• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif kontruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu

commit to user

penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implikasi dari teori vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk kooperatif.

Model Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk rnengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa siswa yang ingin menonjol secara akademis. Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini rnelalui penggunaan pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang lebih menekankan pada kegiatan belajar siswa secara bersama dalam suatu kelompok sehingga terjadi interaksi antar siswa dalam kelompoknya untuk memecahkan masalah belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Slavin (2008 : 4) bahwa “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana siswa akan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”. Pengelompokan siswa didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu, kebanyakan melibatkan siswa yang berbeda-beda menurut kemampuan, jenis kelamin dan ras (suku).

Menurut Sugiyanto (2009:37) “Pembelajaran kooperatif (Cooperative

Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan

kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.

commit to user

Johnson dalam Isjoni (2009:16) mengemukakan “cooperative learning is the instructional use of small groups that allows students to work together to

maximize their own and each other as learning”. Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu.

Elin Rosalin (2008:111) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu menyelesaikan persoalan atau inkuiri.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam pembelajaran atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan belajar dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Cooperative Learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama

dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.

Menurut Lundgren dalam Isjoni (2009:46) keterampilan-keterampilan kooperatif antara lain :

Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi: 1) menggunakan kesepakatan; 2) menghargai kontribusi; 3) mengambil giliran dan berbagi tugas; 4) berada dalam kelompok; 5) berada dalam tugas; 6) mendorong partisipasi; 7) mengundang orang lain untuk berbicara; 8) menyelesaikan tugas pada waktunya; dan 9) menghormati perbedaan individu.

Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi: 1) menunjukkan penghargaan dan simpati; 2) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima; 3) mendengarkan dengan aktif; 4) bertanya; 5) membuat ringkasan; 6) menafsirkan; 7) mengatur dan mengorganisir; 8) menerima, tanggung jawab; 9) mengurangi ketegangan.

Keterampilan kooperatif tingkat mahir meliputi: 1) mengelaborasi; 2) memeriksa dengan cermat; 3) menanyakan kebenaran; 4) menetapkan tujuan; 5) berkompromi.

Jadi model pembelajaran kooperatif mempunyai 3 komponen yaitu keterampilan yaitu keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir. Masing-masing dari keterampilan tersebut memiliki tahap-tahapan yang digunakan dalam pengajaran model kooperatif di kelas.

commit to user

b. Elemen-elemen Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie dalam Sugiyanto 2008:38, elemen-elemen yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar model pembelajaran kooperatif lebih efektif adalah sebagai berikut: “1) Saling ketergantungan positif, 2) Interaksi tatap muka, 3) Akuntabilitas individu, 4) Keterampilan menjalin hubungan”.

Elemen-elemen tersebut dijelaskan pada siswa agar tercipta ketergantungan yang positif baik dari guru maupun siswa. Dalam hal ini guru menciptakan suasana yang mendorong siswa agar saling membutuhkan satu sama lain. Adanya interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat saling bertukar pendapat. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual. Sedangkan Keterampilan yang dapat menjalin hubungan sosial meliputi: tenggang rasa, sopan dengan teman, mengkritik ide bukan mengkritik teman, berpikir logis, mandiri, dan tidak mendominasi teman.

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama siswa yang berbeda latar belakangnya. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Menurut Isjoni (2009:21) tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah “agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok”.

Eggen dan Kauchak dalam Trianto 2007:42, mengemukakan bahwa “pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang

commit to user

melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk menccapai tujuan bersama”. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Model pembelajaran kooperatif sendiri dikembangkan untuk mencapai beberapa tujuan pembelajaran yang dirangkum Ibrahim dalam Isjoni (2009:27) adalah:

1) Hasil belajar akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu. 3) Pengembangan keterampilan sosial.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dalam penerapan model kooperatif adalah agar peserta didik memperoleh pengetahuan dari sesama temannya dengan pendapat masing-masing siswa dalam kelompok.

d. Model-Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang diterapkan (Sugiyanto, 2009:44) model tersebut adalah:

1) Student Team Achievement Division (STAD)

STAD adalah salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran. Menurut Sugiyanto (2008:42) STAD merupakan metode yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini digunakan untuk mengajarkan materi informasi akademik baru kepada siswa baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.

Pada proses pembelajarannya, model kooperatif tipe STAD melalui lima langkah yaitu: a) penyajian materi b) kegiatan kelompok c) tes individual d) perhitungan skor perkembangan individu e) pemberian penghargaan kelompok (Slavin dalam Isjoni, 2009: 51).

commit to user

2) Jigsaw

Jigsaw merupakan teknik pembelajaran yang memungkinkan guru

memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa dalam mengaktifkan skemata agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Model jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap siswa yang memungkinkan siswa mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca maupunketerampilan kelompok untuk belajar bersama.

3) Group Investigation (GI)

Pada model ini siswa dibagi dalam kelompok yang dibentuk berdasarkan pada perkawanan atau berdasarkan keterkaitan sebuah materi. Metode GI menuntut siswa untuk dapat memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun keterampilan proses memiliki kelompok (group process

skills).

Pelaksanaan pembelajarannya yakni: siswa memilih subtopik yang akan dipelajari dan topik biasanya ditentukan oleh guru, selanjutnya siswa dan guru merencanakan tujuan, langkah-langkah belajar dan materi yang dipilih. Kemudian siswa belajar dengan berbagai sumber, setelah pembelajaran selesai siswa menganalisis, menyimpulkan, dan membuat kesimpulan untuk mempresentasikan hasil belajar mereka di depan kelas.

4) Metode Struktural

Meskipun memiliki kesamaan dengan metode lainnya, metode struktural menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Struktur-struktur Kagan ini menghendaki agar siswa bekerja sama saling bergantung dalam kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Beberapa teknik dari metode struktural antara lain : mencari pasangan, bertukar pasangan, berkirim soal.

e. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Model Pembelajaran Konvensional.

Dalam pembelajaran konvensional atau pembelajaran tradisional juga dikenal belajar kelompok (Sugiyanto, 2009:42). Namun ada beberapa perbedaan

commit to user

antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional/tradisional, yaitu:

Tabel1

Perbedaan Kelompok Belajar Model Pembelajaran Kooperatif dan Kelompok Belajar Model Pembelajaran Konvensional.

Kelompok belajar model

pembelajaran kooperatif

Kelompok belajar model

pembelajaran konvensional 1. Adanya saling ketergantungan

positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok 2. Adanya akuntabilitas individual

yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok

Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan yang lain hanya pasif saja

3. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademis, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya

Kelompok belajar biasanya heterogen

4. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir agar setiap anggota kelompok mendapat pengalaman

Pimpinan kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing

5. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, berkomunikasi, dan mengelola konflik secara langsung

Keterampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung

6. Pada saat belajar kooperatif berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama kelompok

Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung

7. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal

Penekanan sering hanya pada terselesainya tugas

f. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Metode pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division)

commit to user

adalah salah satu metode dari pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Slavin. Metode pembelajaran ini merupakan teori belajar konstruktivisme yang berdasarkan pada teori belajar kognitif. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator belajar dan betugas menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi peserta didik, sedangkan peserta didik bekerja sama dalam kelompoknya dalam memecahkan masalah.

Slavin (1995:71) “STAD is one of the simplest of all cooperative learning

methods, and is a good model to begin with for teachers who are new to the

cooperative approach”. Menurut Slavin STAD adalah metode pembelajaran yang

sederhana, model pendekatan ini juga sangat bagus digunakan untuk guru yang masih baru/ pemula.

Cucu Suhana (2009:44) berpendapat bahwa “STAD ( Student Teams

Achievement Divisions ) merupakan model pembelajaran kooperatif dengan

menggunakan kelompok kecil”.

Pengertian STAD yang lain adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan sintaks : pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolaboratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individu dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward. (Elin Rosalin, 2008:118)

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa STAD adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama.

g. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Sugiyanto (2009:44) menyatakan bahwa, “para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa”. Dalam metode STAD terdapat beberapa langkah yaitu :

1) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah).

commit to user

2) Tiap anggota tim menggunakan lemmbar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.

3) Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu sekali guru mengevaluasi untuk menguasai penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.

4) Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang merai prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria atau standar tertentu.

(Sugiyanto, 2009:44-45)

Slavin dalam Isjoni 2009:51, pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama sebagai berikut;” 1) tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap perhitungan skor perkembangan individu, 5) tahap pemberian penghargaan kelompok”.

Tahap penyajian materi guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Kemudian siswa diberikan lembar tugas yang akan diselesaikan bersama kelompoknya pada tahap kegiatan kelompok. setelah itu diadakan tes individu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang telah dicapai. Tahap pemberian penghargaan kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai dengan jumlah anggota kelompok.

Menurut Ibrahim dalam Trianto 2007: 54, langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase. Adapun Fase–fase dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD tersajikan dalam tabel 2 berikut ini:

commit to user Tabel 2

Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yangingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2

Menyajikan/menyampaikan informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam

kelompok-kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar

melakukan transisi secara efisien. Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan

belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase5 Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan/masing-masing

kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya. Fase 6

Memberikan penghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Pada perhitungan skor perkembangan individu dalam tim dan ketentuan penghargaan dalam kelompok dapat dihitung dengan menggunakan tabel 3 dan tabel 4 berikut:

commit to user Tabel 3

Ketentuan Skor Perkembangan pada Evaluasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

No Keterangan Skor

1 lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 5 poin 2 10 poin sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin 3 Skor awal sampai 10 poin di atas skor dasar. 20 poin 4 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar. 30 poin 5 Nilai sempurna ( tidak berdasarkan skor awal). 40 poin

(Isjoni 2010 : 53)

Tabel 4

Ketentuan Penghargaan Kelompok pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Skor rata-rata tim Penghargaan

Kelompok dengan skor rata-rata 15 poin Tim baik Kelompok dengan skor rata-rata 20 poin Tim hebat Kelompok dengan skor rata-rata 25 poin Tim super

(Isjoni 2010 : 54)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan antara pendapat ahli yang satu dengan yang lain terdapat kesamaan bahwa Pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki tahapan/langkah-langkah, yaitu : penyajian materi, dibentuk kerja kelompok, diadakan tes individu, penghitungan skor kelompok, dan pemberian penghargaan kelompok.

Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan menarik bagi siswa, seperti halnya model pembelajaran koopertaif tipe STAD dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan penguasaan materi bangun datar sehingga prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Selain itu, pemilihan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan dalam pembelajaran bangun datar karena STAD merupakan salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Sehingga metode ini cocok

commit to user

digunakan oleh guru yang baru pertama kali akan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

h. Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Setiap metode pembelajaran tidak ada yang sempurna. Masing- masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan dari metode STAD antara lain : 1) Siswa dan guru mendapatkan kemudahan untuk memahami materi pelajaran; 2) Siswa secara kooperatif dapat menyelesaikan pokok-pokok materi yang dipelajari; 3) Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan adanya kerja sama semua unsur yang ada dalam kelas; 4) Siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam berdiskusi dan menyelesaikan tugas.

Beberapa kelemahan dari metode STAD adalah; 1) Apabila ada siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya, maka siswa tersebut kurang bisa bekerjasama dalam memahami materi; 2) Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam kelompok belajar; 3) Apabila ada anggota kelompok malas, maka usaha kelompok dalam memahami materi maupun untuk memperoleh penghargaan kelompok tidak berjalan sebagai mana mestinya.

B. Penelitian yang Relevan

Dokumen terkait