• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS TENTANG PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS 5 SD INKLUSI X DAN Y KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI KASUS TENTANG PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS 5 SD INKLUSI X DAN Y KOTA BANDUNG."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

1 | P a g e

BAB III

MATODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini penulis menyajikan uraian tentang hal-hal yang berkaitan

dengan proses, prinsip, prosedur dan pelaksanaan penelitian dalam rangka

pengumpulan data dan analisis serta keabsahan data hasil penelitian.

A. Metoda Studi Kasus

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif

dengan metode deskriptif. Moleong (2004: 6) Penelitian kualitatif bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, misalnya;

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa. Yaitu untuk mengetahui dan mendiskripsikan

kondisi obyektif pembelajaran yang di selenggarakan di kelas 5 SD inklusi X dan

Y Kota Bandung. Hal ini sesuai dengan pendapat

Adapun strategi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi

kasus. Studi kasus menurut Arikunto (1990: 314) digunakan apabila peneliti

mencoba menggambarkan subjek penelitian di dalam keseluruhan tingkah laku,

yakni tingkah laku itu sendiri beserta hal-hal yang melingkunginya, hubungan

tingkah laku dengan riwayat timbulnya tingkah laku, demikian pula lain-lain hal

yang berkaitan dengan tingkah laku tersebut.

Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus

(2)

2 | P a g e

dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu

totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud

untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.

Penggunaan studi kasus didasarkan atas pertimbangan bahwa penelitian ini

mengungkapkan fenomena tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas terutama

kelas 5 SD di sekolah inklusif. Hal ini merujuk pada pertanyaan utama penelitian

ini dengan menggunakan kata Tanya ‘bagaimana’ (how), peneliti memiliki

sedikit kontrol terhadap kejadian yang diteliti dan fenomena ini terjadi pada saat

ini. (Yin, 2003: 1).

Kasus dalam penelitian ini adalah kelas 5 SD di sekolah inklusi X dan Y

Kota Bandung. Penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa sekolah

tersebut telah lama menjadi sekolah inklusif, dan telah mempunyai pengalaman

serta reputasi yang baik sehingga penelitian dapat dilakukan lebih obyektif.

Disamping itu berdasarkan studi pendahuluan kedua sekolah tersebut, X dan Y sangat terbuka, relevan dan cukup menunjang penelitian ini, sehingga

memungkinkan penelitian ini dilaksanakan secara efektif dan sesuai dengan

tujuan penelitian.

B. Prosedur Penelitian

Proses pengumpulan data dilakukan melalui tiga alat pengumpul data

(3)

3 | P a g e

1. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap

mengenai cara guru dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran

yang dibuat untuk mengajar di kelas 5 SD X dan SD Y.

2. Wawancara

Wawancara utama dilakukan kepada guru berupa pedoman wawancara

tidak terstruktur untuk mengetahui tata pelaksanaan pembelajaran yang

dilakukan guru yaitu: (1) Bagimanakan guru mengelola kelas (clasroom

arrangemen), (2) Strategi dan pendekatan apakah yang dipakai oleh guru

dalam pembelajaran, (3) Bagaimanakah atmosfir kelas diciptakan dalam

pembelajaran.

Wawancara tambahan dilakukan kepada 5 Orang siswa berupa wawancara

tidak terstruktur mengenai: (1) tanggapan siswa tentang pelaksanaan

pembelajaran yang dilakukan guru, (2) sikap siswa tentang keberadaan

Anak Berkebutuhan Khusus di Kelas.

3. Observasi

Observasi dilakukan peneliti untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran

yang dilakukan di kelas yaitu: (1) Bagimanakan guru mengelola kelas

(clasroom arangemen)?, (2) Strategi dan pendekatan apakah yang dipakai

oleh guru dalam pembelajaran?, (3) Bagaimanakah atmosfir kelas yang

(4)

4 | P a g e

C. Informan Penelitian

Informan utama dalam penelitian ini adalah satu orang guru kelas 5 di

SD X dan satu orang guru kelas 5 di SD Y, penyelenggara pendidikan

inklusif di Kota Bandung. Informan tambahan adalah 5 orang siswa pada

masing-masing sekolahdan kepala sekolah X dan Y. Informan tambahan ini

diperlukan untuk mengetahui tanggapan tentang pelaksanaan pembelajaran

yang dilakukan oleh guru kelas dan tanggapan mereka tentang keberadaan

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di kelas mereka.

Tabel 3.1 Gambaran Informan

NO NAMA SEKOLAH L/P JABATAN KETERANGAN

1 DD SD X L Guru Kelas VC Informan Utama

2 Us SD Y L Guru Kelas V Informan Utama

D. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi

pedoman wawancara dan pedoman observasi. Adapun langkah penyusunan

instrumen antara lain :

1. Penyususnan Kisi-kisi Instrumen

Dalam penyusunan kisi-kisi, materi merupakan jabaran dari

pertanyaan penelitian yang diungkap dalam penelitian ini.

Berikut kisi-kisi instrumen wawancara yang telah digunakan dalam

(5)

5 | P a g e

Tabel 3.2

KISI-KISI WAWANCARA KEPADA GURU TENTANG RENCANA PEMBELAJARAN

No Focus Wawancara

Ruang Lingkup

Nomor Item

2 • Persiapan B1, B2, B3, B4, B5,

B6

Tabel 3.3

KISI-KISI ANALISIS DOKUMEN GURU TENTANG PERSIAPAN PEMBELAJARAN

No Focus Wawancara

Ruang Lingkup

Nomor Item

2 • Dokumen Persiapan

KISI-KISI WAWANCARA KEPADA GURU TENTANG PEMBELAJARAN

No Focus Wawancara

Ruang Lingkup

Nomor Item

(6)

6 | P a g e

Tabel 3.5

KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Focus Observasi Ruang Lingkup Nomor Item

Lingkungan pembelajaran • Lingkungan fisik • Lingkungan soial

A1, A2, A3, A4

B1, B2

Proses Pembelajaran • Class Arangement (Pengeloaan kelas)

KISI-KISI OBSERVASI KEPADA GURU TENTANG

EVALUASI PEMBELAJARAN

No Focus Wawancara

Ruang Lingkup

Nomor Item

1 Identitas Diri • Nama

• Pendidikan • Jabatan

• Nama dan alamat sekolah

(7)

7 | P a g e

Tabel 3.7

KISI-KISI WAWANCARA KEPADA GURU TENTANG

EVALUASI PEMBELAJARAN

No Focus Wawancara

Ruang Lingkup

Nomor Item

1 Identitas Diri • Nama

• Pendidikan • Jabatan

• Nama dan alamat sekolah

• Lama mengajar

Kota Bandung sekolah yang berbeda, sekolah pertama adalah sekolah dasar

negeri penyelenggara inklusi, dan yang kedua adalah sekolah dasar swasta

juga penyelenggara pendidikan inklusif dan sebagai anggota Asosiasi

Penyelenggara Pendidikan Inklusif (ASPI) Kota Bandung.

Kedua Sekolah dasar inklusi ini terbilang telah lama

menyelenggarakan pendidikan inklusif, disamping itu guru dan kepala

sekolah dari kedua sekolah tersebut rata-rata telah mendapatkan pelatihan

tentang pendidikan inklusi baik yang diselenggarakan oleh Prodi PKKh UPI

Bandung, dinas pendidikan Kota Bandung atau yang diselenggarakan oleh

(8)

8 | P a g e

E. Analisis Data Penelitian

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Hal ini

karena studi kasus sebagai desain penelitian menggunakan dua kasus yaitu

kelas 5 SD X dan kelas 5 SDY. Analisis data penelitian yang akan dilakukan

setelah langkah berikut :

1. Melakukan studi dokumentasi terhadap rencana pelaksanan pembelajaran

yang dibuat oleh guru SD X dan Y.

2. Melakukan wawancara terhadap guru SD inklusi X dan Y tentang rencana

pelaksanan pembelajaran yang dibuat oleh guru.

3. Melakukan wawancara dan observasi tentang pelaksanaan pembelajaran

yang dilakukan guru di kelas yaitu tentang:

a. Teknik pengelolaan kelas (classroom arrangemen)

b. Metoda dan strategi yang digunakan dalam pembelajaran

c. Penciptaan atmosfir kelas dalam pembelajaran

4. Melakukan wawancara dengan guru SD X dan Y tentang pelaksanaan

evaluasi pembelajaran.

Data-ta yang telah terkumpul kemudian dianalisa dengan cara:

1. Menganalisa data dari tiap kasus

Menganalisa data tiap kasus bertujuan untuk dapat memperoleh

jawaban dari tiap informan mengenai pertanyaan penelitian yang

diajukan peneliti dalam penelitian.

Adapun proses menganalisa tiap kasus dilakukan dengan cara sebagai

(9)

9 | P a g e

a. Menyusun, merinci, transkrip data dan validasi

Setelah peneliti mengadakan studi dokumentasi terhadap RPP yang

dibuat guru SD X dan Y, wawancara dan observasi terhadap

pelaksanaan pembelajaran dan evalusi yang dilakukan guru SD inklusi

X dan Y, kemudian penulis menuliskan kembali semua hasilnya untuk

ditunjukan pada tiap informan sebagai proses atau upaya validasi data.

b. Membuat katagori dari tiap kasus

Setelah proses penulisan kembali hasil wawancara dan member check

(proses validasi) selesai dilakukan, langkah selanjutnya

mengelompokkan jawaban informan kasus ke dalam beberapa

kelompok. Pengelompokkan ini dilakukan oleh peneliti dengan cara

memisahkan jawaban kasus kemudian dikelompokan menjadi satu

kelompok. Pengelompokan ini dilakukan dengan cara mencari

jawaban informan yang mempunyai makna yang sama. Kelompok

dari jawaban informan tersebut yang dimaksudkan oleh peneliti

sebagai kategori. Kelompok jawaban yang terkumpul kemudian

dimaknai. Makna tersebut yang kemudian menjadi kategori. Makna

dari kategori tersebut kemudian membangun nama dari kategori.

c. Menganalisa Data dari tiap Katagori

Makna dari tiap katagori kemudian dikelompokkan untuk dapat

menjawab pertanyaan penelitian yang telah dibangun oleh peneliti.

(10)

10 | P a g e

berdasarkan pertanyaan penelitian adalah dengan cara membaca

makna dari tiap kategori.

2. Menganalisa Data Lintas Kasus

Analisa lintas kasus dilakukan oleh peneliti dengan cara

mempertemukan kelompok kategori berdasarkan pertanyaan penelitian

pada tiap kasus. Selanjutnya peneliti menganalisa tiap- tiap kategori antar

informan. Berdasarkan pertemuan kategori tersebut maka peneliti dapat

melihat ada atau tidaknya variasi pernyataan kasus dalam menjawab

pertanyaan penelitian. Bila ternyata terdapat perbedaan maka peneliti

mencoba memahami alasan terjadinya variasi tersebut. Proses memahami

variasi pernyataan dibangun dengan melihat kembali kategori-kategori

lain yang mungkin dapat menjadi alasan.

3. Menganalisa Data lintas Kasus dengan Prespektif Teori atau Hasil

Penelitian Terdahulu

Hasil analisa lintas kasus berupa aspek-aspek penting dari para kasus

dalam menjawab pertanyaan penelitian kemudian di diskusikan dengan

pernyataan hasil penelitian terdahulu.

Analisa ini maksudnya bukan untuk membandingkan, melainkan

untuk mencoba memahami aspek-aspek penting dari tiap kasus. Tiap kasus

mempunyai alasan-alasan dan pemikiran tertentu sehingga mereka dapat

mengeluarkan pernyataan sehingga menjadi aspek penting dalam penelitian

(11)

11 | P a g e

Proses selanjutnya melakukan diskusi dengan temuan atau pendapat

terdahulu, maka terlihat apakah pendapat atau temuan terdahulu sesuai

dengan kondisi situasi yang dialami para kasus pada saat penelitian

berlangsung.

Dari hal-hal tersebut maka diperoleh temuan hasil penelitian dan

selanjuntya merumuskan kesimpulan dan menyusun rekomendasi hasil

(12)

1 | P a g e

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan data pada bab IV maka temuan dari

penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rencana Program Pembelajaran

Pertama: Rencana Program Pembelajaran yang dibuat guru kelas di

Sekolah Dasar SD inklusi X dan Y Kota Bandung, berdasar pada

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KTSP) tahun 2006. Rencana Program

Pembelajaran ini dibuat secara umum untuk semua peserta didik tanpa

memperhatikan keberagaman kelas termasuk Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK) di dalamnya .

Keadaan ini dikarenakan berbagai alasan yaitu:

a. SD inklusi X Kota Bandung beranggapan bahwa bila membuat sebuah

RPP yang berbeda antara anak berkebutuhan khusus dan anak pada

umumnya di kelas, berarti membedakan peserta didik, padahal semakin

membedakannya maka akan semakin kentara pula perbedaan itu yang

berdampak pada suasana kelas yang tidak kondusif.

b. SD inklusi Y Kota Bandung mempunyai alasan bahwa Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran untuk ABK telah dibuat oleh GPK berupa

(13)

2 | P a g e

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Kedua Sekolah Dasar (SD) inklusi yaitu SD inklusi X dan SD inklusi Y

Kota Bandung yang dijadikan tempat penelitian oleh penulis, pelaksanaan

pembelajaran telah dilaksanakan dengan mengakomodir seluruh kebutuhan

peserta didik dengan caranya masing-masing yaitu:

a. Pengakomodiran pembelajaran yang dilakukan oleh SD inklusi X

kota bandung adalah sebagai beikut:

1) Lingkungan Fisik

Sekolah Dasar (SD) inklusi X Kota Bandung memiliki lingkungan

fisik yang relative mendukung terhadap pelaksanaan pembelajaran

yang mengakomodir seluruh kebutuhan peserta didik termasuk di

dalamnya anak berkebutuhan khusus.

Meja dan kursi diperuntukan untuk satu orang peserta didik yang

pada saat tertentu bisa dirubah posisi untuk berbagai keperluan,

karena meja dan kursi terbuat dari bahan yang ringan dan kuat. Tata

susunan kelas dapat diatur sedemikian rupa, sehingga strategi

pembelajaran yang dilakukan guru dalam kelas dapat dilakukan

dengan baik, lancar dan aman.

Ruang kelas terasa leluasa karena besar dan siswanya tidak terlalu

banyak lubang udara dan jendela kaca terdapat hampir di sekeliling

(14)

3 | P a g e

2) Lingkungan Sosial

SD inklusif X hanya menerima peserta didik yang berkebutuhan

khusus dalam tarap ringan pada pelayananya, hingga toleraansi

dan penerimaan antar peserta didik terlihat relative tanpa kendala,

walau ada beberapa peserta didik yang merasa terganggu karena

kehadirannya. Keadaan ini memungkinkan bagi kelas untuk selalu

dalam keadaan harmonis, tidak ada hal-hal yang terlalu ekstrim

terjadi secara social dari peserta didik yang satu dengan yang

lainnya.

3) Pengelolaan kelas

SD inklusif X memulai waktu pembelajarannya jam 07.15 sampai

dengan jam 15.30 dengan diselingi instirahat yaitu pada jam 10.00

dan jam 12.00. hari Senin sampai dengan hari Jum’at, sedangkan

hari Sabtu libur.

Pemenuhan kebutuhan peserta didik dilakukan oleh guru secara

langsung atau guru meminta peserta didik yang telah tuntas untuk

memberikann bantuan kepada temannya (ABK).

Guru selalu berusaha menjalin hubungan harmonis denga seluruh

peserta didik dengan strategi pembelajaran tertentu dan

menciptakan suasana kondusif agar terjalin hubungan yang baik

(15)

4 | P a g e

Umpan balik lebih banyak menggunakan tanya jawab baik ketika

ceramah ataupun dalam kelompok belajar di kelas dan dari hasil

kerja kelompok.

4) Atmosfir Kelas

SD inklusi X memiliki lingkungan kelas yang asri, kelas terlihat

terang walau tanpa penerangan dari lampu. Lubang udara terdapat

dibeberapa sisi hingga tanpa menggunakan kipas angin atau AC

sudah terasa nyaman dan segar untuk ditempati.

Guru secara langsung memberikan bantuan atau guru meminta

peserta didik yang telah tuntas untuk memberikann bantuan kepada

temannya (ABK).

Guru biasanya mengadakan tanya jawab dengan maksud sebagai

sarana untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang memerlukan

atau yang dianggap memerlukan secara individual, hingga situasi

belajar terlihat hidup dan relative terlihat aktif dan kondusif

b. Pengakomodiran pembelajaran yang dilakukan oleh SD inklusi Y

kota bandung adalah sebagai beikut:

1) Lingkungan Fisik

Sekolah Dasar (SD) inklusi Y terlihat memiliki fasilitas kelas yang

kurang memadai, meja dan kursi menghadap ke depan Kelas terasa

(16)

5 | P a g e

sampai 3 peserta didi, tembok berhimpitan dengan tembok yang lain

sehingga udara dan cahaya hanya berasal dari salah satu bagian

dinding saja.

SD Inklusif Y memiliki ruangan khusus yang diperuntukan bagi

penganganan ABK oleh GPK, sehingga secara khusus pula ABK

dapat terlayani walaupun terpisah dengan teman-temanya di kelas.

2) Lingkungan Sosial

SD inklusif Y menerima peserta didik yang cukup ekstrim, artinya

peserta didik tersebut memang memiliki kebutuhan yang sangat

berbeda dengan peserta didik pada umumnya.

Secara hubungan social antar peserta didik dengan peserta didik

lainya atau antar peserta didik dengan guru terlihat baik-baik saja

tidak ada gejolak yang terlalu ekstrim karena secara khusus ABK

telah ada yang menangani, yaitu GPK dan kebanyakan ABK

menghabiskan waktunya di ruangan khusus dengan GPK.

3) Pengelolaan Kelas

SD inklusif Y memulai waktu pembelajarannya yaitu jam 07.15

sampai dengan jam 12.30 dengan satu kali istirahat yaitu jan 10.00 –

10.30, dari hari Senin sampai dengan Sabtu.

Guru memberikan bantuan secara langsung kepada peserta didik

(17)

6 | P a g e

terdekat/ se-meja, untuk memberikan bantuan tapi tidak kepada

ABK, karena ABK secara khusus telah ada yang menangani.

Guru berusaha menjalin hubungan baik dengan seluruh peserta didik,

dengan banyak bertanya jawab diselingi canda, sehingga peserta

didik terlihat nyaman karena semua terperhatikan. Sedangkan

dengan ABK lebih diserahkan kepada GPK. Guru menggunakan

banyak teknik tanya jawab juga untuk media umpan balik.

4) Atmosfir Kelas

Walaupun Sekolah Dasar (SD) inklusi Y memiliki fasilitas kelas

yang kurang memadai, ada buku-bukupun jarang dipakai sebagai

bahan pembelajaran, alat peraga sangat minim dan tidak ada media

pajang/ peraga untuk kreasi peserta didik. Kelas terasa padat karena

meja yang besar dan berwarna gelap, tembok berhimpitan dengan

tembok yang lain sehingga udara dan cahaya hanya berasal dari salah

satu bagian dinding saja. Apabila guru mengunjungi peserta didik,

maka peserta didik sebelahnya akan sedikit terganggu karena antar

peserta didik saling berhimpitan.

Namun demikian peserta didik nampak tidak terganggu, mereka

mungkin terbiasa dengan keadaan demikian, peserta didik terlihat

ceria, guru terlihat berusaha untuk menjalin komunikasi yang baik

dengan peserta didik, yaitu dengan mengadakan tanya jawab yang

(18)

7 | P a g e

Disamping itu SD Inklusif Y memiliki ruangan khusus yang

diperuntukan bagi penganganan ABK oleh GPK, sehingga secara

khusus pula ABK dapat terlayani walaupun terpisah dengan

teman-temanya di kelas.

3. Evaluasi Pembelajaran

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, evaluasi pembelajaran yang

dilakukan oleh kedua Sekolah Dasar (SD) inklusi, yaitu SD inklusi X dan

SD inklusi Y dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Di kelas 5 SD inklusi X, evaluasi pembelajaran dilakukan pada semua

komponen evaluasi yaitu evaluasi secara lisan, tulisan dan perbuatan

bahkan guru menilai hasil porto folio peserta didik berupa kliping dan

hasil-hasil kerja kelompok yang telah dipresentasikan oleh perwakilan

kelompok.

Guru tidak membuat bahan evaluasi yang berbeda sesuai dengan

keberagaman peserta didik, termasuk ABK di dalamnya, guru

beranggapan ABK yang ada masih mampu mengerjakan bahan evaluasi

yang sama degan teman-temannya. Beliau juga memberikan waktu

tambahan bila ada peserta didik yang membutuhkan termasuk ABK.

Disamping itu guru memberi kesempatan bagi semua peserta didik yang

belum mencapai nilai yang diinginka untuk remedial, dan memberikan

pengayaan bagi mereka yang telah tuntas.

Bahan evaluasi adalah factor yang sangat diperhatikan oleh guru.

(19)

8 | P a g e

atau kegiatan yang harus dilakukan ketidaksiapannya seperti belum

diperbanyak akan menjadi penghambat terlaksananya evaluasi”.

b. Guru Kelas 5 SD inklusi Y membuat bahan evaluasi yang sama untuk

semua peserta didik, hanya untuk ABK menyerahkan sepenuhnya

kepada GPK. Adapun yang omponen yang dievaluasikan adalah tes

lisan, tertulis, dan menilai hasil kerja peserta didik, dan bagi ABK

sepenuhnya saya serahkan kepada GPK”.

Guru Kelas 5 SD inklusi Y tidak memberikan bobot atau presentase

khusus bagi tiap komponen yang dievaluasi, tapi beliau sangat senang

bila melihat peserta didiknya mengerjakan evaluasi atau tugas dengan

sungguh-sungguh. Beliau menganggap bahwa setiap peserta didik

mempunyai keunikan tersendiri

Bagi peserta didik yang tidak mencapai nilai yang diharapkan Guru

Kelas 5 SD inklusi Y memberikan kesempatan untuk remedia,

Sedangkan untuk peserta didik yang telah mencapai nilai yang

diharapkan guru secara khusus tidak memberikan pengayaan. tapi guru

memberikan penugasan umum saja kepada semua peserta didik

termasuk yang remidial.

Bagi Guru Kelas 5 SD inklusi Y, kesiapan bahan adalah mutlak harus

tersedia, baik dalam bentuk soal yang telah difoto copy untuk setiap

peserta didik atau kelompok, sedangkan untuk peserta didik tetap harus

ada pemberitahuan sebelumnya, sebaliknya, bila soal-soal belum siap

(20)

9 | P a g e

B. IMPLIKASI

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

a. Kelas 5 SD inklusi X Bandung

Guru Kelas 5 SD inklusi X Bandung beranggapan bahwa “Bila kita

membuat sebuah RPP yang berbeda antara anak berkebutuhan

khusus dan anak pada umumnya di kelas, berarti saat ini kita sedang

membedakan peserta didik, padahal semakin kita membedakannya

maka akan semakin kentara pula perbedaan itu yang berdampak pada

suasana kelas yang tidak kondusif”.

Hal ini tidak banyak berimplikasi buruk terhadap para peserta didik,

karena secara umum tujuan pembelajaran yang ditargetkan tercapai,

malahan kalau ditinjau dari hubungan social antar peserta didik

termasuk ABK di dalamnya, terdapat kesetaraan pergaulan, mereka

terlihat tidak canggung untuk saling bekerjasama, saling membantu

terutama dalam kelompok.

b. Kelas 5 SD inklusi Y Bandung

Guru kelas 5 SD inklusi Y beranggapan bahwa rencana pelaksanaan

pembelajaran yang dibuatnya sudah cukup, karena bagi bagi ABK

telah dibuatkan program pembelajaran individual oleh GPK.

Keadaan seperti ini tidak berimplikasi besar bagi tercapainya tujuann

pembelajaran secara umum, hanya bila sebuah program pembelajaran

(21)

10 | P a g e

pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran juga tidak akan

terintegrasi dengan baik.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

a. Kelas 5 SD Inklusi X Kota Bandung

1) Lingkungan Fisik

Sekolah Dasar (SD) inklusi X Kota Bandung memiliki lingkungan

fisik yang baik, yang berimplikasi pada dukungan terhadap

pelaksanaan pembelajaran yang mengakomodir seluruh kebutuhan

peserta didik termasuk di dalamnya anak berkebutuhan khusus.

.

2) Lingkungan Sosial

SD inklusif X hanya menerima peserta didik yang berkebutuhan

khusus dalam tarap ringan pada pelayananya. Implikasisya

toleraansi dan penerimaan antar peserta didik terlihat baik, walau

ada beberapa peserta didik yang merasa terganggu karena

kehadirannya. Keadaan ini memungkinkan bagi kelas untuk selalu

dalam keadaan harmonis, tidak ada hal-hal yang terlalu ekstrim

terjadi secara social, dari peserta didik yang satu dengan yang

(22)

11 | P a g e

3) Pengelolaan kelas

SD inklusif X memulai waktu pembelajarannya jam 07.15 sampai

dengan jam 15.30 dengan diselingi instirahat yaitu pada jam 10.00

dan jam 12.00. hari Senin sampai dengan hari Jum’at. Hal ini

berimplikasi pada seluruh peserta didik lebih lama berinteraksi,

dan berhubungan baik, baik ketika belajar, istirahat, jajan bersama,

solat bersama dalam bermain bersama.

Pemenuhuan kebutuhan peserta didik dilakukan oleh guru secara

langsung atau guru meminta peserta didik yang telah tuntas untuk

memberikann bantuan kepada temannya (ABK). Guru selalu

berusaha menjalin hubungan harmonis denga seluruh peserta didik

dengan strategi pembelajaran tertentu diantaranya dengan tutor

sebaya.

Umpan balik menggunakan teknik tanya jawab baik ketika

ceramah ataupun dalam kelompok belajar di kelas dan dari hasil

kerja kelompok hingga berimplikasi pada suasana yang kondusif

dan terjalinya hubungan yang baik antar peserta didik termasuk

ABK di dalamnya.

.

4) Atmosfir Kelas

SD inklusi X memiliki lingkungan kelas yang asri, kelas terlihat

(23)

12 | P a g e

dibeberapa sisi hingga ruanagn kelas terasa nyaman dan segar

untuk ditempati termasuk untuk ABK.

Guru biasanya mengadakan tanya jawab dengan maksud sebagai

sarana untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang memerlukan

atau yang dianggap memerlukan secara individual, yang

berimplikasi pada situasi belajar yang hidup dan relative terlihat

aktif dan kondusif

b. Kelas 5 SD Inklusi Y Kota Bandung

1) Lingkungan Fisik

Sekolah Dasar (SD) inklusi Y terlihat memiliki fasilitas kelas yang

kurang memadai, meja dan kursi menghadap ke depan. Kelas

terasa padat karena meja yang besar, berat dan berwarna gelap,

diisi oleh 2 sampai 3 peserta didi, tembok berhimpitan dengan

tembok yang lain sehingga udara dan cahaya hanya berasal dari

salah satu bagian dinding saja. Keadaan ini berimplikasi kepada

strategi pembelajaran yang sukar untuk dikembangkan terutama

strategi yang membutuhkan perubahan posisi meja dan kursi.

SD Inklusif Y memiliki ruangan khusus yang diperuntukan bagi

penganganan ABK oleh GPK, sehingga implikasinya secara

khusus pula ABK dapat terlayani walaupun terpisah dengan

(24)

13 | P a g e

2) Lingkungan Sosial

SD inklusif Y menerima peserta didik ABK yang cukup ekstrim,

artinya peserta didik tersebut memang memiliki kebutuhan yang

sangat berbeda dengan peserta didik pada umumnya.

Hubungan social antar peserta didik dengan peserta didik lainya

atau antar peserta didik dengan guru terlihat baik-baik saja, tidak

ada gejolak yang terlalu ekstrim karena secara khusus ABK telah

ada yang menangani, yaitu GPK dan kebanyakan ABK

menghabiskan waktunya di ruangan khusus dengan GPK.

3) Pengelolaan Kelas

SD inklusif Y memulai waktu pembelajarannya yaitu jam 07.15

sampai dengan jam 12.30 dengan satu kali istirahat yaitu jan 10.00

– 10.30, dari hari Senin sampai dengan Sabtu.

Guru memberikan bantuan secara langsung kepada peserta didik

yang membutuhkan secara individual, atau memerintahkan teman

terdekat/ se-meja, untuk memberikan bantuan tapi tidak kepada

ABK, karena ABK secara khusus telah ada yang menangani.

Guru berusaha menjalin hubungan baik dengan seluruh peserta

didik, dengan banyak bertanya jawab diselingi canda, sehingga

peserta didik terlihat nyaman karena semua terperhatikan.

(25)

14 | P a g e

menggunakan banyak teknik tanya jawab juga untuk media umpan

balik.

4) Atmosfir Kelas

Walaupun Sekolah Dasar (SD) inklusi Y memiliki fasilitas kelas

yang kurang memadai, ada buku-bukupun jarang dipakai sebagai

bahan pembelajaran, alat peraga sangat minim dan tidak ada media

pajang/ peraga untuk kreasi peserta didik. Kelas terasa padat

karena meja yang besar dan berwarna gelap, tembok berhimpitan

dengan tembok yang lain sehingga udara dan cahaya hanya berasal

dari salah satu bagian dinding saja. Apabila guru mengunjungi

peserta didik, maka peserta didik sebelahnya akan sedikit

terganggu karena antar peserta didik saling berhimpitan.

Namun demikian peserta didik nampak tidak terganggu, mereka

mungkin terbiasa dengan keadaan demikian, peserta didik terlihat

ceria, guruterlihat berusaha untuk menjalin komunikasi yang baik

dengan peserta didik, yaitu dengan mengadakan tanya jawab yang

intensif.

Disamping itu SD Inklusif Y memiliki ruangan khusus yang

diperuntukan bagi penganganan ABK oleh GPK, sehingga secara

khusus pula ABK dapat terlayani walaupun terpisah dengan

(26)

15 | P a g e

3. Pelaksanaan Evauasi Pembelajaran

a. Kelas 5 SD Inklusi X Kota Bandung

Guru di SD inklusi X Kota Bandung mengadakan evaluasi hampir

pada seluruh komponen yang harus dievaluasi termasuk kepada ABK.

Dalam keberagaman Guru di SD inklusi X Kota Bandung

memberikan bahan evaluasi yang sama, beliau menganggap semua

peserta didiknya termasuk ABK masih mampu mengikuti evaluasinya

dengan baik, selain itu beliau juga tidak hanya menilai hasil dari

evaluasi tapi menilai dari proses sampai hasil evaluasi.

Keadaan demikian tidak berimplikasi buruk pada seluruh proses dan

hasil evaluasi, semua peserta didik mampu mengerjakan evaluasi

dengan baik,meskipun beberapa peserta didik diberikan waktu

tambahan untuk mengerjakannya termasuk kepada ABK.

Hasil evaluasi peserta didik selalu disampaikan oleh guru kepada

seluruh peserta didik setelah guru memeriksa dan merekap nilai

evaluasi tersebut. Untuk peserta didik yang belum mencapai nilai

yang diharpakan dan mereka yang telah mencapai nilai yang

diharapkan diberikan tugas yang berbeda dengan tujuan yang berbeda

pula yaitu untuk remedial dan untuk pengayaan.

Implikasi dari keadaan ini memungkinkan bagi seluruh peserta didik

terakomodir seluruh kebutuhannya dan termotivasi untuk belajar lebih

(27)

16 | P a g e

Keberadaan Bahan evaluasi adalah factor yang sangat penting dan

diperhatikan oleh guru di SD inklusi X Kota Bandung yang

beimplikasi pada kelancaran di setiap penyelenggaraa evaluasi.

b. Kelas 5 SD Inklusi Y Kota Bandung

Guru Kelas 5 SD Inklusi Y Kota Bandung memberikan evaluasi pada

akhir pembelajaran, namun tidak setiap hari dilakukan, tergantung

pada pencapaian target pembelajaran. Adapun komponen evaluasi

yang dinilai diantaranya mengadakan tes lisan, tertulis, dan menilai

hasil kerja peserta didik, sedangakan untuk ABK sepenuhnya

diserahkan kepada GPK. Hal ini berimplikasi pada terakomodirnya

seluruh kemampuan peserta didik, karena tiap peserta didik

mempunyai kemampuan yang berbeda satu dengan lainnya.

Bagi mereka yang gagal guru memberikan kesempatan remedial atau

memberikan kesempatan untuk mengerjakan tugas kliping atau

merangkum materi yang dievaluasikan. Namun secara khusus guru

tidak memberikan layanan kepada mereka yang telah mencapai nilai

yang diharapkan dalam evaluasi, tapi guru memberikan penugasan

umum kepada semua peserta didik termasuk yang gagal.

Implikasi yang timbul dari keadaan seperti ini adalah

memungkinkanya bagi seluruh peserta didik terakomodir seluruh

(28)

17 | P a g e

C. REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa

rekomendasi yang ditujukan kepada:

1. Rencana Pelasasanaan Pembelajran

a. Guru kelas 5 SD inklusi X Kota Bandung

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya dibuat berdasarkan

keragaman peserta didik termasuk bila ada ABK di dalamnya,

yaitu RPP yang dibuat berdasarkan asesmen yang dibuat oleh guru

atau tim asesmen sekolah.

2) Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru perlu membuat sebuah

skenario pembelajaran mampu yang mengakomodir seluruh

kebutuhan peserta didik termasuk ABK di dalamnya, misalnya

dengan menggunakan metoda pembelajaran cooperative learning

dan menfaatkan sarana dan prasarana yang ada.

3) Evaluasi Pembelajaran

Guru Kelas 5 SD inklusi X perlu membuat sebuah disain evaluasi

pembelajaran yang disesuaikan dengan keberagaman peserta didik,

yaitu dengan menilai hasil tes, hasil tugas perorangan atau

(29)

18 | P a g e

b. Guru kelas 5 SD inklusi Y Kota Bandung

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya dibuat berdasarkan

keragaman peserta didik termasuk bila ada ABK di dalamnya, yitu

dengan melakukan asesmen tanpa mengesampingkan program

pembelajaran yang dibuat oleh Guru Pembimbing Khusu (GPK).

4) Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru perlu membuat sebuah

skenario pembelajaran mampu yang mengakomodir seluruh

kebutuhan peserta didik termasuk anak berkebutuhan khusus di

dalamnya, misalnya dengan menggunakan metoda pembelajaran

cooperative learning dengan memanfaatkan keberadaan GPK

sebagai pendamping ABK.

5) Evaluasi Pembelajaran

Guru Kelas 5 SD inklusi Y Kota Bandung perlu membuat sebuah

disain evaluasi pembelajaran yang disesuaikan dengan

keberagaman peserta didik, yaitu dengan menilai hasil tes, hasil

tugas perorangan atau kelompok, hasil praktikum, hasil pekerjaan

Gambar

Tabel  3.1  Gambaran Informan
Tabel 3.3 KISI-KISI ANALISIS DOKUMEN GURU TENTANG PERSIAPAN PEMBELAJARAN
Tabel 3.6  KISI-KISI OBSERVASI KEPADA GURU TENTANG
Tabel 3.7 KISI-KISI WAWANCARA KEPADA GURU TENTANG

Referensi

Dokumen terkait