• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU PERNIKAHAN DINI MASYARAKAT DI KECAMATAN ONEMBUTE KABUPATEN KONAWE DITINJAU DARI THEORY OF REASONED ACTION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERILAKU PERNIKAHAN DINI MASYARAKAT DI KECAMATAN ONEMBUTE KABUPATEN KONAWE DITINJAU DARI THEORY OF REASONED ACTION"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

54

PERILAKU PERNIKAHAN DINI MASYARAKAT DI

KECAMATAN ONEMBUTE KABUPATEN KONAWE

DITINJAU DARI THEORY OF REASONED ACTION

Andi Jayanti1*

1 Program Studi Fisioterapi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Mulia Kendari

*1 andi.jayanti16@gmail.com

ABSTRAK

Data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang pernikahan usia dini atau berstatus kawin pada usia dibawah 18 tahun menunjukkan bahwa rata-rata pernikahan di Indonesia sebanyak 10,82%, tertinggi Provinsi Kalimantan Selatan 21,2% dan Provinsi Sulawesi tenggara sebesar 16,6%. Di Sulawesi Tenggara, 5 Kabupaten dengan persentase tertinggi angka pernikahan dini yakni Kabupaten Konawe 54,86%, Konawe Selatan 54,02, Konawe Kepulauan 45,66%, Kabupaten Muna 25,25% dan Kota Kendari 16,79%. Kecamatan Onembuter merupakan salahs atu wilayah administratif Kabupaten Konawe dan merupakan salah satu Kecamatan dengan angka pernikahan dini yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pernikahan dini masyarakat di Kecamatan Onembute Kabupaten Konawe ditinjau dari theory of reasoned action. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Pada penelitian ini mengadopsi theory of reasoned action sebagai dasar teori perikau. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci sebanyak 4 orang dan informan biasa sebanyak 9 orang. Untuk mengumpulkan data/informasi menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap informan mengenai usia pernikahan dini bukan merupakan suatu ancaman ataupun tidak menimbulkan kewaspadaan terhadap informan setelah menikah hal ini dipengaruhi dari pengalaman informan yang menikah dini hal ini akibat dari pemahaman dan pengetahuan informan masih sangat terbatas, Pengaruh keluarga sangatlah penting, keluarga merupakan kelompok individu yang memiliki norma, nilai, sikap dan kebiasaannya yang paling sesuai dengan diri individu sehingga secara langsung membuat individu lebih cepat mengenal nilai kehidupannya. Meskipun niat informan didasari oleh aspek yang kurang namun karena hal itu telah menjadi niat maka akan membentuk perilaku informan untuk menikah di usia dini. Diharapkan adanya peran aktif dan langkah nyata dari pemerintah pusat dan daerah dalam menangani tinginya angka pernikahan dini khususnya di Kecamatan Onembute.

Kata Kunci : Pernikahan Dini, Perilaku, Theory Of Reasoned Action

PENDAHULUAN

Pernikahan dini pada remaja merupakan motivasi remaja yang bisa berasal dari dirinya sendiri maupun dari orang lain (Setiawati ER, Marnelly TR, 2017). Selain itu

(2)

55

ketidaktahuan akan bahaya dari pernikahan dini. Pernikahan dini tidak hanya merenggut masa depan remaja tetapi juga menimbulkan dampak buruk seperti putus sekolah dimana 85% anak perempuan di Indonesia mengakhiri pendidikan mereka setelah mereka menikah (UNICEF, 2015).

Di Sulawesi Tenggara hanya 5 (lima) kabupaten yang memiliki data yakni Kabupaten Konawe sebesar 54,86%, Kabupaten Konawe Selatan (54,02%), Kabupaten Konawe Kepulauan (45,66%), Kabupaten Muna (26,25%) dan urutan terakhir ialah kota Kendari yaitu sebanyak 16,79%. Selaras dengan jumlah pernikahan dini yang tinggi, Jumlah remaja yang melahirkan pertama kali pada usia 15 - 19 tahun pun cukup tinggi di Sulawesi tenggara yaitu sebesar 41,22 persen (BKKBN, 2015).

Pernikahan dini berakibat kepada kekerasan fisik, seksual, psikologis dan emosional serta isolasi sosial dimana bayi yang dilahirkan hasil pernikahan dini juga memiliki kemungkinan yang untuk lahir prematur dengan berat badan lahir rendah dan kekurangan gizi (UNICEF, 2015) (Kur Ja, 2012), bahkan pernikahan dini berdampak negatif hingga pada kematian dimana kehamilan merupakan penyebab utama kematian anak perempuan usia 15-19 tahun (UNICEF, 2015) (WHO, 2014). Bahkan berdasarkan data UNICEF 2015 persentase perkawinan remaja perempuan menurut Kecamatan, terdapat enam Kecamatan Konawe masuk sebagai kecamatan yang memiliki jumlah pernikahan tertinggi, salah satunya ialah Kecamatan Onembute

Menurut beberapa sumber menemukan bahwa ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pernikahan dini diantaranya pendidikan, pengetahuan, faktor ekonomi (kemiskinan), faktor budaya (tradisi/adat), pergaulan bebas, pekerjaan dan media massa (Pohan, 2017).

Keyakinan di beberapa belahan daerah di Indonesia bahwa jika anak perempuan menikah di atas umur 20 tahun akan menjadi perawan tua dan dicemooh di masyarakat. Keyakinan ini melekat sangat kuat sehingga mendorong masyarakat untuk cenderung bersikap dan menurunkan perilaku ini secara turun temurun. Hal ini sesuai dengan teori proses perilaku yang didasari dengan keyakinan yang kuat, yaitu Theory of Reasoned Action (TRA). Teori ini menghubungkan antara keyakinan

(belief), sikap (attitude), kehendak (intention) dan perilaku (behavior). Kehendak

merupakan prediktor terbaik perilaku, artinya jika ingin mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui kehendak orang tersebut. Namun, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda (tidak selalu berdasarkan kehendak). Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting. Kehendak (intetion) ditentukan oleh sikap dan norma subyektif (Jogiyanto, 2007). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran perilaku pernikahan dini masyarakat di Kecamatan Onembute Kabupaten Konawe ditinjau dari theory of reasoned action.

METODE

(3)

56

fenomenologis. Analisis data didasarkan atas teori prilaku Theory Of Reosened Action.

Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2019 di Wilayah Kecamatan Onembute Kabupaten Konawe. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci sebanyak 4 orang dan informan biasa sebanyak 9 orang. Untuk mengumpulkan data/informasi menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sikap (Attitude)

Adapun sikap yang di tunjukkan oleh informan terhadap pernikahan dini di tunjukkan melalui wawancara mendalam dengan pertanyaan usia pernikahan yang ideal adalah sebagai berikut:

“.. dua puluh..”

(RM,wc: 28 Juli 2019, 23 Agustus 2019)

Meskipun informan RM menikah saat usia 19 tahun, namun saat di tanya, usia ideal menikah informan menjelaskan minimal 20 tahun. Tiga Informan biasa HN, ST dan NS pun mengatakan hal yang sama. Seperti pada kutipan wawancara berikut:

“…ya kalo remaja itu ya dua puluh tahun lah, dua puluh lima tahun itu sudah cukup. iyaa dua puluh lima tahun, yaa kalo dua puluh mungkin masih muda…”

(HN,wc: 14 Juli 2019, 28 Juli 2019)

“…yah maunya kepengennya 20 lebih …”

(ST,wc: 28 Juli 2019, 23 Agustus 2019)

“…menurut saya sih kalau laki-laki sih minimal kan dua puluh lima lah standar,.. kalau bagi saya.

(perepuan) lebih dari dua puluh 21, 22…”

(NS, wc: 16 Juli 2019, 31 Juli 2019)

Ketiga Informan biasa HN, ST dan NS sependapat bahwa, usia menikah ideal adalah minimal 20 tahun. Berbeda halnya dengan informan biasa SH yang juga bekerja sebagai kepala puskesmas menyatakan bahwa dikatakan pernikahan dini bila pernikahan terjadi saat umur 14 tahun kebawah. Seperti pada kutipan wawancara berikut:

“…Pernikahan dinikah itu, kalu di sini pernikahan dini itu 14 tahun ke bawah…”

(SH,wc: 16 Juli 2019)

Adapun menurut informan MA selaku kepala KUA mengungkapkan bahwa usia ideal pernikahan berpegang pada Undang-Undang perkawinan tahun 74 yaitu minimal 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki. Seperti di kutip dalam wawancara berikut:

“…Eeeee…. Persoalan umur pernikahan dini, persoalan ideal atau tidak itukan tergantung aturannya, aturan yang kami gunakan itu di KUA itu adalah Undang-Undang perkawinan

(4)

57

tahun 74, nah sudah jelas umurnya di situ, Eeeee…. Untuk perempuan itu minimal 16 tahun dan untuk laki-laki minimal 19 tahun. Itu puunn penjelasan Undang-Undang perkawinan di bawah 16 tahun bisa di nikahkan dengan syarat memperoleh dispensasi dari pengadilan. Begitu pula laki-lakinya, kalau laki-lakinya belum sampai 19 tahun maka dia harus memperoleh dispensasi dari pengadilan…”

(MA,wc: 11 Juli 2019, 28 Juli 2019)

Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan menunjukkan bahwa sebagian besar informan sependapat bahwa usia menikah yang ideal adalah di atas usia 20 tahun. Meskipun demikian masih ada juga informan yang berpendapat bahwa pernikahan dini terjadi bila usia di bawah 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki. Bahkan ada yang berpendapat, jika di bawah 14 tahun barulah dapat di katakana pernikahan dini. Meskipun lebih banyak informan sepakat bahwa sebaiknya menikah haruslah di atas 20 tahun, namun pada kenyataannya masih banyak di temukan remaja yang yang menikah di usia di bawah 20 tahun.

Informan biasa berpendapat bahwa pernikahan dini memiliki dampak negative karena pernikahan dini bukan hanya memperburuk status ekonomi seseorang tetapi juga rentan akan percekcokan hingga berujung pada perceraian.

Dari hasil wawancara diketahui bahwa dari keseluruhan informan memiliki sikap yang tidak setuju terhadap usia pernikahan ideal, seperti yang diketahui bahwa sikap merupakan hasil interpretasi dari pengetahuan maka, semakin banyak informan mendapatkan informasi (pengetahuan) maka sikap informan akan cenderung semakin baik pula.

Sehingga dapat disimpulkan dari penjelasan dan hasil penelitian, anggapan informan mengenai usia pernikahan dini bukan merupakan suatu ancaman ataupun tidak menimbulkan kewaspadaan terhadap informan setelah menikah hal ini dipengaruhi dari pengalaman informan yang menikah dini bahwa tidak merasakan gangguan kesehatan apapun begitu pula dengan keluarganya yang pernah menikah usia dini selain itu dari penjelasan informan mengenai batasan usia dan mengenai manfaat dan kerugian dari menikah usia dini dapat diketahui bahwa pemahaman dan pengetahuan informan masih sangat terbatas, hal ini mungkin saja karena informan sebelumnya belum pernah terpapar informasi mengenai usia pernikahan yang ideal.

Sosial Normatif

Sosil Normatif atau Norma sosial yang mempengaruhi perilaku seseorang berdasarkan pada “peresepsi individu” tentang sesuatu yang penting yang akan mempengaruhi perilaku. Dari informan diperoleh bagimana keputusan menikah dini di ambil. Seperti pada kutipan wawancara pada informan kunci FI dan RM berikut :

(5)

58

yaa itu kan atas nama orang tuaku, kan ibu apa kedua orang tuaku kan bilang yaudah kalo kamu siap mau nikah ya nikah aja. Mamak ibu ne setuju gitu. Maunya sendiri sama orang tua. Akukan bilang dulu sama orang tua belum cukup umur juga,.. jadi ijinkan saya nikah...”

(FI, wc: 4 Agustus 2019, 20 Agustus 2019 )

“…setuju-setuju aja

kan masih keluarga ji…”

(RM, wc: 28 Juli 2019, 23 Agustus 2019 )

Berdasarkan hasil wawancara tersebut terlihat bahwa keluarga setuju dan tidak ada larangan dari orang tua dan pihak keluarga terhadap keputusan menikah dini. Di pertegas dengan pernyataan dari informan biasa ST

“…biasa-biasa saja, mau sama mau laah udah tidak ada masalah apa-apa…”

(ST, wc: 28 Juli 2019, 23 Agustus 2019 )

Di dukukung dengan pernyataan informan ST yang merupakan informan orang tua yang anaknya menikah dini. Mengungkapkan bahwa, pernikahan dini ialah hal biasa saja, tidak ada larangan yang penting mau sama mau.

Dalam wawancara mendalam peneliti juga menanyakan adakah teman, ataupun anggota keluarga yang juga menikah dini melakukan pernikahan dini, berikut cuplikan wawancaranya:

“…ada juga sodarku yang di dekat situ kan nikah muda hamil di luar nikah dulu.

baru-baru nikah waktu bulan empat kalo gak salah …”

(FI,wc: 4 Agustus 2019, 20 Agustus 2019)

“…uuhh banyak,.. banyak juga disini…” (RM,wc: 28 Juli 2019, 23 Agustus 2019)

“…ada sih, dari sebelum saya sudah ada memang yang belum tamat sudah menikah ada , yang belum tamat SMP sudah menikah, ada sih yang begitu…ada yang lebih dulu dari pada saya.

di lingkungan keluarga gak ada sih, Cuma saya .kakak-kakak ku gak ada jua. Kan kakakku ada dua.

baru saya sih di keluarga…”

(RS,wc: 4 Agustus 2019, 23 Agustus 2019)

“…Banyaakkk…. Yang 17, 18, ada yang seumuran saya 18 19 juga…”

(MS,wc: 31 Juli 2019, 20 Agustus 2019)

Dari pernyataan 4 informan kunci sepakat bahwa banyak teman, keluarga dan masyarakat di sekitar mereka yang juga melakukan pernikahan dini. Adapun pandangan masyarakat terhadap pernikahan dini di sampaikan oleh informan melalui wawancara bahwa masyarakat telah terbiasa dengan pernikahan dini yang terjadi di lingkungan mereka, hal ini di ungkap oleh informan kunci MS

(6)

59

“…tanggapan masyarakat sekitar? Yaaa baik-baik aja sih.

gak ada,.. kan umum sih orang rata-rata yahh banyakan yang nikah muda …”

(MS, wc: 31 Juli 2019, 20 Agustus 2019)

Sama halnya yang di ungkap oleh tiga informan biasa yaitu AS, NS, ST bahwa masyarakat merespon biasa saja dengan pernikahan dini yang terjadi di wilayah mereka, karena menanggap bahwa pernikahan dini merupakan hal lumrah karena telah terjadi secara turun temurun. Masyarakat hanya menyerahkan keputusan sepenuhnya pada orang tua. Berikut cuplikan dari hasil wawancara :

“…biasa sajaa, tidak adaaa…” (AS,wc: 11 Juli 2019, 16 Juli 2019)

“…yaa.. kalo tanggapan masyarakat ya biasa-biasa saja sih. gak ada, kalo itu sudah turun temurun terjadi haha…”

(NS,wc: 16 Juli 2019, 31 Juli 2019)

“…ya tidak ada, kalo tetangga baek-baek semua, kalo tetangga kan terserah yang orang tua

toh gitu kalo tetangga…”

(ST,wc: 28 Juli 2019, 23 Agustus 2019)

Dari hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa seluruh informan mendapatkan persetujuan dari keluarga untuk menikah dini. Keluarga turut serta memberikan andil yang besar dalam mempengaruhi perilaku informan. Dari keseluruhan informan mendapatkan dukungan dari anggota keluarga bahwa jika ada anggota keluarga yang akan segera menikah maka secepatnya dinikahkan meskipun itu informan belum tamat sekolah atau tidak perlu melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini menjadi penting, dimana norma sosial juga akan membentuk niat seseorang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh keluarga sangatlah penting, keluarga merupakan kelompok individu yang memiliki norma, nilai, sikap dan kebiasaannya yang paling sesuai dengan diri individu sehingga secara langsung membuat individu lebih cepat mengenal nilai kehidupannya.

Niat

Dari informan di peroleh berbagai informasi mengenai alasan menikah dini. Sebagaimana wawancara terhadap informan kunci dan informan biasa, terlihat bagaimana niat atau keinginan menikah dini itu terbentuk pada masyarakat. Seperti kutipan dalam wawancara alasan menikah dini terhadap informan kunci FI dan MS sebagai berikut

“…aku kan udah lulus kelas enam SD

tapi mau lanjut ke SMP tapikan ndak ada biaaya jadi ndak…”

(7)

60

“…ya mungkin anu apa,.. krna ceee… udah gak apa yaa ngerasa ngebebanin orang tua juga yaa, karna udah gak sekolah, jadii… kerja dulu berapa, dua tahun saya kerja. Habis kerja langsung ada yang lamar yaahh… cocok ,.. merasa cocok ya Alhamdulillah yaa mungkin udah siap ya untuk menjalin rumah tangga yaa, makanya terima aja.mungkin udah jodohnya…”

(MS,wc: 31 Juli 2019, 20 Agustus 2019)

Kedua informan kunci menjelaskan alasan mereka menikah dini di karenakan tidak memiliki biaya, informan putus sekolah dan tidak dapat melanjutkan pendidikan. Sehingga informan memilih untuk menikah agar tidak lagi menjadi bebaban bagi orang tua.

Hal ini di pertegas oleh pernyataan informan biasa ST, bahwa alasan menikah dini di karenakan factor ekonomi keluarga, seperti di kutip dalam wawancara berikut:

“…kalo di suruh sekolah tidak mau begitu to,.. biaya juga keadaan tidak mampu,.. gituu,.dia

ke makasar sama kakenya jalan-jalan,.. terus dapat jodoh di sana…”

(ST,wc: 28 Juli 2019, 23 Agustus 2019)

Berbeda dengan Informan FI, MS, dan ST. Informan TS dan MR mengatakan bahwa alasan seseorang menikah dini di karenakan pergaulan dan untuk menghindari maksiat, seperti yang di kutip dalam wawancara berikut ini:

“…Akhirnya mungkin hamil duluan gitu kan, kalo saya cek daripada angka atau umurnya itu belum belum bisa yaa,.. masih mungkin di bawah tujuh belas tahun.

daripada kumpul-kumpul kebo, maksiat tooh nah di situ mi kita cari solusinya yang pentingkan setelah di nikahkan ya

mungkin karna pergaulan ya sehingga terjadi begitu kenakalan yang tidak tau batas memalukan juga kedua orangtua ya …”

(TS,wc: 9 Juli 2019, 14 Juli 2019) “…kayaknya pergaulan deh itu, HP

He’eh karena dia kenalnya di HP, gak langsung kenal dekat gitu sama orangnya, tau orangnya itu ndak…HP itu,.. akhirnya dia baku janjian orang tuanya tidak terima akhirnya begitu,.. yang kejadian di sini begitu. Daripada anaknya seumpama kesana kemari bersama berdua bgitu...”

(MR,wc: 14 Juli 2019, 16 Juli 2019)

Dalam wawancara informan menjelaskan bagaimana pernikahan dini terjadi. Menurut informan pernikahan dini terjadi di masyarakat atas keinginan informan sendiri tanpa ada paksaan dari orang tua. Dimana telah di awali masa pacaran sebelumnya. Sesuai keterangan informan kunci FI dan RM

“…Pacaran dulu dua bulan. Ee’eeh bulan tiganya nikah…”

(8)

61

“…pacaran,.. orang masih dapat keluarga sendiri. pas masih sekolah SMP, tamat SMP menikah…”

(RM,wc: 28 Juli 2019, 23 Agustus 2019)

Sedangkan informan RS mengatakan bahwa bagaimana pernikahan dini berjalan atas keinginannya sendiri. Informan lebih memilih untuk menikah di bandingkan sekolah. Seperti yang tercantum dalam kutipan wawncara berikut:

“…karna orang tua juga takut sih namanya anak perempuan kan,.. jadi di Tanya mau lanjut atau mau nikah,..aku jawabannya pilih menikah.

iya ditanya, di kasi pilihan toh,..mau lanjut atau mau menikah daripada nantinya bermasalah atau bagaimana jadi saya pilih menikah saja...”

(RS,wc: 4 Agustus 2019, 23 Agustus 2019).

Teori tindakan beralasan menyatakan bahwa langkah terakhir dalam proses pemudah sebelum tindakan yang sebenarnya terjadi adalah merumuskan behavioral

intention (niat). Langkah ini dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku dan oleh

persepsi atas norma sosial yang menguntungkan perilaku. Sikap ini, pada gilirannya, dipengaruhi oleh keyakinan mengenai efikasi tindakan dalam mencapai hasil yang diharapkan dan dengan sikap terhadap hasil tersebut. Persepsi atas norma sosial dipengaruhi oleh keyakinan tentang kekuatan pendapat orang lain tentang perilaku dan oleh motivasi seseorang untuk mematuhi orang lain yang penting (Maramis, 2009).

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara dengan semua informan yang ada, terlihat bahwa secara umum niat dari informan untuk melakukan pernikahan dini sangat kuat. Terlihat dari keinginan menikah yang muncul dari si anak sendiri, serta dukungan dari orang tua.

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa keseluruhan informan memiliki niat yang kuat untuk melakukan pernikahan di usia dini. Niat kuat itu didasari dari beberapa pemahaman yang sebenarnya salah seperti ada informan yang tidak ingin membebankan orangtuanya lalu memilih menikah usia dini, informan yang tidak memiliki biaya melanjutkan studi serta informan yang telah memiliki hubungan pacaran dan disetujui oleh orang tua untuk segera menikah. Meskipun niat informan didasari oleh aspek yang kurang namun karena hal itu telah menjadi niat maka akan membentuk perilaku informan untuk menikah di usia dini. Hal ini sesuai dengan Notoatnodjo menyatakan bahwa individu berprilaku karena adanya niat, dukungan sosial, sumber informasi dan pelayanan kesehatan.

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yaitu berhubungan dengan sikap (attitude toward behavior) dan berhubungan dengan pengaruh sosial berupa norma penting (importan norm) dan norma subjektif (subjective norm) .

(9)

62

Perilaku tertentu akan terjadi jika pertama, individu memiliki niat kuat untuk menjalankannya, serta pengetahuan dan skill untuk melakukannya, faktor kedua adalah tidak adanya batasan lingkungan serius yang mencegah pelaksanaan perilaku tersebut, selain itu perilaku tersebut merupakan perilaku penting (salient) dan yang terakhir adalah individu tersebut pernah menjalankan perilaku itu sebelumnya (Browning, 2005).

Menurut fishbein dan ajzen niat berprilaku dapat memprediksikan tentang bagaimana seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu. Niat untuk melaksanakan sesuatu atau berperilaku tertentu akan muncul apabila adanya sikap yang positif, dukungan norma subjektif dan kemampuan diri untuk melakukan hal tersebut. Sebuah perilaku cenderung akan dilakukan apabila individu mempunyai dasar pengetahuan dan secara emosional berkomitmen untuk melakukan perilaku tersebut. Niat adalah prediktor kuat untuk menunjukkan seberapa jauh seseorang akan mencoba membuat keinginannya terwujud.

KESIMPULAN

Sikap informan mengenai usia pernikahan dini bukan merupakan suatu ancaman ataupun tidak menimbulkan kewaspadaan terhadap informan setelah menikah. Tidak adanya aturan dan kepastian penegakan hukum terkesan lemah bagi mereka yang menikah usia dini menjadi salah satu penyebab masih terjadinya pernikahan dini. Keluarga turut serta memberikan andil yang besar dalam mempengaruhi perilaku informan. Keseluruhan informan memiliki niat yang kuat untuk melakukan pernikahan di usia dini. Diharapkan adanya Peningkatan penyuluhan kesehatan reproduksi berkaitan dengan dampak pernikahan dini bagi kesehatan, guna meningkatkan pengetahuan bagi remaja, ibu dan semua lapisan masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

Setiawati ER, Marnelly TR. (2007). Pengaruh Pernikahan Dini Terhadap Keharmonisan Pasangan Suami Dan Istri Di Desa Bagan Bhakti Kecamatan Balai Jaya Kabupaten Rokan Hilir. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik. 4(1):1-13.

UNICEF. (2015). Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik

BKKBN. (2015). Angka ASFR, TFR dan Rata-rata UKP Menurut Kabupaten/Kota. In:

Nasional BKDKB, Kendari: BKKBN

Kurz Ja. (2012). Development Initiative on Supporting Health Adolescents (DISHA) Project; and Raj When the mother is a child. Progress for Children: A report card on adolescents: New York: New Insights on Preventing Child Marriage, p. 8; ICRW. WHO. (2014). Global status report on alcohol and health. World Health Organization Pohan NH. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pernikahan Usia Dini

Terhadap Remaja Putri. Jurnal Endurance. 2(3):424-35.

Referensi

Dokumen terkait

Pegawai Negeri Sipil Kejaksaan Republik Indonesia yang menduduki jabatan fungsional jaksa dan diangkat dalam jabatan struktural serta pangkatnya masih satu tingkat

Dalam website ini terdapat informasi yang lengkap mengenai negara asal film, kategori, penulis cerita, sutradara, pemain, tanggal rilisnya, sinopsis, jadwal tayang film, judul

Air merupakan zat cair yang sangat berguna bagi kehidupan, baik untuk manusia maupun untuk mahkluk hidup lain. Untuk memanfaatkan air, manusia khususnya

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat Rahmat dan Karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Hubungan antara Home Visit, Peran Pemantau Minum

Menurut kamus istilah hukum Fockema Andrea, yang dimaksud dengan Bank ialah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari

[r]

Ideologi yang tampak dalam penelitian ini adalah cantik adalah perempuan dengan wajah yang berkulit putih, model rambut pendek; curly; kecoklatan, tubuh kurus, penggunaan

Dari permasalahan ini penulis berusaha untuk membuat suatu sistem yang dapat mempermudah masyarakat dalam melakukan pendaftaran sebagai pasien sehingga tidak