TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh MOAD 1202235
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
PENGEMBANGAN KESADARAN DEMOKRASI DALAM
ORGANISASI MAHASISWA
(Studi Kasus Pendidikan Kewarganegeraan di
Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak)
Oleh Moad
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana
© Moad 2014
Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(Studi Kasus Pendidikan Kewarganegeraan di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak)
Oleh: MOAD NIM. 1202235
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Astim Riyanto, SH.,M.H NIP. 19490402197603 1 001
Pembimbing II
Dr. Prayoga Bestari, SPd., M.Si NIP. 1975041420051 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia
MAHASISWA (Studi Kasus Pendidikan Kewarganegeraan di Badan
Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak). Ini beserta isinya adalah
benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau
sanksi dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran
terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain dari
karya saya ini.
Bandung, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,
Moad
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT penulis panjatkan atas rahmat serta hidayahNya
hingga pada saat ini penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“PENGEMBANGAN KESADARAN DEMOKRASI DALAM ORGANISASI
MAHASISWA (Studi Kasus Pendidikan Kewarganegeraan di Badan Eksekutif
Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak)
Dalam tesis ini penulis ingin mengambarkan secara real mengenai proses
pengembangan kesadaran demokrasi di Badan Eksekutif Mahasiswa Republik
Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak. Pengembangan kesadaran demokrasi salah
satunya dapat dilakukan melalui pendidikan khususnya melalui Pendidikan
Kewarganegaraan yang berkembang di organisasi mahasiswa sebagai gerakan
civil society.
Winataputra dan Budimansyah (2012:211) memandang tiga domain yang
ada dalam PKn yaitu domain kurikuler, domain sosiokultural, dan domain kajian
ilmiah. Membentuk warganegara yang cerdas dan baik maka Pendidikan
Kewarganegaraan harus diterapkan ke dalam tiga domain, karena ketiga domain
itu saling keterkaitan satu sama lainnya. Penelitian ini membahas tentang
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai domain sosiokultural. Selain itu penulis
menggambarkan proses internalisasi nilai-nilai demokrasi melalui kegaiatan yang
dilakukan oleh organisasi mahasiswa karena mahasiswa sebagai kekuatan moral
dalam mewujudkan masyarakat yang demokratis.
Tesis ini terbagi dalam lima (5) bab yang terdiri Bab I tentang pendahuluan.
Bab ini secara rinci mendeskripsikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan tesis. Bab
II tentang tinjauan pustaka. Pada bab ini terbagi dalam beberapa sub bab yaitu: (1)
Pengembangan Kesadaran Demokrasi (2) Organisasi Mahasiswa dan (3)
Pendidikan Kewarganegaraan. Bab III membahas tentang metode penelitian.
Adapun sub bab yang dibahas dalam bab ini mencakup lokasi dan subjek
penelitian, pendekatan dan metode penelitian, penjelasan istilah, teknik
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaaat guna menambah khasanah
pengetahuan dalam bidang Pendidikan Kewarganegraan maupun ilmu sosial
lainnya. Penelitian ini sangat terbatas oleh ruang dan waktu, sehingga diharapkan
dapat menjadi pijakan bagi peneliti selanjutnya. Kesempurnaan hanya milik Allah
SWT, Tuhan semesta alam dan kealfaan hanyalah milik kita sebagai manusia
biasa. Terima kasih, semoga tulisan ini bermanfaat.
Bandung, Agustus 2014
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji serta syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat dan
karunianya-Nya sehingga peneliti bisa menyelesaikan satu tahapan penting dalam
menempuh pendidikan magister di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia dengan menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengembangan Kesadaran
Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa (Studi Kasus Pendidikan
Kewarganegeraan di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak) untuk di
sidangkan dihadapan para penguji.
Penelitian tesis ini fokus pada masalah pengembangan kesadaran demokrasi
dalam organisasi mahasiswa di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI
Pontianak. Penelitian ini bermaksud untuk melihat pengambangan kesadaran
demokrasi di organisasi mahasiswa. Penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan untuk perbaikan dimasa yang
akan datang.
Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang
membantu dalam penulisan tesis ini anatara lain:
1. Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed., selaku Direktur Sekolah Pascsarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
2. Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Kewarganergaraan memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan
tesis.
3. Prof. Dr. H. Astim Riyanto, SH.,MH., selaku Pembimbing I yang selalu
memberikan pengarahan dan motivasi kepada penulis dalam proses
menyelesaikan tesis.
4. Dr. Prayoga Bestari, S.Pd., M.Si selaku Pembimbing II dan Pembimbing
akademik dalam kesibukannya sebagai sekretaris jurusa ntetap berkenan
dengan antusias membimbing peneliti dalam menyelasaikan tesis ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan yang
banyak berkontribusi dalam ilmu dan pemikiran selama perkuliahan sampai
PGRI Pontianak.
7. Kepada lemabaga IKIP PGRI Pontianak yang memberikan bantuan dana
sampai penyelesaian masa studi di Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia.
8. Bapak Jamalong, M.Pd selaku pembantu ketua III IKIP PGRI Pontianak yang
berkenan memberikan informasi tentang proses pengembangan kesadaran
demokrasi di organisasi mahasiswa.
9. Bapak M. Firdaus, M.Pd dan bapak Paiman, M.Pd selaku dosen pembina
kehasiswaan IKIP PGRI Pontianak yang memberikan informasi tentang
pengembangan kesadaran demokrasi di organisasi mahasiswa IKIP PGRI
Pontianak.
10.M. Zean dan Deli Yansyah selaku ketua dan wakil ketua serta jajaran
pengurus BEM IKIP PGRI Pontinak tahun 2013/2014 yang memberikan izin
untuk melakukan penelitian dan memberikan segala informasi tentang
pengembangan kesadaran demokrasi di BEM IKIP PGRI Pontinak.
11.Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 program studi pendidikan
kewarganegaraan yang selama ini bersama-sama hingga sampai pada akhir
masa studi di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
12.Kepada kedua orang tua yaitu Ibu (Marida) dan ayah (Norden), adik (Anggun)
dan tunangan (Silawati) yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan
moril dalam menjalani perkuliahan di Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia.
Bandung, Agustus 2014
Peneliti,
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Moad (1202235). PENGEMBANGAN KESADARAN DEMOKRASI DALAM ORGANISASI MAHASISWA (Studi Kasus Pendidikan Kewarganegeraan di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak)
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya partisipasi demokrasi mahasiswa dalam mengikuti berbagai kegiatan yang dilakukan di kampus maka dari itu perlu dilakukan pengembangan kesadaran demokrasi mahasiswa melalui Pendidikan Kewarganegaran. Pendidikan kewarganegaraan dikembangkan melalui domain kurikuler, domain akademik dan domain sosial kultural. Penelitian ini peneliti mengkaji Pendidikan Kewarganegaraan sebagai domain sosial kultural, yaitu Pendidikan Kewarganegaraan yang berkembang di organisasi mahasiswa sebagai gerakan civil society. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran faktual mengenai proses pengembangan kesadaran demokrasi di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil temuan dalam penelitian ini yaitu: Kondisi kesadaran demokrasi Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak terlihat pada (1). Kesempatan dalam megemukakan pendapat, adanya kebebasan untuk berkelompok dan berorganisasi, adanya rasa saling percaya dan sikap saling menghargai adanya prinsip persamaan kedudukan didalam organisasi, adanya kesempatan yang sama dalam bagi pengurus, dan terjalinnya kerjasama. (2). Proses pengembangan kesadaran demokrasi mahasiswa di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak meliputi: penerapan pendekatan persuasif, melakukan kegiatan penalaran, pelatihan kepemimpinan dan pengaderan serta efektifitas kegiatan yang dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa dalam pengembangan kesadaran demokrasi mampu meningkatkan kinerja pengurus. (3). Kendala dalam pengembangan kesadaran demokrasi di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak berupa rendahnya kontribusi mahasiswa dan dukungan kampus dalam kegiatan mahasiswa. (4). Upaya pengembangan kesadaran demokasri di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak dilakukan dengan cara melakukan kegiatan pengkaderan, kegiatan pelatihan kepemimpinan, optimalisasi sarana dan prasarana kampus dan meningkatkan peran kemahasiswaan dalam pembinaan mahasiswa. Saran penelitian yakni perlunya sebuah upaya yang lebih intensif berupa sosialisasi mengenai paran dan fungsi oragnisasi kampus dari pembina kemahisiswaan dalam upaya meningkatkan jumlah mahasiswa yang berkontribusi secara aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan yang dilakukan oleh organisasi mahasiswa.
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Moad (1202235). DEVELOPMENT OF CONSCIOUSNESS DEMOCRACY IN STUDENT ORGANIZATION (Case Study Civics Education in Teacher Training Institute Student Executive Council PGRI Pontianak)
This research is motivated by the lack of democratic participation of students in following the activities undertaken on campus therefore necessary to develop student consciousness democracy through Citizenship Education. Civic education developed through curricular domains, the domain of academic and socio-cultural domains. This study researchers examined Civics as socio-socio-cultural domain, which is growing Citizenship Education in student organizations as civil society movements. This study aims to obtain a factual description of the process of developing consciousness democratic in Teacher Training Institute Student Executive Council PGRI Pontianak. This study used a qualitative approach with the case study method. Data collection techniques and information is done through observation, interview and documentation. The findings in this study are: the consciousness democratic of Teacher Training Institute Student Executive Council PGRI Pontianak seen in (1). Opportunities in pointed opinion, the freedom to group and organize, lack of trust and mutual respect of the principle of equality within the organization, the existence of equal opportunity in the board, and the establishment of cooperation. (2). The process of developing consciousness democratic of students in Teacher Training Institute Student Executive Council PGRI Pontianak include: the application of persuasion, reasoning activities, leadership and cadre training and the effectiveness of the activities carried out by the Student Executive Board in the development of consciousness democratic is able to improve the performance of the board. (3). Constraints in the development of consciousness in Teacher Training Institute Student Executive Council Pontianak PGRI a low contribution and support college students in student activities. (4). Efforts of Consciousness democratic development in Teacher Training Institute Student Executive Council PGRI Pontianak done by conducting cadre, leadership training activities, optimization of the campus infrastructure and improve the role of student affairs in student development. Research suggestions that the need for a more intensive effort to socializing on campus organizations of severe and functions of supervisors of students in an effort to increase the number of students who contribute actively to participate in various activities conducted by student organizations.
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... 17
C. Tujuan Penelitian ... 18
D. Manfaat Penelitian ... 19
E. Struktur Organisasi Penulisan ... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 21
3. Sejarah Pergerakan Organisasi Mahasiswa ... 45
4. Asas Organisasi Mahasiswa ... 48
5. Tujuan Organisasi Mahasiswa ... 50
6. Pengembangan Organisasi Mahasiswa ... 50
C. Pendidikan Kewarganegaraan ... 65
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 65
2. Komponen Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 70
3. Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan ... 73
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 81
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Pendidikan Kewarganegaraan ... 91
D. Teknik Pengumpulan Data ... 92
3. Program kerja BEM IKIP PGRI Pontianak 2013/1014 ... 103
4. Struktur Organisasi ... 105
5. Susunan Pengurus ... 106
6. Tugas dan Wewenang ... 107
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 108
1. Kondisi Kesadaran Demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak ... 109
2. Proses Pengembangan Kesadaran Demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak... 116
3. Kendala Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak ... 123
4. Upaya Mengatasi Kendala dalam Pengembangan Kesadaran Demokrasi dalam Organisas Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak... 125
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 128
1. Kondisi Kesadaran Demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak ... 128
2. Proses Pengembangan Kesadaran Demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak... 146
3. Kendala Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak ... 159
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Subjek Penelitian ... 87
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 100
Tabel 4.1 Pengurus BEM IKIP PGRI Pontianak tahun 2014/2014 ... 106
Tabel 4.2 Triangulasi Kondisi Kesadaran Demokrasi di BEM ... 129
Tabel 4.3 Triangulasi Proses Pengembangan Kesadaran Demokrasi BEM ... 155
Tabel 4.4 Tiangulasi Kendala Pengembangan Kesadaran Demokrasi ... 161
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Halaman
Gambar 3.1 Komponen Teknik Analisis Data ... 98
Gambar 4.1 Struktur Oragnisasi BEM REMA IKIP PGRI Pontianak... 105
Gambar 4.2 Kerangka Hasil Penelitian ... 173
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi merupakan perubahan zaman apabila tidak bisa dihadapi
dengan persiapan yang matang oleh bangsa Indonesia dihawatirkan akan merusak
suatu tatanan kehidupan bangsa Indonesia. Pengaruh globlisasi salah satunya ialah
batas-batas wilayah negara bukan lagi hambatan bagi proses hubungan atau
interaksi antarumat manusia disegala aspek kehidupan dan kepentingan.
Globalisasi membawa perubahan yang besar dalam tatanan kehidupan sosial,
budaya, ekonomi dan politik. Dewasa ini, tidak bisa ditampikkan bahwa Indonesia
harus mengahadapi masalah yang sangat berat yaitu perubahan tatanan sosial,
politik ekonomi, pertahanan negara dan lain sebagainya sebagai akibat kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya perubahan yang terjadi pada
lingkungan strategis global disebabkan oleh perkembangan dan kemajuan
dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi maupun karena perubahan tata nilai
dalam kehidupan masyarakat global.
Kekuatan yang lebih dahsyat adalah bahwa globalisasi itu akan
mempengaruhi kehidupan dimanapun manusia hidup. Senada dengan uraian di
atas, Kalidjernih (2009:118) menyatakan bahwa:
Globalisasi dapat mendorong terbentuknya suatu budaya global baru yang lebih luas. Hal itu dapat berupa globalisasi budaya, dengan ditandai oleh aliran tanda-tanda, simbol-simbol dan globalisasi informasi diseluruh dunia dan reaksi terhadap aliran ini. Kekuatan ini memungkinkan jangkauan informasi yang luas sehingga dapat dikonsumsi lebih banyak orang. Ini berarti bahwa masyarakat diberbagai pelosok dunia bukan hanya berbagi pengetahuan melainkan juga berbagi masalah.
Globalisasi membawa perubahan-perubahan di dalam tatanan kehidupan
sosial yang disebut sebagai jiwa globalisasi yang dikemukakan oleh James, P.
(2010) dalam Tilaar (2012:23) sebagai berikut :
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Kemungkinan yang diberikan teknologi yang telah membuat interkonektivitas usia baik secara praksis maupun dalam ide.
3. Adannya interkonektivitas dari manusia maka muncullah masalah keamanan karena kita berada ditengah masyarakat asing.
4. Keadilan dan demokratis merupakan hal yang imperatif dalam pengakuan hak asasi manusia.
5. Kemerdekaan, otonomi, dan transendensi. Kemerdekaan dan otonomi merupakan syarat mutlak untuk mengatasi keterbatasan dan penindasan. Demikian pula transendensi merupakan salah satu tuntutan hidup manusia yang mempunyai hak otonomi sendiri.
Berdasarkan pendapat diatas bahwa sesungguhnya globalisasi membawa
berbagai perubahan tatanan kehidupan yang disebabkan sebuah interkonektivitas
hubungan komunikasi yang semakin mudah, interkonektivitas baik secara psikis
maupun ide-ide. Perubahan tatanan kehidupan terebut akan berdampak pada
sistem keamanan dalam sebuah negara, rasa keadilan, demokratis dan pengakuan
hak asasi manusia, serta kemerdekaan dan otonomi individu.
Indonesia telah memasuki sebuah kenyataan bahwa ekspansi proses
transnasional dan fleksibilitas pergerakan populasi, kapital dan teknologi
membawa tantangan terhadap kedaulatan dan eksistensi negara. Di satu pihak,
kemajuan teknologi informasi dan pertukaran gagasan secara lintas batas. Di lain
pihak, gerakan individu semakin fleksibel dan kurang loyal pada tempat.
Kalidjernih (2007:94) mengemukakan kondisi ini lazim dijuluki sebagai crisis
boundaries atau krisis batas-batas. Sehubungan dengan pernyataan tersebut,
dalam era global ini diperlukan suatu bentuk program pendidikan yang mampu
mengakomodasi segala kecenderungan yang mungkin timbul sebagai akibat dari
proses globalisasi. Peran lembaga pendidikan menempati posisi yang sangat
strategis, dalam hal ini peran guru disekolah perlu mempersiapkan diri untuk
memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengajar.
Pengetahuan dan keterampilan untuk mengajar yang harus dimilki
pengajar menurut Merryfield (1990) dalam Wahab A. dan Sapriya (2011:238)
meliputi:
1. Mengapresiasi perbedaan dan persamaan budaya termasuk cara mengajar keberagaman dan kesadaran akan perspektif.
3
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Keberadaan siswa yang ada pada suatu tempat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hubungan orang dan organisasi global diseluruh dunia.
Keterampilan yang dikemukakan diatas merupakan kemampuan (skill) dan
pengetahuan dalam melakukan proses pembelajaran yang dimiliki oleh tenaga
pengajar. Skill dan pengetahuan yang dimiliki oleh tenaga pengajar meliputi
pengetahuan akan keberagaman budaya, saling ketergantungan dan siswa
dipengaruhi dan mempengruhi oleh orang dan organiasasi global. Oleh karena
mengingat peran lemabaga pendidikan memiliki peran yang sangat strategis
dalam upaya filterisasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh globalisasi.
Masalah utama yang sangat dirasakan oleh bangsa Indonesia dalam
menghadapi era global ini adalah keterbatasan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pembangunan, baik dalam
lingkup nasional ataupun internasional. Untuk mengatasi masalah tersebut tidak
kalah pentingnya peran pemuda dan mahasiswa yang dianggap menjadi peran
sentral sebagai sosok pemuda yang harus siap dan tanggap dalam memberikan
kontribusinya untuk mengahadapi dampak dari globaisasi. Pemuda dan
mahasiswa berkontribusi mencegah dampak negatif globalisasi melalui sebuah
organisasi kepemudaan dan organisasi kepemudaan yang dipandang sebagai peran
sentral pemuda.
Organisasi merupakan suatu kesatuan yang didalamnya terdapat sejumlah
komponen yang saling berinteraksi dan berpengaruh, semuanya bergerak ke arah
tujuan yang telah ditentukan. James (1996:6) mengatakan Organisasi adalah
wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya
tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Hal senada dengan apa
yang dikatakan oleh Sukanto dan Handoko (2000:5) menjelaskan bahwa
organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peranan
tertentu dalam suatu sistem kerja dan pembagian kerja, pekerjaan itu diperinci
menjadi tugas-tugas, dibagikan diantara pemegang peranan dan kemudian
digabung kedalam berbagai bentuk hasil. Selanjutnya Muhamad, A. (2000: 23)
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian
pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.
Berdasarkan beberapa teori diatas maka dapat disimpukan bahwa
organisasi merupakan suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang atau
individu yang saling berinteraksi dan mempegaruhi untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Organisasi merupakan suatu wadah kegiatan yang didalam
pelaksanaannya memerlukan adanya suatu kerja sama dan saling hubungan antar
anggota melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan
tanggung jawab.
Dalam organisasi individu sebagai anggota mempunyai hubungan yang
mendalam antara yang satu dengan yang lain. Hubungan itu dapat berupa
hubungan pribadi antaranggota, maupun hubungan secara struktural dan hierarkis,
sepeti antara orang atau individu yang menjadi pemimpin dan staf kelompok serta
anggota biasa. Hubungan tersebut berdasarkan pembagian tugas antaranggota
yang menuju suatu kepentingan bersama. Dalam organisasi tersebut terdapat
adanya susunan pemimpin dan pembantunya atau stafnya, anggaran dasar dan
rumah tangga yang semua itu menjadi acuan dan pedoman bagi anggota dalam
melaksanakan kegiatan. Untuk dapat mencapai tujuan diperlukan suatu tata cara
untuk bekerja.
Organisasi merupakan keadaan tata cara untuk memobilisasikan dan
mengkoordinasikan usaha-usaha yang mencapai tujuan berdasarkan bagian-bagian
organisasi yang bersifat spesialisasi. Hubungan antaranggota dalam organisasi dan
semua kegiatan didasarkan pada aturan yang sebelumnya sudah ditetapkan.
Dengan berpedoman pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, struktur
organisasi dan program kerja yang telah dibuat, para anggota secara bekerja sama
dapat melaksanakan peran dan tugasnya dalam organisasi tersebut. Dengan
mengikuti organisasi dapat memperoleh manfaat terutama dalam menjalin
hubungan dengan orang lain, karena dalam organisasi setiap anggota dituntut
untuk saling berinteraksi dan bekerja sama satu dengan yang lain. Dalam
organisasi terdapat adanya suatu hubungan atau interaksi antara anggota yang satu
5
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
suatu tujuan. Dengan adanya tuntutan tersebut organisasi pemuda dan
kemahasiswaan dapat menjadi wahana untuk belajar dan pengalaman mahasiswa
dalam menjalin hubungan atau berinteraksi dengan orang lain, sehingga berguna
dalam kehidupan bermasyarakat.
Organisasi kemahasiswaan adalah wahana dan sarana pengembangan diri
mahasiswa kearah perluasan wawasan dan peningkatan kecerdasan serta integrasi
kepribadian sebagai warganegara yang demokratis dan partisipasif melalui
berbagai organisasi intra kampus dan organisasi kemasyarakatan dalam
masyarakat, Universitas Negeri Semarang (UNNES) (2003: 65). Melalui kegiatan
ekstra kurikuler adalah kegiatan mahasiswa yang meliputi penalaran dan
keilmuan, minat dan kegemaran serta upaya perbaikan kesejahteraan mahasiswa
di perguruan tinggi. Sesuai dengan Kepmendikbud.155/U/1998 tentang pedoman
organisasi mahasiswa dalam perguruan tinggi dalam keputusan ini yang dimaksud
dengan organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi adalah wahana dan
sarana pengembangan diri mahasiswa kearah perluasan wawasan dan peningkatan
kecendekiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan
tinggi.
Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi
kemahasiswaan merupakan suatu wadah bagi sekelompok orang atau mahasiswa
dengan suatu koordinasi yang melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah ditetapkan kearah perluasan wawasan dan peningkatan
kecerdasan dan peningkatan kecendekiawanan serta integritas kepribadian untuk
mencapai tujuan pendidikan tinggi.
Mahasiswa sebagai generasi muda memiliki peran dan tanggung jawabnya
sebagai warganegara yang demokratis dan partisipasif melalui berbagai organisasi
intra kampus dan organisasi kemasyarakatan dalam masyarakat. Organisasi intra
kampus beperan aktif dalam mengambangkan wawasan dan kemapuan dalam
berorganisasi dan sebagai pendukung teraksananya tridarma perguruan tinggi.
Dari uraian diatas organisasi pemuda memiliki peran membina generasi
muda agar menajadi warganegara yang baik disamping membina sikap,
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
demokratis dan memiliki semangat kepeloporan serta menciptakan budaya
organisasi demokratis dikalangan mahasiswa. Pemuda yang diharapkan ialah
pemuda yang memiliki semangat juang yang tinggi, motivasi organisasi dan
pembudayaan sistem demokrasi.
Melihat dari peran serta organisasi kepemudaan telah ada organisasi
kepemudaan yang secara riil melakukan peran dan fungsinya di tengah-tengah
masyarakat. Secara nyata organisasi kepemudaan itu juga mampu melahirkan
pemimpin-pemimpin yang berkualitas dan berdedikasi tinggi bukan hanya untuk
tataran intern organisasinya, tetapi secara nyata tokoh organisasi tersebut juga
banyak berkiprah dalam behidupan berbangsa dan bernegara. Organisasi
kepemudaan berkiprah dalam konteks kegiatan sosial, ekonomi, budaya, dan
politik nasional. Dengan demikian dalam abad modern yang ditandai oleh
infrastruktur dan teknologi yang berkembang pesat, agar organisasi tetap dapat
berperan dan eksis di tengah-tengah masyarakat maka harus melakukan fungsinya
sesuai dengan landasan organisasinya masing- masing.
Keberadaan organisasi mahasiswa memiliki peran yang sangat strategis
dalam penanaman nilai-nilai kepemimpinan, lebih dari itu organisasi mahasiswa
merupakan wadah aspirasi mahasiswa sebagai yang independen.Memahami dasar
pemikiran oragnisasi mahasiswa dan serta dasar kepemimpinan mahasiswa dapat
dirumuskan beberapa pemikiran yang dapat dijadikan bahan pengembangan
organisasi mahasiswa dan peranannya di kampus dan masyarakat. Organisasi
mahasiswa perlu secara terprogram kearah memperkuat nilai-nilai kepemimpinan.
Untuk itu kepemimpinan tidak terbatas pada pimpinan formal lembaga
kemahasiswaan, akan tetapi nilai kepemimpinan harus dikembangkan pada setiap
individu mahasiswa sehingga memilki kesadaran akan potensi individu.
Organisasi mahasiswa menjadi media pengembangan nilai kepemimpinan
sehingga memungkinkan potensi kepemimpinan dapat dikembangkan tanpa
terhambat oleh birokrasi keorganisasian. Oragnisasi mahasiswa menjadi aset
perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas partisipasi mahasiswa dalam dalam
menjalankan birokrasi organisasi kemahasiswaan. Oraganisasi mahasiswa
7
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
manajerial sehingga pelaksanaan oeganisasi lebih terarah dan terograniasir.
Intelektualitas dan profesionalitas hendaknya dijadikan sebagian sifat
kepemimpinan mahasiswa dan yang perlu dipandang bahwa setiap mahasiswa
memiliki potensi kepemimpinan, dengan demikian secara profesional harus
dikembangkan dengan menggunakan lembaga ornganisasi kemahasiswaan
sebagai media pengembangannya.
Sesuai dengan misi pola pengembangan mahasiswa menyatakan
mengembangkan idealisme dan suasana demokratis dalam kehidupan
kemahasiswaan. Kultur yang dibangun dalam suasana kepemimpinan mahasiswa
menciptakan iklim yang demokratis terutama mengenai peran yang positif
terhadap organisasi. Secara pembiasaan suasana demokratis dapat dibangun
dengan memberikan kesempatan terhadap pengurus dalam menyampaikan dan
mengembangkan pemikiranya dalam setiap divisi kepengurusan organisasi.
Secara kondisional upaya ini dapat dilakukan dengan penuh kesadaran, terencana,
teratur dan terarah berkesinambungan untuk mewujudkan sikap tanggung jawab
serta kesadaran demokrasi dalam berorganisasi. Mekanisme pemilihan pengurus
dari ormawa merupakan sarana pengemabangan sikap demokrasi pada
mahasiswa. Mekanisme ini merupakan ajang pembelajaran bagi mahasiswa untuk
mengemukakan pendapat secara rasional dan bertanggung jawab, menghargai
orang lain yang mempunyai pandangan berbeda tanpa menimbulkan konflik dan
permusuhan. Pembiasaan sikap demokratis dan rasional dalam kepengurusan
oraganisasi mahasiswa ini berfungsi sebagai wadah pengembangan potensi yang
dimiliki mahasiswa dan eksistensinya secara formal diakui oleh kampus.
Kondisi yang diharapkan kondisi organisasi kemahasiswaan di perguruan
tinggi adalah terjadinya sebuah keseimbangan proporsi kegiatan bidang kurikuler
yang dilaksanakan mahasiswa. Lebih dari itu ormawa mampu melibatkan
mahasiswa dalam mengembangkan aktualisasi diri serta meningkatkan daya saing
mahasiswa dalam berbagai kompetensi melalau berbagai sarana yang diberikan
oleh perguruan tinggi dalam mengembangkan program kerja ormawa. Iklim yang
dibangun adalah iklim komunikasi yang dialogis antara perguruan tinggi dan
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kegiatan yang dilakukan akan adanya kesadaran mahasiswa bahwa posisi mereka
sebagai dari bagian civitas akademika yang tetap menjunjung tinggi harkat dan
martabat perguruan tinggi. Dari berbagai program kerja organisasi yang dilakukan
dapat meningkatkan tanggung jawab mahasiswa terhadap aturan, peningkatan
kualitas diri baik sebagai individu maupun kelompok sehingga tercipta sebuah
prestasi akademik yang membanggakan. Meningkatnya keterlibatan pembimbing
kegiatan kemahasiswaan dalam membantu mahasiswa mengembangkan
program-program kemahasiswaan dan aktualisasi mahasiswa.
Pembangunan bangsa yang demokrasi partisipatif diperlukan adanya suatu
upaya dan proses pendidikan demokrasi yang sungguh-sungguh mengingat secara
historis, bangsa Indonesia memiliki latar belakang sistem pemerintahan kerajaan
yang berbeda dengan sistem demokrasi. Oleh karena itu, akan tejadi berbagai
polemik dalam masyarakat yang dapat menggerus proses demokrasi di indonesia.
Untuk menjaga eksistensi demokrasi di Indonesia perlunya penyelenggaraan
pendidikan demokrasi yang terus-menerus dan berkesinambungan baik melalui
lembaga persekolahan maupun melalui organisasi kemasyarakatan dan organisasi
mahasiswa.
Pembangunan bangsa seyogianya melibatkan berbagai komponen bangsa,
baik pada tataran supra strukutur politik maupun infrastruktur politik, teoritis
maupun praktisi, berbagai komponen pendidikan pada seluruh jenjang dan jenis,
serta partisipasi seluruh warganegara dan bangsa. Dari seluruh komponen
berpengaruh tersebut, komponen pendidikan memiliki posisi yang sangat
strategis. Pendidikan sebagai wahana transformasi budaya, nilai, ilmu
pengetahuan dan teknologi bahkan seni telah menjadi pusat untuk pembangunan
sumber daya manusia baik melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal.
Sejumlah bahan kajian dan mata pelajaranpun telah ditawarkan, baik yang
berdasarkan pada kebijakan pemerintah untuk jangka waktu tertentu maupun
berdasarkan pada tuntutan perkembangan zaman serta kebutuhan masyarakat.
Bahan kajian yang telah menjadi program pendidikan dan ditawarkan di
Indonesia yang tetap eksis hingga kini adalah Pendidikan Kewarganegaraan
9
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pendidikan kewarganegaraan memiliki dua istilah teknis, yaitu civic
educatian dan citizenship education, sesuai dengan yang di utarakan oleh Cogan
(1994) dalam Budimansyah D. ( 2012 : 44). Civic educatian dapat diartikan
sebagai suatu mata pelajaran dasar yang diracang untuk mempersipkan warga
negara muda agar nantinya menjadi dewasa dapat berperan aktif dalam
masyarakat. Sedangkan citizenship education mencakup pengalaman belajar di
luar sekolah, baik dalam lingkungan keluarga, pengalaman dalam organisasi
keagamaan, pengalaman dalam organisasi kemasyarakatan dan pengalaman
melalui media yang membantu untuk menjadi warganegara seutuhnya.
PKn sebagai kajian ilmu kependidikan yang memusatkan perhatian pada
pengembangan warga negara yang cerdas, demokratis dan religius serta memiliki
karakteristik yang multidimensional. Maka dari itu Winataputra (1999:23)
mengemukakan bahwa PKn perlu dilihat dalam tiga kedudukan, yaitu:
1. PKn sebagai suatu bidang kajian ilmiah mengenai “civic virtue” dan “civic culture” yang menjadi landasan PKn sebagai program kurikuler dan gerakan sosial budaya kewarganegaraan.
2. PKn sebagai program kurikuler yang memiliki visi dan misi pengembangan kualitas warga negara yang cerdas, demokratis, dan religius baik dalam lingkungan pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah, yang berfungsi sebagai dasar orientasi dari keseluruhan upaya akademis untuk memahami fenomena dan masalah-masalah sosial secara interdisipliner, sehingga siswa dapat mengambil keputusan yang jernih dan bernalar serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi individu, masyarakat, bangsa dan negara.
3. PKn sebagai gerakan sosial budaya kewarganegaraan yang sinergistik dilakukan dalam upaya membangun “civic virtue” dan “civic culture”
melalui partisipasi aktif secara cerdas, demokratis dan religius dalam lingkungannya.
Berdasarkan pendapat diatas bahwa kedudukan PKn sebagai suatu bidang
kajian ilmiah yakni “civic virtue” dan “civic culture”, PKn sebagai program
kurikuler yang memiliki visi dan misi pengembangan kualitas warga negara yang
cerdas, demokratis, dan religius baik dalam lingkungan pendidikan di sekolah
maupun di luar sekolah dan PKn sebagai gerakan sosial budaya kewarganegaraan
yang sinergistik dilakukan dalam upaya membangun “civic virtue” dan “civic
culture” melalui partisipasi aktif secara cerdas, demokratis dan religius.
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Muchtar (2000:6) mengemukakan bahwa mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan:
Memiliki potensi yang sangat strategis sebagai pendidikan demokrasi, karena secara etismologis dikembangkan dalam tradisi citizenship
education antara lain mengembangkan nilai demokrasi untuk menegakkan
negara hukum. Dengan demikian, sangat menarik dikaji dan dikembangkan agar program pendidikan ini mampu mengembangkan nilai-nilai demokrasi sehingga peserta didik memiliki wawasan dan kemampuan untuk berpikir, bersikap dan bertindak demokratis.
Dapat disimpulkan bahwa PKn adalah program pendidikan yang bertujuan
untuk membentuk warga negara yang berpikir, bersikap, bertindak, berkembang
dan berinteraksi dengan cerdas, kritis analitis, berpartisipasi aktif dan
bertanggungjawab terhadap diri, lingkungan masyarakat, berbangsa dan
bernegara. Mewujudkan warganegara yang menjiwai nilai-nilai demokrasi,
budaya, hukum, keilmuan, serta watak yang bersemangat dan mewujudkan sikap
demokratis dalam negara Indonesia yang religius, adil, beradab dan bersatu,
bermasyarakat yang berkeadilan sosial. Oleh karena itu, fokus dan target utama
dari pembelajaran PKn adalah pembekalan pengetahuan, pembinaan sikap
perilaku, dan pelatihan keterampilan sebagai warga negara domokrasi dan taat
hukum dalam kehidupan masyarakat madani.
Disamping itu, PKn sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan
disemua jenjang dan jenis sekolah secara pragramatik memiliki psyco-pedagogis,
yaitu membina warganegara yang demokratis dalam ruang lingkup pendidikan di
lembaga pendidikan fomal maupun formal. Sapriya dan Winataputra (2010:1.2)
menyatakan bahwa tugas PKn dengan paradigma barunya mengembangkan
pendidikan demokrasi mengembangkan tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan
kecerdasan warganegara (civic intelegence), membina tanggungjawab
warganegara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi warganegara (civic
participations).
Kedudukan PKn dalam konteks demokrasi adalah dalam rangka
tranformasi nilai-nilai demokrasi sebagaimana pernah dikemukakan Toqueville,
11
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
each generation is a new people that mush acquire the knowledge, learn the skills
and develop disposition or trait of vrivate and public character that undergird a
constitusional democracy. Hal ini menunjukakan bahwa betapa pentingnya proses
pembelajaran bagi suatu generasi untuk mewarisi pengetahuan, keterampilan dan
watak atau sifat karakter pribadi maupun publik demi tegaknya demokrasi
konstitusi.
Perilaku dan kultur demokrasi di oraganisasi dan masyarakat didasari oleh
nilai-nilai demokrasi yang mengakui adanya hak bagi setiap individu . Masyarakat
yang demokratis adalah masyarakat yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi.
Menurut Cipto (2002) dalam Taniredja (2009:59) nilai-nilai demokrasi meliputi
kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan berkelompok, kebebasan
berpartisipasi, kesetaraan antarwarga, rasa percaya (trust) dan kerjasama. Lebih
lanjut menurut Dahl (1971) dalam Candra C. (2012:73) mengemukakan bahwa
kebebasan menyatakan pendapat adalah sebuah hak bagi warga negara biasa yang
wajib dijamin dengan undang-undang dalam sebuah sistem politik demokrasi.
Masyarakat yang demokrastis akan menjunjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi
dan adanya sebuah jaminan perlindungan hukum terhadap kebebasan menyatakan
pendapat baik individu maupun kelompok yang diatur oleh undang-undang.
Kebebasan berkelompok diperlukan untuk membentuk organisasi
mahasiswa, partai politik, organisasi massa, perusahaan dan kelompok-kelompok
lain. Kebebasan berpartisipasi sesungguhnya merupakan gabungan dari kebebasan
berpendapat dan berkelompok. Kesetaraan diartikan sebagai adanya kesempatan
yang sama bagi setiap warganegara. Rasa percaya antara politisi merupakan nilai
dasar lain yang diperlukan agar demokrasi dapat terbentuk. Kerjasama yang
dimaksud di sini adalah kerjasama dalam hal kebajikan. Perilaku demokrasi warga
negara merupakan sebuah bentuk internalisasi nilai demokrasi yang menujukan
sebuah sikap kepekaan terhadap permasalahan sosial dan partisipasi demokratis
warganegara.
Kesadaran merupakan sikap dan perilaku mengetahui atau mengerti
terhadap sebuah aturan dan memiliki ketaatan terhadap aturan serta ketentuan
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pandang seseorang berkaitan dengan dirinya maupun lingkugannya. Fraenkel
(1940) dalam Djahiri (1985) dalam Candra (2011:75) mengatakan kesadaran
adalah suatu tingkat kesiagaan individu pada saat ini stimulus internal dan
eksternal, terhadap peristiwa dilingkungan dan sensasi tubuh, memori dan fikiran.
Kesadaran seseorang dapat menjadikan seseorang berfikir tentang masa sekarang
dan masa depannya dengan menjadikan masalalu sebagai pijakan dalam
melangkah. Kemudian selanjutnya Widjaya (2006:83) mengatakan sifat kesadaran
itu yaitu sebagai berikut:
a. Kesadaran itu bersifat statis, yaitu sesuai dengan peraturan perundang-undangan berupa ketentuan-ketentuan dalam masyarakat.
b. Kesadaran bersifat dinamis, yang menitikberatkan pada kesadaran yang timbul dari kesadaran moral, keinsyafan dari dalam dir sendiri yang merupakan sikap batin yang tumbuh dari rasa tanggung jawab.
Berdasarkan berbagai pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa kesadaran demokrasi merupakan sikap batin yang tumbuh dari rasa
tanggung jawab yang menitikberatkan pada kesadaran yang timbul dari kesadaran
moral, keinsyafan dari dalam diri sendiri untuk bertindak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan berupa ketentuan-ketentuan dalam masyarakat. Dalam
tatanan masyarakat yang lebih luas dan pemerintahan, demokrasi dilakukan
dengan pemilih oleh rakyat, memalakukan pemilu yang bebas, adil dan
bekerinambungan dengan tetep diberikan kebebasan untuk berasosiasi bagi setiap
warganegara.
Dalam menanggai fenomena sosial baik ditingkat lokal dan nasional
mahasiswa selayaknya bersikap sebagai warga masyarakat akademis, sehingga
citranya tetap sebagai civitas akademik. Fenomena bertolakbelakang yang terjadi
ialah mahasiswa masih belum mencerminkan sikap sebagai insan akademis, yaitu
memahami etika, tatacara berkomunikasi, penggunaan nalar dalam bertindak,
pemahaman terhadap hak, tanggung jawab dan kewajibannya sebagaimana yang
diharapkan, baik sebagai bagian dari masyarakat kampus, maupun sebagai warga
negara Indonesia. Mahasiswa hendaknya tampil sebagai kekuasaan moral (moral
force) yang menyuarakan hati nurani masyarakat (social conscience). Citra ini
13
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebagai demonstran yang menyuarakan sikap tidak setuju dan menetang tanpa
menawarkan alternatif pemecahannya. Dalam menungkapkan ketidak setujuan
atau penolakan, mahasiswa sebaiknya menyarankan hasil pemikirannya dalam
bentuk alternatif jalan keluar pemecahan masalah.
Pada umumnya, permasalahan pembinaan organisasi mahasiswa yang
dikemukakan oleh Polbangwa (2006) bahwa kebijakan yang ada di berbagai
perguruan tinggi saat ini mencerminkan keadaan yang relatif sama yaitu belum
adanya keterpaduan antara kegiatan kurikuler dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Kondisi ini jelas kurang kondusif untuk mendorong keterlibatan mahasiswa
dalam kegaiatan ekstrakulikuler yang bertujuan untuk mengembangkan potensi
dan aktualisasi diri mahasiswa. Pola pengemabangan mahasiswa (Polbangwa)
(2006:6) mengemukakan berbagai permasalahan yang dihadapi organisasi
mahasiswa, meliputi:
1. Secara kuantitatif, masih sangat sedikit mahasiswa yang berminat pada program pengembangan penalaran dan kelimuan; bakat, minat, dan kemampuan; kesejahteraan; kepedulian sosial; dan kegiatan penunjang. 2. Ketika terjadi peristiwa yang menyangkut kepentingan masyarakat luas,
mahasiswa dengan cepat menunjukan sikapnya melalui protes yang cenderung reaktif dan sporadis.
3. Keterlibatan organisasi eksta perguruan tinggi secara langsung didalam kampus akan dapat berdampak pada pengkotak-kotakan mahasiswa yang selanjunya dapat mengakibatkan perpecahan dan konflik dikalangan mahasiswa.
4. Kesalah pengetian menafsirkan Kepmendikbud Nomer 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Di Perguruan Tinggi sebagai pemberian kebebasan seluas-luanya kepada mahasasiswa tanpa memperhatikan kedudukan, fungsi dan tanggung jawabnya.
Secara kuantitatif, masih sangat sedikit mahasiswa yang berminat pada
program pengembangan penalaran dan kelimuan; bakat, minat, dan kemampuan;
kesejahteraan; kepedulian sosial; dan kegiatan penunjang. Keadaan ini antaralain
dilatarbelakangi oleh tingginya biaya perkuliahan yang mengakibatkan mereka
ingin cepat selesai dan segera mencari pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan.
Oleh karena itu untuk dapat lebih banyak lagi mahasiswa, maka kegiatan
kemahasiswaan selain ditujukan untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa,
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mendukung mereka untuk memudahkan dalam mencari kerja dan menciptakan
kerja setelah lulus nanti.
Mahasiswa yang berpartisipasi dalam organisasi mahasisswa (ormawa)
intra perguruan tinggi jumlahnya relatif kecil, akan tetapi ketika terjadi peristiwa
yang menyangkut kepentingan masyarakat luas, mahasiswa dengan cepat
menunjukan sikapnya melalui protes yang cenderung reaktif dan sporadis.
Keterlibatan mahasiswa dalam aktivitas semacam ini, di satu sisi bernilai positif
karena mereka menunjukan tingkat kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi.
Tetapi disisi lain bernilai negatif karena dalam mengekspresikan protesnya itu
cenderung mengabaikan kaidah-kaidah akademik yang dijunjung tinggi oleh
perguruan tinggi.
Keterlibatan organisasi eksta perguruan tinggi terutama parpol secara
langsung didalam kampus akan dapat berdampak pada pengkotakan mahasiswa
yang selanjunya dapat mengakibatkan perpecahan dan konflik dikalangan
mahasiswa. Keterlibata semacam itu jelas bertentangan dengan Kepmendikbud
Nomor 155/U/1998, tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Di
Perguruan Tinggi dan Keputusan Dirjen Dikti Nomor 26/Dikti/kep/2002, tentang
Pelarangan Organisasi Ekstra Kampus atau Partai Politik dalam kehidupan
kampus.
Mahasiswa cenderung menafsirkan Kepmendikbud Nomer 155/U/1998
tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi sebagai
pemberian kebebasan seluas-luanya kepada mahasasiswa tanpa memperhatikan
kedudukan, fungsi dan tanggung jawabnya. Kesalah pengetian ini terjadi karena
adanya aturan Kepmendikbud pasal 2, bahwa “organisasi kemahasiswaan diperguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh, dan untuk
mahasisswa dengan memberikan peranan dan kekeluasaan yang lebih besar
kepada mahasiswa”. Padahal Kepmendikbud pada pasal 6 tersebut diatur bahwa “derajat kebebasan mahasiswa intra perguruan tinggi terhadap perguruan tinggi ditetapkan melalui kesepakatan antara mahasiswa dengan pimpinan perguruan
tinggi dengan tetap berpedoman bahwa pimpinan perguruan tinggi merupakan
15
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perguruan tinggi”. Kesalahpengertian ini berdampak pada sikap mahasiswa yang
merasa berhak untuk mengabaikan wewenang pimpinan perguruan tinggi untuk
mengatur ormawa di kampus. Kesalahpahaman ini harus segera diatasi melalui
proses audiensi dan berbagai kegiatan yang difasilitasi oleh perguruan tinggi.
Dewasa ini peran pemuda atau mahasiswa terlihat sangat kurang berperan
aktif dalam organisasi kemahasiswaan serta rendahnya partisipasi politik sebagai
wujud dari kurangnya kesadaran demokrasi dan semangat kepeloporan yang
dimiliki. Hal tersebut disebabkan oleh banyak aspek yang mempungaruhi
terjadinya penurunan kesadaran pemuda atau mahasiswa akan peran sentral
pemuda yang seharusnya memiliki kapasitas sebagai agen perubahan sekaligus
monitoring terhadap isu atau fenomena yang sedang berkembang.
Permasalahan nyata terjadi dikalangan mahasiswa ialah sikap apatis
terhadap kepemimpinan mahasiswa dalam sebuah organisasi kampus. Fenomena
ini berujung pada rendahnya tingkat jumlah mahasiswa yang mengikuti pemilihan
ketua himpunan mahasiswa, rapat kepengurusan himpunan, sikap apatis ini juga
berdampak pada rendah pertisipasi mahasiswa dalam organisasi. Fenomena lain
juga terlihat pada rendahnya kepercayaan mahasiswa terhadap himpunan dalam
upaya penyelesaian masalah kemahasiswaan. Mahasiswa lebih menganggap
bahwa orasi dilapangan merupakan sebuah cara yang paling efisien
menyelesaikan masalah diabandingkan dengan melakukan sebuah upaya
diplomasi terhadap organisasi mahasiswa dan bahkan terhadap kampus.
Walaupun pada dasarnya fenomena demonstrasi adalah hal yang lumrah dalam
demokrasi, tapi demonstrasi merupakan cara yang paling efektif untuk
menyelesaikan masalah itu yang dianggap keliru dalam proses demokrasi.
Fenomena yang terjadi tersebut mencederai citra organisasi mahasiswa
sebagai organisasi pelopor kepemudaan dan pemuda yang mengedepan
diplomatis. Sehingga keberadaan organisasi mahasiswa dipandang sebelah mata
oleh perguruan tinggi karena keberadaanya yang dirasakan membuat sebuah
gerakan yang tidak mendukung kebijakan kampus. Padahal keberadaan sangat
memiliki peran yang sangat strategis dalam kepeloporan pemuda dan idealisme
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Organisasi kemahasiswaan mempunyai peran yang sangat urgen dalam
kehidupan negara kita ini. Salah satu peran yang urgennya adalah berupaya untuk
membangun demokrasi yang sehat dan bersih dan dapat menunjukan aspek
akademis dilandasi oleh nilai-nilai pancasila dan undang-undang. Organisasi
kemahasiswaan yang ada saat ini tidak hanya ada dalam lingkup intern kampus
tetapi dalam lingkup ektern kampus. Dalam UUNRI Nomor 12 tahun 2012
tentang pendidikan tinggi (pasal 4) mengemukakan bahwa organisasi mahasiswa
terdapat dalam lingkup intern pendidikan tinggi, dan juga terdapat di lingkungan
ekstra perdidikan tinggi.
Dalam konteks organisasi yang kampus, organisasi mahasiswa pastinya
berupaya untuk mengembangkan dan membangun nilai-nilai demokrasi yang baik
dan cerdas, berupaya untuk merubah pola fikir mahasiswa tentang pemahaman
demokrasi. Organisasi kampus mengimplementasikan kesadaran demokrasi
melalui kegiatan-kegiatan pemilihan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
dengan tidak melakukan aksi yang radikal dan sporadis dan mengedepankan sisi
akademis dan kompromi.
Berdasarkan keterangan dari beberapa mahasiswa mengatakan bahwa
himpunan mahasiswa secara umumnya masih belum bisa menaungi dan
memecahkan berbagai permasalahan mahasiswa dan masih kurang optimalnya
peran ormawa sebagai mediator yang baik antara mahasiswa dan kampus.
Pandangan ini yang bapat berujung pada sikap apatis terhadap organisasi
mahasiswa sebagai wadah aspirasi mahasiswa.
Menurut peneliti masalah pembinaan organisasi mahasiswa merupakan
bagian dari pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan kualitas
warganegara muda yang cerdas, demokratis, krits dan aspiratif. Pemuda
bertanggungjawab terhadap negara dan pelaksanaan proses demokrasi di
Indonesia dengan membangkitkan semangat kepedulian terhadap masalah sosial
yang merupakan salah satu tugas PKn, khususnya PKn sebagai domain
sosialkultural atau Pendidikan Kewarganegaraan di masyarakat (community
civics). Atas pemikiran tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
17
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Studi Kasus Pendidikan Kewarganegaraan di Badan Eksekutif Mahasiswa
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (IKIP
PGRI) Pontianak).”
B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
Ada beberapa identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Secara kuantitatif, masih sangat sedikit mahasiswa yang berminat pada
program pengembangan penalaran dan kelimuan, bakat, minat, dan
kemampuan, kesejahteraan, kepedulian sosial dan kegiatan penunjang.
2. Mahasiswa yang berpartisipasi dalam organisasi mahasisswa (ormawa) intra
perguruan tinggi jumlahnya relatif kecil, akan tetapi ketika terjadi peristiwa
yang menyangkut kepentingan masyarakat luas, mahasiswa dengan cepat
menunjukan sikapnya melalui protes yang cenderung reaktif dan sporadis.
3. Keterlibatan organisasi eksta perguruan tinggi secara langsung didalam
kampus akan dapat berdampak pada pengkotak-kotakan mahasiswa yang
selanjunya dapat mengakibatkan perpecahan dan konflik dikalangan
mahasiswa.
4. Mahasiswa cenderung menafsirkan Kepmendikbud Nomer 155/U/1998
tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Di Perguruan Tinggi
sebagai pemberian kebebasan seluas-luanya kepada mahasasiswa tanpa
memperhatikan kedudukan, fungsi dan tanggung jawabnya. Kesalah pengetian
ini terjadi karena adanya aturan Kepmendikbud pasal 2, bahwa “ organisasi kemahasiswaan diperguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari,
oleh dan untuk mahasiswa dengan memberikan peranan dan kekeluasaan yang
lebih besar kepada mahasiswa.
5. Kesadaran berdemokrasi perlu dibangun bagi setiap warganegara, yang salah
satunya kesadaran berdemokrasi bagi mahasiswa baik dalam internkampus
maupun eksternkampus. Dalam intern kampus sudah menjadi tugas dan
tanggungjawab kampus dan organisasi kemahasiswaan. Sedangkan dalam
eksteren kampus, sudah menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Peran organisasi kemahasiswaan sangat urgen dalam membina,
mengembangkan dan membangun kesadaran demokrasi bagi mahasiswa
sehingga membentuk mereka menjadi mahasiswa yang kritis dan cerdas dalam
menghadapi berbagai permasalahan bangsa dan negara.
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka fokus masalah
penelitian ini yaitu “Bagaimana Pengembangan Kesadaran Demokrasi dalam Organisasi Mahasiswa (Studi Kasus Pendidikan Kewarganegaraan di Badan
Eksekutif Mahasiswa institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru
Republik Indonesia (IKIP PGRI) Pontianak).”. Agar lebih terarah, maka fokus masalah di atas dirinci dalam beberapa submasalah yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi kesadaran demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak?
2. Bagaiamana proses pengembangan kesadaran demokrasi dalam Organisasi
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak?
3. Kendala apasaja yang dihadapi dalam pengembangan kesadaran demokrasi
dalam Organisasi Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI
Pontianak ?
4. Upaya apasaja yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pengembangan
kesadaran demokrasi dalam Organisas Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
IKIP PGRI Pontianak?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
Pengembangan Kesadaran Demokrasi di Organisasi Badan Eksekurif Mahasiswa
(BEM) IKIP PGRI Pontianak.
Secara khusus, penelitian ini memiliki tujuan, meliputi:
1. Untuk mengetahui kondisi kesadaran demokrasi dalam Organisasi Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak.
2. Untuk mengetahui proses pengembangan kesadaran demokrasi dalam
19
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pengembangan kesadaran
demokrasi dalam Organisasi Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
IKIP PGRI Pontianak.
4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam
pengembangan kesadaran demokrasi dalam Organisas Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan manfaat baik secara
kelimuan maupun secara empirik. Secara teoritik penelitian ini akan mengkaji
Pengembangan Kesadaran Demokrasi di Organisasi Badan Eksekurif Mahasiswa
(BEM) IKIP PGRI Pontianak. Dari temuan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat praktis sebagaimana diuraikan sebagai berikut :
1. Diketahuinya kondisi kesadaran demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak.
2. Diketahuinya proses pengembangan kesadaran demokrasi dalam Organisasi
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak.
3. Diketahuinya kendala yang dihadapi dalam pengembangan kesadaran
demokrasi dalam Organisasi Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
IKIP PGRI Pontianak.
4. Diketahuinya upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam
pengembangan kesadaran demokrasi dalam Organisas Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak.
E. Struktur Organisasi Penulisan
Tesis yang ditulis terdiri dari 5 bab, yakni: bab I tentang pendahuluan, bab
II tentang tinjauan pustaka, bab III tentang metode penelitian, bab IV tentang hasil
penelitian dan pembahasan dan bab V tentang simpulan dan saran. Untuk lebih
jelasnya, pembahasan dari kelima bab ini secara singkat dijelaskan dibawah ini.
Bab I tentang pendahuluan. Bab ini secara rinci mendeskripsikan latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab II tentang tinjauan pustaka. Pada bab ini terbagi dalam beberapa sub
bab yaitu: (1) Pengembangan kesadaran demokrasi, (2) Organisasi mahasiswa, (3)
Pendidikan Kewarganegaraan, (4) Hasil penelitian terdahulu yang relevan.
Bab III membahas tentang metode penelitian. Adapun sub bab yang
dibahas dalam bab ini mencakup lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan
metode penelitian, penjelasan istilah, teknik pengumpulan data, teknik analsis data
dan jadwal penelitian.
Bab IV membahas tentang hasil dan pembahasan. Pada bab ini dibahas
tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian dan
pembahasan hasil penelitian.
Bab V berisi tentang simpulan dan saran. Pada bab ini dibagi menjadi dua
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
86
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tepat penelitian yang akan dikumpulkan
mengenai suatu peristiwa dan berbagai informasiterkait dengan tempat, pelaku dan
kegiatan. Menurut Nasution, S. (2003:43), lokasi penelitian adalah lokasi situasi yang
mengandung tiga unsur, yakni: tempat, pelaku dan kegiatan. Tempat adalah tiap
lokasi manusia melakukan sesuatu peristiwa, pelaku adalah semua orang yang
terdapat di lokasi tersebut dan kegiatan adalah yang dilakukan orang dalam situasi
sosial tersebut. Sesuai dengan masalah dalam penelitian ini, maka lokasi penelitian
yang dimaksudkan adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Pontianak, Provinsi
Kalimantan Barat. Karena pada dasarnya BEM IKIP PGRI Pontianak, merupakan
oraganisasi mahasiswa intra kampus yang didalamnya terjadi suatu peristiwa dan
kegiatan organisasi.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, teknik penentuan subjek penelitian dimaksudkan agar
peneliti dapat sebanyak mungkin memperoleh informasi dengan segala kompleksitas
yang berkaitan dengan organisasi kemahasiswaan sebagai wahana pendidikan
kewarganegaraan menuju warganegara yang memiliki kesadaran demokrasi. Dalam
kaitannya penetapan subjek penelitian Miles dan Huberman (2007:57)
mengemukakan beberapa kriteria yang digunakan yaitu latar (setting), para pelaku
(actors), peristiwa-peristiwa (events), dan proses (process)
Kriteria pertama : adalah latar, yang dimaksud adalah situasi dan tempat
berlangsungnya proses pengumpulan data, yakni BEM IKIP PGRI Pontianak,
Provinsi Kalimantan Barat. Kriteria kedua: pelaku yang dimaksud adalah jajaran
Moad, 2014
Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pontianak. Kriteria ketiga: adalah peristiwa yang dimaksud hal-hal yang berkaitan
dengan proses pembinaan organisasi kemahasiswaan yang tertuang dalam bentuk
kegiatan organisasi. Keempat: adalah proses, yang dimaksud wawancara peneliti
dengan subjek penelitian berkenaan dengan pendapat dan pandangannya terhadap
fokus masalah dalam penelitian.
Berdasarkan hakikat dalam penelitian kualitatif, maka subjek dalam penelitian
ini ditentukan secara snow ball sampling, artinya subjek penelitian relatif sedikit dan
dipilih menurut tujuan penelitian, namun subjek penelitian dapat terus bertambah
sesuai keperluannya. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bogdan & Biklen
(1982), Nasution (1992) dalam Miles & Huberman (2007:18). Teknik-teknik
penentuan jumlah subjek penelitian seperti ini di kenal dengan snowball sampling.
Penelitian ini, teknik snow ball sampling dilakukan apabila dalam pengumpulan
datanya tidak cukup hanya dari satu sumber, maka dikumpulkan juga data dari
sumber-sumber lain yang berkompeten.
Tabel 3.1
Subjek Penelitian
No Subjek Jumlah
1 Ketua dan wakil ketua BEM
IKIP PGRI Pontianak 2 orang
2 Kementrian BEM IKIP PGRI
Pontianak 3 orang
3 Pembina Kemahasiswaaan IKIP
PGRI Pontianak 3 orang
Jumlah 8 orang
Sumber : Diolah peneliti 2014
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sesuai dengan pendapat
Strauss dan Corbin (2009:4) dalam Rohani (2013:79) pendekatan kualitatif yaitu