PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM
MENGIMPLEMENTASIKAN PERATURAN DAERAH TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA
SURAKARTA FRENGKI A. BENEFTAR Frengki2beneftarstihbiak@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimanakah Peranan Satpol PP dalam mengimplementasikan peraturan daerah tentang PKL di Kota Surakarta serta Apa kendala yang dialami Satpol PP dalam penertiban PKL di Kota Surakarta
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis empiris. Dimana dilakukan dengan cara meneliti di lapangan sebagai data primer.
Hasil yang diperoleh penulis dari penelitian ini, antara lain : 1. Peran Satpol PP Kota Surakarta dalam penataan PKL adalah penertiban dan sosialisasi. Penertiban dilakukan dengan bekerjasama berbagai instansi pemerintah daerah mulai dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, DPP, DKP, Aset, sampai Walikota. Sosialisasi dilakukan sebagai fungsi Satpol PP selain tugas pokoknya adalah penertiban, sehingga anggota Satpol PP harus bisa berkomunikasi dengan baik dengan PKL. Satpol PP melakukan penertiban apabila PKL tidak menerima tawaran relokasi dari DPP. 2.
Kendala-kendala yang dihadapi Satpol PP dalam penertiban PKL di Kota Surakarta berasal dari 1) fantor internal berupa keterbatasan anggota dan armada dan 2)
faktor eksternal berupa Pedagang Kaki Lima kurang memahami Perda tentang PKL.
Kata Kunci: Peran, Satpol PP, Perda tentang PKL
PENDAHULUAN
Permasalahan besar yang sering terjadi pada seluruh kota besar di Indonesia yaitu keberadaan pedagang pada sektor informal, khususnya Pedagang Kaki Lima (PKL).
Rasyid (1997:13). Padahal ketentraman dan ketertiban merupakan suatu perkara yang diinginkan oleh setiap daerah. Bilamana suatu daerah dapat merasakan ketentraman maka dapat menunjang segala macam pembangunan pad adaerah tersebut.
PKL merupakan permasalah yang sering dihadapi hamper di semua daerah. Hal tersebut dapat dilihat dan didengar baik melalui media cetak dan media online. Tidak jarang dengan adanya PKL ini sering menganggu pengguna jalan seperti jalan yang macet, menjadi sempit dan kotor sebab sampah yang ditimbulkan. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang sampai saat ini cenderung belum memperlihatkan tingkat kemajuan berarti di mata rakyat kecil, sebenarnya terdapat kewajiban Pemerintah Kota Surakarta dalam upaya memperbaiki tingkat pertumbuhan tersebut. Kewajiban itu tidak lain adalah memacu pertumbuhan ekonomi ditingkat lokal sehingga terdapat pemerataan yang lebih membasis.
Kota Surakarta dalam hal ini berdsarkan data
yang di dapat sebanyak 200-an personel
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di
Kota Surakarta membongkar paksa belasan
bangunan lapak tempat berjualan yang tak
berizin, Proses pembongkaran tempat
bangunan lapak berjualan berlangsung
sekitar 1,5 jam diawali dengan negoisasi
antara petugas Satpol PP dengan pemilik hak ulayat tetapi tidak membuahkan hasil kesepakatan sehingga berujung pembongkaran.
1Namun yang menjadi masalahnya adalah bagaimana pemerintah kota membuat kebijakan yang dapat menjadikan pelaku di sektor ini memiliki arti kehidupan yang baik, di samping itu, memelihara ketertiban dan keindahan kota. Berangkat dari cara pandang diatas, PKL perlu ditangani secara persuasif agar mereka tidak selalu merasa dikejar- kejar, digusur, digaruk, hingga akhirnya mengalami kegagalan usaha. Upaya penanganan terhadap PKL lebih mampu mengedepankan pola pendekatan persuasif atas dasar kesepakatan bersama dan saling menghormati. Karena permasalahan pokok dalam upaya penertiban PKL salah satunya terletak pada cara penanganan dan penataannya.
Konsekuensi dari hal itu, peranan Pemerintah Kota Surakarta dalam kemitraannya dengan PKL dapat diarahkan pada tindakan meningkatkan pembinaan keterampilan wirausahanya. Tindakan itu bukan sekadar penyaluran bantuan dan atau penyediaan fasilitas baru, namun lebih menyangkut praktik pemberdayaan yang berdimensi keadilan, sehingga PKL tidak selalu merasa disingkirkan dan menjadi tumbal pembangunan. Diakui atau tidak, persoalan pedagang kaki lima (PKL) selama ini sangat dilematis. Di satu sisi, PKL membantu meningkatkan kualitas perekonomian rakyat, melalui sektor Usaha Kecil Menengah (UKM), dan menjadi salah satu sumber efektif dalam menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) seperti melalui pajak
1