• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI NGRECO 05 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI NGRECO 05 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011"

Copied!
205
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V

SD NEGERI NGRECO 05 SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2011

SKRIPSI

Oleh :

NOVITASARI

X7107052

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user ii

PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V

SD NEGERI NGRECO 05 SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2011

Oleh :

NOVITASARI

X7107052

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user iii

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

Peningkatan Penguasaan Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngreco 05 Sukoharjo Tahun Pelajaran

2011.

Oleh :

Nama : Novitasari

Nim : X7107052

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada hari :

Tanggal :

Surakarta, Juli 2011

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Samidi, M.Pd Drs. M.Shaifuddin, M. Pd, M. Sn

(4)

commit to user iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

Peningkatan Penguasaan Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngreco 05 Sukoharjo Tahun Pelajaran

2011.

Oleh :

Nama : Novitasari

Nim : X7107052

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan

diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M. Pd ...

Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M. Pd ...

Anggota I : Drs. Samidi, M. Pd ...

Anggota II : Drs. M. Shaifuddin, M. Pd, M. Sn ...

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd

(5)

commit to user v ABSTRAK

Novitasari, NIM X7107052. PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI NGRECO 05 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.

Tujuan penelitian kelas ini adalah untuk (1) Meningkatkan penguasaan bangun datar melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SD Negeri Ngreco 05 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011. (2) Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di SD Negeri Ngreco 05.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Setiap siklus meliputi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Ngreco 05. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.

(6)

commit to user vi ABSTRAK

Novitasari, Student Register Number X7107052. THE IMPROVEMENT OF PLAIN STRUCTURE THROUGH STAD TYPE COOPERATIVE LEARNING MODEL IN THE FIFTH GRADE OF NGRECO 05 ELEMENTARY SCHOOL YEAR OF 2011. Research, Surakarta: Teaching and Pedagogy Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta, 2011.

The goal of this classroom action is (1) to improve the students comprehension on plain structure through STAD type cooperative learning model on the fifth grade of Ngreco 05 Elementary School year of 2011, (2) to know obstructions which are faced by teacher in implementing STAD type cooperative learning model in Ngreco 05 Elementary School.

The form of this research is classroom action which consists of two cycles, every cycles includes two meetings. Each cycle has four stage; they are planning, acting, observation and reflection. As subject of the research is the fifth students grade of Ngreco 05 Elementary School. Data collecting technique used are observatio, interview, test and dokumentation. Data analyze technique used is interactive model analysis which consist of three component of analyze, they are data reduction, data presentation, conclusion making, or verification.

(7)

commit to user vii MOTTO

Seorang Guru

Menggandeng tangan, Membuka pikiran

Menyentuh hati, Membentuk masa depan

Seorang Guru berpengaruh selamanya

Dia tidak pernah tahu kapan pengaruhnya berakhir

(8)

commit to user viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada :

♥ Ayah dan Ibu tercinta yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang yang tak pernah lekang oleh waktu dan

selalu mendoakan, memberikan motivasi, bimbingan dan

kasih sayang dengan tulus ikhlas serta mendukung,

menuntunku disetiap langkahku. ♥ Adikku tersayang.

(9)

commit to user ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul Peningkatan Penguasaan Bangun Datar Melalui

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas V SD Negeri

Ngreco 05 Tahun Pelajaran 2011 ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Banyak hambatan dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat bantuan

dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada

kesempatan yang baik ini diucapkan terimakasih yang tulus kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Drs. Samidi, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, semangat, kepercayaan, dukungan, saran dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Drs.M.Shaifuddin,M.Pd, M.Sn selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, semangat, kepercayaan, dukungan, saran dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Kepala SDN Ngreco 05 Sukoharjo yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Bapak/Ibu Guru SDN Ngreco 05 Sukoharjo yang banyak memberikan bantuan dan dorongan.

9. Bapak, ibu dan adikku tercinta terima kasih atas doa, dukungan, pengalaman hidup dan pengorbanan yang tulus selama ini.

(10)

commit to user x

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat

diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan

dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

(11)

commit to user 1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia yang tangguh, mandiri, kreatif dan inovatif sehingga mampu

menyesuaikan perkembangan zaman. Pendidikan sangat penting dalam

menyiapkan manusia untuk mampu mempertahankan dan meningkatkan kualitas

kehidupan sebagai bangsa yang bermartabat.

Pendidikan Nasional berfungsi mangembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2007:11).

Untuk mengembangkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan

suatu sistem Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Indonesia sangat

memerlukan peningkatan kualitas pendidikan dalam rangka mencari struktur

kurikulum, sistem pendidikan dan metode pembelajaran yang efektif dan efisien

serta menyenangkan bagi peserta didik khususnya bagi anak usia sekolah dasar.

Pada umumnya di dalam proses pendidikan selalu diarahkan untuk

menciptakan tenaga terdidik yang terampil, dinamis, kreatif dan mengikuti serta

melibatkan diri dalam proses perkembangan dunia pendidikan. Sehingga

keberhasilaan suatu pendidikan dipengaruhi beberapa faktor. Diantaranya faktor

individu, tenaga didik, lingkungan , dan sarana yang menunjang dalam proses

pembelajaran. Suatu metode pembelajaran juga sangat mempengaruhi

keberhasilan pembelajaran serta menentukan prestasi belajar peserta didik.

Depdiknas mengembangkan suatu sistem pendidikan yang dapat membekali

peserta didik dengan kecakapan hidup dalam kehidupan yang berorientasi pada

(12)

commit to user

Menurut Muljono Abdurrachman (2007:3) ada tiga jenjang pendidikan

yang termasuk jalur pendidikan sekolah yaitu : 1) pendidikan dasar, 2) pendidikan

menengah dan, 3) pendidikan tinggi.

Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk yang lain serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan untuk pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. (Depdiknas, 2007:11)

Tujuan pendidikan dasar adalah mengembangkan sikap dan memberi

kemampuan dasar untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta

didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikaan menengah. Maka

untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah selalu mengembangkan

kurikulum dan sistem pembelajaran. Pembelajaran matematika di tingkat Sekolah

Dasar (SD), dipelajari rumus-rumus dan metode-metode penjumlahan,

pengurangan, pembagian dan perkalian.

Matematika merupakan mata pelajaran yang menduduki peran penting

dalam pendidikan terutama di Sekolah Dasar. Siswa di kelas rendah Sekolah

Dasar (SD) dirasa belum mengalami kesulitan bahkan cenderung senang dengan

mata pelajaran matematika. Namun di kelas tinggi, siswa mulai mengalami

kesulitan dalam pelajaran matematika. Salah satu materi yang diajarkan di kelas

tinggi yang dirasa sulit bagi siswa adalah materi bangun datar. Sehingga

penguasaan siswa pada materi kurang. Materi bangun datar harus dikuasai oleh

siswa karena materi bangun datar adalah materi dasar yang diperlukan siswa

sebelum siswa mempelajari materi jaring-jaring bangun datar serta materi bangun

ruang yang merupakan materi yang saling berkesinambungan. Hal ini berakibat

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika rendah. Demikian pula

yang terjadi di SD Negeri Ngreco 05, khususnya kelas V.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V, para siswa kurang

(13)

commit to user

pada materi bangun datar rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal antara lain

: 1) cara mengajar yang dirasa siswa kurang menarik, karena guru hanya mengajar

dengan metode ceramah , 2) siswa belum menguasai materi bangun datar pada

kelas sebelumnya 3) siswa kurang tertarik dengan pembelajaran matematika,

khususnya materi sifat-sifat bangun datar. Data yang diambil dari Standar

Kompetensi 6.1 tentang pemahaman sifat-sifat bangun datar terlihat bahwa siswa

yang telah mencapai kriteria KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) 64 sebanyak 4

siswa dari 16 siswa sehingga perlu diadakan peningkatan KKM melalui

pembelajaran yang menarik data nilai terlampir dilampiran hal 142.

Menurut Degeng dalam (Sugiyanto 2008:1) daya tarik suatu mata

pelajaran dalam pembelajaran ditentukan oleh dua hal , pertama, oleh mata

pelajaran itu sendiri, kedua, oleh cara mengajar guru. Oleh karena itu tugas

professional guru adalah menjadikan pelajaran yang diajarkan menjadi menarik,

yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi bermakna.

Untuk menjadikan siswa tertarik pada suatu mata pelajaran, maka guru

harus pandai-pandai mengelola kelas, dan menerapkan metode belajar yang sesuai

dengan kondisi kelasnya. Suatu metode belajar yang sudah seringkali digunakan

adalah diskusi kelompok kecil. Namun, metode diskusi kelompok kecil ini belum

mampu meningkatkan prestasi belajar matematika. Hal ini disebabkan karena

metode diskusi kelompok kecil yang digunakan masih bersifat tradisional yang

masih didominasi oleh kelompok siswa pandai dan aktif sedangkan kelompok

siswa kurang pandai dan tidak aktif cenderung memperoleh hasil diskusi serta

nilai tanpa melakukan apa-apa dalam diskusi kelompok tersebut, sehingga siswa

masih merasa kurang tertarik dengan matematika.

Melihat kondisi ini penulis tertarik untuk dapat meningkatkan

penguasaan bangun datar pada pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division ).

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dipilih karena model pembelajaran ini

dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan paling langsung dari

(14)

commit to user

metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert Slavin dari Universitas

John Hopkins.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD adalah peserta didik membentuk tim yang masing-masing anggotanya 4-5

kelompok. Setiap tim menggunakan lembar kerja dan kemudian tanya jawab atau

diskusi untuk saling membantu. Secara periodik guru memantau perkembangan

tim atau individu. Tim atau individu yang telah mencapai kriteria tertentu diberi

penghargaan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul

Peningkatan Penguasaan Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngreco 05 Tahun Pelajaran

2010/2011.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan

sebagai berikut :

1. Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan penguasaan bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri

Ngreco 05 Tahun Pelajaran 2011 ?

2. Hambatan apakah yang dihadapi guru dalam menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD di SD Negeri Ngreco 05 ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan penguasaan bangun datar melalui penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STADpada siswa kelas V SD Negeri Ngreco 05

Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011.

2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi guru dalam menerapkan model

(15)

commit to user D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dan masukan bagi penelitian yang sejenis serta dapat dijadikan

bahan referensi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru

1) Guru memperoleh wawasan yang luas dalam mengembangkan materi

bangun datar.

2) Sebagai bahan perbaikan pembelajaran yang dikelolanya, sehingga

proses dan hasil dari pembelajaran mengalami peningkatan.

3) Sebagai wahana meningkatnya profesionalitas guru.

b. Bagi peserta didik

1) Meningkatnya penguasaan materi sifat-sifat bangun datar.

2) Meningkatnya prestasi belajar.

3) Tumbuhnya rasa percaya diri peserta didik.

c. Bagi sekolah

1) Meningkatnya mutu kualitas pembelajaran.

2) Berkembangnya ilmu pengetahuan sesuai dengan tuntutan zaman.

3) Sebagai pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang akan

(16)

commit to user

1. Tinjauan Penguasaan Bangun Datar Dalam Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi reinvention

(penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara

penyelesaian secara informal setelah pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan

tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang mengetahui sebelumnya,

tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan suatu hal yang baru dan

berarti.

a. Pengertian Penguasaan Bangun Datar

Penguasaan pembelajaran sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa

besar tingkat kemajuan prestasi belajar peserta didik. Penguasaan dalam bahasa

Inggris berarti mastery. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:468)

penguasaan adalah proses, cara, perbuatan, menguasai atau menguasakan.

Kurangnya penguasaan konsep suatu materi pelajaran merupakan

dampak dari kurang tepatnya metode yang digunakan guru dalam penyampaian

materi pelajaran. Salah satu materi yang dipelajari dalam matematika adalah

bangun datar. Bangun datar perlu dipelajari dalam matematika sebelum

mempelajari bangun ruang, karena bangun datar adalah materi dasar sebelum

siswa dapat mempelajari bangun ruang. Dalam bangun datar dipelajari tentang

sifat-sifat bangun datar serta manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Lusia Tri Astuti (2009:129) “Bangun datar adalah bangun

geometri yang seluruh bagiannya terletak pada satu bidang”. Sedangkan

pengertian bangun datar menurut RJ. Sunarjo (2007:277) adalah bangun yang

seluruh bagiannya terletak pada bidang (permukaan) datar. Bangun datar disebut

juga bangun 2 dimensi”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat ditegaskan bahwa bangun datar

merupakan bangun geometri dua dimensi yang dibatasi oleh garis lurus atau

(17)

commit to user

Jadi penguasaan bangun datar adalah suatu proses menguasai/memahami

bangun geometri dua dimensi yang meliputi bangun persegi, persegi panjang,

segitiga, belah ketupat, layang-layang, jajar genjang, trapesium, dan lingkaran.

b. Fase-fase Pembelajaran Bangun Datar

Menurut Van Hiele dalam Nyimas Aisyah 2007:49, fase-fase

pembelajaran geometri bangun datar adalah sebagai berikut :

1) Fase informasi

Pada awal tingkat ini, guru dan siswa menggunakan tanya-jawab dan kegiatan tentang objek-objek yang dipelajari dalam tahap berpikir siswa. 2) Fase Orientasi

Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat yang dengan cermat telah disiapkan oleh guru.

3) Fase Penjelasan

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi. Di samping itu, untuk membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat, guru memberi bantua sesedikit mungkin.

4) Fase Orientasi Bebas

Siswa menghadapi tugas-tugas yang lebih kompleks berupa tugas yang memerlukan banyak langkah, tugas yang dilengkapi dengan bamyak cara, dan tugas yang open-ended.

5) Fase Integrasi

Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari.

Berdasarkan pendapat di atas, untuk mempelajari bangun datar perlu

memperhatikan fase-fase pembelajaran bangun datar. Hal ini bertujuan agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai harapan guru, kelima fase pembelajaran

itu dimulai dari fase informasi. Pada fase ini guru dan siswa saling bertanya jawab

untruk mengetahui seberapa jauh tingkat kemampuan siswa. Kemudian pada fase

orientasi, guru menyiapkan alat yang dapat membantu siswa menggali informasi

mengenai topik yang akan dipelajari.

Setelah fase orientasi, adalah fase penjelasan. Pada fase ini siswa

menyatakan pandangannya mengenai bahan yang diobservasi. Kemudian guru

memberikan latihan-latihan yang membutuhkan banyak cara pada fase orientasi

bebas. Fase yang terakhir yaitu fase integrasi, pada fase ini siswa meringkas

hal-hal yang telah dipelajari. Pada tahap ini pila siswa siap untuk mengulangi

(18)

commit to user c. Jenis bangun datar dan sifat-sifatnya

Materi bangun datar yang terdapat di kelas V semester II Sekolah Dasar

terdiri atas persegi panjang, persegi, segitiga, trapesium, jajar genjang, belah

ketupat, layang-layang, dan lingkaran (Lusia Tri Astuti, 2009:129-142) Uraian

lebih lanjut tentang sifat-sifat bangun datar disarikan, sebagai berikut:

1) Persegi panjang panjang mempunyai dua pasang sisi yang sama panjang dan

4 sudut yang sama besar, yaitu sudut siku-siku (90°). Diagonalnya sama

panjang.

2) Persegi mempunyai 4 sisi sama panjang, 4 sudut sama besar (90°) yaitu sudut

siku-siku, dan mempunyai 2 pasang sisi saling sejajar yang berhadapan.

3) Segitiga mempunyai berbagai jenis, yaitu segitiga sama sisi, segitiga sama

kaki, segitiga siku-siku, segitiga sembarang, dan segitiga lancip. Segitiga

memiliki 3 sudut dan 3 buah sisi. Semua 3 sudut segitiga jika dijumlahkan

adalah 180°.

4) Trapesium mempunyai 3 jenis, yaitu trapesium siku-siku, trapesium sama

kaki, dan trapesium sembarang. Trapesium memiliki 4 buah sisi dan 4 buah

sudut.

5) Jajar Genjang mempunyai sisi yang berhadapan sejajar sama panjang,

sudut-sudut yang berhadapan sama besar, kedua diagonalnya berpotongan saling

membagi dua sama panjang, dan jumlah sudut-sudut yang berdekatan 180°.

6) Belah ketupat mempunyai sisi yang sama panjang, kedua diagonalnya

merupakan sumbu simetri, sudut yang berhadapan sama besar, dan

diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.

7) Layang-layang mempunyai satu sumbu simetri, memiliki dua pasang sisi

yang sama panjang, dan terdapat sepasang sudut yang berhadapan yang sama

besar.

8) Lingkaran mempunyai sebuah titik pusat, memiliki garis tengah yang

panjangnya dua kali jari-jari, dan sumbu simetri yang tidak terhingga

(19)

commit to user

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa macam-macam bangun

datar di antaranya persegi, persegi panjang, belah ketupat, segitiga, lingkaran,

jajar genjang dan layang-layang.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:29), materi bangun

datar masuk materi pelajaran kelas V pada semester II. Adapun Standar

Kompetensi materi ini adalah 6. Memahami sifat-sifat bangun datar dan bangun

ruang serta hubungan antarbangun. Sedangkan Kompetensi Dasarnya adalah 6. 1

mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar. Adapun materi bangun datar kelas V

khususnya tentang sifat-sifat bangun datar.

d. Sifat-sifat Bangun Datar

Bangun datar masing-masing memiliki sifat serta ciri yang berbeda. Hal

ini menjadikan orang lebih mudah mengenal bangun datar dari sifat-sifat yang

dimiliki oleh masing-masing bangun datar tersebut. Menurut RJ. Sunarjo

(2007:236-239 ), sifat-sifat bangun datar adalah sebagai berikut :

1) Persegi Panjang

Persegi panjang merupakan bangun datar yang terbentu dari empat sisi.

Sisi yang berhadapan sama panjang. Keempat sudutnya berbentuk siku-siku.

Sifat-sifat bangun persegi panjang :

a) Mempunyai empat sisi terdiri atas 2 sisi panjang dan 2 sisi lebar

b) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang

c) Mempunyai empat sudut berbentuk siku-siku/ besarnya 90˚. Perhatikan gambar di bawah ini :

D C

A B

(20)

commit to user

Kedua diagonal saling memotong sama panjang yaitu diagonal AC dan BD. Δ AOB = Δ DOC, Δ AOD = Δ BOC.

2) Segitiga

Segitiga adalah bangun datar yang terbentuk dari 3 buah ruas garis yang

berpotongan membentuk sudut. Ruas garis pada segitiga disebut sisi. Jumlah ketiga sudut segitiga adalah 180˚. Segitiga biasa dilambangkan dengan Δ. Berdasarkan sisi dan sudutnya, terdapat 4 jenis segitiga yaitu:

a) Berdasarkan sisinya :

(1) Segitiga sama sisi

C

A B

Sifat-sifat segitiga sama sisi :

(a) Memiliki 3 ruas garis: AB, BC dan AC.

(b) Sisi-sisinya/ketiga ruas garisnya sama panjang: AB = BC = CA

(c) Memiliki 3 sudut yang sama besar: A = B = C. Masing-masing

sudut besarnya 60°. Jadi, A = 60°, B = 60°, C = 60°.

(d) Memiliki 2 macam ukuran alas dan tinggi.

(2) Segitiga sama kaki

Sifat-sifat segitiga sama kaki :

(a) Memiliki 3 buah ruas garis: AB, BC, dan AC

(b) 2 sisinya/ruas garis sama panjang: AC = BC

(c) Memiliki dua ukuran alas dan tinggi.

(21)

commit to user C

A B

(3) Segitiga siku-siku

C

A B

Sifat-sifat segitiga siku-siku sembarang :

(a) Memiliki 3 buah ruas garis: AB, BC, dan AC

(b) Sisi-sisinya tidak sama panjang: AB ≠ BC ≠ CA

(c) Salah satu sudutnya siku-siku: A = 90°, B ≠ C

Keterangan: ≠ dibaca tidak sama dengan. dibaca sudut.

(4) Segitiga Sembarang

C

A

B

Sifat-sifat segitiga sembarang :

(1) Sisi-sisinya tidak sama panjang: AB ≠ BC ≠ CD

(22)

commit to user

Dalam pengenalan bentuk segitiga dapat dilakukan membagi dua bangun

persegi atau persegi panjang secara diagonal. Dari sebuah persegi atau persegi

panjang inilah akan terbentuk dua buah segitiga seperti peda gambar di bawah ini:

Persegi panjang Persegi

b) Berdasarkan sudutnya segitiga ada 3 macam, yaitu segitiga siku-siku, segitiga

lancip dan segitiga tumpul. Contoh segitiga yang memiliki sudut siku-siku,

tumpul dan lancip adalah sebagai berikut :

(1) Segitiga siku-siku

Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya 90°.

C

A B

(2) Segitiga Tumpul

Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya lebih dari 90°.

C

A

B

(3) Segitiga Lancip

(23)

commit to user C

A B

3) Persegi

D C

A B

Persegi adalah bangun datar yang keempat sisinya sama, dan keempat

sudutnya siku-siku.

Sifat-sifat persegi :

a) Memiliki 4 buah sisi yang sama panjang: AB = BC = CD = DA

b) Sudutnya sama besar: A = B = C = D = 90°.

4) Trapesium

Trapesium adalah bangun segi empat yang mempunyai sisi sejajar. Sifat

bangun trapesium sesuai dengan jenisnya.

a) Trapesium Sembarang

S R

P Q

(24)

commit to user Sifat-sifat trapesium sembarang :

(1) Memiliki 2 sisi yang sejajar: PQ sejajar SR

(2) Masing-masing sisinya/ruas garisnya tidak sama panjang: PS ≠ SR ≠ RQ ≠

PQ

(3) Sudutnya juga tidak sama besar: P ≠ Q ≠ R ≠ S.

b) Trapesium Sama kaki

S R

P Q

Sifat-sifat trapesium sama kaki :

(1) Memiliki 2 sisi yang sejajar: PQ sejajar SR

(2) Memiliki sepasang sisi yang sama panjang: PS = RQ dan PQ ≠ SR

(3) Memiliki 2 pasang sudut yang sama besar: P = Q, S = R

c) Trapesium siku-siku

S R

P Q

Sifat-sifat trapesium siku-siku :

(1) Memiliki 2 sisi yang sejajar: PQ sejajar SR

(2) Masing-masing sisinya tidak sama panjang: PS ≠ SR ≠ RQ ≠ PQ

(3) Sudut: P = S = 90°

5) Jajar Genjang

Jajargenjang adalah bangun datar segi empat dengan sisi-sisinya yang

(25)

commit to user

N M

K L

Sifat-sifat bangun jajar genjang :

a) Memiliki 4 buah ruas garis: KL, LM, MN, dan KN

b) Sisi KL sejajar MN, KL = LM

KN sejajar LM, KN = LM

c) Sudut : K = M dan N = L

d) Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang.

e) Memiliki 2 macam ukuran alas dan tinggi.

6) Lingkaran

Lingkaran adalah bangun datar yang jarak semua titik pada lingkaran

dengan titik pusat (P) sama panjang.

B A

Keterangan :

a) P : titik pusat lingkaran

b) BA : garis tengah lingkaran (diameter, d)

c) PA = PB : radius (r) atau jari-jari lingkaran

Selain titik pusat, diameter dan jari-jari lingkaranpun memiliki

unsur-unsur yang lain. Perhatikan kembali gambar berikut ini:

r

.

P

(26)

commit to user P

A B

C

D

 CD disebut tali busur.

 Sisi lengkung CD disebut busur.

 Daerah yang dibatasi oleh tali busur CD dan busur CD disebut tembereng.  Daerah yang dibatasi oleh jari-jari OB dan jari-jari OP serta busur PB

disebut juring.

7) Belah Ketupat

Belah ketupat merupakan bangun datar segi empat, yang keempat

sisisnya sama dan sudut-sudut yang berhadapan sama besar.

D C

A B

Sifat-sifat belah ketupat :

a) Memilki 4 buah sisi/ruas yang sama panjang: AB = BC = CD = DA.

b) Dua buah ruas garis yang berhadapan sama panjang: AB=DC, AD=BC

c) Memiliki dua macam ukuran diagonal 1 dan diagonal 2

d) Memiliki 2 buah sudut lancip: A = C

e) Memiliki 2 buah sudut tumpul: B = D

Belah ketupat disebut juga jajargenjang yang semua sisinya sama panjang.

8) Layang-layang

Sifat layang-layang :

(27)

commit to user

b) Sisi yang berhadapan sama panjang: AB = AD, BC = CD

c) Memiliki 2 pasang sudut yang sama besar yaitu sudut tumpul dan sudut

lancip: B = D, A = C

d) Memiliki 2 macam ukuran diagonal 1 dan diagonal 2.

C

B D

d1

d2

A

9) Elips

a

b

Bangun datar seperti pada gambar diatas disebut elips. Garis a dan b

merupakan sumbu simetri (sumbu lipat). Garis a dan b berpotongan tegak lurus

(saling membentuk sudut 90°).

Sifat-sifat Elips:

a) memiliki sumbu sumetri lipat/ sumbu simetri yang terbentuk dari garis a

dan b.

(28)

commit to user e. Pengertian Belajar

Ada isu yang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata

mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk

informasi/ materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan

segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali

secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau

yang diajarkan oleh guru di kelas.

Dalam buku The Psychology of Learning and Memory (1978), Hintzman

dalam Muhibbin Syah, 2009:65 dinyatakan bahwa “ Learning is a change in

organism due to experience which can affect the organism’s behavior”. Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan,

disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme

tersebut.

Slameto (2003: 2) mendifinisikan “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.”

Alex Sobur (2003:221) berpendapat bahwa : “Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, dan perubahan itu bisa mengarah pada tingkah laku yang

lebih baik, akan tetapi juga ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk”.

Menurut Mulyono Abdurrahman (2003:28) “Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan antara

pendapat ahli yang satu dengan yang lain terdapat kesamaan yang saling

mendukung bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses

mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu dan lingkungan yang

diarahkan pada suatu tujuan sehingga membawa perubahan pada tingkah laku

(29)

commit to user f. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran yang dirumuskan dalam pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Gagne dan Bringgs dalam Nyimas Aisyah (2007:1-3) mendefinisikan pembelajaran sebagai “seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya internal”.

Menurut Corey dalam Nyimas Aisyah (2007:1-3) pembelajaran adalah “suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi

khusus atau menghasilkan respon dan terhadap situasi tertentu, pembelajaran

merupakan subjek khusus dalam pendidikan.”

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta

dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian

yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.

Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan

menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek

kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta

keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi

kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan

pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian pembelajaran di atas,

pembelajaran adalah proses yang sengaja dikelola untuk mendorong peserta didik

menghasilkan respon belajar secara aktif dan berinteraksi dalam situasi tertentu.

g. Pengertian Matematika

Istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique

(Prancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau mathematick/ wikunde

(Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica, yang mulanya diambil dari

perkataan Yunani, mathematike, yang berarti “relating to learning”. Perkataan itu

(30)

commit to user

mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lain yang serupa, yaitu

mathanein yang mengandung arti belajar (berfikir).

Menurut Johnson dan Rising (Winataputra,1992:120) dalam bukunya mengatakan bahwa “matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah

yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada bunyi”.

Reys,dkk (Winataputra,1992:120) berpendapat bahwa “matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat”.

James dan James dalam Winataputra (1992:120) didalam kamus matematikanya mengatakan bahwa “matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep berhubungan lainnya

dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka peneliti dapat mengambil

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Matematika adalah ilmu tentang

logika, bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep aljabar, geometri, kalkulasi

penalaran logik dan berhubungan dengan bidang studi lain.

h. Pembelajaran matematika

Pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah dimaksudkan

sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar

matematika di sekolah.

Menurut Nyimas Aisyah (2007:1.4) Pembelajaran Matematika adalah

guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang

selanjutnya disebut proses pembelajaran, siswa sebagai pelaksanaan kegiatan

belajar, dan matematika sekolah sebagai obyek yang dipelajari.

Bruner dalam Nyimas Aisyah (2007:1.5) Pembelajaran Matematika

(31)

struktur-commit to user

struktur matematika yang terdapat di dalam materi, serta mencari hubungan antara

konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan

suasana yang memungkinkan siswa mempelajari hubungan antara konsep-konsep

dan struktur- struktur matematika.

Brunner dalam Nyimas Aisyiah (2007:5) menyatakan, bahwa dalam

belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu : (1) Enaktif, (2) Ikonik, (3) Simbolik.

1) Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara

langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek.

2) Ikonik

Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman yang

dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginary),

gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret

pada tahap Enaktif.

3) Simbolik

Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau

lambang-lambang objek tertentu.

Pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari konkrit ke

abstrak dan dari sederhana ke kompleks. Salah satu upaya yang dilakukan oleh

guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

karena dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat

terjadi proses saling membantu diantara anggota-anggota kelompok untuk

memahami konsep-konsep matematika dan memecahkan masalah matematika

dengan kelompoknya. Sedangkan penggunaan media dalam pembelajaran

matematika sangat menunjang, karena dengan menggunakan media pembelajaran

siswa lebih mudah memahami konsep matematika yang abstrak.

Untuk itu perlu dikembangkannya proses belajar matematika yang

menyenangkan, memperhatikan keinginan siswa, membangun pengetahuan dari

(32)

commit to user

belajar, memberikan kegiatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran,

memberikan kegiatan yang menantang, memberikan kegiatan yang memberi

harapan keberhasilan, menghargai setiap pencapaian siswa.

Berdasarkan uraian di atas, untuk mempelajari matematika diperlukan

peranan guru, kemampuan memilih metode pembelajaran yang tepat agar siswa

merasa nyaman, dan mudah serta aktif dan senang belajar matematika. Metode

pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan matematika dapat merangsang siswa

untuk aktif dan senang dalam mengikuti pelajaran matematika yang selama ini

berkesan menakutkan dan membosankan. Sedangkan penggunaan media

pembelajaran yang baik dan sesuai dengan materi pelajaran, khususnya

matematika dapat menumbuh kembangkan keaktifan dan kreatifitas siswa selama

mengikuti pelajaran. Pembelajaran yang selama ini berkesan monoton dan

membosankan akan berubah menjadi pembelajaran yang menyenangkan.

i. Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan pembelajaran matematika sekolah, khususnya di Sekolah Dasar

(SD) atau Madrasah Ibtidiyah (MI) agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media yang lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (Nyimas Aisyah, 2007:1-4)

Berdasarkan tujuan matematika di atas, tujuan pembelajaran matematika

(33)

commit to user

khususnya matematika untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan

matematika dalam kehidupan sehari-hari serta mengembangkan pengetahuan

dasar matematika agar dapat berguna dan digunakan sebagai bekal belajar di

tingkat lebih tinggi.

j. Fungsi Pembelajaran Matematika

Fungsi Matematika adalah untuk mengembangkan kemampuan

berkomunikasi dengan menggunakan simbol dan bilangan serta mengembangkan

ketajaman penilaian yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan

dalam kehidupan sehari-hari (Asep Jihad, 2008:153).

Menurut Cockroft yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003:253). Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : 1) selalu digunakan dalam segi kehidupan, 2) semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai, 3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, 4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, 5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran, keruangan dan fungsi memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Berdasarkan uraian tersebut, bahwa fungsi pembelajaran matematika

adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan,

menggunakan matematika dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan

dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, siswa diharapkan dapat berpikir

cermat, kritis, efektif namun tetap logis.

2. Tinjauan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana

siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan

berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja

sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar

(34)

commit to user

penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa

fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau

kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam

individu tersebut. Implikasi dari teori vigotsky dikehendakinya susunan kelas

berbentuk kooperatif.

Model Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran

langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif

untuk rnengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat

bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep konsep yang

sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur

penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar

akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam

banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa siswa

yang ingin menonjol secara akademis. Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha

untuk mengubah norma ini rnelalui penggunaan pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang lebih

menekankan pada kegiatan belajar siswa secara bersama dalam suatu kelompok

sehingga terjadi interaksi antar siswa dalam kelompoknya untuk memecahkan

masalah belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Slavin (2008 : 4) bahwa “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana siswa akan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”. Pengelompokan siswa didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu,

kebanyakan melibatkan siswa yang berbeda-beda menurut kemampuan, jenis

kelamin dan ras (suku).

Menurut Sugiyanto (2009:37) “Pembelajaran kooperatif (Cooperative

Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan

(35)

commit to user

Johnson dalam Isjoni (2009:16) mengemukakan “cooperative learning is the instructional use of small groups that allows students to work together to

maximize their own and each other as learning”. Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

anggota lainnya dalam kelompok itu.

Elin Rosalin (2008:111) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif

adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama

saling membantu menyelesaikan persoalan atau inkuiri.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) mengandung pengertian sebagai

suatu sikap atau perilaku bersama dalam pembelajaran atau membantu di antara

sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari

dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan belajar dimana keberhasilan kerja

sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Cooperative Learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama

dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.

Menurut Lundgren dalam Isjoni (2009:46) keterampilan-keterampilan

kooperatif antara lain :

Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi: 1) menggunakan kesepakatan; 2) menghargai kontribusi; 3) mengambil giliran dan berbagi tugas; 4) berada dalam kelompok; 5) berada dalam tugas; 6) mendorong partisipasi; 7) mengundang orang lain untuk berbicara; 8) menyelesaikan tugas pada waktunya; dan 9) menghormati perbedaan individu.

Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi: 1) menunjukkan penghargaan dan simpati; 2) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima; 3) mendengarkan dengan aktif; 4) bertanya; 5) membuat ringkasan; 6) menafsirkan; 7) mengatur dan mengorganisir; 8) menerima, tanggung jawab; 9) mengurangi ketegangan.

Keterampilan kooperatif tingkat mahir meliputi: 1) mengelaborasi; 2) memeriksa dengan cermat; 3) menanyakan kebenaran; 4) menetapkan tujuan; 5) berkompromi.

Jadi model pembelajaran kooperatif mempunyai 3 komponen yaitu

keterampilan yaitu keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan

tingkat mahir. Masing-masing dari keterampilan tersebut memiliki tahap-tahapan

(36)

commit to user

b. Elemen-elemen Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie dalam Sugiyanto 2008:38, elemen-elemen yang perlu

ditanamkan pada diri siswa agar model pembelajaran kooperatif lebih efektif

adalah sebagai berikut: “1) Saling ketergantungan positif, 2) Interaksi tatap muka, 3) Akuntabilitas individu, 4) Keterampilan menjalin hubungan”.

Elemen-elemen tersebut dijelaskan pada siswa agar tercipta

ketergantungan yang positif baik dari guru maupun siswa. Dalam hal ini guru

menciptakan suasana yang mendorong siswa agar saling membutuhkan satu sama

lain. Adanya interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam

kelompok sehingga mereka dapat saling bertukar pendapat. Penilaian kelompok

yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara

individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual. Sedangkan

Keterampilan yang dapat menjalin hubungan sosial meliputi: tenggang rasa, sopan

dengan teman, mengkritik ide bukan mengkritik teman, berpikir logis, mandiri,

dan tidak mendominasi teman.

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk

meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap

kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama siswa yang

berbeda latar belakangnya. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai

tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan

dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar

sekolah.

Menurut Isjoni (2009:21) tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah “agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada

orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok”.

(37)

commit to user

melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk menccapai tujuan bersama”. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, maka siswa

akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang

akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Model pembelajaran kooperatif sendiri dikembangkan untuk mencapai

beberapa tujuan pembelajaran yang dirangkum Ibrahim dalam Isjoni (2009:27)

adalah:

1) Hasil belajar akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu.

3) Pengembangan keterampilan sosial.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dalam penerapan

model kooperatif adalah agar peserta didik memperoleh pengetahuan dari sesama

temannya dengan pendapat masing-masing siswa dalam kelompok.

d. Model-Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi

model yang diterapkan (Sugiyanto, 2009:44) model tersebut adalah:

1) Student Team Achievement Division (STAD)

STAD adalah salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya

aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling

membantu dalam menguasai materi pelajaran. Menurut Sugiyanto (2008:42)

STAD merupakan metode yang paling sederhana dan paling langsung dari

pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini digunakan untuk mengajarkan

materi informasi akademik baru kepada siswa baik melalui penyajian verbal

maupun tertulis.

Pada proses pembelajarannya, model kooperatif tipe STAD melalui lima

langkah yaitu: a) penyajian materi b) kegiatan kelompok c) tes individual d)

perhitungan skor perkembangan individu e) pemberian penghargaan kelompok

(38)

commit to user

2) Jigsaw

Jigsaw merupakan teknik pembelajaran yang memungkinkan guru

memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa dalam

mengaktifkan skemata agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Model jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap siswa yang

memungkinkan siswa mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman,

membaca maupunketerampilan kelompok untuk belajar bersama.

3) Group Investigation (GI)

Pada model ini siswa dibagi dalam kelompok yang dibentuk berdasarkan

pada perkawanan atau berdasarkan keterkaitan sebuah materi. Metode GI

menuntut siswa untuk dapat memiliki kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi maupun keterampilan proses memiliki kelompok (group process

skills).

Pelaksanaan pembelajarannya yakni: siswa memilih subtopik yang akan

dipelajari dan topik biasanya ditentukan oleh guru, selanjutnya siswa dan guru

merencanakan tujuan, langkah-langkah belajar dan materi yang dipilih. Kemudian

siswa belajar dengan berbagai sumber, setelah pembelajaran selesai siswa

menganalisis, menyimpulkan, dan membuat kesimpulan untuk mempresentasikan

hasil belajar mereka di depan kelas.

4) Metode Struktural

Meskipun memiliki kesamaan dengan metode lainnya, metode struktural

menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi

pola-pola interaksi siswa. Struktur-struktur Kagan ini menghendaki agar siswa

bekerja sama saling bergantung dalam kelompok-kelompok kecil secara

kooperatif. Beberapa teknik dari metode struktural antara lain : mencari

pasangan, bertukar pasangan, berkirim soal.

e. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Model

Pembelajaran Konvensional.

Dalam pembelajaran konvensional atau pembelajaran tradisional juga

(39)

commit to user

antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar

konvensional/tradisional, yaitu:

Tabel1

Perbedaan Kelompok Belajar Model Pembelajaran Kooperatif dan Kelompok Belajar Model Pembelajaran Konvensional.

Kelompok belajar model pembelajaran kooperatif

Kelompok belajar model pembelajaran konvensional

1. Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok 2. Adanya akuntabilitas individual

yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok

Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan yang lain hanya pasif saja

3. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademis, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya

Kelompok belajar biasanya heterogen

4. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir agar setiap anggota kelompok mendapat pengalaman

Pimpinan kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing

5. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, berkomunikasi, dan mengelola konflik secara langsung

Keterampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung

6. Pada saat belajar kooperatif berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama kelompok

Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung

7. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal

Penekanan sering hanya pada terselesainya tugas

f. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Metode pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division)

(40)

commit to user

adalah salah satu metode dari pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh

Slavin. Metode pembelajaran ini merupakan teori belajar konstruktivisme yang

berdasarkan pada teori belajar kognitif. Dalam hal ini guru berperan sebagai

fasilitator belajar dan betugas menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi

peserta didik, sedangkan peserta didik bekerja sama dalam kelompoknya dalam

memecahkan masalah.

Slavin (1995:71) “STAD is one of the simplest of all cooperative learning

methods, and is a good model to begin with for teachers who are new to the

cooperative approach”. Menurut Slavin STAD adalah metode pembelajaran yang

sederhana, model pendekatan ini juga sangat bagus digunakan untuk guru yang

masih baru/ pemula.

Cucu Suhana (2009:44) berpendapat bahwa “STAD ( Student Teams

Achievement Divisions ) merupakan model pembelajaran kooperatif dengan

menggunakan kelompok kecil”.

Pengertian STAD yang lain adalah salah satu model pembelajaran

kooperatif dengan sintaks : pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang),

diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolaboratif, sajian-presentasi

kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individu dan buat skor

perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan

berikan reward. (Elin Rosalin, 2008:118)

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa STAD adalah

model pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif untuk

mencapai tujuan bersama.

g. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Sugiyanto (2009:44) menyatakan bahwa, “para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa”.

Dalam metode STAD terdapat beberapa langkah yaitu :

(41)

commit to user

2) Tiap anggota tim menggunakan lemmbar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.

3) Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu sekali guru mengevaluasi untuk menguasai penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.

4) Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang merai prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria atau standar tertentu.

(Sugiyanto, 2009:44-45)

Slavin dalam Isjoni 2009:51, pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri

dari lima tahapan utama sebagai berikut;” 1) tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap perhitungan skor perkembangan individu, 5) tahap pemberian penghargaan kelompok”.

Tahap penyajian materi guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan

dipelajari. Kemudian siswa diberikan lembar tugas yang akan diselesaikan

bersama kelompoknya pada tahap kegiatan kelompok. setelah itu diadakan tes

individu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang telah dicapai.

Tahap pemberian penghargaan kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan

masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai dengan

jumlah anggota kelompok.

Menurut Ibrahim dalam Trianto 2007: 54, langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif tipe STAD didasarkan pada langkah-langkah kooperatif

(42)

commit to user Tabel 2

Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yangingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2

Menyajikan/menyampaikan informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam

kelompok-kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar

melakukan transisi secara efisien. Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan

belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase5 Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan/masing-masing

kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya. Fase 6

Memberikan penghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Pada perhitungan skor perkembangan individu dalam tim dan ketentuan

penghargaan dalam kelompok dapat dihitung dengan menggunakan tabel 3 dan

(43)

commit to user Tabel 3

Ketentuan Skor Perkembangan pada Evaluasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

5 Nilai sempurna ( tidak berdasarkan skor awal). 40 poin (Isjoni 2010 : 53)

Tabel 4

Ketentuan Penghargaan Kelompok pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Skor rata-rata tim Penghargaan

Kelompok dengan skor rata-rata 15 poin Tim baik

Kelompok dengan skor rata-rata 20 poin Tim hebat

Kelompok dengan skor rata-rata 25 poin Tim super

(Isjoni 2010 : 54)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan antara pendapat ahli yang

satu dengan yang lain terdapat kesamaan bahwa Pembelajaran kooperatif tipe

STAD memiliki tahapan/langkah-langkah, yaitu : penyajian materi, dibentuk kerja

kelompok, diadakan tes individu, penghitungan skor kelompok, dan pemberian

penghargaan kelompok.

Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan menarik bagi

siswa, seperti halnya model pembelajaran koopertaif tipe STAD dapat

memaksimalkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan penguasaan

materi bangun datar sehingga prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Selain

itu, pemilihan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan dalam

pembelajaran bangun datar karena STAD merupakan salah satu metode dalam

(44)

commit to user

digunakan oleh guru yang baru pertama kali akan menggunakan model

pembelajaran kooperatif.

h. Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Setiap metode pembelajaran tidak ada yang sempurna. Masing- masing

memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan dari metode STAD

antara lain : 1) Siswa dan guru mendapatkan kemudahan untuk memahami materi

pelajaran; 2) Siswa secara kooperatif dapat menyelesaikan pokok-pokok materi

yang dipelajari; 3) Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan adanya

kerja sama semua unsur yang ada dalam kelas; 4) Siswa dapat meningkatkan

kemampuannya dalam berdiskusi dan menyelesaikan tugas.

Beberapa kelemahan dari metode STAD adalah; 1) Apabila ada siswa

yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya, maka siswa tersebut kurang bisa

bekerjasama dalam memahami materi; 2) Ada siswa yang kurang memanfaatkan

waktu sebaik-baiknya dalam kelompok belajar; 3) Apabila ada anggota kelompok

malas, maka usaha kelompok dalam memahami materi maupun untuk

memperoleh penghargaan kelompok tidak berjalan sebagai mana mestinya.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian Nita Praniyati 2009/2010 dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions

(STAD) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menghitung Pecahan Pada Siswa

Kelas V SDN 01 Macanan Tahun Pelajaran 2009/2010”. Hasil dari penelitian ini adalah Prosentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I menunjukkan

angka sebesar 63,33% (19 siswa dari jumlah 30 siswa tuntas dalam

belajarnya) dan pada siklus II prosentase ketuntasan sebesar 80% (24 siswa

dari jumlah 30 siswa tuntas dalam belajarnya. Dengan demikian terdapat

peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II.

(45)

commit to user

Musuk Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010”. Hasil penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan

kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika. Hal ini terbukti pada hasil

kuis siklus I 73,33% siswa mencapai nilai KKM (65), sedangkan siklus II

ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 86,67%.

C. Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal, penguasaan bangun datar siswa rendah pada

pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan guru masih menggunakan cara

mengajar yang konvensional dan apabila menggunakan metode diskusi, guru

masih menerapkan diskusi kelompok konvensional-tradisional pada saat

pembelajaran matematika pokok bahasan bangun datar. Pemilihan metode yang

tepat dapat meningkatkan penguasaan bangun datar pada pembelajaran

matematika.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk penguasaan bangun datar

pada pembelajaran matematika adalah dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD sendiri merupakan

pembelajaran yang memandang keberhasilan individu diorientasikan dalam

keberhasilan kelompok. Dalam hal ini, siswa bekerja sama dalam mencapai

tujuan, dan siswa berusaha keras membantu dan mendorong pada

teman-temannya untuk bersama-sama berhasil dalam belajar. Siswa bekerja sama dalam

belajar dan bertanggung jawab atas pembelajaran yang dilakukan dalam

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model ini menekankan pada tujuan dan

keberhasilan kelompok yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok

mempelajari apa yang diajarkan.

Melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan siswa

akan tertarik sehingga dapat meningkatkan penguasaan bangun datar pada

pembelajaran matematika khususnya dalam sifat-sifat bangun datar.

Dari pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam

(46)

commit to user

Gambar Bagan 1. Kerangka Berfikir

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori dan kerangka berpikir di

atas, maka peneliti dapat merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan penguasaan bangun datar

pada siswa kelas V SDN Ngreco 05 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011. Kondisi Awal Belum diterapkan model

Gambar

gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret
Tabel1
Tabel 2
Tabel 4 Ketentuan Penghargaan Kelompok pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Plagiat.. Salah satu bisnis atau usaha yang juga merasakan ketatnya persaingan saat ini adalah bisnis layanan jasa transportasi seperti ojek online yaitu Go- jek. Persaingan

All music ensemble types discussed in the analysis that follows are multipurpose in character. None is solely connected with Muslim ceremonial contexts and this prob-

Area cagar budaya memiliki keterikatan yang sangat jelas terhadap waktu, terutama berkaitan dengan aspek kesejarahannya, sehingga untuk menghadirkan objek yang ’abadi’,

Jalan Kolonel Wahid

[r]

[r]

Assuming that the expectations theory holds, what does the market expect the yield on 2-year Treasury securities to be five years from