• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA AYAM PEDAGING (BROILER) PETERNAK PLASMA POLA KEMITRAAN DI PT. REZA PERKASA UNIT BUDIDAYA MADIUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA AYAM PEDAGING (BROILER) PETERNAK PLASMA POLA KEMITRAAN DI PT. REZA PERKASA UNIT BUDIDAYA MADIUN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya| 1 ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA AYAM PEDAGING (BROILER) PETERNAK PLASMA POLA KEMITRAAN DI PT. “REZA PERKASA” UNIT

BUDIDAYA MADIUN

Eko Prasetyo Bayu Susanto1), Hari Dwi Utami2) dan Budi Hartono2) 1)

Mahasiswa Bagian Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya 2)

Dosen Bagian Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya. Jl. Veteran Malang 65145 Indonesia Email: ekopbs2011@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di peternakan ayam pedaging yang bermitra dengan PT. Reza Perkasa Unit Budidaya Madiun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya nilai modal, biaya produksi, penerimaan dan keuntungan peternak plasma. Efisiensi usaha melalui perhitungan Break Even Point (BEP), Revenue Cost ratio (R/C ratio). Rentabilitas usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan serta untuk mengetahui tingkat keberhasilan peternak plasma melalui perhitungan Indeks Performance (IP). Responden sebanyak 30 peternak plasma dengan PT. Reza Perkasa Unit Budidaya Madiun. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Pengambilan data pada tanggal 17 Februari s/d 19 Maret 2014. Pengambilan data primer menggunakan survei dengan menggunakan kuesioner terstuktur. Pengambilan data sekunder berasal dari perusahaan ayam pedaging dan sumber terkait. Data dianalisis dengan analisis deskriptif meliputi keuntungan, BEP, R/C Ratio, Rentabilitas dan Indeks Performance. Hasil didapatkan bahwa peternak plasma ayam pedaging dengan kepemilikan 3.778 ekor menunjukkan lebih menguntungkan dengan berdasarkan kriteria: modal yakni Rp 165.086,- /ekor/tahun, keuntungan yakni Rp 2.854,- /ekor, BEP yakni Rp 13.882,- /kg, R/C Ratio yakni 1,11, Rentabilitas ekonomi yakni 8,64%, Rentabilitas modal sendiri yakni 40,63%. Sementara, IP 328,78 adalah yang paling tinggi untuk peternak dengan kepemilikan 2056 ayam pedaging dengan indikator umur panen 35,56 hari, mortalitas 3,85%, BB 1,95 kg dan FCR 1,6.

Kata Kunci: BEP, R/C Ratio, Rentabilitas Ekonomi, Rentabilitas Modal Sendiri, Indeks Performance FINANCIAL PERFORMANCE ANALYSIS OF BROILER PLASMA FARMERS IN

PARTNERSHIP WITH “REZA PERKASA” LTD. AT MADIUN REGENCY Eko Prasetyo Bayu Susanto1), Hari Dwi Utami2) and Budi Hartono2) 1)

Student in Social Economic Department of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University 2)

Lecturer in Social Economic Department of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University ABSTRACT

Research was conducted at broiler plasma farmers in partnership with “Reza Perkasa” Ltd. The study was aimed to investigate (i) capital, cost of production, revenue and profit; (ii) the efficiency of the broiler farming and (iii) the level of success of broiler plasma farmers based on performance. Thirty respondents involved broiler plasma farmers in partnership with “Reza Perkasa” Ltd. The method used in this researched was case study. The data were collected from 17th February to 19th March 2014. Primary data were collected by survey with using structure questionnaire. Secondary data were obtained from

(2)

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya| 2 broiler company and related sources. The data were analysed by descriptive analysis with applying economic equation that was profit, BEP, R/C Ratio, Rentability and Performance of Index. Results found that broiler plasma farmers who owned 3,778 birds indicated more profitable based on the following criteria: Rp 165,086,-/bird/year of capital, Rp 2,854,-/bird of profit, Rp 13,882,-/kg of BEP, 1.11 of R/C Ratio, 8.64% of economic Rentability, 40.63% of enterprise broiler farming Rentability. However, Performance of Index was higher (328.78) for farmers who owned 2056 broiler chicken with indicators: 35.56 days harvest time, 3.85% of mortality, 1.95 kg of body weight and 1.6 of FCR.

Keywords: BEP, R/C ratio, economic Rentability, enterprise broiler farming Rentability, Performance of Index

PENDAHULUAN

Peternakan merupakan salah satu subsektor agribisnis yang mempunyai pro-spek yang sangat bagus bila dikembangkan secara optimal. Pembangunan subsektor peternakan bertujuan untuk meningkatkan produksi peternakan dengan prioritas untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi serta meningkatkan pendapatan peternak.

Broiler atau ayam pedaging

meru-pakan ternak yang efisien dalam meng-hasilkan daging, namun disisi lain biaya dari faktor-faktor produksi usaha ayam pedaging ini relatif tinggi yakni hampir 80% untuk biaya produksinya dari total penerimaan peternak sehingga penggunaan faktor-faktor produksi harus se-efisien mungkin. Abidin (2002) menyatakan bahwa disamping biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit, kapasi-tas pemeliharaan serta ditambah lagi harga daging yang fluktuatif dipasaran merupakan kendala dalam memperoleh keuntungan yang maksimal.

Pada agribisnis ayam pedaging, pola kemitraan telah terbukti merupakan jalan keluar dari prahara krisis ekonomi yang tak kunjung reda sejak pertengahan tahun 1997. Jika pada tahun 1997 struktur pelaku agribisnis perunggasan 30% kemitraan dan 70% usaha mandiri, maka tahun 1999

struktur ini berubah menjadi 80% kemitraan dan 20% usaha mandiri (Sutawi, 2007).

PT. Reza Perkasa Unit Budidaya Madiun merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pemeliharaan broiler dengan sistem kemitraan inti plasma dimana PT. Reza Perkasa Unit Budidaya Madiun sebagai inti dan peternak ayam pedaging (broiler) sebagai plasma.

Analisis finansial diperlukan untuk mengetahui efisiensi usaha budidaya ayam pedaging pola kemitraan. Analisis finansial usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan berupa perhitungan modal, biaya produksi, penerimaan, keuntungan, Break Even Point (BEP), R/C Ratio dan Ratio Rentabilitas serta Indeks Performance ini sekiranya dapat memberikan informasi kepada peternak sejauh mana keberhasilan usaha yang didirikannya dan bahan evaluasi dalam pengambilan keputusan dalam jangka waktu kedepan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diangkat, maka rumusan masalah dari penelitian sebagai berikut:

1. Berapakah modal, biaya produksi, penerimaan dan keuntungan peternak plasma di PT. Reza Perkasa Unit Budidaya Madiun pada masing-masing skala usaha?

(3)

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya| 3

2. Bagaimanakah analisis BEP, R/C Ratio dan Rentabilitas peternak plasma di PT. Reza Perkasa Unit Budidaya Madiun pada masing-masing skala usaha?

3. Berapakah skor Indeks Performance (IP) peternak plasma dalam satu periode produksi pada masing-masing skala usaha?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Besarnya nilai modal, biaya produksi, penerimaan dan keuntungan peternak plasma di PT. Reza Perkasa Unit Budidaya Madiun pada masing-masing skala usaha.

2. Efisiensi usaha melalui perhitungan BEP, R/C ratio, Rentabilitas usaha peternakan ayam pedaging peternak plasma pada masing-masing skala usaha.

3. Tingkat keberhasilan peternak plasma melalui perhitungan Indeks Performance pada masing-masing skala usaha.

TINJAUAN PUSTAKA

Usaha budidaya ayam pedaging merupakan salah satu alternatif usaha yang dapat dilakukan karena waktu usahanya relatif cepat, hemat lahan dan dapat dilakukan secara intensif dengan padat modal dan teknologi (Zuraida, Rohaeni dan Hikmah, 2006). Usaha beternak ayam pedaging merupakan bisnis yang menjanjikan karena tingkat konsumsi daging ayam pedaging sangat terjangkau oleh masyarakat di Indonesia serta kandungan gizi daging cukup bagus (Sunarno, 2009).

Zuraida,dkk (2006) menyatakan bahwa sistem kemitraan, yaitu pengusaha

atau perusahaan memberikan modal berupa bibit ayam, pakan, obat-obatan dan vaksin dan peternak menyediakan kandang dan alat, tenaga kerja, listrik, air dan bahan lain seperti sekam dan kapur, ketika ayam siap panen maka penjualan atau pemasaran akan dilakukan oleh perusahaan dengan harga pasar yang telah ditentukan. Pemilihan waktu pemeliharaan diperhitungkan oleh perusahaan agar ayam dapat dipanen dan dijual saat harga ayam mahal yaitu pada bulan-bulan tertentu seperti hari raya keagamaan. Suharti (2003) menyatakan bahwa model kemitraan yang dilakukan oleh inti adalah melalui penyediaan sarana produksi peternakan, bimbingan teknis dan manajemen, menampung serta memasar-kan hasil produksi. Peternak plasma menyediakan kandang, melakukan kegiatan budidaya dan hasil dari penjualan ayam diserahkan kepada pihak inti dengan harga yang telah disesuaikan pada isi kontrak perjanjian kerjasama.

MATERI DAN METODE Materi

Penelitian dilaksanakan di peterna-kan ayam pedaging yang bermitra dengan PT. Reza Perkasa Unit Budidaya Madiun. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah PT. Reza Perkasa Unit Budidaya Madiun sebagai inti dan peternak plasma ayam pedaging yang mengikuti pola kemi-traan PT. Reza Perkasa Unit Budidaya Madiun. Peternak plasma yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 responden.

Metode

Metode yang digunakan pada saat penelitian adalah studi kasus (case study). Pengambilan sampel pada peternak dengan

(4)

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya| 4 purposive sampling yaitu dipilih peternak di

kelompok sampel yang memiliki usaha budidaya ayam pedaging tipe kandang

opened house system pola kemitraan dengan

PT. Reza Perkasa Unit Budidaya Madiun. Responden dipilih berdasarkan data sekunder dari inti.

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif untuk mengetahui keadaan usaha dan karakteristik peternak ayam pedaging, jumlah modal, biaya produksi yang dikeluarkan, jumlah penerimaan dan keuntungan yang didapat, BEP, R/C ratio, Ratio Rentabilitas serta Indeks Performance usaha budidaya ayam pedaging pola kemitraan pada strata I, II dan III.

a. Total biaya produksi adalah semua pengeluaran untuk proses produksi selama pemeliharaan ayam pedaging pada periode tertentu yang dirumuskan sebagai berikut:

TC = FC + VC

Keterangan:

TC = Total biaya produksi usaha budida ayam pedaging (Rp/periode)

FC = Biaya tetap usaha budidaya ayam pedaging (Rp/periode)

VC= Biaya tidak tetap usaha budidaya ayam pedaging (Rp/periode)

b. Total penerimaan usaha budidaya ayam pedaging merupakan semua penerimaan yang didapatkan dari penjualan ayam pedaging, hasil sampingnya, subsidi pemeliharaan serta bonus yang didapat dari PT. Reza Perkasa Unit Budidaya Madiun yang belum dikurangi dengan

biaya produksi yang dirumuskan sebagai berikut:

R = p . Q

Keterangan:

R = Total penerimaan usaha budidaya ayam pedaging (Rp/periode)

Q = Jumlah Produksi usaha usaha budi-daya ayam pedaging (kg/periode) p = Harga Produksi usaha budidaya ayam

pedaging (Rp/kg)

c. Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh peternak ayam pedaging yang dirumuskan sebagai berikut:

Π = TR – TC

Keterangan:

Π = Keuntungan usaha budidaya ayam pedaging (Rp/periode)

TR = Total penerimaan usaha budidaya ayam pedaging (Rp/periode)

TC = Total biaya produksi usaha budi-daya ayam pedaging (Rp/periode) d. BEP merupakan suatu keadaan dimana

sebuah perusahaan tidak mengalami kerugian atau memperoleh keuntungan yang dirumuskan sebagai berikut:

BEPharga BEPproduk = BEPekor = e. R/C Ratio merupakan perbandingan

antara penerimaan dengan biaya produksi yang dirumuskan sebagai beriku:

(5)

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya| 5 RC Ratio =

Keterangan :

R = Penerimaan usaha budidaya ayam pedaging (/periode)

C = Biaya produksi usaha budidaya ayam pedaging (/periode)

Jika nilai RC Ratio < 1; usaha budidaya ayam pedaging rugi.

Jika nilai RC Ratio = 1; usaha budidaya ayam pedaging impas.

Jika nilai RC Ratio > 1; usaha budidaya ayam pedaging untung.

f. Ratio Rentabilitas adalah suatu perbandingan antara laba dengan modal

yang hasilnya dinyatakan dalam persentase yang dirumuskan sebagai berikut:

R. Ekonomi x 100%

R. Usaha x 100%

g. Indeks Performance adalah salah satu

parameter keberhasilan dalam

pemeliharaan ayam pedaging yang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Plasma

Karakteristik peternak plasma pada penelitian meliputi: umur peternak plasma, lama pengalaman kemitraan beternak peternak plasma, tingkat pendidikan peternak plasma, jumlah anggota keluarga peternak plasma, pekerjaan utama peternak plasma dan penggunaan tenaga kerja sewa. Umur peternak plasma menunjukkan bahwa rata-rata umur peternak plasma adalah umur produktif. Umur produktif adalah umur pada saat seseorang mampu melakukan kegiatan produktif secara efisien. Lama pengalaman kemitraan peternak plasma menunjukkan bahwa apabila dibandingkan dari ketiga strata maka akan didapatkan bahwa pada strata III prosentase lama pengalaman kemitraan responden lebih tinggi yakni mencapai 55,56% dengan rata-rata lama pengalaman kemitraan adalah 11-15 tahun. Tingkat pendidikan peternak plasma menunujukkan bahwa baik strata I, II dan III

sebagian besar tingkat pendidikan peternak plasma adalah SMA. Jumlah anggota kelurga peternak plasma pada masing-masing strata tidak mengalami perbedaan yang signifikan. Pekerjaan utama peternak plasma menunjukkan bahwa pada strata I peternakan ayam pedaging sebagai pekerjaan sampingan. Strata II dan III sebagian besar menjadikan peternakan sebagai pekerjaan utama. Penggunaan Tenaga Kerja Sewa Peternak Plasma menunjukkan bahwa baik Strata I, II dan III hampir sebagain besar tenaga kerja dilakukan sendiri oleh peternak plasma, tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk membiayai tenaga kerja sewa.

Modal Usaha Budidaya Ayam Pedaging (Broiler)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa total modal /tahun yang digunakan peternak plasma pada strata I adalah yang paling tinggi apabila dibandingkan strata II dan III .

(6)

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya| 6

Untuk membangun kandang dengan segala peralatan-peralatan penunjang didalamnya peternak plasma pada strata I harus mengelurkan modal /ekor/tahun sebesar Rp 167.279,-. Strata II modal /ekor/tahun yang dikeluarkan sebesar Rp 169.196,-. Strata III modal /ekor/tahun yang harus dikeluarkan yakni sebesar Rp 165.086,-.

Soekartawi (1995) menyatakan bahwa modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuk, kepemilikan serta berdasarkan sifatnya. Berdasarkan sumbernya, modal dibagi menjadi dua, yaitu modal sendiri dan modal asing.

Tabel 1. Sumber modal usaha budidaya ayam pedaging pola kemitraan /tahun

No Sumber Modal Skala Usaha

Strata I Strata II Strata III

1 Modal Sendiri (Rp) 49.453.884 77.971.744 132.687.138 2 Modal Asing (Rp) 166.670.584 269.895.232 491.007.770 3 Total Modal (Rp) 216.124.468 347.866.976 623.694.908

Sumber: Data primer diolah, 2014

Analisis Rugi-Laba

Dalam analisis rugi-laba adapun faktor yang mempengaruhi adalah pene-rimaan dan biaya produksi yang terdiri dari: biaya tetap dan biaya tidak tetap.

a) Biaya Produksi

Biaya produksi /ekor dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada I (Rp 26.816,-). adalah yang paling rendah apabila dibandingkan dengan strata III (Rp 26.959,-) dan strata II (Rp 27.339,-). Biaya produksi yang tinggi menyebabkan total biaya pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh peternak plasma untuk menjalankan usaha budidaya ayam pedaging tiap periode produksinya menjadi besar. Sehingga total keuntungan yang diperoleh peternak plasma tiap periodenya menjadi rendah. Biaya pakan merupakan biaya produksi tertinggi dibandingkan dengan biaya produksi yang lain. Biaya pakan pada strata III (71,94%) adalah yang paling tinggi dibandingkan

dengan strata II (71,90 %) dan strata I (71,61 %).

Soekartawi (2002) menyatakan bahwa total biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha budidaya ayam pedaging. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap atau biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang di keluarkan untuk sarana poduksi dan berkali-kali dapat dipergunakan.

b) Penerimaan

Penerimaan /ekor dari hasil pene-litian meunjukkan bahwa pada strata II (Rp 29.845,) adalah yang paling tinggi apabila dibandingkan dengan strata III (Rp 29.813,-) dan strata I (Rp 28.494,-). Tingginya pene- rimaan pada strata I disebabkan oleh bobot badan akhir ayam pedaging yang tinggi. Sehingga penjualan ayam peda-ging pada strata II (99,44 %) adalah yang paling tinggi dibandingkan dengan strata III (99,43 %) dan strata I (99,42 %).

(7)

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya| 7

Tabel 2. Laporan rugi-laba /periode

No Item Strata I Strata II Strata III

Rp/ekor % Rp/ekor % Rp/ekor %

1 Penerimaan a) Penjualan Ayam 28.329 99,42 29.677 99,44 29.645 99,43 b) Subsidi Pemeliharaan 165 0,58 168 0,56 169 0,57 Total 28.494 100,00 29.845 100,00 29.813 100,00 2 Biaya Produksi  Biaya Tetap a) Sewa tanah 0 0 0 0 0 0 b) Sewa kandang 0 0 0 0 0 0 c) Penyusutan kandang 167 0,62 167 0,61 167 0,62 d) Penyusutan peralatan 184 0,69 175 0,64 171 0,63 e) Tenaga Kerja 0 0 54 0,20 100 0,37 Jumlah 351 1,31 395 1,45 437 1,62  Biaya Variabel a) DOC 6.098 22,74 6.099 22,31 6.100 22,63 b) Pakan 19.202 71,61 19.656 71,90 19.393 71,94

c) Vaksin dan Obat 500 1,86 500 1,83 500 1,85

d) Listrik dan Air 36 0,14 36 1,20 36 0,13

e) Sekam 55 0,21 55 1,81 55 0,20

f) Pakan tambahan 83 0,34 198 6,52 128 0,47

g) Tenaga kerja harian 279 1,04 185 6,08 135 0,50

h) Gas elpiji 132 0,49 159 5,24 140 0,52 i) Kapur 2 0,01 2 0,08 2 0,01 j) Desinfektan 31 0,12 19 0,64 11 0,04 k) Detergen 8 0,03 10 0,32 8 0,03 l) Lain-lain 39 0,14 24 0,80 13 0,05 Jumlah 26.465 98,69 26.944 98,55 26.522 98,38

Total Biaya Produksi 26.816 100,00 27.339 100,00 26.959 100,00

3 Keuntungan (Laba) 1.679 2.506 2.854

Sumber: Data primer diolah, 2014 c) Keuntungan

Keuntungan /ekor dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada strata III (Rp 2.854.-) adalah yang paling tinggi apabiladibandingkan dengan strata II (Rp 2.506,-) dan strata I (Rp 1.679,-). Meskipun total penerimaan yang diperoleh peternak plasma pada strata II tinggi akan tetapi biaya

produksi yang harus dikeluarkan juga tinggi sehingga total keuntungan yang didapat tidak maksimal.

Hoddi, dkk (2011) menyatakan bahwa keuntungan yang diperoleh peternak ayam pedaging merupakan hasil dari penjualan ternak dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa

(8)

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya| 8

produksi. Hasil itu harus dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkannya. Setelah semua biaya tersebut dikurangkan barulah peternak memperoleh keuntungan bersih.

Analisis Break Even Point

Analisis BEP pada penelitian usaha budidaya ayam pedaging pola kemitraan ini

dibagi menjadi 3 macam analisis, yaitu

BEPharga, BEPproduk dan BEPekor. Ketiga

analisis tersebut nantinya akan digunakan untuk mengetahui harga minimum, jumlah bobot badan ayam pedaging minimum serta jumlah ekor minimum ayam pedaging yang harus dipanen.

Tabel 3. BEP berdasarkan harga kontrak peternak plasma

No Item Skala Usaha

Strata I Strata II Strata III 1 Total Biaya Produksi (Rp) 26.815.535 27.339.149 26.959.026

2 Harga Jual (Rp)/(kg) 14.957 15.235 15.265

3 Produk (Bobot Hidup) (kg) 1.894 1.948 1.942

4 BEPharga (Rp)/(kg) 14.158 14.034 13.882 5 BEPproduk (kg) 1.792,84 1.794,50 1.766,07

6 BEPekor (ekor) 944 920 906

Sumber: Data primer diolah, 2014

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan asumsi nilai harga kontrak Rp 14.957,- s/d Rp 15.265,- Setiap pemanenan 1000 ekor ayam pedaging BEP yang diperoleh sebagai berikut: BEP harga pada strata III (Rp 13.882,-) adalah yang paling baik apabila dibandingkan dengan strata II (Rp 14.034,-) dan I (Rp 14.158,-). BEP produk pada strata III (1.942 kg) adalah yang paling tinggi apabila dibandingkan dengan strata II (1.948 kg) dan strata I (1.894 kg). BEPekor pada strata III (906 ekor) adalah yang paling baik apabila dibandingkan dengan strata II (920 ekor) dan strata I (944 ekor).

Syukur (2008) menyatakan bahwa analisis BEP merupakan suatu cara atau suatu teknik yang digunakan oleh seorang petugas atau manajer perusahaan untuk mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan volume produksi berapakah perusahaan

tersebut tidak menderita kerugian dan tidak pula memperoleh laba.

R/C Ratio

Hasil penelitian menunjukkan bahwa RC ratio pada strata III (1,11) adalah yang paling tinggi apabila dibandingkan dengan strata II (1,09) dan strata I (1,06). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa R/C ratio dikatakan layak karena lebih dari angka satu namun strata III tingkat kelayakan dan efisiensi usaha budidaya ayam pedaging jauh lebih tinggi

Syamsudin (2000) menyatakan bahwa keberhasilan suatu usaha dapat diukur dengan R/C Ratio. Nilai tersebut merupakan imbangan antara penerimaan dengan biaya yang digunakan untuk usaha. Suatu usaha dikatakan layak apabila nilai R/C ratio lebih dari satu. Semakin besar R/C

(9)

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya| 9

ratio maka semakin besar pula tingkat efisiensinya. Tabel 4. R/C Ratio peternak plasma

No Item Skala Usaha

Strata I Strata II Strata III

1 Biaya Produksi (Rp) 34.645.670,83 56.209.293,33 101.713.747,67 2 Total Penerimaan (Rp) 36.814.420,83 61.361.677,78 112.634.952,78

3 R/C Ratio 1,06 1,09 1,11

Sumber: Data primer diolah, 2014 Ratio Rentabilitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rentabilitas ekonomi /farm/tahun pada strata III (8,64%) adalah yang paling efisien dibandingkan dengan strata II (7,41%) dan strata I (5,02%), sedangkan Rentabilitas modal sendiri /farm/tahun pada strata III (40,63%) adalah yang paling efisien apabila

dibandingkan dengan strata II (33,04%) serta strata I (21,93%). Hal itu dikarenakan meskipun penggunaan modal yang besar pada strata III namun keuntungan yang diperoleh pun juga tinggi sehingga efisiensi usaha berdasarkan perhitungan rentabilitas modal sendiri pada strata III lebih tinggi.

Tabel 5. Ratio Rentabilitas peternak plasma

No Item Skala Usaha

Strata I Strata II Strata III

1 Keuntungan (Rp) 10.846.340 25.761.680 53.912.060

2 Modal Sendiri (Rp) 49.453.884 77.971.744 132.687.138

3 Total Modal (Rp) 216.124.468 347.866.976 623.694.908

4 Rentabilitas Ekonomi

(%)/tahun 5,02 7,41 8,64

5 Rentabilitas Modal Sendiri

(%)/tahun 21,93 33,04 40,63

Sumber: Data primer diolah, 2014

Ibrahim (2009) menyatakan bahwa ratio rentabilitas adalah tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan dalam mempertahankan kebijaksanaan yang meng-untungkan dan mampu menunjukkan kenaikan modal yang stabil dalam waktu bersamaan, dengan kata lain ratio rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Indeks Performance (IP) Peternak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan peternak plasma tiap periode produksi berdasarkan indeks performance pada strata II (328,78) adalah yang paling tinggi apabila dibandingkan dengan strata III (328,43) dan strata I (310,63).

Medion (2010) menyatakan bahwa salah satu parameter utama yang sering dipergunakan untuk mengukur keberhasilan peternakan yaitu indeks performance atau

(10)

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya| 10

indeks performan (IP). Nilai IP digunakan untuk menentukan nilai insentif/ bonus bagi peternak (bagi kemitraan) maupun pekerja kandang. Bagi peternak plasma IP dapat

berguna sebagai bahan evaluasi dalam mengetahui sistem manajemen yang diterapkan di peternakan tersebut.

Tabel 6. Indeks Performance peternak plasma

No Item Skala Usaha

Strata I Strata II Strata III

1 Umur Panen (hari) 35,92 35,56 36,22

2 Mortalitas (%) 5,52 3,85 3,68

3 Bobot Badan x(kg) 1,89 1,95 1,95

4 FCR 1,60 1,60 1,58

5 IP 310,63 328,78 328,43

Sumber: Data primer diolah, 2014

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usaha budidaya ayam pedaging peternak plasma ke-pemilikan 3.778 ekor (strata III) adalah yang paling menguntungkan berdasarkan indi-kator ekonomi sebagai berikut:

a) Nilai modal (Rp 165.086,-), biaya produksi (Rp 26.959,-) total penerimaan (Rp 29.813,-) dan total keuntungan (Rp 2.854,-).

b) BEPharga (Rp 13.882,-), BEPproduk (1.766,07 kg), BEPekor (906 ekor), R/C Ratio (1,11), Rentabilitas ekonomi (8,64) dan Rentabilitas modal sendiri (40,63). c) Namun Indeks Performance (IP) atau

tingkat keberhasilan peternak plasma tiap periode produksi pada tingkat strata II adalah yang paling tinggi apabila di-bandingkan dengan strata III dan strata I.

SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas maka penulis menyarankan sebagai berikut: a) Peternak plasma pada strata I disarankan

meningkatkan sistem manajemen

pemeliharaan agar hasil yang diperoleh bisa optimal.

b) Peternak plasma pada strata II meskipun nilai IP yang diperoleh adalah yang paling tinggi akan tetapi disarankan untuk memperhatikan dalam penggunaan akan faktor-faktor biaya produksi karena biaya produksi pada strata II adalah yang paling besar.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2002. Meningkatkan

Produkti-vitas Ayam Ras Pedaging.

Agromedia Pustaka. Jakarta. Hoddi, A.H, Rombe, M.B dan Fahrul. 2011.

Analisis Pendapatan Peternakan Sapi Potong Di Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru (Revenue Analysis Cattle Ranch In Sub Tanete Rilau Barru). Jurnal AGRIBISNIS 10 (3). Ibrahim, Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis.

Rineka Cipta. Jakarta.

Medion. 2010. Berhasil Atau Tidak Pemeliharaan Broiler.

(11)

http-Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya| 11 ://info.medion.co.id/index.php/ar

tikel/broiler/tatalaksana/berhasi l-atau-atau-tidakkah-pemeliha-raan-broiler-and. Diakses

tang-gal 22 April 2014.

Soekartawi. 1995. Teori Ekonomi Produksi. Penerbit Rajawali. Jakarta. ---. 2002. Analisis Usaha Tani. UI

Press. Jakarta.

Suharti. 2003. Analisis profitabilitas usaha ayam pedaging pola kemitraan di Kabupaten Magelang. Tesis S-2. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sunarno, B. 2009. Peluang Usaha. Penerbit In Azna Books. Bantul.

Sutawi. 2007. Kapita Selekta Agribisnis

Peternakan. Penerbit UMM Press. Malang.

Syamsudin, L. 2000. Perusahaan

Manaje-men Keuangan. Edisi-3. Penerbit

Liberty. Yogyakarta.

Syukur, S. H. 2008. Analisis Break Even Ponit Usaha Peternakan Rakyat Ayam Petelur di Kecamatan Palu Selatan. Jurnal, Agribis 9(1):41-49.

Zuraida, R, Rohaeni E.S. dan Hikmah, Z. 2006. Prospek Pengusahaan Ayam Pedaging Pada Kota-madya Banjarbaru Kalimantan Selatan: Kasus Di Desa Palam

Kecamatan Cempaka Kota

Banjarbaru Kalimantan Selatan.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian deteksi cemaran babi pada sediaan kapsul suplemen kecantikan di Kota Yogyakarta dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) yang

Hal tersebut dapat diartikan bahwa wanita yang melakukan perawatan sudah cukup memenuhi aspek-aspek self esteem, seperti yang dikemukakan oleh Coopersmith (dalam

Begitu pula sebaliknya, tenaga kerja Indonesia juga mempunyai peluang yang lebih besar untuk bekerja di negara-negara anggota ASEAN lainnya.. Hal ini menandakan bahwa kualitas

 Iris: iris adalah cincin otot di bagian tengah mata, yang membantu dalam mengatur jumlah cahaya yang memasuki mata dengan mengontrol ukuran pupil..  Pupil: Ini adalah sebuah

Berdasar penelitian ini maka disarankan kepada: (1) Kepala sekolah/pengawas sekolah untuk melak- sanakan manajemen LSBS sebagai teknik supervisi kolegial, (2) Kementerian pendidikan

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa regulasi tentang pertanahan yang saat ini berlaku pada Tanah Keraton Yogyakarta yaitu Peraturan Daerah Istimewa (Perdais)

bergantung dari kapan member melihat schedule tersebut. Selain itu, member juga dapat melihat jadwal untuk hari-hari ke depan bahkan untuk bulan-bulan ke depan. Tampilan dari