• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Narkoba merupakan ancaman bagi setiap bangsa, tidak terkecuali di Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Narkoba merupakan ancaman bagi setiap bangsa, tidak terkecuali di Indonesia."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Narkoba merupakan ancaman bagi setiap bangsa, tidak terkecuali di Indonesia.

BNN (Badan Narkotika Nasional) telah memastikan bahwa terdapat 4 juta pecandu narkoba di Indonesia. Indonesia merupakan Negara yang memiliki pecandu narkoba terbanyak se-Asean. Setiap tahun angka pecandu narkoba selalu meningkat. Sebanyak 70 persen pengguna narkoba di Indonesia saat ini adalah pekerja di usia produktif, 22 persen lainnya adalah pelajar dan mahasiswa sedangkan 8 persen sisanya adalah kategori lain.1

Sederhananya narkoba dapat diartikan sebagai obat yang dapat membius seseorang sehingga tidak dapat merasakan sakit ataupun rangsangan. Dunia medis telah menggunakannya dalam proses penyembuhan pasien-pasiennya. Saat ini, narkoba telah disalahgunakan sehingga dapat merusak saraf dan membuat ketagihan bagi penggunanya. Pecandu narkoba dapat mengalami gangguan baik itu fisik maupun psikis. Narkoba bisa menyebabkan gangguan saraf , serangan jantung, bahkan HIV jika jarum suntiknya berganti-ganti. Secara psikis, pecandu narkoba dapat mengalami halusinasi yang berlebihan bahkan cenderung menyakiti diri sendiri.

1 Ihsanuddin, BNN: 70 Persen Pengguna Narkoba adalah Pekerja Usia Produktif, Kompas.com (di akses pada 18 oktober 2017)

(2)

2

Seseorang yang telah tercandu narkoba tidak hanya mengalami atau menghadapi permasalahan pada dirinya sendiri, tetapi juga harus menghadapi respon-respon positif maupun negatif dari lingkungan masyarakat tempat tinggalnya. Masyarakat sekitar banyak yang memandang pecandu narkoba sebagai penjahat ataupun sampah masyarakat, bahkan seorang pecandu narkoba juga sering terkucilkan di lingkungannya. Seharusnya, sebagai masyarakat jika ada pecandu narkoba, sebaiknya tidak dikucilkan ataupun di asingkan dari lingkungan tempat tinggalnya, namun diberikan dukungan atau kesadaran agar pecandu narkoba tersebut dapat berhenti dari mengkonsumsi narkoba.

Hukum narkoba dilihat dari segi agama adalah haram. Diharamkannya narkoba karena sama dengan khamar yaitu dapat memabukkan dan membuat penggunanya kehilangan kesadaran. Khamar dalam islam hukumnya haram, maka narkoba juga mempunyai hukum yang sama. Hukum haramnya Khamr tertera dalam ayat berikut :

ُهوُبِنَتْجاَف ِناَطْيَّشلا ِلَمَع ْنِم ٌسْج ِر ُم َلَ ْزَ ْلْا َو ُباَصْنَ ْلْا َو ُرِسْيَمْلا َو ُرْمَخْلا اَمَّنِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي َنوُحِلْفُت ْمُكَّلَعَل

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan." (Al-Maidah ;90)2

Undang-undang di Indonesia telah menetapkan hukuman bagi masyarakat yang mengimpor, mengekspor, menawarkan untuk dijual, menyalurkan, menjual, membeli,

2 QS Al.Maidah [5] : 90

(3)

3

menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, atau menukar narkotika dengan hukuman yang berat. Hukuman yang diberikan bermacam-macam baik itu dipenjara maupun didenda dan minimalnya ialah didenda sebesar Rp. 300.000.000.

Namun pecandu narkoba memiliki ketentuan hukum tersendiri walaupun ia juga merupakan pembeli narkoba yaitu pada pasal UU 35/2009 tentang Narkotika. Pasal tersebut menjelaskan bahwa seorang pengguna atau pecandu narkoba tidak akan diproses pidana asalkan menjalani rehabilitasi dan memenuhi wajib lapor.3

Rehabilitasi bagi para pecandu narkoba bisa berupa rehabilitasi medis atau rehabilitasi sosial. Rehabilitasi medis bertujuan untuk menghilangkan ketergantungan pecandu pada pemakaian narkoba, sedangkan rehabilitasi sosial bertujuan agar pecandu narkoba dapat melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupannya tanpa menggunakan narkoba. Rehabilitasi medis dapat dilaksanakan di rumah sakit yang ditunjuk oleh menteri sosial sebagai tempat rehabilitasi pecandu narkoba dan rehabilitas sosial dapat dilakukan di panti, non panti berbasis masyarakat, dan lingkungan pondok sosial.

Kementrian sosial membangan tujuh tempat untuk rehabilitasi sosial berupa pesantren (pondok sosial) . tempat rehabilitasi itu ada di Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sumatra Selatan, Maluku Utara, Sulawesi Utara dan Jawa Timur.

Hal tersebut karena begitu pentingnya pengobatan secara spiritual bagi pecandu

3 UU No 35 Tahun 2009, Pengguna Narkotika Tetap Direhabilitasi, Justika.com, (di akses pada 18 oktober 2017)

(4)

4

narkoba selain pada segi fisiknya. Khofifah Indar Parawansa yang merupakan menteri social telah meresmikan pembangunan Yayasan Bahrul Maghfiroh di kota Malang sebagai tempat rehabilitasi narkoba.4

Pondok pesantren Bahrul Maghfiroh sebenarnya telah berhasil menyembuhkan pecandu narkoba sekitar 50-100 orang. Model terapi yang digunakan dalam penyembuhan berupa metode kedokteran dan spiritual. Penanaman spiritual pada pecandu narkoba sangatlah penting mengingat betapa banyaknya pecandu narkoba yang disebabkan oleh ketidakpahaman mereka terhadap agama islam dan juga jauhnya mereka dari nilai-nilai agama dalam kehidupan mereka.

Keberhasilan pondok pesantren Bahrul Maghfiroh dalam menyembuhkan pecandu narkoba sebagai salah satu bukti betapa pentingnya penanaman nilai-nilai agama terhadap pecandu narkoba. Cara pengobatannya yang berbeda dengan tempat rehab lain yang cara penyembuhan menggunakan bantuan medis sedamgkan di Yayasan Bahrul Maghfiroh Malang hanya menggunakan es degan hijau yang telah dibacakan doa. Banyaknya pecandu narkoba yang telah disembuhkan membuat pondok tersebut dijadikan yayasan IPWL oleh pemerintah dan penulis tertarik menjadikan yayasan Bahrul Maghfiroh sebagai pusat penelitian kami yang berjudul “

4 Gus Lukman dan Upayanya Tangani Pengguna Narkoba, MALANGTIMES, (di akses pada 18 oktober 2017)

(5)

5

Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam pada Residen Rehabilitasi di Yayasan Bahrul Maghfiroh Malang.”

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara penanaman nilai-nilai Agama Islam pada residen rehabilitasi di yayasan Bahrul Maghfiroh Malang ?

2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam penanaman nilai-nilai Agama Islam pada residen rehabilitasi di yayasan Bahrul Maghfiroh Malang dan solusinya ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan cara penanaman nilai-nilai Agama Islam pada residen rehabilitasi di yayasan Bahrul Maghfiroh.

2. Mendeskripsikan kendala yang dihadapi pengasuh dalam penanaman nilai- nilai Agama Islam pada residen rehabilitasi di Yayasan Bahrul Maghfiroh dan solusinya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan cakupan dari implikasi hasil penelitian yang akan diperoleh, baik untuk pengembangan ilmu maupun manfaat praktis yang akan

(6)

6

diperoleh untuk masyarakat dan institusi/departemen yang terkait atau pihak-pihak yang berkepentingan5. Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti ialah:

a) Manfaat Teroritis

1. Untuk pengembangan pengetahuan tentang cara-cara yang dilakukan dalam proses penanaman nilai Agama Islam pada rehabilitasi narkoba.

2. Untuk mengetahui kendala yang terdapat dalam proses penanaman nilai Agama Islam pada rehabilitasi narkoba.

b) Manfaat Praktis

1. Manfaat bagi mahasiswa

Manfaat yang dapat diperoleh mahasiswa ialah bertambahnya pengetahuan tentang bagaimana proses rehabilitasi yang dilakukan dengan cara menanamkan nilai-nilai Agama Islam, serta dapat juga dijadikan referensi untuk melakukan penelitian kualitatif selanjutnya.

2. Manfaat bagi masyarakat umum

Manfaat yang diperoleh masyarakat umum ialah bertambahnya pengetahuan masyarakat bahwa sesungguhnya para pecandu narkoba tidak sepantasnya mendapatkan respon negative dari masyarakat. Pecandu narkoba juga bisa sembuh dan sehat seperti masyarakat biasa dengan cara di

5 Gde Muninjaya, Langkah-langkah Praktis Penyusunan Proposal dan Publikasi Ilmiah (Jakarta:EGC 2003), hal. 21

(7)

7

rehabilitasi. Masyarakat juga akan mengetahui bahwa proses rehabilitasi tidak hanya dilakukan di tempat khusus rehabilitasi, tetapi juga dapat dilakukan di pondok pesantren bahrul maghfiroh Malang dengan cara penanaman nilai-nilai agama.

3. Manfaat bagi lembaga pondok pesantren bahrul maghfiroh Malang

Manfaat yang diperoleh jika penelitian ini selesai dilaksanakan di pondok pesantren bahrul mangfiroh Malang, maka pondok pesantren ini akan diketahui oleh banyak masyarakat. Dengan demikian pondok pesantren ini bisa menjadi rujukan untuk pecandu yang ingin sembuh dari kebiasaan buruknya, dan juga pondok pesantren ini kedepannya bisa mendapat kerja sama dari pihak-pihak lain untuk merehabilitasi pecandu narkoba.

E. Batasan Istilah

1. Penanaman Nilai-nilai Agama Islam

Penanaman nilai – nilai agama islam adalah menanamkan nilai - nilai agama islam yang berlandaskan al- Qur’an dan hadist, dimana seseorang mengerjakan apa yang telah diperintahkan , dan menjauhi segala yang telah di larang dalam al-Qur’an dan hadits. Penanaman nilai-nilai Agama Islam merupakan suatu proses yang berupa kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan sadar, terencana, dan dapat dipertanggung jawabkan untuk memelihara, melatih, membimbing, mengarahkan, dan meningkatkan pengetahuan keagamaan, kecakapan sosial dan praktek serta sikap keagamaan

(8)

8

(keimanan, ibadah dan akhlak) yang kemudian dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kendala Penanaman Nilai – Nilai Agama Islam

Kendala – kendala yang dihadapi dalam penanaman nilai-nilai agama islam yaitu kondisi klien sendiri, karena setiap individu memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada yang memiliki pemahaman yang rendah, sedang, dan ada juga yang benar-benar pandai. Tapi yang paling penting kondisi anak narkoba atau pecandu secara psikologis ada yang sampai dual diagnostic. Dual diagnostic yaitu keadaan pada klien kadang-kadang sadar dan kadang-kadang gila. Sehingga kondisi klien tidak stabil secara pikiran, psikis, dan mental dan juga sudah tidak dapat diajak berkomunikasi.

Pada pembelajaran (kelas) juga belum ada kurikulum baku ataupun silabus yang dijadikan sebagai acuan agar pembelajaran lebih efektif. Para residen juga selalu dikontrol dan diawasi oleh staff dengan ukuran assessment dan seperti penggalian masalah. Jadi, setiap klien ada penanggung jawabnya.

Penanggung jawab tersebut adalah staff yang tugasnya mencatat progress dan regress dari klien pada setiap minggu. kondisi yang perlu dikontrol yaitu fisik, perubahan-perubahan sikap dan lain sebagainya.

3.Residen Rehabilitasi

Residen merupakan sebutan untuk klien atau santri rehabilitasi yang ada pada yayasan Bahrul Maghfiroh Malang. Sedangkan Rehabilitasi adalah sebuah kegiatan ataupun proses untuk membantu para penderita yang

(9)

9

mempunyai penyakit serius atau cacat yang memerlukan pengobatan medis untuk mencapai kemampuan fisik psikologis, dan sosial yang maksimal.6 Sumber lain menjelaskan bahwa rehabilitasi adalah suatu program yang dijalankan yang berguna untuk membantu memulihkan orang yang memiliki penyakit kronis baik dari fisik ataupun psikologisnya.7 Dapat disimpulkan residen rehabilitas adalah proses pemulihan kembali kondisi fisik, mental, dan jiwa seseorang, sehingga dapat kembali diterima di tengah masyarakat dan menjadi manusia berguna dan bermanfaat.

F. Penelitian Terdahulu

1. Lulu Ul Jannah, yang berjudul “Rehabilitasi Bagi Penyalahguna Narkotika di Badan Narkotika Nasional Kabupaten Banyumas”. Kesimpulan dari skripsi ini yakni Setiap orang dengan penggunaan narkotika, baik itu pecandu, penyalahguna atau korban penyalahgunaan narkotika memiliki karakteristik, masalah dan kebutuhan terapi dan rehabilitasi yang berbeda-beda. Karenanya layanan terapi dan rehabilitasi di harapkan dapat menawarkan berbagai komponen dasar dan jejaring layanan lain yang di sesuaikan dengan

6 Arnot, David, dkk. Pustaka kesehatan Populer Pengobatan Praktis: perawatan Alternatif dan tradisional, volume 7. (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2009), 180

7 Arnot, David, dkk. Pustaka kesehatan Populer Pengobatan Praktis: perawatan Alternatif dan tradisional, volume 7. (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2009), 180

(10)

10

kebutuhan individual. Maka dari itu pelayanan rehabilitasi yang berada di BNNK Banyumas menyesuikan klien dengan tingkatannya masing-masing.8 2. Dola Yesriponnanti, yang berjudul “Rehabilitasi Bagi penyalahguna

Narkoba (Studi Empiris di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta)”.

Kesimpulan dari skripsi ini pihak rumah sakit merupakan salah satu institusi penerima wajib lapor. Dengan harapan bahwa setiap pecandu Narkotika minimalnya mendapatkan suatu informasi tentang masalah kecanduan dan mendapatkan akses untuk rehabilitas.9

3. Hardiyanto Saputra, yang berjudul “ Metode Rehabilitasi Dampak Narkoba Di Wisma Ataraxis Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan “. kesimpulan dari skripsi ini yakni dalam menangani pasien penyalahgunaan narkoba Psikoterapi Islam dengan menggunakan beberapa metode yaitu pembentukan tingkah laku, pengendalian emosi dan Psikologi, pengembangan pemikiran dan kerohanian.10

Dari beberapa penelitian terdahulu di atas, (1) Lulu Ul Jannah, yang berjudul “Rehabilitasi Bagi Penyalahguna Narkotika di Badan Narkotika

8 Jannah, Ul Lulu. Rehabilitasi Bagi Penyalahguna Narkotika (Di Badan Narkotika Nasional Kabupaten Banyumas). (Skripsi Fakultas Dakwah.Purwokerto : Institut Agama Islam Negeri Purwokerto,Purwokerto 2018)

9 Yesriponnanti, Dola. Rehabilitasi Bagi Penyalahguna Narkotika (Di Badan Narkotika Nasional Kabupaten Banyumas). (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta 2013)

10 Hardiyanto Saputra. Metode Rehabilitasi Dampak Narkoba Di Wisma Ataraxis Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. (Skripsi Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Lampung 2018)

(11)

11

Nasional Kabupaten Banyumas”, (2) Dola Yesriponnanti, yang berjudul

“Rehabilitasi Bagi penyalahguna Narkoba (Studi Empiris di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta)”, (3) Hardiyanto Saputra, yang berjudul “Metode Rehabilitasi Dampak Narkoba Di Wisma Ataraxis Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan” terdapat perbedaan dengan penelitian saya, secara umum ketiga penelitian terdahulu di atas setiap klien/residen dirawat dirumah sakit serta proses penyembuhannya adalah dengan menggunakan obat – obatan yang diberikan oleh dokter rumah sakit tersebut. Sangat berbeda jauh dengan penelitian yang saya lakukan. yaitu klien/atau residennya direhab atau dirawat dalam sebuah Yayasan Islam (bahrul maghfiroh) yang proses penyembuhannya hanya menggunakan degan hijau yang telah dibacakan do’a yang bersumber dari Al-qur’an dan Hadits oleh guru di yayasan tersebut.

Tabel Penelitian Terdahulu

Nomor Judul, Nama Penulis, Tahun

Metode dan Jenis Penelitian

Temuan Riset

1 Rehabilitasi Bagi Penyalahguna Narkotika di Badan Narkotika Nasional

Kabupaten

Kualitatif dan studi kasus Setiap orang dengan penggunaan narkotika,

baik itu pecandu, penyalahguna atau korban penyalahgunaan narkotika

memiliki karakteristik,

(12)

12 Banyumas, Lulu Ul

Janah, 2018

masalah dan kebutuhan terapi dan rehabilitasi yang

berbeda-beda. Karenanya layanan terapi dan rehabilitasi di harapkan

dapat menawarkan berbagai komponen dasar

dan jejaring layanan lain yang di sesuaikan dengan

kebutuhan individual.

2 Rehabilitasi Bagi penyalahguna Narkoba (Studi Empiris di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta), Dela Yesriponnanti, 2013

Kualitatif dan Studi Empiris

Pihak rumah sakit merupakan salah satu institusi penerima wajib

lapor. Dengan harapan bahwa setiap pecandu Narkotika minimalnya mendapatkan suatu informasi tentang masalah

kecanduan dan

(13)

13

mendapatkan akses untuk rehabilitas.

3 Metode Rehabilitasi Dampak Narkoba Di Wisma Ataraxis Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan, Hardiyanto Saputra,

2018

Kualitatif dan Deskriptif Dalam menangani pasien penyalahgunaan narkoba Psikoterapi Islam dengan menggunakan beberapa metode yaitu pembentukan tingkah laku, pengendalian

emosi dan Psikologi, pengembangan pemikiran

dan kerohanian.

4 Penanaman Nilai – Nilai Agama Islam

Pada Residen Rehabilitasi di Yayasan Bahrul Maghfiroh Malang,

Muhammad Agus Fauzi, 2020

Kualitatif dan Deskriptif Klien/atau residennya direhab atau dirawat dalam

sebuah Yayasan Islam (bahrul maghfiroh) yang proses penyembuhannya hanya menggunakan degan

hijau yang telah dibacakan do’a yang bersumber dari

(14)

14

Al-qur’an dan Hadits oleh guru di yayasan tersebut.

Nomor Perbedaan Persamaan

1 1. Dalam proses

penyembuhannya setiap klien di lihat tingkatan kecanduannya kemudian di sesuaikan dengan kebutuhan

terapinya.

2. Proses penyembuhannya melalui terapi 3. Klien tinggal di rumah dan

sepenuhnya masih manjadi tanggung jawab orang tua.

4. Dalam proses penelitiannya hasil yang ingin di temukan bagaimana cara atau proses

rehabilitasi.

1. Orang yang di teliti adalah penggunaan narkotika, pecandu, penyalahguna atau

korban penyalahgunaan narkotika.

2. Proses penyembuhannya menggunakan bantuan medis.

(15)

15 5. Penelitian di lakukan di

rumah sakit 2 1. Pengobatan di lakukan

secara langsung di rumah sakit dan rumah sakit merupakan institusi penerima

wajib lapor.

2. Dalam proses penelitiannya hasil yang ingin di temukan bagaimana cara atau proses

rehabilitasi.

3. Klien tinggal di rumah dan sepenuhnya masih manjadi tanggung jawab orang tua.

4. Penelitian di lakukan di rumah sakit

1. Proses penyembuhannya menggunakan bantuan medis 2. Orang yang di teliti adalah

penggunaan narkotika, pecandu, penyalahguna atau

korban penyalahgunaan narkotika.

3 1. Proses penyembuhannya tanpa bantuan medis 2. Klien tinggal di rumah dan

sepenuhnya masih manjadi tanggung jawab orang tua.

1. Proses penyembuhannya menggunakan bantuan medis 2. Orang yang di teliti adalah

penggunaan narkotika, pecandu, penyalahguna atau

(16)

16 3. Dalam proses penelitiannya

hasil yang ingin di temukan bagaimana cara atau proses

rehabilitasi.

4. Penelitian di lakukan di rumah klien

korban penyalahgunaan narkotika.

3. Proses penyembuhan berbasis Islam.

4 1. Proses penyembuhannya menggunakan degan

hijau yang telah di bacakan do’a oleh ustadz

yayasan 2. Dalam proses penelitiannya hasil yang

ingin di temukan tidak hanya proses penyebuhannya saja

tetapi kegiatan keagaamaan apa saja

1. Orang yang di teliti adalah penggunaan narkotika, pecandu, penyalahguna atau korban

penyalahgunaan narkotika.

2. Menggunakan bantuan medis

(17)

17 yang dilakukan di Yayasan juga di teliti 3. Penelitian di lakukan di

Yayasan Bahrul Maghfiroh Malang 4. Sepenuhnya menjadi

tanggung jawab pihak Yayasan 5. Proses penyembuhan

berbasis Islam

Dari beberapa penelitian terdahulu di atas, (1) Lulu Ul Jannah, yang berjudul

“Rehabilitasi Bagi Penyalahguna Narkotika di Badan Narkotika Nasional Kabupaten Banyumas”, (2) Dola Yesriponnanti, yang berjudul “Rehabilitasi Bagi penyalahguna Narkoba (Studi Empiris di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta)”, (3) Hardiyanto Saputra, yang berjudul “Metode Rehabilitasi Dampak Narkoba Di Wisma Ataraxis Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan” terdapat perbedaan dengan penelitian saya, secara umum ketiga penelitian terdahulu di atas setiap klien/residen dirawat dirumah sakit serta proses penyembuhannya adalah dengan menggunakan obat – obatan yang diberikan oleh dokter rumah sakit tersebut dan klien masih sepenuhnya menjadi tanggung jawab keluarga. Berbeda dengan penelitian yang saya lakukan. yaitu

(18)

18

klien/atau residennya direhab atau dirawat dalam sebuah Yayasan Islam (bahrul maghfiroh) dan para guru atau pendidik di Yayasan Bahrul Maghfiroh Malang memiliki tanggung jawab penuh selama klien masih berada di Yayasan Bahrul Maghfiroh Malang kemudian proses penyembuhannya juga berbeda dengan penelitian terdahulu yaitu proses penyembuhannya menggunakan degan hijau yang telah dibacakan do’a yang bersumber dari Al-qur’an dan Hadits oleh guru di yayasan tersebut dan terkadang proses penyembuhannya di bantu dengan bantuan medis, yaitu klien akan di berikan obat kepada klien yang sudah terlanjur kecanduan dan sampai berada di fase dual diagnostic yaitu fase yang kadang sadar kadang gila.

Gambar

Tabel Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang menggunakan bentuk dan strategi deskriptif analisis kualitatif dalam hal ini adalah mengenai

maka susunan partikel akan menjadi semakin padat, yang dapat ditunjukkan dengan bertambahnya nilai kontaktopi C seperti dalam Gambar 1.. Untuk susunan dengan N = 22

Teori Patrilineal adalah teori yang menganggap bahwa negara itu timbul karena dalam suatu kelompok keluarga yang masih primitif pada mulanya, sang ayah sebagai

Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru atau tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan tertentu (bisa perilaku baik atau yang kurang baik)

DAFTAR : JENIS PERIZINAN DAN NON PERIZINAN DI LINGKUP SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) YANG AKAN DIDELEGASIKAN KE BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN

Lima pasien kasus kelolaan juga teridentifikasi gangguan pada Trophicognosis konservasi integritas personal kecemasan berhubungan dengan kondisi penyakit dan situasi

Dibuat Untuk Syarat Dalam Penyelesaian Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik.. Oleh : Erfin Saputra 0612

Pengurusan administrasi, yang harus dilalui mulai dari menghadap atasan baik di tingkat sektor, resor bahkan daerah, dan juga mengurus surat ASABRI (asuransi