commit to user
PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI NGRECO 05 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2011
SKRIPSI
Oleh :
NOVITASARI
X7107052
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user ii
PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI NGRECO 05 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2011
Oleh :
NOVITASARI
X7107052
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user iii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
Peningkatan Penguasaan Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngreco 05 Sukoharjo Tahun Pelajaran
2011.
Oleh :
Nama : Novitasari
Nim : X7107052
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada hari :
Tanggal :
Surakarta, Juli 2011
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Samidi, M.Pd Drs. M.Shaifuddin, M. Pd, M. Sn
commit to user iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
Peningkatan Penguasaan Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngreco 05 Sukoharjo Tahun Pelajaran
2011.
Oleh :
Nama : Novitasari
Nim : X7107052
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M. Pd ...
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M. Pd ...
Anggota I : Drs. Samidi, M. Pd ...
Anggota II : Drs. M. Shaifuddin, M. Pd, M. Sn ...
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
commit to user v ABSTRAK
Novitasari, NIM X7107052. PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI NGRECO 05 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.
Tujuan penelitian kelas ini adalah untuk (1) Meningkatkan penguasaan bangun datar melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SD Negeri Ngreco 05 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011. (2) Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di SD Negeri Ngreco 05.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Setiap siklus meliputi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Ngreco 05. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.
commit to user vi ABSTRAK
Novitasari, Student Register Number X7107052. THE IMPROVEMENT OF PLAIN STRUCTURE THROUGH STAD TYPE COOPERATIVE LEARNING MODEL IN THE FIFTH GRADE OF NGRECO 05 ELEMENTARY SCHOOL YEAR OF 2011. Research, Surakarta: Teaching and Pedagogy Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta, 2011.
The goal of this classroom action is (1) to improve the students comprehension on plain structure through STAD type cooperative learning model on the fifth grade of Ngreco 05 Elementary School year of 2011, (2) to know obstructions which are faced by teacher in implementing STAD type cooperative learning model in Ngreco 05 Elementary School.
The form of this research is classroom action which consists of two cycles, every cycles includes two meetings. Each cycle has four stage; they are planning, acting, observation and reflection. As subject of the research is the fifth students grade of Ngreco 05 Elementary School. Data collecting technique used are observatio, interview, test and dokumentation. Data analyze technique used is interactive model analysis which consist of three component of analyze, they are data reduction, data presentation, conclusion making, or verification.
commit to user vii MOTTO
Seorang Guru
Menggandeng tangan, Membuka pikiran
Menyentuh hati, Membentuk masa depan
Seorang Guru berpengaruh selamanya
Dia tidak pernah tahu kapan pengaruhnya berakhir
commit to user viii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada :
♥ Ayah dan Ibu tercinta yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang yang tak pernah lekang oleh waktu dan
selalu mendoakan, memberikan motivasi, bimbingan dan
kasih sayang dengan tulus ikhlas serta mendukung,
menuntunku disetiap langkahku. ♥ Adikku tersayang.
commit to user ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul Peningkatan Penguasaan Bangun Datar Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas V SD Negeri
Ngreco 05 Tahun Pelajaran 2011 ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Banyak hambatan dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat bantuan
dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada
kesempatan yang baik ini diucapkan terimakasih yang tulus kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Drs. Samidi, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, semangat, kepercayaan, dukungan, saran dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Drs.M.Shaifuddin,M.Pd, M.Sn selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, semangat, kepercayaan, dukungan, saran dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Kepala SDN Ngreco 05 Sukoharjo yang telah memberikan ijin penelitian.
8. Bapak/Ibu Guru SDN Ngreco 05 Sukoharjo yang banyak memberikan bantuan dan dorongan.
9. Bapak, ibu dan adikku tercinta terima kasih atas doa, dukungan, pengalaman hidup dan pengorbanan yang tulus selama ini.
commit to user x
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
commit to user 1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang tangguh, mandiri, kreatif dan inovatif sehingga mampu
menyesuaikan perkembangan zaman. Pendidikan sangat penting dalam
menyiapkan manusia untuk mampu mempertahankan dan meningkatkan kualitas
kehidupan sebagai bangsa yang bermartabat.
Pendidikan Nasional berfungsi mangembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2007:11).
Untuk mengembangkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan
suatu sistem Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Indonesia sangat
memerlukan peningkatan kualitas pendidikan dalam rangka mencari struktur
kurikulum, sistem pendidikan dan metode pembelajaran yang efektif dan efisien
serta menyenangkan bagi peserta didik khususnya bagi anak usia sekolah dasar.
Pada umumnya di dalam proses pendidikan selalu diarahkan untuk
menciptakan tenaga terdidik yang terampil, dinamis, kreatif dan mengikuti serta
melibatkan diri dalam proses perkembangan dunia pendidikan. Sehingga
keberhasilaan suatu pendidikan dipengaruhi beberapa faktor. Diantaranya faktor
individu, tenaga didik, lingkungan , dan sarana yang menunjang dalam proses
pembelajaran. Suatu metode pembelajaran juga sangat mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran serta menentukan prestasi belajar peserta didik.
Depdiknas mengembangkan suatu sistem pendidikan yang dapat membekali
peserta didik dengan kecakapan hidup dalam kehidupan yang berorientasi pada
commit to user
Menurut Muljono Abdurrachman (2007:3) ada tiga jenjang pendidikan
yang termasuk jalur pendidikan sekolah yaitu : 1) pendidikan dasar, 2) pendidikan
menengah dan, 3) pendidikan tinggi.
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk yang lain serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan untuk pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. (Depdiknas, 2007:11)
Tujuan pendidikan dasar adalah mengembangkan sikap dan memberi
kemampuan dasar untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta
didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikaan menengah. Maka
untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah selalu mengembangkan
kurikulum dan sistem pembelajaran. Pembelajaran matematika di tingkat Sekolah
Dasar (SD), dipelajari rumus-rumus dan metode-metode penjumlahan,
pengurangan, pembagian dan perkalian.
Matematika merupakan mata pelajaran yang menduduki peran penting
dalam pendidikan terutama di Sekolah Dasar. Siswa di kelas rendah Sekolah
Dasar (SD) dirasa belum mengalami kesulitan bahkan cenderung senang dengan
mata pelajaran matematika. Namun di kelas tinggi, siswa mulai mengalami
kesulitan dalam pelajaran matematika. Salah satu materi yang diajarkan di kelas
tinggi yang dirasa sulit bagi siswa adalah materi bangun datar. Sehingga
penguasaan siswa pada materi kurang. Materi bangun datar harus dikuasai oleh
siswa karena materi bangun datar adalah materi dasar yang diperlukan siswa
sebelum siswa mempelajari materi jaring-jaring bangun datar serta materi bangun
ruang yang merupakan materi yang saling berkesinambungan. Hal ini berakibat
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika rendah. Demikian pula
yang terjadi di SD Negeri Ngreco 05, khususnya kelas V.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V, para siswa kurang
commit to user
pada materi bangun datar rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal antara lain
: 1) cara mengajar yang dirasa siswa kurang menarik, karena guru hanya mengajar
dengan metode ceramah , 2) siswa belum menguasai materi bangun datar pada
kelas sebelumnya 3) siswa kurang tertarik dengan pembelajaran matematika,
khususnya materi sifat-sifat bangun datar. Data yang diambil dari Standar
Kompetensi 6.1 tentang pemahaman sifat-sifat bangun datar terlihat bahwa siswa
yang telah mencapai kriteria KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) 64 sebanyak 4
siswa dari 16 siswa sehingga perlu diadakan peningkatan KKM melalui
pembelajaran yang menarik data nilai terlampir dilampiran hal 142.
Menurut Degeng dalam (Sugiyanto 2008:1) daya tarik suatu mata
pelajaran dalam pembelajaran ditentukan oleh dua hal , pertama, oleh mata
pelajaran itu sendiri, kedua, oleh cara mengajar guru. Oleh karena itu tugas
professional guru adalah menjadikan pelajaran yang diajarkan menjadi menarik,
yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi bermakna.
Untuk menjadikan siswa tertarik pada suatu mata pelajaran, maka guru
harus pandai-pandai mengelola kelas, dan menerapkan metode belajar yang sesuai
dengan kondisi kelasnya. Suatu metode belajar yang sudah seringkali digunakan
adalah diskusi kelompok kecil. Namun, metode diskusi kelompok kecil ini belum
mampu meningkatkan prestasi belajar matematika. Hal ini disebabkan karena
metode diskusi kelompok kecil yang digunakan masih bersifat tradisional yang
masih didominasi oleh kelompok siswa pandai dan aktif sedangkan kelompok
siswa kurang pandai dan tidak aktif cenderung memperoleh hasil diskusi serta
nilai tanpa melakukan apa-apa dalam diskusi kelompok tersebut, sehingga siswa
masih merasa kurang tertarik dengan matematika.
Melihat kondisi ini penulis tertarik untuk dapat meningkatkan
penguasaan bangun datar pada pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division ).
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dipilih karena model pembelajaran ini
dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan paling langsung dari
commit to user
metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert Slavin dari Universitas
John Hopkins.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah peserta didik membentuk tim yang masing-masing anggotanya 4-5
kelompok. Setiap tim menggunakan lembar kerja dan kemudian tanya jawab atau
diskusi untuk saling membantu. Secara periodik guru memantau perkembangan
tim atau individu. Tim atau individu yang telah mencapai kriteria tertentu diberi
penghargaan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul
Peningkatan Penguasaan Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngreco 05 Tahun Pelajaran
2010/2011.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan penguasaan bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri
Ngreco 05 Tahun Pelajaran 2011 ?
2. Hambatan apakah yang dihadapi guru dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD di SD Negeri Ngreco 05 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan penguasaan bangun datar melalui penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STADpada siswa kelas V SD Negeri Ngreco 05
Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011.
2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi guru dalam menerapkan model
commit to user D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan masukan bagi penelitian yang sejenis serta dapat dijadikan
bahan referensi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
1) Guru memperoleh wawasan yang luas dalam mengembangkan materi
bangun datar.
2) Sebagai bahan perbaikan pembelajaran yang dikelolanya, sehingga
proses dan hasil dari pembelajaran mengalami peningkatan.
3) Sebagai wahana meningkatnya profesionalitas guru.
b. Bagi peserta didik
1) Meningkatnya penguasaan materi sifat-sifat bangun datar.
2) Meningkatnya prestasi belajar.
3) Tumbuhnya rasa percaya diri peserta didik.
c. Bagi sekolah
1) Meningkatnya mutu kualitas pembelajaran.
2) Berkembangnya ilmu pengetahuan sesuai dengan tuntutan zaman.
3) Sebagai pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang akan
commit to user
1. Tinjauan Penguasaan Bangun Datar Dalam Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi reinvention
(penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara
penyelesaian secara informal setelah pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan
tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang mengetahui sebelumnya,
tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan suatu hal yang baru dan
berarti.
a. Pengertian Penguasaan Bangun Datar
Penguasaan pembelajaran sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa
besar tingkat kemajuan prestasi belajar peserta didik. Penguasaan dalam bahasa
Inggris berarti mastery. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:468)
penguasaan adalah proses, cara, perbuatan, menguasai atau menguasakan.
Kurangnya penguasaan konsep suatu materi pelajaran merupakan
dampak dari kurang tepatnya metode yang digunakan guru dalam penyampaian
materi pelajaran. Salah satu materi yang dipelajari dalam matematika adalah
bangun datar. Bangun datar perlu dipelajari dalam matematika sebelum
mempelajari bangun ruang, karena bangun datar adalah materi dasar sebelum
siswa dapat mempelajari bangun ruang. Dalam bangun datar dipelajari tentang
sifat-sifat bangun datar serta manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Lusia Tri Astuti (2009:129) “Bangun datar adalah bangun
geometri yang seluruh bagiannya terletak pada satu bidang”. Sedangkan
pengertian bangun datar menurut RJ. Sunarjo (2007:277) adalah “bangun yang
seluruh bagiannya terletak pada bidang (permukaan) datar. Bangun datar disebut
juga bangun 2 dimensi”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditegaskan bahwa bangun datar
merupakan bangun geometri dua dimensi yang dibatasi oleh garis lurus atau
commit to user
Jadi penguasaan bangun datar adalah suatu proses menguasai/memahami
bangun geometri dua dimensi yang meliputi bangun persegi, persegi panjang,
segitiga, belah ketupat, layang-layang, jajar genjang, trapesium, dan lingkaran.
b. Fase-fase Pembelajaran Bangun Datar
Menurut Van Hiele dalam Nyimas Aisyah 2007:49, fase-fase
pembelajaran geometri bangun datar adalah sebagai berikut :
1) Fase informasi
Pada awal tingkat ini, guru dan siswa menggunakan tanya-jawab dan kegiatan tentang objek-objek yang dipelajari dalam tahap berpikir siswa. 2) Fase Orientasi
Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat yang dengan cermat telah disiapkan oleh guru.
3) Fase Penjelasan
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi. Di samping itu, untuk membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat, guru memberi bantua sesedikit mungkin.
4) Fase Orientasi Bebas
Siswa menghadapi tugas-tugas yang lebih kompleks berupa tugas yang memerlukan banyak langkah, tugas yang dilengkapi dengan bamyak cara, dan tugas yang open-ended.
5) Fase Integrasi
Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari.
Berdasarkan pendapat di atas, untuk mempelajari bangun datar perlu
memperhatikan fase-fase pembelajaran bangun datar. Hal ini bertujuan agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai harapan guru, kelima fase pembelajaran
itu dimulai dari fase informasi. Pada fase ini guru dan siswa saling bertanya jawab
untruk mengetahui seberapa jauh tingkat kemampuan siswa. Kemudian pada fase
orientasi, guru menyiapkan alat yang dapat membantu siswa menggali informasi
mengenai topik yang akan dipelajari.
Setelah fase orientasi, adalah fase penjelasan. Pada fase ini siswa
menyatakan pandangannya mengenai bahan yang diobservasi. Kemudian guru
memberikan latihan-latihan yang membutuhkan banyak cara pada fase orientasi
bebas. Fase yang terakhir yaitu fase integrasi, pada fase ini siswa meringkas
hal-hal yang telah dipelajari. Pada tahap ini pila siswa siap untuk mengulangi
commit to user c. Jenis bangun datar dan sifat-sifatnya
Materi bangun datar yang terdapat di kelas V semester II Sekolah Dasar
terdiri atas persegi panjang, persegi, segitiga, trapesium, jajar genjang, belah
ketupat, layang-layang, dan lingkaran (Lusia Tri Astuti, 2009:129-142) Uraian
lebih lanjut tentang sifat-sifat bangun datar disarikan, sebagai berikut:
1) Persegi panjang panjang mempunyai dua pasang sisi yang sama panjang dan
4 sudut yang sama besar, yaitu sudut siku-siku (90°). Diagonalnya sama
panjang.
2) Persegi mempunyai 4 sisi sama panjang, 4 sudut sama besar (90°) yaitu sudut
siku-siku, dan mempunyai 2 pasang sisi saling sejajar yang berhadapan.
3) Segitiga mempunyai berbagai jenis, yaitu segitiga sama sisi, segitiga sama
kaki, segitiga siku-siku, segitiga sembarang, dan segitiga lancip. Segitiga
memiliki 3 sudut dan 3 buah sisi. Semua 3 sudut segitiga jika dijumlahkan
adalah 180°.
4) Trapesium mempunyai 3 jenis, yaitu trapesium siku-siku, trapesium sama
kaki, dan trapesium sembarang. Trapesium memiliki 4 buah sisi dan 4 buah
sudut.
5) Jajar Genjang mempunyai sisi yang berhadapan sejajar sama panjang,
sudut-sudut yang berhadapan sama besar, kedua diagonalnya berpotongan saling
membagi dua sama panjang, dan jumlah sudut-sudut yang berdekatan 180°.
6) Belah ketupat mempunyai sisi yang sama panjang, kedua diagonalnya
merupakan sumbu simetri, sudut yang berhadapan sama besar, dan
diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.
7) Layang-layang mempunyai satu sumbu simetri, memiliki dua pasang sisi
yang sama panjang, dan terdapat sepasang sudut yang berhadapan yang sama
besar.
8) Lingkaran mempunyai sebuah titik pusat, memiliki garis tengah yang
panjangnya dua kali jari-jari, dan sumbu simetri yang tidak terhingga
commit to user
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa macam-macam bangun
datar di antaranya persegi, persegi panjang, belah ketupat, segitiga, lingkaran,
jajar genjang dan layang-layang.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:29), materi bangun
datar masuk materi pelajaran kelas V pada semester II. Adapun Standar
Kompetensi materi ini adalah 6. Memahami sifat-sifat bangun datar dan bangun
ruang serta hubungan antarbangun. Sedangkan Kompetensi Dasarnya adalah 6. 1
mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar. Adapun materi bangun datar kelas V
khususnya tentang sifat-sifat bangun datar.
d. Sifat-sifat Bangun Datar
Bangun datar masing-masing memiliki sifat serta ciri yang berbeda. Hal
ini menjadikan orang lebih mudah mengenal bangun datar dari sifat-sifat yang
dimiliki oleh masing-masing bangun datar tersebut. Menurut RJ. Sunarjo
(2007:236-239 ), sifat-sifat bangun datar adalah sebagai berikut :
1) Persegi Panjang
Persegi panjang merupakan bangun datar yang terbentu dari empat sisi.
Sisi yang berhadapan sama panjang. Keempat sudutnya berbentuk siku-siku.
Sifat-sifat bangun persegi panjang :
a) Mempunyai empat sisi terdiri atas 2 sisi panjang dan 2 sisi lebar
b) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang
c) Mempunyai empat sudut berbentuk siku-siku/ besarnya 90˚. Perhatikan gambar di bawah ini :
D C
A B
commit to user
Kedua diagonal saling memotong sama panjang yaitu diagonal AC dan BD. Δ AOB = Δ DOC, Δ AOD = Δ BOC.
2) Segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang terbentuk dari 3 buah ruas garis yang
berpotongan membentuk sudut. Ruas garis pada segitiga disebut sisi. Jumlah ketiga sudut segitiga adalah 180˚. Segitiga biasa dilambangkan dengan Δ. Berdasarkan sisi dan sudutnya, terdapat 4 jenis segitiga yaitu:
a) Berdasarkan sisinya :
(1) Segitiga sama sisi
C
A B
Sifat-sifat segitiga sama sisi :
(a) Memiliki 3 ruas garis: AB, BC dan AC.
(b) Sisi-sisinya/ketiga ruas garisnya sama panjang: AB = BC = CA
(c) Memiliki 3 sudut yang sama besar: A = B = C. Masing-masing
sudut besarnya 60°. Jadi, A = 60°, B = 60°, C = 60°.
(d) Memiliki 2 macam ukuran alas dan tinggi.
(2) Segitiga sama kaki
Sifat-sifat segitiga sama kaki :
(a) Memiliki 3 buah ruas garis: AB, BC, dan AC
(b) 2 sisinya/ruas garis sama panjang: AC = BC
(c) Memiliki dua ukuran alas dan tinggi.
commit to user C
A B
(3) Segitiga siku-siku
C
A B
Sifat-sifat segitiga siku-siku sembarang :
(a) Memiliki 3 buah ruas garis: AB, BC, dan AC
(b) Sisi-sisinya tidak sama panjang: AB ≠ BC ≠ CA
(c) Salah satu sudutnya siku-siku: A = 90°, B ≠ C
Keterangan: ≠ dibaca tidak sama dengan. dibaca sudut.
(4) Segitiga Sembarang
C
A
B
Sifat-sifat segitiga sembarang :
(1) Sisi-sisinya tidak sama panjang: AB ≠ BC ≠ CD
commit to user
Dalam pengenalan bentuk segitiga dapat dilakukan membagi dua bangun
persegi atau persegi panjang secara diagonal. Dari sebuah persegi atau persegi
panjang inilah akan terbentuk dua buah segitiga seperti peda gambar di bawah ini:
Persegi panjang Persegi
b) Berdasarkan sudutnya segitiga ada 3 macam, yaitu segitiga siku-siku, segitiga
lancip dan segitiga tumpul. Contoh segitiga yang memiliki sudut siku-siku,
tumpul dan lancip adalah sebagai berikut :
(1) Segitiga siku-siku
Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya 90°.
C
A B
(2) Segitiga Tumpul
Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya lebih dari 90°.
C
A
B
(3) Segitiga Lancip
commit to user C
A B
3) Persegi
D C
A B
Persegi adalah bangun datar yang keempat sisinya sama, dan keempat
sudutnya siku-siku.
Sifat-sifat persegi :
a) Memiliki 4 buah sisi yang sama panjang: AB = BC = CD = DA
b) Sudutnya sama besar: A = B = C = D = 90°.
4) Trapesium
Trapesium adalah bangun segi empat yang mempunyai sisi sejajar. Sifat
bangun trapesium sesuai dengan jenisnya.
a) Trapesium Sembarang
S R
P Q
commit to user Sifat-sifat trapesium sembarang :
(1) Memiliki 2 sisi yang sejajar: PQ sejajar SR
(2) Masing-masing sisinya/ruas garisnya tidak sama panjang: PS ≠ SR ≠ RQ ≠
PQ
(3) Sudutnya juga tidak sama besar: P ≠ Q ≠ R ≠ S.
b) Trapesium Sama kaki
S R
P Q
Sifat-sifat trapesium sama kaki :
(1) Memiliki 2 sisi yang sejajar: PQ sejajar SR
(2) Memiliki sepasang sisi yang sama panjang: PS = RQ dan PQ ≠ SR
(3) Memiliki 2 pasang sudut yang sama besar: P = Q, S = R
c) Trapesium siku-siku
S R
P Q
Sifat-sifat trapesium siku-siku :
(1) Memiliki 2 sisi yang sejajar: PQ sejajar SR
(2) Masing-masing sisinya tidak sama panjang: PS ≠ SR ≠ RQ ≠ PQ
(3) Sudut: P = S = 90°
5) Jajar Genjang
Jajargenjang adalah bangun datar segi empat dengan sisi-sisinya yang
commit to user
N M
K L
Sifat-sifat bangun jajar genjang :
a) Memiliki 4 buah ruas garis: KL, LM, MN, dan KN
b) Sisi KL sejajar MN, KL = LM
KN sejajar LM, KN = LM
c) Sudut : K = M dan N = L
d) Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang.
e) Memiliki 2 macam ukuran alas dan tinggi.
6) Lingkaran
Lingkaran adalah bangun datar yang jarak semua titik pada lingkaran
dengan titik pusat (P) sama panjang.
B A
Keterangan :
a) P : titik pusat lingkaran
b) BA : garis tengah lingkaran (diameter, d)
c) PA = PB : radius (r) atau jari-jari lingkaran
Selain titik pusat, diameter dan jari-jari lingkaranpun memiliki
unsur-unsur yang lain. Perhatikan kembali gambar berikut ini:
r
.
Pcommit to user P
A B
C
D
CD disebut tali busur.
Sisi lengkung CD disebut busur.
Daerah yang dibatasi oleh tali busur CD dan busur CD disebut tembereng. Daerah yang dibatasi oleh jari-jari OB dan jari-jari OP serta busur PB
disebut juring.
7) Belah Ketupat
Belah ketupat merupakan bangun datar segi empat, yang keempat
sisisnya sama dan sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
D C
A B
Sifat-sifat belah ketupat :
a) Memilki 4 buah sisi/ruas yang sama panjang: AB = BC = CD = DA.
b) Dua buah ruas garis yang berhadapan sama panjang: AB=DC, AD=BC
c) Memiliki dua macam ukuran diagonal 1 dan diagonal 2
d) Memiliki 2 buah sudut lancip: A = C
e) Memiliki 2 buah sudut tumpul: B = D
Belah ketupat disebut juga jajargenjang yang semua sisinya sama panjang.
8) Layang-layang
Sifat layang-layang :
commit to user
b) Sisi yang berhadapan sama panjang: AB = AD, BC = CD
c) Memiliki 2 pasang sudut yang sama besar yaitu sudut tumpul dan sudut
lancip: B = D, A = C
d) Memiliki 2 macam ukuran diagonal 1 dan diagonal 2.
C
B D
d1
d2
A
9) Elips
a
b
Bangun datar seperti pada gambar diatas disebut elips. Garis a dan b
merupakan sumbu simetri (sumbu lipat). Garis a dan b berpotongan tegak lurus
(saling membentuk sudut 90°).
Sifat-sifat Elips:
a) memiliki sumbu sumetri lipat/ sumbu simetri yang terbentuk dari garis a
dan b.
commit to user e. Pengertian Belajar
Ada isu yang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi/ materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan
segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali
secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau
yang diajarkan oleh guru di kelas.
Dalam buku The Psychology of Learning and Memory (1978), Hintzman
dalam Muhibbin Syah, 2009:65 dinyatakan bahwa “ Learning is a change in
organism due to experience which can affect the organism’s behavior”. Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan,
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme
tersebut.
Slameto (2003: 2) mendifinisikan “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.”
Alex Sobur (2003:221) berpendapat bahwa : “Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, dan perubahan itu bisa mengarah pada tingkah laku yang
lebih baik, akan tetapi juga ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk”.
Menurut Mulyono Abdurrahman (2003:28) “Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan antara
pendapat ahli yang satu dengan yang lain terdapat kesamaan yang saling
mendukung bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses
mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu dan lingkungan yang
diarahkan pada suatu tujuan sehingga membawa perubahan pada tingkah laku
commit to user f. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran yang dirumuskan dalam pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Gagne dan Bringgs dalam Nyimas Aisyah (2007:1-3) mendefinisikan pembelajaran sebagai “seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya internal”.
Menurut Corey dalam Nyimas Aisyah (2007:1-3) pembelajaran adalah “suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi
khusus atau menghasilkan respon dan terhadap situasi tertentu, pembelajaran
merupakan subjek khusus dalam pendidikan.”
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta
dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian
yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.
Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan
menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek
kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta
keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi
kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan
pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian pembelajaran di atas,
pembelajaran adalah proses yang sengaja dikelola untuk mendorong peserta didik
menghasilkan respon belajar secara aktif dan berinteraksi dalam situasi tertentu.
g. Pengertian Matematika
Istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique
(Prancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau mathematick/ wikunde
(Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica, yang mulanya diambil dari
perkataan Yunani, mathematike, yang berarti “relating to learning”. Perkataan itu
commit to user
mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lain yang serupa, yaitu
mathanein yang mengandung arti belajar (berfikir).
Menurut Johnson dan Rising (Winataputra,1992:120) dalam bukunya mengatakan bahwa “matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah
yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada bunyi”.
Reys,dkk (Winataputra,1992:120) berpendapat bahwa “matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat”.
James dan James dalam Winataputra (1992:120) didalam kamus matematikanya mengatakan bahwa “matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep berhubungan lainnya
dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri”.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Matematika adalah ilmu tentang
logika, bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep aljabar, geometri, kalkulasi
penalaran logik dan berhubungan dengan bidang studi lain.
h. Pembelajaran matematika
Pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah dimaksudkan
sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar
matematika di sekolah.
Menurut Nyimas Aisyah (2007:1.4) Pembelajaran Matematika adalah
guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang
selanjutnya disebut proses pembelajaran, siswa sebagai pelaksanaan kegiatan
belajar, dan matematika sekolah sebagai obyek yang dipelajari.
Bruner dalam Nyimas Aisyah (2007:1.5) Pembelajaran Matematika
struktur-commit to user
struktur matematika yang terdapat di dalam materi, serta mencari hubungan antara
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana yang memungkinkan siswa mempelajari hubungan antara konsep-konsep
dan struktur- struktur matematika.
Brunner dalam Nyimas Aisyiah (2007:5) menyatakan, bahwa dalam
belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu : (1) Enaktif, (2) Ikonik, (3) Simbolik.
1) Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara
langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek.
2) Ikonik
Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman yang
dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginary),
gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret
pada tahap Enaktif.
3) Simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau
lambang-lambang objek tertentu.
Pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari konkrit ke
abstrak dan dari sederhana ke kompleks. Salah satu upaya yang dilakukan oleh
guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
karena dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat
terjadi proses saling membantu diantara anggota-anggota kelompok untuk
memahami konsep-konsep matematika dan memecahkan masalah matematika
dengan kelompoknya. Sedangkan penggunaan media dalam pembelajaran
matematika sangat menunjang, karena dengan menggunakan media pembelajaran
siswa lebih mudah memahami konsep matematika yang abstrak.
Untuk itu perlu dikembangkannya proses belajar matematika yang
menyenangkan, memperhatikan keinginan siswa, membangun pengetahuan dari
commit to user
belajar, memberikan kegiatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran,
memberikan kegiatan yang menantang, memberikan kegiatan yang memberi
harapan keberhasilan, menghargai setiap pencapaian siswa.
Berdasarkan uraian di atas, untuk mempelajari matematika diperlukan
peranan guru, kemampuan memilih metode pembelajaran yang tepat agar siswa
merasa nyaman, dan mudah serta aktif dan senang belajar matematika. Metode
pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan matematika dapat merangsang siswa
untuk aktif dan senang dalam mengikuti pelajaran matematika yang selama ini
berkesan menakutkan dan membosankan. Sedangkan penggunaan media
pembelajaran yang baik dan sesuai dengan materi pelajaran, khususnya
matematika dapat menumbuh kembangkan keaktifan dan kreatifitas siswa selama
mengikuti pelajaran. Pembelajaran yang selama ini berkesan monoton dan
membosankan akan berubah menjadi pembelajaran yang menyenangkan.
i. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran matematika sekolah, khususnya di Sekolah Dasar
(SD) atau Madrasah Ibtidiyah (MI) agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media yang lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (Nyimas Aisyah, 2007:1-4)
Berdasarkan tujuan matematika di atas, tujuan pembelajaran matematika
commit to user
khususnya matematika untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan
matematika dalam kehidupan sehari-hari serta mengembangkan pengetahuan
dasar matematika agar dapat berguna dan digunakan sebagai bekal belajar di
tingkat lebih tinggi.
j. Fungsi Pembelajaran Matematika
Fungsi Matematika adalah untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan simbol dan bilangan serta mengembangkan
ketajaman penilaian yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari (Asep Jihad, 2008:153).
Menurut Cockroft yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003:253). Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : 1) selalu digunakan dalam segi kehidupan, 2) semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai, 3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, 4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, 5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran, keruangan dan fungsi memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Berdasarkan uraian tersebut, bahwa fungsi pembelajaran matematika
adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan,
menggunakan matematika dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, siswa diharapkan dapat berpikir
cermat, kritis, efektif namun tetap logis.
2. Tinjauan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana
siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja
sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar
commit to user
penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa
fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau
kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam
individu tersebut. Implikasi dari teori vigotsky dikehendakinya susunan kelas
berbentuk kooperatif.
Model Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran
langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif
untuk rnengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat
bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep konsep yang
sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar
akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam
banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa siswa
yang ingin menonjol secara akademis. Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha
untuk mengubah norma ini rnelalui penggunaan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang lebih
menekankan pada kegiatan belajar siswa secara bersama dalam suatu kelompok
sehingga terjadi interaksi antar siswa dalam kelompoknya untuk memecahkan
masalah belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Slavin (2008 : 4) bahwa “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana siswa akan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”. Pengelompokan siswa didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu,
kebanyakan melibatkan siswa yang berbeda-beda menurut kemampuan, jenis
kelamin dan ras (suku).
Menurut Sugiyanto (2009:37) “Pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
commit to user
Johnson dalam Isjoni (2009:16) mengemukakan “cooperative learning is the instructional use of small groups that allows students to work together to
maximize their own and each other as learning”. Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar
anggota lainnya dalam kelompok itu.
Elin Rosalin (2008:111) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif
adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama
saling membantu menyelesaikan persoalan atau inkuiri.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) mengandung pengertian sebagai
suatu sikap atau perilaku bersama dalam pembelajaran atau membantu di antara
sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari
dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan belajar dimana keberhasilan kerja
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Cooperative Learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama
dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.
Menurut Lundgren dalam Isjoni (2009:46) keterampilan-keterampilan
kooperatif antara lain :
Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi: 1) menggunakan kesepakatan; 2) menghargai kontribusi; 3) mengambil giliran dan berbagi tugas; 4) berada dalam kelompok; 5) berada dalam tugas; 6) mendorong partisipasi; 7) mengundang orang lain untuk berbicara; 8) menyelesaikan tugas pada waktunya; dan 9) menghormati perbedaan individu.
Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi: 1) menunjukkan penghargaan dan simpati; 2) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima; 3) mendengarkan dengan aktif; 4) bertanya; 5) membuat ringkasan; 6) menafsirkan; 7) mengatur dan mengorganisir; 8) menerima, tanggung jawab; 9) mengurangi ketegangan.
Keterampilan kooperatif tingkat mahir meliputi: 1) mengelaborasi; 2) memeriksa dengan cermat; 3) menanyakan kebenaran; 4) menetapkan tujuan; 5) berkompromi.
Jadi model pembelajaran kooperatif mempunyai 3 komponen yaitu
keterampilan yaitu keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan
tingkat mahir. Masing-masing dari keterampilan tersebut memiliki tahap-tahapan
commit to user
b. Elemen-elemen Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Lie dalam Sugiyanto 2008:38, elemen-elemen yang perlu
ditanamkan pada diri siswa agar model pembelajaran kooperatif lebih efektif
adalah sebagai berikut: “1) Saling ketergantungan positif, 2) Interaksi tatap muka, 3) Akuntabilitas individu, 4) Keterampilan menjalin hubungan”.
Elemen-elemen tersebut dijelaskan pada siswa agar tercipta
ketergantungan yang positif baik dari guru maupun siswa. Dalam hal ini guru
menciptakan suasana yang mendorong siswa agar saling membutuhkan satu sama
lain. Adanya interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam
kelompok sehingga mereka dapat saling bertukar pendapat. Penilaian kelompok
yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara
individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual. Sedangkan
Keterampilan yang dapat menjalin hubungan sosial meliputi: tenggang rasa, sopan
dengan teman, mengkritik ide bukan mengkritik teman, berpikir logis, mandiri,
dan tidak mendominasi teman.
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama siswa yang
berbeda latar belakangnya. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai
tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan
dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar
sekolah.
Menurut Isjoni (2009:21) tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah “agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada
orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok”.
commit to user
melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk menccapai tujuan bersama”. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, maka siswa
akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang
akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Model pembelajaran kooperatif sendiri dikembangkan untuk mencapai
beberapa tujuan pembelajaran yang dirangkum Ibrahim dalam Isjoni (2009:27)
adalah:
1) Hasil belajar akademik.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu.
3) Pengembangan keterampilan sosial.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dalam penerapan
model kooperatif adalah agar peserta didik memperoleh pengetahuan dari sesama
temannya dengan pendapat masing-masing siswa dalam kelompok.
d. Model-Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi
model yang diterapkan (Sugiyanto, 2009:44) model tersebut adalah:
1) Student Team Achievement Division (STAD)
STAD adalah salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya
aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran. Menurut Sugiyanto (2008:42)
STAD merupakan metode yang paling sederhana dan paling langsung dari
pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini digunakan untuk mengajarkan
materi informasi akademik baru kepada siswa baik melalui penyajian verbal
maupun tertulis.
Pada proses pembelajarannya, model kooperatif tipe STAD melalui lima
langkah yaitu: a) penyajian materi b) kegiatan kelompok c) tes individual d)
perhitungan skor perkembangan individu e) pemberian penghargaan kelompok
commit to user
2) Jigsaw
Jigsaw merupakan teknik pembelajaran yang memungkinkan guru
memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa dalam
mengaktifkan skemata agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Model jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap siswa yang
memungkinkan siswa mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman,
membaca maupunketerampilan kelompok untuk belajar bersama.
3) Group Investigation (GI)
Pada model ini siswa dibagi dalam kelompok yang dibentuk berdasarkan
pada perkawanan atau berdasarkan keterkaitan sebuah materi. Metode GI
menuntut siswa untuk dapat memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun keterampilan proses memiliki kelompok (group process
skills).
Pelaksanaan pembelajarannya yakni: siswa memilih subtopik yang akan
dipelajari dan topik biasanya ditentukan oleh guru, selanjutnya siswa dan guru
merencanakan tujuan, langkah-langkah belajar dan materi yang dipilih. Kemudian
siswa belajar dengan berbagai sumber, setelah pembelajaran selesai siswa
menganalisis, menyimpulkan, dan membuat kesimpulan untuk mempresentasikan
hasil belajar mereka di depan kelas.
4) Metode Struktural
Meskipun memiliki kesamaan dengan metode lainnya, metode struktural
menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
pola-pola interaksi siswa. Struktur-struktur Kagan ini menghendaki agar siswa
bekerja sama saling bergantung dalam kelompok-kelompok kecil secara
kooperatif. Beberapa teknik dari metode struktural antara lain : mencari
pasangan, bertukar pasangan, berkirim soal.
e. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Model
Pembelajaran Konvensional.
Dalam pembelajaran konvensional atau pembelajaran tradisional juga
commit to user
antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar
konvensional/tradisional, yaitu:
Tabel1
Perbedaan Kelompok Belajar Model Pembelajaran Kooperatif dan Kelompok Belajar Model Pembelajaran Konvensional.
Kelompok belajar model pembelajaran kooperatif
Kelompok belajar model pembelajaran konvensional
1. Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok 2. Adanya akuntabilitas individual
yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan yang lain hanya pasif saja
3. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademis, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya
Kelompok belajar biasanya heterogen
4. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir agar setiap anggota kelompok mendapat pengalaman
Pimpinan kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing
5. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, berkomunikasi, dan mengelola konflik secara langsung
Keterampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung
6. Pada saat belajar kooperatif berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama kelompok
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung
7. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal
Penekanan sering hanya pada terselesainya tugas
f. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Metode pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division)
commit to user
adalah salah satu metode dari pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh
Slavin. Metode pembelajaran ini merupakan teori belajar konstruktivisme yang
berdasarkan pada teori belajar kognitif. Dalam hal ini guru berperan sebagai
fasilitator belajar dan betugas menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi
peserta didik, sedangkan peserta didik bekerja sama dalam kelompoknya dalam
memecahkan masalah.
Slavin (1995:71) “STAD is one of the simplest of all cooperative learning
methods, and is a good model to begin with for teachers who are new to the
cooperative approach”. Menurut Slavin STAD adalah metode pembelajaran yang
sederhana, model pendekatan ini juga sangat bagus digunakan untuk guru yang
masih baru/ pemula.
Cucu Suhana (2009:44) berpendapat bahwa “STAD ( Student Teams
Achievement Divisions ) merupakan model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan kelompok kecil”.
Pengertian STAD yang lain adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif dengan sintaks : pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang),
diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolaboratif, sajian-presentasi
kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individu dan buat skor
perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan
berikan reward. (Elin Rosalin, 2008:118)
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa STAD adalah
model pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif untuk
mencapai tujuan bersama.
g. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Sugiyanto (2009:44) menyatakan bahwa, “para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa”.
Dalam metode STAD terdapat beberapa langkah yaitu :
commit to user
2) Tiap anggota tim menggunakan lemmbar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.
3) Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu sekali guru mengevaluasi untuk menguasai penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
4) Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang merai prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria atau standar tertentu.
(Sugiyanto, 2009:44-45)
Slavin dalam Isjoni 2009:51, pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri
dari lima tahapan utama sebagai berikut;” 1) tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap perhitungan skor perkembangan individu, 5) tahap pemberian penghargaan kelompok”.
Tahap penyajian materi guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan
dipelajari. Kemudian siswa diberikan lembar tugas yang akan diselesaikan
bersama kelompoknya pada tahap kegiatan kelompok. setelah itu diadakan tes
individu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang telah dicapai.
Tahap pemberian penghargaan kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan
masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai dengan
jumlah anggota kelompok.
Menurut Ibrahim dalam Trianto 2007: 54, langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD didasarkan pada langkah-langkah kooperatif
commit to user Tabel 2
Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Fase Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yangingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Menyajikan/menyampaikan informasi
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bacaan.
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien. Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase5 Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan/masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya. Fase 6
Memberikan penghargaan
Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Pada perhitungan skor perkembangan individu dalam tim dan ketentuan
penghargaan dalam kelompok dapat dihitung dengan menggunakan tabel 3 dan
commit to user Tabel 3
Ketentuan Skor Perkembangan pada Evaluasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
5 Nilai sempurna ( tidak berdasarkan skor awal). 40 poin (Isjoni 2010 : 53)
Tabel 4
Ketentuan Penghargaan Kelompok pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Skor rata-rata tim Penghargaan
Kelompok dengan skor rata-rata 15 poin Tim baik
Kelompok dengan skor rata-rata 20 poin Tim hebat
Kelompok dengan skor rata-rata 25 poin Tim super
(Isjoni 2010 : 54)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan antara pendapat ahli yang
satu dengan yang lain terdapat kesamaan bahwa Pembelajaran kooperatif tipe
STAD memiliki tahapan/langkah-langkah, yaitu : penyajian materi, dibentuk kerja
kelompok, diadakan tes individu, penghitungan skor kelompok, dan pemberian
penghargaan kelompok.
Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan menarik bagi
siswa, seperti halnya model pembelajaran koopertaif tipe STAD dapat
memaksimalkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan penguasaan
materi bangun datar sehingga prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Selain
itu, pemilihan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan dalam
pembelajaran bangun datar karena STAD merupakan salah satu metode dalam
commit to user
digunakan oleh guru yang baru pertama kali akan menggunakan model
pembelajaran kooperatif.
h. Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Setiap metode pembelajaran tidak ada yang sempurna. Masing- masing
memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan dari metode STAD
antara lain : 1) Siswa dan guru mendapatkan kemudahan untuk memahami materi
pelajaran; 2) Siswa secara kooperatif dapat menyelesaikan pokok-pokok materi
yang dipelajari; 3) Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan adanya
kerja sama semua unsur yang ada dalam kelas; 4) Siswa dapat meningkatkan
kemampuannya dalam berdiskusi dan menyelesaikan tugas.
Beberapa kelemahan dari metode STAD adalah; 1) Apabila ada siswa
yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya, maka siswa tersebut kurang bisa
bekerjasama dalam memahami materi; 2) Ada siswa yang kurang memanfaatkan
waktu sebaik-baiknya dalam kelompok belajar; 3) Apabila ada anggota kelompok
malas, maka usaha kelompok dalam memahami materi maupun untuk
memperoleh penghargaan kelompok tidak berjalan sebagai mana mestinya.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian Nita Praniyati 2009/2010 dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menghitung Pecahan Pada Siswa
Kelas V SDN 01 Macanan Tahun Pelajaran 2009/2010”. Hasil dari penelitian ini adalah Prosentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I menunjukkan
angka sebesar 63,33% (19 siswa dari jumlah 30 siswa tuntas dalam
belajarnya) dan pada siklus II prosentase ketuntasan sebesar 80% (24 siswa
dari jumlah 30 siswa tuntas dalam belajarnya. Dengan demikian terdapat
peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II.
commit to user
Musuk Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010”. Hasil penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan
kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika. Hal ini terbukti pada hasil
kuis siklus I 73,33% siswa mencapai nilai KKM (65), sedangkan siklus II
ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 86,67%.
C. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal, penguasaan bangun datar siswa rendah pada
pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan guru masih menggunakan cara
mengajar yang konvensional dan apabila menggunakan metode diskusi, guru
masih menerapkan diskusi kelompok konvensional-tradisional pada saat
pembelajaran matematika pokok bahasan bangun datar. Pemilihan metode yang
tepat dapat meningkatkan penguasaan bangun datar pada pembelajaran
matematika.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk penguasaan bangun datar
pada pembelajaran matematika adalah dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD sendiri merupakan
pembelajaran yang memandang keberhasilan individu diorientasikan dalam
keberhasilan kelompok. Dalam hal ini, siswa bekerja sama dalam mencapai
tujuan, dan siswa berusaha keras membantu dan mendorong pada
teman-temannya untuk bersama-sama berhasil dalam belajar. Siswa bekerja sama dalam
belajar dan bertanggung jawab atas pembelajaran yang dilakukan dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model ini menekankan pada tujuan dan
keberhasilan kelompok yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok
mempelajari apa yang diajarkan.
Melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan siswa
akan tertarik sehingga dapat meningkatkan penguasaan bangun datar pada
pembelajaran matematika khususnya dalam sifat-sifat bangun datar.
Dari pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam
commit to user
Gambar Bagan 1. Kerangka Berfikir
D. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori dan kerangka berpikir di
atas, maka peneliti dapat merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan penguasaan bangun datar
pada siswa kelas V SDN Ngreco 05 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011. Kondisi Awal Belum diterapkan model