• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Suatu Eksperimen Mata Pelajaran Akuntansi pada siswa Kelas XII IPS SMA PGII 1 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Suatu Eksperimen Mata Pelajaran Akuntansi pada siswa Kelas XII IPS SMA PGII 1 Bandung."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

(Suatu Eksperimen Mata Pelajaran Akuntansi pada siswa Kelas XII IPS

SMA PGII 1 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

MERY IRAWAN NIM. 0902724

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

(Suatu Eksperimen Mata Pelajaran Akuntansi pada Siswa Kelas XII IPS SMA PGII 1 Bandung)”

Oleh :

Mery Irawan

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

© Mery Irawan 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN ISI SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar

Siswa“ (Suatu Eksperimen Mata Pelajaran Akuntansi pada Siswa Kelas XII IPS SMA PGII 1 Bandung)” ini beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.

Bandung, Januari 2013

Yang membuat pernyataan

Mery Irawan

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

(Suatu Eksperimen Mata Pelajaran Akuntansi pada siswa Kelas XII IPS SMA PGII 1 Bandung)

Telah disetujui oleh :

Mengetahui Pembimbing I

Dr. Hj. Meta Arief, M.Si.

NIP. 19640206 198803 2 001

Pembimbing II

Imas Purnamasari, S.Pd., M.M.

NIP. 19770512 200112 2 001

Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi

Drs. H. Ajang Mulyadi, M.M.

(5)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

(Suatu Eksperimen Mata Pelajaran Akuntansi pada siswa Kelas XII IPS SMA PGII 1 Bandung)

Mery Irawan ( 0902724 )

Pembimbing : 1. Dr. Hj. Meta Arief, M.Si 2. Imas Purnamasari, S.Pd, MM

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGII 1 Bandung. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu kurang memuaskannya hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh melalui proses belajar di sekolah yang dinyatakan dalam nilai. Secara garis besar, faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dibagi dalam dua kelompok, yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang bersumber dari luar diri siswa (faktor eksternal). Faktor yang menjadi penyebab permasalahan yaitu cara penyampaian materi pelajaran yang dilakukan oleh guru masih monoton dengan pendekatan yang berpusat pada guru.

Berdasarkan hal tersebut, penulis mengajukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa” penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe make a match berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di kelas XII IPS SMA PGII 1 Bandung.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain non equivalent

(pre test - post test) Control-Group Design, yaitu diawali dengan melakukan

eksperimen di kelas, mengumpulkan data dengan tes awal dan tes akhir kemudian disusun dan dijelaskan serta dianalisis dengan menggunakan perhitungan statistika. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS 2 yang berjumlah 34 siswa sebagai kelas eksperimen dan Kelas XII IPS 3 yang berjumlah 31 siswa sebagai kelas kontrol.

Setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan Uji Mann Whitney atau Uji U dengan uji dua pihak. Kriteria pengujian hipotesis adalah jika nilai – 1,96 ≤ zhitung ≤ 1,96, maka H0 diterima, jika di luar itu, tolak H0. Diketahui nilai zhitung sebesar 3,00 maka H0 ditolak, dan H1 diterima, artinya terdapat perbedaan antara kemampuan kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Kesimpulan tersebut memberikan keputusan bahwa model pembelajaraan koopertif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(6)

EFFECTS OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE MAKE A MATCH AGAINST STUDENT LEARNING OUTCOMES (The Experiment of Subjects Accounting Class XII students of IPS

SMA PGII 1 Bandung)

Mery Irawan (0902724)

Advisor:

1. Dr. Hj. Meta Arief, M.Si 2. Imas Purnamasari, S.Pd, MM

ABSTRACT

This research was conducted at SMA PGII 1 Bandung. The problems addressed in this research is less satisfying student learning outcomes. Learning outcomes are the results obtained through the learning process in schools that are expressed in value. In broad outline, the factors that affect student learning outcomes are divided into two groups, namely the factors derived from the student (internal factors) and factors originating from outside the student (external factors). Factors that cause the problems that the delivery of the subject matter by the teacher still monotonically with the teacher-centered approach.

Based on this, the authors propose research entitled "Effects of Cooperative Learning Model Type Make A Match Against Student Learning Outcomes" research was conducted to determine whether cooperative learning make a match types make a positive effect on student learning outcomes in accounting subjects in class XII IPS SMA PGII 1 Bandung.

This research uses experimental methods to the design of non-equivalent (pre test - post test) Control-Group Design, which is preceded by conducting experiments in the classroom, collecting data with the initial test and final test then compiled and described and analyzed using statistical calculations. The samples in this research were students of class XII IPS 2, which amounted to 34 students as the experimental class and Class XII IPS 3, amounting to 31 students as a control class.

After analyzing the data by using the test or the Mann Whitney U test to test the two parties. Hypothesis testing criteria is if the value – 1,96 ≤ zhitung≤ 1,96, then H0 is accepted, if out of that, H0 is rejected. Knowed value of zhitung is 3,00 then H0 is rejected, H1 is accepted, it means there is difference between the ability of an experimental class with class controls. The conclusion is that this model provides a decision cooperatif learning make a match type can improve student learning outcomes.

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... ABSTRACT ...

KATA PENGANTAR ……….………...

UCAPAN TERIMA KASIH ...

DAFTAR ISI ……….…………...

1.1 Latar Belakang Penelitian ………...…………. 1.2 Rumusan Masalah ……….………. 1.3Maksud Dan Tujuan Penelitian ………..……... 1.3.1 Maksud Penelitian ……….………….. 1.3.2 Tujuan Penelitian ………... 1.4 Kegunaan Penelitian ………... 1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 1.4.2 Kegunaan Praktis ...

LANDASAN TEORI

2.2.1 Pengertian Hasil Belajar ………... 2.2.2 Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ... 2.3 Model Pembelajaran...………...

2.3.1 Definisi Model Pembelajaran ... 2.3.2 Jenis – jenis Model pembelajaran ... 2.3.3 Prinsip penggunaan model pembelajaran... 2.4 Model Pembelajaran Kooperatif ...

2.4.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif ...

2.4.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 2.4.3 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ... 2.4.4 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif ... 2.4.5 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif ... 2.5 Jenis dan Teknik dalam Pembelajaran Kooperatif...

2.5.1 Jenis Pembelajaran Kooperatif ... 2.5.2 Teknik dalam Pembelajaran Kooperatif ... 2.6 Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match ... 2.7 Karakteristik Pelajaran Akuntansi SMA ... 2.7.1 Ruang Lingkup Mata Pelajaran Akuntansi di SMA ... 2.7.2 Pembelajaran Akuntansi di SMA ...

(8)

BAB III

BAB IV

BAB V

2.7.3 Karakteristik Mata Pelajaran Akuntansi ... 2.8 Penelitian Terdahulu ...………... 2.9 Kerangka Pemikiran ... 2.10 Hipotesis Penelitian ...

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian ...………... 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 3.3 Populasi dan Sampel ………...

3.3.1 Populasi ... 3.3.2 Sampel ... 3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 3.5 Pelaksanaan Penelitian di SMA PGII 1 Bandung ... 3.6 Analisis Uji Instrumen ... 3.6.1 Uji Validitas Item ... 3.6.2 Uji Reliabilitas ... 3.6.3 Uji Tingkat Kesukaran ... 3.6.4 Uji Daya Pembeda ... 3.7 Teknik dan Hasil Pengolahan Data ... 3.7.1 Uji Normalitas Data ... 3.7.2 Uji Hipotesis ...

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian... 4.1.1 Sejarah Singkat Pendirian SMA PGII 1 Bandung ... 4.1.2 Pembelajaran di SMA PGII 1 Bandung ... 4.2 Uji Normalitas Data ... 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ...

(9)

DAFTAR TABEL

Nilai Ulangan Harian Mata Pelalajaran Akuntansi ... Tabel Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian ini ... Operasionalisasi Variabel ... Pelaksanaan Penelitian ... Validitas Item Instrumen ... Uji Reliabilitas ... Interpretasi harga indeks kesukaran ... Indeks Kesukaran Soal ... Interpretasi daya pembeda ... Uji Daya Pembeda ... Tabel Nilai Kelas Eksperimen ... Tabel Nilai Kelas Kontrol ... Uji Normalitas Data pada kelas eksperimen ... Uji Normalitas Data pada kelas kontrol ... Daftar Nilai Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar 3.1

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ... Desain Eksperimen ...

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Grafik 4.2 Grafik 4.3 Grafik 4.4

Grafik Nilai Kelas Eksperimen ... Grafik Nilai Kelas Kontrol ... Nilai Pre test dan Post test Kelas Eksperimen ……… Nilai Pre test dan Post test Kelas Kontrol …...………

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Kualitas sebuah negara akan tercermin pada kualitas sumber daya manusia negara tersebut. Seiring berkembangnya perdagangan bebas dan era globalisasi yang memberikan perubahan di berbagai aspek kehidupan, hal ini berdampak pula pada sistem pendidikan yang menuntut sumber daya yang mampu menghadapi tantangan pasar bebas dan era globalisasi tersebut, secara otomatis dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia agar mampu bersaing dengan negara lain. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut, salah satunya adalah melalui pendidikan. Sistem pendidikan yang baik diharapkan dapat menghasilkan manusia yang bermutu.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 (Tahun 2003, pasal 1 ayat 1) disebutkan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(13)

2

(KTSP) yang disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Isjoni 2010 : 13). KTSP merupakan kurikulum yang berpusat pada siswa, artinya siswa diharapkan dapat aktif dalam proses pembelajaran (student centered), dengan KTSP ini, dapat diwujudkan sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. Pada kenyataannya, masih banyak sistem pembelajaran yang diterapkan dengan berpusat pada guru. Dalam sistem ini, guru yang berbicara dan siswa yang mendengarkan, sehingga tidak adanya proses timbal balik antara guru dan siswa serta kurangnya kreatifitas dan keaktifan siswa di dalam kelas. Selain itu, masih banyak masalah pendidikan lainnya, diantaranya berdasarkan Survei Political and Economic Risk Consultant

(PERC) dalam Syukur (2010 : 19) yaitu :

Kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia....Data the world economic forum swedia (2000) menunjukkan Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke- 37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.

Kualitas pendidikan Indonesia juga ditunjukkan data Balitbang (2003) dalam Syukur (2010 : 19), bahwa ‘…. dari 8.036 SMA ternyata hanya 7 sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program

(14)

3

Pertama, pendidikan di Indonesia masih terpaku pada teori sehingga peserta didik kurang inovatif dan kreatif (Kompas, 4 Desember 2004). Kedua, peringkat Human Development Index (HDI) Indonesia masih rendah (pada tahun 2005, peringkat ke-110 dibawah Vietnam). Ketiga, laporan

Internasional Educational Achievement (IEA) bahwa kemampuan membaca

siswa SD Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 39 negara yang disurvei....

Berdasarkan data-data di atas menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Salah satu penyebabnya adalah kualitas guru di Indonesia. Oleh karena itu, guru sebagai pihak yang berperan dalam kemajuan sebuah pendidikan di negara untuk menghadapi era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan ketidakpastian ini, dibutuhkan guru yang visioner dan mampu mengelola pembelajaran secara efektif dan inovatif.

(15)

4

Tabel 1.1

Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran Akuntansi

Kelas di bawah KKM di atas KKM Jumlah

Siswa Jumlah Persentase Jumlah Persentase

XII IPS 1 13 76,47 % 4 23,53 % 17

XII IPS 2 16 47,06 % 18 52,94 % 34

XII IPS 3 12 38,71 % 19 61,29 % 31

XII IPS 4 14 41,18 % 20 58,82 % 34

(sumber : SMA PGII 1 Bandung) Berdasarkan tabel 1.1, dapat dilihat bahwa masih banyak siswa yang belum mencapai KKM. Harapannya, pencapaian KKM di SMA PGII 1 Bandung dalam sebuah kelas adalah sebesar 90 %, namun pada kenyataannya masih banyak kelas dengan nilai KKM rendah. Apabila hal ini dibiarkan, maka akan berdampak pada rendahnya hasil belajar pada ujian akhir semester (UAS), yang berarti tidak tercapainya tujuan sekolah. Hal tersebut diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Menurut Syah (2010 : 129) Faktor - faktor yang mempengaruhi belajar siswa ada 3 macam, yaitu :

1. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang meliputi keadaan jasmani, dan rohani siswa.

2. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi kondisi lingkungan di sekitar sekolah.

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi, dan metode yang digunakan siswa untuk mempelajari materi-materi pelajaran.

(16)

5

pembelajaran kooperatif, siswa dikondisikan untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kelompok belajar untuk menuntaskan masalah dalam belajar. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif, siswa dibagi atas beberapa kelompok. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi kesulitan belajar.

Pembelajaran kooperatif tipe make a match merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Pembelajaran kooperatif tipe make a match ini adalah cara menyenangkan dan aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran. Dengan model ini, diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dimana motivasi ini akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu tercapainya KKM.

Dari latar belakang masalah di atas maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa. (Suatu Eksperimen Mata

Pelajaran Akuntansi Pada Siswa Kelas XII IPS SMA PGII 1 Bandung)”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran proses pembelajaran di SMA PGII 1 Bandung

(17)

6

3. Bagaimana gambaran hasil belajar siswa pada kelas eksperimen di SMA PGII 1 Bandung

4. Apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

make a match terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi di

kelas XII IPS SMA PGII 1 Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data serta menganalisis mengenai hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran proses pembelajaran di SMA PGII 1 Bandung

2. Untuk mengetahui gambaran hasil belajar siswa pada kelas kontrol di SMA PGII 1 Bandung

3. Untuk mengetahui gambaran hasil belajar siswa pada kelas eksperimen di SMA PGII 1 Bandung

(18)

7

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama pihak-pihak yang langsung berkontribusi dalam pengimplementasian model pembelajaran ini. Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat memberikan sumbangan pemikiran yang mendalam tentang teori model pembelajaran tipe make a match.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :

a. Guru

Dapat memberikan informasi dalam penerapan model pembelajaran tipe

make a match dan diharapkan model pembelajaran ini dapat dijadikan salah

satu alternatif dalam pengembangan kualitas kegiatan pembelajaran. b. Siswa

Memberikan pengalaman baru dengan model pembelajaran yang berbeda dan diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Peneliti

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian

Metode merupakan suatu cara ilmiah yang digunakan untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti membagi subjek yang diteliti menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen adalah siswa yang diberikan perlakuan (treatment) dengan memberikan model pembelajaran tipe make a match pada saat pembelajaran akuntansi berlangsung, sementara kelompok kontrol adalah siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran tipe make a match.

Desain penelitian yang digunakan adalah non equivalent (pre test - post

test) Control-Group Design yang digambarkan sebagai berikut :

X

Gambar 3.1 Desain Eksperimen

(Sugiyono 2011 : 79) Keterangan:

X : perlakuan (treatment) dengan menggunakan model make a match : pre tes kelompok eksperimen

(20)

37

3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Penelitian ini melibatkan satu variabel yaitu hasil belajar siswa yang diberi perlakuan (treatment) dengan pembelajaran model kooperatif tipe make a match pada objek penelitian, kemudian dibandingkan dampaknya dengan siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, untuk mengetahui apakah pembelajaran model kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa atau tidak. Indikator yang digunakan adalah nilai ulangan harian.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Hasil belajar Indikator Nilai ulangan

Treatment Pemberian perlakuan dengan pembelajaran model

kooperatif tipe make a match

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Arikunto (2009 : 108), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, populasi bukan hanya berarti orang ataupun benda lainnya, tetapi meliputi karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh suatu objek. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XII IPS SMA PGII 1 Bandung.

3.3.2 Sampel

(21)

38

menggunakan teknik tertentu. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono 2011 :84).

Salah satu teknik non probability sampling adalah teknik purposive yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XII IPS 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XII IPS 3 sebagai kelas kontrol.

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan tes. Pemberian tes pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar mata pelajaran akuntansi antara siswa yang menggunakan metode ceramah dengan siswa yang menggunakan model kooperatif. Jenis tes yang digunakan adalah tes objektif pilihan ganda dengan menggunakan 2 cara tes yaitu :

1. Pre test (tes awal)

Pre test dilakukan pada awal penelitian dengan tujuan untuk mengetahui

(22)

39

2. Post test (tes akhir)

Post test dilakukan pada akhir penelitian dengan tujuan untuk mengetahui

dan mengukur pengetahuan siswa setelah dilaksanakan eksperimen pada kelas yang berbeda dan menggunakan sistem pembelajaran berbeda, yaitu model make a match untuk kelas eksperimen dan metode ceramah untuk kelas kontrol.

3.5 Pelaksanaan Penelitian di SMA PGII 1 Bandung

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen, yaitu menerapkan model pembelajaran tipe make a match pada kelas eksperimen. Dalam penerapan pembelajaran model ini, metode yang digunakan sedikit dimodifikasi dengan tujuan untuk menyesuaikan kondisi di lapangan, agar hasil yang diperoleh lebih maksimal, namun tidak mengubah inti dari model pembelajaran ini. Berikut ini langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match di SMA PGII 1 Bandung.

1. Guru melakukan sesi pembukaan di kelas dengan mengucapkan salam, berdoa dan melakukan absensi siswa.

2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

3. Guru melaksanakan KBM dengan menjelaskan materi tentang jurnal khusus 4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

(23)

40

1) Guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban dari soal tersebut sesuai dengan jumlah siswa.

2) Menjelaskan aturan main dengan kartu 3) Guru membagi siswa menjadi dua kelompok

4) Masing-masing kelompok diberi kartu soal dan kartu jawaban sesuai dengan jumlah anggota kelompok, kartu tersebut dikocok, kemudian di bagikan kepada anggota kelompok tersebut

5) Setiap siswa ditugaskan untuk mencari pasangan dalam kelompoknya yang memegang kartu soal/jawaban dari kartu yang dia pegang.

6) Setelah setiap siswa berpasangan, maka guru memeriksa setiap pasangan, apakah siswa yang memegang kartu soal, berpasangan dengan siswa yang memegang kartu jawaban dari soal pasangannya tersebut atau tidak. 7) Jika semua siswa sudah berpasangan dengan benar, maka kartu diedarkan kembali dengan syarat setiap siswa tidak mendapatkan kartu yang sama, 8) Karena pada tahap sebelumnya guru sudah memeriksa kebenaran

jawabannya, maka siswa diminta untuk mencari kebenaran jawabannya dari teman satu kelompoknya yang pernah mendapatkan kartu yang sama.

6. Guru melakukan evaluasi (posttest) dan menarik kesimpulan dari materi yang sudah di bahas, kemudian menutup kelas dengan salam dan berdo’a.

(24)

41

pernah dilakukan, sehingga perlu penjelasan lebih banyak mengenai langkah penerapannya, selain itu, jumlah siswa yang terlalu banyak mengharuskan guru untuk lebih terampil mengendalikan kelas. Selama penelitian di lapangan, banyak siswa yang menyukai model pembelajaran ini, karena menurut para siswa, dengan model ini, siswa bisa aktif di dalam kelas, tidak hanya duduk, diam dan catat saja yang bisa membuat siswa merasa bosan di kelas.

Berikut ini adalah jadwal pelaksanaan penelitian yang dilakukan di SMA PGII 1 Bandung dengan beberapa kegiatan sebagai berikut :

Tabel 3.2 melakukan absensi, mengulas materi pelajaran pada pertemuan sebelumnya

Kelas Kontrol

20 menit Guru Melakukan pretest tentang jurnal khusus dan menutup pertemuan di kelas Pertemuan

ke-2

15 menit Guru membuka kelas dengan melakukan absensi, mengulas materi pelajaran pada pertemuan sebelumnya

Kelas Eksperimen

25 menit Guru Melakukan pretest tentang jurnal khusus kemudian menjelaskan tentang langkah-langkah make

a match untuk pertemuan

berikutnya dan menutup pertemuan di kelas

Pertemuan ke-3

60 menit Guru membuka pertemuan di kelas, memberikan materi tentang jurnal khusus dengan metode ceramah, dan

membuat kesimpulan

mengenai materi pelajaran

Kelas Kontrol

(25)

42

Pertemuan ke-4

60 menit Guru membuka pertemuan di kelas, memberikan materi tentang jurnal khusus, kemudian melakukan review dengan model make a match

Kelas Eksperimen

20 menit Melakukan posttest, kemudian menutup pertemuan di kelas

3.6 Analisis Uji Instrumen

3.6.1 Uji Validitas Item

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dapat dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto 2010 : 211).

Pengujian validitas soal ini bertujuan untuk melihat apakah semua item soal yang diujikan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi

product moment dari Pearson. Rumusnya adalah sbb :

r

xy

=

(Arikunto 2009 : 72) Keterangan:

rxy = koefisien korelasi product moment dari Pearson x = skor item

y = skor total

(26)

43

Kriteria uji :

Jika maka data dinyatakan valid Jika maka data dinyatakan tidak valid.

Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan mengujicobakan instrumen penelitian kepada siswa kelas XII IPS 4 di SMA PGII 1 Bandung dengan jumlah responden sebanyak 34 responden. Jumlah pertanyaan yang diberikan sebanyak 20 pertanyaan tentang Jurnal Khusus. Contoh perhitungan dan tabel uji validitas dapat dilihat pada lampiran. Berikut ini ditampilkan hasil uji validitas berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program excel yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.3

(27)

44

Suatu instrumen dikatakan valid apabila nilai untuk dengan jumlah responden sebanyak 34 orang pada taraf kepercayaan sebesar 95 % adalah sebesar 0,339. Berdasarkan tabel 3.3, dapat terlihat bahwa dari 20 pertanyaan yang disebarkan kepada responden, terdapat 8 pertanyaan yang dinyatakan tidak valid, sedangkan sisanya sebanyak 12 pertanyaan dinyatakan valid. Jumlah pertanyaan yang memenuhi kriteria validitas berjumlah 12 pertanyaan, sehingga hanya 12 pertanyaan saja yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis dalam penelitian ini.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Arikunto (2010 : 221) mengungkapkan bahwa reliabilitas menunjukkan pada tingkat keterandalan sesuatu. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik, tidak bersifat tendensius, dan dapat dipercaya, datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya hingga berapa kali pun diujicobakan, hasilnya akan tetap sama.

Untuk mengetahui reliabilitas instrumen yang digunakan dengan kriteria digunakan uji statistik yaitu split-half method (metode belah dua). Pada saat penskoran, skor tes dibagi menjadi dua. Setiap siswa akan memperoleh dua macam skor yang diperoleh dari soal-soal bernomor ganjil dan genap berupa koefisien ganjil-genap (Arikunto, 2010 : 223).

Pada penelitian ini, untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus

(28)

45

r

11

=

(Arikunto 2009 : 93) Keterangan :

r11 = Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan = Korelasi antara skor-skor yang sudah disesuaikan

Hasil perhitungan tersebut, dibandingkan dengan kriteria sebagai berikut : Jika maka data dinyatakan reliabel

Jika maka data dinyatakan tidak reliabel

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang memiliki validitas guna mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama. Contoh perhitungan dan tabel uji reliabilitas dapat dilihat pada lampiran. Berikut ini ditampilkan hasil uji reliabilitas berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program excel.

Tabel 3.4 Uji Reliabilitas

No Ganjil Genap x.y x2 y2

1 3 3 9 9 9

2 3 1 3 9 1

3 4 5 20 16 25

4 2 4 8 4 16

5 4 4 16 16 16

6 3 4 12 9 16

7 5 4 20 25 16

8 2 2 4 4 4

9 4 3 12 16 9

10 3 4 12 9 16

11 5 4 20 25 16

(29)

46

(Sumber : data diolah)

Berdasarkan tabel 3.4, didapat nilai reliabilitas instrumen penelitian tersebut secara keseluruhan yaitu sebesar 0,802. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan pada tabel r diperoleh harga pada taraf kepercayaan 95% untuk 34 responden yaitu sebesar 0,339. Karena rhitung > rtabel maka soal yang diberikan kepada objek penelitian dinyatakan reliabel.

3.6.3 Uji tingkat kesukaran

(30)

47

memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya (Suharsimi 2009 : 207). Untuk mengetahui tingkat kesukaran dari masing-masing butir soal digunakan rumus sebagai berikut :

P =

(Arikunto 2009 : 208) Keterangan :

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk menghitung tingkat indeks kesukaran digunakan kriteria berikut ini:

Tabel 3.5

Interpretasi harga indeks kesukaran

P Interpretasi harga indeks kesukaran

0,01 – 0,30

(Arikunto 2009 : 210) Berdasarkan perhitungan yang disajikan dalam lampiran, maka dapat diketahui taraf kesukaran soal yang diajukan kepada responden. Berikut adalah hasil taraf kesukaran dari setiap item soal:

(31)

48

(Sumber : data diolah)

Berdasarkan tabel 3.6, maka dapat diketahui semua soal yang diberikan adalah bertaraf sedang, artinya tidak terlalu sulit dan terlalu mudah bagi siswa untuk menjawabnya.

3.6.4 Uji Daya Pembeda

Uji Daya pembeda digunakan untuk menguji kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa pandai dengan siswa berkemampuan rendah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

D = PA – PB = -

(Arikunto 2009 : 213) Keterangan :

D : Daya Pembeda

JA : Banyaknya peserta kelompok atas JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal benar BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar

No soal P Kriteria

(32)

49

PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Untuk menghitung tingkat indeks kesukaran digunakan kriteria berikut ini:

Tabel 3.7

Interpretasi daya pembeda

D Interpretasi daya pembeda 0,01 – 0,20

(Arikunto 2009 : 213)

Dalam menghitung daya pembeda, siswa dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok pandai atau kelompok atas dan kelompok kurang pandai atau kelompok bawah. Penghitungan uji daya pembeda ini dapat dilihat dari lampiran yang disajikan. Berikut adalah hasil perhitungan uji daya pembeda.

(33)

50

Berdasarkan tabel 3.8, dapat diketahui bahwa jumlah soal yang memiliki kriteria jelek hanya 1, jumlah soal yang memiliki kriteria cukup ada 5, dan jumlah soal yang memiliki kriteria baik ada 6, hal ini berarti bahwa soal yang diberikan dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.

3.7 Teknik dan Hasil Pengolahan Data

3.7.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat bahwa data yang diperoleh tersebut secara normal atau tidak. Pengujian ini menggunakan uji chi kuadrat dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji 2. Menentukan banyaknya kelas

3. Menentukan panjang kelas interval

4. Menyusun tabel distribusi frekuensi dan tabel penolong untuk menghitung harga chi kuadrat

5. Menghitung frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan persentase luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota sampel. 6. Memasukan harga-harga fo ke dalam tabel kolom fo, sekaligus menghitung

harga-harga dan kemudian menjumlahkannya.

Harga chi kuadrat ( ) hitung =

(34)

51

Bila ( ) > ( ) maka data tidak berdistribusi normal

3.7.2 Uji Hipotetis

Dalam melakukan pengujian hipotesis, langkah yang pertama dilakukan adalah dengan membandingkan perubahan hasil belajar siswa (gain atau beda) antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Perubahan tersebut dicari dengan cara : Beda = nilai post test – nilai pre test

Untuk melihat perbedaan pengaruh antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, maka untuk data berdistribusi normal digunakan uji t dengan langkah sebagai berikut :

1. Mencari deviasi standar gabungan dengan rumus :

s =

(Sudjana 2004 : 162) Keterangan :

s : simpangan baku

n1 : jumlah sampel kelas eksperimen n2 : jumlah sampel kelas kontrol

: simpangan baku kelas eskperimen dikuadratkan : simpangan baku kelas kontrol dikuadratkan 2. Mencari nilai t dengan rumus :

t =

(35)

52

Keterangan :

: nilai rata – rata kelas eksperimen : nilai rata – rata kelas kontrol n1 : jumlah sampel kelas eksperimen n2 : jumlah sampel kelas kontrol s : simpangan baku gabungan

3. Menentukan derajat kebebasan dengan rumus : db = n1 + n2 -2 4. Menentukan nilai t dari daftar, dengan daerah kritis ditentukan oleh :

1) Distribusi t dengan d.k. = n1 + n2 -2 2) Taraf nyata / signifikansi = 0,05 3) Uji dua pihak.

Apabila distribusi data tidak normal, maka pengujian hipotesis menggunakan analisis tes non parametrik dengan uji mann Whitney. Uji Mann Whitney adalah uji non parametrik untuk membandingkan dua populasi independen (tidak saling berhubungan). Prosedur Uji Mann Whitney atau disebut juga Uji U adalah sebagai berikut :

1. Tetapkan satu sampel sebagai kelompok 1 dan sampel lain sebagai kelompok 2

2. Data dari kedua kelompok disatukan dengan setiap data diberi kode asal kelompoknya

(36)

53

5. Jumlah peringkat dari kelompok 2 dihitung dan diberi simbol R2 6. Langkah selanjutnya menghitung U1 dan U2 dengan rumus :

U1 =

n

1

n

2

+

– R1

U2 =

n

1

n

2

+

– R2

(Spiegel dan Stephens 2007 : 328)

7. Dalam penelitian ini, jika n1 > 10 dan n2 > 10 maka langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata dan standar deviasi sebagai berikut :

µ

u

=

=

(Spiegel dan Stephens 2007:328)

8. Menghitung z untuk uji statistik, dengan rumus : z

=

(Spiegel dan Stephens 2007:328)

Dimana nilai U dapat dimasukkan dari rumus U1 atau U2 karena hasil yang di dapatkan akan sama. Nilai z di sini adalah nilai zhitung

9. Kemudian cari nilai ztabel yang terdapat dalam lampiran II. Bandingkanlah nilai zhitung dengan ztabel

(37)

54

Kriteria hipotesis (H0) diterima adalah bila ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, jika thitung berada di luar daerah penerimaan, maka hipotesis H0 ditolak (Sudjana 2004 : 144). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

: μ1 = μ2, tidak terdapat perbedaan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap hasil belajar siswa. : μ1 ≠ μ2, terdapat perbedaan pada penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe make a match terhadap hasil belajar siswa. Kesimpulan dari hipotesis tersebut adalah apabila terdapat perbedaan, berarti ada pengaruh positif penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a

match terhadap hasil belajar siswa, dan apabila tidak terdapat perbedaan, maka

tidak ada pengaruh positif penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian yang dilaksanakan di SMA PGII 1 Bandung, dengan objek penelitian kelas XII IPS, kelas yang diambil sebagai kelas eksperimen adalah kelas XII IPS 2, dan kelas kontrol adalah kelas XII IPS 3, maka dapat diambil kesimpulan yang mengacu kepada rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran di SMA PGII 1 Bandung dibagi dalam 2 kelas, yaitu Kelas Reguler menggunakan kurikulum nasional ditambah muatan khusus keislaman khas PGII sebesar 18%, dan Kelas Khusus merupakan kelas kecil (max 25 siswa per kelas). Menggunakan kurikulum nasional dan kurikulum Terpadu dengan modifikasi dan penambahan muatan khusus sebesar 37% . 2. Gambaran hasil belajar siswa pada kelas kontrol yaitu sebanyak 38,71%

siswa dinyatakan belum lulus dan 61,29% siswa dinyatakan sudah lulus. 3. Gambaran hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yaitu sebanyak 47,06%

siswa dinyatakan belum lulus dan 52,94% siswa dinyatakan sudah lulus. 4. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match,

(39)

72

5.2 Saran

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan, baik di lapangan maupun secara teoritis, maka beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi adalah sebagai berikut :

1. Bagi Sekolah

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi dan peserta didik, hendaknya sekolah memberikan pelatihan keterampilan mengajar atau lokakarya kepada para guru agar dapat menerapkan model pembelajaran yang lebih inovatif yang dapat merangsang kreatifitas siswa, sehingga kreatifitas tersebut dapat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi Guru Akuntansi

(40)

73

3. Bagi Peneliti lain

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. et al. (2009). Guru Profesional, menguasai metode dan terampil

mengajar. Bandung : Alfabeta.

Arikunto, S. (2009). Dasar–dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Baharudin, dan Wahyuni, E.N. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Budiardjo, L. (2008). Keterampilan Belajar, Belajar Bagaimana Belajar. Yogyakarta : Andi Offset.

Chatib, M. (2012). Gurunya Manusia. Bandung : Kaifa.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) untuk SMA dan MA. Jakarta : Depdiknas.

Djamarah, S.B. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Hamalik, Oe. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Hamalik, Oe. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif, Meningkatkan kecerdasan komunikasi

antar peserta didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kunandar. (2009). Guru Profesional, Implementasi KTSP dan Sukses dalam

Sertifikasi Guru. Jakarta : Rajawali Pers.

Masyhuri dan M. Zainuddin. (2008). Metodologi Penelitian (pendekatan praktis

dan aplikatif). Bandung : Refika Aditama.

Nataatmadja, T. (2000). Pegangan Akuntansi SMA untuk Kelas 2. Bandung : Armico.

Program Studi Pendidikan Akuntansi. (2007). Pedoman Operasional Penulisan

Skripsi. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

(42)

75

Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Spiegel, M.R. dan Stephens, L.J. (2007). Statistika, Schaum’s Outlines, Teori dan

Soal-soal. Jakarta : Erlangga.

Solihatin, E dan Raharjo. (2009). Cooperatif Learning. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Sudjana. (2004). Statistika II, untuk ekonomi dan niaga. Bandung : Tarsito.

Sudjana, N. (2005). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sugiyanto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Yuma Pustaka.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Yogyakarta : Bumi Aksara.

Susilana, R. et al. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Fakultas Ilmu Pendidikan UPI

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Syukur, F.F. (2010). Menjadi Guru Dahsyat, Guru yang Memikat. Bandung :

Simbiosa Rekatama Media.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI

Wahab, A.A. (2009). Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan

Sosial. Bandung : Alfabeta.

(43)

76

SUMBER DI LUAR JURNAL DAN BUKU

Asherdianto, H. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung Siswa Tunagrahita Ringan Tingkat SDLB. Skripsi UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Rudianto. (2003). Pengelolaan Pembelajaran Akuntansi dalam konteks Otonomi

Daerah. Tesis pada Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan

Indonesia. Bandung : tidak diterbitkan

Somantri, T.D. (2010). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran IPS melalui Model Pembelajaran Make A Match. Skripsi UPI Bandung : tidak diterbitkan.

SUMBER DARI INTERNET

Margunani dan Siti Fatimah. (2011). Keterampilan Guru Dalam Pengelolaan

Kelas Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di SMA Negeri Se Kabupaten Kebumen. [Jurnal].Tersedia :http : // journal. unnes. ac. id/ index. php/ DP/

article/ download/442/395 [3 September 2012].

SMA PGII 1 Bandung. www.smapgii1.sch.id. [3 September 2012].

http://www.scribd.com/doc/64119881/38/Kelemahan-Pembelajaran-Kooperatif [26 September 2012].

(44)

77

Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Silberman, M. (2002). Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.

Syaodih Sukmadinata, N. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Trianto.(2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif–Progresif. Jakarta :

Kencana.

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_e0751_0607374_chapter2.pdf

[22 September 2012] SUMBER DOKUMEN

Gambar

Gambar 3.1
Grafik 4.4
Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran Akuntansi
Gambar 3.1  Desain Eksperimen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan Bahasa Inggris untuk mengumpulkan data dari sumber tertulis, lisan, dan daring (online) untuk melaksanakan proyek berskala kecil yang

Status hukum anak berkaitan erat dengan status hukum perkawinan dari orang tuanya, dalam arti kata, jika perkawinan sah menurut hukum maka anak hasil perkawinan

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 07/TAP/DISDIK - 08/POKJA/2015 tanggal 26 Juni 2015 tentang Penetapan Pemenang Lelang Paket Pekerjaan Pembangunan PAUD Assalam

Di dalam lingkungan kampus ia mendapatkan beberapa halangan yang dikarenakan pemikiran Asri yang berbeda dengan pemikiran anak pada umumnya, sala satu

Slično idućem alatu, Clone Stamp Tool, i HB alat radi kopiranje određenog dijela slike.. Vodi računa o bojama te osvjetljenju na

No Nama Penyedia Hasil Evaluasi Administrasi 1 KAP.. Kumalahadi,Kuncara,Sugen g Pamudji

Hermawan Kertajaya (2009 : 4) juga menulis performa dari layanan yang diberikan akan membedakan perusahaan jasa yang satu dengan yang lainnya serta performa layanan yang

Membuktikan bahwa adanya amilum pada daun sebagai hasil fotosintesis. - Menutup sebagian daun ubi kayu yang belum terkena sinar