• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat. a. Gambaran Kepuasan Pasien Jamkesmas Pada Pelayanan Keperawatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat. a. Gambaran Kepuasan Pasien Jamkesmas Pada Pelayanan Keperawatan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat. Ruang lingkup pelayanan kesehatan menyangkut kepentingan masyarakat banyak maka peranan pemerintah dalam pelayanan kesehatan sangatlah besar. Masalah kesehatan masyarakat pada dasarnya adalah masalah masyarakat sendiri maka dalam

menyediakan serta

menyelenggarakan pelayanan kesehatan juga membutuhkan bantuan dari masyarakat (Azwar, 2003).

Upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, maka pemerintah bekerjasama dengan PT.

Asuransi Kesehatan mengadakan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang mencapai 121 juta orang pada tahun 2010. Pelayanan Askes Sosial meliputi rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap, pelayanan obat, persalinan, penunjang diagnostik pelayanan canggih, pelayanan alat kesehatan dan suplemen, tindakan medis operatif dan non operatif, pelayanan rehabilitasi medis, perawatan intensif Intensive Care Unit (ICU), hemodialisa (cuci darah), serta pelayanan emergency-gawat darurat (Chandra, 2008). Pelayanan kesehatan melalui askes sangat erat kaitannya dengan kondisi ekonomi

masyarakat dan juga jenis penyakit yang dideritanya.

Sarana pelayanan kesehatan dalam menghadapi era globalisasi, berupaya meningkatkan kualitas akan jasa yang ditawarkan kepada masyarakat. Hal ini disebabkan karena kualitas jasa dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai keunggulan kompetitif. Implementasi kualitas jasa yang dilakukan oleh sarana pelayanan kesehatan dengan cara memberikan pelayanan (service) terbaik bagi konsumen dengan tujuan menciptakan kepuasan pasien.

Sebagai salah satu bentuk sarana pelayanan kesehatan yang bergerak di bidang jasa maka perlu memperhatikan kualitas jasa yang dijadikan indikator oleh para pasien baik pasien yang membayar secara langsung, juga pasien pegawai negeri atau penerima pensiun yang menggunakan asuransi kesehatan selain itu pasien yang merupakan masyarakat miskin (Irawan, 2003).

Jamkesmas merupakan program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Sampai dengan Desember 2010, cakupan peserta Jamkesmas di Propinsi Jawa Barat sebanyak 19.000.000 jiwa. Karena itu diperkirakan penerima atau pengguna Jamkesmas 2011 akan 1

(2)

bertambah, baik jumlah kasus maupun biayanya. Apalagi selama masa transisi sekarang ini, warga miskin tidak memiliki kartu Jamkesmas untuk mendapatkan jaminan kesehatan dari PT. Askes, tetapi cukup menunjukkan surat keterangan tanda miskin (SKTM) dari kelurahan.

Berdasarkan data dari RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2011 diketahui bahwa jumlah pasien Jamkesmas sebanyak 3.075 pasien dan yang dirawat inap bedah (Dadali) sebanyak 744 pasien (24,19%), sedangkan jumlah pasien yang bukan Jamkesmas sebanyak 814 pasien. Bed Occupancy Rate (tingkat hunian tempat tidur) Ruangan Dadali cenderung mengalami naik turun yaitu pada tahun 2009 sebesar 54,02%, tahun 2010 sebesar 47,94% dan pada tahun 2011 menjadi 56,84%.

RSUD Cideres Kabupaten Majalengka telah berupaya untuk meningkatkan kinerja tenaga medisnya (tenaga keperawatannya) dengan berusaha memberikan pelayanan kesehatan yang sebaik baiknya kepada pasien. Pelayanan

kesehatan dari tenaga medis yang diberikan kepada pasien rawat inap yang menjadi peserta Jamkesmas di ruang penyakit bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tersebut diharapkan dapat memberikan kepuasan kepada para pasien yang dirawat di Rumah Sakit tersebut. Penilaian kepuasan yang diterima pasien jamkesmas terhadap kualitas pelayanan pada RSUD Cideres Kabupaten Majalengka dinilai kurang maksimal.

Dengan demikian peneliti menganggap bahwa hal tersebut perlu diteliti mengenai pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien jamkesmas pada RSUD Cideres Kabupaten Majalengka (Profil RSUD Cideres Kabupaten Majalengka, 2011).

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk mengajukan penelitian dengan judul,

”Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien jamkesmas pada pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Periode Mei-Juni Tahun 2012".

HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat

a. Gambaran Kepuasan Pasien Jamkesmas Pada Pelayanan Keperawatan

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan Kepuasan Pasien Jamkesmas Pada Pelayanan Ke perawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Pe riode Mei- Juni Tahun 2012

(3)

Kepuasan Pasien Jamkesmas f %

Tidak puas 28 50,9

Puas 27 49,1

Jumlah 55 100

Berdasarkan data pada tabel 4.1 di atas, diketahui bahwa frekuensi pasien Jamkesmas yang tidak puas sebanyak 28 pasien

(50,9%) dan yang puas sebanyak 27 pasien (49,1%).

b. Gambaran Pendidikan Pasien Jamkesmas

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan Pendidikan Pasien Jamkesmas di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupate n Majalengka Periode Mei-Juni Tahun 2012

Pendidikan f %

Tinggi 7 12,7

Rendah 48 87,3

Jumlah 55 100

Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas, diketahui bahwa frekuensi pasien Jamkesmas yang berpendidikan tinggi sebanyak 7

pasien (12,7%) dan yang berpendidikan rendah sebanyak 48 pasien (87,3%).

c. Gambaran Pekerjaan Pasien

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi berdasarkan Pekerjaan Pasien Jamkesmas di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Periode Mei-Juni Tahun 2012

Pekerjaan f %

Bekerja 42 76,4

Tidak bekerja 13 23,6

Jumlah 55 100

Berdasarkan data pada tabel 4.3 di atas, diketahui bahwa frekuensi pasien Jamkesmas yang

bekerja sebanyak 42 pasien (76,4%) dan yang tidak bekerja sebanyak 13 pasien (23,6%).

d. Gambaran Pendapatan Pasien

(4)

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi be rdasarkan Pendapatan Pasien Jamkesmas di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupate n Majalengka Periode Mei-Juni Tahun 2012

Pendapatan f %

Tinggi 15 27,3

Rendah 40 72,7

Jumlah 55 100

Berdasarkan data pada tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa frekuensi pasien Jamkesmas yang berpendapatan tinggi

sebanyak 15 pasien (27,3%) dan yang berpendapatan rendah sebanyak 40 pasien (72,7%).

e. Gambaran Pengetahuan Pasien

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi berdasarkan Pengetahuan Pasien Jamkesmas di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupate n Majalengka Periode Mei-Juni Tahun 2012

Pengetahuan f %

Baik 32 58,2

Kurang 23 41,8

Jumlah 55 100

Berdasarkan data pada tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa frekuensi pasien Jamkesmas yang berpengetahuan baik sebanyak 32 pasien (58,2%) dan yang

berpengetahuan kurang sebanyak 23 pasien (41,8%).

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Pendidikan dengan Kepuasan Pasien Jamkesmas Tabel 4.6 Hubungan Pendidikan dengan Kepuasan Pasien Jamkesmas Pada Pelayanan Ke perawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Pe riode Mei- Juni Tahun 2012

Pendidikan Pasien Jamkesmas

Kepuasan Pasien

Jamkesmas Total

 value Tidak puas Puas

f % f % f %

Tinggi 3 42,9 4 57,1 7 100

0,705

Rendah 25 52,1 23 47,9 48 100

Jumlah 28 50,9 27 49,1 55 100

(5)

Hasil penghitungan statistik dengan uji chi square diperoleh value = 0,705 dengan α = 0,05 (

value > α) sehingga hipotesis nol gagal ditolak. Dengan demikian maka tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kepuasan pasien Jamkesmas pada pelayanan

keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD C ideres Kabupaten Majalengka periode Mei- Juni tahun 2012.

b. Hubungan Pekerjaan dengan Kepuasan Pasien Jamkesmas

Tabel 4.7 Hubungan Pekerjaan dengan Kepuasan Pasien Jamkesmas Pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cide res Kabupaten Majalengka Periode Mei-Juni Tahun 2012

Pekerjaan Pasien Jamkesmas

Kepuasan Pasien

Jamkesmas Total

 value Tidak puas Puas

f % f % f %

Bekerja 21 50,0 21 50,0 42 100

1,000 Tidak bekerja 7 53,8 6 46,2 13 100

Jumlah 28 50,9 27 49,1 55 100 Hasil penghitungan statistik

dengan uji chi square diperoleh value = 1,000 dengan α = 0,05 (

value > α) sehingga hipotesis nol gagal ditolak. Dengan demikian maka tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kepuasan pasien

Jamkesmas pada pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei- Juni tahun 2012.

c. Hubungan Pendapatan dengan Kepuasan Pasien Jamkesmas Tabel 4.8 Hubungan Pendapatan dengan Kepuasan Pasien Jamkesmas Pada Pelayanan Ke perawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Pe riode Mei- Juni Tahun 2012

Pendapatan Pasien Jamkesmas

Kepuasan Pasien

Jamkesmas Total  value

Tidak puas Puas

f % f % f %

Tinggi 8 53,3 7 46,7 15 100 1,000

(6)

Rendah 20 50,0 20 50,0 40 100 Jumlah 28 50,9 27 49,1 55 100 Hasil penghitungan statistik

dengan uji chi square diperoleh value = 1,000 dengan α = 0,05 (

value > α) sehingga hipotesis nol gagal ditolak. Dengan demikian maka tidak ada hubungan antara pendapatan dengan kepuasan pasien

Jamkesmas pada pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei- Juni tahun 2012.

d. Hubungan Pengetahuan dengan Kepuasan Pasien Jamkesmas Tabel 4.9 Hubungan Pengetahuan dengan Kepuasan Pasien Jamkesmas Pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Periode Mei-Juni Tahun 2012

Pengetahuan Pasien Jamkesmas

Kepuasan Pasien

Jamkesmas Total

 value Tidak puas Puas

f % f % f %

Baik 21 65,6 11 34,4 32 100

0,021

Kurang 7 30,4 16 69,6 23 100

Jumlah 28 50,9 27 49,1 55 100

(7)

Hasil penghitungan statistik dengan uji chi square diperoleh  value = 0,021 dengan α

= 0,05 ( value < α) sehingga hipotesis nol ditolak. Dengan demikian maka ada hubungan antara pengetahaun dengan kepuasan pasien Jamkesmas pada pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari setengah pasien Jamkesmas pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012 menyatakan tidak puas yaitu sebesar 50,9%. Pasien yang tidak puas karena harapan yang tinggi terhadap pelayanan Jamkesmas.

Ketidakpuasan pasien dapat mengakibatkan jumlah pasien terus mengalami penurunan dari tahun ketahun.

Penurunan jumlah pasien akan menyebabkan menurunnya jumlah pendapatan rumah sakit, pembiayaan operasional rumah sakit, kualitas pelayanan sehingga pelayanan yang diberikan kepada pasien akan mengalami hambatan, hal ini menyebabkan kepuasan pasien terus menurun. Menurut Utama (2005) bahwa ketidakpuasan pasien dapat diartikan sama dengan keluhan terhadap rumah sakit, berikut pe layanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatannya dan struktur sistem perawatan kesehatan (biaya, sistem asuransi, kemampuan dan prasarana pusat kesehatan dan lain- lain). Pasien mengharapkan interaksi yang baik, sopan, ramah, nyaman dengan tenaga kesehatan, sehingga kompetensi, kualifikasi serta kepribadian yang baik dari pelayan kesehatan.

Kotler (2002) menyatakan bahwa kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil dari suatu produk dan harapan- harapannya. Sementara Oliver dalam Barnes (2003) menyatakan kepuasan adalah tanggapan klien atas terpenuhinya kebutuhan yang berarti bahwa penilaian klien atas barang atau jasa memberikan tingkat kenyamanan yang terkait dengan pemenuhan suatu kebutuhan, termasuk pemenuhan kebutuhan yang tidak sesuai harapan atau pemenuhan yang melebihi harapan klien. Berdasarkan hal tersebut maka penilaian kualitas pelayanan merupakan perbandingan antara harapan dan kenyataan yang didasarkan lima dimensi kualitas pelayanan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian kecil pasien Jamkesmas pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012 yang berpendidikan tinggi yaitu sebesar 12,7%.

Ketidakmampuan peserta Jamkesmas untuk mengikuti pendididikan ke jenjang yang lebih tinggi dikarenakan sebagian besar mereka berasal dari keluarga tidak mampu dan semasa mengikuti pendidikan belum adanya program pendidikan secara gratis. Banyaknya pasien yang berpendidikan tinggi dapat mempengaruhi tingkat kepuasan terhadap pelayanan kesehatan termasuk pelayanan Jamkesmas.

Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka

(8)

seseorang akan cenderung mudah untuk mendapatkan informasi. Semakin banyak informasi maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui kegiatan pengajaran dan cara lain yang dikenal serta diakui ole h masyarakat. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar pasien Jamkesmas pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012 yang bekerja (76,4%). Dari hasil pengumpulan data jenis pekerjaan yang paling banyak dari 55 responde n adalah buruh tani sebesar 41,8%.

Pasien bekerja dapat dilatarbelakangi karena adanya kebutuhan hidup dalam keluarganya dan banyaknya pasien yang bekerja dapat menyebabkan ketidakpuasan terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya.

Pekerjaan adalah segala usaha yang dilakukan atau dikerjakan untuk mendapatkan hasil atau upah yang dapat dinilai dengan uang. Pekerjaan merupakan suatu usaha untuk menghasilkan barang atau jasa yang dilakukan untuk mendapatkan upah. Bekerja dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Wikipedia, 2012). Menurut Departemen Kesehatan RI (2007) bahwa pekerjaan merupakan segala usaha yang dilakukan atau dikerjakan untuk mendapatkan hasil atau upah yang dapat dinilai dengan uang. Sementara menurut Soeroso (2006) pekerjaan adalah suatu usaha untuk menghasilkan barang atau jasa yang dilakukan untuk mendapatkan upah. Bekerja dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kurang dari setengahnya pasien Jamkesmas pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012 yang berpendapatan tinggi yaitu sebesar 23,3%. Pendapatan yang tinggi dapat disebabkan karena penghasilan yang diperoleh dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dan berada di atas UMR Kabupaten Majalengka.

Pasien yang berpendapatan tinggi dapat menyebabkan ketidakpuasan pelayanan keperawatan pada pasien Jamkesmas.

Pohan (2007) menyatakan bahwa pendapatan merupakan penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti dan sewa. Definisi tersebut memberikan pengertian yang berbeda dimana income memberikan pengertian pendapatan yang lebih luas, income meliputi pendapatan yang berasal dari kegiatan operasi normal perusahaan maupun yang berasal dari luar operasi normalnya. Sedangkan revenue merupakan penghasil dari penjualan produk, barang dagangan, jasa dan perolehan dari setiap transaksi yang terjadi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari setengah pasien Jamkesmas pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012 yang berpengetahuan baik yaitu sebesar 58,2%. Pengetahuan seorang pasien baik dapat dikarenakan adanya informasi yang diperoleh

(9)

oleh pasien. Semakin banyak informasi yang diterima maka semakin baik pula pengetahuannya.

Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Sementara Hapsoro (2011) menyatakan bahwa pengetahuan sebagai parameter keadaan sosial yang dapat menentukan kesehatan masyarakat. Masyarakat dapat terhindar dari penyakit asalkan pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan keadaan lingkungan sosialnyapun menjadi sehat. Adapun hasil penelitian yang dilakukan Abdurachman (2010) di Kecamatan Tenggarong Kutai Kartanegara menyatakan bahwa pasien yang berpengetahuan rendah sebesar 45,2%.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kepuasan pasien Jamkesmas pada pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Pohan (2007) menyataka n bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka daya untuk mengkritisi segala sesuatu akan meningkat. Sehingga seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi semestinya akan lebih kritis dalam menentukan apakah pelayanan yang telah diberikan dapat memberikan rasa puas atau tidak. Peningkatan ketidakpuasan pasien terhadap layanan dokter atau rumah sakit atau tenaga kesehatan lainnya dapat terjadi sebagai akibat dari semakin tinggi pendidikan rata-rata masyarakat sehingga membuat mereka lebih tahu tentang haknya dan lebih asertif. Sejalan dengan pendapat tersebut Narayan (2010) menyatakan bahwa pasien dengan pendidikan rendah cenderung kurang memahami makna dari informasi- informasi yang diberikan terhadap penanganan medis yang akan dilakukan pada pasien tersebut.

Sehingga tingkat kepuasannya pun lebih rendah dibandingkan dengan pasien berpendidikan lebih tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kepuasan pasien Jamkesmas pada pelayanan keperawatan d i Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012.

Kenyataan di lapangan banyak yang bekerja namun jenis perkejaannya banyak yang tidak informal sehingga pengetahuan atau tuntutannya berbeda dengan orang yang bekerja secara formal.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Utama (2005) yang menyatakan bahwa pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien.

Sementara menurut Pohan (2007) pekerjaan erat kaitannya dengan kejadian kesakitan dimana timbulnya penyakit dapat melalui beberapa jalan yakni karena adanya faktor- faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan ada tidaknya gerak badan di dalam pekerjaan.

Kondisi ini memungkinan orang yang sudah bekerja memiliki kecenderungan lebih banyak untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Noer (2007) mengenai hubungan karakteristik pasien dengan tingkat kepuasan pelayanan di instalasi rawat inap I RSUP Dr Sardjito Yogyakarta menyatakan bahwa ada hubungan pendapatan pasien dengan tingkat kepuasan pelayanan di Instalasi Rawat Inap. Dan juga hasil penelitian Appendi (2007)

(10)

mengenai hubungan karakteristik pasien dengan tingkat kepuasan pasien di Tiga UPF Rawat Inap RSUD Demak menyatakan bahwa pekerjaan terbukti nyata berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan dengan kepuasan pasien Jamkesmas pada pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012. Pada penelitian yang menggunakan data primer maka kelengkapan data sangat diperlukan, maka data yang tidak lengkap berdampak pada hasil yang tidak sesuai dengan harapan. Hasil pengumpulan data ada beberapa responden dalam memberikan jawaban pendapatan tidak memberikan informasi yang sebenarnya sehingga ada kemungkinan terjadi bias. Hal tersebut merupakan salah penyebab sehingga hubungan pendapatan dan kepuasan tidak terbukti.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Utama (2005) yang menyatakan bahwa pendapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien.

Demikian pula dengan teori Pohan (2007) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang maka intensitas pemanfaatan terhadap pelayanan kesehatan akan semakin tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahaun dengan kepuasan pasien Jamkesmas pada pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012. Adanya hubungan dapat dikarenakan proporsi pasien Jamkesmas yang berpengetahuan baik dan tidak puas lebih tinggi daripada pasien Jamkesmas yang berpengetahuan kurang dan tidak puas.

Hasil penelitian membuktikan bahwa semakin baik pengetahuan pasien Jamkesmas maka pasien semakin tidak puas pada pelayanan keperawatan, dan sebaliknya semakin kurang pengetahuan pasien Jamkesmas maka pasien semakin puas pada pelayanan keperawatan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Suryati (2004) pengetahuan pasien sangat penting dan dapat mempengaruhi kepuasan pasien. Menurut Purwanto (2007) menyatakan bahwa pada umumnya pasien dengan pengetahuan yang tinggi cenderung memiliki kebutuhan yang lebih kompleks, oleh karena itu pasien yang memiliki pengetahuan membutuhkan pelayanan yang lebih lengkap dan berkualitas untuk mendapatkan kepuasan.

Demikian pula menurut Narayan (2010) bahwa dengan pengetahuan yang baik seseorang dapat melakukan evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatumateri atau objek yang ditentukan.

KESIMPULAN

Pasien Jamkesmas pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012 lebih dari setengahnya tidak puas (50,9%), sebagian kecil berpendidikan tinggi (12,7%), sebagian besar bekerja (76,4%), kurang dari setengahnya berpendapatan tinggi (27,3%) dan lebih dari setengahnya berpengetahuan tinggi (58,2%). Tidak ada hubungan antara pendidikan, pekerjaan dan pendapatan dengan kepuasan pasien Jamkesmas pada pelayanan keperawatan sementara pengetahuan berhubungan dengan kepuasan pasien Jamkesmas pada pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei- Juni tahun 2012.

(11)

SARAN

Upaya meningkatkan kepuasan pasien di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka perlunya pihak rumah sakit melakukan intervensi terhadap pelayanan keperawatan pada pasien Jamkesmas dan perlunya memperhatikan pasien yang berpengetahuan baik dengan memberikan penjelasan atau informasi mengenai pelayanan keperawatan pasien Jamkesmas agar kepuasan pada pasien dapat tercapai, serta perlunya sosialisasi pada pasien Jamkesmas.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman. 2010. Hubungan Pengetahuan Pasien dan Kepuasan Pasien Jamkesmas dengan Perilaku Mencari Pengobatan Masyarakat Miskin di Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara. http://pasca.uns.ac.id/?p=1137, diakses tanggal 22 Maret 2012.

Aditama, Y. T. 2002. Kepuasan Konsumen. Jurnal Manajemen Administasi RS Indonesia.

Appendi. 2007. Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Tiga UPF Rawat Inap RSUD Demak. http://eprints.undip.ac.id/4645/, diakses tanggal 11 Juni 2012.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Azwar, A. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta:

Binurupa Aksara.

Barnes, J. 2003. Secrets of Customer Relationship Management (Rahasia Manajemen Hubungan Pelanggan). Yogyakarta: Andi Offset.

Budiastuti. 2002. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Rumah Sakit. Diakses Oktober 2011 dari http://www.kepuasan-pasien-terhadap-pelayanan rumahsakit

Chandra, S. 2008. Jamkesmas dan Permasalahannya. http://www.yaahowu.com. diakses tanggal 13 April 2012.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

__________________. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. http://www.hukumonline.com, diakses tanggal 10 April 2012.

Irawan, H. 2003. Prinsip-prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

(12)

Kuntari dan Lestari. 2008. Analisa Faktor Penentu Tingkat Kepuasan Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia.

Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT Prenhalindo.

Lestari, W dan Kuntari, T. 2005. Analisa Faktor Penentu Tingkat Kepuasan Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia.

Moenir, H. A. S. 2004. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Narayan, D. 2010. Pasien Berhak Tahu. Jakarta: Padi Pressindo.

Noer. 2007. Hubungan Karakteristik Pasien dengan Tingkat Kepuasan Pelayanan di Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan (edisi kedua). Jakarta. Salemba Medika.

Pohan. 2007. Jaminan Mutu Kesehatan. Jakarta: EGC.

Purwanto, S. 2007. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Rumah Sakit.

http://klinis.wordpress.com/2008/3/28/kepuasan-pasien-terhadap-pelayanan-rumah- sakit/ diakses tanggal 5 Mei 2012.

Sitorus, R. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit, Penataan Struktur dan Proses (system) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: EGC.

Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Suryati, C. 2004. Kepuasan Pasien Rumah sakit (Tinjauan Teoritis dan Penerapannya Pada Penelitian). http://eSlick.ebook.Reader.co.id/2004/12/7/kepuasan-pasien-rumah-sakit/

diakses tanggal 1 Mei 2012.

Tjiptono, F. 2008. Service Manajemen Mewujudkan Layanan Prima. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Trisnantoro, L. 2005. Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Utama, S. 2005. Memahami Fenomena Kepuasaan Paien Rumah Sakit. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan.

Wirijadinata, J. 2009. Manajemen Kepuasan Pelanggan Atau Masyarakat.

http://create.a.Pdf/2009/11/11/manajemen-kepuasan-pelanggan-atau- masyarakat/, diakses tanggal 2 April 2012.

Yuniarta, E. 2011. Hubungan Tingkat Pendidikan Pasien Terhadap Kepuasan Pelayanan Kesehatan di Bagian Bedah RSUP Dr. Kariadi Semarang (Mei-Juni 2011). Semarang:

Universitas Diponegoro.

Gambar

Tabel 4.2   Distribusi  Frekuensi  berdasarkan  Pendidikan  Pasien  Jamkesmas di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres  Kabupate n Majalengka Periode Mei-Juni        Tahun 2012
Tabel 4.4   Distribusi  Frekuensi  be rdasarkan  Pendapatan  Pasien  Jamkesmas di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres  Kabupate n Majalengka Periode Mei-Juni        Tahun 2012
Tabel 4.7   Hubungan Pekerjaan dengan Kepuasan Pasien Jamkesmas Pada  Pelayanan  Keperawatan  di  Ruang  Rawat  Inap  Bedah  (Dadali)  RSUD Cide res Kabupaten Majalengka  Periode Mei-Juni  Tahun  2012  Pekerjaan Pasien  Jamkesmas   Kepuasan Pasien Jamkesma

Referensi

Dokumen terkait

Jika keluarga Tomi sampai di rumah nenek pukul 12.15, dan berangkat pada pukul 10.45.. Berapa lama perjalanan

Saya termotivasi belajar dari orang-orang yang telah.. sukses

Sedangkan untuk yang belum pernah, mungkin sebatas teringat dengan salah satu lagunya KLa Project yang berjudul sama dengan nama kota ini.. Di kota inilah

Materi kewirausahaan Kelas X meliputi pengenalan terhadap karakter wirausahawan, melihat peluang dan membuat perencanaan, memproduksi produk, menghitung biaya produksi,

Dalam implementasi CSR Hess Indonesia pada kategori sustainability menunjukkan bahwa responden memiliki kategori yang baik dengan skor 703 dari rentang skor

Evaluasi pendidikan akhlak peserta didik di SMP Islam Terpadu. Daarut Tahfidz Karangasem

In this “She Dwelt among the Untrodden Ways” poem by William Wordsworth, the writer found some words that has symbol meaning of words which are related with this study.. The

Misalnya, apel malang mengacu apel dari Malang akan tetapi koruptor mengartikan ini sebagai uang dalam rupiah atau mata uang Indonesia. Kata-kata jargon lainnya