Bab 7
Rencana Pembangunan
Infrastruktur Cipta Karya
Rencana pembangunan infrastruktur bidang cipta karya mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap‐tiap sektor dimulai dari pemetaan isu‐isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program‐program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.
7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh.
Dalam pengembangan perumahan dan permukiman nantinya harus memperhatikan tipologi wilayah yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Secara umum, tipologi kawasan yang ada di Kabupaten Bojonegoro ada 4 (empat), yaitu:
1. Kawasan pertanian/pegunungan, Sebagian besar kawasan ini terdapat di daerah yang terletakdi bagian Selatan Kabupaten Bojonegoro. Kawasan ini tumbuh dan berkembang karena tuntutan lahan mata pencaharian. Cirinya adalah bahwa masyarakat yang mempunyai mata pencaharian sejenis dan tempat kerja yang berdekatan mengelompok membentuk sebuah kampung. Secara spesifik angka pertumbuhan penduduk sangat rendah karena kenaikanjumlah penduduk banyak ditentukan dari angka kelahiran, sedangkan angka kepadatan penduduk juga relatif rendah. Kondisi rumahnya umumnya kurang hingga sedang
(dinding semi permanen, lantai tanah, atap genteng), kepadatan bangunan rendah hingga sedang, prasarana dan sarana dapat dikatakan masih kurang. Potensi terhadap pengembangan kawasan perumahan sangat kecil, sedangkan lahan kosong yang tersedia masih luas untuk dikembangkan.
2. Kawasan perkotaan. Kawasan perkotaan, sebagian besar terdapat di daerah yang terletak dekat dengan jalan utama kabupaten serta bagian tengah Kabupaten Bojonegoro. Kawasan perkotaan ditandai dengan angka kepadatan penduduk yang relatiflebih tinggi dari kawasan lainnya, kondisi rumah umumnya sudah baik, kepadatan bangunan sedang hingga tinggi, prasarana dan sarana lengkap dan bahkan sebagai penyangga daerah sekitarnya. Potensi terhadap pengembangan kawasan perumahan sangat besar, sedangkan lahan kosong yang tersedia masih memungkinkan untuk pengembangan tersebut.
3. Kawasan potensial, Kawasan potensial, terdapat pada daerah‐daerah yang mempunyai kecenderungan perkembangan yang pesat dan umumnya terletak pada posisi strategis. Kawasan ini berkembang/terbentuk karena potensi strategis kawasannya (terletak pada jaringan jalan utama) regional serta cepat berkembang. Haltersebut terlihat dari angka pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, angka kepadatan penduduk yang relatif tinggi, kondisi rumah umumnya sudah baik, kepadatan bangunan sedang hingga tinggi, prasarana dan sarana dapat dikatakan cukup dan terus melengkapi. Potensi terhadap pengembangan kawasan perumahan sangat besar, sedangkan lahan kosong yang tersedia masih memungkinkan untuk pengembangan tersebut.
4. Kawasan Solo Valley, Kawasan Solo Valley sebagian besar terdapat di daerah yang terletak di bagian Utara Kabupaten Bojonegoro yang dilewati Sungai Bengawan Solo. Sesuai dengan namanya, kawasan ini terletak disepanjang sungai Bengawan Solo. Angka kepadatan penduduk yang relatif sedang, kondisi rumah umumnya kurang baik dan cenderung kumuh, kepadatan bangunan sedang‐tinggi terutama yang berada disepanjang sungai. Potensi terhadap pengembangan kawasan perumahan sedang, namun karena sebagaian besar masyarakatnya menghendaki bertempat tinggal di dekat Sungai, akibatnya timbul kawasan kumuh.
Secara teknis, arahan pengembangan bidang perumahan dan permukiman di Kabupaten Bojonegoro didasarkan pada beberapa kriteria, antara lain :
1. Berdasarkan fungsi wilayah dan kegiatannya terutama pada kawasan Perkotaan Bojonegoro, pengembangan untuk perumahan dan permukiman diarahkan di Kecamatan Bojonegoro, Kecamatan Dander, dan Kecamatan Kapas. Ketiga kecamatan ini berada pada pusat wilayah
Kabupaten Bojonegoro dimana terdapat pemusatan kegiatan serta adanya pelayanan fasilitas dan utilitas yang baik.
2. Arahan perumahan menurut RTRW Kabupaten Bojonegoro yaitu :
a. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam maupun buatan manusia, sehat dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha;
b. Kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan permukiman dapat memberikan manfaat yaitu 1) Meningkatkan ketersediaan permukiman dan mendayagunakan prasarana dan sarana permukiman; 2) Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya; 3) Tidak mengganggu fungsi lindung; 4) Tidak mengganggu upaya pelestarian sumberdaya alam; 5) Meningkatkan pendapatan masyarakat; 6) Meningkatkan pendapatan nasional dan daerah; 7) Menyediakan kesempatan kerja; 8) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3. Perumahan yang dikembangkan oleh developer (real estate) diarahkan berada pada kawasan Perkotaan Bojonegoro, sedangkan perumahan individu pengembangannya diarahkan di seluruh wilayah Bojonegoro baik pada kawasan perkotaan maupun pada kawasan perdesaan dengan memperhatikan lokasi perumahan dan permukiman agar tidak berada pada kawasan lindung maupun kawasan pertanian tanaman pangan berkelanjutan.
4. Pengembangan perumahan dan permukiman di kawasan perdesaan pada dataran tinggi diarahkan agar membentuk suatu cluster dengan pembatasan pengembangan permukiman pada kawasan lindung. Cluster‐cluster perumahan dan permukiman ini diarahkan mendekati lokasi tempat bekerja untuk mempermudah akses, dimana pada umumnya tempat bekerja pada kawasan perdesaan kawasan pertanian. Namun yang perlu diperhatikan adalah pembatasan pengembangan pada kawasan lahan pertanian khususnya lahan pertanian pangan berkelanjutan, sehingga konversi terhadap lahan pertanian tanaman pangan dapat dihindari. Kawasan ini berada di Kecamatan Gondang, Kecamatan Temayang, Kecamatan Bubulan, Kecamatan Ngambon, dan Kecamatan Sekar.
7.1.1. Kondisi Eksisting
Data kondisi eksisting kawasan kumuh sangatlah penting untuk pencapaian target nasional tanpa permukiman kumuh pada tahun 2019. Sebagai upaya untuk mendukung target tersebut, diperlukan data kawasan kumuh di Kabupaten Bojonegoro sebagai baseline perencanaan pembangunan kawasan permukiman yang sehat. Kabupaten Bojonegoro masih belum memiliki SK Bupati tentang penetapan lokasi kawasan kumuh serta peningkatan kualitasnya. Data kawasan
kumuh berasal dari hasil kajian dan penelitian oleh konsultan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kriteria dan ketentuan terkait. Data kawasan kumuh di Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7. 1 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2016 No Kecamatan Luas Area
Terbangun Lokasi Kawasan Kumuh Luas Kawasan Kumuh (Ha) % Luas Kawasan Kumuh 1 Ngraho 1100 0 0 2 Tambakrejo 1424 0 0 3 Ngambon 222 0 0 4 Ngasem 2707 0 0 5 Bubulan 240 0 0 6 Dander 636 0 0 7 Sugihwaras 727 0 0 8 Kedungadem 2087 0 0 9 Kepohbaru 4443 0 0 10 Baureno 2619 0 0 11 Kanor 779 0 0 12 Sumberrejo 1085 0 0 13 Balen 1167 0 0 14 Kapas 1283 0 0 15 Bojonegoro 997 RT 20 Karangpacar 3,81 0,013 RT 4 Jetak 1,79 0,006 RT 5 Jetak 0,35 0,001 RT 8 Klangon 1,71 0,006 RT 1 RW 1 Karangpacar 1,67 0,006 RT 1 RW 1 Ledok Wetan 0,49 0,002 RT 2 RW 2 Ledok Kulon 1,35 0,005 RT 13 RW 3 Kadipaten 0,63 0,002 RT 2 RW 4 Ledok Kulon 1,72 0,006 16 Kalitidu 905 0 0 17 Malo 477 0 0 18 Purwosari 494 0 0 19 Padangan 642 0 0 20 Kasiman 493 0 0 21 Temayang 593 0 0 22 Margomulyo 1071 0 0 23 Trucuk 782 0 0 24 Sukosewu 683 0 0 25 Kedewan 201 0 0 26 Gondang 516 0 0 27 Sekar 681 0 0 28 Gayam 895 0 0 Total 29949 13,52 0,045 Sumber : Hasil Survey 2015
Kawasan kumuh di Kabupaten Bojonegoro sebagian besar berada di kawasan perkotaan Bojonegoro. Hal ini dikarenakan kawasan perkotaan Bojonegoro cenderung memiliki kepadatan penduduk tinggi dan pengelolaan lingkungan permukiman yang kurang sehat, utamanya di area perkampungan. Variabel ini yang dapat menjadikan kriteria kawasan kumuh berada di kawasan perkotaan Bojonegoro. Permukiman kumuh yang sedimikian luas sebesar 13,52 ha masih membutuhkan perhatian dan upaya ekstra dari pemerintah maupun kesadaran warga sekitar untuk menciptakan lingkungan permukiman yang sehat. Pengurangan kawasan kumuh dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain program bedah kampung, program kampung deret, program pembangunan rusunawa, dan sebagainya.
Permasalahan permukiman di kawasan perdesaan pada umumnya adalah rumah tidak layak huni atau rumah tidak permanen yang disertai dengan kurangnya sarana air bersih dan sanitasi, namun kondisi lingkungannya masih bersih dan sehat. Pemecahan masalah permukiman di perdesaan dapat dilakukan dengan cara perbaikan/rehabilitasi dan pembangunan baru permukiman yang tidak layak huni serta penyediaan jaringan jalan, drainase lingkungan, sarana air bersih dan sanitasi. Program ini sudah sering diberikan oleh pemerintah kepada warga berupa perbaikan dan pembangunan rumah baru. Program ini terbukti efektif dengan semakin berkurangnya rumah tidak layak huni di Kabupaten Bojonegoro dari tahun ke tahun. Kabupaten Bojonegoro memiliki potensi rawan bencana banjir dan tanah longsor. Bencana banjir datang disebabkan oleh beberapa hal salah satunya adalah debit air yang mengalir di Sungai Bengawan Solo melebihi ambang batas normal sehingga permukiman penduduk yang dekat dengan bibir sungai menjadi terendam dan tergenang air. Kondisi topografi Bojonegoro yang membentuk cekungan di bagian tengah menyebabkan wilayah tengah dan dekat dengan Sungai Bengawan Solo rawan terjadi bencana banjir. Kabupaten Bojonegoro juga rawan terjadi bencana tanah longsor terutama untuk wilayah selatan yang memiliki topografi relatif curam. Di kawasan ini masih terdapat permukiman penduduk. Pada musim hujan biasanya terjadi bencana tanah longsor dimana mengakibatkan rumah penduduk tergerus oleh material longsoran tanah. Permukiman di daerah rawan bencana ini perlu penanganan yang antisipatif dan kewaspadaan. Perlu ada regulasi yang mengatur jarak minimal yang diperbolehkan membangun rumah/bangunan lainnya terhadap area potensi bencana.
7.1.2. Permasalahan dan Tantangan
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Bojonegoro antara lain:
Kawasan‐kawasan permukiman yang terdapat di lahan‐lahan ilegal dengan kondisi lingkungannya yang tidak sehat (berindikasi kumuh), antara lain adalah di sekitar rel Kereta Api di Kecamatan Bojonegoro, dan di daerah bantaran Sungai Bengawan Solo;
Dampak permukiman di sempadan Sungai Bengawan Solo yaitu meliputi banjir, longsor, pencemaran sungai karena pembuangan sampah, dan pencemaran sungai karena air limbah penduduk yang dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem;
Masih terdapat angka kemiskinan dan banyak penduduk yang tinggal di rumah tidak layak huni sehingga munculnya permukiman yang cenderung kumuh;
Pada kawasan tertentu kepadatan penduduk cukup tinggi dan keterbatasan sarana prasarana pendukung khususnya sanitasi dan air bersih serta fasilitas publik yaitu ruang terbuka;
Alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman untuk pengembangan kebutuhan permukiman;
Backlog dan pertumbuhan permintaan rumah yang besar; Terbatasnya akses MBR untuk rumah layak huni;
Belum mantapnya kelembagaan dalam penyelenggaraan perumahan;
Lemahnya komitmen pemerintah dalam pengembangan kawasan perumahan dan permukiman skala besar;
Belum memadainya penyediaan prasarana dan sarana dasar;
Belum terintegrasinya pengembangan kawasan perumahan dan permukiman dengan sistem jaringan prasarana perkotaan.
Tantangan yang ada dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Bojonegoro antara lain:
Keberadaan perumahan dan permukiman yang berada di Sempadan Sungai Bengawan Solo yang rawan berpotensi bencana mengakibatkan rumah penduduk selalu direndam banjir jika turun hujan dan debit air sungai naik.
Kepadatan penduduk yang tinggi pada permukiman yang padat memunculkan kerawanan kebakaran
Permukiman kepadatan tinggi yang menimbulkan masalah sanitasi.
Tabel 7. 2 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
No. Permasalahan yangDihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi 1 Aspek Teknis
Masih banyaknya rumah yang belum memiliki sarana dan prasarana sesuai standar
Bertambahnya jumlah penduduk akan mempengaruhi jumlah rumah. Sehingga akan membuat daerah permukiman menjadi padat
Perlunya perbaikan kampung yaitu pembuatan saluran lingkungan, 2 Aspek Kelembagaan Belum ada lembaga khusus yang menangani permukiman, saat ini masih menjadi satu dengan Dinas PU dan Bappeda
Pembuatan Badan khusus yang menangani sektor permukiman
Peningkatan kemampuan SDM, penambahan jumlah SDM atau pembentukan badan khusus (satgas, unit kerja) yang menangani pengembangan permukiman
3 Aspek Pembiayaan
Terbatasnya dana yang berasal dari APBD
Kebutuhan dana yang sangat besar untuk pengembangan permukiman
Mengoptimalkan sumber dana lainnya misalnya APBN, APBD Provinsi, masyarakat, komunitas/ kelompok, dan swasta 4 Aspek Peran Serta Masyarakat / Swasta Masih minimnya peran serta masyarakat. Sedangkan peran swasta masih terbatas dalam bentuk CSR
Mendorong dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta di dalam pengembangan permukiman
Mengajak masyarakat dan pihak swasta di dalam pengembangan permukiman yang ada dengan memberikan stimulus kepada investor lokal (developer) untuk melakukan pengembangan berbasis program pemerintah 5 Aspek Lingkungan Permukiman Masih banyaknya lingkungan yang terlalu padat dan tidak dilengkapi dengan sanitasi yang mencukupi sehingga terkesan menjadi kawasan kumuh Dengan aspek lingkungan yang terbatas, sedangkan jumlah penduduk semakin bertambah, maka akan meningkatkan kebutuhan akan permukiman dan prasarananya
Perbaikan lingkungan sekitar permukiman sehingga permukiman yang ada menjadi nyaman
dan berkelanjutan. Misalnya menata, mengelola, dan melestarikan kawasan tepi sungai menjadi kawasan yang menarik untuk dikunjungi Sumber : Hasil Analisis
7.1.3. Sasaran Program Pengembangan Permukiman
Tipologi kawasan perkotaan yang biasanya memiliki kepadatan tinggi sangat berbanding terbalik dengan kawasan perdesaan. Hal ini yang mendasari bagaimana program pengembangan kawasan permukiman pada kawasan perkotaan berbeda dengan pengembangan kawasan pada
perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman kawasan perkotaan Kabupaten Bojonegoro terdiri dari: 1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan permukiman baru dan Rusunawa; 2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH; 3) Peningkatan prasarana dan sarana perumahan; 4) Peningkatan/penataan lingkungan.
Program pengembangan pada kawasan perdesaan disesuaikan dengan kondisi isu strategis yang muncul di kawasan perdesaan tersebut. Pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari: 1) Pengembangan berpijak pada wilayah yang sudah ada; 2) Peningkatan kualitas lingkungan; 3) Perbaikan kondisi rumah; 4) Pemenuhan sarana dan prasarana permukiman; 5) Penataan lingkungan.
Sasaran program dan kegiatan diperlukan untuk mengetahui daerah atau lokasi kawasan mana yang akan mendapatkan alokasi anggaran pengembangan permukiman. Tipologi kawasan yang menjadi sasaran program pengembangan kawasan permukiman dibagi menjadi 3 yaitu kawasan kumuh perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, dan kawasan permukiman khusus (rawan bencana). Pengembangan kawasan permukiman pada ketiga tipologi kawasan tersebut ditentukan luasan lokasi yang disasar setiap tahun. Selanjutnya ditunjukan oleh tabel berikut ini.
Tabel 7. 3 Sasaran Program Pengembangan Kawasan Permukiman di Kabupaten Bojonegoro
No Uraian Sasaran Program Total Luas kawasan Sasaran Program Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Ket (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
I Kawasan Kumuh Perkotaan 13,52 Ha 3 Ha 4 Ha 4 Ha 2,52 Ha 0 Ha II Kawasan Permukiman Perdesaan 175 Ha 35 Ha 35 Ha 35 Ha 35 Ha 35 Ha
III Kawasan Permukiman Khusus (Rawan Bencana)
15 Ha 3 Ha 3 Ha 3 Ha 3 Ha 3 Ha
Sumber : Hasil Analisis
Sasaran kawasan program pengembangan kawasan permukiman adalah kawasan kumuh perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, dan kawasan rawan bencana. Kawasan kumuh perkotaan di Kabupaten Bojonegoro saat ini sekitar 13,52 hektar (hasil kajian dan penelitian Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur). Kawasan kumuh ini semuanya berada di Kecamatan Bojonegoro. Kawasan kumuh yang sedimikian luas akan ditangani secara bertahap
selama 5 tahun. Pada tahun 2017, kawasan kumuh yang akan ditangani seluas 3 hektar. Tahun 2018 dan 2019 kawasan kumuh yang akan ditangani masing‐masing 4 hektar. Sisanya yaitu sekitar 2,52 hektar akan ditangani pada tahun 2020 sehingga diharapkan pada tahun 2021 tidak ada lagi kawasan kumuh perkotaan di Kabupaten Bojonegoro. Hal ini sejalan dengan pencapaian target universal akses 100‐0‐100.
Penanganan kawasan permukiman perdesaan adalah perbaikan rumah yang tidak layak huni, pembangunan rumah baru, beserta jaringan jalan dan drainase lingkungan permukiman. Rumah yang tidak layak huni di Kabupaten Bojonegoro diperkirakan kurang lebih 25.000 unit. Dengan asumsi setiap rumah memiliki luas sekitar 70 m2 maka luas kawasan permukiman perdesaan yang akan ditangani seluas 175 hektar. Penanganan kawasan permukiman perdesaan dilakukan secara bertahap 35 hektar/tahun selama 5 tahun.
Kabupaten Bojonegoro diindikasikan mempunyai potensi rawan bencana banjir dan tanah longsor. Bencana banjir umumnya berada di daerah yang dialiri oleh Sungai Bengawan Solo. Daerah yang terdampak bencana banjir biasanya di Kecamatan Padangan, Kecamatan Malo, Kecamatan Kalitidu, Kecamatan Trucuk, Kecamatan Bojonegoro, Kecamatan Kapas, Kecamatan Sumberrejo, Kecamatan Kanor, dan Kecamatan Baureno. Bencana tanah longsor biasanya melanda wilayah Kecamatan Gondang, Kecamatan Sekar, Kecamatan Tambakrejo, Kecamatan Ngambon, Kecamatan Margomulyo, Kecamatan Kedewan, dan Kecamatan Malo. Luas kawasan rawan bencana keseluruhan di Kabupaten Bojonegoro diperkirakan sekitar 15 hektar. Upaya penanganan permukiman di kawasan rawan bencana dilakukan secara bertahap selama 5 tahun. Penanganan permukiman di kawasan rawan bencana hanya bersifat antisipatif dan perbaikan rumah yang rusak akibat bencana.
7.1.4. Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan prioritas akan dirumuskan berdasarkan kebutuhan dan kapasitas penanganan.
Tabel 7. 4 Kebutuhan Program Pengembangan Kawasan Permukiman
No. Kawasan Permukiman Luas Kawasan Rencana Program Ket Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 1 2 3 4 5 6 7 8 9 I Kawasan Kumuh Perkotaan
1. Kawasan RT 20 Karangpacar 3,81 Ha 0,85 Ha 1,13 Ha 1,13 Ha 0,71 Ha 0 2. Kawasan RT 4 Jetak 1,79 Ha 0,40 Ha 0,53 Ha 0,53 Ha 0,33 Ha 0 3. Kawasan RT 5 Jetak 0,35 Ha 0,08 Ha 0,10 Ha 0,10 Ha 0,07 Ha 0 4. Kawasan RT 8 Klangon 1,71 Ha 0,38 Ha 0,51 Ha 0,51 Ha 0,32 Ha 0 5. Kawasan RT 1 RW 1 Karangpacar 1,67 Ha 0,37 Ha 0,49 Ha 0,49 Ha 0,31 Ha 0 6. Kawasan RT 1 RW 1 Ledok Wetan 0,49 Ha 0,11 Ha 0,14 Ha 0,14 Ha 0,09 Ha 0 7. Kawasan RT 2 RW 2 Ledok Kulon 1,35 Ha 0,30 Ha 0,40 Ha 0,40 Ha 0,25 Ha 0 8. Kawasan RT 13 RW 3 Kadipaten 0,63 Ha 0,14 Ha 0,19 Ha 0,19 Ha 0,12 Ha 0 9. Kawasan RT 2 RW 4 Ledok Kulon 1,72 Ha 0,38 Ha 0,51 Ha 0,51 Ha 0,32 Ha 0
II Kawasan Permukiman Perdesaan 1. Kawasan Perdesaan Balen 6,82 Ha 0,65 1,54 1,54 1,54 1,54 2. Kawasan Perdesaan Baureno 15,3 Ha 5,00 2,58 2,58 2,58 2,58 3. Kawasan Perdesaan Bojonegoro 5,83 Ha 0,55 1,32 1,32 1,32 1,32 4. Kawasan Perdesaan Bubulan 1,4 Ha 0,13 0,32 0,32 0,32 0,32 5. Kawasan Perdesaan Dander 3,72 Ha 0,35 0,84 0,84 0,84 0,84 6. Kawasan Perdesaan Gayam 5,23 Ha 0,49 1,18 1,18 1,18 1,18 7. Kawasan Perdesaan Gondang 3,02 Ha 0,29 0,68 0,68 0,68 0,68 8. Kawasan Perdesaan Kalitidu 5,29 Ha 0,50 1,20 1,20 1,20 1,20 9. Kawasan Perdesaan Kanor 4,55 Ha 0,43 1,03 1,03 1,03 1,03 10. Kawasan Perdesaan Kapas 7,5 Ha 0,71 1,70 1,70 1,70 1,70 11. Kawasan Perdesaan Kasiman 2,88 Ha 0,27 0,65 0,65 0,65 0,65 12. Kawasan Perdesaan Kedewan 1,17 Ha 0,11 0,27 0,27 0,27 0,27 13. Kawasan Perdesaan Kedungadem 12,19 Ha 5,00 1,80 1,80 1,80 1,80 14. Kawasan Perdesaan Kepohbaru 25,96 Ha 10,00 3,99 3,99 3,99 3,99 15. Kawasan Perdesaan Malo 2,79 Ha 0,26 0,63 0,63 0,63 0,63 16. Kawasan Perdesaan Margomulyo 6,26 Ha 0,59 1,42 1,42 1,42 1,42 17. Kawasan Perdesaan Ngambon 1,3 Ha 0,12 0,29 0,29 0,29 0,29 18. Kawasan Perdesaan Ngasem 15,82 Ha 5,00 2,70 2,70 2,70 2,70 19. Kawasan Perdesaan Ngraho 6,43 Ha 0,61 1,45 1,45 1,45 1,45 20. Kawasan Perdesaan Padangan 3,75 Ha 0,35 0,85 0,85 0,85 0,85 21. Kawasan Perdesaan Purwosari 2,89 Ha 0,27 0,65 0,65 0,65 0,65
Sumber : Hasil Analisis
Pengembangan kawasan permukiman dibagi menjadi 3 tipologi yaitu kawasan kumuh perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, dan kawasan permukiman khusus. Seperti yang telah dijelaskan pada sasaran program pengembangan kawasan permukiman, untuk mencapai target universal akses penanganan kawasan kumuh dilakukan secara bertahap setiap tahun. Target capaian program masing‐masing lokasi kawasan kumuh dapat dilihat pada tabel di atas. Untuk peningkatan kualitas permukiman kumuh ini dibutuhkan program dan kegiatan alternatif diantaranya adalah pembangunan rusunawa, peningkatan kualitas jalan lingkungan, pembangunan drainase lingkungan, dan penyediaan sanitasi dasar. Perlakuan program dan kegiatan pada setiap lokasi kawasan berbeda‐ beda tergantung kondisi lingkungannya.
Program pengembangan kawasan permukiman perdesaan yang dapat dilakukan adalah peningkatan kualitas/rehabilitasi rumah, pembangunan rumah baru, peningkatan jalan lingkungan, pembangunan drainase lingkungan. Kegiatan ini dilakukan secara bertahap selama 5 tahun ke depan. Wilayah yang menjadi prioritas tentunya yang memiliki rumah tidak layak huni terbanyak serta mempunyai kawasan potensial yang dapat berkembang. Pada tahun awal akan diprioritaskan pada Kecamatan Kepohbaru, Baureno,Ngasem, dan Kedungadem. Selanjutnya kawasan permukiman perdesaan di seluruh kecamatan akan ditangani secara merata.
Permukiman khusus diperuntukkan bagi daerah rawan bencana baik itu banjir maupun tanah longsor. Daerah rawan banjir diperkirakan seluas 9 hektar dan rawan longsor sekitar 6 hektar. Luas daerah bencana ini hanya untuk kawasan permukiman saja tidak termasuk kawasan pertanian dan peruntukkan lainnya. Upaya pencegahan bencana dilakukan dengan cara pembangunan talud/bronjong/plengsengan di lokasi yang diperkirakan menjadi sumber bencana. Upaya perbaikan dilakukan dengan berbagai cara diantaranya rehabilitasi rumah, perbaikan kualitas jalan, pembuatan talud/bronjong di tebing atau di tepi sungai, dan pemulihan infrastruktur yang rusak. Untuk kasus 22. Kawasan Perdesaan Sekar 3,98 Ha 0,38 0,90 0,90 0,90 0,90 23. Kawasan Perdesaan Sugihwaras 4,25 Ha 0,40 0,96 0,96 0,96 0,96 24. Kawasan Perdesaan Sukosewu 3,99 Ha 0,38 0,90 0,90 0,90 0,90 25. Kawasan Perdesaan Sumberrejo 5,34 Ha 0,60 1,44 1,44 1,44 1,44 26. Kawasan Perdesaan Tambakrejo 8,32 Ha 0,79 1,88 1,88 1,88 1,88 27. Kawasan Perdesaan Temayang 3,47 Ha 0,33 0,78 0,78 0,78 0,78 28. Kawasan Perdesaan Trucuk 4,57 Ha 0,43 1,03 1,03 1,03 1,03 III Kawasan Permukiman Khusus
1. Kawasan Bencana Banjir 9 Ha 1,8 Ha 1,8 Ha 1,8 Ha 1,8 Ha 1,8 Ha 2. Kawasan Bencana Tanah Longsor 6 Ha 1,2 Ha 1,2 Ha 1,2 Ha 1,2 Ha 1,2 Ha
bencana alam yang ekstrim dapat dilakukan pembangunan kawasan permukiman korban bencana. Meskipun hal ini tidak pernah terjadi di Kabupaten Bojonegoro.
Tabel 7. 5 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman Perkotaan
No. Uraian Unit Tahun
2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Jumlah Penduduk Jiwa 1.450.889 1.472.550 1.498.300 1.523.324 1.548.265 Kepadatan Penduduk Jiwa/km 62.889 63.828 64.944 66.029 67.110 Proyeksi Persebaran Penduduk Miskin Jiwa/km 2,3 2,1 2,1 1,9 1,7 2 Kebutuhan RSH Unit 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 3 Kebutuhan Pengembangan Permukiman Baru Kws 5 4 3 3 2 Dander, Campurejo Sumber : Hasil Analisis Tabel 7. 6 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman Perdesaan
No. Uraian Unit Tahun
2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Jumlah Penduduk Jiwa 1.450.889 1.472.550 1.498.300 1.523.324. 1.548.265 Kepadatan Penduduk Jiwa/km 62.889 63.828 64.944 66.029 67.110 Proyeksi Persebaran Penduduk Miskin Jiwa/km 2,3 2,1 2,1 1,9 1,7 2 Desa Potensial untuk Agropolitan Desa 1 1 1 1 1 3 Desa Potensial untuk Minapolitan Desa 1 1 1 1 1 4 Kawasan Rawan Bencana Kws 1 1 1 1 1 Kawasan Tepi B Solo Sumber : Hasil Analisis
7.1.5. Usulan Pembiayaan Pengembangan Permukiman
Pembiayaan pengembangan permukiman berasal dari dana pemerintah dan dana non pemerintah. Dana pemerintah berasal dari APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten. Selain itu ada pula dana pembiayaan dari perusahaan swasta, CSR, dan swadaya masyarakat. Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasi anggaran pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR).
Tabel 7. 7 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Bojonegoro
No. Output Lokasi Vol Satuan Sumber Dana Tahun
Indikator Output APBN APBD Prov APBD Kab Masya
rakat Swas ta CSR 2017 2018 2019 2020 2021 Rincian Rp Murni PHLN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10 (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
Kegiatan: Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Penyelenggaraan Dalam Pengembangan Permukiman
1 PERATURAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN Jumlah NSPK Bid Pengembangan Permukiman 1a Penyusunan NSPK, Legalisasi Draft NSPK 1 NSPK 250.000.000 2 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN/PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN KAWASAN PERDESAAN POTENSIAL
Jumlah kawasan yang tertata bangunan dan lingkungannya 2a Kegiatan Pembangunan Infrastruktur Penunjang Agropolitan Kalitidu 1 Kwsn 515.000.000 √ 2b Kegiatan Pembangunan Infrastruktur Penunjang Agropolitan Dander 1 Kwsn 1.203.000.000 √ 2c Kegiatan Pembangunan Infrastruktur Penunjang Agropolitan Kapas 1 Kwsn 2.321.750.000 √ 3 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN/PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERDESAAN Jumlah Desa yang terbangun infrastruktur jalan lingkungan 3a Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Kepohbaru 1 Desa 328.125.000 234.375.000 375.000.000 √
No. Output Lokasi Vol Satuan Sumber Dana Tahun
Indikator Output APBN APBD Prov APBD Kab Masya
rakat Swas ta CSR 2017 2018 2019 2020 2021 Rincian Rp Murni PHLN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10 (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Kalitidu 1 Desa 218.750.000 156.250.000 250.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Sumberrejo 1 Desa 753.375.000 538.125.000 861.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Ngasem 1 Desa 328.125.000 234.375.000 375.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Kapas 1 Desa 322,875.000 230.625.000 369.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Temayang 1 Desa 328.125.000 234.375.000 425.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Trucuk 1 Desa 328.125.000 234.375.000 475.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Bojonegoro 1 Desa 322.875.000 230.625.000 369.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Kedewan 1 Desa 218.750.000 156.250.000 250.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Kdungadem 1 Desa 218.750.000 156,250.000 350.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Malo 1 Desa 350.000.000 275.000.000 500.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Ngraho 1 Desa 218.750.000 156.250.000 350.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Sukosewu 1 Desa 765.625.000 546.875.000 875.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Sekar 1 Desa 328.125.000 234.375.000 375.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Gondang 1 Desa 328.125.000 234.375.000 425.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Sugihwaras 1 Desa 328.125.000 234.375.000 475.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Kasiman 1 Desa 328.125.000 234.375.000 375.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Tambakrejo 1 Desa 322.875.000 230.625.000 369.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Margomlyo 1 Desa 215.250.000 153.750.000 246.000.000 √
No. Output Lokasi Vol Satuan Sumber Dana Tahun
Indikator Output APBN APBD Prov APBD Kab Masya
rakat Swas ta CSR 2017 2018 2019 2020 2021 Rincian Rp Murni PHLN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10 (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Balen 1 Desa 645.750.000 461.250.000 738.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan Padangan 1 Desa 656.250.000 468.750.000 750.000.000 √ 3b Kegiatan Pembangunan Drainase Lingkungan Kepohbaru 1 Desa 1.260.000.000 900.000.000 1.440.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Drainase Lingkungan Ngringinrejo 1 Desa 1.260.000.000 900.000.000 1.020.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Drainase Lingkungan Dander 1 Desa 5.000.000.000 2.250.000.000 10.000.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Drainase Lingkungan Sumberejo 1 Desa 1.610.000.000 1.150.000.000 1.840.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Drainase Lingkungan Kapas 1 Desa 1.207.500.000 862.500.000 1.380.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Drainase Lingkungan Bojonegoro 1 Desa 1.207.500.000 862.500.000 1.380.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Drainase Lingkungan Bubulan 1 Desa 892.500.000 637.500.000 1.020.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Drainase Lingkungan Ngraho 1 Desa 5.000.000.000 2.250.000.000 10.000.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Drainase Lingkungan Sukosewu 1 Desa 892.500.000 637.500.000 1.020.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Drainase Lingkungan Sekar 1 Desa 595.000.000 425.000.000 680.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Drainase Lingkungan Gondang 1 Desa 367.500.000 262.500.000 420.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Drainase Lingkungan Kasiman 1 Desa 892.500.000 637.500.000 1.020.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Drainase Lingkungan Tambakrejo 1 Desa 866.250.000 618.750.000 990.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Drainase Lingkungan Balen 1 Desa 1.443.750.000 1.031.250.000 1.650.000.000 √ Kegiatan Pembangunan Drainase Lingkungan Padangan 1 Desa 1.470.000.000 1.050.000.000 1.680.000.000 √ TOTAL 35.033.375.000 19.486.093.750 44.367.000.000 Sumber : Hasil Analisis
7.2. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan di perkotaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang‐undang dan peraturan antara lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah :
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan
gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis‐jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan bupati.
5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor‐sektornya.
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi :
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan; Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung; Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur; Pelatihan teknis.
7.2.1. Kondisi Eksisting
Bangunan‐bangunan di Kabupaten Bojonegoro secara umum saat ini diarahkan kepada penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan, baik untuk kegiatan perdagangan, perindustrian, perkantoran, permukiman, pendidikan dan kegiatan lainnya sesuai dengan produk rencana tata ruang yang telah disusun dan disahkan menjadi Perda.
Secara umum pola penataan bangunan di Kabupaten Bojonegoro tidak diatur secara teknis. Bangunan yang direncanakan tidak berpedoman pada kajian teknis yang telah ada, seperti Dokumen RDTRK yang di dalamnya telah di atur pola dan fasa bangunan yang akan dibangun sesuai dengan peruntukan dan fungsi kawasan yang telah ditetapkan. Bangunan fasilitas umum milik Negara seperti kantor‐kantor pemerintahan daerah telah tertata dengan baik dan namun tersebar pada beberapa wilayah sehingga akses pelayanan kepada masyarakat rendah karena jarak yang jauh antar satu dengan yang lain. Pada tiap wilayah kecamatan telah memilki bangunan pelayanan pemerintahan.
Kawasan strategis migas sampai saat ini belum tertata dengan baik padahal kawasan ini cenderung memiliki potensi bahaya yang besar, dimana disekitar pengeboran minyak terdapat permukiman dengan kepadatan tinggi. Ruang terbuka hijau yang tersedia di Kabupaten Bojonegoro saat ini hanya terkonsentrasi pada taman kota dan taman tepi jalan, namun untuk RTH (pengadaan lapangan olahraga dan penghijauan) di IKK belum dilakukan pengelolaan. Peraturan teknis lokal terkait penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Bojonegoro antara lain:
a) Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro No. 8 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung di Kabupaten Bojonegoro. Peraturan ini mengamanatkan bahwa pendirian bangunan sesuai dengan peruntukan tata ruang.
b) Peraturan Bupati Bojonegoro No. 31 Tahun 2013 tentang Resapan Air. Peraturan ini mengamanatkan bahwa setiap penutupan lahan 7 m2 harus membuat 1 lubang biopori, 75‐150 m2 membuat 1 sumur resapan dan minimal 5.000m2 membuat kolam penampungan air.
Tabel 7. 8 Penataan Lingkungan Permukiman
Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) terhadap ruang terbuka hijau di perkotaan Kabupaten Bojonegoro masih kurang. Ruang terbuka hijau publik yang saat ini tersedia adalah Alun‐ alun Bojonegoro, RTH di sekitar Stadion Bojonegoro, dan Taman Rajekwesi. Taman kota yang tersedia jumlahnya terbatas dan luasannya juga masih minim. Ke depannya ruang terbuka hijau perlu ditambah untuk menambah keindahan kota, sarana rekreasi bagi warga, dan menyerap polusi udara. Standar minimal RTH yang diperlukan sebesar 30% dari luas kawasan. Ini masih jauh dari kondisi eksisting RTH di perkotaan Bojonegoro hanya sekitar 20.000 m2. Tabel 7. 9 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara No. Kawasan/ K Jumlah BG Negara B d k F i Status K ilik Kondisi B Ketersediaan U ili BG (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Pusat Kota Fungsi Hunian : Rumah Dinas Bupati (1 unit)
Pemkab Baik, Terawat Utilitas Listrik, Air Bersih , Sampah Fungsi Keagamaan :
Masjid ( 1 unit)
Pemkab Baik,Terawat Utilitas Listrik, Air Bersih , Sampah Fungsi Usaha : Kantor
PD Pasar ( 1 unit)
Pemkab Baik Utilitas Listrik, Air Bersih ,
Sampah Fungsi Sosial Budaya :
Gedung Serbaguna ( 1 unit)
Pemkab Baik Utilitas Listrik, Air Bersih , Sampah
Fungsi Khusus : Pendopo Kabupaten ( 1 unit)
Pemkab Baik Utilitas Listrik, Air Bersih , Sampah
Sumber: Hasil Analisis
Bangunan gedung dan rumah negara di Kabupaten Bojonegoro masih terlihat dalam kondisi baik dan terawat. Mayoritas gedung negara di pusat kota merupakan bangunan yang berfungsi sebagai sarana pemerintahan dan rumah dinas bupati. Gedung negara ini berstatus milik Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Bangunan ini dilengkapi dengan fasilitas gedung yang memadai RTH Pemenuhan SPM Penanganan Kebakaran Lokasi/Nama RTH Luas RTH % Luas RTH Ketersediaan IMB % IMB HSBGN Instansi Prasarana Kebakaran (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Alun‐alun Kabupaten
5000 0,3 Tersedia 20 Tidak Dinas PMK Mobil PMK Taman Rajekwesi 3000 0,1
seperti utilitas listrik, air bersih, sanitasi, dan persampahan. Namun di beberapa saran pemerintahan dan masjid belum memiliki sarana parkir yang memadai. Parkir kendaraan masih menggunakan badan jalan yang dapat mengganggu arus lalu lintas. Penataan ruang terbuka hijau juga sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan namun ruang terbuka hijau privat masih perlu ditingkatkan lagi. Secara umum, perawatan gedung negara ini dalam kondisi baik karena sebagian besar adalah bangunan baru.
7.2.2. Permasalahan dan Tantangan
Isu strategis penataan bangunan dan lingkungan yang ada di Kabupaten Bojonegoro saat ini antara lain:
Kepadatan penduduk dan bangunan yang ada di Kabupaten Bojonegoro pada kawasan tertentu termasuk dalam kategori padat, bahkan di beberapa bagian kota menjadi kurang tertata dengan baik, sehingga terkesan menjadi kawasan kumuh terutama yang berdekatan dengan bantaran sungai serta rel kereta api.
Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di
perkotaan.
Kondisi eksisting permukiman dengan jarak dari bibir sungai sampai tanggul kurang lebih 0‐ 20 meter.
Daerah permukiman yang hanya memiliki jarak kurang lebih 1‐5 meter dari bibir sungai dan menjadi daerah rawan banjir setiap tahunnya, dimana terdapat kurang lebih 1.300 bangunan yang menempati daerah sempadan sungai.
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi. Penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Bojonegoro terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:
a) Penataan Lingkungan Permukiman
Beberapa permasalahan terkait dengan penataan lingkungan permukiman yaitu :
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;
Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;
Kurang diperhatikannya permukiman‐permukiman tradisional yang memiliki potensi wisata;
Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota.
b) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
Kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
Belum tersusunnya RTBL yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam mengendalikan bangunan gedung;
Belum ada rencana tata bangunan lingkungan di kawasan strategis pengeboran minyak;
Prasarana dan sarana hidran kebakaran yang masih kurang memadai; Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
c) Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga, dan lain‐ lain kurang diperhatikan hampir di wilayah perkotaan, terutama IKK.
d) Kapasitas Kelembagaan Daerah
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
Tabel 7. 10 Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan No. Aspek PBL Permasalahan yang
dih d i Tantangan P b Alternatif Solusi (1) (2) (3) (4) (5) I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman 1 Aspek Teknis Belum ada rencana tata
bangunan lingkungan Penyusunan RTBL terkendala teknis administratif Percepatan penyusunan RTBL
2 Aspek Kelembagaan Belum ada unit kerja khusus BG
Unit Kerja yang ada tidak optimal
Dibentuk satgas khusus menangani penataan BG dan lingkungan 3 Aspek Pembiayaan Diperlukan anggaran yang
lebih besar Terdapat Kebutuhan anggaran pada pos yang lebih urgen Dialokasi anggaran sesuai dengan kebutuhan secara terukur 4 Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta
Perlu peran serta masyarakat swasta
Kurang optimalnya pendampingan
Kerjasama swasta dalam pengelolaan BG
5 Aspek Lingkungan Permukiman Penurunan kualitas lingkungan hunian akibat sanitasi buruk Diperlukan peran serta yang cukup intesif oleh masyarakat dengan perilaku ramah lingkungan Penguatan lembaga di masyarakat terutama komunitas Sumber: Hasil Analisis
7.2.3. Sasaran Program Penataan Bangunan dan Lingkungan
Sasaran program penataan bangunan dan lingkungan terdiri dari 6 item yaitu penyelenggaraan bangunan gedung negara, penataan bangunan dan lingkungan strategis, revitalisasi kawasan tematik perkotaan, pengembangan RTH, Fasilitasi ruang terbuka publik, dan pengaturan pembinaan pengawasan (turbinwas) bangunan gedung. Sasaran program penataan bangunan dan lingkungan tahun 2017‐2021 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7. 11 Sasaran Program Penataan Bangunan dan Lingkungan
NO URAIAN SASARAN PROGRAM SASARAN PENANGANAN
SASARAN PROGRAM KET
Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) I Penyelenggaraan Bangunan Gedung 12.500 m2 4.600 m2 2.000 m2 2.000 m2 1.400 m2 2.500 m2 II Penataan Bangunan dan Lingkungan Strategis 100.000 m2 20.000 m2 20.000 m2 20.000 m2 20.000 m2 20.000 m2 III Revitalisasi Kawasan Tematik Perkotaan
5 Kawasan 1 kawasan 1 kawasan 1 kawasan 1 kawasan 1 kawasan IV Pengembangan RTH 20.000 m2 3.000 m2 5.500 m2 1.500 m2 5.000 m2 5.000 m2 V Fasilitasi Ruang terbuka Publik/ Edukasi dan Partisipasi Masyarakat
28 Kecamatan 6 kecamatan 6 kecamatan 6 kecamatan 6 kecamatan 4 kecamatan
VI Pengaturan Pembinaan dan Pengawasan Bangunan Gedung 95% Bangunan ber IMB 75% 80% 85% 90% 95% Sumber: Hasil Analisis Sasaran program penataan bangunan dan lingkungan antara lain: 1. Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Bangunan gedung milik Pemerintah Kabupaten Bojonegoro yang akan dibangun dan atau direhabilitasi berat antara lain gedung Pemkab yang baru, gedung Kejaksaan Negeri
Bojonegoro, fasilitas GOR Bojonegoro, dan beberapa unit sekolah. Gedung milik Pemkab dan fasilitas GOR yang saat ini sedang dibangun, direncanakan akan selesai pada tahun 2017. Gedung Kejaksaan Negeri Bojonegoro direncanakan selesai tahun 2018. Gedung sekolah dan gedung kantor pemerintahan kecamatan direncanakan dibangun pada tahun 2019 hingga 2021.
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan Strategis
Penataan bangunan dan lingkungan strategis untuk kawasan bisnis (CBD) di Jalan Veteran. Kawasan CBD Jalan Veteran yang akan ditata diperkirakan seluas 100.000 m2 atau 10 hektar. Penataan kawasan bangunan dan lingkungan pada kawasan ini dilakukan secara bertahap sekitar 2 hektar tiap tahun.
3. Revitalisasi Kawasan Tematik Perkotaan
Kawasan tematik perkotaan yang berpotensi dikembangakan adalah kawasan Pecinan "Little China" di Jalan Hayam Wuruk dan Jalan Jaksa Agung Suprapto. Mayoritas penduduk di kawasan ini adalah warga keturunan etnis Tionghoa. Jika kawasan ini dikembangkan menjadi kawasan Pecinan maka dapat berpotensi menjadi daya tarik wisata karena salah satu keunikan khas yang dimiliki oleh Bojonegoro. Kawasan tematik lainnya adalah kawasan kuliner Bhinneka Tunggal Ika yang berada di sebelah Taman Rajekwesi. Kawasan lain juga memiliki potensi bertema tertentu yang mencirikan Bojonegoro
4. Pengembangan RTH
Pengembangan RTH publik dapat dilakukan dengan menambah taman dan tanaman yang menambah keindahan kota. Pengembangan taman yang dapat dilakukan adalah Taman Bengawan Solo, Taman Ekspresi, Taman Lettu Suyitno, dan Taman Pelelangan Kayu (TPK) milik Perhutani. Taman ini berfungsi sebagai sarana rekreasi dan wisata bagi warga serta menambah keindahan dan kenyamanan kota.
5. Fasilitasi Ruang terbuka Publik/ Edukasi dan Partisipasi Masyarakat
Kegiatan fasilitas ruang terbuka publik juga dapat dilaksanakan untuk memberikan edukasi dan pembinaan kepada masyarakat akan pentingnya ruang terbuka publik. Bentuk kegiatan ini dapat berupa sosialisasi, fasilitasi, bimbingan, dan pelatihan cara membuat dan memelihara taman mini di sekitar rumah. Hal ini dapat menumbuhkembangkan minat masyarakat untuk mencintai lingkungannya.
6. Pengaturan Pembinaan dan Pengawasan Bangunan Gedung
Kegiatan pengaturan bangunan gedung sudah terlaksana melalui mekanisme perijinan mendirikan bangunan/gedung. Dalam mendirikan bangunan/gedung masyarakat harus mengurus ijin mendirikan bangunan (IMB). Untuk pembinaan dan pengawasan yang perlu
dilaksanakan oleh pemerintah adalah melaksanakan sidak kepada bangunan/gedung yang tidak memiliki IMB. Hal ini dibutuhkan sebagai alat kontrol terhadap ketaatan pada peraturan dan hukum yang berlaku.
7.2.4. Kebutuhan Program Penataan Bangunan dan Lingkungan
1. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
A. RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi: Program Bangunan dan Lingkungan; Rencana Umum dan Panduan Rancangan; Rencana Investasi; Ketentuan Pengendalian Rencana; Pedoman Pengendalian Pelaksanaan B. RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem
proteksi pasif maupun cara‐cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.
C. Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah:
Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;
Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;
Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin kelangsungan kegiatan;
Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
2. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi:
Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan); Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan. Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan rumah negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung.
Tabel 7. 12 Kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan No. Uraian Satuan Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman 1 Ruang Terbuka Hijau (RTH) M2 500 2 Ruang Terbuka M2 500 3 PSD unit 1 1 1 1 1 4 PS Lingkungan unit 1 1 1 1 1 5 HSBGN Laporan 1 6 Pelatihan Teknis Tenaga Pendata HSBGN Laporan 1
II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara 1 Bangunan Fungsi Hunian unit 1 Rumah Dinas Bupati 2 Bangunan Fungsi Keagamaan
unit 1 Masjid Jami’
3 Bangunan Fungsi Usaha unit 1 Kantor PD Pasar 4 Bangunan Fungsi Sosial Budaya unit 1 Gedung Serbaguna 5 Bangunan Fungsi Khusus unit Pendopo Kabupaten 6 Bintek Pembangunan Gedung Negara laporan 1 Sumber : Hasil Analisis
7.2.5. Usulan Pembiayaan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Pembiayaan program penataan bangunan dan lingkungan berasal dari dana pemerintah dan dana non pemerintah. Dana pemerintah berasal dari APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten. Selain itu ada pula dana pembiayaan dari perusahaan swasta, CSR, dan swadaya masyarakat. Dalam pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasi anggaran pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR). Usulan pembiayaan program penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7. 13 Usulan Program dan Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Bojonegoro
No. Out Put Lokasi Vol Satuan Sumber Dana Tahun
Indiktor Output APBN APBD Prov APBD Kab Masya
rakat Swasta CSR 2017 2018 2019 2020 2021 Rincian Rp Murni PHL (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) Kegiatan: Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Penyelenggaraan Dalam Pengembangan Permukiman 1 LAYANAN PERKANTORAN Jumlah Bulan Layanan Perkantoran 1a Penyelenggaraan operasional & pemeliharaan perkantoran 12 Bln/th 300.000.000 √ 2 PERATURAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN Jumlah NSPK Bid Penataan Bangunan dan Lingkungan 2a Penyusunan NSPK, Legalisasi Draft NSPK 1 NSPK 250.000.000 √ 3 PEMBINAAN PELAKSANAAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN, PENGELOLAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA Jumlah Laporan Pembinaan Penyelenggaraan Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan 3a Bantek dan Pendampingan penyusunan Ranperda BG 1 Laporan 300.000.000 100.000.000 √
3b Fasilitasi penyusunan RTBL Kalitidu 1 Laporan 450.000.000 50.000.000 √
3c Fasilitasi penyusunan RTBL Bojonego 1 Laporan 900.000.000 100.000.000 √
3c Fasilitasi penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)
1 Laporan 450.000.000 50.000.000 √