selain i w perusahaan inti tersebut juga memprcduksi pakan d r i .

Dengan adanya sistem kemitraan pada kedua pecusahaan ini -ep

anak

ayam dan pakan akan lebih mudah karena dipakai untuk pet& plasma

dalam kanitraan, sisanya dijual ke PuuItty Shop.

Untuk mengembangkan usaha peternakaq tingkat penghasilan petanak ikut menentukan Hasil penelitian Mulva (2001) pada pemahm kemhan,

pendapatan

bersih

bisa mencapai sebesar Rp.403,-lekorIsikIus. Hasif penelitian Novian (2006) pada perusahaan kemitraan peodapatan bersih

petemak bisa mencapai hingga Rp.458,-/ekor/siklus. BBdasarkan kondis mi

pertgnyaan yang timbul dalam perumusan masalah adalah:

a Bagaimana implementasi dua sistem kemitraan inti plasma yime berbeda pada usaha pembesaran ayam ras pedaging di ECabupaten Bogor?

b. Bagaimana perbedaan pendapatan petemak plasma dari dua sistem

kemitraan dengan skala usaha yang berbeda

di

Kabupaten Bogor melalui

pendekatan finansial?

c Strategi apa yang dilakukan untuk meningkatkan peodapatan peteinak

plasma di Kabupaten Bogor?

3. Tujuan

Dari pemaparan pennasalahan di atas, maka d i n ~ m u s M l tujuan penelitian sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi dan mengevaIuasi dua sistem kemitraan inti plasma yang

beabeda

pada usaha pembesaran ayam ras pedaging di Kabupateo Bogor.
(21)

c. Mengetahui altematif strategi untuk rneningkatkan pe(anak plasma ayam ras palaging di Kabupaten Bogor.

4. Krgunun

H a d kajian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai

a Membantu memberikan informasi tentang pengemban&ao usaha

perernakan

ayam ras dengan pola

kemitraan yang

lebh

mengnntuogkan dan dapat meningkatkan penclapatan peternak plasma

b. Bagi Pemerintah, basil kajian diharapkan dapat dijadilam uotuk pmbecdayaan masyarakat melalui ekonomi usaha p d & E

c. Bagi para pengusaha pemula dapat mempelajari p l a k m h a o inti- plasm yang lebih menguntungkan untuk memulai usaha petemakan ayam ras ini.

(22)

11.

LANDASAN

TEORI

1. Modal Usaha

Adapun modal usaha yang perlu diperhitungkan adalah modal investasi

dan modal kerja (Fadilah et al. 2007). Modal investasi adalah modal yang

akan digunakan untuk membiayai pengadaan semua keperluan prasarana dan

sarana usaha yang bersifat tetap. Modal yang digunakan untuk membiayai

sarana dan prasarana disebut dengan biaya tetap

Vx

cost). Sarana dan prasarana tersebut dipakai selama tenggang waktu cukup lama, bisa lima tahun

atau lima belas tahun lebih. Nilai akhir (residue value) dari sarana yang

dipakai akan t e n s berkurang sesuai dengan umur pemakaian (depresiation) bahkan bisa terjadi sarana yang dipakai tersebut tidak memiliki nilai sama

sekali.

Total modal yang dikeluarkan untuk investasi dimasukkan ke dalam

total biaya yang disusutkan (depresiation) dengan tenggang waktu sesuai

dengan kebijakan yang diambil setiap perusahaan. Biaya penyusutan

dibebankan dalam setiap perhitungan biaya produksi (cost production) suatu

produk usaha petemakan ayam seperti DOC, ayam broiler hidup atau karkas

(Fadilah et al. 2007).

Berbagai komponen yang termasuk modal investasi dalam usaha

petemakan ayam broiler meliputi modal pembuatan kandang, modal untuk

pengadaan instalasi air, modal untuk pengadaan alat pemanas, modal untuk

pengadaan tempat minum, modal untuk tempat makan, modal untuk

pengadaan gudang pakan dan peralatan, modal untuk alat transportasi, modal

untuk sarana lainnya sesuai dengan kebutuhan. Sarana pendukung yang sering

dibuat adalah gudang pupuk, mess karyawan dan staf, generator, bengkel dan

tempat pembakaran bangkai.

Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk membiayai kegiatan

usahaternak ayam broiler. Modal kerja berupa biaya operasional atau biaya

untuk membeli sarana produksi peternakan seperti DOC, pakan, obat-obatan

dan vaksin. Modal kerja disebut juga dengan biaya tidak tetap (variable cost).

Berbagai komponen modal kerja dalam usaha peternakan ayam broiler

meliputi modal untuk pembelian DOC (Day Old

Chick),

modal

untuk

(23)

mtuk biaya openisional yang dikeluarkan termasuk biaya

PLN,

minyak atau &as atau batu bara, kapur, sekam, karyawan, biaya perawabm dan sewa I.andaog (jika menyewa) dan modal mtnk keperluan lain tmmmkbiiaya yang

dikeluarkan untuk penyusutan kandang atau bangunan, penysut8n peralscdn, b g a pinjaman bank, bonus serta matiagement jee. Mamgemenf fee dikeluarkao jika dalam usaha tersebut menggunakan jasa konsaltan abm menyewa kaodang dan semua karyawan dqmka~ oleh pihak peayew (Fadilah

el al. 2007).

2. Ktmitraan Peternakan Aynm Broiler

Pada dasamya pembangunan petemakan dengan sistem kemitraan ini

memiliki tujuan yang di antaranya adalah peningkatan peodapatan dan k e s e j a h t m petani, meningkatkan produksi dan ekspor kom& nou migas

sata mempercepat alih teknologi budidaya mlitjemen petemakm dari inti ke plasna

Dasar pemikiran kemiman adalah setiap pelakn usaha mem# potensi, kemampuan dan keistimewaan masing-masing dengan p e c k h m ukuran, jenis, siht dan tempat usahanya. Dan pelaku usaha yang meqmgai kelebihan dan kekurangan diharapkan dapat d i n g menutupi kekuntogan um-11msu1g detrgan koridisi prig danikian akin tirnbul suatu kebuhrban

untuk bekerjasama dan menjalin bubungan kejasama kemitraan.

Dalam pelaksanaan kemitraan Wie (1992) mengungkaph adanya

empat model hubungan kemitraan yang terjadi. Pertama, model dagang yihr suatu model hubungan kemitraan yang hanya terbatas pada hubwpn dagang mars penjual dan pembeli saja. Kedua, model vendor yaitu sum hubungan kernitraan yang mengharuskan pihak-pihak yang bermitra untuk memenuhi

kebutuhan bahan baku operasional penisaham inti Ketiga, model s u b k m terjadi apabila produk-produk yang dihasilkan oleh pihak yang bermitra masib merupakan sistem produksi perusahaan inti sehmgga mtuk model kemiaam

(24)

Menurut Swat Keputusan Menteri Pertanian Republik lndrmesia

No.47UKptSTcN.330/6/1996, model ummn kemitraaa ent;w peogusaha dengan p e t 4 peserta kernitman dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu :

a Pola Inti Rakyat: yaitu perusaham yang melakukan hgsi permaman,

bimbingan dan pelayanan sarana produksi, kredit, pengolaban hasil dao pasaran hasil bagi usahatani yang dibimbingnya (plasma), sambil mengusahakan w h t a n i yaug dimilikinya dan dikelola seadiri (inti).

b. Perusabam pengelola: yaitu perusaham yang melakokao fimgsi perencanaan, bimbingan dan pelayanan sarana pmidcsi3 kredit,

pmgolahan dan pemasaran hasil bagi usahatani yang dibimbinepya tempi

tidak menyelenggarakan usahatani sendiri.

c.

Perusshaan

penghela: yaitu perusahaan yang melakukan fimgsi

perenCanaan, bimbingan dan menampung has3 tanpa melayani Wit

sarana pmduksi dan juga tidak mengusahakan

us ah tau^

Ywdiri

Wepmentan 19%).

Dari tiga bentuk hubungan kanitraan antara inti dan plasma, satu di an-ya yang telah banyak dikembangkan di Indonesia adalah kemihaan dengan Pola Inti Rakyat (PIR). PIR di Indonesia sebelunmya banyak

dikembangkan pada selitor pekebunan, dan komoditi yang meajadi

primadona unhk dikembangkan &ngan Pola Inti Rakyat ini adalah karet dan kelapa sawit.

Bib d i l i t dari segi pelah model kemitraan maka jenis kemitraan dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu kemitraan vertikal dan kanhaan horizomal (Suhamo 2002). Kemitraan vertikal terjadi apabila para peserta kemitraan merupakan integrasi hulu hingga hilir. sedangkan kemitraan horizwtal terjadi

apabila pelakunya melakukan usaha sejenis. Swnardjo el 01. (2004) juga

menyatakan bahwa kemitraan @at bersifat horizontal atau vertikal berdasarkan posisi dalam struktur produksi. Kemitraan horimnzal adalah kejasarna antara peternak besac dengan petemak kecil dalam rangka metdngkatkan produksi untuk memenuhi pasar. atau kerjmama antara petemak kecil membenhk koperasi dengan tujuan memperoleh bahan baku lebib murah sehingga level keuntungan peternak meningkat Kemihan verlikal meliputi beberapa lembaga berhubuogan

secara

vertik;al dan
(25)

Inti selain membangun usahanya juga memberikan sumbag& s gar usaba plasma juga dapat berjalan deugan baik untuk mencapai tujvan Model

PIR pada ayam ras secara resmi dimulai sejak terbitnya SK

M

d

Pdauian

No.406/KPTS/5/1984. Konsep PIR diiIhami dengan adanya model k t m h a n

h4iranti-Mirama yang diperkenalkan pertama oleh Gabungan Permsabaao P-ggasan Indonesia/GAPPI (Suhamo 2002).

Kernitraw adalah jalinan kerjasama dari dua atau lebil~ peLaku

usaha

yang d i n g menguntungkan. Kemitraan seperci yaog lacaotum

dalasn

Undang-Undang No.9 Tahun 1995 (Suhamo 2002) adalah kerjasama aohw

usaha kecil dengan usaha meuengah atau dengan usaha besar disatai

pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha mwengah atau

usaha

besar. Kemitraan didasadan atas prinsip d i n g maoperkust tkbmpa aspek kerjasama adalah permodalan, mamjemen, teknologi dan pemsmn

Dari beberapa pengertian yang ada remebut, pengusaha btxar mempunyai taoggung jawab d untuk membimbing dan membina p e n b e kecil mitranya agar mampu menjadi mitra yang handal rmtok meraih keunhmgan dan kesejahteman bersama. Ma& barus rn-

k e b g a n masing-masing dan mampu d i n g mengisi serta melagbpi kekurangan tersebut.

Sumardjo el al. (2004) rnenyatakan. dalam sistern agribivlis terdapat

litna bent& kemitraan antara petani dengau pengwaha besar. Ketima jenk kemitraan tersebut ada1ah:

a. Pola Inti Plasma

Pola ini rnerupakan pola hubungau antara pe~adkelompdi rani atau kdompok mitra sebagai plasma dengan p e d ~ a a n inti yang bermitra

u d a . Pen~sahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi. bimbingan

teknis dan manajemen serta menampung, mengolah

dau

rnnemzdm M I pmh~ksi. Perusaham inti tetsp memproduksi kebutuhan

sedangkan kelompok mitra usaha memenuhi kebutuhan pentsahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati.

b. Pola subkontrak

Pola

ini

merupakan pola kemitraan antara perusahaan milra

usaha

(26)

kemitraao semacam

ini

biasanya ditandai dengan adiurya

teutang kontrak bermma yaag di antamnya mencakup volume, Imp, muh dan waktu. Pola kemitraan ini dalam banyak kasus ditemukan ssngat bermanfaat dan kondusif bagi terciptanya alih telmologi, modal k&rampilan dan produkrtivitas serta terjaminnya pemasaran produk pada

kelompok mitra.

c. Pola dagmg umum

Pola kemihaan dagang mum menrpakan pola hubmgm usaha

dalam pemasaran hasil antara pihak perusahaan pemasar deogan pihak

kelompok pemasok kebutuhan yang diperlukan oleh pemsahaan pemrrsar. Pada dasamya pola kemitraan ini adalah hubungan jual-bdi sehingga memerlukan struktur pendanaan yang kuat dari pihak yang bamiha baik

pausahaan besar maupun usaha kecil.

d

Pola keagenan

Menpalcan bentuk kemitraan dengan peran pihak peruslhaau besar

atau mitra meniberi bak khusus untuk memasarkan barang atau jasa umba

pensaham atau usaha kecil mitra usaha. Perusaham besarhna~ogah

bextanggung jawab atas mutu dan volume prodnk, &a&an usaha kecil

mihanya berkewajiban memasarkan produk atau jasa tersebut Di antara

pihak-pihak yang bermitra terdapat kesepakatan tentang targa-mget yang

hams dicapai dan besamya fee atau komisi.

e. Kerjasama operasional agribisnis

Pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis rnempah pola

hubungan bisnis dimana kelompok mitra menyediakan lahan sarana dan

tenaga. Sedangkan pihak perusahaan mitra menyediakan biaya, modal. manajemen dan pen- sarana produksi untuk mengcsabkan atau

membudidayakan suatu komoditi pemmian. Di s a q i n g it4 perwhan

mitra juga sering berperan sebagai penjamin pasar produk. di amamya juga mengolah produk tersebut dan dikemas lebih lanjut untuk dipasarlian

Model inti raiyat merupakan suatu bentuk kerjasama yang saliog

menguntungkan antara permhaan besar dengan usahaternak k e d di

sekitamya. PIR dilaksanakan dengan azas bahwa golongan yang kuat wajib

m b a n t u golongan I d 1 di dalznn usahanya untuk meucapai tujuan

masing-

(27)

penmggasan nasional M u dikanbangkan kernitman inte&as

vertikal mengingat kondisi struldur peternakan nasional masih didominasi

oleh petemaloln rakyat berskala keciL

Menurut Sara& (2W1), agribisnis ayam ms pedaging mengbadapi

prospek yang cerah di masa yang

akan

datang, ha1 ini didorong ol& ikkbr jumlah

penduduk

yang

besar.

konsumsi daging bmiler yang

masih

rendab

dan

kern* m b u h a n ekowmi nasional yang positif

Selain sapronak, dibuhhkan faktor produksi lain yang mendnkmg usaha petemakan. Menurut Soekartawi (2002a), faktor pmdd& adalah mua korbanan yang diberikan pada usahatani agar mampu meogbdfm dengan baik Faktor produksi ini sangat mempengamhi besar kednya hasil p u g akan

diperoleh Faktor produksi Lahan, modal, tenaga kerja dm asp& mma&wn merupakau faktor yang penting dalam usaha petemakan.

Umumnya petani mengadakau pehitungan-perhitungan e k d dalam

keuangan menyangkut inpur (biaya) yang diiutuhkan dan otynrl @eoerimaao) yang

akan

diperoleh nantinya, namun perhitungan-perhituhgan yang dilakukan

hanyalah perhitungan yang s e d d a n a

Pendapatan kotor usahatani adalah nilai produk total

usahatani

daiam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual, antara lain meliputi: ( I ) yang dijual (2) yang dikonsumsi di mmah tangga peomi, (3) yang digunakan dalam usahatani seperti bibit dan seba-a, (4) yang digunakan untuk pembayaran. (5) yang akan disirnpan atau di&angkan

sampai akhir tahun. Sedangkan pendapatan bersih usahatani adalah selisih

antara -tan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahataoi.

Pengeluaran total usahatani itu sendiri (Total Farm Fxpeme) adalab nilai

semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam pmduksi, ktapi tidak tennasuk tenaga kerja kelnarga pdani (Hemanto 19%).

Besamya penerimaan dari pmses pmduksi dapat ditentuh dmgm

mengalikan produk yang dihasilkan dengan harga pro&& t.- Secara umwn semakin besar produksi yang dihasilkan, akan menyebabkao mnakin besar pula penerban atau sebaliknya (Bishop & Toussaint 1979).

(28)

mulu hasil dan harga, efisiensi tenaga kerja dan kemamplan

-

dalam mengelolapemhaanmaupuopenge1uaran u d a m i n y a

Peagelolaan usaha

petemakan

atau manajemen adalah

. .

.

.

pen&- faktor produksi yang dikuasai sebaik-bailmya

dm

mampu

memberikan faktor pmduksi petemaka0 sebagaimanayang

diharapkan.

Meourut Soekartawi (2002b), pendapatan b i b

usaha

adalah

selisih

mtara peoecimaan dan pengeluaran total. P & n suatu

uslha

adalah

sebagai produk total suatu usaha dalarn produk tertentu baik )rang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan dihitung dengan rnagdikan produk

total

dengan harga yang berlaku Sedangkan pengel- total soatu usaha adalah nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam proses produksi. Pendapatan bersih dari suatu usaha mengukur imbalan y m g dipemteh dari penggunaan &or produbi seperti tanah, tem& keja modal

dan pengetolaan

Wiuter dim Funk (1962) menyatakan bahwa bebaapa Wor yang mempengaruhi keunhmgan dalam peternakan ayam di antaranya adalah biap dan pengelolaan m u m , efisiensi tenaga ke ja, biiya pemasaran, k g a DOC,

tingkat kematian dan besarnya skala usaha

Hasil penelitian yang dilaporkan oleh Isbandi (1988) menunjukkan bahwa usaha ayam ras pedaging menguntungkan pada sliala lebih dati 750

&or per periode. Fakior sosial tidak berpenga.ruh pada tkgku p e d q x t w peternak. sedangkan faktor ekonomi sang beqmgamh pada tio&at

pendapatan pdemak adalah berat ayam, harga jual, jumlah ayam terjual dan

bia~a pengeluaran ayam ras pedaging.

3. Modd Kcmitramn

Usaba beternak ayam dijalankan dengan cara menjalin kerjasama baik dengw pemodal, pem&aan pakan maupun p e n d u u u ~ pembibitaa Be@

pola kemitraan yang sering dilakukan sebagai b e d a t (Faditah ef ul. 2007): a Pola simpan pinjam

(29)

buns atau persentase kmtungan yang besarnya telah disepakati teiebih dahulu.

b. Pola kemitraan dengan perusaham pakan

Pada pola kernitmu seperti hi, petemak hanya barnma sebadas suplai pakan untuk usaha ayam tersebut. Selebihnya, peeemak peg menyedialan. Petemak memiliki kewenangan xpedmnys

uotuk

mengelola usahanya tetapi biasanya peternak memberikan jaminan kqada pausahaan pakan senilai palm yang akan digunakan

c. Pola kemitraan bagi hasil

Pola kemitraan yang terjadi antara petemak dan pihak lain sepati pernodal atau pemahaan peternakan dengan sistem shoring. Contahoya

p e t 4 hanya memiliki sejumlah kandang, semua biaya opemiional dan sarana produksi ternak disuplai dari pemodal atau pe4usabaan petanakan.

P-tase pembagian keuntungan untuk petemak 20% dan pwnodaI8OaA d. Pola kemitraan inti plasma

Saat ini pola kemitraan atti plasma paling baqak dilakukaa Pada

pola ini petemak bermitra dengan perusahatin petemakan

selahu inti.

Banyak pola kexjasama yang ditawarkan s e p d bagi basil atau sistem harga kontrak. Namun, prinsipnya semua sama yaitu per& peternakan berperan sebagai inti untnk membina peternak )mg menjadi

p h m n y a agar lebil~ rnaju dan bisa mandiri.

4. Periode Panen

Beberapa ha1 yang perlu dipehatikan pa& periode panen yaitu sebehrm

panen, ketika d i p a n e ~ pasca panen (Fadilah el al. 2007). Kegiatan pada periode sebelum panen antara lain meliputi (I ) menlbuat jadwal kandang yang

akan dipanen s e m i dengan ukuran berat ayam dan letak kandang sahr mempersiapkan tim penangkap sesuai dengan kebutuhan, (2) mempeasiapkan peralatan panen seperti timbangan, alat tulis, surat jalan, wia timbang, tali rapia, keranjang ayam dan lampu senter, (3) pemberian pakan mtuk ayam

(30)

&&an pakan sebingga berat ayam menjadi tidak nyata. Namun air miomn b m s tetap tersedia, (4) membuat laporan stok ayam beserta ukummya.

Kegiatan periode ketika dipanen antara lain m e l i w (1) m q g p & m g

tempat pakan dan minum, (2) menangkap ayam hams dilakukan seaua hati- hati, (3) penyekatan ayam yang akan ditangkap dilalrvkan secua bertahap lalu m e m i s a h k q Menangkap ayam jangan menggunakan tan* dipilih-jdih tetapi

harus

menghabiskan ayam dalam satu s&ataq (4) menimbang setiap ayam yang ditangkap, (5) masukkan ayam yang mau

ditimbang ke dalam keranjang s e a m perlaban, (6) memaiat basil penimbangan dan jumlah ayam yang ditangkap

secara

beoar dan jelas. Setelah selesai pexmgkapan dan melakukan cek ulang, kendaraan pengqkut ay;rm barn diizinkan meninggalkan lokasi.

Kegiatan yang dilakukan pascapanen adalah mengumpulkan semua

pedatan kandang dan membersihkamya. Selanjutnya, menimbimg palcan

yang tasisa dan mencatatnya. Menghitung total ayam dm total beiat ayam

yang dijual. Terakhir, melakukan evaluasi perhitungan p d produksi ayam. Beberapa parametex prestasi yang biasa dipakai oleh p p e t d ayam broiler antara lain (Fadilah et al. 2007):

a. Permlase kematian (Persen Deplesi)

Persentax. kematian adalah jumlah ayam yang mati dan diaa-ir &bag dengan jumlah total awal ayam dipelihara. Jumlah ayam yimg mati dan diafki~ dipemleh dari hasil pengurangan jumlab total ayam yang dipelihara dengan jumlah total ayam yang dijual.

% kematian = [Jumlah total ayam awal-Jumlah total avam diiual) x Im6 Jumlah total awal ayam

b. Rata-rata berat ayam yang dijual

Rata-rata berat ayam yang dijual adalah total berat

ayam

yang dijual dibagi dengan jumlah total ayam yaog dijual

Rata-rata berat ayam yang dijual= Total berat a m mng diiual

(31)

c. Konversi Pakan

(Feed

Convenion Ratio atau F a )

Konversi pakan adalah banyaknya kilo- pakan yang

dilmaarmsi

untuk menghasilkan satu kilo- berat ayam hidup.

Votal kilogram pakan yang dibaikan- Total kilogram pakan sisal FCR =

Total kilogram ayam dijual

d. Umur panen dan mtaan umur panen

Umur paneu adalah umur ayam ketika dijual dalam sahm han Jika urmrr ayam beragam ketika dijual Oebih dari satu umur) ham d i d rataan

umur panen.

Rataan umur panen =

Total peniumlahan dari umur omen (hari) x iumlah

avam

diiual Total ayam yang dijual

Falitor yang mempenganihi keuntungan suatu usaha petemdm ayam broiler adalah sebagai berikut (Fadilah et al. 2007):

a F'restasiproduksi

Tinggi rendahnya prestasi akan berpengarub terbadap besar kecilnya

laba rugi yang akau diperoleh. b. Hargajual

Harga jual di atas biaya produksi menandakan usaha t d u t

menguntungkan. Semakin tinggi selisih harga jual dengan biaya p d u h i ,

semalcin besar keuntungan yang akan diperoleh. Namun, jika selisih b g a

jual di bawah biaya produksi, usaha tersebut akan rugi.

c. Harga beli sarana produksi petemakan (sapronak)

Harga beli sapronak -s langsung berpengaruh t&&p besar

kailnya biaya produksi. Harga beli pakan tinggi, maka biqa p r d u k

akan tinggi pula. Meskipun faktor penentu laba-~gl lainnya slabil s e p d

harga jual stabil, belum tentu usaha betemak ayam mempadeh

keuntungan besar jika harga sapronak tinggi.

d. Kebocorao atau keliilangan

Kebocoran atau kehilangan yang terjadi pada unit nsaba ayam

+.

terjadi kebommi pada sarana produksi atau ayam

akau

berpengaruh
(32)

e. Faktor lainnya

Faktm h y a seperti @edaan kebijakaa biaya produksi

secara

otomatis akaa meinpeagaruhi perhmmgan b e s a r k e ~ ~ i
(33)

1. PengumpnlanData

Pengumpulan data untuk penyelesaian tugas akIur

ini

d@emIeh dazi

W a i macam sumber dan dimaksudkan mtuk mendapatkan hzisil yang &imal dau dapat dipertanggungjawabkan Metode yang d i id a b

mengmpulkan data adalah sebagai berikut : a. Pengumpulan Data Primer

Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara lan&roog kepada peternak maupun pekerjanya serta dengan perusahaaa inti deagen menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Data prhner yang dhmbi1

mengeaai karakteristik responden (umur, tingkat pediiikan bl, peugalaman beternak ayam), penggunaan saratla pmduki, biaya, peudapatan, d m masalah daIam usahatem& ayam ras pedaging dengan

dua sistem kernitman yang berbeda.

b. Pengumpulan Data Sekunder

Data yang dikumpulkan dengao rnengkaji pustaka yang Wnbongan

dmgan fillisan yang dibuat untuk melengkapi laporan, pada dassnya basifat teknisl praktis ilmiah yaitu penelaahan dengan mengumpdkan

informasi melalui buku-buku, tulisan dan literatur media cetak mwpun media elekbonik (internet) yang secara garis besar M s i

~~~omep

twritis, pendapat, pengalaman dan pengetahuan para ahli dao tulisan para

prakbsi yang berkaitan dengan usaha petemah ayam ras.

2. Metode Analisis

a Meugidentifikasi dan Mengevaluasi Pola Kemitraan

Data yang terkumpul dalam penelitian dianalisis

sesuai

deagen pertanyam yang ingin dijawab serta untuk mencapai penelitian.

Uniuk itu, semua data baik data sekunder maupun data primer yang diperoleh dari wawancara kuesioner, diorganisi dan disusun Setelah

tersusun kemudian dilakukan penafsiran dan pembahasan tehadap data yang ditemukan tersebut.

(34)

diperoleh dari perusaham pelaksana model

kenihaan

dan melibat

pekhnmmya di lapangan Dengan rnendeskriphn pelaksanaan kemitraan

petemakan

ayam ras pedaging, sehingga dhtahui mengeoai

bagaimanakah identifikasi dan evaluasi dari pola-pola kenitman ttxsebut. b. Perbanding Tingkat Pendapatan Petemak

Untuk mengetahui tingkat pendapatan petemak masing-masiog sistem kemitraan yang ada pada berbagai *la usaha ylmg b d d a ,

dipakai model analisis dengan menggunakan komputer d a g m .wp.Om microsofi excel.

Pabandingan antar suatu skala usaha dalam sistean yang sama dan antar sistem dalam skala usaha yang sama maupun antar kesehuahan dilihat dari indikator:

1. Pendapatan

2. R/C Ratio dan BIC Ratlo

Untuk menghitung pen- becsih peternak digunrrkan rumus yang dikemukakan S o e h w i (2002b):

Pd = TR-TC

Pd = yi.Pyi-2Xi.Pxi

dimana: Pd = Pendapatan bersih (RupiahKglpmses produksi)

TR = Total Penerimaan (RupiahXglprnses produksi)

TC = Total Biaya (RupiahKglprosa produksi)

Y i = lumlah produksi daging insentif dan kotoran ay- (Kg,

Rupiah, karunglymses produksi)

Pyi = Hacga produksi daging, insatif dm kotoran ayam (RpKg,

Rupiah/ ayam panen, Rpkanmg/ proses ~roduksi) Pxi = Harga faktor produksi (ekor, Kg, Mg, HOK, hung,

tabung, Kwh, Rp/ proses produksi)

Xi = Jumlah input (bibit, pakan, obat-obatw tenaga %a, serbuk gergaji, gas, listrik, sewa tanah, sews @g.

bunga modal dm penyusutan alat dalam duan unitl poses

(35)

Selain rumus di atas, Soekartawi (2002b) juga mengemukakan rumus

lain dalam menghitung pendapatan:

dimana: Kt = Keuntungan (Rupiah) P = Harga Produk (RpKg) Y = Jumlah produksi (Kg) Wi = Harga faklor produksi ke-i

X = Jumlah faktor produksi ke-i D = Biaya penyusutan alat (Rupiah)

i = 1,2,3

,...,

n

Untuk mengetahui efisiensi dari usaha petemakan yang dilakukan

oleh petemak plasma dapat dilihat dengan nilai RICR (Return Cost Ratio)

dari masing-masing usaha yang diformulasikan dengan (Soekartawi,

2002b):

TR

RICR =-

TC

RICR = Y.Py

FC

+

VC

RICR = Y.Py

X,.Px, + X , P x , +X,Px,,

+ D

dimana: RCR =

TR =

VC =

Y - -

Py =

- Px, - XI - - D - -

Return Cost Ratio

Total penerimaan (Rupiah) Total biaya (Rupiah) Biaya tetap (Rupiah) Biaya variabel (Rupiah) Jurnlah produksi (Kg) Harga produksi (RpKg)

Harga faktor produksi (RpKg, ekor, dll) Jumlah input (faktor produksi) X I , X2,X3, ... X. Biaya penyusutan alat (Rupiah)

Untuk menguji berapa besar tingkat keuntungan (profitability test)

yang disurnbangkan oleh petemak pada kegiatan usaha temaknya yang

(36)

BICR digunakan untuk menghitung berapa besar nilai tambahan hasil

untuk tiap rupiah modal yang diinvestasikan, dengan rumus:

BICR =

dimana: BICR = Benefl Cost Ratio TR = Total Revenue

TC = Total Cost

Untuk menghitung biaya penyusutan alat-alat yang dipakai petemak

digunakan metode penyusutan garis lurus (Straight Line Methode) yang

dikemukakan Niswonger et al. (1997) yaitu:

D =

C-SV

UL

dimana : D = Nilai penyusutan alat (Rpltahun) C = Harga perolehan (Rplunit) SV = Estimasi nilai residu (Rplunit) UL = Estimasi umur (tahun)

c. Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT)

Analisis SWOT dilakukan untuk memformulasikan strategi yang

harus diterapkan, analisa ini menggolongkan faktor-faktor lingkungan

yang dihadapi oleh perusahaan sebagai faktor kekuatan (strength),

kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats).

Profil kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman ini diperoleh melalui

identifikasi terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi strategi

perusahaan (Rangkuti 2008).

Kekuatan merupakan sumberdaya, keterampilan atau keunggulan-

keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang

dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Kekuatan adalah kompetensi

khusus (distinctive competence) yang memberikan keunggulan komparatif

bagi perusahaan di pasar. Kekuatan dapat terkandung dalam sumberdaya

keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan pembeli dengan pemasok

dan faktor-faktor lain.

Kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam

(37)

efektif pemahan. Sumber-sumber kelmahan tersetnd melipti fasilitas, sumberdaya keuangan, kemampuan manajemen, lretaamph pmmam dan citra produk.

Peluang rnerupakan situasi penting yang r n e n g u n t u o ~ dahm

lingliungan industri. Perkembangan trend merupakan salah sata snmber

peluang. Dalam hal ini, identifikasi segmen pasar yang terabaikan, pembahan situasi persaingan atau peraturan, perubahsn tekdogi mta

membaiknya hubungan antara pembeli dengan pemasdc dapgt

memberikan peluang bagi permahaan.

Ancaman merupakan suatu situasi penting yang ridak mengunhmgkm dalam lingkungan industri. Anotman merupekan

penggmggu utama bagi posisi perusahaan. Madmya pesaing bgnS lambmya pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar

pembeli atau pemasok utama, perubahan teknologi dan peraham baru yang direvisi dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan peaosahaan.

Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan kuaotitatif yang diolah dengan bantuan Miaosoft Excel, disajikan dalam h t n k tabolasi uotuk menyusun sasaran yang merupakan prioritas bagi perusahaaa

Analisis kualitatif dilakukan untuk rnenjelaskan seam mimajaial hasil

dan matriks IFE, EFE, 1E dan SWOT.

Analisis secara h i t i t a t i f dilalrukan dengan m e n g g d m maniks

IFE, EFE dan IE. Analisis ini dilakukan dengau tujuan untuk mengerahui kemampuan petu~~haan dalam menghadapi linglamgan irdemal dan

eksternal dengan cara m&dapatkan angka yang rnenggambatkw kondisi

perusahaan terhadap kondisi lingkungannya. Matriks IFE dm FFE didah den* menggunakan beberap Iangkah sebagai berilnIt (Ran@ 2008):

1. Identifikasi Fakcr Intwnal dan Ekternal

Perusahaan

Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi fjrktor internal, yaitu dengan mendaftarkan semua kelemahan dan kekuatan organisasi. Kekuatan diidentifikasi terlebih dahulu, baru kemudian

(38)

Data eksternal peausabaan dipemleh dari hasil wawancam atau Icuesioner dan diskusi deagim pihak p e t 4 plasma serta data penunjang lainnya Hasil kedua identilikasi Wor-Mitor di atas menjadi faktor penentu internal dan eksternal yang sdanjutnya akan

diberikan bobot daa mtiw.

2. Penentuan Bobot Setiap Peubah

Pen- bobot dilakukm dengan jalan mengajukan

identiiikasi faktor-faktor strategis eksternal dan internal iasebul kepada pihak manajemen atan pakar dengan men- me&&

Paired Compori.son ( h e a r & Taylor 1991). Metode tasebut digunakan untuk memberikan penilaian t d d a p bobot setEip W o r

pen- internal dan

ekstemal.

Untuk meoeotukan bobot setiap peobsh

digunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan uatuk pengisian kolom adalah:

1 : Jika indikator lmkontal kurang penting daripada

iadikator

vatikal

2 : Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator v&l

3 : Jika indikator horizontal lebih penting daripada i n d i v-L

Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 1 dan TaM 2.

Tabel 1. Penilaian bobot W o r strategi internal perusahaan

(39)

Bobot setiap peubah diperoleh d e n p men- nilai rataan

(tiga orang pakar) dari setiap peubah terhadap jumlah lrilai ban peubah dengan menggunakan rumus (Kinnear & Taylor 1992) :

dimana : a, = Bobot peubah ke-i xi = N i b peubah Ice-i i =1,2,3 ,..., n n = Jumlahpeubah

3. Peneninan Peringkat (Ruling)

Penentuan peringkat (rating) oleh manajemen atan pakar dari perusaham yang dianggap sebagai decision maker dilakukan terbadap peubah-peubah dari hasil analisis situasi pemsahaan Untuk mengukur

p e n g a d masing-masing peubah tehadap kondisi pemsahaao digunakan nilai peringkat dengan skala 1 , 2 , 3 dan 4

tahadap

masing-

masing faktor sttategis peluang yang menandakim sew efeldif strategi p d a a n saat ini, dimana untuk matriks EFE skala nilai peringkat yang digunahn yaitu:

1 = Rendah, respons kurang

2 = Sedang, respons sama dengan rata-rata 3

=Ti&

respons di atas rata-rata 4 = Sangat tinggi. respons superior

Untuk faktm-faktor ancaman menrpakan kebalikan dari faktor peluany, dimana skala 1 (satu) berarti sangat tin@, respons superior

terhadap perusaham. Skala 4 (empat) berarti rendah, respons lrorang terhadap Fle~dlaan.

Untuk matriks IFE, skala nilai penngkat yang diguoaktm pada kolom raring dengan skala 1-4, pada masing-masing Wtor htemal yang ada dalam usaha petemakan ayam dengan keadaan saat

ini

S M a nilai peringkat yang digunakan yaitu:
(40)

3=cukupkuat 4=sangatkuat

Selanjutnya nilai dari pembobotan dikalikan dengan nilai

rataan peringkat pada tiaptiap faktor dan semua hasil kali rasebut

dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotao. Hasil pembobotan dan p e ~ g k a t (ramg)

berdasarkan

amlist sitoasi pemsahm dimasukkau dalam Tabel 3 dan Tabel 4. [image:40.599.110.464.113.725.2]

Nilai IFE dikelompokkan dalam posisi h a t (3,04,0), posisi mta-rata (2,O-2.99) dan posisi lemah (1,O-1.99). Sedangkrm nilaimii EFE dikelompokkan dalam posisi tinggi (3.0-4,OX posisi sedang (2.0- 299) dan posisi rendah (1,O-1.99) (Umar 2008).

Tabel 3. Mahiks EFE

Tabel 4. Mabiks IFE

Faktor Strategis Internal

(

Bobot

I

Rating

I

Skor

' A. K e h f a n :

5.

(41)

Terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitn:

a. Tentukan Eiktor-faktor peluang eksternal perusahaan

b. Tentukan faktor-faktor ancaman ektemal per-

c. Tentukan faktor-faktor kekuatan intemal perusabaan.

d. Tentukan fiktor-fiktor kelemahan intemal pemsahaan

e. Sesuaikan kekuatan internal d e w peluang e b m a i untuk

mendapatkan strategi S-O,

E Sesuaikan kelemahan intemal dengan peluang

&anal

unhrk

mendapatkan strate@ W-O.

g. Sesuaikan kekuatan i n t d dengan ancaman ekstemd mtuk mendapatkan shategi S-T.

h Sesuaikan kelemahan intemal dengan ancaman ekskmal

ootuk

mendapatkan shategi W-T.

Secara teoritis, mairiks SWOT dapat dinrmuskan pada Tabel 5

Tabel 5. Matriks SWOT

.

I

-

-

-- - I

Threats (T)

m

i

(ST)

I

Sbategi(W-r) Internal . . . -.

\

EMernal

r

Opporlunitks(0) I

j Tentukan 510 faktor peluang

i ekslernal

stmglh

(S)

I

Wwknesses(nr) 'I

a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran penrsahaao, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan

memanfaatkan peluaug sebesar-besanlya.

b. StrategiST

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan ymg

dhniliki

penwhaan tmhlk mengatasi ancaman. Tentukan 510 faMor

kekuatan internal

sbadeai

(so)

Ciptakan sbategi yang menggunakan

kekwtan untuk memanfaatkan ~eluana

I

Tentukan 510 faktor ancaman

eksternal

Tentukan 5-10 fdda

/;

kelemahan internal

/I

\

StrateOi

V-0)

Ciptakan sba- yang memnimalkan

kelemahan unbk memanfaatkan

v e l u m

Clptakan strategl yaw mengsunakan

kekuatan untuk mengatas1 ancaman

C~ptakan strateg

yang me,,,,mnallen ,

(42)

c. Strategi WO

Strategi ini ditempkan berdasarkan

Gambar

GAMBAR ..............................................................................
Tabel 3. Mahiks EFE
Tabel 7. Jumlah penduduk dan luas wilayah di Kabnpalen BogDr
Tabel 8. Saraoa @dikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan resiko spekulatif mengandung dua luaran yaitu berupa kerugian atau keuntungan, resiko ini dikenal sebagai resiko dinamis, sebagai contoh perusahaan

The Meaning of Learning English Using Busuu to Junior High School Students Grade VII.. Yogyakarta: The Graduate Program in English

bergantung dari kapan member melihat schedule tersebut. Selain itu, member juga dapat melihat jadwal untuk hari-hari ke depan bahkan untuk bulan-bulan ke depan. Tampilan dari

Metode Drill yaitu sebagai berikut :.. 1) Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga latihan mereka dapat. mengerjakan dengan tepat sesuai yang diharpkan. 2) Tentukan

Para penderita kanker di Indonesia dapat memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman "keladi tikus" (Typhonium Flagelliforme/Rodent Tuber)

Penelitian yang dilakukan peneliti sekarang adalah “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Treffinger Berbantuan LKS dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar

Belajar dari perkembangan penguasaan bahasa nasional dan daerah di Indonesia, penciptaan lingkungan yang kondusif menjadi alternatif dalam pembelajaran bahasa Arab

Sebelumnya perlu ditanyakan, tahun berapa yang bersangkutan (responden) itu lahir, tahun berapa ia melahirkan anaknya yang sulung, dan sebagainya. Pertanyaan itu