• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing Ideologi Politik Jokowi di Media Massa (Studi Kasus Pemberitaan di Metro TV, TV One, dan Kompas TV) T1 362010009 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing Ideologi Politik Jokowi di Media Massa (Studi Kasus Pemberitaan di Metro TV, TV One, dan Kompas TV) T1 362010009 BAB IV"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB IV

ANALISIS DATA

Ideologi politik Jokowi sebagai presiden RI ke-7 terlihat dari visi misi yang diterapkan dalam membangun bangsa dan negara Indonesia. Media massa berperan dalam penggambaran pencitraan jokowi yang berpengaruh terhadap kritik masyarakat. Media televisi membahas tentang visi misi Jokowi sebagai presiden RI menjelang masa pemilihan presiden (pilpres) tanggal 9 Juli 2014.

Program talkshow bertemakan hukum dan politik mengkritisi ideologi politik Jokowi secara mendalam. Isi acara program talkshow selalu menghadirkan sisi pro dan kontra dalam membahas suatu isu publik. Narasumber terkait dihadirkan dalam memberikan pernyataan mengenai Jokowi. Program talkshow yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian yaitu Mata Najwa (Metro TV), Indonesia Lawyer Club (TV One), serta Aiman (Kompas TV).

Metode framing digunakan untuk melihat cara media bercerita terhadap suatu peristiwa. Proses media menjelaskan tentang suatu peristiwa terkait pada cara pandang media dari suatu konstruksi realitas. Analisis Framing merupakan analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas serta membingkai pemberitaan dalam media. Pusat perhatian analisis framing terletak pada pembentukan pesan dari teks. Framing terkait pada cara wartawan melihat suatu peristiwa kemudian menyajikannya kepada khalayak. Perbedaan pembingkaian berita dalam media terkait pada 2 konsep yaitu pemaknaan peristiwa terkait pada bagian yang diliput atau dihapus serta penulisan fakta terkait pada pembentukan kalimat.

(2)

2 Seleksi Isu berkaitan dengan pemilihan fakta yang melihat cara media menggambarkan suatu peristiwa. Proses pemilihan fakta dapat berupa penonjolan yang berpengaruh pada penghilangan beberapa fakta dalam realitas. Penyeleksian isu tidak hanya terkait dalam tindakan praktisi jurnalistik melainkan pada politik media. Penonjolan aspek dari suatu isu terkait pada penulisan fakta. Proses penulisan suatu pemberitaan dilihat melalui pemakaian bahasa serta penggunaan kata yang dapat mempengaruhi khalayak. Penulisan pesan membatasi khalayak untuk memikirkan perspektif lain melainkan mengarahkan logika dalam memahami suatu peristiwa. Pembingkaian berita dilihat dari pesan yang disampaikan dalam mengarahkan pikiran khalayak agar terbentuk sama dengan pemikiran wartawan.

Dimensi framing merujuk pada konsepsi pemikiran yaitu pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana berita untuk menekankan kerangka berpikir yang digunakan oleh wartawan. Paradigma Entman dalam konsep framing terkait pada 4 hal yaitu :

- Pendefinisian Masalah (Define Problems) :

Cara wartawan memahami suatu peristiwa yang sedang terjadi. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda sehingga pembingkaian dapat mempengaruhi pembentukan realitas.

- Sumber Masalah (Diagnose Causes) :

Membingkai siapa yang dianggap aktor dari suatu peristiwa. Penyebab masalah yang dimaksud dapat berupa apa (what) atau siapa (who).

- Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgement) :

Membenarkan /memberikan argumentasi pada pendefinisian masalah yang telah dibuat. Wartawan harus memberikan argumentasi yang kuat dalam menentukan pendefinisian serta penyebab masalah terhadap suatu peristiwa. - Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation) :

(3)

3 Konsepsi Framing memiliki tujuan untuk menggiring persepsi khalayak agar sama dengan wartawan. Pembingkaian program acara terlihat dari pemilihan tema yang merujuk pada penentuan judul, kemudian mengurangi dan melebihkan beberapa fakta yang terkait. Suatu program talkshow mendominasi pesan melalui nara sumber yang memiliki pemikiran sama dengan wartawan.

Media televisi berperan dalam pemberitaan Jokowi sebagai presiden RI. Wartawan dari masing – masing media televisi memiliki cara berbeda dalam menggiring persepsi khalayak. Program talkshow seperti Mata Najwa (Metro TV), Indonesian Lawyer Club (TV One), serta Aiman (Kompas TV) memiliki pembahasan yang berbeda mengenai Jokowi. Pesan pada program talkshow tersebut dibingkai sesuai dengan persepsi masing – masing wartawan melalui narasumber yang terkait.

4.1Program Talkshow Mata Najwa (METRO TV)

4.1.1 Gambaran video

Gambar 4.1

(4)

4 Episode tayangan acara mata najwa tanggal 28 Mei 2014 dengan topik

“Siapkah Jokowi” menghadirkan beberapa narasumber yang tergabung dalam

partai politik sebagai pihak pro dan kontra terhadap visi misi Jokowi. Narasumber yang hadir yaitu Anies Baswedan, Mohammad Mahfud, Maruarar Sirait, Fadli Zon, Adian Napitupulu, serta Ahmad Yani.

- Segmen 1 & 2 : Anies Baswedan dengan Mohammad Mahfud

Gambar 4.2

(5)

5 Gambar 4.3

Mohammad Mahfud mengungkapkan bahwa Jokowi dalam melakukan pidato sebagai calon presiden tidak pernah menyampaikan tentang visi yang telah diterapkan. Implementasi kebijakan tidak dapat terlihat dalam mengontrol masa depan bangsa Indonesia secara terencana. Retorika atau pandangan kinerja Jokowi selama masuk dalam dunia pemerintahan disegani oleh masyarakat akan tetapi substansi retorika yang dijalankan tidak terlihat.

- Segmen 3 : Maruarar Sirait dengan Fadli Zon

Gambar 4.4

(6)

6 sederhana, merakyat, serta tegas. Sifat merakyat diartikan dengan tindakan Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta turut andil dalam menanggapi permasalahan yang sedang terjadi dan berada ditengah masyarakat. Isu negatif terhadap Jokowi sebagai capres boneka dan tunduk pada kekuatan asing ditanggapi sebagai perihal yang harus dilihat oleh masyarakat secara tindakan yang akan dilakukan yaitu menolak bantuan dari negara asing apabila mendapat persyaratan. Kinerja Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta cukup terlihat dengan beberapa tindakan yang telah dilakukan seperti penanggulangan banjir, tingkat kemacetan berkurang, dsb.

Gambar 4.5

(7)

7 - Segmen 4 : Adian Napitupulu dengan Ahmad Yani

Gambar 4.6

Adian Napitupulu sebagai perwakilan politikus partai PDI – Perjuangan (Partai demokrasi Indonesia) menyatakan Jokowi merupakan sosok pemimpin yang berpikir besar dan bertindak besar. Visi misi yang telah dibuat tidak disampaikan secara detail karena menginginkan masyarakat melihat tindakan yang akan dilakukan bukan semata – mata hanya pembicaraan.

Gambar 4.7

(8)

8 diberikan selama menjadi Gubernur DKI Jakarta. Negara Indonesia tidak cukup dipimpin oleh seorang pemimpin dengan pedoman pencitraan.

4.1.2 Analisa Framing

Metro TV merupakan stasiun televisi swasta di Indonesia yang tergabung dalam perusahaan Media Group. Surya Paloh sebagai pemilik media Metro TV turut andil dalam dunia politik. Partai NasDem ( Nasional Demokrat) mengangkat Surya Paloh sebagai ketua umum. Masa menjelang pemilihan presiden tanggal 9 Juli 2014 partai PDI-P melakukan koalisi dengan partai NasDem untuk mengangkat Jokowi sebagai calon presiden RI.

Mata Najwa merupakan program talkshow dari stasiun televisi Metro TV membahas tentang ideologi politik Jokowi. Tayangan pada tanggal 28 Mei 2014 memberikan tema “Siapkah Jokowi?” memberitakan tentang visi & misi ,rekam jejak serta kehidupan politik Jokowi semasa tergabung dalam dunia pemerintahan. Seleksi isu yang dilakukan bersifat positif yaitu mendukung Jokowi sebagai presiden RI. Program talkshow menghadirkan narasumber yang bersifat pro dan kontra. Mata Najwa menghadirkan narasumber yaitu Anies Baswedan, Mohammad Mahfud, Maruarar Sirait, FadliZon, Adrian Napitupulu, serta Ahmad Yani.

(9)

9 dapat dimenangkan oleh pihak pro sehingga khalayak tetap memiliki pandangan positif terhadap Jokowi. Segmen 4 menghadirkan Adrian Napitupulu sebagai perwakilan politikus partai PDI – P dengan Ahmad Yani sebagai perwakilan politikus partai PPP. Pandangan khalayak secara negatif tidak dapat mempengaruhi perubahan perspektif.

Program Mata Najwa memberikan gambaran mengenai ideologi politik yang dianut oleh Jokowi yaitu sosialisme. Visi & misi sebagai presiden RI mengutamakan pemerataan sistem pendidikan, pangan serta kesehatan dalam masyarakat. Sistem ideologi politik secara sosialisme mengutamakan kebersamaan dimana setiap individu harus berusaha untuk mendapatkan layanan masyarakat secara bersamaan.

Analisa framing pesan dari program Mata Najwa menurut Robert E.Entman sebagai berikut :

Tabel 4.1

Identifikasi Masalah Ideologi politik Jokowi yang diterapkan menjadi calon presiden RI

Sumber Masalah Jokowi

Membuat Keputusan Moral Jokowi merupakan calon pemimpin yang berpikir dan bertindak besar

(10)

10 a. Identifikasi Masalah (Define Problems) :

Program Mata Najwa mengambil topik “Siapkah Jokowi?” membahas tentang ideologi politik Jokowi sebagai calon presiden RI. Pembukaan pesan dari host Najwa Shibab menjelaskan mengenai topik yang akan dibahas. “Indonesia akan segera menentukan siapakah yang akan duduk dibangku kekuasaan, calon kandidat tak mungkin sempurna maka membedah kandidat menjadi hal mutlak agar kesalahan dapat dielak. Calon pemimpin bangsa harus ditelaah dan diperiksa dari janji yang telah diberikan. Saya Najwa Shibab inilah Mata Najwa, Siapkah Jokowi?”

Topik program talkshow Mata Najwa akan membahas Jokowi dari sisi positif. Pesan pembuka memberikan gambaran mengenai ideologi politik Jokowi terkait visi & misi serta rekam jejak yang akan ditelaah secara mendalam. Persepsi wartawan menggiring khalayak untuk memiliki penilaian secara positif terhadap Jokowi.

b. Sumber Masalah (Diagnose Causes) :

(11)

11 c. Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgement) :

Jokowi dianggap sebagai calon pemimpin yang berpikir dan bertindak besar. Adian Napitupulu mengatakan “Tindakan adalah sebuah manifestasi dari pikiran, ada perbedaan antara berpikir besar, bertindak besar, dan bicara besar. Menurut saya Jokowi berpikir besar dan bertindak besar yang lain bicaranya saja yang besar, tindakannya kita belum tahu. Contohnya di kota Solo, Jokowi menang pada pemilihan pertama, pada pemilihan kedua hampir 90 % rakyat Solo memilih kembali, artinya rakyat melihat hasil karyanya.”

Maruarar Sirait mengatakan “Pemimpin itu berproses. Pak Jokowi memiliki proses bagaiman ia menjadi Walikota Solo di melakukan pelayanan publik. Bagaimana pelayanan publik yang ia sajikan, bagaimana orang dapat menikmati pelayanan kesehatan, bagaimana orang dapat membuat KTP dengan cepat, bagaimana Solo dapat diakui bukan oleh warga kota Solo saja melainkan oleh warga Indonesia dan internasional, begitu banyak tanggapan masyarakat sehingga ia menjadi Walikota terbaik di dunia. Selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta juga banyak tindakan perbaikan yang telah dilakukan seperti penanggulangan banjir, tingkat kemacetan berkurang, dsb.”

Anies Baswedan mengatakan “Permasalahan negara seperti dari segi pangan, pendidikan, kesehatan serta infrastruktur dapat ditangani dengan pendekatan – pendekatan baru dalam menangani perubahan. Pendekatan yang berbeda merupakan faktor visi dan misi dari calon pemimpin negara. Orang – orang mungkin ada yang mengkritik tindakan pendekatannya, akan tetapi menurut saya ini justru penting dalam melakukan perubahan.

(12)

12 tidak terlalu ditonjolkan melainkan dapat ditanggapi lebih kuat oleh narasumber bersifat pro. Wartawan membuat keputusan moral secara positif dalam menggiring persepsi khalayak terhadap ideologi politik Jokowi.

d. Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation) :

Penyelesaian masalah dalam program Mata Najwa menggambarkan Jokowi dapat menjadi calon pemimpin negara RI. Pendapat Anies Baswedan sebagai narasumber menjelaskan track record yang diraih Jokowi dalam dunia pemerintahan dapat meningkatkan elektibilitas dalam masyarakat. Track record yang telah diraih Jokowi bagus karena pendekatan berbeda yang dilakukan dalam masyarakat, sehingga partai menunjuk Jokowi sebagai calon presiden RI. faktor visi dan misi yang merupakan hasil kolektif pemikiran bersama partai sehingga tidak terlalu ditonjolkan dalam kampanye karena bukan semata mata hanya pembicaraan melainkan mengajak rakyat untuk melihat tindakan.”

(13)

13 4.2Program Talkshow Indonesia Lawyer Club (TV One)

4.2.1 Gambaran video

Gambar 4.8

Indonesia Lawyer Club (ILC) merupakan program talkshow dari stasiun televisi swasta TV One dipandu oleh jurnalis Karni Ilyas. Episode tayangan tanggal 20 mei 2014 mengambil topik “Sudden Death : Jokowi” yang membahas tentang rekam jejak serta visi & misi Jokowi sebagai calon presiden RI ke-7. Narasumber yang hadir yaitu Aria Bima, Fadli Zon, Tjahyo Kumolo, Effendi Gazali, serta Prof. Tjipta Lesmana.

- Segmen 1 : Aria Bima dengan Fadli Zon

(14)

14 Aria Bima sebagai ketua DPP Partai PDI- P (Partai demokrasi Indonesia) menyatakan Jokowi sebagai figur yang dikehendaki oleh rakyat Indonesia terlihat dari kesungguhan dalam bekerja terkait track record yang dicapai selama menjabat sebagai pemerintah sehingga memiliki tingkat popularitas dan elektibilitas yang cukup tinggi. Indonesia tidak membutuhkan sosok pemimpin yang pandai dalam berpidato melainkan cepat dalam mengambil keputusan. Persoalan bangsa Indonesia dari sabang sampai merauke dapat diselesaikan oleh ideologi dari sosok pemimpin didalam kekuasaan. Partai PDI –P pernah menang dalam pemilu 1999, setelah 10 tahun partai mempelajari dari sikap kritis masyarakat tentang pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sehingga partai melihat Jokowi sebagai calon pemimpin yang pantas untuk bangsa Indonesia.

Gambar 4.10

(15)

15 permasalahan bangsa Indonesia. Sosok Soekarno sebagai presiden RI ke-1 dianggap sebagai pemimpin nasional dan internasional karena memiliki pengalaman dalam hubungan internasional yang baik. Elektibilitas Jokowi dikenal cukup tinggi dalam masyarakat akan tetapi tidak memiliki pengalaman dalam menjalin hubungan internasional sehingga berpengaruh terhadap masa depan bangsa Indonesia di bidang ekonomi, politik, budaya, dsb.

- Segmen 2 : Tjahyo Kumolo

Host memberikan pertanyaan terhadap Tjahyo Kumolo terkait masa pemerintahan Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta yang hanya berlangsung selama 1,5 tahun. Pembuktian dalam membangun kota Jakarta belum terlihat akan tetapi sudah mencalonkan diri sebagai presiden. Perihal ini dapat mempengaruhi prestasi dalam pemerintahan yang dilakukan oleh Jokowi.

Gambar 4.11

(16)

16 Jakarta selama 1,5 tahun telah melakukan pembenahan terhadap kota Jakarta seperti penanganan terhadap banjir, transportasi, perumahan kumuh, dsb. Partai PDI – P menunjuk Jokowi untuk mencalonkan diri sebagai presiden dilihat dari kritik masyarakat yang didapat terkait track record selama menjabat sebagai pemerintah. Pemimpin yang diharapkan oleh masyarakat adalah orang yang cepat dalam mengambil keputusan serta melakukan tindakan. Jokowi tetap dapat melakukan perkembangan terhadap kemajuan kota Jakarta meskipun nantinya menjabat sebagai presiden RI ke-7.

- Segmen 3 : Effendi Gazali dengan Tjahyo Kumolo

Gambar 4.12

Effendi Gazali sebagai pakar komunikasi politik memberikan pernyataan Jokowi dianggap sebagai petugas partai serta adanya isu dimasyarakat mengenai “capres boneka”. Isu tersebut dapat mempengaruhi kinerja Jokowi jika menjabat sebagai presiden RI.

(17)

17 menerima bantuan dari pihak luar negeri dengan persyaratan tertentu. Pihak partai PDI – P menganjurkan untuk Jokowi melakukan konsultasi dengan ketua umum dalam menjalankan tugas.

- Segmen 4 : Prof. Tjipta Lesmana dengan Aria Bima

Gambar 4.13

Prof. Tjipta Lesmana merupakan pakar komunikasi politik memberikan pendapat dalam susunan visi & misi Jokowi sebagai presiden RI akan menjalankan sistem program trisakti yang menyangkut ekonomi, politik serta kebudayaan. Pada jaman pemerintahan Megawati Soekarnoputri tahun 2001 – 2004 visi & misi mengenai trisakti tidak dijalankan sehingga BUMN negara Indonesia dijual kepada pihak luar negeri.

(18)

18 4.2.2 Analisa Framing

Aburizal Bakrie merupakan ketua umum partai GOLKAR (Golongan Karya) serta pemilik media televisi TV One. Pada pemilu legislatif tanggal 9 April 2014 partai GOLKAR memperoleh suara yang cukup signifikan untuk maju dalam pemilihan presiden. Ketetapan negara mengusung partai Gerindra dengan partai PDI – P sebagai partai yang memperoleh suara terbanyak untuk maju dalam pemilihan presiden. Partai PDI – P mengajak koalisi partai dengan partai GOLKAR akan tetapi tidak berhasil.

Indonesia Lawyer Club (ILC) adalah program talkshow bertemakan hukum dan politik dari stasiun televisi TV One. Tayangan pada tanggal 20 Mei 2014 memberikan tema “Sudden Death Jokowi”. Program ILC membahas tentang isu – isu negatif terhadap Jokowi sebagai calon presiden RI. Narasumber yang dihadirkan yaitu Aria Bima, Fadli Zon, Tjahyo Kumolo, Effendi Gazali, serta Prof. Tjipta Lesmana.

Program acara mengatur narasumber yang dihadirkan dimana posisi pihak kontra lebih kuat dibandingkan pihak pro. Aria Bima sebagai ketua DPP dengan Tjahyo Kumolo sebagai Sekjen partai PDI – P hadir sebagai pihak pro terhadap Jokowi. Narasumber pihak kontra diwaliki oleh Fadli Zon sebagai wakil ketua umum partai Gerindra, Effendi Gazali dan Prof. Tjipta Lesmana sebagai pakar komunikasi politik. Peletakan narasumber dinilai tidak seimbang karena pakar komunikasi politik adalah orang yang tidak tergabung dalam suatu partai politik seharusnya bersikap netral.

(19)

19 Program ILC memberikan gambaran ideologi politik Jokowi menganut sistem demokrasi. Pemerintahan selama jaman ibu Megawati Soekarnoputri tahun 2001-2004 menganut sistem ideologi demokrasi sehingga Jokowi yang tergabung dalam 1 partai PDI-P mengikuti sistem ideologi politik dari pemerintahan sebelumnya.

Analisis pesan framing pada program ILC menurut Robert E.Entman sebagai berikut :

Tabel 4.2

Identifikasi Masalah Anggota partai tidak dapat dicalonkan sebagai presiden RI.

Sumber Masalah Jokowi

Membuat Keputusan Moral Isu “capres boneka” dapat menggambarkan Jokowi tidak dapat berjalan sendiri.

Menekankan Penyelesaian Visi & misi Jokowi mengenai trisakti sama dengan jaman pemerintahan Megawati Soekarnoputri akan tetapi tidak dijalankan dengan benar.

a. Identifikasi Masalah (Define Problems) :

Program ILC mengambil topik “Sudden Death Jokowi” membahas tentang sisi negatif terhadap Jokowi. Calon presiden RI tidak dapat diambil dari anggota partai. Visi & misi yang telah dibangun oleh partai dapat menyelesaikan permasalahan dalam negara sehingga ketua umum dianggap lebih baik menjadi pemimpin.

(20)

20 partai yang menjadi pemimpin mana bisa menjalankan visi dan misi dengan baik? sedangkan apabila pemimpin partai yang menjadi presiden jelas bisa karena dia yang menyetujui keputusan visi apa yang akan dibentuk. Sehingga lebih cepat dalam mengambil keputusan dalam persoalan.”

Effendi Gazali mengatakan “Saya setuju dengan pendapat mas Fadli Zon, apabila calon presiden berasal dari petugas partai apakah dapat mengambil keputusan secara sendiri? Jika harus laporan dengan Ibu Mega sebagai ketua umum dalam mengambil keputusan apakah tidak mempengaruhi kinerja sebagai presiden RI?”

b. Sumber Masalah (Diagnose Causes) :

Pencitraan Jokowi dibingkai secara negatif oleh program acara ILC. Jokowi dianggap belum dapat mencalonkan diri sebagai presiden RI. Masa jabatan Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta hanya dijalankan selama 1,5 tahun. Partai PDI – P menunjuk Jokowi sebagai calon presiden RI yang berasal dari petugas partai yang merupakan kader terbaik bukan pimpinan partai.

Karni Ilyas mengatakan “Jokowi itu terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta hanya menjalakan masa jabatan selama 1,5 tahun padahal periodenya selama 5 tahun. Pembuktian dalam membangun kota Jakarta juga belum terlihat, tapi partai langsung mengusung saja menjadi calon presiden. Jika terpilih menjadi presiden apakah dapat menangani permasalahan negara?”

c. Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgement) :

(21)

21 menyelesaikan permasalahan dalam negara selama menjabat sebagai presiden RI.

Effendi Gazali mengatakan “ Isu capres boneka terhadap Jokowi sudah menyebar di kalangan masyarakat. Jika dalam mengambil keputusan Jokowi tidak dapat berjalan sendiri melainkan harus melalui Ibu Mega, ini bisa jadi masalah dalam masyarakat karena gak bisa tegas dalam mengambil keputusan. Memangnya yang mau jadi presiden Jokowi atau Ibu Mega? Lain hal lagi dalam misi Jokowi akan menerima bantuan negara asing dalam menyelesaikan masalah negara, ini artinya bersandar pada kekuatan asing. Bagaimana pihak perwakilan Jokowi menanggapinya?

d. Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation) :

Penyelesaian masalah dalam program ILC menggambarkan Jokowi ditunjuk sebagai presiden RI oleh partai PDI – P yang merupakan kader terbaik dari partai. Visi & misi trisakti yang diterapkan oleh Jokowi sama dengan jaman pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Pada tahun 2001 – 2004 program trisakti tidak dijalankan dengan benar. BUMN negara dijual kepada pihak asing sehingga menambah permasalahan dalam negara.

Prof. Tjipta Lesmana mengatakan Visi yang dibangun Jokowi menerapkan program trisakti yang menyakut ekonomi, politik, sama budaya. Pada masa pemerintahan Ibu Mega tahun 2001- 2004 sama seperti ini juga, akan tetapi program ini sama sekali tidak dijalankan , malahan BUMN negara dijual ke pihak asing secara tidak jelas. Jika Jokowi terpilih menjadi presiden RI akankah melakukan hal yang sama ?”

(22)

22 memberikan argumen. Wartawan menggiring persepsi masyarakat agar tidak mendukung Jokowi sebagai presiden RI. Pesan – pesan yang diberikan mengenai kesalahan Jokowi dalam dunia pemerintahan dijadikan topik pembahasan yang penyelesaiannya berupa argumen negatif.

4.3Program Talkshow AIMAN (Kompas TV)

4.3.1 Gambaran video

Gambar 4.14

(23)

23 - Segmen 1 : Profile Joko Widodo dalam berpolitik

Gambar 4.15

Kehidupan berpolitik Joko Widodo dikenal ketika menjabat menjadi Walikota Surakarta selama 2 periode. Kemajuan kota Surakarta menggiringnya menjadi Gubernur DKI Jakarta. Jabatan menjadi Gubernur DKI Jakarta belum usai akan tetapi Jokowi diusung oleh Partai PDI-P menjadi calon presiden RI. Perolehan suara partai PDI – P pada masa pemilihan legislatif tidak mencapai angka 25 % sehingga partai PDI – P harus melakukan koalisi dengan partai lain agar masuk dalam pemilihan presiden. Koalisi partai mengusung Jokowi – Jusuf Kalla sebagai calon presiden dan wakil presiden RI ke-7.

- Segmen 2 : Musa Widyatmodjo

(24)

24 Citra pribadi Jokowi sebagai calon presiden RI dapat dilihat dari segi penampilannya. Musa Widyatmodjo sebagai seorang pakar fashion menilai Jokowi dikenal dengan sosok “kerempeng”. Sosok orang kurus dinilai melalui segi psikologis secara tidak langsung merupakan sosok orang yang kurang kuat dalam mengangkat beban masalah dalam negara Indonesia. Pakaian kemeja putih polos yang sering dikenakan oleh Jokowi dapat dilihat sebagai warna kepribadian yang melambangkan bersih , suci, dsb. Calon pemimpin negara Indonesia sebaiknya menggunakan pakaian yang berasal dari budaya Indonesia seperti batik. Pakaian yang selayaknya digunakan oleh Jokowi dapat dilihat dari 3 kegiatan yang dilakukan, misalnya :

- Blusukan : kemeja lengan pendek, celana panjang, sepatu olahraga - Rapat menteri : kemeja batik / bernuansa tekstil hasil budaya

Indonesia

- Balai Kota : dalam satu hari menggunakan kostum budaya kota tersebut

Pakaian dapat memberikan aspek komunikasi bagi penilaian masyarakat terhadap kepribadian Jokowi sebagai presiden RI.

- Segmen 3 : Hendri Saparini

(25)

25 Hendri Saparini sebagai pakar ekonomi mengungkapkan Jokowi pernah memiliki pengalaman dalam mengelola keuangan APBD selama menjabat sebagai Walikota Solo serta Gubernur DKI Jakarta. APBN negara Indonesia sebanyak 2000 Triliun Rupiah akan dapat berkembang dengan baik jika Jokowi menjabat sebagai presiden memiliki catatan – catatan penting dalam pengalokasian dana APBN. Partai PDI – P memiliki konsep tentang ekonomi kerakyatan yang telah diterapkan oleh Jokowi selama bergabung dalam dunia pemerintahan seperti pemenuhan pelayanan dasar dalam bidang kesehatan serta bidang usaha kecil menengah. Kebijakan publik dalam pengelolaan dana logistik negara dapat dilakukan dengan baik oleh Jokowi apabila menjabat sebagai presiden RI.

- Segmen 4 : Effendi Gazali

Gambar 4.18

Effendi Gazali menyikapi tentang isu “capres boneka” yang berkaitan dengan Jokowi. Menurut pengamatannya sebagai pakar komunikasi politik isu tersebut bersifat negatif yang menghasilkan 3 asumsi yaitu :

- Pesan yang disampaikan dalam kampanye tidak akurat

- Janji yang disampaikan tidak ada hubungan dengan kemampuan memerintah

(26)

26 Kampanye yang dilakukan oleh Jokowi tidak dapat berjalan sendiri melainkan diatur oleh Ibu Megawati sehingga dapat menimbulkan keraguan bagi masyarakat ketika memimpin negara Indonesia ke depannya. Media juga memproteksi Jokowi secara berlebihan artinya media tidak melaporkan semua berita secara terbuka jadi ada beberapa fakta yang telah ditutupi. Perilaku media tersebut dapat mempengaruhi sikap masyarakat menjadi “silence majority”.

4.3.2 Analisa framing

Kompas TV merupakan stasiun televisi swasta di Indonesia dimiliki oleh Kompas Gramedia. Pihak pemilik media Kompas TV tidak tergabung dalam suatu partai politik sehingga bersifat netral terhadap pemberitaan ideologi politik Jokowi. AIMAN merupakan program talkshow yang mengemas secara ringan tentang ideologi politik Jokowi dalam dunia pemerintahan.

Tayangan program AIMAN tanggal 30 Mei 2014 memberikan topik “Sisi Lain Jokowi” yang membahas tentang citra penampilan, ekonomi, serta kehidupan berpolitik. Narasumber yang dihadirkan tidak tergabung dalam suatu partai politik. Sisi pro dan kontra tetap terlihat namun argumen yang disampaikan tetap berada pada sisi netral. Narasumber yang dihadirkan yaitu Musa Widiatmojo sebagai pakar fashion, Hendri Saparini sebagai pakar ekonomi, serta Effendi Gazali sebagai pakar komunikasi politik.

Program AIMAN memberikan gambaran mengenai ideologi politik Jokowi yang akan dianut dengan sistem demokrasi dan sosialisme dimana kehidupan ekonomi dan politik yang akan dibangun berguna bagi kebersamaan rakyat serta keputusan yang diambil dalam menyelesaikan masalah berada di tangan rakyat bukan pemimpin.

(27)

27 Tabel 4.3

Identifikasi Masalah Citra penampilan serta kehidupan ekonomi dan politik

Sumber Masalah Jokowi

Membuat Keputusan Moral Media terlalu memproteksi secara berlebihan artinya tidak menyampaikan fakta secara terbuka.

Menekankan Penyelesaian Perilaku media dapat menjadikan masyarakat menjadi “silence majority”

a. Identifikasi Masalah (Define Problems) :

Program AIMAN memberikan topik “Sisi Lain Jokowi” membahas tentang citra penampilan, kehidupan ekonomi dan politik. Tayangan mengambil posisi netral dengan membahas ideologi politik Jokowi secara ringan tidak menelusuri perihal yang serius.

Aiman sebagai host memberikan penjelasan secara netral dalam membahas mengenai Jokowi “Perubahan selalu dinantikan agar ada hal baik yang dirasakan. Tahun ini menjadi penentu negara bisa menjadi lebih maju. Pemilihan umum menjadi proses memilih calon pemimpin untuk menuju negara Indonesia yang sejahtera. Kali ini AIMAN akan membahas bakal calon presiden yang belakangan ini kerap diusung untuk maju pada pemilihan presiden. Apa yang akan dikupas? Mulai dari kehidupan ekonomi dan politik, hingga citra penampilan. Saudara, simak AIMAN berikut ini.”

b. Sumber Masalah (Diagnose Causes) :

(28)

28 Musa Widyatmojo mengatakan “Kalau saya melihat calon pemimpin itu harus bisa menjadi panutan selain itu dia juga harus meminggul masalah – masalah yang ada dalam negara. Jokowi dikenal sebagai sosok kerempeng tapi banteng, namun dari segi psikologisnya sosok kerempeng dinilai kurang bisa menopang masalah yang terlalu banyak dalam negara. Saya melihat dari sosok Jokowi yang selalu mengenakan kemeja putih melambangkan nuansa yang bersih, suci serta nuansa yang masih tenang, tetapi nuansa seperti itukan harus dibuktikan dengan perilakunya. Penampilan Jokowi yang selalu mengenakan kemeja putih juga bisa mempengaruhi pandangan masyarakat juga. Mungkin masyarakat juga bisa punya pemikiran mengapa Jokowi tidak menggunakan pakaian pakaian dari kain tradisional bangsa Indonesia sementara budaya bernuansa batik termasuk kekayaan kita juga.”

Hendri Saparini mengatakan “Background Jokowi yang sebagai pengusaha tentunya bisa mengatur kebijakan publik. Dana APBN negara yang berkisar 2000 triliun rupiah dapat berkembang dengan baik asalkan Jokowi memiliki catatan – catatan penting agar tidak terjadi kecurangan.”

(29)

29 c. Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgement) :

Kepurtusan moral dalam program AIMAN menggambarkan media lain terlalu memproteksi Jokowi secara berlebihan. Fakta mengenai Jokowi tidak disampaikan secara terbuka. Seleksi isu terjadi pada pemberitaan yang disiarkan oleh media lain. Media lain tidak dapat bersifat netral dari segi pemberitaan secara positif atau negatif.

Effendi Gazali mengatakan “Media harusnya bersikap netral tidak perlu memproteksi Jokowi secara berlebihan sehingga pemberitaan yang ada tidak disampaikan secara terbuka.”

d. Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation) :

Pengambilan keputusan terkait pada perilaku media yang tidak bersikap netral sehingga menjadikan masyarakat menentukan sikap”silence majority”. Pemberitaan media secara langsung dapat mempengaruhi persepektif khalayak. Pemberitaan yang dilakukan oleh media harus bersikap netral agar masyarakat dapat memiliki sikap kritis.

Effendi Gazali mengatakan “Perilaku media yang seperti ini menyebabkan masyarakat memilih sikap silence majority artinya tidak dapat mengeluarkan pendapat karena berbagai pandangan yang diperoleh dari media menyebabkan khalayak bingung terhadap persepsinya sendiri.”

Gambar

Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.5
+7

Referensi

Dokumen terkait