1. Pengertian Pembelajaran Tari ...
2. Pengertian Tari Kreasi...
3. Pengertian Kreativitas ...
C. Siswa Tunarungu ...
1. Pengertian Tunarungu ...
2. Klasifikasi Anak Dengan Hendaya Pendengaran ...
3. Pengelompokkan Klasifikasi Anak Tunarungu ...
Tunarungu Cicendo Kota Bandung ...
D. Pembahasan Hasil Penelitian ...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... A. Kesimpulan ...
B. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... RIWAYAT HIDUP
69
82
85
85
86
88
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini kreativitas sangat penting dikembangkan bagi peserta didik.
Kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk
baru. Ciptaan itu tidak perlu seluruh produknya harus baru, mungkin saja
gabungannya, kombinasinya, sedangkan unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya,
kombinasi baru, atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur, data, atau
hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas terletak pada kemampuan untuk melihat
asosiasi antara hal-hal atau objek-objek yang sebelumnya tidak ada atau tidak tampak
hubungannya.
Kondisi pembelajaran tari secara umum di sekolah luar biasa lainnya pada
umumnya kurang bisa menggali kreativitas pada diri siswa masing-masing, bahkan
terdapat sekolah yang tidak ada pembelajaran seni tari karena tidak adanya pendidik
yang dapat mengajar di sekolah tersebut. Di SLBN B Cicendo Kota Bandung
sebelum menggunakan proses pembelajaran tari kreasi, siswa hanya mengikuti
pembelajaran tari secara peniruan saja seperti yang diberikan oleh guru tersebut tanpa
mampu menggali kreativitas yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Pembelajaran
tari kreasi ini dapat dirangsang melalui media gambar yang diberikan oleh guru,
sehingga imajinasi masing-masing siswa dapat berbeda-beda setelah mereka melihat
Mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran menurut E. Mulyana (2005 :
163) terdapat empat prinsip tentang kreativitas. Pertama, kreativitas merupakan
sesuatu yang penting dalam kegiatan sehari-hari. Hampir semua manusia
berhubungan dengan proses kreativitas, yang dikembangkan melalui seni atau
penemuan-penemuan baru. Lebih jauh Gordon menekankan bahwa” kreativitas
merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari dan berlangsung sepanjang hayat”.
Kedua, proses kreatif bukanlah sesuatu yang misterius. Hal tersebut dapat
diekspresikan dan mungkin membantu orang secara langsung untuk meningkatkan
kreativitasnya. Secara tradisional, kreativitas didorong oleh kesadaran yang memberi
petunjuk untuk mendeskripsikan dan menciptakan prosedur latihan yang dapat
diterapkan di sekolah atau lingkungan lain. Ketiga, penemuan kreatif sama dalam
semua bidang, baik dalam bidang seni, ilmu, maupun dalam rekayasa. Selain itu,
penemuan kreatif ditandai oleh beberapa proses intelektual. Keempat, berpikir kreatif
baik secara individu maupun kelompok adalah sama. Individu dan kelompok
menurunkan ide-ide dan produk dalam berbagai hal.
Di dalam suatu pendidikan, tentu ada suatu pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik dengan peserta didik, dimana proses pembelajaran tersebut bisa
memunculkan sebuah kreativitas. Seperti yang diungkapkan oleh Ted Pollek
(2002:4), “seseorang bisa menciptakan ide-ide yang baik, bagaimana mengatasi
persoalan, atau mempunyai kegiatan tips, trik, dan macam-macam teknik lainnya”.
Kreativitas dapat muncul dimana saja, kapan saja, dan pada siapa saja juga
tunarungu. Dengan menggali kreativitas yang mereka miliki akan membawa dampak
yang positif bagi siswa tunarungu itu sendiri, sehingga kreativitas ini diperlukan
dalam pembelajaran yang bermuatan pola gerak karena tujuan akhir dari suatu
program pembelajaran adalah perkembangan kemampuan kognitif dan kemampuan
sosial melalui kegiatan individu maupun dalam kegiatan bersosialisasi.
Perkembangan kognitif dan sosial melalui kreativitas gerak diharapkan dapat
menimbulkan harga diri (self esteem) pada diri setiap ABK yang kelak sangat
berguna saat mengarungi jangka kehidupan diri mereka masing-masing.
Perkembangan gerak melalui program kreativitas dalam pemahaman siswa terhadap
pengetahuan perkembangan gerak secara kognitif, sosial, afektif, dan perilaku yang
bersifat fisik. Dengan demikian, perkembangan gerak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mampu mengembangkan keterampilan yang dimilikinya (Payne
dan Isaac, 2005 : 4).
Kreativitas pada siswa di SLBN B Cicendo kurang berkembang dengan baik
karena pada proses pembelajaran sebelumnya siswa hanya mengikuti pembelajaran
tari bentuk yaitu berupa tari merak yang diberikan secara metode peniruan oleh guru
tanpa siswa bisa mengembangkan kreativitas yang dimiliki oleh masing-masing
siswa, sehingga kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan kreativitas sangat
penting diterapkan pada pelajaran seni tari, khususnya dalam pembelajaran seni tari
untuk anak berkebutuhan khusus (ABK), khususnya siswa tunarungu.
Di negara-negara maju telah terjadi perubahan yang sangat mencolok dalam
mereka lebih di pengaruhi oleh hasil-hasil penelitian dari para ahli berkaitan dengan
pemberian layanan khusus, perkembangan teknologi, dan kebijakan-kebijakan
pemerintah yang sangat menentukan peranan penting dalam pencapaian suatu pola
layanan pendidikan (Watson, L. dalam Gregory, et. al., 1999: 1 dan 9)
Hendaya mendengar merupakan hambatan yang dianggap cukup besar bagi
perkembangan berbahasa seseorang secara normal sehingga akan berpengaruh pula
terhadap perkembangan sosial dan intelektual seseorang (Hallahan dan Kauffman,
1991:264). Berdasarkan pandangan fisiologikal dan edukasional terhadap hendaya
mendengar, anak dengan hendaya mendengar dapat dikategorikan sebagai deaf dan
hearing impairment. Jadi, anak yang tidak mampu mendengar suara keras pada
tingkat di atas intensitas disebut sebagai deaf children, sedangkan mereka yang hanya
mengalami kesulitan mendengar pada tingkat intensitas tertentu disebut sebagai hard
of hearing.
Penerapan pembelajaran seni tari pada siswa tunarungu di SLBN B Cicendo
Kota Bandung, pendidik kurang mampu menggali kreativitas siswa karena siswa
diajarkan tari bentuk yang setiap pembelajarannya harus diikuti terus menerus atau
secara peniruan tanpa bisa menggali kreativitas yang dimiliki oleh setiap siswa,
sehingga perkembangan siswa kurang maksimal untuk pembelajaran seni tari karena
siswa hanya mengikuti apa yang disampaikan oleh pendidik tanpa mereka dapat
mengerti secara langsung apa yang disampaikan oleh pendidik terutama mereka
Berdsarkan pada latar belakang masalah di atas, peneliti merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang “ Proses Pembelajaran Tari Kreasi Bagi Siswa
SLBN B Tunarungu Cicendo Kota Bandung”.
B. Rumusan Masalah
Kemampuan guru dalam menggali bahan ajar yang sesuai dengan
kemampuan, minat serta perhatian anak merupakan salah satu syarat keberhasilan
pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus (tunarungu). Demikian juga
kemampuan guru dalam menguasai metode pendekatan serta strategi belajar
mengajar yang cocok dengan materi yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan anak
berkebutuhan khusus (tunarungu) diharapkan dapat meningkatkan kreativitas pada
pembelajaran tari dan keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut.
1. Bagaimana proses pembelajaran tari kreasi bagi siswa tunarungu SLBN B
Cicendo Kota Bandung?
2. Bagaimana hasil pembelajaran tari kreasi bagi siswa tunarungu SLBN B
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu memberikan kesempatan pada siswa
tunarungu untuk mengembangkan kreativitas secara optimal, sehingga siswa
tunarungu dapat sejajar dengan anak normal lainnya.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan proses pembelajaran tari kreasi bagi siswa tunarungu
SLBN B Cicendo Kota Bandung.
b. Mendeskripsikan hasil pembelajaran tari kreasi bagi siswa tunarungu
SLBN B Cicendo Kota Bandung.
D. Metode Penelitian
Metode yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis, karena hanya berupaya menjabarkan suatu bentuk dan proses kegiatan
penelitian, serta untuk menjabarkan hasil yang telah dilakukan dalam penelitian.
Fokus kegiatan dalam penelitian ini yaitu proses pembelajaran tari kreasi bagi siswa
tunarungu.
Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan untuk memperoleh
data yang akan dipakai untuk melakukan penyelesaian suatu masalah dalam
“Menentukan cara bagaimana dapat diperoleh data mengenai variabel-variabel dalam
penelitian, untuk menjawab rumusan masalah”.
Metode deskriptif analisis menurut ungkapan Sumadi Suryabrata (2003 : 75) “
Digunakan untuk membuat pencadaran secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu”. Metode deskriptif
analisis yang dimaksud di atas adalah pemaparan tentang penelitian yang telah
dilakukan, dilihat dari proses penelitian, dan dari hasil penelitian yang diungkap
melalui pendekatan-pendekatan yang dilakukan.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilaksanakan
dengan cara mengamati proses terjadinya suatu kegiatan. Observasi juga dapat
dikatakan sebagai usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan
secara sistematis dengan prosedur. Observasi banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu dalam situasi sebenarnya ataupun dalam
situasi buatan. Observasi ini dilakukan untuk mengungkapkan dan
mendeskripsikan hasil penelitan untuk mengumpulkan data-data yang bersifat
keperilakuan di kelas dan di sekolah pada saat melakukan proses
pembelajaran.
Langkah awal dalam teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi.
berlangsung, untuk mengetahui berbagai hal berkenaan dengan situasi dan
kebutuhan di lapangan, agar proses penelitian berjalan dengan lancar.
Observasi yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini yaitu selama proses
pembelajaran berlangsung sampai dengan mencapai hasil yang diinginkan
melalui pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam kegiatan proses
pembelajaran tari pada siswa kelas V SLBN B Cicendo Kota Bandung.
2. Wawancara
Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
mendapatkan informasi. Teknik pengumpulan data dilaksanakan melalui
komunikasi secara lisan (tanya jawab) terhadap narasumber.
Kegiatan wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada guru seni
budaya tentang pembelajaran seni tari mengenai kreativitas yang dimiliki
oleh masing-masing siswa, serta kepada orang tua siswa untuk mengetahui
kegiatan siswa pada saat dirumah. Teknik wawancara digunakan untuk
menggali dan memperoleh data atau informasi yang lebih mendalam dan
relevan dengan masalah yang diteliti. Adapun tujuan pelaksanaan wawancara
terhadap guru seni budaya dan orang tua adalah untuk mendapatkan informasi
yang benar-benar akurat, berhubung mereka merupakan subjek dan objek
utama penelitian yang melaksanakan proses belajar mengajar langsung di
3. Studi Dokumentasi
Dalam langkah teknik pengumpulan data, studi dokumentasi berperan
cukup penting dalam penelitian, karena sebuah data tertulis yang sudah ada
tidak akan lengkap dengan adanya data gambar saja. Studi dokumentasi juga
bermanfaat untuk peneliti dimana peneliti bisa mempelajari ulang dari hasil
yang telah direkam, melalui kamera foto atau dengan audio visual. Peneliti
mengamati langsung, bagaimana proses kegiatan pembelajaran tari yang
dilakukan oleh siswa SLBN B tunarungu.
4. Studi Literatur
Studi literatur yaitu pengumpulan data-data melalui buku-buku yang
berhubungan dengan objek penelitian untuk dijadikan sumber dan landasan
dalam memecahkan masalah yang diajukan.
Studi literatur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
berbagai sumber yang relevan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun
sumber yang mendukung dalam penelitian ini yaitu, Bandi Delphie 2009
“Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus”, Utami Munandar S.C.U 1999 “
Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah”, Ted Pollek 2002
“Membentuk Pribadi Secara Kreatif”, serta sumber-sumber yang mendukung
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber masukan yang
bermanfaat bagi berbagai pihak, manfaat yang didapat dalam penelitian ini akan
dipaparkan sebagai berikut:
1. Guru Seni Tari SLBN B Cicendo
Dapat menerapkan model pembelajaran yang sekarang sedang diterapkan
serta dapat menerapkan model-model pembelajaran yang lain pada masa yang
akan datang.
2. Siswa SLBN B Cicendo
Untuk menggali motivasi siswa, sehingga dari rasa motivasi yang dimiliki
oleh siswa dapat menggali kreativitas pada diri siswa itu sendiri.
3. Lembaga Sekolah SLBN B Cicendo
Mempunyai keperdulian terhadap siswa tunarungu agar pembelajaran seni tari
dapat sejajar dengan siswa normal lainnya.
G.Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi
Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah di SLBN B
tunarungu Cicendo yang beralamat di Jalan Cicendo no.2 Kota Bandung.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan yaitu siswa kelas V yang berjumlah
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis atau descriptive research. Melalui metode deskriptif analisis peneliti
berusaha memaparkan secara jelas berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan. Menurut pernyataan Nana Sudjana dan Ibrahim (2001:64) “Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang telah terjadi pada saat sekarang (pada saat penelitian dilaksanakan)”.
Dengan metode deskriptif analisis, peneliti berusaha merekam seluruh gejala atau
peristiwa yang terjadi pada saat pelaksanaan metode kreatif di lapangan untuk
kemudian dipaparkan sebagaimana adanya untuk menjawab semua pertanyaan.
Berkaitan dengan metode deskriptif analisis Winarno Surakhmad (1989:39)
menjelaskan sebagai berikut:
Seperti yang diungkapkan oleh Sumadi Suryabata (2003 : 75), metode
penelitian ini bertujuan “ untuk membuat pencadaran secara sistematis, faktual, dan
akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu”.
Metode deskriptif analisis merupakan metode yang bermaksud untuk
membuat pencadaran (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.
Penelitian deskriptif dengan menggunakan data akumulasi dasar dalam cara
deskriptif, semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan,
mentest hipotesis, membuat ramalan atau mendapatkan makna dan implikasi,
walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal tersebut dapat mencakup
juga metode-metode deskriptif.
Metode penelitian deskriptif analisis yang digunakan dalam penelitian ini
berupaya menjabarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh
dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau simbol.
Metode ini dapat di deskripsikan yang dituangkan melalui kata-kata yang dapat
memperjelas serta menggambarkan keadaan yang sebenarnya pada saat dilapangan
atau pada saat penelitian. Analisis yang dugunakan pada metode ini yaitu dengan
menggunakan wawancara, observasi, serta tes perbuatan. Hal ini dilakukan
B. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilaksanakan
dengan cara mengamati proses terjadinya suatu kegiatan. Observasi juga dapat
dikatakan sebagai usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan
secara sistematis dengan prosedur. Observasi banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu dalam situasi sebenarnya ataupun dalam
situasi buatan. Observasi ini dilakukan untuk mengungkapkan dan
mendeskripsikan hasil penelitan untuk mengumpulkan data-data yang bersifat
keperilakuan di kelas dan di sekolah pada saat melakukan proses
pembelajaran.
Langkah awal dalam teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi.
Kegiatan observasi ini dilakukan juga sebelum pelaksanaan penelitan
berlangsung, untuk mengetahui berbagai hal berkenaan dengan situasi dan
kebutuhan di lapangan, agar proses penelitian berjalan dengan lancar.
Observasi yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini yaitu selama proses
pembelajaran berlangsung sampai dengan mencapai hasil yang diinginkan
melalui pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam kegiatan proses
2. Wawancara
Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
mendapatkan informasi. Teknik pengumpulan data dilaksanakan melalui
komunikasi secara lisan (tanya jawab) terhadap narasumber.
Kegiatan wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada siswa,
guru, tentang pembelajaran seni tari mengenai kreativitas yang dimiliki oleh
masing-masing siwa, serta kepada orang tua siswa untuk mengetahui kegiatan
siswa. Teknik wawancara digunakan untuk menggali dan memperoleh data
atau informasi yang lebih mendalam dan relevan dengan masalah yang diteliti.
Adapun tujuan pelaksanaan wawancara terhadap guru, kepala sekolah dan
siswa tersebut adalah untuk mendapatkan informasi yang benar-benar akurat,
berhubung mereka merupakan subjek dan objek utama penelitian yang
melaksanakan proses belajar mengajar langsung di lapangan.
3. Studi Dokumentasi
Dalam langkah teknik pengumpulan data, studi dokumentasi berperan
cukup penting dalam penelitian, karena sebuah data tertulis yang berupa data
siswa yang sudah ada tidak akan lengkap dengan adanya data gambar saja.
Studi dokumentasi juga bermanfaat untuk peneliti dimana peneliti bisa
mempelajari ulang dari hasil yang telah di rekam, melalui kamera foto atau
dengan audio visual. Peneliti mengamati langsung, bagaimana proses kegiatan
pembelajaran seni tari yang dilakukan oleh siswa SLBN B tunarungu
4. Studi Literatur
Studi literatur yaitu pengumpulan data-data melalui buku-buku yang
berhubungan dengan objek penelitian untuk dijadikan sumber dan landasan
dalam memecahkan masalah yang diajukan.
Studi literatur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
berbagai sumber yang relevan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun
sumber yang mendukung dalam penelitian ini yaitu, Bandi Delphie 2009
“Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus”, Utami Munandar S.C.U 1999 “
Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah”, Ted Pollek 2002
“Membentuk Pribadi Secara Kreatif”, serta sumber-sumber yang mendukung
lainnya.
C. Desain Penelitian 1. Rencana penelitian
Pada tahap perencanaan penelitian yang dilakukan peneliti, yaitu
dengan menghimpun informasi-informasi dari berbagai subjek melalui
observasi, wawancara, dokumentasi dan studi literatur yang ada dilakukan
selama tiga bulan lebih yang merupakan proses awal sebagai acuan dalam
penelitian selanjutnya.
2. Pelaksanaan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada SD SLBN B Tunarungu Cicendo
Tahapan akhir penelitian ini adalah penulis laporan, kegiatan
penyusunan laporan tetap dibawah bimbingan dosen pembimbing untuk
menilai, mengkoreksi dan memberikan saran untuk kelayakan penelitian ini.
Sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
Penulis laporan itu terdiri dari pendahuluan, kajian teoritis, metode penelitian,
hasil penelitian, pembahasan serta kesimpulan dan saran.
3. Penyusunan Hasil Penelitian
Dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini meliputi beberapa
proses kegiatan, diantaranya penyusunan data, pengetikan, pengganaan data.
a. Penyusunan data
Penyusunan data dilakukan melalui beberapa tahap pengolahan data
yang di hasilkan dalam penelitian di lapangan. Hal ini dilakukan agar
penulisan laporan penelitian menjadi sistematis.
b. Pengetikan Data
Pengetikan dilakukan setelah semua data yang diperoleh tersusun
secara sistematis melalui beberapa proses bimbingan.
D. Definisi Operasional
Pembelajaran Seni Tari merupakan proses kegiatan belajar dan mengajar
melalui proses pembelajaran tari yang berbasis kreativitas yang bisa menggali
potensi peserta didik yang mampu menciptakan kreatifitas yang diharapkan oleh
Tari kreasi adalah sebuah tarian yang dihasilkan dari hasil kreativitas
seseorang yang dimana kreativitas itu muncul akibat dari hasil imajinasi atau daya
khayal sehingga siswa dapat menemukan ide-ide baru dalam sebuah gerak tari yang
selalu tidak berpijak pada aturan tradisi.
Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya.
Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan
demikian baik perubahan di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat
menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Implikasinya ialah bahwa
kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan seni tari.
Dalam penelitian ini, kata tari kreasi dimaksudkan bahwa pembelajaran yang
dilandasi berdasarkan kreativitas, sehingga dengan pembelajaran tari kreasi ini siswa
dapat menemukan ide-ide baru dalam sebuah gerak tari.
Pengertian tunarungu atau dengan kata lain yaitu hendaya pendengaran adalah
seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar
sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh
indra pendengaran.
Berdasarkan pemaparan diatas adalah sebuah proses kegiatan belajar yang
mampu menciptakan sebuah kreatifitas hasil dari interaksi antara individu dan
lingkungannya yang bisa membantu anak tunarungu untuk lebih bisa meningkatkan
E.Instrumen Penelitian
Instrument utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (manusia sebagai
instrumen). Lincoln dan Guba (1985: 199) secara tegas mengemukakan bahwa
“apabila metode penelitian telah jelas kualitatif maka instrumen yang digunakan
adalah manusia”. Peneliti sebagai instrumen melakukan:
a. Pedoman Observasi, disusun untuk mengetahui data-data apa yang akan
dicari dan diteliti. Dalam hal ini pedoman yang dicari berupa data-data
sekolah mengenai keadaan sekolah, keadaan proses belajar mengajar seni
tari di kelas V dan keadaan siswa kelas V.
b. Pedoman wawancara, disusun untuk mengetahui keadaan sekolah, baik
keadaan pada saat proses belajar mengajar pada kelas V dan keadaan
psikolog siswa.
c. Pedoman Studi Dokumentasi, disusun untuk mengamati tentang
pendokumentasian ketika guru sedang melakukan proses pembelajaran dan
hasil pembelajaran.
Peneliti datang ke situs berpegang kepada fokus, kerangka konseptual, sampel
dan beberapa pertanyaan awal. Huberman dan Miles (1984: 42) menjelaskan bahwa “
seorang peneliti kualitatif melakukan penelitian berpegang pada fokus dan
pembatasan studi melalui kerangka kerja konseptual, pertanyaan-pertanyaan
F. Langkah-langkah Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis membagi beberapa tahapan dalam
langkah-langkah penelitian, yaitu:
1. Pra pelaksanaan penelitian
a. Survei
Langkah pertama yang dilakukan adalah survei tempat yang dijadikan
objek penelitian yaitu ke SLBN B Tunarungu Cicendo Bandung yang
beralamat di Jalan Cicendo no.2 Kota Bandung
b. Menentukan Judul dan Topik Penelitian
Setelah survei tempat penelitian, selanjutnya peneliti menentukan
judul penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang akan diangkat.
c. Penyusunan Proposal Penelitian
Penyusunan proposal tentang Proses Pembelajaran Tari Kreasi Bagi
Siswa SLBN B Tunarungu Cicendo Kota Bandung, disusun setelah
menentukan tema masalah penelitian yang menjadi landasan dasar proses
penyusunan penelitian. Hal ini tidak terlepas dari peran serta pembimbing dan
persetujuan Dewan Skripsi Jurusan.
d. Penyelesaian Administrasi Penelitian
Penyelesaian administrasi penelitian dilakukan sebagai langkah
selanjutnya terjun ke lapangan. Administrasi penelitian berhubungan erat
dengan masalah perizinan berupa SK pengangkatan pembimbing I dan II serta
e. Penyusunan Pedoman Wawancara
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan melalui melalui, wawancara
pedoman wawancara difokuskan pada permasalahan pokok tentang penerapan
tari kreasi dan hasilnya terhadap perkembangan kreativitas siswa tunarungu,
serta beberapa hal yang mendukung pada proses penelitian. Hal tersebut tidak
terlepas dari bimbingan dosen pembimbing.
f. Observasi
Ketika peneliti melihat siswa, maka peneliti sendiri memiliki
ketertarikan untuk mempelajari bahasa isyarat, dengan tujuan agar
mempermudah dalam melakukan komunikasi baik ketika dalam pengajaran
atau diluar pembelajaran. Mengobservasi dan mengamati deskripsi tingkat
perubahan yang dilampaui para siswa dari pembelajaran guru yang aktif
menjadi siswa yang aktif.
G. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah di SLBN B
tunarungu Cicendo yang beralamat di Jalan Cicendo no.2 Kota Bandung
dengan alasan bahwa sekolah tunarungu jarang ditemui, selain itu adapun
pemilihan sekolah dilakukan secara sengaja, karena dengan pertimbangan
bahwa pembelajaran seni tari di SD SLBN B Cicendo hanya mengutamakan
kreativitas siswa. SLBN B Cicendo merupakan sekolah untuk anak tuli dan
bisu di Bandung yang pertama di Indonesia.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan yaitu siswa kelas V yang berjumlah
10 orang diantaranya 4 orang siswa perempuan dan 6 orang siswa laki-laki.
H. Analisis Data
Data dianalisis secara kualitatif yang dinyatakan dengan kata-kata atau
simbol, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan tekhnik
pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan secara terus-menerus
sampai data terpenuhi dengan pengamatan yang terus-menerus.
Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analasis berdasarkan data
yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi
hipotesis. Tekhnik analisis data yang peneliti gunakan bersifat triangulasi, yaitu
tekhnik pemeriksaan dengan cara menggabungkan data-data yang terkumpul dari
observasi, wawancara dan studi dokumentasi sebagai studi pembanding atau data itu.
Peneliti melakukan triangulasi dengan membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kualitatif. Pada metode triangulasi dapat diperoleh dengan berbagai cara :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
2. Membandingkan keadaan dan persfektif seseorang dengan berbagai pendapat
3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Teknik analisis data akan menempuh tahap pelaksanaan sebagai berikut :
a. Semua data yang sudah terkumpul akan diolah dan diteliti dengan
mengemukakan hal-hal pokok tentang proses pembelajaran seni tari berbasis
kreativitas pada siswa tunarungu di SLBN B Cicendo.
b. Membuat rangkuman temuan-temuan penelitian dalam suasana yang
sistematis, sehingga gaya belajar siswa tunarungu dalam pembelajaran seni
tari dapat tergambar.
c. Mendeskripsikan hasil penelitian yang sudah menjalani proses pengolahan
dan sudah dapat ditarik kesimpulan dituangkan dalam bentuk tulisan berupa
deskripsi dan kata-kata.
Triangulasi
Observasi
Wawancara
Studi Dokumentasi
d. Masalah fokus penelitian, prosedur penelitian, bahkan hasil yang diharapkan,
itu semuanya tidak dapat ditentukan dengan pasti dan belum jelas
sebelumnya, sehingga segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang
penelitian. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada
pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat
mencapai segala sesuatunya.
Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa
jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.
Validasi terhadap penelitian sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman
metode kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti. Kesiapan
peneliti untuk memasuki objek penelitian baik secara akademik maupun secara
logistiknya. Walaupun manusia bersifat subjektif, namun manusia sebagai instrument
dapat menghasilkan data yang realibilitasnya hampir sama dengan data yang
dihasilkan oleh instrumen yang dibuat secara obyektif, karena manusia sebagai
instrumen dalam penelitian kualitatif ialah manusia dapat merasa dan merespon,
manusia mempunyai karakter yang fleksibel sehingga dapat berfungsi multi purpose
(mempunyai tujuan yang banyak dan bervariatif) dengan mengumpulkan informasi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah ditemukan peneliti dari hasil lapangan sesuai
dengan tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan proses pembelajaran tari kreasi bagi
siswa tunarungu SLBN B Cicendo Kota Bandung, mendeskripsikan hasil
pembelajaran tari kreasi bagi siswa tunarungu SLBN B Cicendo Kota Bandung
peneliti menyimpulkan bahwa proses pembelajaran tari kreasi bagi siswa SLBN B
Tunarungu Cicendo Kota Bandung dapat menggali kreativitas yang dimiliki oleh
siswa tunarungu, karena dengan hal ini siswa mampu menemukan gerak tarian kuda
hasil kreativitas serta hasil imajinasi yang mereka miliki.
Pada proses pembelajaran tari berbasis kreativitas yaitu dengan menggali
imajinasi siswa sehingga siswa dapat menemukan gerak tari, membuat gerak, dan
menyusun gerak. Sehingga, pada proses pembelajaran tari berbasis kreativitas,
ternyata memberikan pengaruh pada anak tunarungu untuk menumbuhkan,
memupuk, dan meningkatkan daya imajinasi untuk lebih kreatif. Sebelum
pelaksanaan pembelajaran tari berbasis kreativitas , kemampuan anak dalam
menciptakan sebuah tarian belum tergali dengan baik. Kemampuan gerak mereka
masih terbatas, mereka hanya bisa mengikuti gerakan yang diberikan atau bisa
dikatakan dengan peniruan serta belum ada keberanian dalam mengungkapkan gerak
gambar binatang kuda, anak tunarungu mengalami perkembangan yang cukup luar
biasa. Mereka bisa belajar dengan sangat menyenangkan karena mereka mampu
menuangkan ide kreatifnya ke dalam bentuk gerak tari.
Hal ini dapat dilihat dari antusias siswa yang dimulai melalui proses pencarian
gerak, membuat gerak, meyusunan gerak melalui media gambar binatang kuda
sampai dengan menggunakan berbagai arah yang mereka temukan terdiri dari arah
samping kanan, samping kiri, arah maju dan arah mundur, sehingga dengan proses
pembelajaran tari berbasis kreativitas dapat menciptakan sebuah tarian kuda sebagai
hasil kreativitas yang dimilliki oleh siswa, sehingga mereka mampu menampilkan
dari hasil kreasinya yang mereka ciptakan.
B. Saran
Hasil penelitian yang telah ditemukan di lapangan, peneliti melihat ada
beberapa kesenjangan penting yang ditujukan kepada berbagai pihak yang
diantaranya:
1. Lembaga
Dapat menyesuaikan materi yang akan diberikan kepada guru yang selanjutnya
oleh guru akan diberikan kepada siswa.
2. Guru Seni Tari SLBN B Cicendo
Diharapkannya guru yang bersangkutan mampu menguasai materi dan
menetapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan fisik dan
tunarungu, karena dengan hal ini dapat menggali kreativitas yang dimiliki oleh
siswa tunarungu dengan pemilihan metode pembelajaran kreativitas. Sehubungan
dengan hal ini, maka guru dapat menjadikan proses pembelajaran berbasis
kreativitas sebagai bahan pengajaran dalam pembelajaran seni tari. Dalam
pemberian materi tari, sebaiknya guru memberikan metode yang bervariasi dan
sesuai dengan kemampuan dan perkembangan anak tunarungu agar tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
3. Siswa
Pada proses pembelajaran tari siswa harus lebih aktif dalam menggali imajinasi
yang mereka miliki sehingga lebih banyak menemukan ragam gerak.
4. Peneliti
Dengan proses pembelajaran tari berbasis kreativitas untuk siswa, peneliti dapat
mengetahui sejauh mana kreativitas anak tunarungu dalam menciptakan
DAFTAR PUSTAKA
Caturwati, E. (1995). Ragam Cipta Mengenal Seni Pertunjukan daerah Jawa
Barat. Bandung: CV Baringin Sakti.
Delphie, Bandi. (2009). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Klaten: PT Intan Sejati.
Efendi, Mohammad. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Munandar, Utami. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah: petunjuk bagi para guru dan orang tua. Jakarta: Gramedia Widiasrana Indonesia.
Munandar, S.C.U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Munandar, Utami. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan
Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Munandar, Utami. (2009) . Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Pollek, Ted. (2002) . Membentuk Pribadi Secara Kreatif. Bandung : Pionir Jaya.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sumaryono, dan Suanda Endo. (2006). Tari Tontonan. Jakarta: Pendidikan Seni Nusantara
Supriadi, Dedi. (1994). Kreativitas Kebudayaan dan Perkembangan. Bandung: Alfabeta.
Supriadi, D. (2001). Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek. Bandung: ALFABETA
Wulaningsih, Eka. (2008). Kreativitas Anak Tunurungu Melalui Gerak Tari