• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahisa H.Alui 1 Ulin Naini 2 Hasmah 3 ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mahisa H.Alui 1 Ulin Naini 2 Hasmah 3 ABSTRAK"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTEK PEMBUATAN SENI PATUNG TORSO SEBAGAI KARYA TIGA DIMENSI (TRI MATRA) MATA PELAJARAN

SENI BUDAYAPADA SISWA KELAS X TPHP-1 DI SMK NEGERI 2 GORONTALO

Mahisa H.Alui1 Ulin Naini2

Hasmah3

ABSTRAK

Mahisa. H.Alui 2017. Praktek Pembuatan Seni Patung Torso Sebagai Karya Tiga Dimensi (Tri Matra) Mata Pelajaran Seni Budayapada Siswa Kelas X TPHP-1 di SMK Negeri 2 Gorontalo. Skripsi, S1 Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Teknik Kriya, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing: (1) Ulin Naini, S.Pd, M.Sn (2) Hasmah, S.Pd, M.Sn

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa pada pembelajaran praktek seni patung pada siswa kelas X TPHP-1 di SMK Negeri 2 Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Praktek Pembuatan Seni Patung Torso Sebagai Karya Tiga Dimensi (Tri Matra) Mata Pelajaran Seni Budaya pada Siswa Kelas X TPHP-1 di SMK Negeri 2 Gorontalo dapat disimpulkan bahwa siswa sangat antusias dalam pembuatan karya. Sehingga karya yang dihasilkan berdasarkan nilai rata-rata pencapaian kelas masuk dalam kategori C (Cukup). Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat ketuntasan pada seluruh siswa dalam pembuatan karya yang dinilai berdasarkan keempat aspek yaitu, estetika, teknik, proporsi dan akurasi kemudian dinilai oleh 3 orang responden. Berdasarkan nilai rata-rata 3 oarng siswa masuk dalam kategori SB (Sangat Baik) atau mancapai 13,04%, 2 orang siswa masuk dalam kategori B (Baik) atau mencapai 8,69%, dan 18 orang siswa masuk dalam kategori C (Cukup) atau mencapai 78,26%. Adapun rata-rata nilai kelas X TPHP-1 masuk dalam kategori C(Cukup) atau mencapai 78,26%. Pada penelitian ini sebelum siswa melakukan pembelajaran praktek, siswa memiliki keterbatasan keterampilan dalam hal pembelajaran seni rupa. Dengan dilakukannya pelaksanaan praktek pembuatan seni patung ini ditemui adanya peningkatan keterampilan siswa dalam menciptakan karya seni rupa tiga dimensi, dalam artian lain tujuan dari pada penelitian ini telah tercapai.

Kata Kunci : Praktek, Seni Patung, Torso

(2)

ABSTRACT

Mahisa H. Alui 2017. Practice of Making art of Torso Sculpture as Three Dimension Work (Tridimension) in Budayapadu Lesson of Students at Class X of TPHP-1 of SMKN 2 Gorontalo. Skripsi, Bachelor Study Program of Fine Art, Departement of Craft Engeneering, Faculty of Engeneering, State University of Gorontalo. Principal supervisor is Ulin Naini, S.Pd.,M.sn and Co- supervisor is Hasmah, S.Pd.,M.Sn.

This research aims to investigate students’ skill in sculpture art practice learning in class X students of TPHP-1 of SMKN 2 Gorontalo. This is descriptive quantitative research . Research data are collected trought observation, interview an documentation techniques. Practice of making art of torso sculpture of as Three Dimendion Work (Tridimension) in Budayapadu lesson of students at class X of TPHP-1 of SMKN 2 Gorontalo can be concluded that students are very enthusiastic in making the work. Thus, the product based on average score are ini category C (Cukup=Enough). This can be seen from level of students’ passing in making the work which is reviewed from four aspect namely aesthetic, technique, proportion, and accuaracy. Then, the work is assessed by 3 respondents. Based on average score, 3 students are in category SB (sangat baik=Very Good) or 13,04%. 2 students are in category B (Baik=Good) or 8,69% and 18 students are in category C (cukup=Enough) or 78,26%. Then, average score of class X of TPHP-1 is in category C(Cukup=enough) or 78,26%. Before students do practice learning, they have limied skill in learning of sculpture. Yet, their skill in making three dimension sculpture work has improved through this research or in the other word is the research aim hias achieved.

Keywords: practice, Sculpture, Torso PENDAHULUAN

Pendidikan di Indonesia merupakan satu sarana yang memiliki satu tujuan untuk mencerdaskan bangsa sebagaimana yang telah tercantum pada undang-undang alinea keempat. Pendidikan memegang peranan penting terhadap upaya untuk mengembangkan potensi-potensi manusiawi serta menciptakan dan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan yang dikelolah dengan baik secara kualitas dan kuantitas dapat dilihat pada hasil belajar siswa yang meningkat. Pendidikan juga merupakan salah satu aspek pembangunan bagi bangsa, oleh karena itu pemerintah berupaya agar pendidikan selalu diutamakan guna meningkatkan mutu pendidikan.

(3)

Pemerintah selalu mengupayakan perluasan dan peningkatan kemampuan belajar anak sampai diseluruh pelosok tanah air secara merata. Upaya ini dimaksudkan agar anak diseluruh tanah air dapat mengejar ketertinggalan pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang dewasa ini. Adapun peranan yang telah dilakukan oleh pemerintah diharapkan agar dapat memberikan kepedulian dan perhatian langsung terhadap peningkatan kualitas lembaga pendidikan formal. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan melalui pelaksanaan peningkatan sumber daya manusia (SDM) serta fasilitas untuk menunjang pengembangan pendidikan yakni pembangunan sekolah.

SMK Negeri 2 Gorontalo adalah sekolah kejuruan yang memiliki 7 program keahlian, sehingga proses pembelajaran di sekolah ini tentunya lebih mengarah pada bidang keahlian dimana setiap siswa didorong agar dapat mendalami program keahlian masing-masing. SMK Negeri 2 Gorontalo juga merupakan salah satu sekolah yang membelajarkan mata pelajaran seni budaya, sebagaimana pada kurikulum 2013 yang ada di SMK Negeri 2 Gorontalo.

Berdasarkan survey yang dilakukan di SMK Negeri 2 Gorontalo, proses pembelajaran yang diterapkan pada mata pelajaran Seni Budaya khususnya pada kompetensi dasar “Membuat karya seni tiga dimensi berdasarkan melihat model”

biasanya siswa di SMK Negeri 2 Gorontalo ini hanya mampu membuat karya dengan meterial kertas, siswa belum pernah mempelajari proses pembuatan karya seni patung sebagaimana yang telah diperoleh dari hasi wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran yaitu Bapak Sufri (wawancara 21/09/2016, pukul 10.26 Wita). Hal ini tentunya menjadikan siswa memiliki keterbatasan pengetahuan siswa terhadap ilmu keterampilan dalam proses pembuatan patung.

Meskipun pembuatan patung sudah sangat umum didengar pada Seni Rupa khususnya pembuatan karya tiga dimensi (tri matra), namun guru mata pelajaran tersebut hanya memberikan teori dan tidak pernah mengajarkan tentang proses pembuatan karya seni patung (wawancara pada Siswa 22/09/2016,11.45 wita).

Akibatnya siswa memperoleh sedikit pengetahuan serta keterampilan yang

(4)

menyangkut dengan karya seni patung. Adapun pentingnya dilakukan pembelajaran praktek pembuatan patung pada siswa agar siswa memiliki keterampilan dan pengetahuan serta melatih pola pikir siswa untuk mengaplikasikan teori yang diberikan oleh guru. Selain itu harapannya pada siswa kelas X agar mendapatkan pengalaman langsung serta meningkatkan keterampilan siswa dalam mewujudkan suatu objek yang telah dilihat kedala suatu karya.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, beberapa masalah dalam penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Belum efektifnya proses pembelajaran pada mata pelajaran seni budaya bidang seni rupa.

2. Pembelajaran keterampilan seni patung yang belum ditindaklanjuti dengan praktek.

KAJIAN TEORI Pengertian Seni Patung

Kata patung merupakan kata benda yang memiliki arti tiruan bentuk orang, hewan, tumbuhan yang dibuat dari batu, tanah liat, resi, kayu, lilin atau plastisin dan sebagainya.

Menurut Mikke Susanto (2011:296) seni paatung adalah sebua tipe karya tiga dimensi yang bentuknya dibuat dengan metode subtraktif (mengenai bahan seperti pemotong, menatah) atau aditif (membuat model lebih dulu seperti mengecor dan mencetak).

Pengertian Torso

Penampilan patung ada bermacam-macam jenisnya, misalnya patung dapat di ditenui berbagai tempat seperti di Museum, di taman bahkan dapat ditemui di rumah.

Jenis karya seni patung dapat kita bedakan menjadi 3 yaitu: patung dada, patumg torso dan patung lengkap.

(5)

Menurut Wittich dan Schuller (dalam Restu 2008:237) menyatakan bahwa torso merupakan model biologi yang khusus digunakan dalam bidang kesehatan.

Torso menggambarkan bagian-bagian tubuh manusia secara konkrit. Bagian-bagian tubuh ini kemudian dipampang dalam kondisi yang dapat diamati langsung. Dalam Kamus Besar Indonesia torso diartikan sebagai “patung. Model tubuh manusia;

batang tubuh manusia tanpa lengan dan kaki; digunakan sebagai alat peraga dalam proses belajar, model tubuh manusia untuk tujuan belajar dalam bidang kesehatan, atau satu tingkat pendidikan lain “.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kota Gorontalo tepatnya di SMK Negeri 2 Gorontalo kelas X TPHP-1 dengan jumlah siswa 23 siswa. Tempat ini dipilih sebagai lokasi penelitian dengan berbagai pertimbangan yaitu sekolah ini merupakan sekolah kejuruan yang lebih fokus pada pembelajaran keterampilan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober-Desember dan pelaksanaan tindakan dilakukan pada tanggal 09-10 November 2016 di kelas X TPHP-1. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan rumus prosentase, yaitu untuk mengukur hasil karya siswa, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

P : Prosentase f : Frekuensi

N : Jumlah responden 100% : Bilangan tetap

Skala penilaian pembelajaran Seni Patung dilihat pada tabel berikut:

(6)

Tabel Skala Presentasi Penilaian Pembelajaran Seni Patung

Interval Kategori

82___92 Sangat Baik

70___81 Baik

56___69 Cukup

48___58 Kurang Baik

Sumber: Suharsimi Arikunto (2007) PEMBAHASAN

Materi Pembelajaran Seni Patung

Berdasarkan observasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian, terhadap 23 Siswa kelas X TPHP-1 SMK Negeri 2 Gorontalo tahun ajaran 2016/2017 guna memperoleh data awal yang dapat di jadikan rujukan dalam melaksanakan penelitian. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Bapak Supri sebagai guru mata pelajaran seni budaya bahwa siswa belum pernah diajarkan praktek pembuatan karya seni patung. Melalui data tersebut, maka peneliti merancang pelaksanaan penelitian ini dengan mengajarkan langsung kepada siswa proses pembutan karya seni patung. Dalam hal ini pembutan patung bagian tubuh manusia dengan kata lain sering disebut patung torso.

Adapun rincian kegiatan pembelajran yang dilakukan guru di dalam kelas sebagai berikut:

1. Pendahuluan/ Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal pertama-tama guru mengucapkan salam, kemudian guru sebagai fasilitator mengkondisikan siswa dan lingkungan pembelajaran agar semua peserta didik dalam kondisi siap dan termotivasi, agar selama pembelajaran semua siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, kemudian berdoa sebelum memulai pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

(7)

Mengamati Siswa mengamati contoh karya Seni Patung yang menggunakan bahan lilin mainan/plastisin yang ditampilkan oleh guru. Sebelum memulai praktek pembuatan karya Seni Patung guru memberikan desain patung sebagai acuan dan memotivasi siswa dalam pembuatan karya seni patung. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai pembuatan karya seni patung.

a. Mengeksplorasi

Siswa secara individu diarahkan untuk membuatkarya seni patung torso menggunakan lilin mainan/plastisin. Siswa membuat karya seni patung berdasarkan tema yaitu pembuatan karya seni patung torso dengan memisis bentuk figure manusia dengan menggunakan bahan lilin plastisin.

Guru menilai keterampilan menyaji dan menalar serta kemampuan siswa berkomunikasi.

b. Mengkomunikasian

Guru menilai keterampilan menyaji dan menalar serta kemampuan siswa berkomunikasi.

Pada kegiata ini siswa siswa diminta untuk menyajikan karya masing-masing di depan kelas kemudian mempresentasikan karyanya. Hal ini dilakukan dengan untuk menilai kemampuan siswa dalam berkomunikasi.

c. Penutup

Pada tahap ini guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu prektek pembuatan karya seni patung torso. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar siswa bersemangat dan memiliki ketertarikan pada pembelajaran Seni Rupa berikutnya. Kemudia kegiatan pembelajaran ditutup dengan doa bersama.

Aspek Penilaian Karya Seni Patung 1. Estetika

Pada aspek estetika terdapat hanya 2 orang siswa masuk pada kategori SB (Sangat Baik) artinya siswa dalam menyusun sebuah karya sudah sangat

(8)

sempurna sehingga terdapat nilai keindahan serta kualitas karya yang ditonjolkan tidak sekedar kosong, 2 orang siswa masuk dalam kategori B (Baik) artinya dalam hal ini kemampuan siswa dalam menyusun sebuah karya telah memiliki nilai keindahan , untuk 14 orang siswa lainnya masuk dalam kategori C (Cukup) yaitu dalam menyusun sebuah karya sudah baik dalam hal bentuk, tetapi kualitas karya tertentu belum sempurna . Kemudian untuk 5 orang siswa masuk dalam kategori KB (Kurang Baik) dikarenakan kurangnya kemampuan siswa dalam menyusun sebuah karya, sehingga kualitas karya yang dihasilkan kurang menonjol dan kurang terdapat unsur-unsur yang berbeda dalam dalam pembuatan karya seni patung yang mengakibatkan kurangnya keharmonisan dalam suatu karya.

2. Teknis

Pada aspek teknik terdapat 3 orang siswa masuk dalam kategori SB (Sangat Baik) artinya dalam penyusunan sebuah karya siswa sangat menguasai teknik pada penggunaan bahan, sehingga menghasilkan unsur keindahan dan karya yang dihasilkanpun terlihat sempurna . Kemudia hanya terdapat 1 orang siswa yang masuk dalam kategori B (Baik) dalam hal ini kemampuan siswa menyusun sebuah karya sudah baik dalam hal penguasaan teknik pada penggunaan bahan. Dan untuk 18 orang siswa masuk dalam kategori C (Cukup) ini dikarenakan kemampuan siswa dalam penguasaan teknik pada penggunaan bahan yang masih kurang dalam menyusun karya. 1 orang siswa pada ketegori KB (Kurang Baik) hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan siswa dalam menyusun sebuah karya serta pengusaan teknik dalam penggunaan bahan masih sangat kurang, sehingga kualitas karya yang dihasilkan kurang sempurna dan kurang terdapat unsur-unsur yang berbeda dalam pembuatan karya seni patung.

3. Proporsi

Pada aspek proporsi terdapat 3 orang siswa masuk dalam kategori SB (Sangat Baik) dalam hal ini kemampuan siswa dalam menyusun sebuah karya

(9)

sangat baik atau sempurna dalam hal perbandingan ukuran dari setiap bagian , sehingga kualitas suatu karya tertentu terlihat serasi dan seimbang antara bagian kiri dan kanan, atas dan bawah. 1 orang siswa masuk dalam kategori B (Baik) hal ini terlihat dari hasil karya seni patung yang dibuat siswa sudah baik dalam hal perbandingan ukuran satu dengan ukuran lainnya, namun beberapa diantara bagian-bagian anatominya belum terlihat baik. 16 orang siswa yang masuk dalam kategori C (Cukup) ini dikarenakan kurangnya kemampuan siswa dalalam menyusun sebuah karya, terdapat beberapa bagian yang terlihat kurang seimbang dalam hal perbandingan sehingga karya yang dihasilkan terlihat kurang sempurna. Kemudian 3 orang siswa pada kategori KB (Kurang Baik), ini dikarenakan kemampuan siswa masih kurang dan terbatas dalam hal menyesuaikan suatu perbandingan ukuran antara satu bagian dengan bagian lain, sepeti terdapat pada penempatan antara kedua alis mata tidak sejajar dengan ujung telinga bagian atas, ukuran antara telinga kiri dan kanan patung memiliki ukuran yang berbeda, ukuran antara mata kiri dan kanan terlihat tidak serasi sehingga karya yang dihasilkan terlihat tidak sempurna.

4. Akurasi

Pada aspek akurasi terdapat 4 orang siswa masuk dalam kategori SB (Sangat Baik) artinya kemampuan siswa dalam menyusun sebuah karya sangat baik atau sempurna dalam hal meniru bentuk sebenarnya yang dituangkan dalam bentuk patung, sehingga kualitas karya tersebut dapat terlihat. Kemudia 6 orang siswa yang masuk dalam kategori B (Baik) yaitu, kemampuan siswa dalam menyusun sebuah karya sudah baik dalam hal meniru bentuk sebenarnya yang dituangkan dalam bentuk patung, sehingga kualitas karya tersebut dapat terlihat. Serta untuk 13 orang siswa masuk dalam kategori C (Cukup) dikarenakan kurangnya kemampuan siswa dalam membuat sebuah karya dalam hal memisis atau dengan kata lain meniru

(10)

bentuk manusia setengah bagian (torso) ke dalam bentuk sebuah karya seni patung, sehingga kualitas karya yang dihasilkan tidak terlihat sempurna.

Evaluasi

Berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan dalam penelitian, yaitu:

Tabel Frekuensi dan Prosentase Praktek Pembuatan Seni Patung Torso Kelas X TPHP-1

No Kelas Interval Frekuensi % Kategori

1 82-92 3 13.04% Sangat Baik

2 70-81 2 8.69% Baik

3 59-69 18 78.26% Cukup

4 48-58 0 0% Kurang Baik

Jumlah 23 siswa 100%

Sumber : Peneliti, 2016

Dari data pada tabel 4.9 untuk frekuensi dan prosentase pembelajaran pembuatan karya seni patung pada siswa kelas X TPHP-1 untuk rentang nilai 82-92 terdiri dari 3 orang siswa atau sebesar 13.04 % masuk dalam kategori SB (Sangat Baik) yang dinilai dengan aspek estetika, teknik, proporsi, dan akurasi. Dalam aspek estetika, siswa dalam menyusun sebuah karya sudah sangat sempurna, terdapat nilai tertentu pada karya yang ditonjolkan sehingga kualitas karya tidak sekedar kosong.

Dalam aspek teknis artinya dalam penyusunan sebuah karya siswa sangat menguasai teknik pada penggunaan bahan kualitas karya yang dihasilkan sudah sempurna dan terdapat unsur-unsur yang berbeda dalam pembuatan karya seni patung. Kemudian pada aspek proporsi, siswa telah mampu menciptakan karya yang memiliki perbandingan antara ukuran bagian kiri dan kanan serta atas dan bawah sehingga karya yang dihasilkan terlihat seimbang. Serta penilaian berdasarkan aspek akurasi, dimana siswa sangat baik dalam menyusun suatu karya dengan cara meniru bentuk

(11)

sebenarnya dari benda hidup, kemudian dituangkan dalam bentuk karya patung.

Sehingga karya yang dihasilkan terlihat akurat atau mirip.

Rentang nilai 70-81 terdiri dari 2 orang siswa atau sebesar 8.69 % masuk dalam kategori B (Baik) dinilai dengan aspek estetika, teknis, proporsi, dan akurasi.

Dalam aspek estetika, siswa dalam menyusun sebuah karya sudah baik, terdapat nilai- nilai tertentu pada karya yang ditonjolkan sehingga kualitas karya tidak sekedar kosong. Dalam aspek teknis artinya dalam penyusunan sebuah karya siswa mampu menguasai teknik pada penggunaan bahan sehingga kualitas karya yang dihasilkan terdapat unsur-unsur yang berbeda dalam pembuatan karya seni patung. Kemudian pada aspek proporsi, siswa telah mampu menciptakan karya yang memiliki perbandingan antara ukuran bagian kiri dan kanan serta atas dan bawah sehingga karya yang dihasilkan terlihat seimbang. Serta penilaian berdasarkan aspek akurasi, dimana siswa telah mampu menyusun suatu karya dengan cara meniru benda hidup secara akurat, kemudian dituangkan dalam bentuk karya patung.

Dan rentang nilai 59-69 terdiri dari 18 orang siswa atau sebesar 78.26%

masuk dalam kategori C (Cukup) dinilai dengan aspek estetika, teknis, proporsi, dan akurasi. Dalam aspek estetika, siswa dalam menyusun sebuah karya masih kurang sempurna, karya yang dibuat belum terlihat menonjol dalam hal bentuk. Dalam aspek teknis artinya dalam penyusunan sebuah karya siswa juga belum mampu menguasai teknik pada penggunaan bahan sehingga kualitas karya yang dihasilkan tidak terlihat sempurna. Kemudian pada aspek proporsi, siswa belum mampu menciptakan karya yang memiliki perbandingan antara ukuran satu bagan dengan bagian lainnya, sehingga karya yang dihasilkan terlihat tidak seimbang. Hal ini tentunya berpengaru pada hasil akhir dari karya yang dihasilkan menjadi kurang, sehingga tingkat kemiripan bentuk karya yang dibuat kurang akurat.

(12)

PENUTUP KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pembuatan seni patung torso pada siswa kelas X TPHP-1 SMK Negeri 2 Gorontalo dapat disimpulkan bahwa:

1. Siswa sangat antusias dalam membuat karya. Hal ini dapat dilihat dari tingkat ketuntasan pada semua siswa dan hasil karya yang dihasilkan. Sehingga karya yang dihasilkan berdasarkan nilai rata-rata pencapaian kelas masuk dalam kategori C (Cukup). Hasil pembelajaran siswa berupa 23 karya seni patung, dinilai oleh responden berjumlah 3 orang, dengan menggunakan 4 aspek penilaian karya meliputi, estetika, teknis, proporsi, dan akurasi. Nilai responden setelah dirata-rata menunjukan 3 orang siswa masuk dalam kategori SB (Sangat Baik)/ 13.04% , dalam hal ini siswa telah mampuh untuk menuangkan unsur estetis atau nilai keindahan pada karya patung yang dibuatnya, siswa juga telah menguasai tehnik dalam penggunaan bahan lilin plastisin, karya yang dihasilkan memiliki keseimbangan ukuran antara kiri dan kanan, atas dan bawa dalam artian karya yang dihasilkan proporsi, kemudian siswa mampu dalam memisis sebuah benda yang ada kedalam suatu karya dalam hal ini memisis bentuk manusia kedalam bentuk patung setengah badan (torso) sehingga karya yang dihasilkan terlihat akurat dan sempurna. 2 orang siswa masuk dalam kategori B (Baik)/ 8.69%, dalam pembuatan karya siswa telah mampu untuk membuat sebuah karya seni patung dalam hal memisis dan mampu menguasai teknis dalam penggunaan bahan, dan siswa mampu dalam menuangkan unsur keindahan dalam sebuah karya. 18 orang siswa masuk dalam kategori C (Cukup)/ 78.26%, ini dikarenakan dalam hal membuat sebuah karya seni patung siswa mampu dalam memisis sebua benda kedalam sebuah karya, siswa menguasai teknik dalam pembuatan karya patung, karya yang dihasilan masih kurang proporsi sehingga nilai keindahan yang dihasilkan belum sempurna.

(13)

2. Dari hasil analisa data, adanya perbedaan antara sebelum dan setelah dilakukannya penelitian. Artinya sebelumnya siswa melakukan pembelajaran praktek, siswa memiliki keterbatasan keterampilan dalam hal pembelajaran seni rupa. Dengan dilakukannya pelaksanaan praktek pembuatan seni patung ini adanya peningkatan keterampilan siswa dalam menciptakan karya seni rupa tiga dimensi, dalam artian lain tujuan dari pada penelitian ini telah tercapai.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan peneliti, maka penulis merekomendasikan berupa saran-saran sebagai berikut:

1. Hendaknya guru lebih memotivasi siswa baik itu secara visual maupun verbal, dan memberikan penindaklanjutan dari teori ke praktek sehingga siswa memiliki ketampilan serta mampu berkembang dengan baik.

2. Sebagai masukan bahan ajar untuk pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dalam meningkatkan mutu pembelajaran disekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Said. 2007. Seni kecakapan Hidup, Seni Patung. Surabaya: JP Books

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Bungin. Burhan. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Perseda Budi. Roky. 2011. Seni Patung “Kawi Design” Blora. Kajian Proses Produksi Dan

Fungsi Estetis. Skripsi. Semarang:UNS

Dharsono (Sony Kartika). 2004. Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains Bandung

Mikke Susanto. 2003. Membongkar Seni Rupa. Yogyakarta: Buku Baik Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Bandung Sugianto.dkk, 2012. Seni Budaya SMA Kelas XI. ERLANGGA

(14)

Soedarso Sp, 2006. Trilogi Seni, Penciptaan Eksistensi dan Kegunaan Seni.

Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta

Cyber. Perpustakaan [2013]. Sejarah Patung Indonesia. [online]. Tersedia:

http//perpustakaancyber.blogspot.com/2013/02/seni-rupa-seni-patung-di- indonesia-perkembangan-jenis-macam-sejarah.hmtl.[23 januari 2017] [22.15]

Informan :

Penilai 2 : Bapak Drs.Suleman Dangkua, M.Hum Penilai 3 : Bapak I Wayan Seriyoga Parta, S.Sn., M.Sn

Gambar

Tabel Skala Presentasi Penilaian Pembelajaran Seni Patung  Interval   Kategori  82___92   Sangat Baik   70___81  Baik  56___69  Cukup   48___58  Kurang Baik
Tabel  Frekuensi  dan  Prosentase  Praktek  Pembuatan  Seni  Patung  Torso  Kelas  X  TPHP-1

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat permasalahan yang telah dikemukakan ternyata persepsi konsumen tentang negara asal suatu merek sangatlah penting dalam menimbulkan minat pembelian suatu produk

pembagian dividen karena manajer sendiri juga merangkap menjadi pemegang saham yang menyebabkan mereka lebih bertanggungjawab dengan keuangan perusahaan, maka tidak akan

Lingkup pekerjaan : Melakukan inventarisasi data infrastruktur industri pengguna energi panas bumi, melakukan evaluasi terhadap data yang terkumpul dan selanjutnya

Adanya variasi waktu penahanan yang diberikan pada briket batok kelapa muda pada proses pirolisis fluidisasi bed menggunakan media gas argon, mampu memperbaiki

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena dengan rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “ANALISIS TENTANG KONSOLIDASI TANAH PADA DESA

Setelah melalui proses evaluasi dan analisa mendalam terhadap berbagai aspek meliputi: pelaksanaan proses belajar mengajar berdasarkan kurikulum 2011, perkembangan

Jika dikaitkan dengan performance sebagai kata benda (noun) di mana salah satu entrinya adalah hasil dari sesuatu pekerjaan (thing done), pengertian performance atau

Kepada Pihak Bank BRI di Gedung plaza BRI Surabaya yang telah memberikan waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini