• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab IV Hasil dan Pembahasan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Uji pendahuluan terhadap daun Artocarpus champeden secara kualitatif dilakukan dengan teknik kromatografi lapis tipis dengan menggunakan beberapa variasi eluen yang berbeda kepolarannya. Hasil uji kualitatif daun dengan eluen polar memberikan hasil yang positif, dibuktikan dengan adanya noda yang berpendar di bawah sinar ultraviolet dan teroksidasi oleh reagen serum sulfat membentuk endapan berwarna merah kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwa daun dari spesies tersebut memiliki kandungan flavonoid.

IV.2 Senyawa Flavan-3-ol dari daun Artocarpus champeden

Dari daun Artocarpus champeden berhasil diisolasi 2 senyawa flavan-3-ol yang berupa padatan berwarna putih kekuningan. Kedua senyawa ini diidentifikasi sebagai dua senyawa dengan kerangka yang sama berdasarkan kesamaan data dari spektrum UV dan IR, dan hasil perbandingan spektrum IR dengan spektrum senyawa yang pernah diisolasi dari penelitian sebelumnya yang tercatat pada database spektrum IR di Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam ITB.

IV.2.1 Senyawa 1

Senyawa 1 diperoleh dari pemisahan fraksi B berupa padatan berwarna putih kekuningan dengan titik leleh 185-187 ˚C. Spektrum UV (MeOH) menunjukan serapan maksimum pada 206 nm, 280 nm, dan serapan maksimum (MeOH+NaOH) pada 291 nm. Spektrum IR (KBr) νmaks 3377-3369 (-OH),

2927-2847 (-CH alifatik), 1624 dan 1519 (aril), 1245 dan 1216 (aril-O-), 1142, 1108, 793. Data spektrum 1H NMR dapat dilihat pada tabel IV.1.

(2)

Gambar IV.1 Spektrum UV senyawa 1

Adanya gugus fenol bebas tersebut juga didukung oleh spektrum IR senyawa tersebut dengan adanya serapan maksimum pada 3377-3369 cm-1. Selain itu, spektrum IR juga menunjukkan serapan-serapan maksimum pada 2930 cm-1 untuk gugus alkil dan 1624 dan 1519 cm-1 untuk gugus aromatik.

O-H

C=C C-H

(3)

Spektrum 1H NMR (Tabel IV.1) menunjukan sepasang sinyal doblet AB kopling-meta pada δ 5,8 dan 6,01 ppm (d, J = 2,6 Hz) yang khas untuk proton aromatik pada cincin A kerangka flavan-3-ol, dimana posisi C-5 dan C-7 teroksigenasi. Senyawa 1 ini memperlihatkan tiga sinyal proton aromatik sistem spin ABX pada cincin B berupa tiga sinyal dengan multiplisitas berbeda, pada 6,74 ppm (1H,dd, J=1,9 & 8,2 Hz), terdapat sinyal doble doblet dengan kopling meta (1,9 Hz) dan orto (8,2 Hz), pada 6,78 ppm (1H,d, J=8,0 Hz), terdapat sinyal doblet dengan kopling orto, dan pada 6,88 ppm (1H,d, J=1,9 Hz) terdapat sinyal doblet dengan kopling meta. Sehingga dari data tersebut diperoleh informasi posisi substituen hidroksi pada cincin B dari senyawa 1 ini adalah pada C-3’ dan C-4’, karena dengan posisi tersebut maka akan muncul sinyal doblet dengan kopling meta dari H-2’, sinyal doblet dengan kopling orto dari H-5’, dan sinyal doble doblet dengan kopling orto dan meta dari H-6’.

Tabel IV.1 Data spektrum 1H NMR Katecin

H δH Katecin a δH Katecin b 2 4,54 (1H,d, J=8 Hz) 4,74 (1H,d, J=8 Hz) 3 3,98 (1H,m) 4,01 (1H,m) 4β 2,5 (1H,dd, J=8,6 & 16 Hz) 2,48 (1H,dd, J=8,6 & 16 Hz) 2,89 (1H,dd, J=5,1 & 16 Hz) 2,79 (1H,dd, J=5,1 & 16 Hz) 6 6,01 (1H,d, J=2,3 Hz) 5,89 (1H,d, J=2,3 Hz) 8 5,86 (1H,d, J=2,3 Hz) 5,72 (1H,d, J=2,3 Hz) 2' 6,88 (1H,d, J=1,9 Hz) 6,90 (1H,d, J=1,9 Hz) 6' 6,74 (1H,dd, J=1,9 & 8,2 Hz) 6,64 (1H,dd, J=1,9 & 8,2 Hz) 3’ - - 5' 6,78 (1H,d, J=8,0 Hz) 6,66 (1H,d, J=8,0 Hz)

a hasil isolasi dari daun Artocarpus champeden

b hasil isolasi dari kulit akar Artocarpus glauca (Agustini,1999)

(4)

doblet dari proton di H-4β dengan konstanta kopling 8,6 Hz yang menyatakan adanya kopling aksial-aksial dengan proton di C-3, sehingga dengan demikian proton di C-3 juga berada pada posisi β. Sinyal proton di C-2 menunjukkan adanya sinyal doblet dengan konstanta kopling 8 Hz yang menyatakan adanya kopling aksial-aksial dengan proton di C-3. Dengan demikian proton di C-2 juga memiliki posisi β terhadap kerangka karbon, dan stereokimia relatif senyawa 1 tersebut ditetapkan sebagai trans. Dari data yang sudah berhasil diintrepretasi tersebut maka senyawa 1 diidentifikasi sebagai katecin.

O OH HO OH 1 2 3 4 5 6 7 8 4' 3' 5' 6' 1' B A OH 2' OH

Gambar IV.3 Struktur dan penomoran pada senyawa 1

Hasil pengukuran putaran optis dari katecin diperoleh harga putaran optis dengan nilai [α]D = -0,5

Berdasarkan literatur, katekin memiliki empat buah stereoisomer, yaitu epikatekin, (2R,3R), (-)-cis, dengan [α]D = -68; katekin, (2R,3S), (+)-trans,

dengan [α]D = +17; ent-katekin, (2S,3R), (-)-trans, dengan [α]D = -16 dan

ent-epikatekin (2S,3S), (+)-cis, dengan [α]D = +59.

O OH HO OH OH OH (+) Katecin (2R,3S) O OH HO OH OH OH (-) Katecin (2S,3R)

(5)

IV.2.2 Senyawa 2

Senyawa 2 diperoleh dari pemisahan fraksi B, yang berbeda kepolarannya dari senyawa 1 berdasarkan hasil uji dengan teknik kromatografi lapis tipis, perbedaan Rf pada plat KLT menyatakan bahwa senyawa 2 ini bersifat lebih non polar dari senyawa 1. Senyawa 2 ini berupa padatan berwarna putih kekuningan dengan titik leleh 243-245 ˚C. Spektrum UV (MeOH) menunjukan serapan maksimum pada 207 nm dan 275 nm, dan serapan maksimum (MeOH+NaOH) pada 276 nm. Spektrum IR (KBr) νmaks 3377-3369 (-OH), 2927-2847 (-CH alifatik), 1624 dan

1519 (aril), 1245 dan 1216 (aril-O-), 1142, 1108, 793. Data spektrum 1H NMR dapat dilihat pada tabel IV.2.

Spektrum UV senyawa tersebut menunjukkan dua serapan maksimum pada 207 dan 275 nm yang merupakan serapan khas untuk kromofor flavan dan flavan-3-ol. Serapan maksimum pada 275 nm bergeser secara batokromik menjadi 276 nm pada penambahan pereaksi geser NaOH, yang berarti senyawa ini memiliki gugus fenol bebas.

Adanya gugus fenol bebas tersebut juga didukung oleh spektrum IR senyawa tersebut dengan adanya serapan maksimum pada 3377-3369 cm-1. Selain itu, spektrum IR juga menunjukkan serapan-serapan maksimum pada 2930 cm-1 untuk gugus alkil dan 1624 dan 1519 cm-1 untuk gugus aromatik.

(6)

C-H

C=C O-H

Gambar IV.5 Spektrum IR senyawa 2

(7)

kopling 8 Hz yang menyatakan adanya kopling aksial-aksial dengan proton di C-3. Hal terebut diperkuat dengan hasil analisis sinyal-sinyal pada spektrum NOESY. Analisis sinyal pada spektrum NOESY menunjukkan tidak adanya korelasi antara H-2 dan H-3.

Dari interpretasi data tersebut maka senyawa 2 diidentifikasi sebagai trans-afzelecin.

Tabel IV.2 Data spektrum 1H NMR Afzelecin

H δH Afzelecina δH Afzelecinb 2 4,58 (1H,d, J=8 Hz) 4,61 (1H,d, J=8 Hz) 3 3,9 (1H,m) 4,00 (1H,m) 4β 2,5 (1H,dd, J=8,6 & 16 Hz) 2,53 (1H,dd, J=8,4 & 16,4 Hz) 2,9 (1H,dd, J=5,7 & 16 Hz) 2,89 (1H,dd, J=5,5 & 16,4 Hz) 6 6,01 (1H,d, J=2,3 Hz) 6,20 (1H,d, J=2,3 Hz) 8 5,8 (1H,d, J=2,3 Hz) 6,14 (1H,d, J=2,3 Hz) 2' 6' 7,24(2H,dd, J= 8,6 Hz) 7,21 (2H,dd, J= 8,5 Hz) 3’ 5' 6,81(2H,dd, J= 8,6 Hz) 6,78(2H,dd, J= 8,5 Hz)

a hasil isolasi dari daun Artocarpus champeden

b hasil isolasi dari batang Daphniphyllum oldhami (Shao,et.al., 2003)

O OH HO OH 1 2 3 4 5 6 7 8 4' 3' 5' 6' 1' B A 2' OH

Gambar

Gambar IV.2 Spektrum IR senyawa 1
Tabel IV.1 Data  spektrum  1 H NMR Katecin
Gambar IV.4 Spektrum UV senyawa 2
Gambar IV.5 Spektrum IR senyawa 2
+2

Referensi

Dokumen terkait

1. Dibawah ini software pengolah gambar vektor/digital illustrator adalah…A. CorelDraw B. Photoshop C. Paintbrush D. Adobe After Effect E. Adobe Flash 2. Di bawah ini software pengolah gambar raster/digital imaging

Penerjemahan idiom dapat dilakukan dengan menerjemahkan idiom menjadi idiom, menerjemahkan idiom menjadi bukan idiom dengan menjaga kesepadanan makna agar pesan bahasa sumber

Masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana perencanaan, bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran, dan bagaiamana hasil pembelajaran

Berdasarkan pendapat tersebut, maka metode penelitian yang digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian sagu rasa pada

masih mengalami ketidakjelasan, sehingga dengan hal ini memperlemah kewibawaan lembaga penyelenggara pemilu tersebut dan apabila wibawa lembaga penyelenggara pemilu sudah

Teknik analisis data yang digunakan adalah Pendekatan Kualitatif Deskriptif-Analitis, yaitu untuk memberikan pemecahan masalah dengan mengumpulkan data lapangan,

dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan tersebut [Ruhaya and Kartawinata, 2017]. Analisis laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting