AMPIRAN 1
SKRIP PEMBAWA ACARA DAN OICE OER PERTAMA SKRIP PEMBAWA ACARA
Adegan 2 : Pembawa acara muncul sambil memberikan narasi “Negeri ini tidak pernah kehabisan kisah sengketa lahan, tanah tak bertuan yang telah digarap turun temurun secara komunal bisa berpindah tangan atas nama hukum dalam sekejap, belum lagi tanah bersurat sah tiba-tiba bisa diakui pihak lain karena juga memiliki surat sah. Lalu di Karawang Jawa Barat warga tiga desa yang hidup dari bertani terancam kehilangan sumber penghidupan ketika lahan mereka diambil oleh pemilik modal.” Dan kemudian ditambahkan, ‘Apa yang sesungguhnya terjadi? Simak penelusuran team Realitas berikut ini.
SKRIP VOICE OVER
Adegan 3 : “22 juni 204, rombongan anggota polisi muncul di wilayah Karawang Jawa Barat, sebuah lahan seluas 350 hektar yang akan dieksekusi menjadi alasan kehadiran para keanggotaan kepolisian ini. Kehadiran mereka mendapat sambutan tidak ramah dari para warga yang selama ini menguasai atas tanah sengketa”
Adegan 5 : Tidak tanggung-tanggung, kabarnya ada sekitar 7000 personil polisi yang diturunkan untuk menghadapi warga yang berjumlah lebih sedikit dari mereka, tapi jumlah yang tidak seimbang ini tidak menyurutkan warga untuk melancarkan aksi mereka.
Adegan 8: Eksekusi lahan seluas 350 hektar di karawang ini mendapatkan penolakan dari tiga desa di Kecamatan Teluk Jambe Barat, yaitu, desa Margamulya, Wanasari dan Wanakerta. Sebenarnya penolakan ini bukan tanpa dukungan pemerintah daerah.”
2 Adegan 4 : Berkali-kali terjadi perlawanan masyarakat terhadap upaya
penguasaan ratusan hektar lahan yang berpuluh-puluh tahun mereka garap. Tetesan air mata dan darah telah membasahi perjuangan ini.”
Adegan 6 : Keputusan eksekusi lahan yang mau dilakukan akhir juni lalu, sangat mengejutkan untuk warga di Kecamatan Teluk Jambe Barat. Rencana eksekusi berdasarkan putusan PK Mahkamah Agung ini, ditolak masyarakat karena mereka juga memiliki bukti kepemilikan tanah yang sah diatas sebagian lahan dan selalu membayar pajak.”
Adegan 8 : “ Sengketa lahan seluas 350 hektar di Karawang, melibatkan masyarakat dengan PT. Sumber Air Mas Pratama yang dimilki oleh sebuah group pengembang terkemuka. Keduanya sudah saling menggugat kepengadilan sejak awal tahun 2000-an, sengketa ini berkepanjangan karena putusan pengadilan ada yang memenangkan masyarakat sesuai dengan peta bidang tanah.
KEDUA SKRIP PEMBAWA ACARA
Adegan 3 : “ Benarkah kelompok preman juga dikerahkan untuk menghadapi penggarap tanah di Karawang? Realitas segera kembali.”
SKRIP VOICE OVER
Adegan 20 : Pasca usaha eksekusi Juni lalu, lahan sengketa kini dijaga ketat oleh personil Polisi. Warga pun tak bisa lagi bekerja di lahan pertanian mereka karena pengamanan yamg sangat ketat ini.”
Adegan 22 : “ Tak jauh dari pos aparat ada juga kelompok penjaga keamanan yang memakai baju seragam petugas keamanan.”
Adegan 26: menyatakan “ eam Realitas sempat mendapatkan banyak cerita dari seorang petani yang menunjukan tentang lahan garapannya.”
3 KETIGA SKRIP PEMBAWA ACARA
Adegan 32 : pembawa acara menyatakan “ Seperti lagu-lama yang selalu berulang, tidak ada sengketa lahan yang berlangsung mulus tanpa aksi represif. Demikian pula di Karawang, dimana petani yang memiliki tanah dan menggarap puluhan tahun harus berhadapan dengan personil bersenjata. Apa yang bisa dilakukan warga? Simak terus realitas.”
SKRIP VOICE OVER
Adegan 33 : inilah aksi unjuk rasa yang dilakukan para petani dan warga di depan kantor Bupati Karawang, tuntutan mereka antara lain ialah meminta personil keamanan dan polisi yang menjaga lahan segera ditarik. Ratusan masyarakat Karawang yang tergabung dalam Aliansi Besar Karawang (ABK) ini, mereka juga mendesak MUSBIDAH Kabupaten Karawang agar menolak penggusuran dan eksekusi terhadap tanah mereka seluas 350 hektar.”
Adegan 34: “ Masyarakat melakukan penolakan karena lahan yang mau di eksekusi sudah digarap, dikuasai dan dimiliki secara sah oleh warga. Mereka juga taat membayar pajak kepada negara selama puluhan tahun”.
Adegan 38 : “ penguasaan secara paksa lahan seluas 350 hektar yang terjadi pada akhir Juni lalu, telah menyebabkan kesengsaraan bagi para penggarap. Mereka terpaksa kehilangan mata pencaharian karena tidak bisa lagi bertani. Narkim misalnya, yang mempunyai tanah seluas 2 hektar, kini hanya mengandalkan istrinya untuk berjualan makanan.”
Adegan 40 : ” jalur hukum pun akan tetap di perjuangkan dan ditempuh, guna mendapatkan keadilan akan hak masyarakat yang tertindas.”