Robby Darmawan, 2013
No. Daftar FPIPS: 1898/UN.40.2.2/PL/2013
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER
BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AFEKTIF
SISWA DALAM MATA PELAJARAN PKn
(Studi Deskriptif di SMP Pasundan 4 Bandung )
SKIRPSI
Disusun untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh :
Robby Darmawan
0800938
JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Robby Darmawan, 2013
PEEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI
SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR AFEKTIF SISWA DALAM MATA PELAJARAN
PKn
(Studi Deskriptif Di SMP Pasundan 4 Bandung)
Oleh
Robby Darmawan
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Robby Darmawan 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Robby Darmawan, 2013
LEMBAR PENGESAHAN
Robby Darmawan
0800938
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AFEKTIF DALAM
PEMBELAJARAN PKN
(Studi Deskriptif di SMP Pasundan 4 Bandung)
Disetujui dan Disahkan Oleh :
Pembimbing I
Prof.Dr. H. Endang Danial AR., M.pd NIP. 195005021976031002
Pembimbing II
Dr. Hj.Kokom Komalasari, M.pd NIP. 197210012001122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
i
Robby Darmawan, 2013
ABSTRAK
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AFEKTIF
SISWA DALAM MATA PELAJARAN PKN
(Studi Deskriptif di SMP Pasundan 4 Bandung)
Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam mempersiapkan warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar guru sewajarnya memanfaatkan sumber belajar, karena pemanfaatan sumber belajar merupakan hal yang sangat penting dalam konteks belajar mengajar tersebut. Hal ini juga sesuai dengan apa yang dirumuskan dalam Pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas yakni pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Pada dasarnya seorang guru hanya memfokuskan pembelajaran yang mengacu pada ranah kognitif dan mengenyampingkan ranah afektfnya oleh karena itu peneliti ingin mefokuskan penelitain ini pemanfaatan lingkungan sekolah sebgai sumber belajar untuk meningkatkan hasil belajar afektif siswa dalam mata pelajaran PKn.Penelitain ini didasarkan atas lima rumusan masalah yaitu 1) Bagaimana gambaran lingkungan sekolah yang dianggap sebagai sumber belajar di SMP Pasundan 4 Bandung? 2) Bagaimana gambaran hasil belajar afektif siswa? 3) metode guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PKn di SMP Pasundan 4 Bandung? 4) Bagaimana lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dapat meningkatkan kualitas hasil belajar afektif PKn di SMP Pasundan 4 Bandung? 5) Apa saja kendala guru dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar?
pendekatan yang digunakan untuk menjawab permasalahan tersebut menggunakan dua pendekatan yaitu kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan untuk metodenya menggunakan metode deskriptif. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, studi literatur, dan angket.
ii
Robby Darmawan, 2013
ABSTRAK
Using the EnvironmentSchoolas a Learning
ResourceforImprovingStudentLearning Outcomesin theAffectiveCivic EducationSubjects
(Descriptivestudyin Junior High School4BandungPasundan)
Schoolshave a roleand responsibilityis veryimportantin preparingcitizenswhohave astrongandconsistentcommitmenttodefendthe Republic of Indonesia(Republic of Indonesia).In carrying out theteaching and learning activitiesof teachersappropriatelyutilizelearning resources, due to the utilizationof learning resourcesis veryimportantin the context oftheteaching and learning.It isalsoin accordancewithwhat isdefined inArticle1, point20of Act No.20of 2003 onNational Educationis aprocessof learningthatlearnersinteractionwithteachers, learning resources, and learning environment.Basically just a teacher teaching focus refers to the cognitive domain and disregard afektfnya therefore researchers wanted to use theenvironment are focus this penelitain sebgai school learning resource for improving student learning outcomes in the affective Civics subjects.This studyis basedonfiveproblem statements: 1)
Howtheschoolenvironment isregardedas a source
oflearninginjuniorPasundan4Bandung? 2) Describingthe affectivestudentlearning outcomes? 3) methods ofteachersin the use ofthe school environmentas a learning resourcein improving thequality of teachinginjunior high schoolcivicsPasundan4Bandung? 4) How canthe school environmentas a learning resourcetoimprove thequality oflearning outcomesinjunior highcivicsaffectivePasundan4Bandung? 5) What are theconstraintsof teachersin the use ofthe schoolenvironmentas a learning resource?
approach usedto answerthese problemsusingtwoapproaches, namely qualitativeandquantitative. As for themethod ofusingdescriptivemethods. The dataobtainedthroughinterviews, observation, documentationstudies, literaturestudies, andquestionnaires.
iii
Robby Darmawan, 2013
viii
G. Ruang Lingkup danKetebatasan Penelitian ... 8
H. Definisi Oprasional ... 10
I. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14
A. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan... 14
1. Hakikat dan Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 14
2. Visi, Misi, dan Tujuan Pembelajaran PKn ... 16
B. Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar... 21
1. Lingkungan Sekolah ... 21
a. Pengertian lingkungan sekolah ... 21
b. Unsur-unsur lingkungan sekolah ... 22
c. Lingkungan sekolah sebagai sumber belajar ... 24
2. Hakikat Sumber Belajar... 25
a. Pengertian sumber belajar ... 25
b. Macam-macam sumber belajar ... 27
c. Fungsi dan penggunaan sumbetr belajar ... 27
3. Pemanfaatan Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar ... 29
C. Hasil Belajar dalam Pembelajaran PKn ... 32
1. Pembelajaran PKn ... 32
2. Hasil Pembelajaran ... 34
a. Pengertian hasil belajar ... 34
b. Hasil belajar afektif ... 35
c. Faktor-faktor yang mepengruhi hasi belajar ... 36
ix Robby Darmawan, 2013
4. Studi Literatur ... 43
5. Angket (kusioner) ... 43
C. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ... 43
1. Teknik Pengelolaan Data dan Analisis Data Kualitatif ... 43
a. Reduksi data ... 44
b. Display data ... 44
c. Mengambil kesimpulan ... 44
2. Teknik pengolahan data kuantitatif ... 45
a. Statistik deskriptif ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 53
1. Sejarah Sekolah SMP Pasundan 4 Bandung... 53
2. Visi dan Misi Sekolah ... 54
3. Keadaan Guru dan Siswa ... .. 55
4. Kedaan Fasilitas Belajar ... ... 57
5. Subjek Penelitian ... 57
6. Gamabaran Lingfkungan SMP Pasundan 4 Bandung ... 58
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 59
1. Deskripsi Hasil Observasi ... 59
1. Gambaran Lingkungan Sekolah yang dianggap sebagai Sumber belajar di SMP Pasundan 4 Bandung ... 93
2. Gambaran Hasil Belajar Afektif Siswa dalam Pembelajaran PKn. ... 95
3. Metode guru dalam memanfaatkan Lingkungan Sekolah sebagai Sumber belajar dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PKn di SMP Pasundan 4 Bandung ... 96
4. Bagaimana Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar dapat Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar afektif PKn Siswa ... 99
x Robby Darmawan, 2013
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 107
A.Kesimpulan ... 107
1. Kesimpulan Umum ... 107
2. Kesimpulan Khusus ... 108
B.Rekomendasi ... 110
1. Bagi Guru ... 110
2. Bagi Sekolah ... 110
3. Bagi institusi/Jurusan ... 111
4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 111
DAFTAR PUSTAKA ... 112
xi Robby Darmawan, 2013
Daftar Tabel
Tabel 1.1 Jabaran variabel, indikator, instrumen dan sumber data ... 9
Tabel 3.1 Korelasi antar variabel ... 45
Tabel 3.2 jumlah populasi ... 46
Tabel 3.3 jumlsah sampel ... 47
Tabel 3.4 hasil uji valaditas ... 49
Tabel 4.1 data guru & staf SMP Pasundan 4 Bandung ... 55
Tabel 4.2 kulifikasi pendidikan guru SMP 4 Pasundan Bandung ... 56
Tabel 4.3 Jumlah siswa SMP Pasundan 4 bandung ... 56
Tabel 4.4 Interpretasi Penafsiran Hasil data ... 68
Tabel 4.5 guru memberikan contoh dalam kehidupan keluarga pada saat menjelaskan materi tentang norma... 69
Tabel 4.6 selain contoh dalam kehidupan keluarga guru juga memakai contoh dalam kehidupan masyarakat sekitar sekolah ... 69
Tabel 4.7 guru memberikan materi sengan menggunakan sumber belajar seperti buku teks pelajaran ... 70
Tabel 4.8 guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar diluar kelas... 71
Tabel 4.9 guru memberi petunjuk dan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan atau menganalisa kehidupan masyarakat dilingkungan sekitar sekolah ... 72
Tabel 4.10 guru memberitahukan pada siswa untuk mematuhi peraturan di sekolah dalam pelaksanaan materi mengenai norma ... 72
Tabel 4.11 guru memfasilitasi untuk siswa dalam pembelajaran PKn untuk memanfaatkan sarana dan prasarana seperti Lab, perpustakaan, serta masyarakat sekitar lingkungan sekolah ... 73
Tabel 4.12 guru menugaskan siswa untuk mengamati dan melihat gambaran yang terjadi dilingkungan sekolah yang berkaitan dengan materi pembelajaran PKn ... 74
Tabel 4.13 guru memberikan gambaran mengenai materi tentang norma dengan memberikan contoh-contoh sikap yang terjadi dilingkungan sekoah . 74 Tabel 4.14 guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengamati lingkungan sekolah berkaitan dengan materi norma( norma kesopanan ) ... 75
Tabel 4.15 guru memberikan contoh-contoh berkaitan dengan norma hukum melalui pengamatan di lingkungan sekolah ... 76
xii Robby Darmawan, 2013
Tabel 4.17 dalam pembelajaran PKn, dikaitkan dengan contoh-contoh yang
nyata yang berada dilingkungan sekitar sekolah ... 77
Tabel 4.18 guru memberikan materi yang berkaitandengan norma dengan pemanfaatan lingkungan sekolah untuk dijadikan gambaran conroh-contoh pelanggaran terhadap norma hukum ... 78
Tabel 4.19 dalam menerangkan pelajaran PKn guru mereflesikan materi dengan lingkungan sekolah ... 78
Tabel 4.20 dalam pembelajaran PKn guru selalu memberikan contoh nyata dalam kehidupan yang berada dilingkungan sekolah ... 79
Tabel 4.21 dalam pembelajaran PKn guru memberikan kesepakatan untuk menggunakan fasilitas sekolah (perpustakaan, Lab, dan organisasi OSIS) untuk keperluan pembahasan materi yang di bina ... 80
Tabel 4.22 dalam pembelajaran PKn guru sering memberikan contoh mengenai kehidupan sehari-hari melalui contoh-contoh yang berada di lingkungan sekolah SMP Pasundan 4 Bandung ... 80
Tabel 4.23 dalam pembelajaran PKn guru menggunakan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran ... 81
Tabel 4.24 dalam pembelajaran PKn guru mengaitkan materi pembelajaran dengan memberikan contoh-contoh kehidupan yang berada dilingkungan sekolah... 82
Tabel 4.25 mencium tangan orang tua ketika hendak berangkat sekolah ... 83
Tabel 4.26 membantu pekerjaan orang tua di rumah ... 83
Tabel 4.27 berperilaku sopan dan santun terhadap guru dan teman di sekolah 84 Tabel 4.28 datang kesekolah tepat waktu ... 84
Tabel 4.29 melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang di anut ... 85
Tabel 4.30 menghormati adat istiadat suatu masyarakat ... 85
Tabel 4.31 melaksanakan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat ... 86
Tabel 4.32 membeli barang produk dalam negeri ... 86
Tabel 4.33 memakai helm ketika naik kendaraan bermotor ... 87
Tabel 4.34 membayar pajak tepat pada waktunya ... 87
Tabel 4.35 mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru ... 88
Tabel 4.36 bertanya pada guru tentang materi yang di ajarkan ... 88
Tabel 4.37 memperhatikan guru ketika sefang menerangkan ... 89
Tabel 4.38 ketika dirumah membaca kembali materi yang di ajarkan di sekolah... 90
Tabel 4.39 menaati tata tertib yang berada di sekolah ... 90
Tabel 4.40 korelasi variabel ... 91
Tabel 4.41 aturan Sugiyono ... 92
xiii Robby Darmawan, 2013
Daftar Bagan
1 Robby Darmawan, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam
mempersiapkan warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Upaya yang
dapat dilakukan adalah menyelenggarakan program pendidikan yang memberikan
berbagai kemampuan sebagai seorang warga negara melalui berbagai mata
pelajaran termasuk salah satunya Pendidikan Kewarganegaraan. Kemampuan
dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar yang dicantumkan
dalam Standar Nasional merupakan bahan minimal yang harus dikuasai siswa.
Sejalan dengan hal tersebut maka peningkatan mutu pendidikan dapat kita
lakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan berusaha untuk
memahami bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana informasi yang
diperoleh dapat di proses dalam pikiran mereka sehingga menjadi milik mereka
serta bertahan lama dalam pikirannya.
Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai berikut:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Oleh sebab itu, perlu diupayakan penerapan iklim belajar yang tepat untuk
menciptakan lulusan yang benar-benar kreatif, inovatif dan berkeinginan untuk
maju melalui pemanfaatan sumber belajar untuk mengembangkan potensinya
secara utuh dan optimal. Sumber belajar sebagaimana di ketahui adalah sarana
atau fasilitas pendidikan yang merupakan komponen penting untuk terlaksananya
2
Robby Darmawan, 2013
Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar guru sewajarnya
memanfaatkan sumber belajar, karena pemanfaatan sumber belajar merupakan hal
yang sangat penting dalam konteks belajar mengajar tersebut. Hal ini juga sesuai
dengan apa yang dirumuskan dalam Pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003
tentang sisdiknas yakni pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar”.
Di katakan demikian karena memanfaatkan sumber belajar akan dapat
membantu dan memberikan kesempatan belajar yang berpartisipasi serta dapat
memberikan pengalaman belajar yang kongkrit. Kemudian dapat juga
memperluas cakrawala dalam kelas, sehingga tujuan yang telah ditentukan dapat
di capai dengan efisien dan efektif.
Banyak pengertian sumber belajar menurut para ahli diantaranya Hamalik
(Pratiadi utomo) menyebutkan bahwa sumber belajar merupakan sumber yang
dapat di pakai oleh siswa baik sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan siswa
lainnya untuk memudahkan.
Jadi menurut pendapat Hamalik sejalan dengan apa yang ada di lapangan
untuk saat ini, bahwa sumber belajar merupakan sumber yang dapat dipakai oleh
siswa baik itu secara sendiri maupun kelompok untuk mempermudah siswa dalam
kegiatan belajar.
Sementara itu Mudhofir (pratiadi utomo) memberikan pendapatnya
mengenai sumber belajar menurutnya bahwa Sumber belajar adalah berbagai
informasi, data-data ilmu pengetahuan, gagasan-gagasan manusia baik dalam
bentuk bahan-bahan tercetak, maupun non cetak.
Setiap orang membutuhkan informasi dan ilmu pengetahuan khususnya para
siswa, dengan adanya informasi dan ilmu pengetahuan mereka sangat terbantu,
oleh karena itu sumber belajar yang dapat memberikan informasi dan data-data
yang baik sangat diharapkan.
Menurut AECT (Association For Educaton Communication Technology)
dan Banks (Komalasari 2010:108), sumber pengajaran adalah “segala sesuatu atau
daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam
3
Robby Darmawan, 2013
meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.” Jadi sumber belajar
dapat diartikan sebagai segala hal di luar diri anak didik yang memungkinkannya
untuk belajar, dapat berupa pesan, orang, bahan, alat teknik dan lingkungan.
Disebutkan bahwa lingkungan atau latar merupakan salah satu dari
komponen sumber belajar adapun yang dimaksud dengan lingkungan atau latar
adalah situasi di sekitar terjadinya proses belajar mengajar di mana pembelajar
menerima pesan. Lingkungan dibedakan menjadi dua macam, yaitu lingkungan
fisik dan lingkungan non fisik. Contoh lingkungan fisik: gedung sekolah,
perpustakaan, laboratorium, aula pasar, kebun, bengkel pabrik dll. Contoh
lingkungan nonfisik: tata ruang belajar, ventilasi udara, cuaca, kebisingan atau
ketenangan lingkungan belajar, dll.
Dalam buku Pembelajaran Kontekstual (Komalasari, 2010:114) disimpulkan
bahwa fungsi sumber belajar dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Sumber informasi dalam proses pembelajaran. 2. Mengatasi keterbatasan pengalaman belajar. 3. Melampaui batas ruang kelas.
4. Memungkinkan interaksi langsung.
5. Memungkinkan keseragaman pengamatan. 6. Menanamkan konsep baru.
7. Membangkitkan minat baru. 8. Membangkitkan motivasi,
9. Memberikan pengalaman menyeluruh.
Dari paparan di atas telah disebutkan, bahwa sumber belajar merupakan
media yang dijadikan rujukan dalam menopang kemudahan belajar. Hal ini selaras
dengan temuan Worth (Komalasari, 2010 : 114), bahwa “kemampuan rata-rata
manusia dalam mengingat lebih kuat secara verbal dan visual dari pada verbal saja
atau visual saja.”
Kenyataan yang kita hadapi selama di sekolah adalah siswa hanya menerima
pelajaran yang diberikan oleh guru. Selama proses belajar megajar berlangsung
keaktifan siswa sangat kurang sekali. Hal ini menggambarkan belajar secara
tradisional, dimana siswa hanya mendengar penjelasan dari guru sebagai
satu-satunya sumber. Sedangkan kita ketahui kemampuan guru terbatas baik dari segi
4
Robby Darmawan, 2013
seperti buku teks, namun sumber belajar tidak terbatas pada buku saja masih
banyak sumber belajar lain yang dapat membantu dalam proses belajar mengajar.
Pada dasarnya semua jenis lingkungan yang ada di sekitar siswa dapat
dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar sepanjang relevan
dengan kompetensi dasar dan hasil belajar yang bisa berupa lingkungan alam atau
lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan budaya atau buatan.
Pembelajaran yang sedang dikembangkan sekarang adalah pembelajaran yang
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang dikenal dengan
pembelajaran kontekstual. Guru dalam mengajar tidak terikat pada buku teks, dan
menjelaskan kepada siswa tentang konsep-konsep, istilah-istilah dan teori-teori di
kelas secara abstrak dan siswa berusaha untuk memahami jalan pikiran guru. Guru
menjadi satu-satunya sember belajar dan pembelajaran berpusat pada guru.
Sebagai sebuah terobosan baru dalam dunia pendidikan, maka permasalahan
sekarang adalah bagaimana pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar terhadap hasil belajar afektif pelajaran PKn. Sebagai bahan ajar, mata
pelajaran PKn memiliki kompleksitas sendiri. Mata pelajaran PKn sebagai bagian
dari ilmu sosial lebih cendrung mengutamakan pada pembentukan sikap dan
kepribadian yang mengarah kepada tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai
luhur bangsa yaitu Pancasila. Sejalan dengan ini, Kosasih (1982 : 32 )
menjelaskan bahwa target yang hendak dicapai melalui PKn, adalah :
1. Membina kognitif atau pengetahuan untuk dipelajari dan dikembangkan lebih lanjut ditingkat sekolah atau pendidikan lanjutannya serta untuk diamalkan.
2. Membina sikap afektif, dalam arti pembinaan system tentang system nilai yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945 sebagai suatu ide atau nilai yang menjadi dorongan dan dasar pengalaman kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut penulis mengambil
judul tentang “Pemanfaatan Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Afektif Siswa dalam Mata Pelajaran
5
Robby Darmawan, 2013
Melihat penjelasan di atas menarik untuk dikaji bagi peneliti ketika sumber
belajar dikaitkan dengan hasil belajar afektif siswa, untuk itu peniliti ingin
melakukan penilitian di SMP PASUNDAN 4 Bandung karena dilihat dari letak
geografis SMP PASUNDAN 4 berada di lingkungan ramai yang bisa di jadikan
sebagai sumber belajar, untuk itu peneliti melakukan eksperimen mengenai
adakah pengaruh pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar
terhadap hasil belajar afektif siswa dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
B. Rumusan masalah
Berdasakan analisis masalah pada latar belakang, yang menjadi akar
masalah ialah bagaimana seroang guru atau lembaga sekolah mengelola tingkat
pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk meningkatkan
hasil belajar siswa di SMP PASUNDAN 4 BANDUNG . akan peneliti uraikan
kembali menjadi sub-sub rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran lingkungan sekolah yang dianggap sebagai sumber
belajar di SMP Pasundan 4 Bandung?
2. Bagaimana gambaran hasil belajar afektif siswa?
3. Bagaimana guru dapat memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PKn di SMP Pasundan 4
Bandung?
4. Bagaimana lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dapat meningkatkan
kualitas hasil belajar afektif PKn di SMP Pasundan 4 Bandung?
5. Apa saja kendala guru dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar?
C. Tujuan penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, secara umum penelitian ini selain
bertujuan untuk menyelesaikan studi pada jenjang S1 dalam bidang Pendidikan
Kewarganegaraan juga bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara aktual dan
6
Robby Darmawan, 2013
untuk meningkatkan hasil belajar afektif dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di SMP Pasundan 4 Bandung “
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk
mengungkapkan dan mendapat gambaran tentang :
1. Lingkungan sekitar sekolah yang dianggap sebagai summber belajar di SMP
Pasundan 4 Bandung.
2. Hasil belajar afektif siswa SMP Pasundan 4 Bandung kelas VII
3. Pemanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dalam menigkatkan
kualitas pembelajaran PKn di SMP Pasundan 4 Bandung.
4. Kualitas hasil belajar PKn di SMP Pasundan 4 Bandung setelah
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
5. Kendala guru dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
D. Hipotesis Penelitian
Arikunto menyatakan “hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang
terkumpul”. Dalam penelitian ini hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan adalah:
”Terdapat pengaruh positif signifikan dari lingkungan sekolah terhadap hasil belajar afektif siswa dalam mata pelajaran PKn di SMP Pasundan 4 Bandung”.
E. Kegunaan penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
kontribusi nyata bagi sekolah-sekolah dan lembaga institusional lainnya yang ada
di Indonesia mengenai Pemanfaatan Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar
di SMP Pasundan 4 Bandung.
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atas
pengembangan keilmuan mengenai Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai
7
Robby Darmawan, 2013
b. Mampu membantu seorang guru dalam merepleksikan materi dalam mata
pelajaran.
c. Membantu membuat proses belajar mengajar lebih bermakna.
2. Secara Praktis
a. Bagi Guru
1) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian dan acuan guru-guru
lainnya bahwa pemanfaatan lingkungan sekolah dapat di jadikan sarana
dalam proses belajar mengajar.
2) Pemanfaatan lingkungan kehidupan sosial dapat dijadikan sebagai strategi
bagi guru dalam menerapkan mata pelajaran agar lebih menarik.
3) Pemanfataan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar juga dapat
diorganisasikan dan dihimpun sebagai metode mengajar dalam sebuah RPP
yang digunakan guru dalam pembelajaran di kelas.
b. Bagi Siswa
1) Siswa dapat lebih paham dalam mengartikan suatu materi karena dapat
langsung besentuhan dengan lingkungan.
2) Mengembangkan pengalaman dan pengetahuan siswa.
3) Mengeratkan hubungan antara siswa dengan lingkungan.
c. Bagi Peneliti
1) Sebagai bekal dan bahan masukan dalam mengaplikasikan materi dengan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
2) Peneliti dapat memperoleh kemampuan secara lebih luas dalam bidang
pendidikan mengenai proses pembelajaran yang mengambil potensi dari
lingkungan sosial.
d. Bagi Institusi atau Jurusan PKn
1) Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pengetahuan dan keilmuan mengenai
8
Robby Darmawan, 2013
kewarganegaraan dengan cara menagaitkan suatu materi bahan ajar dengan
lingkungan sekitar sekolah yang berada disekitar yang bisa di jadikan sebagai
sumber belajar.
2) Menjadi salah satu rujukan buat para pendidik dalam cara menyampaikan
materi pada peserta didik dengan menggunakan media yang ada seperti
lingkungan yang di jadikan sumber belajar. Hal ini merupakan suatu referensi
baru dalam dunia pendidikan.
F. Asumsi Dasar
Adapun penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa:
1. Penggunaan atau pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.
2. Jika memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar guru dapat
lebih mengembangkan proses penyampain materi terhadap siswa, dan siswa
akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan.
G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari Dua variabel, yaitu sebagai variabel
bebas yang diteliti adalah tentang pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar dan sebagai variabel terikat adalah hasil belajar afektif.
Pengukuran terhadap hasil belajar afektif diperoleh berdasarkan hasil angket
dan observasi ketika dilapangan. Penelitian ini dilaksanakan di SMP
Pasundan 4 Bandung dengan subyek penelitian adalah siswa kelas VII dan
9
Robby Darmawan, 2013
Tabel.1, Jabaran Varibel, Indikator Instrumen dan Sumber Data.
10
Robby Darmawan, 2013
2. Keterbatasan Penelitian Untuk mengantisipasi terlalu luasnya lingkup
peneltian ini, maka peneliti perlu membatasi permasalahan penelitian ini,
sebagai berikut:
a. Penelitian ini tidak bisa mengungkap variabel lain selain pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar terhadap peningkatan hasil belajar
afektif siswa di SMP Pasundan 4 Bandung.
b. Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar terhadap
peningkatan hasil belajar afektif siswa diukur dengan menggunakan
tanggapan hasil angket serta wawancara terhadap siswa.
c. Obyek penelitian ini terbatas hanya pada lingkup lembaga Sekolah SMP
Pasundan 4 Bandung.
H. Definisi Operasional
Untuk menghindari salah pengertian dan penafsiran terhadap istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka didefinisikan sebagai berikut:
1. Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar PKn
Keberadaan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar sangat relevan
dengan PKn, dimana menurut rumusan Nu’man Somantri (dalam Nurmalina,
2008 : 3) Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang
berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan
lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan
orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih siswa berfikir keritis,
analisis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup
demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Dalam buku pembelajaran kontekstual (Komalasari, 2010:135) disebutkan
pemanfaatan sumber belajar disekitar sekolah.
a. Perpustakaan
Dalam pengertiannya yang mutakhir, disebutkan bahwa perpustakaan
merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan
11
Robby Darmawan, 2013
kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional. Adapun pengertian perpustakaan sekolah
adalah perpustakaan yang berada dalam suatu sekolah yang kedudukan dan
tanggung jawabnya kepada kepala sekolah, yang melayani civitas academica
sekolah yang bersangkutan.
b. Lingkungan Sekitar Sekolah
Selain perpustakaan, kita pun dapat menngunakan keberadaan masyarakat
sekitar sekolah atau lingkungan sekoalah sebagai sumber belajar dimanfaatkan
jika relevan dengan proses pembelajaran, misalnya untuk pelajaran PKn, OSIS
dan kegiatan ekstrakurikuler dapat dijadaikan sebagai laboratorium demokrasi di
luar kelas, kegiatan pengembangan diri di sekolah, dan masyarakat sekitar
sekolah.
Lingkungan tempat tinggal dan sekolah merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari aktivitas keseharian siswa. Oleh sebab itu, lingkungan dapat
dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan
siswa dalam proses pembelajaran seperti menafsirkan, mengomunikasikan,
membuat definisi, merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan hipotesis, melakukan
eksperimen, dan sebagainya.
Menurut Gagne (Komalasari, 2010:139) lingkungan mempunyai peranan
yang penting dalam pembentukan konsep, karena peranannya sebagai stimulus
untuk terjadinya suatu respon. Dengan kata lain, pembentukan sikap dan
pengembangan keterampilan siswa ditentukan pula oleh interaksinya dengan
lingkungan.
2. Sumber Belajar PKn
Dalam pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan ada tiga komponen
seperti yang diajukan oleh center for civic Education pada tahun 1999 dalam
National standard for civics and government. Ketiga komponen tersebut, yaitu
civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), civic skills (keterampilan
kewarganegaraan), dan civic desposition (karakter kewarganegaraan)Winataputra
12
Robby Darmawan, 2013
tiga komponen tersebut banyak berbagai sumber belajar yang dapat digunakan
dalam metode mengajar pendidikan kewarganegaraan.
Menurut Jaroloimenk (dalam Komalasari, 2010:116) sumber belajar dapat
kelompokan menjadi 2 kategori, yaitu: (1) reading materials and resources
(materi dan sumber bacaan) meliputi buku texs, ensiklopedia, buku referensi,
internet, majalah, panflet, surat kabar, kliping, brosur perjalanan, dan beberapa
bagian materi yang di cetak/diprint; (2) non reading materials and resources
(materi dan sumber bukan bacaan) meliputi gambar, film, rekaman, darmawisata,
dan sumber masyarakat.
Indikator lingkungan sekolah sebagai sumber belajar di SMP Pasundan 4
Bandung :
a. Belajar dilingkungan sekolah
b. Belajar di perpustakan
c. Belajar di masyarakat sekitar sekolah
3. Hasil Belajar Pkn
Hasil belajar Pkn dalam penelitian ini didefinisikan sebagai pencapaian
komponen-komponen yang mencakup aspek afektif berupa sikap. Evaluasi
berguna untuk mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah
dicapai atau hingga di mana terdapat kemajuan belajar peserta didik, dan
bagaimana tingkat keberhasilan sesuai dengan tujuan pembelajaran terebut.
Setelah ada kegiatan evaluasi akan ada suatu pencapaian hasil belajar yang
ditujukan dengan pemberian nilai, bagi seorang peserta didik, nilai merupakan
sesuatu yang sangat penting karena nilai merupakan cermin dari suatu
keberhasilan kegiatan belajr mengajar.
Untuk mengukur seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai akan
dilihat beragam jenis penilain. Terdapat tujuh penilaian yang dapat digunakan
guru dalam penilain PKn, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian
tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, portofolio, dan penilaian diri
13
Robby Darmawan, 2013
I. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung atau berlokasi di SMP Pasundan 4 Bandung yang
terletak di Jl. Kebonjati No. 31 Bandung. Pemilihan lokasi penelitian ini adalah
tempat beradanya objek peneletian yang akan diteliti sehingga penulis yakin akan
mendapatkan hasil penelitian yang maksimal dan yang diinginkan serta
didasarkan pada, bahwa di SMP Pasundan 4 Bandung memiliki lingkungan
sekitar sekolah yang dapat dimanfatkan oleh guru terhadap materi pembelajaran
dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah :
1. Kepala Sekolah SMP Pasundan 4 Bandung
2. Guru mata pelajaran PKn di SMP pasundan 4 Banding.
3. Siswa kelas VII SMP Pasundan 4 Bandung.
40
Robby Darmawan, 2013
Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Efektif Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan
Metode dan pendekatan adalah satu diantara unsur yang harus ada dalam
suatu penelitian. Hal ini disebabkan penggunaan metode dan pendekatan ini
adalah untuk mempermudah jalannya penelitian. Metode dan pendekatan ini yang
menjadi acuan bagi seorang peneliti dalam melakukan penelitiannya.
Metode dan pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif dalam penelitian ini
karena sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian yang ingin diperoleh dan bukan
menguji sebuah hipotesis, tetapi berusaha untuk mendapatkan sebuah gambaran
tentang pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn di SMP Pasundan 4
Bandung. hal ini sejalan dengan pendapat Nasution (2009: 24) yang mengatakan
bahwa penelitian deskriptif lebih spesifik dengan memusatkan kepada
aspek-aspek tertentu dan sering menunjukan hubugan antar variabel. Mengingat masalah
yang diambil peneliti lebih kompleks dan memiliki beberapa variabel maka
pengambilan metode deskriptif ini dirasa sangat tepat.
Adapun ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad (1985: 140) adalah
sebagai berikut :
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah actual.
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian di analisa.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, karena dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti aktivitas sejumlah
kelompok manusia yang kaitannya dalam hal perubahan perilaku. Bogdan dan
41
Robby Darmawan, 2013
Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Efektif Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
berikut “Pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku
yang diamati”.
Pemilihan penggunaan pendekatan kualitatif dikarenakan melalui penelitian
ini bermaksud untuk menggambarkan hasil penelitian atau fenomena-fenomena
yang diteliti digambarkan kedalam bentuk uraian-uraian yang menunjukan
bagaimana pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk
meningkatkan hasil belajar afektif siswa dalam mata pelajaran PKn di SMP
Pasundan 4 Bandung.
Pada dasarnya penelitian ini adalah kualitatif, tetapi untuk memperkuat
temuan ini dilengkapi dengan data yang sifatnya kuantitatif. Penggunaan data
kuantitatif diperoleh melalui angket. Dalam hal ini, peneliti sangat berperan aktif
dalam membuat rencana penelitian, proses pelaksanaan penelitian serta menjadi
faktor penentu dari keseluruhan proses dan hasil penelitian. Maleong (2007 : 132),
menyatakan bahwa :
“Dalam penelitian kualitatif manusia adalah instrumen pertama karna ia menjadi segala dari keseluruhan proses penelitian, ia segaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis data, analisis penafsiran dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitiannya”.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa selama
proses penelitian ini peneliti akan lebih banyak melakukan komunikasi dengan
subjek penelitian di SMP Pasundan 4 Bandung.
B. Teknik Pengumpulan Data
Adapun data-data yang diperlukan oleh peneliti, secara teknik dapat
diperoleh melalui beberapa kegiatan teknik pengumpulan data. Teknik
pengumpulan data yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
42
Robby Darmawan, 2013
Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Efektif Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
Mengutip perkataan Esterberg dalam Sugiyono (2010: 231) yang
mengatakan bahwa “wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu”. Peneliti melakukan wawancara ini dengan tujuan untuk mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam. Pada dasarnya
wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi dari responden (informan)
secara langsung. Harrison (2009: 108) mengatakan “wawancara juga membantu
dalam proses pengidentifikasian dokumen yang penting, perlu dibaca, dan
ditindaklanjuti. Hal inilah yang diharapkan oleh penulis, karena dalam penelitian
ini juga akan menggunakan studi dokumen berdasarkan dari dokumen atau arsip
yang tersedia dari informan. Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan tanya
jawab dengan responden, yaitu kepala sekolah, guru, dan perwakilan siswa SMP
Pasundan 4 Bandung.
2. Pengamatan (Observasi)
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap
objek penelitian yang dimaksudkan untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas
tentang kehidupan sosial yang wajar dan sebenarnya sukar diperoleh dengan
metode-metode lain (Nasution, 1997:122). Observasi merupakan suatu aktivitas
penelitian dalam rangka mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah
penelitian melalui proses pengamatan langsung terhadap objek penelitian
dilapangan. Dengan melakukan observasi, peneliti dapat memperoleh suatu
gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang sedang diteliti dan dapat
memberikan deskripsi mengenai gambaran umum tentang objek yang sedang
diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi pengamatan peneliti adalah
pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.
43
Robby Darmawan, 2013
Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Efektif Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
Studi Dokumentasi menurut Sugiyono (2010: 240) menyebutkan bahwa
“dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen ini bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental”. Dalam penelitian ini,
studi dokumen dapat memberi dukungan terhadap data dari hasil wawancara dan
observasi sehingga data akan lebih terpercaya. Dengan melakukan studi dokumen
ini, akan memperkuat dan melegkapai data-data yang telah didapat melalui
observasi dan wawancara. Mengingat dalam observasi dan wawancara akan
banyak sekali data yang tidak didapatkan oleh peneliti, maka studi dokumen ini
sangatlah penting untuk menemukan data-data yang belum didapat dalam
wawancara dan observasi.
4. Studi Literatur
Studi Literatur yaitu tehnik penelitian yang dilakukan dengan cara
mempelajari dan mengkaji buku-buku yang ada hubungnnya dengan masalah
yang diteliti untuk memperoleh bahan-bahan atau sumber informasi dari masalah
yang diteliti. Tehnik ini selain digunakan untuk melengkapi serta meperkuat
landasan peneliti dalam melakukan penelitian juga untuk melengkapi hasil
penelitian yang peneliti lakukan. Tehnik ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan berbagai macam sumber dan litelatur buku-buku yang berkaitan
dengan lingkungan sekolah. Dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan
dengan penelitian, diharapkan peneliti dapat memperoleh data secara teoritis
sebagai penunjang penelitian.
5. Angket (kuesioner)
Angket menurut Danial dan Nanan Warsiah (2007 : 62). Angket, adalah :
“alat untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan tujuan penelitian”. Alat ini
berupa sejumlah pernyataan-pernyataan yang diajukan secara tertulis kepada
44
Robby Darmawan, 2013
Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Efektif Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
C. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data Kualitatif
Pengolahan data dalam penelitian kualitatif memerlukan daya kreatifitas
serta kemampuan intelektual tinggi dari peneliti sehingga dapat terhindar dari
terjadinya bias, dan peneliti mampu menafsirkan secara objektif sesuai dengan
tujuan penelitian. Miles dan Huberman seperti yang dikutip oleh Salim (2006:
20-24), menyebutkan ada tiga langkah pengolahan data kualitatif, yakni reduksi data
(data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan
(conclusion drawing and verification). Dalam pelaksanaannya reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi, merupakan sebuah langkah
yang sangat luwes, dalam arti tidak terikat oleh batasan kronologis. Secara
keseluruhan langkah-langkah tersebut saling berhubungan selama dan sesudah
pengumpulan data, sehingga model dari Miles dan Huberman disebut juga sebagai
Model Interaktif. Hal ini sejalan dengan Nasution (1998:129-130) bahwa
langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut :
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh di lapangan ditulis/ditik dalam bentuk uraian atau laporan terperinci. Laporan yang disusun kemudian direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting dan dicarikan temanya.
b. Display Data
Data yang telah diperoleh diklasifikasikan menurut pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat hubungan suatu data dengan data yang lainnya
c. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi
Peneliti membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diproses
melalui reduksi dan display data.
Pengolahan data dilakukan berdasarkan pada setiap perolehan data dari
catatan Lapangan, direduksi, dideskripsikan, dianalisis, dan kemudian ditafsirkan.
45
Robby Darmawan, 2013
Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Efektif Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
menggali fakta sebagaimana adanya (natural setting), dengan teknik analisis
pendalaman kajian (verstegen). Untuk memberikan gambaran data tentang hasil
penelitian, maka dilakukan prosedur sebagai berikut:
Tahap Penyajian Data: Data disajikan dalam bentuk deskripsi yang terintegrasi. Tahap Komparasi: Tahap komparasi merupakan proses membandingkan hasil
analisis data yang telah dideskripsikan dengan interpretasi data untuk
menjawab problematik penelitian yang diajukan. Dengan demikian data yang
diperoleh melalui deskripsi akan dibandingkan dan dibahas berdasarkan
landasan teori, yang dikemukakan pada bab 2.
Tahap Penyajian Hasil Penelitian: Tahap ini dilakukan setelah analisa komparasi, yang kemudian dirangkum dan diarahkan pada kesimpulan untuk
menjawab problematik penelitian.
2. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data Kuantitatif
a. Statistik Deskriptif
Data diolah dengan menggunakan perhitungan prosentase yang dimaksud
untuk melihat perbandingan besar kecilnya frekuwensi dari setiap alternatif
jawaban. Prosentase diperoleh dengan membandingkan jumlah frekuwensi
jawaban dan banyaknya sampel atau responden yang dikalikan dengan angka
100%. Dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
P = Persentase jawaban
F = Jumlah frekwensi dari setiap alternative jawaban
N = Jumlah Sampel
100 = Bilangan tetap
b. Korelasi dan Regresi
46
Robby Darmawan, 2013
Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Efektif Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
hasil pengolahan data statistik dengan menggunakan SPSS 20, nampak hasil
korelasi antara pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dalam
pembelajaran PKn dengan hasil belajar siswa. Secara deskriptif, hubungan ini
menekankan pada hasil belajar secara afektif di mana siswa memiliki
keterampilan sikap (attitude) yang diharapkan. Hasil pengolahan data tersebut
dapat digambarkan ke dalam tabel berikut :
Tabel 3.1
Korelasi Antar Variabel
X Y
X
Pearson Correlation 1 ,552**
Sig. (2-tailed) ,000
N 175 175
Y
Pearson Correlation ,552** 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 175 175
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono (2012 : 215) mengartikan populasi sebagai wilayah generalisasi
yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Sesuai masalah yang diteliti, maka yang menjadi populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII (tujuh), dan kelas VIII (delapan),
kepala sekolah dan guru PKn di SMP Pasundan 4 Bandung. Dari studi
pendahuluan didapatkan jumlah populasi sebanyak 624 orang, dengan rincian
47
Robby Darmawan, 2013
Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Efektif Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
4 Guru pengajar PKn 2
Total 320
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2012 : 81). Untuk menentukan jumlah sampel yang
akan diambil dan digunakan dalam penelitian ini adalah metode simple random
sampling (sampling acak sederhana). Dikatakan simple (sederhana) karena
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2012: 82). Cara ini
cukup objektif, umum dipakai, dan cocok untuk sampel dalam jumlah yang tidak
begitu banyak serta dapat mengurangi subjektivitas dalam pengambilan sampel.
Besaran sampel dari siswa mengacu pada tabel Krejcie (Sugiyono,
2000:63) yakni, jumlah populasi keseluruhan adalah 317 orang siswa.
Dikarenakan jumlah populasi sebesar 317 orang siswa tidak terdapat dalam daftar
table Krejcie, peneliti menyesuaikannya dengan mengambil jumlah populasi
paling mendekati yang ada pada tabel, yakni pada table sebesar 320 populasi
memerlukan sempel 175 orang siswa.
Tabel 3.3
Jumlah Sampel
No. Populasi Jumlah Populasi Jumlah Sampel
1 Kelas VII 317 orang 75 siswa
Jumlah 175
48
Robby Darmawan, 2013
Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Efektif Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
Keberhasilan suatu penelitian ditentukan pula oleh alat pengambilan data
yang digunakan, sebab data yang diperlukan menjawab pertanyaan peneliti dan
menguji melalui instrumen. Oleh karena itu, “instrument sebagai alat pengumpul
data harus betul-betul dirancang dan disusun sedemikian rupa sehinnga
menghasilakan data emperik sebagaimana mestinya”. (Sudjana, 1998 : 87)
Sebelum instrument digunakan dalam penelitian, instrument tersebut di
konsultasikan pada dosen pembimbing. Instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap,
dan sistematis sehingga lebih mudah di olah (arikunto, 1997 ; 136). Uji coba
instrumen ini dilakukan untuk mengetahui kualitas atau kelayakan instrumen
untuk digunakan.
1. Uji Validitas
Validitas tes adalah tingkat keabsahan suatu tes. Tes yang valid adalah tes
yang benar-benar dapat mengukur apa yang hendak diukur. Uji valaditas
bertujuan untuk mengukur sahih tidaknya item-item instrumen penelitian. Seperti
yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2003: 69) bahwa “Sebuah tes
dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti
memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriteria.”
Pada penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah uji validitas isi
(content validity) berkenaan dengan isi dan format instrumen menggunakan
pendapat dari ahli (Expert judgement) dan uji validitas empirical validity, dimana
angket yang digunakan diujikan kepada sampel yang bukan sampel penelitian
kemudian skor-skor diperoleh dari tes angket tersebut dihitung menggunakan
rumus koefisiensi korelasi Product Moment dari Karl Pearson. Tingkat valaditas
item soal tes ditentukan oleh rumus koefisien korelasi (r) dengan rumus product
moment adalah sebagai berikut :
(Arikunto, 2002: 146)
√
49
Robby Darmawan, 2013
Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Efektif Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
Dimana, = Koefisien korelasi
X = skor tiap item dari responden
Y = Skor total dari tiap responden
N = Jumlah responden
Angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik
tabel korelasi nilai r. Apabila nilai r hitung lebih besar dari r tabel maka butir
valid. sebaliknya, apabila r hitung lebih kecil dari r tabel maka butir tidak valid.
Dalam penelitian ini, peneliti menguji validitas dengan SPSS versi 20.
Uji validitas merupakan analisis untuk mengetahui apakah jumlah butir
pertanyaan atau item mampu mengungkap variabel yang diungkapkan. Pengujian
ini diukur dengan koefisien korelasi yang dibandingkan nilai tabel korelasi
product moment. Adapun hasil pengujian tersebut dengan taraf signifikasi 0,05
(5%) sebagaimana dalam tabel berikut:
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas
Item Soal T.Hitung T.Tabel Keterangan 1. 3,709 2,042 Valid 2. 2,105 2,042 Valid 3. 3,709 2,042 Valid
4. 3,288 2,042 Valid
50
Robby Darmawan, 2013
Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Efektif Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
14. 2,949 2,042 Valid 15. 5,016 2,042 Valid 16. 4,942 2,042 Valid 17. 2,106 2,042 Valid 18. 3,379 2,042 Valid 19. 3,141 2,042 Valid 20. 3,128 2,042 Valid
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dan alat ukur lainnya termasuk non tes, pada hakekatnya
menguji keajegan pertanyaan suatu tes apabila diberikan beberapa kali pada objek
yang sama. Suatu tes dikatakan reliable atau ajeg apabila beberapa kali pengujian
menunjukan hasil relative yang sama.
Suharsimi Arikunto (2002: 86) mengemukakan pengertian reliabilitas
yaitu merupakan “Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang
tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian
reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya
hasilnya berubah-ubah, perusahaan yang terjadi dapat dilakukan tidak berarti”.
Untuk uji reliabilitas, metode uji realibilitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji reliabilitas internal consstency method dengan
menggunakan Cronbach’s Alpha. Rumus ini digunakan karena data yang akan
diukur berupa data interval data skala likert. Menurut Kountur (Nuroiniah,
2010;86) bahwa : “Cronbach Alpha merupakan teknik pengujian reliabilitas suatu tes atau angket yang paling sering digunakan oleh karena dapat digunakan pada
tes-tes atau angket-angket yang jawaban tanggapannya berupa pilihan. Pilihannya
dapat terdiri dari dua pilihan atau lebih dari dua pilihan”.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien realibilitas
dengan rumus Cronbach Alpha adalah sebagai berikut:
51
Robby Darmawan, 2013
Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Efektif Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
Keterangan :
: Realibilitas instrument
K : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
: Jumlah varian butir
: Varian total
Analisis kuantitatif dilakukan untuk data yang terkumpul melalui angket,
dengan menggunakan analisis statistik deskriptif untuk mendeskripsikan masing
variabel penelitian X (pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar) dan
variabel Y (hasil belajar siswa), dan analisis statistik korelasi dan regresi untuk
melihat pengaruh variabel X terhadap Y (Sugiyono: 2005). Analisis statistik
menggunakan SPSS versi 20. Keeratan hubungan (korelasi) diinterprestasikan
dengan menggunakan aturan Sugiyono. Adapun pedoman yang diberikan
Sugiyono (2011: 242) dalam memberikan interpretasi koefisien korelasi adalah
sebagai berikut.
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 -0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
F. Tahap-tahap Penelitian
Penelitian kualitatif menempatkan peneliti pada posisi sebagai alat
penelitian yang utama dan analisis data sudah mulai sejak awal pengumpulan
data. Maleong (2000 :109) mengemukakan bahwa “penelitian kualitatif dapat
dibagi kedalam empat tahapan yaitu : 1). Tahap sebelum kelapangan; 2).
52
Robby Darmawan, 2013
Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Efektif Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
Dalam melakukan penelitian, untuk memudahkan dan membuat penelitian
secara sistematis maka harus melalui beberapa tahapan penelitian. Tahapan
penelitian tersebut ialah sebagai berikut :
1. Pra Penelitian
Dalam tahapan ini, peneliti mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian. Seperti menentukan focus permasalahan serta objek penelitian.
Selanjutnya, peneliti mengajukan judul dan profoasl skripsi sesuai dengan apa
yang akan diteliti. Setelah profosal atau rancangan penelitian disetujui oleh
pembimbing skripsi maka peneliti melakukan pra penelitian sebagai upaya
menggali gambaran awal dari subjek dan lokasi penelitian.
2. Perizinan Penelitian
Perizinan ini dilakukan agar peneliti dapat dengan mudah melakukan
penelitian yang sesuai dengan objek serta subjek penelitian. Adapun perizinan
tersebut ditempuh dan dikeluarkan oleh :
a. Mengajukan surat permohonan izin mengadakan penelitian kepada Ketua
Jurusan PKn FPIPS UPI untuk mendapatkan surat rekomendasinya untuk
disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI.
b. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada
Pembantu Dekan 1 atas nama Dekan FPIPS UPI untuk mendapatkan surat
rekomendasinya untuk disampaikan kepada Rektor UPI.
c. Setelah mendapatkan izin kemudian penulis melakukan penelitian ditempat
yang telah ditentukan yaitu SMP Pasundan 4 Bandung.
3. Pelaksanaan Penelitian
Tahap ini merupakan inti dari penelitian yang dilakukan dimana peneliti
53
Robby Darmawan, 2013
Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Efektif Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
memecahkan focus masalah. Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti
adalah sebagai berikut :
a. Menghubungi Kepala Sekolah SMP Pasundan 4 Bandung untuk meminta
informasi dan meminta izin untuk melaksanakan penelitian.
b. Menghubungi guru PKn SMP Pasundan 4 Bandung yang akan diwawancarai.
c. Mengadakan wawancara dengan guru PKn SMP Pasundan 4 Bandung
d. Mengadakan wawancara dengan Kepala sekoalah SMP Pasundan 4 Bandung.
e. Menghubungi siswa sebagai subjek penelitian
f. Membuat catatan yang diperlukan dan dianggap penting yang berkata dengan
masalah yang akan diteliti.
107 Robby Darmawan, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab 5 ini merupakan kesimpulan dari hasil kajian tentang “Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran PKn”. Kesimpulan yang penulis rumuskan berdasarkan atas data yang terkumpul dari objek penelitian. Data yang telah
diolah dan dianalisis kemudian ditafsirkan dalam bentuk tulisan dan bahasa karya
ilmiah. Selain itu, peneliti membuat rekomendasi berdasarkan hasil penelitian
yang disesuaikan dengan kesimpulan sebelumnya dengan harapan adanya
perbaikan serta perubahan terutama bagi objek penelitian dan pada umumnya bagi
pihak-pihak yang berkepentingan dengan karya ilmiah ini.
A.Kesimpulan
1. Kesimpulan umum
Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar merupakan salah
satu upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar afektif siswa karena sekolah
merupakan tempat diamana siswa berinteraksi sehari-hari antara siswa dengan
siswa, siswa dengan guru, siswa dengan masyarakat sekitar, dan siswa dengan
lingkungannya. Lingkungan yang berada disekitar sekolah SMP Pasundan
merupakan lingkungan yang cukup kompleks dimana diasana banyak terjadi
aktifitas kehidupan sosial masyarakat sekitar yang majemuk karena merupakan
salah satu tempat yang dekat dengan pusat kota. Oleh sebab itu selain
menggunakan sumber belajar yang berada di sekolah seperti perpustakaan, LAB,
dan buku paket, guru juga memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai
sumber untuk dikaitkan dengan materi yang sedang diajarkan khususnya pada
materi tentang norma dengan cara mengajar seperti ini siswa semakin menyimak
dan mampu memahami materi yang diajarkan karena siswa diberikan beberapa
contoh-contoh realita kehidupan masyarakat sekitarnya yang berkaitan dengan
materi tentang norma misalanya ketika menerangkan contoh-contoh berkenaan
108
Robby Darmawan, 2013
itu siswa merasa tidak jenuh dan bisa jauh lebih paham dibandingkan dengan guru
mengajar dengan metode seperti biasa ketika siswa semakin paham dengan materi
maka hal ini juga dapat berdampak kepada hasil belajar yang siswa ikuti.
2. Kesimpulan Khusus
a. Gambaran keadaan lingkungan sekolah yang dianggap sebagai sumber
belajar di SMP Pasundan 4 Bandung berdasarkan pengamatan di lapangan
diketahui bahwasannya sumber belajar itu tidak terpaku pada
perpustaakaan sekolah saja, namun lebih dari itu lingkungan sekitar
sekolah juga harus dapat dijadikan sumber belajar, dalam hal ini yaitu
lingkungan masyarakat yang merupakan lingkungan paling strategis bagi
tumbuh kembangnya jiwa sosial siswa.
b. Gambaran hasil belajar afektif siswa tentunya siswa mampu mengerti
tentang materi norma yang diajarkan dengan melihat gambaran perolehan
hasil angket yang menunjukan suatu peningkaan terhadap hasil belajar
afektif . siawa lebih mengerti dan tau akan norma kesopanan mengtahui
norma-norma diantaranya norma kesopanan, hukum, dan agamaserta
dilakujkan dengan sebuah perbuatan yang dipraktekan dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Metode guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar dalam meningkatkan kualiatas pembelajaran PKn di SMP
Pasundan 4 Bandung berdasarkan pengamatan dilapangan metode yang
digunakan biasanya smetode konvensional ceramah bervariasi
dikolaborasikan dengan pemanfaatan gambaaran keadaan lingkungan
sekitar sekolah yang dijadikan contoh sebagai contoh sumber belajar pada
saat pembelajaran PKn yang berkaitan dengan materi tentang norma.
Selain itu juga terkadang guru mencoba dengan metode pengamatan
(obsevasi) dilapangan sehingga siswa dapat merasakan bagaimana kondisi
masyarakat dan mobilitas sosial secara penuh hal ini berfungsi untuk
melatih kepakaan siswa terhadap kehidupan sosial dan juga dapat melatih
109
Robby Darmawan, 2013
d. Lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dapat meningkatkan kualitas
hasil belajar afektif PKn di SMP Pasundan 4 Bandung berdasarkan
hipotesis peneliti sebelumnya serta ditambah dengan hasil perhitungan
angket ternyata terdapat pengaruh positif Jika ukurannya digambarkan
dengan menggunakan aturan Sugiyono dengan nilai korelasi 0,552, maka
keeratan hubungan termasuk kepada kategori sedang di mana nilai yang
dideskripsikan antara 0,40-0,599. Oleh karena itu, hubungan antara
keduanya mampu menjadi titik tolak pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan dalam memproses paradigma pembelajaran
konvensional ke arah paradigma pembelajaran yang bersifat modern
sesuai dengan perkembangan zaman yang tidak hanya menitik beratkan
pada aspek kognitif saja tetapi juga menitiberatkan pada kemampuan dan
keterampilan berpikir aktif siswanya guna meningkatkan hasil belajar.
dengan hasil menunjukkan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar berpengaruh positif signifikan sebesar 0,305 terhadap hasil belajar
siswa. Sehingga jika digambarkan secara deskriptif maka variabel Y
dipengaruhi oleh variabel X sebesar 30,5%. Namun sisanya sebesar 69,5
% dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain yang tidak diteliti. Hal ini
menunjukan terdapat perubahan hasil belajar afektif siwa setelah
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Dengan
perubahan yang dikategorikan pada perubahan sikap yang dituangkan
pada sekala sikap.
e. Kendala gruru dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar ini tidak lepas dari beberapa faktor seperti : 1). Adanya stigma
negatif pihak sekolah terhadap lingkunga sekolah yang berada di sekitar
SMP Pasundan 4 Bandung; 2). Terbatasnya alokasi waktu pembelajara;
3). Pembantasan aktivitas siswa untuk menjaga kondusifitas
pembelajaran; 4). Terbatasnya kemampuan guru dalam memanfaatkan