• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KESADARAN DEMOKRASI DALAM ORGANISASI MAHASISWA (Studi Kasus Pendidikan Kewarganegeraan di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN KESADARAN DEMOKRASI DALAM ORGANISASI MAHASISWA (Studi Kasus Pendidikan Kewarganegeraan di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak)."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh MOAD 1202235

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PENGEMBANGAN KESADARAN DEMOKRASI DALAM

ORGANISASI MAHASISWA

(Studi Kasus Pendidikan Kewarganegeraan di

Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak)

Oleh Moad

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana

© Moad 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

(Studi Kasus Pendidikan Kewarganegeraan di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak)

Oleh: MOAD NIM. 1202235

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Astim Riyanto, SH.,M.H NIP. 19490402197603 1 001

Pembimbing II

Dr. Prayoga Bestari, SPd., M.Si NIP. 1975041420051 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia

(4)
(5)

MAHASISWA (Studi Kasus Pendidikan Kewarganegeraan di Badan

Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak). Ini beserta isinya adalah

benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan

dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam

masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau

sanksi dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran

terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain dari

karya saya ini.

Bandung, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,

Moad

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT penulis panjatkan atas rahmat serta hidayahNya

hingga pada saat ini penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

“PENGEMBANGAN KESADARAN DEMOKRASI DALAM ORGANISASI

MAHASISWA (Studi Kasus Pendidikan Kewarganegeraan di Badan Eksekutif

Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak)

Dalam tesis ini penulis ingin mengambarkan secara real mengenai proses

pengembangan kesadaran demokrasi di Badan Eksekutif Mahasiswa Republik

Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak. Pengembangan kesadaran demokrasi salah

satunya dapat dilakukan melalui pendidikan khususnya melalui Pendidikan

Kewarganegaraan yang berkembang di organisasi mahasiswa sebagai gerakan

civil society.

Winataputra dan Budimansyah (2012:211) memandang tiga domain yang

ada dalam PKn yaitu domain kurikuler, domain sosiokultural, dan domain kajian

ilmiah. Membentuk warganegara yang cerdas dan baik maka Pendidikan

Kewarganegaraan harus diterapkan ke dalam tiga domain, karena ketiga domain

itu saling keterkaitan satu sama lainnya. Penelitian ini membahas tentang

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai domain sosiokultural. Selain itu penulis

menggambarkan proses internalisasi nilai-nilai demokrasi melalui kegaiatan yang

dilakukan oleh organisasi mahasiswa karena mahasiswa sebagai kekuatan moral

dalam mewujudkan masyarakat yang demokratis.

Tesis ini terbagi dalam lima (5) bab yang terdiri Bab I tentang pendahuluan.

Bab ini secara rinci mendeskripsikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan tesis. Bab

II tentang tinjauan pustaka. Pada bab ini terbagi dalam beberapa sub bab yaitu: (1)

Pengembangan Kesadaran Demokrasi (2) Organisasi Mahasiswa dan (3)

Pendidikan Kewarganegaraan. Bab III membahas tentang metode penelitian.

Adapun sub bab yang dibahas dalam bab ini mencakup lokasi dan subjek

penelitian, pendekatan dan metode penelitian, penjelasan istilah, teknik

(7)

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaaat guna menambah khasanah

pengetahuan dalam bidang Pendidikan Kewarganegraan maupun ilmu sosial

lainnya. Penelitian ini sangat terbatas oleh ruang dan waktu, sehingga diharapkan

dapat menjadi pijakan bagi peneliti selanjutnya. Kesempurnaan hanya milik Allah

SWT, Tuhan semesta alam dan kealfaan hanyalah milik kita sebagai manusia

biasa. Terima kasih, semoga tulisan ini bermanfaat.

Bandung, Agustus 2014

Penulis

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji serta syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat dan

karunianya-Nya sehingga peneliti bisa menyelesaikan satu tahapan penting dalam

menempuh pendidikan magister di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan

Indonesia dengan menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengembangan Kesadaran

Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa (Studi Kasus Pendidikan

Kewarganegeraan di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak) untuk di

sidangkan dihadapan para penguji.

Penelitian tesis ini fokus pada masalah pengembangan kesadaran demokrasi

dalam organisasi mahasiswa di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI

Pontianak. Penelitian ini bermaksud untuk melihat pengambangan kesadaran

demokrasi di organisasi mahasiswa. Penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan untuk perbaikan dimasa yang

akan datang.

Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang

membantu dalam penulisan tesis ini anatara lain:

1. Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed., selaku Direktur Sekolah Pascsarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

2. Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Kewarganergaraan memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan

tesis.

3. Prof. Dr. H. Astim Riyanto, SH.,MH., selaku Pembimbing I yang selalu

memberikan pengarahan dan motivasi kepada penulis dalam proses

menyelesaikan tesis.

4. Dr. Prayoga Bestari, S.Pd., M.Si selaku Pembimbing II dan Pembimbing

akademik dalam kesibukannya sebagai sekretaris jurusa ntetap berkenan

dengan antusias membimbing peneliti dalam menyelasaikan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan yang

banyak berkontribusi dalam ilmu dan pemikiran selama perkuliahan sampai

(9)

PGRI Pontianak.

7. Kepada lemabaga IKIP PGRI Pontianak yang memberikan bantuan dana

sampai penyelesaian masa studi di Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia.

8. Bapak Jamalong, M.Pd selaku pembantu ketua III IKIP PGRI Pontianak yang

berkenan memberikan informasi tentang proses pengembangan kesadaran

demokrasi di organisasi mahasiswa.

9. Bapak M. Firdaus, M.Pd dan bapak Paiman, M.Pd selaku dosen pembina

kehasiswaan IKIP PGRI Pontianak yang memberikan informasi tentang

pengembangan kesadaran demokrasi di organisasi mahasiswa IKIP PGRI

Pontianak.

10.M. Zean dan Deli Yansyah selaku ketua dan wakil ketua serta jajaran

pengurus BEM IKIP PGRI Pontinak tahun 2013/2014 yang memberikan izin

untuk melakukan penelitian dan memberikan segala informasi tentang

pengembangan kesadaran demokrasi di BEM IKIP PGRI Pontinak.

11.Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 program studi pendidikan

kewarganegaraan yang selama ini bersama-sama hingga sampai pada akhir

masa studi di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

12.Kepada kedua orang tua yaitu Ibu (Marida) dan ayah (Norden), adik (Anggun)

dan tunangan (Silawati) yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan

moril dalam menjalani perkuliahan di Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia.

Bandung, Agustus 2014

Peneliti,

(10)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Moad (1202235). PENGEMBANGAN KESADARAN DEMOKRASI DALAM ORGANISASI MAHASISWA (Studi Kasus Pendidikan Kewarganegeraan di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya partisipasi demokrasi mahasiswa dalam mengikuti berbagai kegiatan yang dilakukan di kampus maka dari itu perlu dilakukan pengembangan kesadaran demokrasi mahasiswa melalui Pendidikan Kewarganegaran. Pendidikan kewarganegaraan dikembangkan melalui domain kurikuler, domain akademik dan domain sosial kultural. Penelitian ini peneliti mengkaji Pendidikan Kewarganegaraan sebagai domain sosial kultural, yaitu Pendidikan Kewarganegaraan yang berkembang di organisasi mahasiswa sebagai gerakan civil society. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran faktual mengenai proses pengembangan kesadaran demokrasi di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil temuan dalam penelitian ini yaitu: Kondisi kesadaran demokrasi Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak terlihat pada (1). Kesempatan dalam megemukakan pendapat, adanya kebebasan untuk berkelompok dan berorganisasi, adanya rasa saling percaya dan sikap saling menghargai adanya prinsip persamaan kedudukan didalam organisasi, adanya kesempatan yang sama dalam bagi pengurus, dan terjalinnya kerjasama. (2). Proses pengembangan kesadaran demokrasi mahasiswa di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak meliputi: penerapan pendekatan persuasif, melakukan kegiatan penalaran, pelatihan kepemimpinan dan pengaderan serta efektifitas kegiatan yang dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa dalam pengembangan kesadaran demokrasi mampu meningkatkan kinerja pengurus. (3). Kendala dalam pengembangan kesadaran demokrasi di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak berupa rendahnya kontribusi mahasiswa dan dukungan kampus dalam kegiatan mahasiswa. (4). Upaya pengembangan kesadaran demokasri di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak dilakukan dengan cara melakukan kegiatan pengkaderan, kegiatan pelatihan kepemimpinan, optimalisasi sarana dan prasarana kampus dan meningkatkan peran kemahasiswaan dalam pembinaan mahasiswa. Saran penelitian yakni perlunya sebuah upaya yang lebih intensif berupa sosialisasi mengenai paran dan fungsi oragnisasi kampus dari pembina kemahisiswaan dalam upaya meningkatkan jumlah mahasiswa yang berkontribusi secara aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan yang dilakukan oleh organisasi mahasiswa.

(11)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Moad (1202235). DEVELOPMENT OF CONSCIOUSNESS DEMOCRACY IN STUDENT ORGANIZATION (Case Study Civics Education in Teacher Training Institute Student Executive Council PGRI Pontianak)

This research is motivated by the lack of democratic participation of students in following the activities undertaken on campus therefore necessary to develop student consciousness democracy through Citizenship Education. Civic education developed through curricular domains, the domain of academic and socio-cultural domains. This study researchers examined Civics as socio-socio-cultural domain, which is growing Citizenship Education in student organizations as civil society movements. This study aims to obtain a factual description of the process of developing consciousness democratic in Teacher Training Institute Student Executive Council PGRI Pontianak. This study used a qualitative approach with the case study method. Data collection techniques and information is done through observation, interview and documentation. The findings in this study are: the consciousness democratic of Teacher Training Institute Student Executive Council PGRI Pontianak seen in (1). Opportunities in pointed opinion, the freedom to group and organize, lack of trust and mutual respect of the principle of equality within the organization, the existence of equal opportunity in the board, and the establishment of cooperation. (2). The process of developing consciousness democratic of students in Teacher Training Institute Student Executive Council PGRI Pontianak include: the application of persuasion, reasoning activities, leadership and cadre training and the effectiveness of the activities carried out by the Student Executive Board in the development of consciousness democratic is able to improve the performance of the board. (3). Constraints in the development of consciousness in Teacher Training Institute Student Executive Council Pontianak PGRI a low contribution and support college students in student activities. (4). Efforts of Consciousness democratic development in Teacher Training Institute Student Executive Council PGRI Pontianak done by conducting cadre, leadership training activities, optimization of the campus infrastructure and improve the role of student affairs in student development. Research suggestions that the need for a more intensive effort to socializing on campus organizations of severe and functions of supervisors of students in an effort to increase the number of students who contribute actively to participate in various activities conducted by student organizations.

(12)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... 17

C. Tujuan Penelitian ... 18

D. Manfaat Penelitian ... 19

E. Struktur Organisasi Penulisan ... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 21

3. Sejarah Pergerakan Organisasi Mahasiswa ... 45

4. Asas Organisasi Mahasiswa ... 48

5. Tujuan Organisasi Mahasiswa ... 50

6. Pengembangan Organisasi Mahasiswa ... 50

C. Pendidikan Kewarganegaraan ... 65

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 65

2. Komponen Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 70

3. Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan ... 73

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 81

(13)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Pendidikan Kewarganegaraan ... 91

D. Teknik Pengumpulan Data ... 92

3. Program kerja BEM IKIP PGRI Pontianak 2013/1014 ... 103

4. Struktur Organisasi ... 105

5. Susunan Pengurus ... 106

6. Tugas dan Wewenang ... 107

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 108

1. Kondisi Kesadaran Demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak ... 109

2. Proses Pengembangan Kesadaran Demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak... 116

3. Kendala Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak ... 123

4. Upaya Mengatasi Kendala dalam Pengembangan Kesadaran Demokrasi dalam Organisas Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak... 125

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 128

1. Kondisi Kesadaran Demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak ... 128

2. Proses Pengembangan Kesadaran Demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak... 146

3. Kendala Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak ... 159

(14)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Subjek Penelitian ... 87

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 100

Tabel 4.1 Pengurus BEM IKIP PGRI Pontianak tahun 2014/2014 ... 106

Tabel 4.2 Triangulasi Kondisi Kesadaran Demokrasi di BEM ... 129

Tabel 4.3 Triangulasi Proses Pengembangan Kesadaran Demokrasi BEM ... 155

Tabel 4.4 Tiangulasi Kendala Pengembangan Kesadaran Demokrasi ... 161

(15)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Halaman

Gambar 3.1 Komponen Teknik Analisis Data ... 98

Gambar 4.1 Struktur Oragnisasi BEM REMA IKIP PGRI Pontianak... 105

Gambar 4.2 Kerangka Hasil Penelitian ... 173

(16)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi merupakan perubahan zaman apabila tidak bisa dihadapi

dengan persiapan yang matang oleh bangsa Indonesia dihawatirkan akan merusak

suatu tatanan kehidupan bangsa Indonesia. Pengaruh globlisasi salah satunya ialah

batas-batas wilayah negara bukan lagi hambatan bagi proses hubungan atau

interaksi antarumat manusia disegala aspek kehidupan dan kepentingan.

Globalisasi membawa perubahan yang besar dalam tatanan kehidupan sosial,

budaya, ekonomi dan politik. Dewasa ini, tidak bisa ditampikkan bahwa Indonesia

harus mengahadapi masalah yang sangat berat yaitu perubahan tatanan sosial,

politik ekonomi, pertahanan negara dan lain sebagainya sebagai akibat kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya perubahan yang terjadi pada

lingkungan strategis global disebabkan oleh perkembangan dan kemajuan

dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi maupun karena perubahan tata nilai

dalam kehidupan masyarakat global.

Kekuatan yang lebih dahsyat adalah bahwa globalisasi itu akan

mempengaruhi kehidupan dimanapun manusia hidup. Senada dengan uraian di

atas, Kalidjernih (2009:118) menyatakan bahwa:

Globalisasi dapat mendorong terbentuknya suatu budaya global baru yang lebih luas. Hal itu dapat berupa globalisasi budaya, dengan ditandai oleh aliran tanda-tanda, simbol-simbol dan globalisasi informasi diseluruh dunia dan reaksi terhadap aliran ini. Kekuatan ini memungkinkan jangkauan informasi yang luas sehingga dapat dikonsumsi lebih banyak orang. Ini berarti bahwa masyarakat diberbagai pelosok dunia bukan hanya berbagi pengetahuan melainkan juga berbagi masalah.

Globalisasi membawa perubahan-perubahan di dalam tatanan kehidupan

sosial yang disebut sebagai jiwa globalisasi yang dikemukakan oleh James, P.

(2010) dalam Tilaar (2012:23) sebagai berikut :

(17)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Kemungkinan yang diberikan teknologi yang telah membuat interkonektivitas usia baik secara praksis maupun dalam ide.

3. Adannya interkonektivitas dari manusia maka muncullah masalah keamanan karena kita berada ditengah masyarakat asing.

4. Keadilan dan demokratis merupakan hal yang imperatif dalam pengakuan hak asasi manusia.

5. Kemerdekaan, otonomi, dan transendensi. Kemerdekaan dan otonomi merupakan syarat mutlak untuk mengatasi keterbatasan dan penindasan. Demikian pula transendensi merupakan salah satu tuntutan hidup manusia yang mempunyai hak otonomi sendiri.

Berdasarkan pendapat diatas bahwa sesungguhnya globalisasi membawa

berbagai perubahan tatanan kehidupan yang disebabkan sebuah interkonektivitas

hubungan komunikasi yang semakin mudah, interkonektivitas baik secara psikis

maupun ide-ide. Perubahan tatanan kehidupan terebut akan berdampak pada

sistem keamanan dalam sebuah negara, rasa keadilan, demokratis dan pengakuan

hak asasi manusia, serta kemerdekaan dan otonomi individu.

Indonesia telah memasuki sebuah kenyataan bahwa ekspansi proses

transnasional dan fleksibilitas pergerakan populasi, kapital dan teknologi

membawa tantangan terhadap kedaulatan dan eksistensi negara. Di satu pihak,

kemajuan teknologi informasi dan pertukaran gagasan secara lintas batas. Di lain

pihak, gerakan individu semakin fleksibel dan kurang loyal pada tempat.

Kalidjernih (2007:94) mengemukakan kondisi ini lazim dijuluki sebagai crisis

boundaries atau krisis batas-batas. Sehubungan dengan pernyataan tersebut,

dalam era global ini diperlukan suatu bentuk program pendidikan yang mampu

mengakomodasi segala kecenderungan yang mungkin timbul sebagai akibat dari

proses globalisasi. Peran lembaga pendidikan menempati posisi yang sangat

strategis, dalam hal ini peran guru disekolah perlu mempersiapkan diri untuk

memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengajar.

Pengetahuan dan keterampilan untuk mengajar yang harus dimilki

pengajar menurut Merryfield (1990) dalam Wahab A. dan Sapriya (2011:238)

meliputi:

1. Mengapresiasi perbedaan dan persamaan budaya termasuk cara mengajar keberagaman dan kesadaran akan perspektif.

(18)

3

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Keberadaan siswa yang ada pada suatu tempat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hubungan orang dan organisasi global diseluruh dunia.

Keterampilan yang dikemukakan diatas merupakan kemampuan (skill) dan

pengetahuan dalam melakukan proses pembelajaran yang dimiliki oleh tenaga

pengajar. Skill dan pengetahuan yang dimiliki oleh tenaga pengajar meliputi

pengetahuan akan keberagaman budaya, saling ketergantungan dan siswa

dipengaruhi dan mempengruhi oleh orang dan organiasasi global. Oleh karena

mengingat peran lemabaga pendidikan memiliki peran yang sangat strategis

dalam upaya filterisasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh globalisasi.

Masalah utama yang sangat dirasakan oleh bangsa Indonesia dalam

menghadapi era global ini adalah keterbatasan sumber daya manusia yang

berkualitas untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pembangunan, baik dalam

lingkup nasional ataupun internasional. Untuk mengatasi masalah tersebut tidak

kalah pentingnya peran pemuda dan mahasiswa yang dianggap menjadi peran

sentral sebagai sosok pemuda yang harus siap dan tanggap dalam memberikan

kontribusinya untuk mengahadapi dampak dari globaisasi. Pemuda dan

mahasiswa berkontribusi mencegah dampak negatif globalisasi melalui sebuah

organisasi kepemudaan dan organisasi kepemudaan yang dipandang sebagai peran

sentral pemuda.

Organisasi merupakan suatu kesatuan yang didalamnya terdapat sejumlah

komponen yang saling berinteraksi dan berpengaruh, semuanya bergerak ke arah

tujuan yang telah ditentukan. James (1996:6) mengatakan Organisasi adalah

wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya

tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Hal senada dengan apa

yang dikatakan oleh Sukanto dan Handoko (2000:5) menjelaskan bahwa

organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peranan

tertentu dalam suatu sistem kerja dan pembagian kerja, pekerjaan itu diperinci

menjadi tugas-tugas, dibagikan diantara pemegang peranan dan kemudian

digabung kedalam berbagai bentuk hasil. Selanjutnya Muhamad, A. (2000: 23)

(19)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian

pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.

Berdasarkan beberapa teori diatas maka dapat disimpukan bahwa

organisasi merupakan suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang atau

individu yang saling berinteraksi dan mempegaruhi untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan. Organisasi merupakan suatu wadah kegiatan yang didalam

pelaksanaannya memerlukan adanya suatu kerja sama dan saling hubungan antar

anggota melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan

tanggung jawab.

Dalam organisasi individu sebagai anggota mempunyai hubungan yang

mendalam antara yang satu dengan yang lain. Hubungan itu dapat berupa

hubungan pribadi antaranggota, maupun hubungan secara struktural dan hierarkis,

sepeti antara orang atau individu yang menjadi pemimpin dan staf kelompok serta

anggota biasa. Hubungan tersebut berdasarkan pembagian tugas antaranggota

yang menuju suatu kepentingan bersama. Dalam organisasi tersebut terdapat

adanya susunan pemimpin dan pembantunya atau stafnya, anggaran dasar dan

rumah tangga yang semua itu menjadi acuan dan pedoman bagi anggota dalam

melaksanakan kegiatan. Untuk dapat mencapai tujuan diperlukan suatu tata cara

untuk bekerja.

Organisasi merupakan keadaan tata cara untuk memobilisasikan dan

mengkoordinasikan usaha-usaha yang mencapai tujuan berdasarkan bagian-bagian

organisasi yang bersifat spesialisasi. Hubungan antaranggota dalam organisasi dan

semua kegiatan didasarkan pada aturan yang sebelumnya sudah ditetapkan.

Dengan berpedoman pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, struktur

organisasi dan program kerja yang telah dibuat, para anggota secara bekerja sama

dapat melaksanakan peran dan tugasnya dalam organisasi tersebut. Dengan

mengikuti organisasi dapat memperoleh manfaat terutama dalam menjalin

hubungan dengan orang lain, karena dalam organisasi setiap anggota dituntut

untuk saling berinteraksi dan bekerja sama satu dengan yang lain. Dalam

organisasi terdapat adanya suatu hubungan atau interaksi antara anggota yang satu

(20)

5

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

suatu tujuan. Dengan adanya tuntutan tersebut organisasi pemuda dan

kemahasiswaan dapat menjadi wahana untuk belajar dan pengalaman mahasiswa

dalam menjalin hubungan atau berinteraksi dengan orang lain, sehingga berguna

dalam kehidupan bermasyarakat.

Organisasi kemahasiswaan adalah wahana dan sarana pengembangan diri

mahasiswa kearah perluasan wawasan dan peningkatan kecerdasan serta integrasi

kepribadian sebagai warganegara yang demokratis dan partisipasif melalui

berbagai organisasi intra kampus dan organisasi kemasyarakatan dalam

masyarakat, Universitas Negeri Semarang (UNNES) (2003: 65). Melalui kegiatan

ekstra kurikuler adalah kegiatan mahasiswa yang meliputi penalaran dan

keilmuan, minat dan kegemaran serta upaya perbaikan kesejahteraan mahasiswa

di perguruan tinggi. Sesuai dengan Kepmendikbud.155/U/1998 tentang pedoman

organisasi mahasiswa dalam perguruan tinggi dalam keputusan ini yang dimaksud

dengan organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi adalah wahana dan

sarana pengembangan diri mahasiswa kearah perluasan wawasan dan peningkatan

kecendekiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan

tinggi.

Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi

kemahasiswaan merupakan suatu wadah bagi sekelompok orang atau mahasiswa

dengan suatu koordinasi yang melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan

tertentu yang telah ditetapkan kearah perluasan wawasan dan peningkatan

kecerdasan dan peningkatan kecendekiawanan serta integritas kepribadian untuk

mencapai tujuan pendidikan tinggi.

Mahasiswa sebagai generasi muda memiliki peran dan tanggung jawabnya

sebagai warganegara yang demokratis dan partisipasif melalui berbagai organisasi

intra kampus dan organisasi kemasyarakatan dalam masyarakat. Organisasi intra

kampus beperan aktif dalam mengambangkan wawasan dan kemapuan dalam

berorganisasi dan sebagai pendukung teraksananya tridarma perguruan tinggi.

Dari uraian diatas organisasi pemuda memiliki peran membina generasi

muda agar menajadi warganegara yang baik disamping membina sikap,

(21)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

demokratis dan memiliki semangat kepeloporan serta menciptakan budaya

organisasi demokratis dikalangan mahasiswa. Pemuda yang diharapkan ialah

pemuda yang memiliki semangat juang yang tinggi, motivasi organisasi dan

pembudayaan sistem demokrasi.

Melihat dari peran serta organisasi kepemudaan telah ada organisasi

kepemudaan yang secara riil melakukan peran dan fungsinya di tengah-tengah

masyarakat. Secara nyata organisasi kepemudaan itu juga mampu melahirkan

pemimpin-pemimpin yang berkualitas dan berdedikasi tinggi bukan hanya untuk

tataran intern organisasinya, tetapi secara nyata tokoh organisasi tersebut juga

banyak berkiprah dalam behidupan berbangsa dan bernegara. Organisasi

kepemudaan berkiprah dalam konteks kegiatan sosial, ekonomi, budaya, dan

politik nasional. Dengan demikian dalam abad modern yang ditandai oleh

infrastruktur dan teknologi yang berkembang pesat, agar organisasi tetap dapat

berperan dan eksis di tengah-tengah masyarakat maka harus melakukan fungsinya

sesuai dengan landasan organisasinya masing- masing.

Keberadaan organisasi mahasiswa memiliki peran yang sangat strategis

dalam penanaman nilai-nilai kepemimpinan, lebih dari itu organisasi mahasiswa

merupakan wadah aspirasi mahasiswa sebagai yang independen.Memahami dasar

pemikiran oragnisasi mahasiswa dan serta dasar kepemimpinan mahasiswa dapat

dirumuskan beberapa pemikiran yang dapat dijadikan bahan pengembangan

organisasi mahasiswa dan peranannya di kampus dan masyarakat. Organisasi

mahasiswa perlu secara terprogram kearah memperkuat nilai-nilai kepemimpinan.

Untuk itu kepemimpinan tidak terbatas pada pimpinan formal lembaga

kemahasiswaan, akan tetapi nilai kepemimpinan harus dikembangkan pada setiap

individu mahasiswa sehingga memilki kesadaran akan potensi individu.

Organisasi mahasiswa menjadi media pengembangan nilai kepemimpinan

sehingga memungkinkan potensi kepemimpinan dapat dikembangkan tanpa

terhambat oleh birokrasi keorganisasian. Oragnisasi mahasiswa menjadi aset

perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas partisipasi mahasiswa dalam dalam

menjalankan birokrasi organisasi kemahasiswaan. Oraganisasi mahasiswa

(22)

7

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

manajerial sehingga pelaksanaan oeganisasi lebih terarah dan terograniasir.

Intelektualitas dan profesionalitas hendaknya dijadikan sebagian sifat

kepemimpinan mahasiswa dan yang perlu dipandang bahwa setiap mahasiswa

memiliki potensi kepemimpinan, dengan demikian secara profesional harus

dikembangkan dengan menggunakan lembaga ornganisasi kemahasiswaan

sebagai media pengembangannya.

Sesuai dengan misi pola pengembangan mahasiswa menyatakan

mengembangkan idealisme dan suasana demokratis dalam kehidupan

kemahasiswaan. Kultur yang dibangun dalam suasana kepemimpinan mahasiswa

menciptakan iklim yang demokratis terutama mengenai peran yang positif

terhadap organisasi. Secara pembiasaan suasana demokratis dapat dibangun

dengan memberikan kesempatan terhadap pengurus dalam menyampaikan dan

mengembangkan pemikiranya dalam setiap divisi kepengurusan organisasi.

Secara kondisional upaya ini dapat dilakukan dengan penuh kesadaran, terencana,

teratur dan terarah berkesinambungan untuk mewujudkan sikap tanggung jawab

serta kesadaran demokrasi dalam berorganisasi. Mekanisme pemilihan pengurus

dari ormawa merupakan sarana pengemabangan sikap demokrasi pada

mahasiswa. Mekanisme ini merupakan ajang pembelajaran bagi mahasiswa untuk

mengemukakan pendapat secara rasional dan bertanggung jawab, menghargai

orang lain yang mempunyai pandangan berbeda tanpa menimbulkan konflik dan

permusuhan. Pembiasaan sikap demokratis dan rasional dalam kepengurusan

oraganisasi mahasiswa ini berfungsi sebagai wadah pengembangan potensi yang

dimiliki mahasiswa dan eksistensinya secara formal diakui oleh kampus.

Kondisi yang diharapkan kondisi organisasi kemahasiswaan di perguruan

tinggi adalah terjadinya sebuah keseimbangan proporsi kegiatan bidang kurikuler

yang dilaksanakan mahasiswa. Lebih dari itu ormawa mampu melibatkan

mahasiswa dalam mengembangkan aktualisasi diri serta meningkatkan daya saing

mahasiswa dalam berbagai kompetensi melalau berbagai sarana yang diberikan

oleh perguruan tinggi dalam mengembangkan program kerja ormawa. Iklim yang

dibangun adalah iklim komunikasi yang dialogis antara perguruan tinggi dan

(23)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan yang dilakukan akan adanya kesadaran mahasiswa bahwa posisi mereka

sebagai dari bagian civitas akademika yang tetap menjunjung tinggi harkat dan

martabat perguruan tinggi. Dari berbagai program kerja organisasi yang dilakukan

dapat meningkatkan tanggung jawab mahasiswa terhadap aturan, peningkatan

kualitas diri baik sebagai individu maupun kelompok sehingga tercipta sebuah

prestasi akademik yang membanggakan. Meningkatnya keterlibatan pembimbing

kegiatan kemahasiswaan dalam membantu mahasiswa mengembangkan

program-program kemahasiswaan dan aktualisasi mahasiswa.

Pembangunan bangsa yang demokrasi partisipatif diperlukan adanya suatu

upaya dan proses pendidikan demokrasi yang sungguh-sungguh mengingat secara

historis, bangsa Indonesia memiliki latar belakang sistem pemerintahan kerajaan

yang berbeda dengan sistem demokrasi. Oleh karena itu, akan tejadi berbagai

polemik dalam masyarakat yang dapat menggerus proses demokrasi di indonesia.

Untuk menjaga eksistensi demokrasi di Indonesia perlunya penyelenggaraan

pendidikan demokrasi yang terus-menerus dan berkesinambungan baik melalui

lembaga persekolahan maupun melalui organisasi kemasyarakatan dan organisasi

mahasiswa.

Pembangunan bangsa seyogianya melibatkan berbagai komponen bangsa,

baik pada tataran supra strukutur politik maupun infrastruktur politik, teoritis

maupun praktisi, berbagai komponen pendidikan pada seluruh jenjang dan jenis,

serta partisipasi seluruh warganegara dan bangsa. Dari seluruh komponen

berpengaruh tersebut, komponen pendidikan memiliki posisi yang sangat

strategis. Pendidikan sebagai wahana transformasi budaya, nilai, ilmu

pengetahuan dan teknologi bahkan seni telah menjadi pusat untuk pembangunan

sumber daya manusia baik melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal.

Sejumlah bahan kajian dan mata pelajaranpun telah ditawarkan, baik yang

berdasarkan pada kebijakan pemerintah untuk jangka waktu tertentu maupun

berdasarkan pada tuntutan perkembangan zaman serta kebutuhan masyarakat.

Bahan kajian yang telah menjadi program pendidikan dan ditawarkan di

Indonesia yang tetap eksis hingga kini adalah Pendidikan Kewarganegaraan

(24)

9

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan kewarganegaraan memiliki dua istilah teknis, yaitu civic

educatian dan citizenship education, sesuai dengan yang di utarakan oleh Cogan

(1994) dalam Budimansyah D. ( 2012 : 44). Civic educatian dapat diartikan

sebagai suatu mata pelajaran dasar yang diracang untuk mempersipkan warga

negara muda agar nantinya menjadi dewasa dapat berperan aktif dalam

masyarakat. Sedangkan citizenship education mencakup pengalaman belajar di

luar sekolah, baik dalam lingkungan keluarga, pengalaman dalam organisasi

keagamaan, pengalaman dalam organisasi kemasyarakatan dan pengalaman

melalui media yang membantu untuk menjadi warganegara seutuhnya.

PKn sebagai kajian ilmu kependidikan yang memusatkan perhatian pada

pengembangan warga negara yang cerdas, demokratis dan religius serta memiliki

karakteristik yang multidimensional. Maka dari itu Winataputra (1999:23)

mengemukakan bahwa PKn perlu dilihat dalam tiga kedudukan, yaitu:

1. PKn sebagai suatu bidang kajian ilmiah mengenai “civic virtue” dan “civic culture” yang menjadi landasan PKn sebagai program kurikuler dan gerakan sosial budaya kewarganegaraan.

2. PKn sebagai program kurikuler yang memiliki visi dan misi pengembangan kualitas warga negara yang cerdas, demokratis, dan religius baik dalam lingkungan pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah, yang berfungsi sebagai dasar orientasi dari keseluruhan upaya akademis untuk memahami fenomena dan masalah-masalah sosial secara interdisipliner, sehingga siswa dapat mengambil keputusan yang jernih dan bernalar serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi individu, masyarakat, bangsa dan negara.

3. PKn sebagai gerakan sosial budaya kewarganegaraan yang sinergistik dilakukan dalam upaya membangun “civic virtue” dan “civic culture”

melalui partisipasi aktif secara cerdas, demokratis dan religius dalam lingkungannya.

Berdasarkan pendapat diatas bahwa kedudukan PKn sebagai suatu bidang

kajian ilmiah yakni “civic virtue” dan “civic culture”, PKn sebagai program

kurikuler yang memiliki visi dan misi pengembangan kualitas warga negara yang

cerdas, demokratis, dan religius baik dalam lingkungan pendidikan di sekolah

maupun di luar sekolah dan PKn sebagai gerakan sosial budaya kewarganegaraan

yang sinergistik dilakukan dalam upaya membangun “civic virtue” dan “civic

culture” melalui partisipasi aktif secara cerdas, demokratis dan religius.

(25)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Muchtar (2000:6) mengemukakan bahwa mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan:

Memiliki potensi yang sangat strategis sebagai pendidikan demokrasi, karena secara etismologis dikembangkan dalam tradisi citizenship

education antara lain mengembangkan nilai demokrasi untuk menegakkan

negara hukum. Dengan demikian, sangat menarik dikaji dan dikembangkan agar program pendidikan ini mampu mengembangkan nilai-nilai demokrasi sehingga peserta didik memiliki wawasan dan kemampuan untuk berpikir, bersikap dan bertindak demokratis.

Dapat disimpulkan bahwa PKn adalah program pendidikan yang bertujuan

untuk membentuk warga negara yang berpikir, bersikap, bertindak, berkembang

dan berinteraksi dengan cerdas, kritis analitis, berpartisipasi aktif dan

bertanggungjawab terhadap diri, lingkungan masyarakat, berbangsa dan

bernegara. Mewujudkan warganegara yang menjiwai nilai-nilai demokrasi,

budaya, hukum, keilmuan, serta watak yang bersemangat dan mewujudkan sikap

demokratis dalam negara Indonesia yang religius, adil, beradab dan bersatu,

bermasyarakat yang berkeadilan sosial. Oleh karena itu, fokus dan target utama

dari pembelajaran PKn adalah pembekalan pengetahuan, pembinaan sikap

perilaku, dan pelatihan keterampilan sebagai warga negara domokrasi dan taat

hukum dalam kehidupan masyarakat madani.

Disamping itu, PKn sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan

disemua jenjang dan jenis sekolah secara pragramatik memiliki psyco-pedagogis,

yaitu membina warganegara yang demokratis dalam ruang lingkup pendidikan di

lembaga pendidikan fomal maupun formal. Sapriya dan Winataputra (2010:1.2)

menyatakan bahwa tugas PKn dengan paradigma barunya mengembangkan

pendidikan demokrasi mengembangkan tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan

kecerdasan warganegara (civic intelegence), membina tanggungjawab

warganegara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi warganegara (civic

participations).

Kedudukan PKn dalam konteks demokrasi adalah dalam rangka

tranformasi nilai-nilai demokrasi sebagaimana pernah dikemukakan Toqueville,

(26)

11

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

each generation is a new people that mush acquire the knowledge, learn the skills

and develop disposition or trait of vrivate and public character that undergird a

constitusional democracy. Hal ini menunjukakan bahwa betapa pentingnya proses

pembelajaran bagi suatu generasi untuk mewarisi pengetahuan, keterampilan dan

watak atau sifat karakter pribadi maupun publik demi tegaknya demokrasi

konstitusi.

Perilaku dan kultur demokrasi di oraganisasi dan masyarakat didasari oleh

nilai-nilai demokrasi yang mengakui adanya hak bagi setiap individu . Masyarakat

yang demokratis adalah masyarakat yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi.

Menurut Cipto (2002) dalam Taniredja (2009:59) nilai-nilai demokrasi meliputi

kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan berkelompok, kebebasan

berpartisipasi, kesetaraan antarwarga, rasa percaya (trust) dan kerjasama. Lebih

lanjut menurut Dahl (1971) dalam Candra C. (2012:73) mengemukakan bahwa

kebebasan menyatakan pendapat adalah sebuah hak bagi warga negara biasa yang

wajib dijamin dengan undang-undang dalam sebuah sistem politik demokrasi.

Masyarakat yang demokrastis akan menjunjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi

dan adanya sebuah jaminan perlindungan hukum terhadap kebebasan menyatakan

pendapat baik individu maupun kelompok yang diatur oleh undang-undang.

Kebebasan berkelompok diperlukan untuk membentuk organisasi

mahasiswa, partai politik, organisasi massa, perusahaan dan kelompok-kelompok

lain. Kebebasan berpartisipasi sesungguhnya merupakan gabungan dari kebebasan

berpendapat dan berkelompok. Kesetaraan diartikan sebagai adanya kesempatan

yang sama bagi setiap warganegara. Rasa percaya antara politisi merupakan nilai

dasar lain yang diperlukan agar demokrasi dapat terbentuk. Kerjasama yang

dimaksud di sini adalah kerjasama dalam hal kebajikan. Perilaku demokrasi warga

negara merupakan sebuah bentuk internalisasi nilai demokrasi yang menujukan

sebuah sikap kepekaan terhadap permasalahan sosial dan partisipasi demokratis

warganegara.

Kesadaran merupakan sikap dan perilaku mengetahui atau mengerti

terhadap sebuah aturan dan memiliki ketaatan terhadap aturan serta ketentuan

(27)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pandang seseorang berkaitan dengan dirinya maupun lingkugannya. Fraenkel

(1940) dalam Djahiri (1985) dalam Candra (2011:75) mengatakan kesadaran

adalah suatu tingkat kesiagaan individu pada saat ini stimulus internal dan

eksternal, terhadap peristiwa dilingkungan dan sensasi tubuh, memori dan fikiran.

Kesadaran seseorang dapat menjadikan seseorang berfikir tentang masa sekarang

dan masa depannya dengan menjadikan masalalu sebagai pijakan dalam

melangkah. Kemudian selanjutnya Widjaya (2006:83) mengatakan sifat kesadaran

itu yaitu sebagai berikut:

a. Kesadaran itu bersifat statis, yaitu sesuai dengan peraturan perundang-undangan berupa ketentuan-ketentuan dalam masyarakat.

b. Kesadaran bersifat dinamis, yang menitikberatkan pada kesadaran yang timbul dari kesadaran moral, keinsyafan dari dalam dir sendiri yang merupakan sikap batin yang tumbuh dari rasa tanggung jawab.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan

bahwa kesadaran demokrasi merupakan sikap batin yang tumbuh dari rasa

tanggung jawab yang menitikberatkan pada kesadaran yang timbul dari kesadaran

moral, keinsyafan dari dalam diri sendiri untuk bertindak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan berupa ketentuan-ketentuan dalam masyarakat. Dalam

tatanan masyarakat yang lebih luas dan pemerintahan, demokrasi dilakukan

dengan pemilih oleh rakyat, memalakukan pemilu yang bebas, adil dan

bekerinambungan dengan tetep diberikan kebebasan untuk berasosiasi bagi setiap

warganegara.

Dalam menanggai fenomena sosial baik ditingkat lokal dan nasional

mahasiswa selayaknya bersikap sebagai warga masyarakat akademis, sehingga

citranya tetap sebagai civitas akademik. Fenomena bertolakbelakang yang terjadi

ialah mahasiswa masih belum mencerminkan sikap sebagai insan akademis, yaitu

memahami etika, tatacara berkomunikasi, penggunaan nalar dalam bertindak,

pemahaman terhadap hak, tanggung jawab dan kewajibannya sebagaimana yang

diharapkan, baik sebagai bagian dari masyarakat kampus, maupun sebagai warga

negara Indonesia. Mahasiswa hendaknya tampil sebagai kekuasaan moral (moral

force) yang menyuarakan hati nurani masyarakat (social conscience). Citra ini

(28)

13

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagai demonstran yang menyuarakan sikap tidak setuju dan menetang tanpa

menawarkan alternatif pemecahannya. Dalam menungkapkan ketidak setujuan

atau penolakan, mahasiswa sebaiknya menyarankan hasil pemikirannya dalam

bentuk alternatif jalan keluar pemecahan masalah.

Pada umumnya, permasalahan pembinaan organisasi mahasiswa yang

dikemukakan oleh Polbangwa (2006) bahwa kebijakan yang ada di berbagai

perguruan tinggi saat ini mencerminkan keadaan yang relatif sama yaitu belum

adanya keterpaduan antara kegiatan kurikuler dengan kegiatan ekstrakurikuler.

Kondisi ini jelas kurang kondusif untuk mendorong keterlibatan mahasiswa

dalam kegaiatan ekstrakulikuler yang bertujuan untuk mengembangkan potensi

dan aktualisasi diri mahasiswa. Pola pengemabangan mahasiswa (Polbangwa)

(2006:6) mengemukakan berbagai permasalahan yang dihadapi organisasi

mahasiswa, meliputi:

1. Secara kuantitatif, masih sangat sedikit mahasiswa yang berminat pada program pengembangan penalaran dan kelimuan; bakat, minat, dan kemampuan; kesejahteraan; kepedulian sosial; dan kegiatan penunjang. 2. Ketika terjadi peristiwa yang menyangkut kepentingan masyarakat luas,

mahasiswa dengan cepat menunjukan sikapnya melalui protes yang cenderung reaktif dan sporadis.

3. Keterlibatan organisasi eksta perguruan tinggi secara langsung didalam kampus akan dapat berdampak pada pengkotak-kotakan mahasiswa yang selanjunya dapat mengakibatkan perpecahan dan konflik dikalangan mahasiswa.

4. Kesalah pengetian menafsirkan Kepmendikbud Nomer 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Di Perguruan Tinggi sebagai pemberian kebebasan seluas-luanya kepada mahasasiswa tanpa memperhatikan kedudukan, fungsi dan tanggung jawabnya.

Secara kuantitatif, masih sangat sedikit mahasiswa yang berminat pada

program pengembangan penalaran dan kelimuan; bakat, minat, dan kemampuan;

kesejahteraan; kepedulian sosial; dan kegiatan penunjang. Keadaan ini antaralain

dilatarbelakangi oleh tingginya biaya perkuliahan yang mengakibatkan mereka

ingin cepat selesai dan segera mencari pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan.

Oleh karena itu untuk dapat lebih banyak lagi mahasiswa, maka kegiatan

kemahasiswaan selain ditujukan untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa,

(29)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendukung mereka untuk memudahkan dalam mencari kerja dan menciptakan

kerja setelah lulus nanti.

Mahasiswa yang berpartisipasi dalam organisasi mahasisswa (ormawa)

intra perguruan tinggi jumlahnya relatif kecil, akan tetapi ketika terjadi peristiwa

yang menyangkut kepentingan masyarakat luas, mahasiswa dengan cepat

menunjukan sikapnya melalui protes yang cenderung reaktif dan sporadis.

Keterlibatan mahasiswa dalam aktivitas semacam ini, di satu sisi bernilai positif

karena mereka menunjukan tingkat kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi.

Tetapi disisi lain bernilai negatif karena dalam mengekspresikan protesnya itu

cenderung mengabaikan kaidah-kaidah akademik yang dijunjung tinggi oleh

perguruan tinggi.

Keterlibatan organisasi eksta perguruan tinggi terutama parpol secara

langsung didalam kampus akan dapat berdampak pada pengkotakan mahasiswa

yang selanjunya dapat mengakibatkan perpecahan dan konflik dikalangan

mahasiswa. Keterlibata semacam itu jelas bertentangan dengan Kepmendikbud

Nomor 155/U/1998, tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Di

Perguruan Tinggi dan Keputusan Dirjen Dikti Nomor 26/Dikti/kep/2002, tentang

Pelarangan Organisasi Ekstra Kampus atau Partai Politik dalam kehidupan

kampus.

Mahasiswa cenderung menafsirkan Kepmendikbud Nomer 155/U/1998

tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi sebagai

pemberian kebebasan seluas-luanya kepada mahasasiswa tanpa memperhatikan

kedudukan, fungsi dan tanggung jawabnya. Kesalah pengetian ini terjadi karena

adanya aturan Kepmendikbud pasal 2, bahwa “organisasi kemahasiswaan diperguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh, dan untuk

mahasisswa dengan memberikan peranan dan kekeluasaan yang lebih besar

kepada mahasiswa”. Padahal Kepmendikbud pada pasal 6 tersebut diatur bahwa “derajat kebebasan mahasiswa intra perguruan tinggi terhadap perguruan tinggi ditetapkan melalui kesepakatan antara mahasiswa dengan pimpinan perguruan

tinggi dengan tetap berpedoman bahwa pimpinan perguruan tinggi merupakan

(30)

15

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perguruan tinggi”. Kesalahpengertian ini berdampak pada sikap mahasiswa yang

merasa berhak untuk mengabaikan wewenang pimpinan perguruan tinggi untuk

mengatur ormawa di kampus. Kesalahpahaman ini harus segera diatasi melalui

proses audiensi dan berbagai kegiatan yang difasilitasi oleh perguruan tinggi.

Dewasa ini peran pemuda atau mahasiswa terlihat sangat kurang berperan

aktif dalam organisasi kemahasiswaan serta rendahnya partisipasi politik sebagai

wujud dari kurangnya kesadaran demokrasi dan semangat kepeloporan yang

dimiliki. Hal tersebut disebabkan oleh banyak aspek yang mempungaruhi

terjadinya penurunan kesadaran pemuda atau mahasiswa akan peran sentral

pemuda yang seharusnya memiliki kapasitas sebagai agen perubahan sekaligus

monitoring terhadap isu atau fenomena yang sedang berkembang.

Permasalahan nyata terjadi dikalangan mahasiswa ialah sikap apatis

terhadap kepemimpinan mahasiswa dalam sebuah organisasi kampus. Fenomena

ini berujung pada rendahnya tingkat jumlah mahasiswa yang mengikuti pemilihan

ketua himpunan mahasiswa, rapat kepengurusan himpunan, sikap apatis ini juga

berdampak pada rendah pertisipasi mahasiswa dalam organisasi. Fenomena lain

juga terlihat pada rendahnya kepercayaan mahasiswa terhadap himpunan dalam

upaya penyelesaian masalah kemahasiswaan. Mahasiswa lebih menganggap

bahwa orasi dilapangan merupakan sebuah cara yang paling efisien

menyelesaikan masalah diabandingkan dengan melakukan sebuah upaya

diplomasi terhadap organisasi mahasiswa dan bahkan terhadap kampus.

Walaupun pada dasarnya fenomena demonstrasi adalah hal yang lumrah dalam

demokrasi, tapi demonstrasi merupakan cara yang paling efektif untuk

menyelesaikan masalah itu yang dianggap keliru dalam proses demokrasi.

Fenomena yang terjadi tersebut mencederai citra organisasi mahasiswa

sebagai organisasi pelopor kepemudaan dan pemuda yang mengedepan

diplomatis. Sehingga keberadaan organisasi mahasiswa dipandang sebelah mata

oleh perguruan tinggi karena keberadaanya yang dirasakan membuat sebuah

gerakan yang tidak mendukung kebijakan kampus. Padahal keberadaan sangat

memiliki peran yang sangat strategis dalam kepeloporan pemuda dan idealisme

(31)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Organisasi kemahasiswaan mempunyai peran yang sangat urgen dalam

kehidupan negara kita ini. Salah satu peran yang urgennya adalah berupaya untuk

membangun demokrasi yang sehat dan bersih dan dapat menunjukan aspek

akademis dilandasi oleh nilai-nilai pancasila dan undang-undang. Organisasi

kemahasiswaan yang ada saat ini tidak hanya ada dalam lingkup intern kampus

tetapi dalam lingkup ektern kampus. Dalam UUNRI Nomor 12 tahun 2012

tentang pendidikan tinggi (pasal 4) mengemukakan bahwa organisasi mahasiswa

terdapat dalam lingkup intern pendidikan tinggi, dan juga terdapat di lingkungan

ekstra perdidikan tinggi.

Dalam konteks organisasi yang kampus, organisasi mahasiswa pastinya

berupaya untuk mengembangkan dan membangun nilai-nilai demokrasi yang baik

dan cerdas, berupaya untuk merubah pola fikir mahasiswa tentang pemahaman

demokrasi. Organisasi kampus mengimplementasikan kesadaran demokrasi

melalui kegiatan-kegiatan pemilihan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

dengan tidak melakukan aksi yang radikal dan sporadis dan mengedepankan sisi

akademis dan kompromi.

Berdasarkan keterangan dari beberapa mahasiswa mengatakan bahwa

himpunan mahasiswa secara umumnya masih belum bisa menaungi dan

memecahkan berbagai permasalahan mahasiswa dan masih kurang optimalnya

peran ormawa sebagai mediator yang baik antara mahasiswa dan kampus.

Pandangan ini yang bapat berujung pada sikap apatis terhadap organisasi

mahasiswa sebagai wadah aspirasi mahasiswa.

Menurut peneliti masalah pembinaan organisasi mahasiswa merupakan

bagian dari pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan kualitas

warganegara muda yang cerdas, demokratis, krits dan aspiratif. Pemuda

bertanggungjawab terhadap negara dan pelaksanaan proses demokrasi di

Indonesia dengan membangkitkan semangat kepedulian terhadap masalah sosial

yang merupakan salah satu tugas PKn, khususnya PKn sebagai domain

sosialkultural atau Pendidikan Kewarganegaraan di masyarakat (community

civics). Atas pemikiran tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

(32)

17

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Studi Kasus Pendidikan Kewarganegaraan di Badan Eksekutif Mahasiswa

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (IKIP

PGRI) Pontianak).”

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

Ada beberapa identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Secara kuantitatif, masih sangat sedikit mahasiswa yang berminat pada

program pengembangan penalaran dan kelimuan, bakat, minat, dan

kemampuan, kesejahteraan, kepedulian sosial dan kegiatan penunjang.

2. Mahasiswa yang berpartisipasi dalam organisasi mahasisswa (ormawa) intra

perguruan tinggi jumlahnya relatif kecil, akan tetapi ketika terjadi peristiwa

yang menyangkut kepentingan masyarakat luas, mahasiswa dengan cepat

menunjukan sikapnya melalui protes yang cenderung reaktif dan sporadis.

3. Keterlibatan organisasi eksta perguruan tinggi secara langsung didalam

kampus akan dapat berdampak pada pengkotak-kotakan mahasiswa yang

selanjunya dapat mengakibatkan perpecahan dan konflik dikalangan

mahasiswa.

4. Mahasiswa cenderung menafsirkan Kepmendikbud Nomer 155/U/1998

tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Di Perguruan Tinggi

sebagai pemberian kebebasan seluas-luanya kepada mahasasiswa tanpa

memperhatikan kedudukan, fungsi dan tanggung jawabnya. Kesalah pengetian

ini terjadi karena adanya aturan Kepmendikbud pasal 2, bahwa “ organisasi kemahasiswaan diperguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari,

oleh dan untuk mahasiswa dengan memberikan peranan dan kekeluasaan yang

lebih besar kepada mahasiswa.

5. Kesadaran berdemokrasi perlu dibangun bagi setiap warganegara, yang salah

satunya kesadaran berdemokrasi bagi mahasiswa baik dalam internkampus

maupun eksternkampus. Dalam intern kampus sudah menjadi tugas dan

tanggungjawab kampus dan organisasi kemahasiswaan. Sedangkan dalam

eksteren kampus, sudah menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah

(33)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Peran organisasi kemahasiswaan sangat urgen dalam membina,

mengembangkan dan membangun kesadaran demokrasi bagi mahasiswa

sehingga membentuk mereka menjadi mahasiswa yang kritis dan cerdas dalam

menghadapi berbagai permasalahan bangsa dan negara.

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka fokus masalah

penelitian ini yaitu “Bagaimana Pengembangan Kesadaran Demokrasi dalam Organisasi Mahasiswa (Studi Kasus Pendidikan Kewarganegaraan di Badan

Eksekutif Mahasiswa institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru

Republik Indonesia (IKIP PGRI) Pontianak).”. Agar lebih terarah, maka fokus masalah di atas dirinci dalam beberapa submasalah yakni sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi kesadaran demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif

Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak?

2. Bagaiamana proses pengembangan kesadaran demokrasi dalam Organisasi

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak?

3. Kendala apasaja yang dihadapi dalam pengembangan kesadaran demokrasi

dalam Organisasi Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI

Pontianak ?

4. Upaya apasaja yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pengembangan

kesadaran demokrasi dalam Organisas Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

IKIP PGRI Pontianak?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang

Pengembangan Kesadaran Demokrasi di Organisasi Badan Eksekurif Mahasiswa

(BEM) IKIP PGRI Pontianak.

Secara khusus, penelitian ini memiliki tujuan, meliputi:

1. Untuk mengetahui kondisi kesadaran demokrasi dalam Organisasi Badan

Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak.

2. Untuk mengetahui proses pengembangan kesadaran demokrasi dalam

(34)

19

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pengembangan kesadaran

demokrasi dalam Organisasi Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

IKIP PGRI Pontianak.

4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam

pengembangan kesadaran demokrasi dalam Organisas Badan Eksekutif

Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan manfaat baik secara

kelimuan maupun secara empirik. Secara teoritik penelitian ini akan mengkaji

Pengembangan Kesadaran Demokrasi di Organisasi Badan Eksekurif Mahasiswa

(BEM) IKIP PGRI Pontianak. Dari temuan penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat praktis sebagaimana diuraikan sebagai berikut :

1. Diketahuinya kondisi kesadaran demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif

Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak.

2. Diketahuinya proses pengembangan kesadaran demokrasi dalam Organisasi

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak.

3. Diketahuinya kendala yang dihadapi dalam pengembangan kesadaran

demokrasi dalam Organisasi Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

IKIP PGRI Pontianak.

4. Diketahuinya upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam

pengembangan kesadaran demokrasi dalam Organisas Badan Eksekutif

Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak.

E. Struktur Organisasi Penulisan

Tesis yang ditulis terdiri dari 5 bab, yakni: bab I tentang pendahuluan, bab

II tentang tinjauan pustaka, bab III tentang metode penelitian, bab IV tentang hasil

penelitian dan pembahasan dan bab V tentang simpulan dan saran. Untuk lebih

jelasnya, pembahasan dari kelima bab ini secara singkat dijelaskan dibawah ini.

Bab I tentang pendahuluan. Bab ini secara rinci mendeskripsikan latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

(35)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab II tentang tinjauan pustaka. Pada bab ini terbagi dalam beberapa sub

bab yaitu: (1) Pengembangan kesadaran demokrasi, (2) Organisasi mahasiswa, (3)

Pendidikan Kewarganegaraan, (4) Hasil penelitian terdahulu yang relevan.

Bab III membahas tentang metode penelitian. Adapun sub bab yang

dibahas dalam bab ini mencakup lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan

metode penelitian, penjelasan istilah, teknik pengumpulan data, teknik analsis data

dan jadwal penelitian.

Bab IV membahas tentang hasil dan pembahasan. Pada bab ini dibahas

tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian dan

pembahasan hasil penelitian.

Bab V berisi tentang simpulan dan saran. Pada bab ini dibagi menjadi dua

(36)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

86

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tepat penelitian yang akan dikumpulkan

mengenai suatu peristiwa dan berbagai informasiterkait dengan tempat, pelaku dan

kegiatan. Menurut Nasution, S. (2003:43), lokasi penelitian adalah lokasi situasi yang

mengandung tiga unsur, yakni: tempat, pelaku dan kegiatan. Tempat adalah tiap

lokasi manusia melakukan sesuatu peristiwa, pelaku adalah semua orang yang

terdapat di lokasi tersebut dan kegiatan adalah yang dilakukan orang dalam situasi

sosial tersebut. Sesuai dengan masalah dalam penelitian ini, maka lokasi penelitian

yang dimaksudkan adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Pontianak, Provinsi

Kalimantan Barat. Karena pada dasarnya BEM IKIP PGRI Pontianak, merupakan

oraganisasi mahasiswa intra kampus yang didalamnya terjadi suatu peristiwa dan

kegiatan organisasi.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, teknik penentuan subjek penelitian dimaksudkan agar

peneliti dapat sebanyak mungkin memperoleh informasi dengan segala kompleksitas

yang berkaitan dengan organisasi kemahasiswaan sebagai wahana pendidikan

kewarganegaraan menuju warganegara yang memiliki kesadaran demokrasi. Dalam

kaitannya penetapan subjek penelitian Miles dan Huberman (2007:57)

mengemukakan beberapa kriteria yang digunakan yaitu latar (setting), para pelaku

(actors), peristiwa-peristiwa (events), dan proses (process)

Kriteria pertama : adalah latar, yang dimaksud adalah situasi dan tempat

berlangsungnya proses pengumpulan data, yakni BEM IKIP PGRI Pontianak,

Provinsi Kalimantan Barat. Kriteria kedua: pelaku yang dimaksud adalah jajaran

(37)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pontianak. Kriteria ketiga: adalah peristiwa yang dimaksud hal-hal yang berkaitan

dengan proses pembinaan organisasi kemahasiswaan yang tertuang dalam bentuk

kegiatan organisasi. Keempat: adalah proses, yang dimaksud wawancara peneliti

dengan subjek penelitian berkenaan dengan pendapat dan pandangannya terhadap

fokus masalah dalam penelitian.

Berdasarkan hakikat dalam penelitian kualitatif, maka subjek dalam penelitian

ini ditentukan secara snow ball sampling, artinya subjek penelitian relatif sedikit dan

dipilih menurut tujuan penelitian, namun subjek penelitian dapat terus bertambah

sesuai keperluannya. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bogdan & Biklen

(1982), Nasution (1992) dalam Miles & Huberman (2007:18). Teknik-teknik

penentuan jumlah subjek penelitian seperti ini di kenal dengan snowball sampling.

Penelitian ini, teknik snow ball sampling dilakukan apabila dalam pengumpulan

datanya tidak cukup hanya dari satu sumber, maka dikumpulkan juga data dari

sumber-sumber lain yang berkompeten.

Tabel 3.1

Subjek Penelitian

No Subjek Jumlah

1 Ketua dan wakil ketua BEM

IKIP PGRI Pontianak 2 orang

2 Kementrian BEM IKIP PGRI

Pontianak 3 orang

3 Pembina Kemahasiswaaan IKIP

PGRI Pontianak 3 orang

Jumlah 8 orang

Sumber : Diolah peneliti 2014

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sesuai dengan pendapat

Strauss dan Corbin (2009:4) dalam Rohani (2013:79) pendekatan kualitatif yaitu

Gambar

Tabel 3.1
Gambar 3.1   Komponen Analisis Data
Tabel 3.2 Jadwal penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat keganasan KNF tinggi, tumbuh infiltratif, dapat langsung menginfiltrasi berekspansi ke struktur yang berbatasan: ke atas dapat langsung merusak basis cranial, juga

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2013) bahwa faktor psikologis konsumen yang terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran, dan memori

pengunjung wisata untuk menjaga kebersihan dan pelestarian alam, serta kondisi sosial, politik, ekonomi yang belum stabil; (3) prinsip ekowisata menjadi landasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Produk Domestik Regional Bruto

Plot arrhenius hidrolisis diazepam dalam sistem campuran pelarut C (Tabel 1) yang mirip dengan komposisi formulasi parenteral diazepam yang dipasarkan diberikan dalam Gambar

Pengaruh pemberokan dan perbandingan daging kijing dengan tepung tapioka terhadap kekuatan gel pempek kijing Hasil analisis keragaman (95%) pada menunjukkan bahwa

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa KIM belum berperan sebab dalam mencari, mengumpulkan dan mengelola informasi hasilnya masih rendah dibawah rata-rata. Dikatakan

Menurut penelitian Arifani (2006) bahwa salah satu obat tradisional yang terbukti dapat meningkatkan jumlah eritrosit yaitu buah merah ( P. Buah merah mengandung banyak asam oleat,